534 1747 1 PB
534 1747 1 PB
Abstrak
Kehilangan energi merupakan faktor yang mempengaruhi kapasitas pipa sebagai sarana
penghantar aliran baik air maupun minyak. Kehilangan energi menyebabkan terjadinya pengurangan debit
aliran. Kehilangan energi disebabkan beberapa faktor diantaranya kekasaran dinding pipa dan akibat
gesekan melalui pipa belokan. Hasil analisa Head Loss dari Reservoar ke Pipa Distribusi didapat
kehilangan tekanan maksimum tertinggi ada pada pipa dengan diameter paling kecil yaitu antara diameter
berbeda 63 ke 50 mm sebesar 0,40 m (HL, rata-rata komulatif), sedangkan tekanan maksimum paling rendah
ada pada pipa besar, yaitu diamter 90 ke 63 mm sebesar 0,07 (HL, rata-rata komulatif). Tekanan yang hilang
dari Reservoar ke Pipa Distribusi sebesar 5,73 atm dari tekanan fluida yang berada di Reservoar (5,8 atm).
Sedangkan hasil analisa Head Loss dari Intake ke Reservoar tanpa kombinasi diamter berbeda
didapat kehilangan tekanan maksimum diameter 90 mm sebesar 8,48 m (HL komulatif). Tekanan yang hilang
dari Intake ke Reservoar sebesar 0,164 atm dari tekanan fluida air awal (0,9 atm).
Kata Kunci : Jaringan pipa transmisi, jaringan pipa distribusi, kebutuhan air, kehilangan energi tekanan,
profil memanjang
1. PENDAHULUAN
Penggunaan pipa banyak digunakan oleh umum, baik perusahaan-perusahan sebagai pendistribusian
air minum, minyak maupun gas bumi. Demikian juga dengan kebutuhan air pada rumah tangga, penggunaan
pipa ini paling banyak digunakan baik untuk penyaluran air bersih maupun sanitasi. dikarenakan pipa
merupakan sarana pendistribusian fluida yang murah, memiliki berbagai ukuran dan bentuk penampang.
Baik berpenampang lingkaran maupun kotak. bahan pipa bermacam-macam, yaitu baja, plastik, PVC,
tembaga, kuningan, acrylic, dan lain sebagainya. Pada penelitian sekaligus perencanaan jaringan pipa untuk
Sarana Air Bersih dengan sistem gravitasi dengan menggunakan kombinasi diameter pipa berbeda dengan
jarak jaringan pipa 3,6 km.
Perencanaan sistem jaringan pipa Sarana Air Bersih (SAB) dilaksanakan di Desa Tangai Jaya
Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu dalam program Community Water Services and Health
Project (CWSHP) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan, khususnya Dinas Kesehatan Kapuas Hulu melalui dana hibah Asean
Development Bank (ADB).
Kebutuhan air yang harus dipenuhi akan menentukan tipe dan ukuran sistem pipa transmisi dan pipa
distribusi jaringan pipa yang di inginkan. Bila tekanan rendah, maka akan menimbulkan masalah dalam
pentransmisian dan pendistribusian jaringan pipa. Namun bila tekanan terlalu besar akan menyebabkan
kehilangan energi. Fluida, terutama air dan gas merupakan zat yang tidak bisa lepas dalam kehidupan kita
sehari-hari, dimanapun kita berada. Fenomena-fenomena dalam fluida cair dan pendistribusiannya dapat
dipelajari dalam ilmu fisika atau secara spesifik dapat di dalami dalam ilmu mekanika fluida, aliran dua fase
dan perpipaan. Dan dalam pendistribusian air tersebut sering sekali dipakai sambungan pipa (fittings), pipa
lengkung, maupun flange. Tetapi dalam pendistribusian fluida yang digunakan untuk membelokan arah
aliran fluida dipakailah pipa lengkung atau elbow. Pipa belokan maupun elbow terdiri dari bermacam-macam
klasifikasi, tergantung dari radius belokan, sudut belokan, maupun ada atau tidaknya tangent.
Pada dasarnya aliran fluida dalam pipa akan mengalami penurunan tekanan atau pressure drop
seiring dengan panjang pipa ataupun disebabkan oleh gesekan dengan permukaan saluran, kehilangan
tekanan (Head Loss) dan juga ketika aliran melewati sambungan pipa, belokan, katup, difusor, dan
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik Hal| 1
sebagainya. Dan pada semua pipa belokan fluida akan mengalami pressure drop, termasuk pada pipa
belokan 900 dan 450, tetapi yang menjadi catatan perbedaan besar pressure drop tersebut terhadap jari- jari
belokan dan diameter pipa belokan tersebut.
2. LANDASAN TEORI
dimana :
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
r = Massa jenis fluida (kg/m3)
m = Viskositas dinamik fluida (kg/m.s)
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut mempunyai bilangan
Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga
sebagai bilangan Reynolds kritis. Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari
4000.
2.5. Viskositas
Viskositas fluida adalah ukuran ketahanan suatu fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk.
Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya.
Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan
gaya – gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut.
Viskositas dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Viskositas kinematik, adalah perbandingan antara viskositas mutlak terhadap rapat jenis / density
......................................................... (2.3)
dimana :
= Nilai dari viskositas mutlak atau viskositas dinamik (kg./m.s)
= Nilai kerapatan massa fluida (kg/m3)
dimana :
= Tegangan geser pada fluida (N/m2)
du/dy = Gradient kecepatan ((m/s)/m)
.................................................................. (2.6)
dimana :
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
∨ = Kecepatan aliran fluida (m/s)
V = Volume fluida (m3)
Jika aliran fluida bersifat incompressible dan steady flow, maka persamaan menjadi :
.......................................................... (2.8)
dimana :
Q = Debit aliran (m3/s)
dimana :
r = Massa jenis fluida (kg/m2)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
P = Tekanan pada suatu titik aliran fluida (Pa)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
z = Tinggi suatu titik dari permukaan (m)
dimana :
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
f = Factor gesek (tidak berdimensi)
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Aliran Laminar
................................................................. (2.12)
............................................. (2.13)
.......................................... (2.14)
dimana :
HL = Kehilangan tinggi tenaga (m)
Q = Debit aliran (liter/s)
C = Koefisien kekasaran Pipa dari Hazen dan William
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter pipa (mm)
Pada analisis aliran fluida dalam pipa ketika berada disekitar pintu masuk atau inlet pipa aliran
dianggap seragam atau belum berkembang penuh. Seperti pada banyak sifat lainnya dari aliran pipa, aliran
berkembang penuh berkorelasi dengan bilangan Reynolds. Persamaan aliran
berkembang penuh adalah sebagai berikut :
.......................................... (2.16)
...................................... (2.17)
900 450
I II 20
Liter
II
Gambar 4 Denah Sumber Air Baku (Pengukuran Debit Air) Metode Tampung
Mulai
Survey
(pengumpulan data)
Perencanaan
(Membuat desain) Rencana Anggaran Biaya(RAB)
Tidak
Ya
Uji tekan
Analisa pelaporan
Selesai
Kecepatan aliran pada pipa PVC 90 mm, 63 mm sampai ke pipa PVC 1,5 inchi di masing-masing
Kran Umum (KU) yang diameternya ¾ inchi, diperoleh dengan cara metode tampung menggunakan timba
Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik Hal| 11
dengan volume 2 liter (0,002 m3). Dengan menggunakan stopwatch pada saat fluida air penuh dalam timba,
maka di peroleh waktu rata 60 menit (360 detik). Kecepatan aliran dapat dihitungan dengan rumus :
Tabel 7 Hasil Perhitungan Debit Air di Kran Umum Diameter Pipa ¾ Inchi
No Pengukuran Waktu (dtk) Debit Air (Q) Liter/Detik
KU I 169,20 0,12
KU II 162,00 0,12
KU III 162,00 0,12
KU IV 154,80 0,13
KU V 147,60 0,14
KU VI 144,00 0,14
KU VII 151,20 0,13
KU VIII 140,40 0,14
KU IX 169,20 0,12
Rata - rata 136,8 0,116
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Indarto, D.E.A untuk arahan dan bimbingan
sehingga artikel ini dapat ditulis. Terima kasih juga kepada konsersium program Community Water Services
and Health Project (CWSHP) yang telah memberikan komentar yang berharga.
DAFTAR PUSTAKA
Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie, 1996, Mekanika Fluida Edisi Delapan, Jilid 1, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie, 1991, Mekanika Fluida Edisi Delapan, Jilid 2, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, 1992 / 1993, Mekanika Fluida, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Depkes RI. 2008, Perencanaan Air Bersih Pedesaan, Community Water Services and Health Project,
Jakarta.