Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMA 1


(STK4227)

PERCOBAAN 7
ENERGY LOSSES IN PIPE

DOSEN PEMBIMBING: DESI NURANDINI, S.T., M.Eng.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V (LIMA)

AISYAH (2110814120007)
ALVIRA ANDRAINI (2110814220002)
ZIKRI DAFFA AULIA MADANI (2110814210027)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
ABSTRAK
Energy losses in pipe adalah kerugian energi yang diakibatkan oleh suatu friksi dalam
aliran melalui pipa, saat aliran fluida mengalir pada sebuah pipa tertentu akan menyebabkan
kehilangan energi (headloss) Tujuan percobaan ini adalah mempelajari headloss yang ditimbulkan
oleh friksi dalam aliran air melalui pipa serta menentukan friction factor yang terjadi pada
kecepatan aliran tertentu dan pada kedua jenis aliran, laminar dan turbulen. Percobaan dilakukan
pada kecepatan alir rendah dan kecepatan alir tinggi. Prosedur dimulai dengan Setting-Up Alat,
pengambilan data percobaan dengan kondisi flow control valve bukaan 3/4, 1, 1 ½ dan 1 ¾ serta
membaca headloss yang ditunjukkan oleh manometer. Dari percobaan ini didapat nilai headloss
terhadap velocity berbanding lurus dan Reynolds Number berbanding terbalik terhadap friction
factor. Berdasarkan perhitungan didapat friction factor pada aliran tinggi bukaan 3/4, 1, 1 ¾ dan 1
¾ dengan nilai headloss pada percobaan kecepatan aliran tinggi sebesar 0,249 m; 0,260 m; 0,270
m dan 0,304 m, sedangkan nilai headloss pada percobaan kecepatan aliran rendah sebesar 0,058m;
0,068 m; 0,881 m dan 0,090 m. Semakin besar laju kecepatan alir maka headloss yang dihasilkan
akan besar. Nilai friction factor masing-masing pada kecepatan tinggi adalah 0,0108; 0,0103;
1,2834 dan 2,0999. Sedangkan pada kecepatan aliran rendah adalah 0,0497; 0,0424; 0,5001 dan
0,5605. Semakin besar nilai Reynolds Number maka friction factor yang dihasilkan akan semakin
kecil.

Kata kunci: headloss, friction factor, velocity, reynolds number, fluida

VII-ii
PERCOBAAN 7
ENERGY LOSSES IN PIPE

7.1 PENDAHULUAN

7.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari headloss yang ditimbulkan
oleh friksi dalam aliran air melalui pipa serta menentukan friction factor yang
terjadi pada kecepatan aliran tertentu dan pada kedua jenis aliran laminar dan
turbulen.

7.1.2 Latar Belakang


Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang
dialirkan melalui pipa bias berupa zat cair atau gas dan tekanan lebih besar atau
lebih kecil dari tekanan atmosfer sistem perpipaan digunakan untuk memindahkan
fluida baik cair, gas maupun cair dan gas dari suatu tempat ke tempat yang lain
(Akmal dkk., 2019).
Head losses adalah kekurangan energi mekanik persatuan massa fluida.
Satuan head losses adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi
yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu
satuan panjang yang bersesuaian. Head losses terbagi menjadi dua bagian yaitu
rugi mayor (major losses) dan rugi minor (minor losses), rugi mayor (major
losses) adalah rugi aliran yang disebabkan oleh gesekan antara fluida dengan pipa
lurus. Rugi minor (minor losses) adalah rugi aliran yang disebabkan luas
penampang aliran (Putra dkk., 2019).
Aplikasi energy losses in pipe dalam dunia industri adalah pada
pendistribusian air minum untuk penyaluran air bersih dan juga untuk
menggerakkan aliran fluida yang berdampak pada meningkatnya penggunaan
listrik pada mesin penggerak fluida (Sumardi dan Nurwanty, 2020). Oleh karena
itu, percobaan ini penting dilakukan agar dapat diaplikasikan di dunia industri.

VII-1
7.2 DASAR TEORI

Fluida merupakan suatu zat atau bahan yang dalam keadaan setimbang
yang tak dapat menahan gaya atau tegangan geser (snear force). Dapat pula
didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir bila ada perbedaan tekanan atau
tinggi. Suatu sifat dasar fluida nyata, yaitu tahan terhadap aliran yang diukur
sebagai tegangan geser yang terjadi pada bidang geser yang dikenai tegangan
tersebut adalah viskositas atau kekentalan atau kerapatan zat fluida tersebut.
Fluida dapat didefinisikan sebagai suatu zat mampu alir dan dapat menyelesaikan
bentuk dan bentuk wadah yang ditempati serta apabila diberikan tegangan geser,
berapapun kecilnya akan mengakibatkan fluida tersebut bergerak dan berubah
bentuk secara terus menerus selama tegangan tersebut bekerja (Zainuddin, 2020).
Manometer adalah suatu piranti yang sangat penting yang fungsinya
adalah untuk mengukur perbedaan tekanan. Pada Gambar 7.1 diperlihatkan
bentuk manometer yang paling sederhan. Andaikan bahwa bagian yang diarsir
pada bagian tabung u tersebut diisi dengan zat cair A, yang denstitasnya ialah Pa
dengan tabung zat cairan tersebut diisi dengan fluida B yang densitasnya adalah
Pb. Fluida B tidak dapat bercampur dengan zat cair A dan lebih ringan dari A
(tidak serapat A), biasanya B ini adalah gas seperti udara atau nitrogen
(McCabe dkk., 1993):

Gambar 7.1 Manometer Sederhana

VII-2
VII-3

Jenis–jenis aliran (Akmal dkk., 2019):


1. Laminar
Aliran laminar didefinisikan sebagai aliran dengan fluida yang bergerak dalam
lapisan lapisan dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Aliran laminar ini
mempunyai nilai bilangan Reynolds kurang dari 2000.
2. Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen. Aliran turbulen mempunyai nilai bilangan Reynolds antara 2000
sampai dengan 4000.
3. Turbulen
Aliran turbulen didefinisikan sebagai aliran yang dimana pergerakan dari
partikel–partikel fluida sangat tidak menentukan karena mengalami
pencampuran serta putaran partikel antara lapisan yang mengakibatkan saling
tukar momentum dari satu bagian ke fluida ke bagian fuida yang lain dalam
suatu skala yang besar dimana nilai bilangan Reynoldsnya lebih besar dari
4000.
Headloss merupaka suatu fenomena rugi–rugi aliran didalam sistem
perpipaan. Rugi–rugi aliran didalam sistem perpipaan. Rugi–rugi aliran selalu
terjadi pada sestem perpiaan dengan menggunakan berbagai macam fluida, seperti
fluida cair dan gas. Pada umumnya, rugi aliran yang terbesar terjadi pada fluida
cair, hal ini dikarenkan sifat molekulnya yang padat dibandingkan gas dan
memiliki gesekan lebih besar terhadap media yang dilalui itu lebih besar, maka
gesekan yang terjadi pun akan semakin besar. Head losses sangat merugikan
aliran fluida di dalam sistem perpipaan. Karena head losses dapat menurunkan
tingkat efisiensi aliran fluida. Salah satu penyebab headloss adalah konstruksi
desain dari sistem perpipaan tersebut. Jika konstruksi memiliki percabangan yang
lebih banyak maka akan memperbesar rugi alirannya, selain itu, aliran yang
semula dalam keadaan lamirar pada saat melalui pipa lurus yang koefisien
geseknya besar akan berubah menjadi aliran turbulen. Kondisi aliran turbulen
inilah yang dapat merugikan dalam sistem dalam perpipaan tersebut. Seperti akan
VII-4

menimbulkan getaran dan juga pengelupasan dinding pipa. Selain itu, akibat yang
paling mendaasar dengan adanya rugi–rugi aliran (head losses) ialah dapat
menyebabkan besarnya energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan aliran fluida
yang berdampak meningkatnya penggunaan listrik pada mesin penggerak fluida
seperti pompa. Head losses (rugi aliran) sering terjadi pada system perpipaan
untuk seluruh perusahaan, industri rumah tangga dan tempat lainnya yang
menggunakan pipa sebagai distribusi aliran fluida (Helmizar, 2010).
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia terhadap gaya viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya
tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini untuk mengidentifikasi
jenis aliran fluida yaitu laminar, turbulen atau transisi. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi keadaan aliran yaitu kekentalan, rapat massa zat cair dan diameter
pipa. Namanya diambil dari Osborne Reynolds yang mengusulkannya pada tahun
1983:

v .d. ρ
Re = …(7.1)
µ

Dimana :
V = kecepatan rata–rata fluida yang mengalir (m/s)
d = diameter pipa
ρ = massa jenis fluida (Kg/m.s)

Bilangan Reynolds merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang berfungsi
untuk menentukan bentuk aliran fluida serta posisi relatifnya pada skala yang
menunjukkan pentingnya secara relatif kecenderugan turbulen terhadap
kecenderungan laminar (Darmawan, 2018).
Istilah head losses muncul sejak di awalisnya percobaan–percobaan
hidrolika awal ke Sembilan belas, yang sama dengan energy persatuan berat
fluida. Namun perlu diingat bahwa arti fisik dari head losses adalah kehilangan
energy mekanik persatuan massa fluida sehingga satuan head losses adalah satuan
VII-5

panjang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan
satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang. Yang bersesuaian, head
losses atau rugi–rugi aliran terbagi menjadi dua bagian yaitu (Helmizar, 2010) :
1. Head losses major (rugi mayor) adalah besar nilai kehilangan energi yang
diakibatkan oleh gesekan antara fluida dengan dinding pipa lurus yang
mempunyai luas penampang yang tetap.
2. Headloss minor (rugi minor) adalah besar nilai kehilangan energi aliran fluida
di dalam pipa yang disebabkan oleh perubahan luas penampang jalan aliran,
entrance, fitiing dan lain sebgainya.
Kehilangan energi untuk seluruh profil aliran yang dianalisis dapat diketahui
menggunakan bilangan Reynolds dan dengan persamaan yang cocok
berdasarkan jenis alirannya. Besarnya selisih tekanan antara dua titik
pengukuran bias didapat dengan menggunakan manometer, dimana persamaan
yang umum digunakan adalah:

∆P = ρf. g. ∆h …(7.2)

Dimana:
∆P = selisih tekanan antara dua titik (N/m2)
⍴f = massa jenis fluida pada manometer (Kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
∆H = selisih tinggi permukaan pada manometer (m)

Faktor friksi atau faktor gesekan yang harus dilalui fluida yang mengalir di
dalam pipa yang bergantung terhadap kekerasan pipa dan kondisi aliran. Faktor
friksi didefinisikan sebagai gaya gesek yang terjadi antara 2 (dua) permukaan
yang saling bersinggungan. Jenis dari permukaan sangat menentukan gaya gesek
yang terjadi dimana permukaan yang kasar akan memiliki nilai friction yang lebih
besar dibandingkan permukaan yang halus. Tingginya friction factor berpengaruh
secara langsung terhadap besarnya pressure drop dan akan mempengaruhi
besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida. Semakin besar
VII-6

diameter pipa maka nilai friction factor akan semakin besar pula dan begitu juga
sebaliknya (Armansyah, 2021).
Aliran laminar adalah aliran dimana partikel fluida bergerak sejajar dalam
layer atau serat aliran fluida. Sedangkan aliran turbulen aliran dimana partikel
fluida bergerak ke segala arah dengan kecepatan sama atau berbeda terhadap
proyeksi sumbu x, y dan z. partikel fluida berpindah dari satu layer ke layer
lainnya dengan gerakan yang acak. Profil kecepatan aliran laminar lebih tumpul,
sedangkan aliran turbulen lebih datar (flat) karena kecepatannya lebih seragam,
seperti terlihat pada Gambar 7.2 tingkat turbulensi yang terjadi bergantung pada
kekentalan fluida, berat jenis, kecepatan pergerakan partikel itu sendiri, dan
geometri tempat fluida mengalir.

Gambar 7.2 Aliran Laminar dan Turbulen

Fluida incompressible atau mampu mampat adalah fluida yang densitas atau
kerapatan massanya bias berubah–ubah, densitas meningkat jike menerima
tekanan dan menurun jika mengalami ekspansi. Fluida incompressible atau tak
mampu mampat adalah fluida yang jika dikenai tekanan perubahan kerapatan
massanya sangat kecil sehingga di anggap tidak bias berubah densitasnya. Udara
yang mengalir disekitar bodi mobil atau kipas anging umumnya dianggap
inkompresibel. Udara yang bergerak cepat akan mengalami kompresi, namun
biasanya baru dianggap kompresibel jika kecepatannya melebihi sepertiga dari
kecepatan suara. Air dalam berbagai macam aplikasi selalu dianggap
inkompresibel. Karena perubahan densitas air tersebut sangat kecil (Ghuri, 2014).
7.3 METODOLOGI PERCOBAAN

7.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
 Hydraulic bench (F1-10)
 Peralatan pipa friction (F1-18)
 Stopwatch
 Termometer
 Gelas ukur 100 dan 250 mL

Rangkaian Alat:

Keterangan:
1 1. Inlet pipe to constant head
11
tank
2
2. Air bleed screw
3 4 3. Pressure tapping
4. Test section
5 6 5. Water over mercury
manometer
6. Pressure water manometer
7
7. Pressure tapping
8
8. Flow control valve
9 9. Adjustable feet
10
10. Inlet pipe to test section
11. Header tank in flow

Gambar 7.3 Rangkaian Alat Percobaan Energy Losses In Pipe

7.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air.

VII-7
VII-8

7.3.3 Prosedur Percobaan


7.3.3.1 Kecepatan aliran tinggi
7.3.3.1.1 Setting Up Alat
1. Inlet pipe to test section dihubungkan dengan hydraulic bench flow connector.
2. Pompa dinyalakan dan bench gate value dibuka.
3. Flow control value dibuka sedikit demi sedikit agar ada aliran yang terbentuk.
4. Air bleed screw dibuka hingga udara dipastikan tidak ada yang terperangkap
dalam manometer Hg.
5. Air bleed screw dan flow control value ditutup.
6. Ketinggian (h0) pada manometer Hg dibaca apabila sudah steady.

7.3.3.1.2 Pengambilan Data


1. Flow control value dibuka pada bukaan ¾, 1, 1 ½ dan 1 ¾.
2. Headloss yang tertera pada manometer dibaca dan dicatat.
3. Volume dan temperatur fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 10
detik diukur dan dicatat.
4. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing bukaan.

7.3.3.2 Kecepatan Alir Rendah


7.3.3.2.1 Setting Up Alat
1. Inlet pipe to test section dihubungkan dengan header tank in flow.
2. Inlet pipe to constant head tank dihubungkan dengan hydraulic bench flow
connector.
3. Pompa dinyalakan dan bench gate valve dibuka.
4. Air bleed screw dan vent udara pada manometer air dibuka hingga udara tidak
ada yang terperangkap dalam manometer air.
5. Flow control value dibuka hingga ketinggian air pada manometer menurun.
6. Air bleed screw ditutup kemudian flow control valve dan vent udara ditutup.
7. Ketinggian (h0) pada manometer air dibaca apabila sudah steady.
VII-9

7.3.3.2.2 Pengambilan Data


1. Flow control value dibuka pada bukaan ¾, 1, 1 ½ dan 1 ¾.
2. Headloss yang tertera pada manometer dibaca dan dicatat.
3. Volume dan temperatur fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 10
detik diukur.
4. Percobaan diulang sebanyak 3 kali untuk masing–masing bukaan.
7.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
7. 4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 7. 1 Hasil Pengamatan Kecepatan Aliran Tinggi
Bukaan flow Volume 1 Volume 2 Volume 3 Volume rata-rata Waktu Temperatur h0 h1 h2
No.
control valve (m3) (m3) (m3) (m3) (s) Air (oC) (m) (m) (m)
1. ¾ 1,16 x 10-4 1,18 x 10-4 1,14 x 10-4 1,16 x 10-4 10 28 0,242 0,227 0,249
2. 1 1,22 x 10-4 1,22 x 10-4 1,20 x 10-4 1,21 x 10-4 10 28 0,242 0,229 0,260
3. 1½ 1,25 x 10-4 1,26 x 10-4 1,27 x 10-4 1,26 x 10-4 10 28 0,242 0,224 0,270
4. 1¾ 1,42 x 10-4 1,38 x 10-4 1,46 x 10-4 1,42 x 10-4 10 28 0,242 0,260 0,304
VII-10

Tabel 7. 2 Hasil Pengamatan Kecepatan Aliran Rendah


Bukaan flow Volume 1 Volume 2 Volume 3 Volume rata-rata Waktu Temperatur h0 h1 h2
No.
control valve (m3) (m3) (m3) (m3) (s) Air (oC) (m) (m) (m)
1. ¾ 2,60 x 10-5 2,40 x 10-5 2,60 x 10-5 2,53 x 10-5 10 28 0,332 0,335 0,308
2. 1 3,00 x 10-5 2,90 x 10-5 3,00 x 10-5 2,96 x 10-5 10 28 0,332 0,305 0,305
3. 1½ 3,60 x 10-5 3,50 x 10-5 3,50 x 10-5 3,53 x 10-5 10 28 0,332 0,368 0,294
4. 1¾ 4,00 x 10-5 4,00 x 10-5 4,90 x 10-5 3,96 x 10-5 10 28 0,332 0,370 0,290
VII-11
7.4.2 Hasil Perhitungan
Tabel 7.3 Hasil Perhitungan Kecepatan Alir Tinggi
Bukaan flow Volume Kinematic Viscosity h1 h2 Headloss Flowrate Velocity Friction
No Nre
control valve (m3) (m2/s) (m) (m) (m) (m3/s) (m/s) factor

1. ¾ 1,16 x 10-4 8,36 x 10-7 0,257 0,251 0,249 1,16 x 10-5 1,6419 0,0108 5891,9737
2. 1 1,21 x 10-4 8,36 x 10-7 0,254 0,254 0,260 1,21 x 10-5 1,7174 0,0103 6162,8690
3. 1½ 1,26 x 10-4 8,36 x 10-7 0,258 0,258 0,270 1,26 x 10-5 1,2838 0,0100 6399,9020
4. 1¾ 1,42 x 10-4 8,36 x 10-7 0,223 0,223 0,304 1,42 x 10-5 2,0999 0,0088 7212,5885

Tabel 7.4 Hasil Perhitungan Kecepatan Alir Rendah


Bukaan flow Volume Kinematic Viscosity h1 h2 Headloss Flowrate Velocity Friction
No Nre
control valve (m3) (m2/s) (m) (m) (m) (m3/s) (m/s) factor

1. ¾ 2,53 x 10-5 8,36 x 10-7 0,335 0,308 0,058 2,53 x 10-6 0,3586 0,0494 1286,7528
2. 1 2,96 x 10-5 8,36 x 10-7 0,358 0,305 0,068 2,06 x 10-6 0,4199 0,0424 1506,8853
3. 1½ 3,53 x 10-5 8,36 x 10-7 0,368 0,294 0,881 3,53 x 10-6 0,5001 0,5001 1794,6816
4. 1¾ 3,96 x 10-5 8,36 x 10-7 0,370 0,290 0,090 3,96 x 10-6 0,5615 0,5651 2014,7841
VII-12

7.4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari headloss yang
ditimbulkan oleh friksi dalam aliran air melalui pipa serta menentukan
friction factor yang terjadi pada kecepatan aliran tertentu dan pada kedua
jenis aliran laminar dan turbulen. Headloss merupakan suatu fenomena
rugi-rugi aliran di dalam sistem perpipaan (Helmizar, 2010). Sedangkan
friction factor (faktor gesekan) yaitu gaya yang bekerja pada permukaan
padatan, yaitu dinding pipa sebelah dalam dengan fluida yang mengalir
dalam pipa. Secara garis besar faktor gesekan tergantung pada laju alir dan
diameter dari pipa (Syarif, 2017). Friction factor merupakan fungsi
turbulensi aliran yang dinyatakan sebagai Reynolds number. Reynolds
number berhubungan langsung dengan headloss atau kerugian aliran yang
diakibatkan oleh faktor friksi dalam aliran air melalui pipa. Menurut (Putra
dkk., 2019) headloss adalah kehilangan energi mekanik persatuan masa
fluida. Sedangkan fluida yang mengalir dekat dengan dinding pipa akan
memiliki friksi yang lebih besar dibandingkan fluida di sumbu pipa. Hal
ini disebabkan adanya gaya gesek antara fluida dengan dinding pipa
sehingga gerakannya lebih lembut daripada fluida di sumbu pipa.
Percobaan ini dilakukan dengan dua kecepatan aliran yaitu aliran
tinggi dan aliran rendah. Kecepatan aliran tinggi yaitu aliran yang sumber
alirannya langsung dari pompa sehingga menghasilkan debit aliran yang
lebih besar, sedangkan Kecepatan aliran rendah yaitu aliran yang sumber
arusnya berasal dari pompa namun melewati reservoir sehingga kecepatan
dan debit alirannya tidak terlalu besar. Variasi aliran tersebut akan
diketahui dengan velocity dan headloss serta friction factor dan Reynolds
number.
Grafik hubungan antara velocity (v) terhadap headloss (ΔH) dapat
dilihat pada Gambar 7.4 sebagai berikut:
VII-13

0.06

Friction Factor (f) 0.05


0.04
0.03
Tinggi
0.02
Rendah
0.01
0.00
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Reynold Number (Re)

Gambar 7.4 Grafik Hubungan Antara Velocity (v) Terhadap Headloss (ΔH) Pada
Kecepatan Aliran Tinggi dan Aliran Rendah

Berdasarkan Gambar 7.4 menunjukkan bahwa garis pada Kecepatan aliran


rendah dan Kecepatan aliran tinggi tidak saling berhimpit. Nilai velocity pada
kecepatan aliran tinggi untuk bukaan 3/4, 1, 1 1/2 dan 1 3/4 berturut-turut yaitu
1,6419 m/s; 1,7174 m/s; 1,7384 m/s dan 2,0099 m/s. Sedangkan nilai velocity
pada kecepatan aliran rendah untuk bukaan 3/4, 1, 1 1/2 dan 1 3/4 berturut-turut
yaitu 0,3586 m/s; 0,4199 m/s; 0,0501 m/s dan 0,5615 m/s. Hal ini disebabkan
semakin besar bukaan flow control valve maka akan semakin besar pula velocity
yang dihasilkan sehingga debit yang dikeluarkan juga besar. Dari hasil
perhitungan didapatkan nilai debit pada Kecepatan aliran tinggi lebih besar
dibandingkan debit pada Kecepatan aliran rendah. Sehingga tekanan yang
ditimbulkan oleh fluida terhadap dinding meningkat dan menyebabkan headloss
semakin besar. Nilai headloss pada Kecepatan aliran tinggi pada masing-masing
bukaan yaitu 0,249 m; 0,260 m; 0,270 m dan 0,304 m. Nilai headlos pada
kecepatan aliran rendah pada masing-masing bukaan yaitu 0,058 m; 0,068 m;
0,081 m dan 0,090 m. Headloss pada Kecepatan aliran tinggi lebih besar daripada
heatless pada kecepatan aliran rendah. Hal ini terjadi karena pada aliran tinggi
debit alirannya lebih besar dibandingkan Kecepatan aliran rendah. Percobaan ini
VII-14

sesuai dengan teori McCabe dkk (1999) yaitu sesuai dengan hukum newton yaitu
semakin besar velocity maka semakin besar pula nilai headlossnya.
Faktor yang mempengaruhi headloss yaitu kekentalan fluida
(viscosity), bilangan Reynolds massa jenis fluida, kecepatan fluida, jenis
aliran, kekasaran bahan pipa, nilai faktor gesekan pipa serta fitting
(Ramadhan dan Suriyadi, 2016). Adapun faktor lain yang menyebabkan
headloss yaitu gesekan antara fluida dengan dinding pipa lurus yang
mempunyai luas penampang jalan aliran untuk minor losses (Putri dan
Sriyani, 2017). Panjang pipa juga berbanding lurus dengan headloss di
mana semakin panjang saluran pipa maka akan semakin besar pula nilai
headloss yang diperoleh.
Grafik hubungan antara Reynolds number (Re) dan friction factor
(F) pada kecepatan aliran tinggi dan kecepatan aliran rendah dapat dilihat
pada Gambar 7.5 berikut:

0.35
0.30
0.25
Headloss (m)

0.20
0.15 Tinggi
0.10 Rendah
0.05
0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Velocity (m/s)

Gambar 7.5 Grafik Hubungan Antara Reynold Number (Re) dan Friction Factor
(F) Pada Kecepatan Aliran Tinggi dan Kecepatan Aliran
Rendah

Berdasarkan Gambar 7.5 dapat dilihat bahwa nilai Reynolds berbanding terbalik
dengan friction factor di mana semakin besar bukaan flow control valve maka
VII-15

Reynolds number akan semakin besar. Nilai Reynolds untuk Kecepatan aliran
tinggi untuk bukaan 3/4, 1, 11/2 dan 13/4 berturut-turut yaitu 639,9024; 7280,3123;
8702,5130 dan 9074,9939. Sedangkan Reynolds number pada kecepatan aliran
rendah untuk permukaan 3/4, 1, 11/2 dan 13/4 berturut-turut yaitu 1489,9243;
1642,3030; 2014,7841 dan 2184,0937. Adapun nilai friction factor pada
Kecepatan aliran rendah untuk masing-masing bukaan yaitu 0,0429; 0,0389;
0,0317 dan 0,0293. Sedangkan nilai friction factor pada kecepatan aliran tinggi
untuk masing-masing bukaan yaitu 0,0100; 0,0087; 0,0073 dan 0,0070. Hasil
perhitungan pada kedua jenis aliran menunjukkan bahwa friction factor
berbanding terbalik dengan nilai Reynold number. Hal ini berarti semakin besar
Reynold number maka semakin kecil friction factor (McCabe dkk., 1993). Pada
percobaan ini hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan teori Subagyo (2011)
faktor gesek akan semakin kecil nilainya dengan kenaikan bilangan Reynolds.
Faktor yang mempengaruhi friction factor adalah diameter pipa,
semakin besar diameter pipa maka nilai koefisien geseknya (F) akan
semakin besar. Sebaliknya jika diameter mengecil maka nilai koefisien
geseknya akan menurun (Subagyo, 2011). Panjang pipa juga
mempengaruhi friction factor di mana semakin panjang pipa maka
semakin besar friction factor.
Faktor-faktor yang terjadi pada saat praktikum yaitu kurangnya
ketelitian dalam perhitungan waktu pada saat penampungan air sehingga
volume yang tertampung tidak konstan. Kemudian kurang tepat dalam
pengambilan nilai pada gelas ukur dan manometer sehingga
mempengaruhi angka pengukuran seharusnya. Selain itu, kurang tepatnya
saat pembukaan flow control valve pada bukaan tertentu dapat
mengakibatkan kurangnya kecepatan data yang akan diperoleh pada
bukaan tersebut.
VII-16
7.5 PENUTUP

7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah nilai headloss pada bukaan 3/4, 1,
1½ dan 13/4 untuk kecepatan aliran tinggi berturut – turut 0,2490 m; 0,2605 m;
0,2705 m dan 0,3048 m. Sedangkan untuk kecepatan aliran rendah berturut – turut
sebesar 0,0581 m; 0,0680 m; 0,0810 m dan 0,0909 m. Sehingga headloss
berbanding lurus dengan nilai velocity. Nilai friction factor pada bukaan 3/4, 1, 11/2
dan 13/4 untuk kecepatan aliran tinggi berturut – turut sebesar 0,0108 ; 0,0103;
0,1000 dan 0,0088. Sedangkan pada kecepatan aliran rendah berturut – turut
sebesar 0,0497; 0,0421; 0,0356 dan 0,0317 sehingga nilai friction factor
berbanding terbalik dengan reynold number.

7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu menggunakan
diameter selang ½, ¾ dan 1 inch. Hal ini bertujuan agar mendapatkan nilai
headloss yang berbeda. Sehingga didapatkan nilai volume fluida yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Nasrul dan Ishak. (2019): Analisa Fluida Cair dan Pressure
DropMenggunakan Metode Simulasi Cumpotational Fluid Dynamic
(CFD). Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Vol 4 No 2.
Armansyah, B. (2021): Analisis Pressure Drop Akibat Terjadinya Friction dengan
Persamaan Bernoulli Pada Aliran Pipa Sumur Gas Lapangan PNN.
Universitas Islam Riau. Riau.

Darmawan, D. (2018): Analisis Bilangan Reynold (RE) untuk Menentukan Jenis


Aliran Fluida Menggunakan CFD Sebagai Rancangan Bahan Ajar di
SMA. Universitas J ember. Jember.

Ghuri, A. (2014): Dasar-Dasar Mekanika Fluida. Jurusan Teknik Mesin.


Universitas Udayana.

Helmizar (2010): Studi Eksperimental Pengukuran Headloss Mayor dan Headloss


Minor pada Sistem Instalasi Pipa. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

McCabe, H, P. dan J.c, S. (1993): Unit Operations Of Chemical Engineering. MC


Graw Hill. New York.

Putra, E. I., Sulaiman dan Gaisha (2019): Analisa Rugi Aliran (Headloses) Pada
Belokan Pipa PVC. Institut Teknologi Padang. Padang.

Putri, T. S. dan Sriyani, R. (2017): Analisa Perubahan Debit Terhadap Perubahan


Penampang Pada Pipa 1 (Uji Laboratorium) Civil Engenering.

Subagyo (2011): Analisis Faktor Gesekan Pada Pipa Lurus Dengan Variasi Sudut
Aliran. Jurnal Teknologi Technoicienty.

DP.VII-1
DP.VII-2

Sumardi dan Nurwanty (2020): Analisis Perubahan Tinggi Tekanan Akibat Sudut
Belokan 90º dan 45º dengan Menggunakan Fluid Friction Apparatus.
Universitas Muhammadiyah. Makasar

Syarif, S. (2017): Perancangan dan Pembuatan Alat Uji Keausan Bantalan


Gelinding Doctoral Disertatiom. Universitas Andalas.
Zainuddin, M. (2020): Validasi Perangkat Pembelajaran Fisika Fluida Berbasis
Lingkungan Lahan Basah Inprosiding Seminar Nasional Lingkungan
Lahan Basah.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Kecepatan Aliran Tinggi


Bukaan 3/4
a. Volume rata – rata (Ṽ)
V 1+V 2+V 3
Ṽ=
3
= (116 + 118+ 114) x 10-4 m3
3
= 1,16 x 10-4 m3

b. Tinggi manometer (h)


h = h1 – h2
= (0,249 – 0,227) m
= 0,022 m

c. Flowrate (Qt)
DP.VII-3


Qt = t

1,16 x 10-4 m3
=

10 s

= 1,16 x 10-5 m-3/s

d. Velocity (v)
Diketahui: d test pipe = 0,003 m
4 Qt
v= 2
πd
= 4(1,16 x 10-5 m-3/s)
(3,14)(0,003 m)2

= 1,6419 m/s

e. Reynolds number (NRe)


Diketahui : T = 28 C
Viskositas Kinematik (v) = 8,36 x10-7 m2/s

velocity . d
NRe =
kinematic viscosity
= (1,6419 m/s)(0,003 m)
8,36 x 10-7 m2/s
= 5891,9737

f. Friction factor (f) untuk Aliran Transisi


64
f=
NRe
= 64/5891,9737
DP.VII-4

= 0,0108

g. Headloss (
f . L. velocity
H =
2. g . d
= (0,0108)(0,5 m)(1,6419 m/s)2
2(9,8 m/s2)(0,003 m)
= 0,249 m
Hasil perhitungan pada bukaan 1,1½ dan 3/4 dapat dilihat pada Tabel 7.1

2. Kecepatan Aliran Rendah


Bukaan 3/4
a. Volume rata – rata (Ṽ)
V 1+V 2+V 3
Ṽ=
3
= (26 + 24 + 26)10-5 m3
3
= 2,53 x 10-5 m3
b. Tinggi manometer (h)
h = h1 – h2
= (0,335 – 0,308) m
= 0,027 m

c. Flowrate (Qt)

Qt =
t
= 2,53 x 10-5 m3
10 s
= 2,53 x 10-6 m3/s

d. Velocity (v)
Diketahui: d test pipe = 0,003 m
DP.VII-5

4 Qt
v = 2
πd
= 4(2,53 x 10-6 m3/s)
(3,14)(0,003 m)2
= 0,3586 m/s

e. Reynolds number (NRe)


Diketahui : T = 28 C
Viskositas Kinematik (v) = 8,36 x10-7 m2/s

velocity . d
NRe =
kinematic viscosity
= (0,3586 m/s)(0,003 m)
8,7 x 10-7 m2/s
= 1286,7528

f. Friction factor (f) untuk aliran laminar


64
f=

= 64/1286,7528
= 0,0497

g. Headloss (
f . L. velocity
H =
2. g . d
(0,0497)(0,5 m)(0,3586 m/s)2
=
2
)(0,003 m)
2(9,8 m/s

m

Hasil perhitungan pada bukaan 1, 11/2 dan 1 3/4 dapat dilihat pada Tabel 7.3
LP.VII-1

Anda mungkin juga menyukai