Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA 1


(STK4227)

PERCOBAAN 5
OSBORNE REYNOLDS

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. AGUS MIRWAN, S.T. M.T.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VII (TUJUH)

ANDHAN DWI JUWITA SARI (2110814220008)

M. QADERI MUSTHAFA (2010814210038)

WENNY ERLIANTI (2010814220030)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
ABSTRAK

Reynolds number adalah bilangan yang digunakan untuk membantu memprediksi pola
aliran dalam berbagai situasi aliran fluida. Pada bilangan Reynolds rendah, aliran cenderung
didominasi oleh aliran laminar, sedangkan pada bilangan Reynolds tinggi aliran cenderung
turbulen. Aliran transisi berada antara aliran laminar dan turbulen. Aliran turbulen adalah aliran
fluida dimana partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan
berfluktuasi yang saling interaksi. Nilai bilangan Reynolds untuk aliran turbulen adalah > 4000.
Aliran laminer adalah aliran yang tenang dan membentuk satu garis lurus pada arah aliran fluida.
Nilai bilangan Reynolds untuk aliran laminer adalah < 2000. Sedangkan, untuk aliran transisi
adalah situasi istimewa dimana nilai bilangan Reynolds berada di antara nilai bilangan Reynolds
laminer dan bilangan Reynolds turbulen. Tujuan dari percobaan Osborne Reynolds adalah
menyelidiki karakteristik aliran fluida dalam pompa berdasarkan Reynolds number aliran fluida
tersebut. Reynolds mempelajari kondisi dimana suatu aliran dapat berubah menjadi jenis aliran
yang lain pada kondisi tertentu. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aliran zat warna dalam
fluida (air) dan memvisualisasikan jenis aliran yang terjadi pada setiap sudut putar pada flow
control valve adalah 120° , 180° , 240° dan 300° dengan suhu air yang dipakai adalah 28 ° C .
Penambahan kelereng pada tangki air dimaksudkan untuk menjaga aliran yang masuk ke bell
mouth entry agar tidak bergejolak. Pada bukaan tetap nilai Re perobaan sebagai berikut: 4924,3998
; 6675,8616 ; 8249,6388 ; dan 9721,8820. Adapun jenis aliran yang terjadi pada bukaan dari sudut
putar adalah 120° , 180° , 240° dan 300° adalah turbulen, turbulen, turbulen, dan turbulen. Faktor-
faktor yang mempengaruhi bilangan Reynolds antara lain densitas, diameter pipa, viskositas
absolut, dan velocity.

Kata kunci : Fluida, Laminar, Reynolds Number, Transisi , Turbulen,

V-i
PERCOBAAN 5
OSBORNE REYNOLDS

5.1 PENDAHULUAN

5.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menyelidiki karakteristik aliran
fluida dalam pipa berdasarkan Reynolds number aliran fluida tersebut.

5.1.2 Latar Belakang


Reynolds number adalah bilangan yang digunakan untuk
membantu memprediksi pola aliran dalam berbagai situasi aliran fluida. Pada
bilangan Reynolds rendah, aliran cenderung didominasi oleh aliran laminar,
sedangkan pada bilangan Reynolds tinggi aliran cenderung turbulen. Turbulensi
dihasilkan dari perbedaan kecepatan dan arah fluida yang terkadang berpotongan
atau bahkan bergerak berlawanan dengan keseluruhan arah aliran. Bilangan
Reynolds merupakan rasio gaya inersia terhadap ketentuan fluida yang mengalami
gerakan internal relatif karena kekentalan fluida yang berbeda (Kumar dkk.,
2022).
Mekanika fluida adalah cabang ilmu yang menelaah hal-hal yang
berkaitan dengan gaya dan gerakan. Fluida adalah zat yang berada dalam keadaan
cair atau liquid dan gas. Zat cair dan gas yang berada pada keadaan tertentu untuk
jumlah massa yang memiliki volume tertentu yang tidak bergantung pada bentuk
benda di mana zat cair tersebut ditempatkan. Mekanika fluida memiliki definisi
cabang ilmu yang menelaah gaya dan gerakan yang terjadi di dalam fluida. Gaya
dan gerakan selalu berkaitan dengan energi dan momentum. Pada fluida yang
tidak bergerak atau statis, gaya yang terjadi adalah akibat tekanan fluida pada
batas atau dinding dimana fluida tersebut berada. (Ghurri, 2014).
Sistem aliran fluida dalam pipa sering digunakan sebagai sistem aliran
air PDAM, sistem penyaluran bahan bakar minyak, termasuk juga ducting system

V-1
V-2

pada AC sentral yang harus memperhitungkan secara hati-hati losses atau


kehilangan energi akibat penurunan tekanan tersebut karena mempengaruhi energi
total dalam system (Ghurri, 2015). Oleh karena itu percobaan ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada para praktikan terkait
pemanfaatan fluida mengalir dalam pipa terlebih pemanfaatan Reynolds number
dalam dunia industri.
5.2 DASAR TEORI

Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Fluida dapat berubah bentuk
sesuai dengan batas-batas wadah ataupun tempat fluida tersebut berada. Fluida
dapat berubah bentuk karena fluida tidak dapat mempertahankan gaya yang
bersinggungan dengan permukaannya. Fluida dapat mengalir karena fluida tidak
dapat menahan tegangan geser. Akan tetapi fluida dapat mengarahkan gaya ke
arah yang tegak lurus dengan permukaannya. Beberapa material seperti pitch
membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan wadahnya, namun
pitch bisa merubah bentuk sesuai wadah. Oleh karena itu pitch diklasifikasikan
sebagai salah satu fluida (Haliday dan Resnick., 2023).
Secara garis besar mekanika fluida dibagi menjadi dua yaitu fluida
statis dan fluida dinamis. Aliran fluida inviscid adalah aliran dengan viskositas nol
atau dianggap nol, atau cairan di mana perbedaan tegangan geser antara lapisan
fluida nol (gradien arah kecepatan vertikal sudah tidak terjadi). Fluida inviscid
selalu digunakan dalam mekanika fluida yang murni (teoritis), atau disebut
hidrodinamika. Persamaan-persamaan dalam hidrodinamika senantiasa
mengabaikan viskositas. Pada aliran inviscid, kecepatan fluida tidak dipengaruhi
oleh permukaan padat. Pada fluida statis tidak terjadi tegangan geser, dengan
demikian fluida statis adalah fluida inviscid (Ghurri, 2014).
Koefisien geser untuk pipa silinder merupakan fungsi dari Re
(bilangan Reynolds). Eksperimen ini pertama kali dilakukan oleh Osborne
Reynolds dan ditunjukkan bahwa ada dua modus yang mungkin pada aliran
melalui pipa. Akan tetapi dalam modus yang kedua tiap partikel fluida rupanya
mengikuti satu lintasan yang sebarang di seluruh pipa, hanya gerakan rata-rata
yang mengikuti pipa. Modus pertama disebut aliran laminar, sedangkan modus
kedua disebut turbulen. Transisi dari aliran laminar dan turbulen tentunya
merupakan fungsi dari bilangan Reynolds. Perubahan modus aliran ini merupakan
efek dari perubahan geser secara tiba-tiba. Transisi terjadi karena di atas bilangan
Reynolds yang tertentu aliran laminar menjadi tidak stabil. Satu aliran dikatakan
stabil bila gangguan-gangguan dapat

V-3
V-4

diredamkan. Karena transisi bergantung pada gangguan-gangguan yang dapat


berasal dari luar atau karena kekasaran permukaan pipa. Dalam eksperimen-
eksperimen yang diatur secara hati-hati, aliran laminer dalam pipa yang lain dapat
diusahakan hingga bilangan Reynolds 2000 sampai 3000. Di bawah Re = 2000
aliran benar-benar bersifat stabil dan aliran dengan Re = 4000 telah diamati dalam
suasana istimewa (Ridwan, 2005).
Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah
menjadi jenis aliran lainnya dan menemukan bahwa kecepatan kritis di mana
aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen bergantung pada 4 besaran yaitu
diameter tabung, viskositas, densitas, serta kecepatan linear rata-rata cairan. Lebih
lanjut, Ia menemukan bahwa keempat faktor ini dapat digabungkan menjadi satu
kelompok dan bahwa perubahan jenis aliran terjadi pada nilai yang pasti dari
kelompok tersebut (McCabe dkk., 1997):

Dv ρ D v
Nre= . ...(5.1)
μ v

Keterangan:
D : Diameter of tube (m)
v : Kecepatan rata-rata cairan (m/s)
μ : Viskositas cairan (m2/s)
ρ : Massa jenis cairan (g/cm3)
v : Viskositas kinematik cairan (m2/s)

Kelompok variabel tak berdimensi yang didefinisikan oleh persamaan 5.1 disebut
bilangan Reynolds, yang merupakan salah satu kelompok tak berdimensi.
Besarnya tidak bergantung pada satuan yang digunakan asalkan satuannya
konsisten.
Gerakan fluida real sangat rumit dan belum sepenuhnya dipahami.
Sebagai gantinya, akan dibahas mengenai gerakan fluida ideal yang lebih
sederhana untuk ditangani secara matematis namun memberikan hasil yang
V-5

berguna. Berikut adalah empat asumsi yang kita buat tentang fluida ideal
berkaitan dengan aliran (Halliday dan Resnick, 2003).
1. Aliran tunak dalam aliran (atau laminar), kecepatan fluida yang bergerak di
titik manapun tetap tidak berubah seiring waktu. Aliran air yang tenang di
dekat pusat adalah aliran yang mantap. Kecepatan partikel-partikel asap
meningkat saat mereka naik dan pada kecepatan kritis tertentu aliran berubah
dari steady menjadi non-steady.
2. Aliran tak termampatkan, seperti halnya fluida yang diam bahwa fluida ideal
tidak dapat dimampatkan, yaitu densitasnya memiliki nilai yang konstan dan
seragam.
3. Non viscous flow. Viskositas fluida adalah ukuran bagaimana resistif fluida
untuk mengalir. Misalnya madu lebih kental daripada air. Viskositas adalah
analog fluida gesekan antara padatan. Keduanya adalah mekanisme dimana
kinetik benda bergerak dapat ditransfer ke energi panas. Dengan tidak adanya
gesekan, sebuah balok dapat meluncur dengan kecepatan konstan di
sepanjang permukaan horizontal. Dengan cara yang sama, sebuah benda yang
bergerak melalui fluida tidak akan mengalami hambatan karena viskositas.
4. Irrotational flow. Dalam aliran irrotational benda uji tidak akan berputar
pada suatu sumbu pusat massanya sendiri. Kecepatan sebuah partikel selalu
bersinggungan dengan jalur yang diambil oleh partikel, untuk alasan ini dua
garis streamline tidak pernah bisa berpotongan. Jika hal itu terjadi maka
elemen yang tiba di persimpangan akan memiliki dua kecepatan yang berbeda
secara bersamaan.
Keberadaan aliran laminar dan turbulan paling mudah divisualisasikan
oleh eksperimen Reynolds. Eksperimen ditunjukkan pada Gambar 5.1. Air
dibiarkan mengalir pada pipa transparan dalam kondisi lunak dengan laju aliran
yang dikendalikan oleh katup di ujung pipa. Aliran halus air berwarna
diperkenalkan dari jet halus seperti yang ditunjukkan dari pola aliran yang
diamati. Pada laju aliran yang rendah, pola warna teratur dan membentuk satu
garis atau aliran yang mirip dengan benang, yang ditunjukkan pada Gambar 5.1
(a). Tidak ada pencampuran cairan secara lateral dan mengalir dalam aliran ke
V-6

bawah tabung. Dengan menambahkan pancaran tambahan pada titik-titik lain


pada penampang pipa, terlihat bahwa tidak ada pencampuran di bagian manapun
dari tabung fluida yang mengalir dalam garis lurus sejajar. Jenis aliran ini disebut
aliran laminer. Jenis aliran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut (Geankoplis,
1993):

Gambar 5.1 Eksperimen Reynolds untuk Berbagai Jenis Aliran

Fluida dalam aliran laminar biasanya mengalir searah dengan aliran.


Rudi akan mengalir sepanjang garis lurus dinding atau pipa. Permukaan bagian
dalam secara efektif disampingkan oleh fluida yang mengalir dan tingkat
kekasaran pipa tidak banyak berpengaruh terhadap aliran. Aliran sebagian besar
ditentukan oleh sifat-sifat fluida. Khususnya viskositas, kecepatan lokal fluida
bervariasi melintasi diameter pipa dari nol hingga maksimum di bagian tengah
(Brown, 1956).
V-7

Gambar 5.2 Garis Aliran Laminer dan Aliran Turbulen

Rasio viskositas absolut dengan densitas fluida seringkali berguna.


Saat ini disebut viskositas kinematik dan dinyatakan dengan aljabar V adalah
meter persegi per detik. Sedangkan dalam sistem CGS, viskositas kinematik
disebut stoke (st) yang didefinisikan dalam 1cm2/s. Satuan FPS adalah ft2/s. Untuk
cairan, viskositas kinematik bervariasi dengan suhu yang rentang yang akan lebih
sempit dari viskositas absolut. Untuk gas, viskositas kinematik meningkat lebih
cepat. Faktor konversi dinyatakan dengan (McCabe dkk., 1993):

2
m 4 ft
1 =10 st=10,7639 ...(5.2)
s s

Keterangan:
st : Stoke (ft2/s)
Prinsip-prinsip statika fluida dalam bagian sebelumnya merupakan
ilmu pasti. Di sisi lain, prinsip-prinsip gerakan cairan cukup kompleks. Hubungan
dasar yang menggambarkan gerakan fluida adalah persamaan untuk
keseimbangan keseluruhan massa, energi, dan momentum. Pada bagian ini,
dibahas dua jenis aliran fluida yang dapat terjadi, aliran fluida laminer atau
V-8

turbulen. Jenis aliran yang terjadi pada fluida dalam suatu saluran penting dalam
dinamika fluida. Ketika fluida yang bergerak pada saluran tertutup dari setiap
penampang. Untuk menentukan jenis dari dua aliran yang berbeda dapat diamati
sesuai dengan kondisi yang terlihat. Kedua jenis aliran ini biasanya dapat
ditemukan pada aliran sungai atau aliran terbuka yang mengalir. Ketika kecepatan
fluidanya lambat, pola alirannya akan bersifat halus. Namun ketika kecepatan
aliran fluida cukup tinggi pola alirannya tidak terarah yang bergerak ke segala
arah dan pada semua sudut terhadap garis aliran fluida normalnya. Jenis pertama
aliran pada kecepatan rendah di mana aliran fluida tampak meluncur satu sama
lain tanpa adanya pusaran, aliran ini disebut aliran laminer dan hukum viskositas
berlangsung atau berlaku pada aliran ini. Jenis kedua aliran fluida pada kecepatan
tinggi di mana satu pusaran hadir memberikan fluida dengan sifat berfluktasi
disebut aliran turbulen (Geankoplis, 1993).
Sifat fisika dan kimia dari air adalah sebagai berikut (Perry, 1997):
Nama produk : Air
Rumus : H2O
Berat molekul : 18g/mol
Warna : Tidak berwarna
Titik leleh : 0℃
Titik didih : 100℃
Spesific gravity : 1,00
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan aliran, hasil
dari percobaan Reynolds adalah (Yendri, 2003):
a. Faktor keadaan aliran yaitu kekuatan zat cair μ (miu)
b. Rapat massa zat cair ρ (rho)
c. Diameter pipa (D)
Hubungan antara ketiganya yang mempunyai dimensi sama dengan kecepatan.
Reynolds menunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan satu
angka tertentu. Percobaan Osborne Reynolds digunakan untuk menyelidiki
karakteristik aliran fluida.
5.3 METODOLOGI PERCOBAAN

5.3.1 Alat dan Rangaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah termometer,
stopwatch, pompa air, bak penampung air, gelas ukur (100 mL, 250 mL dan 500
mL) dan rangkaian alat Osborne Reynolds (F1-20).

Rangkaian Alat:

1 Keterangan :
2 1. Tangki zat warna
3
4
2. Keran zat warna
4 3. Sekrup pengatur ketinggian
5
6 tangki zat warna
7
4. Tangki air
5. Overflow pipe
8 6. Jarum suntik
7. Bell mouth entry
9 8. Kelereng kaca
9
9. Pipa pemasukan
10. Test section

10
11. Flow control valve
12. Pipa pengeluaran
13. Penyangga yang dapat diatur

11
12
13

Gambar 5.3 Rangkaian Alat Percobaan Osborne Reynolds


V-10

5.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air dan zat
warna biru (tinta biru).

5.3.3 Prosedur Percobaan


5.3.3.1 Persiapan Alat
1. Alat dirangkai seperti pada Gambar 5.3
2. Tangki zat warna diisi dengan zat warna secukupnya.
3. Pipa pemasukkan dihubungkan dengan keran tandon dan overflow pipe
diletakkan ke tempat penampungan.
4. Pompa dihidupkan dengan keran tandon dibuka pada bukaan tertentu serta
tangki dibiarkan terisi penuh hingga overflow.
5. Test section dipastikan sudah terisi dengan baik tanpa adanya gelembung
udara.
6. Flow control valve dibuka secara perlahan.
7. Keran zat warna diatur hingga zat warna terlihat jelas membentuk garis lurus
pada test section.

5.3.3.2 Pengambilan Data


1. Flow control valve dibuka dengan sudut putar 120o, 180o, 240o, dan 300o.
Setelah itu aliran zat warna diamati pada test section.
2. Air yang keluar pada pipa pengeluaran ditampung dengan gelas ukur selama
4 detik. Kemudian air yang telah tertampung diukur volume dan suhunya.
Penampungan air diulang sebanyak 3 kali.
3. Langkah 1 dan 2 diulangi dengan bukaan keran tandon yang lebih besar (2 ½
dan 3 1/2 ) serta flow control valve dibuka susai sudut putar yang telah
ditentukan dan aliran zat warna diamati pada test section.
4. Data yang didapat dari hasil pengamatan dan pengukuran dicatat pada tabel
pengamatan.
5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1 Hasil Pengamatan


Suhu air (T air) = 28oC
Viskositas kinematik (V) = 0,836 x 10-6 m2/s
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan pada Bukaan 1 ½
Sudut Volume Waktu
Volume Rata-Rata Visualisasi
Putar Penampungan (mL) Penampungan
Sifat Aliran
Keran (o) 1 2 3 V (cm3) V (m3) (s)
120 114 118 110 114 1,1400 x 10-4 4 Laminer
180 148 192 146 148,6667 1,4877 x 10-4 4 Laminer
240 188 186 184 186 1,8600 x 10-4 4 Laminer
300 220 222 220 220,6667 2,2077 x 10-4 4 Laminer

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan pada Bukaan 2 ½


Sudut Volume Waktu
Volume Rata-Rata Visualisasi
Putar Penampungan (mL) Penampungan
Sifat Aliran
Keran (o) 1 2 3 V (cm3) V (m3) (s)
120 120 124 122 122 1,2200 x 10-4 4 Laminer
180 156 160 162 159,333 1,5933 x 10-4 4 Laminer
240 194 198 202 198 1,9800 x 10-4 4 Transisi
300 232 230 234 232 2,3200 x 10-4 4 Transisi

Tabel 5.3 Hasil Pengamatan pada Bukaan 3 ½


Sudut Volume Waktu
Volume Rata-Rata Visualisasi
Putar Penampungan (mL) Penampungan
Sifat Aliran
Keran (o) 1 2 3 V (cm3) V (m3) (s)
120 128 128 132 129,3333 1,3933 x 10-4 4 Transisi
180 172 180 174 175,3333 1,7533 x 10-4 4 Turbulen
240 212 220 218 216,6667 2,1667 x 10-4 4 Turbulen
300 260 252 252 255,3333 2,5533 x 10-4 4 Turbulen

V-11
V-12

Tabel 5.4 Hasil Perhitungan pada Bukaan 1 ½ (d= 0,01 m ; A= 7,85 x 10-5 m2 ; v= 0,836 x 10-6 m2/s)
Sudut Flowrate Velocit Re Visualisasi Sifat Aliran Kesalahan
Re
putaran (Qt) y (v) Perhitungan xy x2 Relatif
Perhitungan Persamaan Persamaan
(x) (m3/s) (m/s) (y) (%)
120 2,855 x 10-5 0,3629 43401,5742 Turbulen Turbulen 520869,5048 14400 4330,14258 0,2345
180 3,716 x 10-5 0,4732 5660,5214 Turbulen Turbulen 1018893,8559 32400 5690,9816 0,5352
240 4,655 x 10-5 0,5920 4031,9977 Turbulen Turbulen 1699679,4368 57600 7051,5374 0,4320
300 5,516 x 10-5 0,7074 8401,9399 Turbulen Turbulen 2520081,9605 90000 8412,0933 0,1207

∑x=840o 19440
2,1305 5760014,7581
0

a = 22,6750
b = 1609,3145
y = 22,6759x + 1609,314
V-13

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan pada Bukaan 2 ½ (d= 0,01 m ; A= 7,85 x 10-5 m2 ; v= 0,836 x 10-6 m2/s)
Sudut Flowrate Velocit Re Visualisasi Sifat Aliran Kesalahan
Re
putaran (Qt) y (v) Perhitungan xy x2 Relatif
Perhitungan Persamaan Persamaan
(x) (m3/s) (m/s) (y) (%)
120 3,050 x 10-5 0,3883 4645,1813 Turbulen Turbulen 557421,7508 14400 4665,4881 0,4393
180 3,988 x 10-5 0,5072 6066,6575 Turbulen Turbulen 1091998,3478 32400 6069,1958 0,0418
240 4,950 x 10-5 0,6302 7538,9007 Turbulen Turbulen 1809336,1747 57600 7472,9036 0,8832
300 5,800 x 10-5 0,7315 8833,4594 Turbulen Turbulen 2650037,8316 90000 8876,6114 0,4861

∑x=840o 19440
2,2642 27084,1989 6108794,1049
0

a = 23,3951
b = 1858,0725
y = 22,3951x + 1858,0725
V-14

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan pada Bukaan 3 ½ (d= 0,01 m ; A= 7,85 x 10-5 m2 ; v= 0,836 x 10-6 m2/s)
Sudut Flowrate Velocit Re Visualisasi Sifat Aliran Kesalahan
Re
putaran (Qt) y (v) Perhitungan xy x2 Relatif
Perhitungan Persamaan Persamaan
(x) (m3/s) (m/s) (y) (%)
120 3,233 x 10-5 0,4116 4924,3998 Turbulen Turbulen 590927,9762 14400 4998,0120 1,4728
180 4,383 x 10-5 0,5583 6675,8616 Turbulen Turbulen 1201655,0857 32400 6599,6344 1,2317
240 5,417 x 10-5 0,6896 8249,6388 Turbulen Turbulen 1979913,3224 57600 8191,2568 0,7121
300 6,383 x 10-5 0,8127 4721,8822 Turbulen Turbulen 2916564,6250 90000 9787,8792 0,6743

∑x=840o 19440
2,4722 29571,7832 6689061,0094
0

a = 26,6104
b = 1804,7671
y = 26,6104x + 1804,7671
V-15

5.4.3 Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menyelidiki karakteristik
aliran fluida dalam pipa berdasarkan Reynolds number aliran fluida tersebut.
Menurut Kumar dkk. (2022), Reynolds number adalah bilangan yang digunakan
untuk membantu memprediksi pola aliran dalam berbagai situasi aliran. Situasi
aliran fluida yang dimaksud adalah aliran laminar (Re<2000), aliran transisi
(2000<Re<4000), dan aliran turbulen (Re>4000). Sendi yang digunakan pada
percobaan ini adalah air dan zat warna biru yang ditambahkan. Penambahan zat
warna biru digunakan untuk mempelajari sekaligus mengamati karakter aliran
yang terjadi pada test section. Aliran laminar ditandai dengan mengalirnya zat
warna biru dengan stabil, aliran transisi ditandai dengan zat warna biru yang mulai
terputus-putus, serta aliran turbulen ditandai dengan zat warna biru yang mulai
sangat tidak beraturan. Menurut Ridwan, 2015), perubahan modus aliran
merupakan efek dari perubahan gesek secara tiba-tiba di mana aliran transisi
terjadi karena di atas Reynolds number tertentu aliran laminar menjadi tidak
stabil. Transisi dapat terjadi secara berkala dalam durasi tertentu untuk kemudian
dapat kembali menjadi aliran laminar ataupun berubah menjadi aliran turbulen.
Kelereng kaca ditambahkan dalam tangki dengan jumlah yang banyak
berfungsi untuk menjaga aliran fluida yang masuk ke dalam bell mouth entry agar
tidak bergejolak. Hal ini bertujuan agar tidak ada udara yang masuk sehingga
mengganggu visualisasi aliran yang diamati. Pengisian tangki yang dibiarkan
overflow bertujuan untuk memperoleh aliran zat warna dari jarum suntik melalui
ball mouth entry karena adanya kesetimbangan antara gaya angkat ke atas dengan
gaya berat ke bawah dalam fluida tersebut.
Variabel yang diamati pada perubahan ini adalah visualisasi aliran zat
warna biru yang melewati test section. Selain itu juga diperoleh data
penampungan air dalam gelas ukur yang ditampung selama 4 detik. Variasi
bukaan 1 1/2, 2 1/2, dan 3 1/2 serta variasi sudut putar pada flow control valve
yaitu 120°, 180°, 240°, dan 300°. Berdasarkan hasil pengamatan, variasi bukaan
yang didukung dengan sudut putar flow control valve yang kecil akan
V-16

berpengaruh pada flowrate yang kecil pula. Namun dikarenakan bukaan yang
digunakan pada percobaan ini relatif
V-17

besar, maka hasil yang diperoleh adalah aliran turbulen untuk semua variasi
bukaan. Hal yang membedakan terkait variasi bukaan dan sudut putar adalah pola
aliran zat warna. Pada bukaan dan sudut putar yang kecil, aliran zat warna
cenderung berubah dari teratur menjadi tidak teratur sedangkan untuk variasi
bukaan dan sudut putar yang besar aliran zat warna cenderung langsung
berantakan. Variasi bukaan dan sudut putar juga berpengaruh terhadap volume
fluida yang tertampung. Variasi bukaan dan sudut putar yang kecil akan
menghasilkan fluida tertampung lebih sedikit begitupun sebaliknya. Temperatur
fluida yang didapatkan pada percobaan ini yaitu 28°C dengan nilai kecepatan
yang diperoleh.
Hubungan antara sudut putar dengan Reynolds number pada bukaan 1
1/2 dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut:

10000
Bilangan Reynolds

8000

6000

4000

2000

0
120 180 240 300
Sudut Putar (o)

Gambar 5.4 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number pada
bukaan 1 ½

Berdasarkan Gambar 5.4, ditunjukkan bahwa nilai Reynolds number berbanding


lurus dengan nilai sudut putar di mana semakin besar sudut putar maka Reynolds
number juga akan semakin tinggi. Dari hasil perhitungan didapatkan data bahwa
nilai flowrate dan velocity berbanding lurus dengan sudut putar flow control valve.
Hal ini sesuai dengan teori Geankoplis (1993), yang menyatakan bahwa semakin
V-18

besar sudut putar, maka flowrate dan velocity juga akan semakin besar. Sehingga
dapat dikatakan bahwa velocity berbanding lurus dengan Reynolds number.
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh pada bukaan 1 1/2
dengan sudut putar flow control valve 120°, 180°, 240°, dan 300°, nilai Reynolds
number yang dihasilkan secara berturut-turut adalah 4340,5792 ; 5660,9816 ;
7051,5374 ; dan 8412,0933. Berdasarkan hasil pengamatan untuk sudut putar
yang sama, jenis aliran yang ditaksirkan adalah aliran laminar. Namun,
berdasarkan hasil perhitungan bahwa sesuai dengan nilai Reynolds number, Dedi
adalah aliran turbulen untuk semua data. Terjadi ketidaksesuaian antara hasil
pengamatan dengan hasil perhitungan nilai Reynolds number. Hal tersebut dapat
dikarenakan berbagai faktor salah satunya adalah karena aliran yang mengalir
pada pipa pemasukan tidak stabil.
Hubungan antara sudut putar terhadap Reynolds number perhitungan
dan Reynolds number persamaan untuk bukaan 1 1/2 dapat dilihat pada Gambar
5.5 berikut:

11000
Bilangan Reynolds

10000
9000
8000
7000
6000
5000 Re Persamaan
4000 Re Perhitungan
3000
2000
1000
0
120 180 240 300

Sudut Putar (o)

Gambar 5.5 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number Pada
Bukaan 1 ½

Gambar 5.5 menunjukkan bahwa Reynolds number persamaan dan Reynolds


number perhitungan berbanding lurus dengan sudut putar flow control valve.
V-19

Semakin besar sudut putar, maka semakin tinggi nilai Reynolds number begitupun
sebaliknya. Reynolds number persamaan diperoleh dari hasil analisis dinamis
Reynolds number perhitungan dengan metode least square yaitu Reynolds
number perhitungan y = 22,6759x + 1609,3142 dengan a = 22,6759 dan b =
1609,3142. Nilai Reynolds number perhitungan untuk sudut putar flow control
valve 120°, 180°, 240°, dan 300° secara berturut-turut adalah 4340,5792 ; 5660,
5914 ; 7.081,9977 dan 8401,9399. Sedangkan nilai Reynolds number persamaan
untuk sudut putar yang sama secara berturut-turut adalah 4330,4258 ; 5690,9816 ;
7051,5374 dan 8412,0933.
Pada Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa garis Reynolds number
perhitungan berhimpit dengan garis Reynolds number persamaan. Namun kedua
garis tersebut tidak berhimpit secara sempurna. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih ada kesalahan relatif yang terjadi pada saat percobaan. Jangan relatif
berfungsi sebagai perbandingan kesalahan pada saat percobaan dengan teori yang
mendasarinya. Garis yang semakin berhimpit menunjukkan kesalahan relatifnya
yang semakin kecil. Kesalahan relatif pada pembukaan 1 ½ untuk sudut putar
120° 180° 240° dan 300° secara berturut-turut adalah 0, 2345% ; 0,5352% ;
0,4320% ; dan 0,1207%. Kesalahan relatif terbesar untuk bukaan ini terdapat pada
sudut putar 180° dan terkecil pada sudut putar 300°. Kesalahan relatif dapat
terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah ketidak sesuaian sudut putar
atau bukaan keran. Itu juga dapat dikarenakan adanya pengaruh gesekan antara
fluida dengan pipa sehingga mempengaruhi viskositas absolut fluida.
Hubungan antara sudut putar dengan Reynolds number pada bukaan 2
1/2 dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut:
V-20

Bilangan Reynolds 10000

8000

6000

4000

2000

0
120 180 240 300
Sudut Putar (o)

Gambar 5.6 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number pada
Bukaan 2 1/2

Berdasarkan Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa hubungan antara sudut putar
dengan Reynolds number adalah berbanding lurus. Semakin besar sudut putar
maka nilai Reynolds number akan semakin besar, begitupun sebaliknya. Hasil
perhitungan pada bukaan 2 1/2 dengan sudut putar flow control valve 120°, 180°,
240°, dan 300° secara berturut-turut adalah 4645,1813 ; 6066,6575 ; 7538,9007 ;
dan 8833,4594. Hasil pengamatan jenis aliran untuk bukaan dan sudut putar flow
control valve yang sama adalah secara berturut-turut laminar, laminer, transisi,
transisi. Namun berdasarkan perhitungan nilai Reynolds number didapatkan data
bahwa jenis aliran untuk semua sudut putar adalah turbulen. Perbedaan data
pengamatan dengan data perhitungan dapat disebabkan karena kurang teliti dalam
mengamati aliran zat warna pada test action ataupun aliran pipa yang tidak stabil.
Hubungan antara sudut putar Reynolds number perhitungan dan
Reynolds number persamaan pada bukaan 2 1/2 yang dilihat pada Gambar 5.7
berikut:
V-21

11000
Bilangan Reynolds 10000
9000
8000
7000
6000
5000 Re Persamaan
4000 Re Perhitungan
3000
2000
1000
0
120 180 240 300

Sudut Putar (o)

Gambar 5.7 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number


Perhitungan dan Reynolds Number Persamaan pada Bukaan 2 ½

Berdasarkan Gambar 5.7 menunjukkan bahwa hubungan antara sudut putar


dengan nilai Reynolds number adalah berbanding lurus. Semakin besar sudut
putar flow control valve maka nilai Reynolds number juga akan semakin tinggi.
Reynolds number persamaan diperoleh dari hasil analisis dinamis Reynolds
number perhitungan dengan metode least square yaitu y = 23,3951x + 1858,0725
dengan a = 23,3951 dan b = 1858,0725. Nilai Reynolds number perhitungan untuk
sudut putar flow control valve 120°, 180°, 240°, dan 300° secara berturut-turut
adalah 4675,1813 ; 6066,6575 ; 538,9007 dan 8833,4594. Sedangkan nilai
Reynolds number persamaan untuk sudut putar yang sama secara berturut-turut
yaitu 4665,4881 ; 8069,1958 ; 7472,9036 ; dan 8876,6114.
Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa garis Reynolds number
persamaan berhimpit dengan garis Reynolds number perhitungan. Namun dapat
dilihat bahwa terdapat ketidak sesuaian garis yang menunjukkan bahwa masih
terdapat kesalahan relatif. Kesalahan relatif berfungsi sebagai pembanding antara
kesesuaian hasil percobaan dengan teori yang telah ditetapkan. Semakin berhimpit
garis Re perhitungan dengan garis Re persamaan menunjukkan kesalahan relatif
yang semakin kecil. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan data kesalahan
relatif untuk sudut putar 120°, 180°, 240°, dan 300° secara berturut-turut yaitu
V-22

0,4354% ; 0,0418% ; 0,0832% ; dan 0,4861%. Nilai kesalahan relatif terendah ada
pada sudut putar 180° dan kesalahan relatif tertinggi ada pada sudut putar 240°.
Kesalahan ini dapat disebabkan karena beberapa faktor misalnya pengaruh
gesekan antara fluida dengan pipa sehingga mempengaruhi viskositas kinetik.
Hubungan antara sudut putar dengan Reynolds number ada
bukaan 3 ½ dapat dilihat pada Gambar 5.8 berikut:

10000
Bilangan Reynolds

8000

6000

4000

2000

0
120 180 240 300
Sudut Putar (o)

Gambar 5.8 Gubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number pada
Bukaan 3 ½

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa hubungan antara sudut putar dengan nilai
Reynolds number adalah berbanding lurus. Semakin tinggi sudut putar, maka
semakin tinggi pula Reynolds number, begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil
perhitungan pada bukaan 3 ½ dan sudut putar flow control valve 120°, 180°,
240°, dan 300°, nilai yang diperoleh untuk Reynolds number cara berturut-turut
adalah 4924,3998 ; 6675,8676 ; 8249,6388 ; dan 9721,821. Hasil pengamatan
pada saat praktikum didapatkan asumsi bahwa jenis aliran yang terjadi untuk
bukaan flow control valve yang sama secara berturut-turut adalah transisi,
turbulen, turbulen dan turbulen. Namun, setelah didapatkan data perhitungan
untuk nilai Reynolds number pada semua putaran menunjukkan bahwa jenis aliran
adalah aliran turbulen. Fungsi pengamatan dengan hasil perhitungan dapat
V-23

dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah ketidaktelitian praktikan pada


saat melakukan pengamatan atau karena aliran yang tidak stabil pada pipa.
Hubungan antara sudut putar Reynolds number perhitungan dan
Reynolds number persamaan pada bukaan 3 ½ yang dapat dilihat pada Gambar
5.9 berikut:

11000
Bilangan Reynolds

10000
9000
8000
7000
6000
5000 Re Persamaan
4000
3000
Re Perhitungan
2000
1000
0
120 180 240 300

Sudut Putar (o)

Gambar 5.9 Hubungan antara Sudut Putar terhadap Reynolds Number


Perhitungan dan Reynolds Number Persamaan pada Bukaan 3 ½

Berdasarkan Gambar 5.9 hubungan antara sudut putar dengan Reynolds number
perhitungan maupun Reynolds number persamaan adalah berbanding lurus.
Reynolds number persamaan diperoleh dari hasil analisis dinamis Reynolds
number perhitungan dengan metode least square yaitu y = 26,6104x + 1804,7671
dengan a = 26,6104 dan b = 1804,7671. Nilai Reynolds number perhitungan untuk
sudut putar 120°, 180°, 240°, dan 300° secara berturut-turut adalah 4924,3998 ;
6675,8616 ; 8249,6388 ; dan 9721,8821. Sedangkan nilai Reynolds number
persamaan untuk sudut putar yang sama secara berturut-turut adalah 4998,0120;
6594,6344 ; 8191,2568 ; dan 9787,8792.
Garis untuk Reynolds number perhitungan berhimpit dengan garis
Reynolds number persamaan. Namun dapat dilihat bahwa garis tersebut tidak
berimpit dengan sempurna. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan relatif yang
V-24

merupakan pembanding antara Reynolds number praktikum dengan teori.


Kesalahan relatif pada bukaan 3 1/2 untuk sudut putar 120, 180, 240, dan 300,
secara berturut-turut adalah 1,4428% ; 1,2317% ; 0,7127% ; dan 0,6743%.
Kesalahan relatif yang tinggi menunjukkan hasil percobaan yang kurang.
Hubungan antara semua bukaan dan sudut putar terhadap Reynolds
number dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut:

11000
10000
Bilangan Reynolds

9000
8000
120
7000 180
6000 240
300
5000
4000
3000
0 1 2 3 4
Bukaan

Gambar 5.10 Hubungan antara Semua Bukaan dan Sudut Putar Reynolds
Number Perhitungan

Gambar 5.10 menunjukkan bahwa semakin besar bukaan keran dan sudut putar
flow control valve, maka Reynolds number percobaan akan semakin besar pula.
Reynolds number perhitungan pada sudut putar 120° untuk semua bukaan berkisar
antara 4340,5792 sampai dengan 4924,3998 dengan jenis aliran turbulen. Pada
sudut putar 180°, nilai Reynolds number berkisar antara 5660,5214 sampai
dengan 6675,8616 dengan jenis aliran turbulen. Pada sudut 240° nilai Reynolds
number berkisar antara 7081,9977 sampai dengan 8249,6388 dengan jenis aliran
turbulen. Terakhir pada sudut putar 300°, nilai Reynolds number berkisar antara
8401,9399 sampai dengan 9721,8821 dengan jenis aliran turbulen. Nilai Reynolds
number terbesar adalah pada bukaan 3 1/2 dan sudut putar flow control valve
V-25

300°, sedangkan nilai Re terkecil ada pada bukaan 1 1/2 dengan sudut putar flow
control valve 120°.
Menurut Geankoplis (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi
Reynolds number adalah densitas, diameter pipa, viskositas absolut, dan velocity.
Semakin besar diameter pipa maka semakin besar pula Reynolds number yang
diperoleh. Hubungan antara viskositas absolut dengan Reynolds number adalah
semakin tinggi hubungan viskositas absolut maka semakin rendah Reynolds
number. Semakin besar densitas maka Reynolds number akan semakin besar.
Faktor terakhir adalah velocity di mana semakin besar velocity maka semakin
besar pula Reynolds number. Berikut merupakan persamaan yang mempengaruhi
Reynolds number:

Dvρ
ℜ= ...(5.3)
μ

Keterangan:
Re : Reynolds number
D : Diameter tabung (m)
V : Kecepatan rata-rata zat cair (m/s)
Ρ : Densitasnya zat cair (kg/m3)
μ : Viskositas zat cair (N.s/m2)
5.5 PENUTUP

5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah pada
bukaan 1 1/2 sudut putar 120°, 180°, 240°, dan 300° secara berturut-turut adalah
turbulen, turbulen, turbulen, dan turbulen. Nilai bilangan reynolds didapat secara
berturut-turut sebesar 4340,5792; 5660,5214 ; 7081,9977 ; dan 8401,9399. Pada
bukaan 2 1/2 sudut putar 120°, 180°, 240°, dan 300° secara berturut-turut adalah
aliran turbulen, turbulen, turbulen, dan turbulen. Nilai bilangan Reynolds yang
didapat secara berturut-turut sebesar 4645,1813 ; 6066,6575 ; 7538,9007 ; dan
8.833,4594. Pada bukaan 3 1/2 sudut putar 120°, 180°, 240°, dan 300° secara
berturut-turut adalah aliran turbulen, turbulen turbulan, dan turbulan. Nilai
bilangan Reynolds yang didapat secara berturut-turut sebesar 4924,3998 ;
6675,8616 ; 8249,6388 ; dan 9721,8820.

5.5.2 Saran
Dan yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah dengan
menambah variasi bukaan sehingga tidak hanya tiga saja. Tujuannya adalah agar
data yang diperoleh lebih bervariasi. Selain itu data yang lebih banyak dapat
menjadi pembanding antara data satu dengan data lainnya.

V-25
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G. G. (1956): Unit Operation. John Willey and Sons. New York
Geankoplis, C. J. (1997): Transport Processes and Unit Operation. Edisi ke-3.
Prentice-Hall International Inc. New York
Ghurri, Ainul. (2014): Dasar-Dasar Mekanika Fluida. Universitas Udayana Press.
Denpasar
Ghurri, Ainul. (2015): Aliran Fluida Internal dan Eksternal. Universitas Udayana
Bali. Denpasar
Halliday, David Dan Robert Resnick. (2003): Fundamental Of Physics. John
Willey and Sons. New York
Kumar, Sathick., Naren Radhakrishan., Dan Shankar. (2022): Handbook of
Research on Aspects and Aplication of Incompressible and Compressible
Aerodynamic. Mc Graw Hill. New York
McCabe, William Lee, Smith, Julian Celevan, dan Harriot, P. (1993): Unit
Operation of Chemical Engineering. Fifth. McGraw-Hill Book. New York
Perry, Robert Hastigs. (1997): Perry's Chemical Engineers Handbook. Edisi Ke-
7. McGraw Hill International Inc. New York
Ridwan. (2005): Mekanika Fluida Dasar. Gunadarma. Jakarta
Yendri, Okma. (2003): Mekanika Fluida dan Hidraulika. Son Pedia Publishing
Indonesia. Jambi

DP.V-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Data yang tersedia


- Diameter pipa pada test section (d) d = 0,01 m
- Luas permukaan pipa test section (A) A = 7,854 x 10-5 m2
- Viskositas kinematik pada suhu 28°C (V) v = 0,836 x10-6 m2/s

Pada bukaan Keran tandon 1 dan Sudut Putaran Flow Control Valve 1200o
a. Flowrate (Qt)
Diketahui: V = 1,1400 x 10-6 m3
t =4s
Ditanya : Qt = . . . . .?
V 1,1400 x 10−6 m 3
Jawab :Q= = = 2,8555 x10-5 m3/s
t 4s

b. Velocity (v)
Diketahui : Qt = 2,8555 x10-5 m3/s
A = 7,854 x10-5 m2
Ditanya :v=...?
Qt 2,8555 x 10−5 m 3/ s
Jawab :v= = −5 =0,3629 m/s
A 7,854 x 10 m2

c. Reynolds number Perhitungan (Re Perhitungan)


Diketahui : v = 0,3629 m/s
d= 0,01 m
v = 0,836 x10-6 m2/s
Ditanya : Re Perhitungan = ………..?
v . d (0,3629 m/ s). (0 , 01m)
Re = =
v 0,836 x 1010−6 m2/ s

= 4340,5792

LP.V-1
LP.V-2

d. Reynolds number persamaan (Re Persamaan) dengan Metode Least-Square


y= ax + b. Jika Dilakukan Metode Least-Square, maka :
∑ y = a ∑ x + n b∑ x ∑ x ∑ y = a (∑ x )2 + n b ∑ x
∑ xy = a ∑ x 2 + b∑ x n n ∑ xy = n a ∑ x 2 + n b ∑ x

∑x∑ y - n ∑ xy = a ¿ n ∑ x 2]

a= ∑ x ∑ y −n ∑ xy
¿¿¿

( 840 ) ( 25485,0382 )−4(5760024,7581)


=
( 840 )2−4 (19400)
= 32,6759

b=
∑ y−a ∑ x
n
( 25485,0382 )−( 22,6759 ) ( 840)
=
4
= 1609,3142

Re Persamaan menjadi y= ax+b


Re persamaan y = 22,6759x + (1609,3142)
= 4330,4258

e. Kesalahan Relatif
ℜ perhitungan−ℜ persamaan
Kesalahan Relatif = x 100%
ℜ persamaan

4340,5792−4330,4258
Kesalahan Relatif = x 100%
4340,5792
=0,2345 %

Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan 5.6

Anda mungkin juga menyukai