Anda di halaman 1dari 1

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini membeberkan

kerugian pemilih yang mempunyai hak pilih, namun tidak menggunakannya pada Pilkada serentak
2018.

Pertama, mempersulit kandidat yang disukai untuk terpilih. "Kamu menyukai suatu kandidat dan ingin
agar dia menjadi pemimpin daerahmu? Jika kamu golput, kandidatmu kekurangan satu suara untuk
lebih dekat dengan keterpilihan,"

Kedua, bisa jadi kandidat yang buruk yang terpilih. Apabila, pemilih telah menelusuri rekam jejak para
kandidat dan tak menemukan ada kandidat cukup dianggap baik, maka sebaiknya tetap gunakan hak
pilih.

Ketiga, memperbesar potensi manipulasi suara. Saat seorang pemilih tidak menggunakan hak pilih,
tersisa satu surat suara yang tak terpakai. Maka, suara yang tak digunakan tersebut membuka potensi
manipulasi suara oleh oknum yang mungkin melakukan kecurangan.

Keempat, kehilangan peran untuk memperbaiki nasib suatu daerah. Suara setiap pemilih memiliki
dampak terhadap nasib rakyat dan daerahnya. Sebab, setiap kandidat memiliki visi-misi dan dan
program kerja yang akan dijalankan ketika terpilih. "Jika kamu golput, kamu melepas peranmu untuk
ikut menentukan nasib daerahmu selama lima tahun ke depan,"

Kelima, pendapatan suatu daerah terbuang sia-sia. Penyelenggaraan Pilkada dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu sumber APBD yakni pajak dan retribusi. Karenanya,
jika seorang pemilih memilih untuk golput atau tidak menggunakan hak pilihnya, maka anggaran daerah
akan terbuang sia-sia. "Manfaatkan anggaran Pilkada untuk memilih pemimpin yang kamu percaya akan
mengelola anggaran daerahmu dengan bijak dan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat," 

Anda mungkin juga menyukai