DEPARTEMEN
OLEH :
Amilia Candrasari
201910461011077
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KELOMPOK ______
NAMA: _______________________
NIM: ___________________
Malang, ___________________
Mahasiswa, Pembimbing,
Page 2 of 33
LEMBAR PENILAIAN
MINGGU KE : ............................................
No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Page 3 of 33
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN............................................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................................4
A. Definisi.......................................................................................................................5
B. Etiologi........................................................................................................................5
C. Epidemologi...............................................................................................................7
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................7
E. Patofisologi................................................................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................10
G. Penatalaksanaan......................................................................................................10
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)...........................................11
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI) (PPNI, 2017).........................................................12
J. Luaran Keperawatan (SLKI) (PPNI, 2019).............................................................12
K. Intervensi Keperawatan (SIKI) (PPNI, 2018)........................................................13
L. Daftar Pustaka.........................................................................................................13
A. CASE REPORT..........................................................................................................15
B. Analisa Data.............................................................................................................18
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI), Luaran Keperawatan (SLKI), Luaran
Keperawatan (SIKI).........................................................................................................19
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING).......................24
A. Masalah Keperawatan..........................................................................................24
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)...............................................24
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference).......................................................................28
Page 4 of 33
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Untuk mengetahui
mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui
keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang
patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan
terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.
Fraktur klavikula adalah cedera yang sering terjadi terutama pada usia
muda dan individu yang aktif. Insidensinya sekitar 2.6% dari semua fraktur.
Fraktur klavikula merupakan salah satu cedera tulang yang paling sering, yang
jarang memerlukan reduksi terbuka.
Page 5 of 33
- type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.
B. Etiologi
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena
kecelakaan kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa
langsung/tidak langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan).
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang
tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk
immobilisasi. Yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan
ORIF.
C. Epidemologi
Pada anak-anak, klavikula mudah mengalami fraktur, namun hampir
selalu terjadi union dengan cepat dan tanpa komplikasi. Pada orang dewasa,
fraktur klavikula merupakan injuri yang lebih sulit. Fraktur klavikula pada
orang dewasa sering terjadi, insidensinya 2,6-4% dari semua fraktur dan
kurang lebih 35% merupakan cedera dari gelang bahu. Fraktur pada
midshaft merupakan yang terbanyak 69-82%, fraktur lateral 21-28%, dan
fraktur medial yang paling jarang 2-3%.
Page 6 of 33
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui
kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin
perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk
mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).
Page 7 of 33
E. Patofisologi
Etiologi
Fraktur (terbuka/tertutup)
Gangguan Fungsi
organ distal
Gangguan
Mobilitas Fisik
Page 8 of 33
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar
diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra Vena).
Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang
alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin
alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi terhadap
kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil
gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI,
gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda perlu
berbaring diam selama MRI.
3. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu
dengantindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif
tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak
diperlukan,apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang
menyebabkangangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang
menonjolkadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan
hilangdengan proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah
letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari
dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Page 9 of 33
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak
semestinya(malunion)
Page 10 of 33
a. Tidak adanya kontraktur / footdrop
b. Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
c. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang dilakukan.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait
medikasi.
SLKI : Setelah dilakukan tindakan selama …x 24 jam diharapkan nyeri dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol Kecemasan
b. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
c. Respon terhadap pengobatan
Page 11 of 33
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI.
Sabiston, D. (2010). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
Sylvia, R. (2013). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
c.
Page 12 of 33
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. CASE REPORT
Judul : MONITORING OF MEDICINE THERAPY ON PATIENTS MEDIUM HEAD INJURY AND
CLAVIKULA FRACTURE IN HOSPITAL X NORTH JAKARTA
PRESENTASI KASUS
Pasien merupakan pasien rawat inap di Intensiv Care Unit (ICU) dengan diagnosa
cedera kepala sedang dan fraktur klavikula dextra suspek trauma cervical. Kemudian
pasien di pantau perkembangan terapinya hingga selesai rawatan, Data diambil pada
bulan Mei 2019. Tn. N usia 63 tahun, masuk pada tanggal 13 Mei 2019 pasien
mengalami kecelakaan kerja jatuh dari ketinggian ±3 m dengan posisi telentang,
pingsan, muntah 1x pasein berontak dan bicara melantur tidak koperatif.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien dengan inisial Tn. N usia 63 tahun, masuk IGD RS X pada tanggal
13 Mei 2019 pasien mengalami kecelakaan kerja jatuh dari ketinggian ±3 m dengan
posisi telentang, pingsan, muntah 1x pasein berontak dan bicara melantur tidak
koperatif. Diagnosis pasien adalah cedera kepala dan fraktur klavikula dextra suspek
trauma cervical.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum pasien yaitu dengan sakit berat
dengan Penegakan diagnosa cedera kepala berat dapat dilakukan dengan GCS (Glasgow
Coma Scale and Score). Pasien dinyatakan mengalami cedera kepala berat dengan nilai
GCS ≤ 8, memiliki tekanan darah 114/55 mmHg, suhu tubuh 37,40C, nadi 74x/menit,
frekuensi pernapasan 22 kali/menit dan memiliki berat badan 60 kg.Dilakukan
pemeriksaan penunjang pada pasien meliputi EKG, GDS, PT, APPT, fibtinogen, CT-Brain,
Thorax, dan foto columna verttebralis 2 posisi.
Pada tanggal 15 Mei pasien masuk ruang ICU jam 4.00 wib keadaan pasien menurut
hasil rekam medik (RM),terdapat gangguan perfusi jaringan cerebral, adanya resiko
infeksi dan pola nafas tidak teratur dengan tekanan darah 135/64mmHg, suhu tubuh
36,10C, nadi 104x/menit, frekuensi pernafasan 19x/menit. Pemberian obat-obat
antihipertensi diberikan karena riwayat dari pasien dan juga sebelumnya kompikasi dari
cedera kepala yang menyebabkan terjadinya hipertensi maka diberikan obat hipertensi
untuk menjaga agar tekanan darah pasein tetap stabil. Amlodipin merupakan Antagonis
kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang
aktif. Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh
darah, sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan
propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner,
captopril menghambat produksi hormon angiotensin 2 dengan begitu dinding
pembuluh darah akan lebih rileks sehingga tekanan darah menurun, serta suplai darah
dan oksigen ke jantung menjadi meningkat dan clonidin mempengaruhi saraf yang
mengatur otot jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat melemaskan pembuluh
darah dan mengurangi denyut jantung sehinga tekanan darah juga turun.
Page 13 of 33
Terapi antibiotik digunakan ceftriaxone, golongan cephalosporin. Indikasi infeksi pasien
sesuai dengan pemilihan antibiotik. Pasien mengalami trauma akibat kecelakaan
dengan dugaan infeksi di kulit, struktur kulit, tulang dan sendi, meningitis (pasien juga
mengalami cedera kepala) dapat dipilih penggunaan ceftriaxone.
Pada tanggal 17 mei 2019 terjadi diberikan gentamisin sebagai salah satu penggunaan
antibiotik secara empiris sebelum hasil kultur didapatkan, karna pasien mengalami
demam dan jumlah leukosit yang rendah sebesar 2,6.103/µLkemungkinan karna adanya
infeksi nasokomial yang didapatkan pasien selama perawatan.
Di tanggal 18 mei 2019 pasien didiagnosa sepsis HAP didapatkan hasil kultur MRSA
(+) kemudian diberikan meropenem dan vansef sebagai antibiotik untuk pengobatan
infeksi berat penanganan yang tepat bagi pasien dengan infeksi nasokomial seperti
sepsis
HAP.
Di tanggal 22 Mei 2019 berdasarkan data labor pasien O2 saturasi diatas normal pasien
mengalami gangguan respiratori dengan nilai 98% dan pH alkalosis dengan nilai
7,51 diberikan amikasin sebagai antibiotik untuk penanganan septikemia. DRP pada
pengobatan pasien yaitu apda penggunaan itranazole dan dan amlodipine dimana
itranazole dapat menghambat metabolisme dari amlodipin sehingga perlu
memonitoring reaksi merugikan yang didaapt dengan cara mengurangi dosis dari
itranazole menjadi 100 mg/ 1 x hari. Dihari terakhir pemantauan terapi obat pada
pasien keadaan pasien semakin hari semakin memburuk dengan penyakit komplikasi
pasca cedera kepala berat yang dialami pasien saat bekerja pasien demam dan sesak
nafas dengan nilai saturasi turun.
Page 14 of 33
a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu
Hipertensi
b. Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab
terjadinya
Mengalami kecelakaan kerja, jatuh dari ketinggian 3m.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tgl 13 mei 2019 Pasien pingsan, GCS 8, muntah 1x, perdarahan sekitar
mata
b. Sikulasi
Hipertensi: 135/64mmHg
Suhu: 36,10C
Nadi: 104x/mnt
RR: 19x/mnt
satO2: 98%
c. Neurosensori
Fraktur klavikula dektra dan cedera kepala. Pasien memberontak dan bicara
melantur (tidak kooperatif)
4. Pemeriksaan diagnostik & Lab
(EKG, GDS, PT, APPT, fibtinogen, CT-Brain, Thorax, dan foto columna
vettebralis 2 posisii)
Leukosoit: 2,6.103/uL
pH: 7,51 (Alkalosis)
sepsis HAP dengan kultur MRSA (+)
5. Pengobatan dan penatalaksanaan
- Ampodipidin: untuk menstabilkan TD
- Antibiotic Ceftriaxone
- Manitol: pengendalian peningkatan tekanan intracranial
- Lactulac: untuk mengatasi konstipasi
- Crome: memperkuat retensi kapiler perdarahan
- Antibiotic gentasimin untuk mengurangi demam dan kadar hb yang
rendah
Page 15 of 33
- Meropenem: pengobatan infeksi berat
- Intranazole 100mg/1x per hari
C. Analisa Data
Page 16 of 33
- membrane mukosa kering
Page 17 of 33
E. Diagnosa Keperawatan Post (SDKI)
1. Gangguan integritas kulit b/d faktor mekanis (penekanan pada tonjolan
tulang dan/ gesekan (D.0129)
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang
(D.0054)
3. Nausea b.d peningkatan tekanan intracranial (D.0076)
Page 18 of 33
Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
3. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
Page 19 of 33
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan S: pasien
keperawatan selama 1x24 (I.03098) terlihat
jam diharapkan “status - Monitor status hidrasi lemas dan
Cairan (L.03028)” - Monitor BB harian pucat
membaik dengan kriteria - Monitor hari dan O: turgor
1. PND menurun pemeriksaan kulit
2. Edema menurun laboratorium membaik
3. Kekuatan nadi membaik - Monitor status Pucat
4. Tekanan darah membaik hemodinamik menurun
5. Membrane mukosa - Catat intake & output Pemberian
membaik - Berikan cairan donor
6. Kadar Hb membaik intravena darah PRC
Leukosit
Perawatan Sirkulasi meningkat
(I.02079) 29.000
- Periksa sirkulasi perifer A:
- Identifikasi faktor masalah
resiko gangguan teratasi
sirkulasi sebagian
- Monitor panas, nyeri, P:
kemerahan pada Lanjutkan
ekstremitas intervensi
- Lakukan hidrasi
- Anjurkan minum obat
control tekanan darah
teratur
- Anjurkan program diet
rendah lemah jenuh
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit untuk
melembabkan kulit
yang kering
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri S: pasien masih
Page 20 of 33
keperawatan selama 1x24 (I.08238) mengeluh nyeri
O: tingkat nyeri
jam diharapkan “Tingkat
Observasi menurun
Nyeri (L.08066) menurun 1. lokasi, Pemberian obat
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, analgesic
A: maslah
frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun teratasi sebagian
intensitas nyeri P: lanjutkan
(5) 2. Identifikasi intervensi
skala nyeri
2. Mual menurun (5)
3. Identifikasi
respon nyeri non verbal
4. Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor
efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
Page 21 of 33
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan
strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Page 22 of 33
hasil : makan terhadap intervensi
kualitas hidup (misal
Keluhan mual menurun (5)
nafsu makan)
Nafsu makan meningkat (5) 3. Identifikasi faktor
penyebab mual
4. Identifikasi antiemetik
untuk mencegah mual
5. Monitor mual
6. Monitor asupan nutrisi
dan kalori
Terapeutik
1. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
2. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan
tidur yag cukup
2. Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetik
Gangguan mobilitas fisik Dukungan Ambulasi S: pasien tidak
b/d kerusakan integritas (I.06171) gelisah
struktur tulang - Identifikasi adanya O: kekuatan otot
nyeri/keluhan fisik meningkat
- Identifikasi toleransi fisik - Nyeri menurun
saat melakukan A: masalah
ambulasi teratasi sebagian
- Monitor frekuensi jantung P: Lanjutkan
dan tekanan darah intervensi
- Fasilitasi ambulasi dengan -
alat bantu
- Libatkan keluarga saat
Page 23 of 33
ambulasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan ambulasi
sederhana
Page 24 of 33
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)
A. Masalah Keperawatan
G. Nyeri akut
H. Gangguan mobilitas fisik
I. Kerusakan interitas tulang
J. Gangguan rasa nyaman
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)
1. Journal: Lowth, Mary. 2017. What is the trauma?. Universitas Queen Mary
London.
K. Latihan Dasar Panggul (ROM Excercisse)
Latihan dasar panggul ini dilakukan untuk menstabilkan panggul, melatih
dan memperkuat otot-otot tubuh termasuk kandung kemih agar saluran
kemih normal kembali sehingga aluran urin dapat terkontrol. Latihan ini
dilakukan 3x sehari setelah pemasangan kateter dilepas.
Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan seluas
Page 25 of 33
Akan tetapi teknik ini hanya bisa diberikan pada tingkat nyeri dengan
skala 1-6 saja.
3. Wulandini, Putri., Roza, Andalia., Safitri, Santi Riska. 2018. Efektifitas Terapi
Asmaul Husna Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di
Rsud Provinsi Riau. Keperawatan Universitas Abdurrab
P: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi Asmaul
Husna pada pasien fraktur di ruangan Dahlia Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau.
I: Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang, 15 orang sampel untuk
kelompok eksperimen yang diberikan intervensi mendengarkan Asmaul
Husna
C: dan 15 orang untuk kelompok kontrol tanpa intervensi.
O: Alat ukur yang digunakan adalah lembaran observasi dan diberikan
terapi asmaul husna pada kelompok eksperimen. Analisis yang digunakan
adalah univariat dan bivariat dengan uji T-test. Hasil uji T-test
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata terapi Asmaul Husna
dengan nilai p=0,000 / p<5 % (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi Asmaul Husna
efektif untuk mengurangi skala nyeri pada pasien fraktur.
4. EASL Clinical Practice Guidelines on The Prevelention, Diagnosis adn
Treatment of Gallstones Lammert. F., Acalovschi. M., Ercolani. G., Erpecum.
K., Kurinchi S. Gurusamy, Cees J., Laarhoven, Portincasa. P. 2016. EASL
Clinical Practice Guidelines on The Prevelention, Diagnosis adn Treatment of
Gallstones. Journal of Hepatology 2016 vol. 65 j 146–181
Page 26 of 33
lama, perawatan ini bertujuan untuk pemulihan suatu masalah penyakit
yang mana dengan istirahat penderita gastritis khususnya yang mengalami
gejala mual akan merasakan ketenangan, rileks tanpa adanya tekanan
emosional, bebas dari kecemasan serta emosi dan ketegangan, dengan
begitu rasa mual yang dialami oleh penderita gastritis akan berkuran.
Posisi dalam melaksanakan tirah baring sangat berpengaruh, posisi tirah
baring untuk menurunkan rasa mual adalah posisi supine yaitu posisi pasien
terbaring terlentang dengan kedua tangan dan kaki lurus dalam posisi
horizontal yang bertujuan agar pasien merasa lebih rileks dan memberikan
posisi yang nyaman pada pasien, ketika seseorang berbaring dengan posisi
supine maka akan terjadi perubahan pada mekanisme otot-otot abdomen
pada lambung, otot pada lambung mengalami perubahan tekanan dimana
dengan posisi tersebut tekanan pada otot lambung mejadi relaksasi dan otot
lambung mengalami peregangan. Semua otot pada abdomen yang awalnya
bekerja keras karena asam lambung yang berlebih dan otot tersebut menjadi
tertekan karena lambung telah bekerja keras, tetapi pada saat seseorang
tirah baring dengan posisi supine (terlentang) maka otot abdomen yang
awalnya berkontraksi berubah menjadi relaksasi. Dan jika relaksasi terjadi
maka saraf-saraf pada lambung juga akan mengalami ketenangan dan tidak
akan memberikan sinyal kepada hypotalamus untuk merangsang rasa mual.
Page 27 of 33
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)
c) Prosedur Tindakan
Relaksasi napas dalam:
a) Posisikan pasien duduk
b) Anjurkan pasien tarik napas dengan memberikantekanan pada saat
inspirasi dan ekspirasi sebagai pemberi stimulus dan penunjuk arah
gerakan dan bisa dengan memberikan selendang yang dibalut memutar
untuk memberikan tekanan pada dada.
Distraksi music dipercaya dapat menurunkan tingkat nyeri.
Berikut cara memberikan terapi pada pasien:
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri dan jelaskan prosedur tindakan
3. Lakukan kontrak waktu dengan pasien
4. Atur posisi pasien rileks
5. Anjurkan pasien menutup mata
6. Putar musik dengan lembut
7. Berikan distraksi mendengar untuk menghantarkan pasien agar lebih
rileks lagi
8. Jika dirasa sudah cukup, minta pasien menggerakkan tangan jika nyeri
sudah berkurang sebelum membuka mata.
9. Ukur atau kaji nyeri pasien kembali
10. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
11. Ucapkan salam untuk mengakhiri tindakan
d) Sumber Reference: https://youtu.be/qlq0GgEkddo
2. Terapi akupressure
a) Definisi : rindakan dengan menekan titik titik syaraf yang akan
menenangkan
c) Prosedur Tindakan
Page 28 of 33
1. Rentangkan
tangan ke depan tubuh kita dengan telapak tangan menghadap ke atas
2. Letakkan ibu jari
di lengan tangn dengan jarak enam jari dari pergelangan tangan lalu tekan
3. Letakkan lengan tangan satunya diatas lengan tangan yang sudah ditekan
dengan ibu jari, lalu tekan
Page 29 of 33
d) Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=00wuug9i4Go
3. Asmaul Husna
a) Definisi : 99 nama Allah
c) Prosedur Tindakan
Pada video ini, terapi Asmaul Husna termasuk dalam terapi
mendengarkan musik yang efektif dmana dapat dapat menurunkan
nyeri,
stress dan kecemasan. Terapi musik diberikan minimal 15 menit untuk
memberikan efek yang lebih efektif. Unsur-unsur yang terkandung dalam
musik termasuk yang mengandung spiritual seperti mendengarkan Al-
Qur’an, salah satu nya yaitu dengan mendengarkan Asmaul Husna yang
dapat diterapkan dengan nada-nada lembut.
Prosedur mendengarkan terapi Asmaul Husna, antara lain:
a) Perawat mencuci tangan sebelum masuk ke ruangan pasien
b) Ucapkan salam
c) Tanyakan keadaan pasien
d) Sampaikan maksud dan tujuan prosedur, serta kontrak waktu
dengan pasien
e) Dekatkan alat
f) Ukur skala nyeri pasien
g) Atur posisi pasien senyaman mungkin
h) Letakkan headphone pada kedua tangan pasien, anjurkan pasien
menutup mata
i) Putar Asmaul husna denganvolume lima atau volume sedang kurang
lebih sselama 15 menit. Berikan 1x sehari selama 2hari berturut-turut
j) Jika dirasa sudah cukup, ukur atau kaji nyeri pasien kembali k)
Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
l) Merapikan alat
m) Ucapkan salam
n) Mencuci tangan
d) Sumber Reference: (https://youtu.be/MFwdi3_K9ag)
Page 30 of 33
4. Immobilisasi
a) Definisi :
Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur
direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam
posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalut¬an, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik
gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi
interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.
b) Tujuan Tindakan: menstabilkan tulang
c) Prosedur Tindakan
M. Identifikasi kebutuhan yang dilajukan (dislokasi, fraktur)
N. Monitor adaya perdarahan pada area yang cidera
O. Tutup luka terbuka dengan balutan
P. Meminimalkan pergerakan
Q. Berikan bantalan/padding
R. Balut dan bidai pada are yang cidera dengan menempatkan dua sendi
d) Sumber Reference: https:///youtu.be/wQaxZlbl.XI
5. Balutan angka 8
a) Definisi : pertolongan pertama
b) Tujuan Tindakan: menstabilkan tulang agar tidak memperparah
krepitasi
c) Prosedur Tindakan : memasang alat otomatis : klavikula binder
Page 31 of 33
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE)
Page 32 of 33
Daftar Pustaka
Smeltzer, S.C. 2013 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC.
Page 33 of 33