Ramalan-Joyoboyo PDF
Ramalan-Joyoboyo PDF
Nusantara
1. Pendahuluan
Ramalan yang bernada pilu itu pantas dikumandangkan lagi agar kita bisa
berkaca diri. Para elite politik dan pemegang tampuk kekuasaan pun selavaknya
merefleksikan diri atas segala sesuatu yang telah dilakukannya, yang seakan-
akan justru "menggenapi" ramalan itu.
Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercava telah
ditulis oleh Prabu Jayabaya, raja dari kerajaan Kadiri/Kediri. Ramalan ini
dikenal pada khususnya di kalangan masvarakat Jawa yang dilestarikan secara
turun temurun oleh para pujangga. Asal usul utama serat Jangka Jayabaya dapat
dilihat pada kitab Musarar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun
banyak keraguan tentang keasliannya, tapi sangat jelas bunvi pada bait pertama
dari kitab Musarar yang menuliskan bahwasanya Jayabaya lah yang membuat
ramalan-ramalan tersebut; "Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di
Kediri yang gagah perkasa, musuh takut dan takluk, tak ada yang berani."
2. Asal-usul Ramalan
Tradisi Jawa mengakui, Ramalan Jayabaya ditulis oleh Prabu Jayabaya, Raja
Kerajaan Kadiri/Kediri (11351159 Masehi) yang bergelar Sri Maharaja Sri
Warmmeswara Madhusudanawatarani ndita Suhrtsingha Parakrama
Digjayottunggadewan ama. Gelar yang amat panjang itu tertera pada tiga
prasasti batu yang ditemukan dan dikenal sebagai peninggalan sang raja, yakni
prasasti Hantang (1135 M), prasasti Talan (1136 M), dan prasasti dari Desa
Jepun (1144 M).
Kitab Jongko Joyoboyo pertama dari dipandang asli, adalah dari buah karva
Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutaimva Pangeran Kadilangu II) yang
dikarangnya pada tahun 'l 666-166S Jawa = 17411743 M. Sang pujangga ini
memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya
punya kekuasaan wilayah "Perdikau" yang berkedudukan di Kadilangu, dekat
Demak! Memang beliau keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila beliau
dapat mengetahui sejarah leluhumva dari dekat, terutama tentang riwayat
masuknya Sang Prabu Brawidjava terakhir (ke-5) mengikuti agama baru; Islam,
sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan
Penasehat sang baginda bernama Sabda Palon dan Nayagenggong.
Sang pujangga wafat pada haii Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam'iah 1672
Jawa atau 1747 Masehi, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di
Surakarta. Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh puteranya
sendui yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di
Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai
pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis
Legi/10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 Masehi.
3. Isi Ramalan
Jongko Joyoboyo yang kita kenal sekarang ini adalah gubahan dari Kitab
Musarar, yang sebenarnya untuk menvebut "Kitab Asrar" karangan Sunan Giri
ke-3 tersebut. Selanjutnya para pujangga dibelakangnya juga menvebut nama
baru itu. Kitab Asrar/Mttsarar itu memuat Ikhtisar (ringkasan) liwavat negara
Jawa, vaitu gambaran gilir bergantinya negara sejak zaman purbakala hingga
jatuhnya Majapahit lalu diganti dengan Ratu Hakikat ialah sebuah kerajaan Islam
pertama di Jawa yang disebut sebagai "Giri Kedaton".
Berikut ini adalah sebagian dari isi kitab Musarar yang merupakan gubahan dari
Jongko Jovoboyo:
a). Asmarandana
1.Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa,
Musuh takut dari takluk, tak ada yang berani.
2.Beliau sakti sebab titisan Batara Wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja
agung pasukannya raja-raja.
3.Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah
dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negaranya.
4.Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang Prabu
akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum (Kontantinopel/Istanbul)
bernama, Sultan Maolana.
7.Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan diganti
oleh orang lain". Sang Prabu mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Karena
beliau telah mengerti kehendak Dewata.
8.Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab Musarar
sudah diketahui semua. Beliaupun ingat tinggal menitis 3 kali.
9.Kelak akari diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Ka'bah
yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan kutbah.
10. Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada
Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke Pulau Jawa membawa
ecis tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.
11.Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan
setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.
12.Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu
setelah datang lalu naik ke gunung.
17.Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu
bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan kembang
mojar satu bungkus.
20.Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian mereka pun pulang.
Datang di kedaton, Sang Prabu berbicara dengan putranya.
21 .Hai anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa
kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda.
b). Sinom
1.Dia itu sudah diwejang (dibeiitahu) oleh guru mengenai kitab Musarar. Sama
seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja di Pulau Jawa. Toh
saya sudah dibeiitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi (menitis).
2.Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada jaman lagi bukan perbuatan saya.
Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin berobah lagi. Diberi
lambang Jaman catur semune segara asat.
3.Itulah Jenggala, Kediri, Singasari dan Ngurawan. Empat raja itu masih
kekuasaan saya. Negaranya bahagia di atas bumi. Menghancurkan, keburukan.
4.Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada jaman
lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengari saudara-saudara
ditempat yang rahasia.
5.Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui oleh anak
cucu bahwa akan ada zaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.
6.Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara Paj ajaran.
Negara tersebut tanpa keadilan dari tata negara, Setelah seratus tahun kemudian
musnah.
7.Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi dibeli pajak emas. Sebab saya
mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti jaman di
Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijava.
9.Hidangannya Jadah satu takir. tambangnya waktu itu Sima galak semune
curiga ketul. Kemudian berganti jaman lagi. Di Gelagahwangi dengan ibukota di
Demak. Ada agama dengan pemimpinnya bergelar Diyati Kalawisaya.
10.Enam puluh lima tahun kemudian musnah. yang bertahta Ratu Adil serta wali
dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang. Temyata saya dibeli
hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.
14.Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab waktu itu
saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya diberi gelar: Sura
Kalpa semune lintang sinipat.
18.Nama rajanya Lunggadung rara nglikasi (Raja yang penuh inisiatif dalam
segala hal, namun memiliki kelemahan suka wanita; Sukarno) kemudian berganti
gajah meta semune tengu lelaki (Raja yang disegani/ditakuti, namun nista;
Suharto). Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya
dan hukum tidak karu-karuan.
19. Waktu itu pajaknya rakyat adalah uang anggiis dan uwang. Sebab saya
dibeli hidangan darah sepitrah. Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat,
pemerintah rusak. Rakyat celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat
ditolak.
21.Nakhoda (Orang asing) ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya.
Sarjana (Orang arif dan bijak) tidak ada. rakyat sengsara. Rumah hancur
berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara
ngangsu, randa loro nututi pijer tetukar (Ratu yang selalu diikuti/diintai dua
saudara wanita tua untuk menggantikannya; Megawati).
23.Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat
kenyang. Hasilnya berkurang. Orang jahat makin menjadi-jadi. Orang besar
hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan negara.
26.Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan
gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja Kara
Murka Kutila musnah.
27.Kemudian kelak akan datang tunjung putih semune Pudak kasungsang (Raja
berhati putih namun masih tersembunyi). Lahir di bumi Mekah (Orang Islam
yang sangat bertauhid). Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah
kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.
29.Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar, sebab saya diberi
hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali.
Orangnya tampan, senyumnya manis sekali.
1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran — Kelak jika sudah ada kereta tanpa
kuda (mobil).
2. Tanah Jawa kalungan wesi — Pulau Jawa berkalung besi (rel kereta api).
6.Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya ztns cedhak — Itulah pertanda zaman
Jayabaya telah mendekat. 7.Bumi saya suwe saya mengkeret — Bumi semakin
lama semakin mengerut/ mengecil (karena majunya teknologi).
11.Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking santan— Itu pertanda
orang akan mengalami zaman berbolak-balik (zaman edan).
15.Ora ngendahake hukum Hyang Widhi— Tak peduli akan hukum Hyang
Widhi (Tuhan).
23.Akeh anak wani nglawan ibu— Banyak anak berani melawan ibu.
30.Akeh pangkat sing jahat lan ganjil— Banyak pejabat jahat dan ganjil.
32. Wong apik-apik padha kapencil — Orang yang baik justru tersisih.
33.Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin — Banyak orang
kerja yang halal justru merasa malu.
46. Akeh wong lanang ora duwe bojo— Banyak laki-laki tak mau beristri.
47 Akeh wong wadon ora setya marang bojone— Banyak perempuan ingkar
pada suami.
48. Akeh ibu padha ngedol anake— Banyak ibu menjual anak.
53.Randha seuang loro— Dua janda seharga seuang (Red: seuang = 8,5 sen).
55.Dhudha pincang laku sembilan uang— Duda pincang laku sembilan uang
(asal kaya walaupun jelek tetap laku).
56.Akeh wong ngedol ngelmu — Banyak orang berdagang ilmu (ustad, ulama
gadungan).
59.Ngakune suci. nanging sucine palsu— Mengaku suci, tapi palsu belaka.
63.Akeh randha nglairake anak— Banyak janda melahirkan bayi (tanpa nikah).
64.Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne — Banyak anak lahir mencari
bapaknya.
81.Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor—Datang dari timur, barat, selatan, dan
utara (perang dunia).
82.Akeh wong becik saya sengsara— Banyak orang baik makin sengsara.
84.Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul— Ketika itu burung gagak
dibilang bangau.
100.Akeh wong kaliren lan wuda — Baiivak orang lapar dan telanjang.
103. Wong golek pangan kaya gabah diinteri — Mencari rezki ibarat gabah
ditampi.
129.Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan — Banyak orang mati kelaparan
di samping makanan.
135.Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham — Terjadi
karena para pembesar banyak salah faham.
139 Akeh wong mati jalaran saka peperangan — Banyak orang mati karena
perang.
143,Akeh bandha musna ora karuan lungane— Banyak harta hilang entah ke
mana.
144.Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe— Banyak
pangkat dari derajat lenyap entah mengapa.
157.Wong ngerti mangan ati— Orang yang mengerti makan hati. IbS.Bandha
dadi memala — Harta benda menjadi penyakit
162.Ana Bupati saka wong sing asor imane—Ada bupati berasal orang beriman
rendah.
165. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat—Yang jahat dan pandai
menjilat makin kuasa.
173. Wong jaga nyolong sing dijaga — Si penjaga mencuri yang dijaga.
184 Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi — Banyak orang gila, jahat
dan hilang akal budi.
207.Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi —
Para raja/pemimpin berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
210.Akeh wong ijir, akeh wong cethil — Banyak orang kikir, banyak orang
bakhil.
Selain yang telah disebutkan di atas, Prabu Jayabaya pada akhimva membagi
zaman yang sudah, sedang dan akan terjadi nanti, khususnya di Nusantara.
Lama waktunya yaitu 2.100 tahun matahari (1 tahun matahari = ±10,3 tahun kita
sekai'ang). Ramalannya, itu lalu menjadi Tri-takali, yaitu:
3.Zaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Pada waktu ini banyak
hujan salah mangsa (musim) dan banyak kali dan bengawan (sungai) bergeser,
Bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-
teiima, sebab manusia yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.
1) Kala-kukila 100 th, (th. 1-100): Hidupnya orang seperti burung, berebutan
mana yang kuat dia yang menang, belum ada raja, jadi belum ada yang
mengatur/memerintah.
5) Kala-teteka (th. 1.101 - 1.200): Banyak orang datang dari negeri-negeri lain.
3) Kala-jaya (th. 1.601 - 1.700): Banyak orang ulah kekuatan untuk tulang
punggung kehidupannya.
6) Kala-sumbaga (th. 1.901 - 2.000): Banyak orang tersohor pandai dan hebat.
7) Kala-surasa (th. 2.001-2.100): Pulau Jawa ramai sejahtera, serba teratur, tak
ada kesulitan, banyak orang ulah asmara.
Semoga hal ini lebih bisa menjadi perenungan untuk kita semua - khususnya
pada point yang sudah ditebalkan hurufnya. Bukan untuk mendahului takdir
Tuhan, tetapi agar kita semua bisa terus mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Jika seandainya nanti zaman, berganti, yang dimulai dengan bencana dahsyat,
maka kita sudah siap. Tetapi jika tidak terjadi, tentunya tidak menjadi masalah,
karena justru kita sudah berusaha menjadi orang yang baik dan mengikuti
perintah Tuhan. Sehingga kehidupan pun akan menjadi lebih baik.
3. Penutup
Tetapi, sungguh sangat disayangkan, banyak dari kita, khususnya para pemimpin
dan generasi muda sekarang, yang tidak lagi memperhatikan hal ini. Baiivak dari
kita yang justru tidak tahu atau menganggap apa yang pernah diwariskan oleh
para leluhur kita itu hanya sebagai dongeng dan tidak memiliki arti apa-apa
dalam kehidupan ini. Padahal lihatlah, hampir semua yang telah mereka
wasiatkan itu terbukti benar' dan sangat mempengaruhi perjalanan sejarah
bangsa ini.
Untuk itu, marilah kita semua, khususnya para pemimpin dan generasi muda
bangsa ini untuk kembali pada jati diri kita sendiri sebagai bangsa Nusantara.
Mari kita menilai apa yang sudah diwasiatkan oleh para leluhur di atas sebagai
bahan refleksi untuk menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara kedepaimva.
Banggalah menjadi bagian dari bangsa yang dulunya sangat besar - balikan
pernah memimpin dunia - ini, dengan terus membangkitkan rasa percava diri dan
tidak terlalu gandrung dengan budava bangsa lain. Paculah kemajuan bangsa
dengan banyak berkarva dan tidak hanya menjadi masvarakat konsumtif, yang
ujung-ujungnya jadi "sapi perahnya" bangsa lain. Karena kita ini hebat dan punya
kebudayaan yang tinggi, yang dulunya pernah disegani di seluruh druiia.
Selain itu, cukupkanlah perilaku yang tidak lagi sesuai dengan norma agama dan
norma susila yang berlaku. Karena itu adalah sumber utama kehancuran bangsa
ini nanti. Azab Tuhan akan menghampiri kita, semua dari kita, jika hal ini tidak
segera diperbaiki. Terlebih saat banyak dari kita yang tidak lagi peduli bahwa
ada kehidupan setelah mati. Maka bangsa dan negeri tercinta ini akan benar-
benar hilang ditelan bencana dan azab Tuhan dalam waktu dekat. Sebagaimana
dulu, nenek moyang kita yang harus meninggalkan tanah air tercinta ini - ribuan
tahun - demi menvelamatkan dari dari bencana dahsyat (azab Tuhan) yang
terjadi.
Akhirnya, semoga tulisan ini bisa menambali pengetahuan sejarah bagi Anda
sekalian, yang pada akhimva tetap menjadikan Anda bangga sebagai bagian dari
bangsa yang besar ini; Nusantara. Bagi yang setuju dan mevakiiiinya, silalikan
ikuti dan jadikan prediksi di atas sebagai acuan dalam kehidupan dan tentunya
untuk bekal mempersiapkan diii dalam menghadapi sesuatu yang akan
menggemparkan dunia nanti. Namun bagi yang tidak mempercavainya, silalikan
tinggalkan dan tolong hargai siapa saja yang sudah percava dengan wasiat
leluhur ini. Karena setiap orang punya hak yang sama dalam mevakini dan
berpendapat. Kita semua harus menghormati hal yang mendasar' ini, karena kita
pun manusia.
Semoga zaman segera berganti, dari zaman Kala Bendu menjadi Kala Suba.
Karena disanalah akan ada kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan yang
sesunggulmva. Bangsa kita pun akan bangkit kembali dan memimpin dunia.
Sementara kita, semoga saja bisa menyaksikan dan ikut serta dalam
menikmatinya.
Sri Aji Joyoboyo yang hidup pada abad keduabelas masehi (noo-aii)
memprediksi agama HinduBuddha berkembang 1000 tahun di Nusantara
beserta kejayaan bagi kerajaan yang memeluk agama tersebut. Seiring dengan
perkembangan Hindu-Buddha di Tanah Jawa dan Nusantara juga lahir pula
seorang utusan-Nya pembawa Islam pada 571 Masehi di Mecca yakni
Rasulullah Muhammad s.a.w. sang penerima firman Allah s.w.t. tersusun dalam
Al-Qur'an yang mahasuci didampingi Hadist Nabi yang dimuliakan.
Tiap-tiap masa sebuah kerajaan bangkit dan hancur mengalami hal yang sama
dengan siklus bintang. Dan semua kerajaan di Jawa mengakui Semar sebagai
penguasa gaib dari dunia gaib dengan kemampuan khususnya mengejawantah
sebagai manusia biasa. Semar bisa berperan sebagai abdi, punakawan, dan
bahkan penasihat utama negara. Tokoh ini selalu turut hadir tersama jatuh-
bangunnya kehidupan sederhana maupun sebuah pemerintahan rumit dalam
kerajaan. Dan Semar yang terakhir dalam siklus perkembangan 1000 tahun
Hindu-Buddha ialah Sabdo PalonNoyo Genggong.
Majapahit yang jaya di laut dan di bumi Selatan, sementara Tiongkok yang
berada di bumi Utara adalah pengimbang tatanan politik dunia pada masa itu.
Bumi Selatan ada dalam genggaman Majapahit dan dengan keruntuhan
Majapahit maka tatanan politik dunia menjadi jomplang dan dengan mudah pula
bangsa Barat berkulit putih mengkolonisasi bumi selatan mulai dengan Afrika,
Amerika Latin, dan Asia Selatan menjadi jalur tanpa ada penjagaan laut yang
kuat.
Bangsa Eropa berkulit putih terkenal sangat rajin dan ulet bekeija bagai semut
hitam, dan selalu meminum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah dan
menyiapkan diri dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu
mengetahui kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan. Bertahun-
tahun mereka perlukan mendesign kapal yang dipersenjatai untuk mengarungi
samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah baru,
dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau di belahan
dunia lain.
Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti
kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam
dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan
berdirinya Majapahit.
Dua kekuatan Nasrani yang berlayar berlawanan arah ini akhirnya benar-benar
mengelilingi dunia dan bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di
kepulauan tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur. Dua-duanya berusaha
memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah
antara lain pala, minyak kayuputih, dan cengkeh.
Sementara itu ada sebuah bangsa Eropa lain, semut ireng paling rajin bekeija:
membendung laut untuk dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu
paling banyak di daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada
bangsa lain yakni bangsa Belanda. Cornellis de Houtman mendarat di Batavia
atau Sunda Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib
administrasinya ini berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan menaklukkan
kerajaan Islam dan sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit: Makasar,
Kalimantan, Aceh, Bali, Papua, dan Nusa Tenggara. Inilah kedatangan bangsa
asing yang sudah diramalkan oleh Sri Aji Joyoboyo limaratus tahun sebelumnya,
"semut ireng anak-anak sapi".
Semenjak krisis ekonomi 1929 Adolf Hitler tampil memimpin Nazi 1933 dan
menggerakkan Jerman dengan fokus utama industri Jerman ialah membangun
kekuatan militer besar-besaran, dan dalam tempo lima tahun 1938 kekuatan
militer yang terkuat di Eropa itu menganeksasi Austria. Sekutu yang dimotori
Inggris dan Amerika Serikat belum mengambil tindakan sampai Jerman Hitler
menyerbu Ceko dengan kekuatan militer besar-besaran melancarkan dan
menguji coba blitzkriegnya yang gemilang. Akhirnya 3 September 1939 Sekutu
mengumumkan perang terhadap Jerman. Sementara itu berturut-turut balatentara
Jerman berhasil menaklukkan Prancis dan tak ketinggalan Belanda, Belgia
tunduk pada keperkasaan Jerman.
Hindia Belanda terlalu jauh dari pasukan blitzkrieg Hitler di Eropa, akan tetapi
terlalu dekat bagi sekutu Jerman di Timur Jauh yakni Jepang. Masuknya Jepang
ke Hindia Belanda pada giliran terakhir dalam serbuan pasukan Negeri Matahari
Terbit itu sekali lagi pemerintahan jajahan seberang lautan Hindia Belanda
mengungsi ke Australia. Kebo nyabrang kali untuk kedua kalinya. Belanda
mengungsi karena sudah terlalu kenyang mengeruk kekayaan di Nusantara,
kekayaan itu disetor untuk mengenyangkan negeri induk Nederland yang
terbukti tidak kuat bergerak menghadapi serbuan Jerman. Sama halnya negeri
induknya Hindia Belanda yang kekenyangan tidak mampu menghadapi pasukan
Negeri Sakura yang beringas masih kelaparan menyedot semua sumber daya
alam dan kekayaan negeri yang ditaklukkannya.
Seekor kerbau punya hobi mandi di kubangan yang berisi air, apalagi di sebuah
sungai yang melimpah-ruah airnya, ia tidak mungkin mau inentas dan
menyeberangi sungai tanpa alasan yang luarbiasa. Alasan agar seekor kerbau
menyeberangi sungai cuma dengan dipaksa atau terpaksa saja. Karena kerbau
yang sudah kenyang makan dan kenyang berendam di air akan cenderung
bermalas-malasan saja. Dan yang memaksa kerbau Belanda hengkang ialah
kekuatan militer unggul bangsa lain. Sementara kekuatan militer sendiri tidak siap
digunakan menghadapi serbuan dari luar semacam itu, melainkan hanya
dipersiapkan dan digunakan untuk menindas pribumi jajahan yang tidak
bersenjata dan lemah dari segi apapun. Pasukan militer Belanda punya
kemampuan militer hanya sekelas menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di
Nusantara. Belanda lebih menggunakan akal yang diwujudkan dengan politik
pecah-belah dan kuasailah. Dan terutama berkat bantuan Pribumi sendiri yang
lebih memilih berpihak pada kekuatan asing.
8 Maret 1942 Balatentara darat, laut, dan udara Dai Nippon dan pasukan sipil
bunga Sakura yang berani mati dan selalu menang dalam pertempuran melawan
bangsa Barat mendarat di segenap penjuru wilayah Nusantara. Lunaslah ramalan
Joyoboyo keempat, "kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang".
Tentara Kerajaan Belanda tidak kalah gagah-berani menghadapi pasukan dari
negeri Asia yang pernah menaklukkan Manchuria, wilayah kerajaan Tsar Rusia
pada 1904-1905.
Bahkan seorang pujangga masyhur Nusantara menulis soal arus balik dari Utara
yang terus mengalir ke Selatan: ilmu pengetahuannya, budayanya dan barang-
barang dagangannya. Sebaliknya di masa keemasan Majapahit, dan bahkan
sejak jaman kerajaan Srivijaya arus mengalir ke Utara: ilmu pengetahuan,
budaya, dan barang-barang produk unggulannya.
Hinoaru berkibar di seluruh Pantai Timur benua Asia sampai ke lautan Pasific di
Timur Papua. Terbentuklah garis pertahanan militer yang sangat lebar dan sulit
dijaga dari serbuan pasukan Sekutu yang dipimpin negeri Paman Sam. Berturut-
turut hengkang dari wilayah koloni atau jajahannya: Prancis di Indocina, Belanda
di Hindia Belanda, Inggris di Malaya, dan Singapura. Bangsa Jepang berhasil
mengubah peta politik dunia, khususnya di Asia.
Prabu Joyoboyo sudah mengidentifikasi bangsa cebol kepalang ini seribu tahun,
yang lalu bakal menjadi superpower di bidang militer. Dalam pandangan Jawa
yang kecil akan mengalahkan yang besar, orang cebol kepalang atau bertubuh
pendeklah yang bakal mengalahkan orang-orang besar dari Barat.
Pribumi Nusantara yang terpuruk melata di bawah kaki bangsa Barat selama
tigaratus limapuluh tahun mendadak sontak dibangunkan dari tanah dengan
didikan pasukan Jepang yang keras dan tak kenal ampun. Senjata mulai
diberikan kepada Pribumi yang mau beijuang bersama Jepang untuk
menghadapi bangsa Barat atau Sekutu. Korban selama masa pendidikan militer
Jepang beijatuhan, kesengsaraan hidup melanda rakyat di segenap wilayah
Nusantara. Kelak buah kesengsaraan itu yang diawali hengkangnya bangsa
Barat membikin Pribumi harus berdiri di atas kaki sendiri di atas tanah tumpah
darah negeri sendiri dan memerintah bangsa sendiri, semua itu dapat ditempuh
dengan merebut kemerdekaan dan kedaulatan ibu pertiwi Nusantara.
Dai Nippon diramalkan menjajah Nusantara selama seumur benih jagung dapat
disimpan, tiga setengah tahun! Dai Nippon yang bergabung dengan Jerman
Hitler masih terus beijuang sendiri dengan ulet dan tekun. Sekutu merasa biaya
militer sudah terlampau besar dikeluarkan di medan Eropa menghadapi Jerman
dan sekutunya. Untuk menaklukkan pasukan Dai Nippon yang memiliki garis
pertahanan begitu panjang di Asia Timur dan sebagian kepulauan di Pasifik pada
akhirnya Sekutu atau Amerika Serikat memilih menggunakan cara ekonomis dan
praktis: meledakkan bom nuklir di jantung wilayah Jepang. Walhasil pemenang
perang dunia kedua yang sejati adalah senjata nuklir dan bukan Amerika
Serikat. Pasukan Amerika tidak mati-matian dalam mengalahkan Jepang dengan
cara yang umum dan terhormat.
Jepang tidak sepenuhnya kalah di medan peperangan akan tetapi kalah karena
atas instruksi pimpinan tertingginya Kaisar Jepang.
Bangsa cebol kepalang itu selama menduduki Jawa dan Nusantara menghadapi
lawan-lawan tangguhnya: partai komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, partai sosialis, partai nasionalis, dan orang-orang Islam
progresif lainnya, dan tentu saja segenap rakyat Nusantara. Segenap komponen
perlawanan itu telah memilih pemimpin mereka: Bung Karno. Bung Karno tidak
terang-terangan memusuhi Jepang, akan tetapi mengambil taktik berpijak di dua
tempat sekaligus. Kaki kiri berada bersama pasukan Dai Nippon, sementara
kaki kanannya bahu-membahu melawan Jepang dengan berbagai cara bersama
pejuang Pribumi lainnya.
Bung Karno tahu siapa-siapa yang beijasa dalam merebut kemerdekaan, orang
komunis, orang nasionalis, dan orang sosialis, dan orang Islam dan seterusnya.
Dai Nippon menyerah kepada bom nuklir milik Amerika Serikat pada 14
Agustus 1945. Pemenang perang dunia kedua lainnya Sovyet Uni dedengkot
negeri komunis pertama di dunia rupanya tidak dapat hidup berdampingan
secara damai dengan negeri kapitalis lainnya, karena sudah sejak manifes
komunis diluncurkan pada abad kedelapan belas hantu komunis tidak pernah
ditolerir oleh paham lain di dunia ini. Sasaran tembak Amerika adalah negeri
komunis Soviet Uni dan berakibat timbulnya Perang Dunia Dingin. Dua ideologi
mengelompokkan diri masing-masing dengan memilih salah satu pihak. Slogan
Amerika lebih keras lagi, "berkawan dengan kami memusuhi komunis atau
menjadi musuh besar kami." Tidak adanya pilihan netral sama sekali.
Imbas Perang Dunia Dingin itu sangat mewarnai kemerdekaan yang akhirnya
dikumandangkan oleh Penyambung Hati Rakyat Indonesia: Soekarno
didampingi M. Hatta. Semasa pendudukan Jepang keduanya sudah sering
menyusun strategi bersama menghadapi masa depan. Mereka dalam menyikapi
Perang Dunia Dingin mengambil sikap berlawanan. Bung Karno bersikap Netral
sementara Hatta memihak memusuhi komunis. Dua peran antagonis dari kedua
proklamator RI itulah yang pada akhirnya melahirkan drama-drama perang
kemerdekaan yang memilukan. Bangsa sendiri bertempur dengan sesama
saudara sendiri.
Perang saudara antar bangsa sendiri sejak perang kemerdekaan ternyata terus
membesar dan puncak klimaksnya termaktub dalam ramalan Joyoboyo kelima,
"pitik tarung sak kandang."
Ramalan Kelima
Pada 30 September 1965 di lapisan stratosfir langit malam, pada radius tiga
kilometer dari kraton Sri Aji Joyoboyo, para penduduk menyaksikan "lintang
kemukus" bergerak pelahan ke arah utara. Benda langit cerah bersinar persis
pesawat angkasa luar yang diidentifikasi selama berabad "lintang kemukus" yang
bergerak lambat di langit itu menjadi pertanda datangnya peristiwa besar di
jagad manusia.
Sri Aji Joyoboyo seorang putra dari cinta sejati Dewi Sekartaji dan Inu
Kertapati, kedua remaja pilihan ini adalah putra mahkota dari dua kerajaan di
tepi sungai Brantas. Perkawinan kerajaan yang mereka jalani sebelumnya penuh
dengan drama percintaan paling dikenang selama berabad oleh penduduk Jawa
bagian Timur.
Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati yang belum bertemu satu sama lain sempat
menolak peijodohan dua kerajaan atas diri mereka. Dewi Sekartaji mengembara
bertahun-tahun, demikian pula Inu Kertapati, keduanya remaja paling cantik dan
paling tampan di kerajaan Daha dan Jenggala. Singkatnya mereka akhirnya
bertemu di pulau Dewata dan saling jatuh cinta satu sama lain. Perkawinan pun
berlangsung meriah, dua kerajaan digabungkan, dan dari hasil cinta sejati
mereka lahirlah seorang manusia unggul Sri Aji Joyoboyo yang kelak marak
menjadi raja kerajaan Kediri. Dalam masa pemerintahannya sastra dan seni
berkembang luar biasa pesatnya. Perkataan yang berwujud ramalanramalan dari
segenap cerdik-pandai di seluruh negeri dikumpulkan dan dipilih yang terbaik
untuk dipersembahkan kepada yang mulia Sri Aji Joyoboyo. Dengan bahan
melimpah itulah sang raja besar itu mempublikasikan ramalan kelima "pitik tarung
sak kandang" untuk menggambarkan perang saudara masa depan di tanah Jawa.
"Pitik tarung sak kandang" artinya ayam peliharaan yang setiap pagi dan petang
berada dalam ruangan yang sama. Ayam dalam satu ruangan itu setiap hari hidup
rukun di luar ruangan. Kandang di sini bukan kandang yang rapat, ayam yang
dipelihara penduduk di Jawa biasanya dibuatkan pijakan-pijakan bambu atau
kayu untuk tidur si ayam. Ayam tersebut bebas keluar masuk ruangan kapan
saja atas kemauan sendiri. Mereka berada dalam rumah yang sama dan hidup
rukun. Sangat jarang teijadi ayam dalam satu "kandang" saling berkelahi di
dalam kandangnya. Bahkan tidak pernah terjadi perkelahian ayam dalam
kandang bebasnya itu. Perkelahian kecil biasanya rebutan tempat "mangkring"
yang kuat, ayam dewasa, memilih berada di depan. Ayam muda oleh pemiliknya
dipisahkan, dikurung tersendiri.
Dalam kandangnya puluhan ayam itu tidak pernah berkelahi karena mereka
hanya berkumpul pada petang hari untuk mulai tidur malamnya yang berlangsung
hingga subuh. Saat mereka terbangun dan keluar kandang itulah sang pemilik
menjamu santapan pertama, selanjutnya terserah anda mau cari makan di mana.
Komunis Indonesia musnah tak bersisa yang tersisa onggokan arang yang
mengepulkan asap tipis. Di musim penghujan bakal tumbuh tunas baru di
tumpukan berwarna hitam itu, karena negeri Nusantara sangat subur untuk
mengubah kegersangan menjadi hijau kembali dengan tumbuhnya beraneka
tanaman baru, termasuk yang sudah dianggap musnah.
Ramalan Keenam
Jangan dilupakan peran sentral Zhou Enlai, Perdana Menteri Tiongkok yang
disebut-sebut lebih dulu menjadi anggota PKT daripada sang ketua Mao sekitar
1921. Kawan Zhou dan Paman Ho dekat sekali hubungannya terutama tatkala
Vietnam membutuhkan sokongan moril maupun materil dalam menahan serangan
pasukan militer Amerika Serikat pemenang perang dunia kedua, kekuatannya
tak diragukan lagi.
Tanpa ada air melimpah ruang di kebun atau di halaman rumah atau di tegalan,
maka tak akan datang kodok ijo dan riuh-rendah sepanjang malam bersimfoni
ria. Banjir darah akibat gerakan September 1965 mengundang militer angkatan
darat turun ke arena untuk mengambil alih kekuasaan di Nusantara dari tangan
Bung Karno yang berusaha membikin keseimbangan antara PKI dan AD.
Akan tetapi sayang sekali slogan "awas bahaya laten komunis" itu terlalu
berlebihan dikoar-koarkan selama Jendral Soeharto berkuasa. Padahal sudah
jelas bin gamblang komunis sudah hancur tak punya kekuatan apapun, eeeeh
kok menakuti rakyat banyak akan bahaya komunis yang cuma pepesan kosong
itu. Eiit itu bicara waktu itu lho. Entah kekuatan mereka saat ini 2010. Ujung-
ujungnya intimidasi dan teror kepada rakyat, dan ujung-ujungnya lagi Bapak
Pembangunan itu terus terpilih dan terpilih lagi jadi Raja eh Presiden RI.
Prabu Joyoboyo hampir seribu tahun yang silam sudah meramalkan datangnya
penguasa militer baru berbusana hijau, yakni AD. Ceritanya sang penguasa itu
muncul setelah teijadinya perang saudara di Nusantara dalam, "Pitik tarung sak
kandang". Setelah sang kodok tidak berkuasa lagi tampillah rejim baru yang
disebut rejim reformasi. Apa yang teijadi, "kodok ijo, kodok bangkak, kodok
percil, dan kodok pohon, dan lainnya ramai-ramai memperdengarkan suaranya
tanpa hambatan lagi datang dari manapun. Dan ujung dari kebebasan itu ialah
eyel-eyelan untuk menonjolan pendapat sendiri yang belum tentu benar.
Ramalan Ketujuh
Ramalan ketujuh Sri Aji Joyoboyo (1145-an): Tikus pithi anoto baris
interpretasinya tikus merah menyusun barisan! Merah tatkala masih bayi belum
tumbuh bulu, dan kelak menjadi hitam oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus
phiti antara lain: gesit, s e mau sendiri, susah diatur, dan lucu. Tikus phiti pandai
menyembunyikan diri akan tetapi belum mampu bikin persembunyian sendiri,
yakni berupa lubang-lubang dalam tanah, atau membikin sarang dari bahan yang
ada di sekitarnya. Manusia tanpa alat bantu susah untuk menangkap dan
memburu makhluk yang satu ini.
Tikus yang satu ini benar-benar menyusun barisan bila pemimpin besarnya
(induknya) dibunuh atau melarikan diri karena diuber-uber. Jika keadaan biasa
tanpa gangguan maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan
semua gerakannya.
Tikus-tikus pithi menyusun barisan bila mereka sedang kelaparan hebat, karena
musim paceklik atau sarangnya diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah
agresif tatkala mereka mendapat mangsa empuk.
Semasa Sri Aji Joyoboyo memerintah di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada
anak-anak remaja yang beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu
kehitaman. Tikus dalam konteks ramalan bisa sebagai perlambang kaum muda,
angkatan muda, atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri. Sri Aji
Joyoboyo sangat membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai prajurit
dan paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan di samping itu suara
mereka benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik kerajaan.
Sejarah kemudian mencatat pada 1222, seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji
Joyoboyo di mana angkatan mudanya sudah kurang mendapatkan porsi dalam
pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang lebih limapuluh kilometer arah
ke Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda pimpinan Arok membariskan
pasukannya menggempur Kediri. Panglima perang kerajaan Kediri Mahesa
Wulung adik dari raja Dandang Gendis atau Krtajaya tewas di Ganter sehingga
pasukan Kediri menelan kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Arok.
Kembali ke tahun 2010, adanya ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan
sebagai pemberontakan bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara
adalah mustahil, kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata.
Rakyat jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk
mengadakan pemberontakan skala besar.
Kaum muda memang mulai mengorganisir diri akan tetapi terpecah-pecah dan
berorientasi ke berbagai jurusan, masing-masing berkutat di dalam kelompok
sendiri. Mereka berwarna-warni idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning,
dan merah jambu serta mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan.
Ibarat dalam jejer wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu-
dombakan.
Jadi "tikus phiti anoto baris" berarti angkatan muda menyusun barisan. Bukan
barisan pemberontakan bersenjata, bukan demo anarchi, dan bukan menunggu
waktu generasi tua menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda. Sehingga
angkatan muda menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih memiliki
kekuatan kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada itu
idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari berbagai
elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain Bhinneka Tunggal
Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit hingga Kemerdekaan RI
dan pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir itu sudah pincang, karena salah
satu kakinya buntung. Sedangkan idea yang lain diselewengkan menurut
kepentingan penguasa sendiri. Adalah tugas angkatan muda membikin utuh dan
memurnikan kembali seperti sediakala semua idea yang dicetuskan dan
diajarkan oleh para pemimpin Nusantara sesuai jamannya itu.
Sebagai pendeta Buddha Jawa (Jowo Sanyoto, agama negara Majapahit) utama
di kerajaan Majapahit ilmu agamanya sempurna bahkan lebih sempurna
dibanding para pengikut utama Dalai Lama di Tibet. Dari jaman ke jaman
Sabdo Palon* terus-menerus berganti raga (wadag), yakni pada saat raganya
memang sudah tua dan meninggal dunia.
Wadag baru pilihan itu tidak atas ke mauan pribadi roh Sabdo Palon akan tetapi
atas kehendak Sang Hyang Wenang ing Jagad.
Jadi sebenarnya walau Majapahit runtuh, Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo
Genggong tidak pernah murca atau hilang, dia hidup sebagai manusia biasa di
bumi manusia ini. Silsilah Sabdo Palon dalam 2500 tahun terakhir mengayomi
tanah Jawa, dan bumi bagian Selatan (Man Yang) adalah sbb.: Semar,
Humarmoyo, Manikmoyo, Ismovo, Noyo Genggong, Sabdo Palon, Ki K, WS,
dan pada 2010 ini......???!
Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedelapan bahwa Sabdo Palon akan kembali ke
Nusantara, tentu ditafsirkan Sabdo Palon kelak berkiprah kembali sebagai
pendamping dan penasihat daripada pemimpin negeri suatu kerajaan.
Kejayaan Nusantara dalam ramalan Sri Aji Joyoboyo akan teijadi tatkala
munculnya kembali Sabdo Palon dan Noyo Genggong. Sabdo Palon alias Ki K
pada 1980 mengatakan, "Kejayaan Nusantara yang lebih dahsyat daripada
kerajaan Majapahit terwujud bila dunia mengalami goro-goro besar semacam
perang dunia dahsyat atau bencana alam berskala besar, misalnya jatuhnya
benda angkasa, meletusnya gunung berapi, dan lain-lain. Usai goro-goro terjadi
maka dunia akan kembali seperti sediakala. Pada saat itulah tatanan politik dunia
baru akan terbentuk dan jauh berbeda dari peta dunia modern sebelumnya.
Pasca goro-goro itulah di Nusantara akan muncul Ratu adil dan Sabdo Palon
berdampingan menentukan nasib Nusantara dan bumi bagian selatan (Man
Yang) dalam satu tata pusat pemerintahan baru," demikian ucapan orisinil Sabdo
Palon pada 1980.
Kapankah teijadinya goro-goro besar dan munculnya ratu adil? Pertanyaan itu
akan teijawab setelah ada jawaban atas pertanyaan berikut, "Siapakah yang kini
dipilih oleh Sang Hyang Wenang ing Jagad menjadi manusia pilihanNya sebagai
wadag terbaru daripada reinkarnasi Sabdo Palon?"
* Makam salah satu wadag Sabdo Palon yang "cuma1- seorang abdi rendahan
semasa kerajaan Majapahit berada di situs Trowulan Majapahit, makam
Troioyo, Mojokerto, Jatim, Indonesia [lembagasitus Majapahit, Trowulan).