Anda di halaman 1dari 52

Ramalan Jayabaya (Jongko Joyoboyo) Tentang

Nusantara

1. Pendahuluan

Ramalan yang bernada pilu itu pantas dikumandangkan lagi agar kita bisa
berkaca diri. Para elite politik dan pemegang tampuk kekuasaan pun selavaknya
merefleksikan diri atas segala sesuatu yang telah dilakukannya, yang seakan-
akan justru "menggenapi" ramalan itu.

Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercava telah
ditulis oleh Prabu Jayabaya, raja dari kerajaan Kadiri/Kediri. Ramalan ini
dikenal pada khususnya di kalangan masvarakat Jawa yang dilestarikan secara
turun temurun oleh para pujangga. Asal usul utama serat Jangka Jayabaya dapat
dilihat pada kitab Musarar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun
banyak keraguan tentang keasliannya, tapi sangat jelas bunvi pada bait pertama
dari kitab Musarar yang menuliskan bahwasanya Jayabaya lah yang membuat
ramalan-ramalan tersebut; "Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di
Kediri yang gagah perkasa, musuh takut dan takluk, tak ada yang berani."

2. Asal-usul Ramalan

Tradisi Jawa mengakui, Ramalan Jayabaya ditulis oleh Prabu Jayabaya, Raja
Kerajaan Kadiri/Kediri (11351159 Masehi) yang bergelar Sri Maharaja Sri
Warmmeswara Madhusudanawatarani ndita Suhrtsingha Parakrama
Digjayottunggadewan ama. Gelar yang amat panjang itu tertera pada tiga
prasasti batu yang ditemukan dan dikenal sebagai peninggalan sang raja, yakni
prasasti Hantang (1135 M), prasasti Talan (1136 M), dan prasasti dari Desa
Jepun (1144 M).

Pada zamannya, ditopang kekuatan armada laut yang tangguh, kekuasaannya


meluas tidak hanya meliputi Tanah Jawa, tetapi hingga pantai Kalimantan.
Bahkan, Temate pun menjadi kerajaan subordinat kerajaannya. Sebagai raja
dan pujangga. Prabu Jayabaya memandang jauh ke depan dengan mata hati dan
perasaan. Ia meramalkan keadaan kacau balau, yang disebutnya sebagai "
wolak-walik ing zaman" atau keadaan zaman yang serba jungkir balik.
Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya,
maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa sumber ramalan ini
sebenaiiiva hanya satu, yakni Kitab Asrar (Musarar) karangan Sunan Giri
Perapan (Sunan Giri ke-3) vaiig dikumpulkannya pada tahun Saka 1540 = 'l02S
H = 1618 M, hanya selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang
sejarah Majapahit dari Singosaii yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613
M. Jadi penulisan sumber ini sudah sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram
bertahta (1613-1645 M).

Kitab Jongko Joyoboyo pertama dari dipandang asli, adalah dari buah karva
Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutaimva Pangeran Kadilangu II) yang
dikarangnya pada tahun 'l 666-166S Jawa = 17411743 M. Sang pujangga ini
memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya
punya kekuasaan wilayah "Perdikau" yang berkedudukan di Kadilangu, dekat
Demak! Memang beliau keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila beliau
dapat mengetahui sejarah leluhumva dari dekat, terutama tentang riwayat
masuknya Sang Prabu Brawidjava terakhir (ke-5) mengikuti agama baru; Islam,
sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan
Penasehat sang baginda bernama Sabda Palon dan Nayagenggong.

Disamping itu beliau menjabat sebagai Kepala Jawatan Pujangga Keraton


Kartasura tatkala zamannya Sii Paku Buwana II (1727-1749). Hasil karva sang
Pangeran ini berupa buku-buku misakiva, Babad Pajajaran, Babad Majapahit,
Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, Raja Kapa-kapa, Sejarah
Empu, dll. Tatkala Sri Paku Buwana I naik tahta (1704-1719) yang
penobataimva di Semarang, Gubernur Jenderalnya benama van Outhoom yang
memerintah pada tahun 1691-1704. Kemudian diganti G.G van Hoom (1705-
1706), Pangerannya Sang Pujangga yang pada waktu masih muda. Didatangkan
pula di Semarang sebagai Penghulu yang membeli Restu untuk kejavaan
Keraton pada tahun 1629 Jawa = 1705 M, yang disaksikan GG. Van Hoom.

Sang pujangga wafat pada haii Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam'iah 1672
Jawa atau 1747 Masehi, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di
Surakarta. Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh puteranya
sendui yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di
Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai
pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis
Legi/10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 Masehi.

3. Isi Ramalan

Jongko Joyoboyo yang kita kenal sekarang ini adalah gubahan dari Kitab
Musarar, yang sebenarnya untuk menvebut "Kitab Asrar" karangan Sunan Giri
ke-3 tersebut. Selanjutnya para pujangga dibelakangnya juga menvebut nama
baru itu. Kitab Asrar/Mttsarar itu memuat Ikhtisar (ringkasan) liwavat negara
Jawa, vaitu gambaran gilir bergantinya negara sejak zaman purbakala hingga
jatuhnya Majapahit lalu diganti dengan Ratu Hakikat ialah sebuah kerajaan Islam
pertama di Jawa yang disebut sebagai "Giri Kedaton".

Berikut ini adalah sebagian dari isi kitab Musarar yang merupakan gubahan dari
Jongko Jovoboyo:

a). Asmarandana

1.Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa,
Musuh takut dari takluk, tak ada yang berani.

2.Beliau sakti sebab titisan Batara Wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja
agung pasukannya raja-raja.

3.Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah
dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negaranya.

4.Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang Prabu
akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum (Kontantinopel/Istanbul)
bernama, Sultan Maolana.

5.Lengkapnya bernama Ngali Samsujen. Kedatangannya disambut sebaik-


baiknya. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain bangsa pantas dihormati.

6. Setelah duduk Sultan Ngali Samsujen berkata: "Sang Prabu Jayabaya,


perkenankan saya membeli petuah padamu mengenai Kitab Musarar."

7.Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan diganti
oleh orang lain". Sang Prabu mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Karena
beliau telah mengerti kehendak Dewata.
8.Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab Musarar
sudah diketahui semua. Beliaupun ingat tinggal menitis 3 kali.

9.Kelak akari diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Ka'bah
yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan kutbah.

10. Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada
Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke Pulau Jawa membawa
ecis tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.

11.Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan
setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.

12.Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu
setelah datang lalu naik ke gunung.

13.Disana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya


seorang raja yang ber-incoknito termasuk titisan Bhatara Wisnu.

14.Karenanya Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai


raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.

15.Bila Islam seperti Nabi. Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung sudah


lama. Bertemu dengari ki Ajar di gunung Padang. Yang bertapa brata sehingga
apa yang dikehendaki terjadi.

16.Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang


endang yang membawa sesaji. Berwama-wami isinya. Tujuh warna-warni dan
lengkap delapan dengari endangnya.

17.Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu
bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan kembang
mojar satu bungkus.

18.Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah: "Inilah


hidangan kami untuk sang Prabu". Sang Prabu waspada kemudian menarik
senjata kerisnya.

19.Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian


dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan putra raja
kecewa melihat perbuatan ayahnya,

20.Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian mereka pun pulang.
Datang di kedaton, Sang Prabu berbicara dengan putranya.

21 .Hai anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa
kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsujen tatkala masih muda.

b). Sinom

1.Dia itu sudah diwejang (dibeiitahu) oleh guru mengenai kitab Musarar. Sama
seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja di Pulau Jawa. Toh
saya sudah dibeiitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi (menitis).

2.Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada jaman lagi bukan perbuatan saya.
Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin berobah lagi. Diberi
lambang Jaman catur semune segara asat.

3.Itulah Jenggala, Kediri, Singasari dan Ngurawan. Empat raja itu masih
kekuasaan saya. Negaranya bahagia di atas bumi. Menghancurkan, keburukan.

4.Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada jaman
lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengari saudara-saudara
ditempat yang rahasia.

5.Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui oleh anak
cucu bahwa akan ada zaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.

6.Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara Paj ajaran.
Negara tersebut tanpa keadilan dari tata negara, Setelah seratus tahun kemudian
musnah.

7.Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi dibeli pajak emas. Sebab saya
mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti jaman di
Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijava.

8.Demikian nama raja bergelar Sang Rajapati Dewanata. Alamnya disebut


Anderpati, lamanya sepuluh windu (80 tahun). Hasil negara berupa picis (uang).
Ternyata waktu itu dari hidangan ki Ajar.

9.Hidangannya Jadah satu takir. tambangnya waktu itu Sima galak semune
curiga ketul. Kemudian berganti jaman lagi. Di Gelagahwangi dengan ibukota di
Demak. Ada agama dengan pemimpinnya bergelar Diyati Kalawisaya.

10.Enam puluh lima tahun kemudian musnah. yang bertahta Ratu Adil serta wali
dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang. Temyata saya dibeli
hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.

11.Negara tersebut diberi lambang: Kekesahan durung kongsi kaselak kampuhe


bedah. Kemudian berganti jaman Kalajangga. Beribukota Pajang dengan hukum
seperti di Demak. Tidak diganti oleh anaknya. 36 tahun kemudian musnah.

12.Negara ini dibeli lambang: cangkrama putung watange. Orang di desa


terkena pajak pakaian dan uang. Sebab ki Ajar dahulu membeli hidangan
sebatang pohon kajar. Kemudian berganti jaman di Mataram. Kalasakti Prabu
Anyakrakusuma.

13.Dicintai pasukannya. Kuat angkatan perangnya dan kaya, disegani seluruh


bangsa Jawa. Bahkan juga sebagai gantinya Ajar dan wali serta pandita, bersatu
dalam diri Sang Prabu yang adil.

14.Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab waktu itu
saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya diberi gelar: Sura
Kalpa semune lintang sinipat.

15.Kemudian berganti lagi dengan lambang: Kembang sempol Semune modin


tanpa sreban. Raja yang keempat yang penghabisan dibeli lambang Kalpa sru
kanaka putung. Seratus tahun kemudian musnah sebab melawan sekutu.
Kemudian ada nakhoda yang datang berdagang.

16.Berdagang di tanah Jawa kemudian mendapat sejengkal tanah. Lama


kelamaan ikut perang dan selalu menang, sehingga, terpandang di pulau Jawa.
Zaman sudah berganti meskipun masih keturunan Mataram. Negara bernama
Nyakkrawati dan ibukota di Pajang.

17.Raja berpasukan campur aduk. Disegani setanah Jawa. Yang memulai


menjadi raja dengan gelar Layon keli semune satriya brangti. Kemudian berganti
raja yang bergelar: semune kenya musoni. Tidak lama kemudian berganti.

18.Nama rajanya Lunggadung rara nglikasi (Raja yang penuh inisiatif dalam
segala hal, namun memiliki kelemahan suka wanita; Sukarno) kemudian berganti
gajah meta semune tengu lelaki (Raja yang disegani/ditakuti, namun nista;
Suharto). Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya
dan hukum tidak karu-karuan.

19. Waktu itu pajaknya rakyat adalah uang anggiis dan uwang. Sebab saya
dibeli hidangan darah sepitrah. Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat,
pemerintah rusak. Rakyat celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat
ditolak.

20.Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri sendiri-sendiri.


Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka (Raja-raja yang saling
balas dendam). Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram (Dua kekuatan
pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan).

21.Nakhoda (Orang asing) ikut serta memerintah. Punya keberanian dan kaya.
Sarjana (Orang arif dan bijak) tidak ada. rakyat sengsara. Rumah hancur
berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara
ngangsu, randa loro nututi pijer tetukar (Ratu yang selalu diikuti/diintai dua
saudara wanita tua untuk menggantikannya; Megawati).

22.Tidak berkesempatan menghias diri (Raja yang tidak sempat mengatur


negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan), sinjang kemben tan
tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala
Bendu. Di Semarang Tembayat itulali yang mengerti/memahami lambang
tersebut.

23.Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat
kenyang. Hasilnya berkurang. Orang jahat makin menjadi-jadi. Orang besar
hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan negara.

24.Hukum dan pengadilan negara tidak berguna. Perintah berganti-ganti.


Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap benar.
Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan orang
tua.
25.Wanita hilang kehormatannya. Sebab saya diberi hidangan Endang seorang
oleh ki Ajar. Mulai perang tidak berakhir. Kemudian ada tanda negara pecah.

26.Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan
gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja Kara
Murka Kutila musnah.

27.Kemudian kelak akan datang tunjung putih semune Pudak kasungsang (Raja
berhati putih namun masih tersembunyi). Lahir di bumi Mekah (Orang Islam
yang sangat bertauhid). Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah
kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.

28.Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa


(Orang Islam yang sangat menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran
tradisi Jawa (kawruh Jawa)). Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah
barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.

29.Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar, sebab saya diberi
hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali.
Orangnya tampan, senyumnya manis sekali.

c). Bait-bait lain dari Jongko Joyoboyo

1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran — Kelak jika sudah ada kereta tanpa
kuda (mobil).
2. Tanah Jawa kalungan wesi — Pulau Jawa berkalung besi (rel kereta api).

3.Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang — Perahu berjalan di angkasa


(pesawat terbang).

4.Kali Uang kedhunge — Sungai kehilangan mata air.

5.Pasar Uang kumandhang — Pasar kehilangan suara (mall, plaza).

6.Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya ztns cedhak — Itulah pertanda zaman
Jayabaya telah mendekat. 7.Bumi saya suwe saya mengkeret — Bumi semakin
lama semakin mengerut/ mengecil (karena majunya teknologi).

8.Sekilan bumi dipajeki — Sejengkal tanah dikenai pajak.

9.Jaran doyan mangan sambel — Kuda suka makan sambal.

10.Wong- wadon nganggo pakeyan lanang — Orang perempuan berpakaian


lelaki.

11.Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking santan— Itu pertanda
orang akan mengalami zaman berbolak-balik (zaman edan).

12Akeh janji ora ditetepi — Banyak janji tidak ditepati.

13.Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe— Banyak orang berani


melanggar sumpah sendiri.

14.Manungsa padha seneng nyalah— Orang-orang saling lempar


kesalahan/senang berbuat salah.

15.Ora ngendahake hukum Hyang Widhi— Tak peduli akan hukum Hyang
Widhi (Tuhan).

16.Barang jahat diangkat-angkat— Yang jahat dijunjung-junjung (diagungkan).

17.Barang suci dibenci— Sesuatu yang suci (justru) dibenci.

18 Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit— Banyak orang hanya


mementingkan uang.
19.Lali kamanungsan— Lupa jati kemanusiaan.

20.Lali kabecikan — Lupa hikmah kebaikan.

21.Lali sanak lali kadang— Lupa sanak lupa saudara.

22.Akeh bapa lali anak— Banyak ayah lupa anak.

23.Akeh anak wani nglawan ibu— Banyak anak berani melawan ibu.

24.Nantang bapa— Menantang avah.

25.Sedulur padha cidra— Saudara dan saudara saling khianat.

26.Kulawarga padha curiga— Keluarga saling cuiiga.

27.Kanca dadi mungsuh — Kawan menjadi lawan.

28.Akeh manungsa lali asale — Banyak orang lupa asal-usul.

29.Ukuman Ratu ora adil — Hukuman raja/pemimpin tidak adil.

30.Akeh pangkat sing jahat lan ganjil— Banyak pejabat jahat dan ganjil.

31 .Akeh kelakuan sing ganjil — Banyak ulah-tabiat yang ganjil.

32. Wong apik-apik padha kapencil — Orang yang baik justru tersisih.

33.Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin — Banyak orang
kerja yang halal justru merasa malu.

34.Luwih utama ngapusi — Lebih mengutamakan menipu.

35.Wegah nyambut gawe — Malas untuk bekerja.

36.Kepingin urip mewah — Inginnya hidup mewah.

37.Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka — Melepas nafsu


angkara murka, memupuk durhaka.

38. Wong- bener thenger-thenger — Orang (yang) benar termangu-mangu (dan


kesulitan).

39. Wong salah bungah — Orang (yang) salah gembira ria.

40.Wong apik ditampik-tampik— Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-


pong).

41.Wong jahat munggah pangkat— Orang (yang) jahat naik pangkat.

42..Wong agung kasinggung— Orang (yang) mulia dilecehkan.

43. Wong ala kapuja— Orang (yang) jahat dipuji-puji.

44.Wong wadon ilang kawirangane— perempuan hilang malunya.

45.Wong lanang ilang kaprawirane— Laki-laki hilang perwira/kejantanannya


(sifat kesatria).

46. Akeh wong lanang ora duwe bojo— Banyak laki-laki tak mau beristri.

47 Akeh wong wadon ora setya marang bojone— Banyak perempuan ingkar
pada suami.

48. Akeh ibu padha ngedol anake— Banyak ibu menjual anak.

49.Akeh wong wadon ngedol awake— Banyak perempuan menjual diri.

50.Akeh wong ijol bebojo— Banyak orang tukar istri/suami.

51. Wong wadon nungga jaran— Perempuan menunggang kuda (melanggar


kodratnya karena menjadi kepala keluarga).

52, Wong lanang linggih plangki — Laki-laki naik tandu (pemalas).

53.Randha seuang loro— Dua janda seharga seuang (Red: seuang = 8,5 sen).

54.Prawan seaga lima— Lima peraivan seharga lima picis (murali).

55.Dhudha pincang laku sembilan uang— Duda pincang laku sembilan uang
(asal kaya walaupun jelek tetap laku).
56.Akeh wong ngedol ngelmu — Banyak orang berdagang ilmu (ustad, ulama
gadungan).

57.Akeh wong ngaku-aku — Banyak orang mengaku diri (kampanye).

57.Njabane putih njerone dhadhu— Di luar putih di dalam jingga.

59.Ngakune suci. nanging sucine palsu— Mengaku suci, tapi palsu belaka.

60.Akeh bujuk akeh lojo— Banyak tipu banyak muslihat.

61 Akeh udan salah mangsa— Banyak hujan salah musim.

62.Akeh prawan tuwa— Banyak perawan tua.

63.Akeh randha nglairake anak— Banyak janda melahirkan bayi (tanpa nikah).

64.Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne — Banyak anak lahir mencari
bapaknya.

65.Agomo akeh sing nantang— Agama banyak ditentang.

66.Prikamanungsan saya ilang— Perikemanusiaan semakin hilang.

67.Omah suci dibenci— Rumah suci (tempat ibadah) dijauhi.

68. Omah ala saya dipuji— Rumah maksiat makin dipuja.

69.Wong wadon lacur ing ngendi-endi— Perempuan menjual diri dimana-


mana.

70.Akeh laknat— Banyak kutukan

71.Akeh pengkianat— Banyak pengkhianat.

72.Anak mangan bapak—Anak makan (menindas) bapak.

73.Sedulur mangan sedulur—Saudara makan (menindas) saudara.

74.Kanca dadi mungsuh — Kawan menjadi lawan.


75.Guru disatru — Guru dimusuhi.

76.Tangga padha curiga— Tetangga saling curiga.

77.Kana-kene saya angkara murka — Angkara murka semakin menjadi-jadi.

78.Sing weruh kebubuhan — Barangsiapa tahu terkena beban.

79.Sing ora weruh ketutuh — Sedang yang tak tahu disalahkan.

80.Besuk yen ana peperangan — Kelak jika terjadi perang.

81.Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor—Datang dari timur, barat, selatan, dan
utara (perang dunia).

82.Akeh wong becik saya sengsara— Banyak orang baik makin sengsara.

83.Wong jahat saya seneng— Sedang yang jahat makin bahagia.

84.Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul— Ketika itu burung gagak
dibilang bangau.

85.Wong salah dianggep bener—Orang salah dipandang benar.

86.Pengkhianat nikmat — Pengkhianat nikmat.

87.Durjana saya sempurna— Durjana semakin sempurna.

88.Wong jahat munggah pangkat— Orang jahat naik pangkat.

89. Wong lugu kebelenggu— Orang yang lugu dibelenggu.

90.Wong mulia dikunjara— Orang yang mulia dipenjara.

91.Sing curang garang— Yang curang berkuasa.

92.Sing jujur kojur— Yang jujur sengsara.

93.Pedagang akeh sing keplarang— Pedagang banyak yang tenggelam.

94. Wong main akeh sing ndadi — Penjudi banyak merajalela.


95.Akeh karang haram — Banyak barang haram.

96.Akeh anak haram—Banyak anak haram.

97. Wong wadon nglamar wong lanang—Perempuan melamar laki-laki.

98. Wong lanang ngasorake drajate dhewe—Laki-laki memperhina derajat


sendiri.

99.Akeh barang-barang mlebu luang—Banyak barang terbuang-buang.

100.Akeh wong kaliren lan wuda — Baiivak orang lapar dan telanjang.

101. Wong tuku ngglenik sing dodol — Pembeli membujuk penjual.

102. Sing dodol akal okol — Si penjual bermain siasat.

103. Wong golek pangan kaya gabah diinteri — Mencari rezki ibarat gabah
ditampi.

104. Sing kebat kliwat—Yang tangkas lepas.

105.Sing telah sambat—Yang terlanjur menggerutu.

106. Sing gedhe kesasar—Yang besar tersasar.

107. Sing cilik kepleset —Yang kedi terpeleset.

108.Sing anggak ketunggak—Yang congkak terbentur.

109.Sing wedi mati—Yang takut mati.

110.Sing nekat mbrekat —Yang nekat mendapat berkat.

111.Sing jerih ketindhih—Yang hati kecil tertindih.

112.Sing ngawur makmur—Yang ngawur makmur.

113.Sing ngati-ati ngrintih — Yang berhati-hati merintih.

114,Sing ngedan keduman—Yang main gila menerima bagian.


115.Sing waras nggagas—Yang sehat pikiran berpikir.

116.Wong tani ditaleni— Orang (yang) bertani diikat.

117.Wong dor a ura-ura—Oratlg (yang) bohong berdendang.

118.Ratu ora netepi janji, musna panguwasane— Raja/pemimpin ingkar janji,


hilang wibawanya.

119.Bupati dadi rakyat — Pegawai tinggi menjadi rakyat.

120. Wong cilik dadi -priyayi — rakyat kedi jadi priyayi.

121.Sing mendele dadi gedhe—Yang curang jadi besar.

122.Sing jujur kojur—Yang jujur celaka.

123.Akeh omah ing ndhuwur jaran— Banyak rumah di punggung kuda.

124. Wong mangan wong—Orang makan sesamanya.

125.Anak lali bapak— Anak lupa bapa.

126. Wong tuwa lali tuwane—Orang tua lupa ketuaan mereka.

127.Pedagang adol barang saya laris—Jualan pedagang semakin laris.

128.Bandhane saya ludhes—Namun harta mereka makin habis.

129.Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan — Banyak orang mati kelaparan
di samping makanan.

130.Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara— Banyak orang


berlimpah harta tapi hidup sengsara.

131.Sing edan bisa dandan—Yang gila bisa bersolek.

132.Sing bengkong bisa nggalanggedhong—Si bengkok (orang jahat)


membangun rumah mewah dan mahligai.
133. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil—Yang waras dan adil
hidup merana dan tersisih.

134.Ana peperangan ing njero — Terjadi perang di dalam.

135.Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham — Terjadi
karena para pembesar banyak salah faham.

136.Durjana saya ngambra-ambra—Kejahatan makin merajalela.

137.Penjahat saya tambah — Penjahat makin banyak.

138. Wong apik saya sengsara—Yang baik makin sengsara.

139 Akeh wong mati jalaran saka peperangan — Banyak orang mati karena
perang.

140.Kebingungan lan kobongan—Karena bingung dan kebakaran.

141 .Wong bener saya thenger-thenger—Si benar makin tertegun.

142. Wong salah saya bungah-bungah — Si salah makin sorak sorai.

143,Akeh bandha musna ora karuan lungane— Banyak harta hilang entah ke
mana.

144.Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe— Banyak
pangkat dari derajat lenyap entah mengapa.

145.Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram — Banyak barang haram,


banyak anak haram.

146.Bejane sing lalir bejane sing eling—Beruntunglah si lupa, beruntunglah si


sadar.

147.Nanging sauntung-untunge sing lali—Tapi betapapun beruntung si lupa.

148.Isih untung sing waspada — Masih lebih beruntung si waspada.

149.Angkara murka saya ndadi — Angkara murka semakin menjadi.


150.Kana-kene saya bingung—Di sana-sini makin bingung.

151 .Pedagang akeh alangane—Pedagang banyak lintangan.

152.Akeh buruh nantang juragan — Banyak buruh melawan majikan.

153 Juragan dadi umpan — Majikan menjadi umpan.

154.Sing suwarane seru oleh pengaruh—Yang bersuara tinggi (politikus)


mendapat pengaruh.

155.Wong pinter diingar-ingar—Si pandai direcoki

156.Wong ala diuja— Si jahat dimanjakan.

157.Wong ngerti mangan ati— Orang yang mengerti makan hati. IbS.Bandha
dadi memala — Harta benda menjadi penyakit

159.Pangkat dadi pemikat—Pangkat/jabatan menjadi pemukau.

160.Sing sawenang-wenang rumangsa menang — Yang sewenang-wenang


merasa menang.

161.Sing ngalah rumangsa kabeh salah—Yang mengalah merasa serba salah.

162.Ana Bupati saka wong sing asor imane—Ada bupati berasal orang beriman
rendah.

163.Patihe kepala judhi — Maha menterinya bandar judi.

164. Wong sing atine suci dibenci—Yang berhati suci dibenci

165. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat—Yang jahat dan pandai
menjilat makin kuasa.

166.Pemerasan saya ndadra — Pemerasan merajalela.

167.Maling lungguh wetenge mblenduk — Pencuri (koruptor) duduk berperut


gendut.
168.Pitik angrem saduwure pikulan—Ayam mengeram di atas pikulan.

169.Maling wani nantang sing duwe omah Pencuri menantang si empunya


rumah.

170.Begal pada ndhugal—Penyamun semakin kurang ajar.

171.Rampok padha keplok-keplok—Perampok semua bersorak-sorai.

172.Wong momong mitenah sing diemong—Si pengasuh memfitnah yang


diasuh.

173. Wong jaga nyolong sing dijaga — Si penjaga mencuri yang dijaga.

174. Wong njamin njaluk dijamin — Si penjamin minta dijamin.

175.Akeh wong mendem donga—Banyak orang mabuk doa.

176.Kana-kene rebutan unggul—Di mana-mana berebut menang (pilkada dan


pemilu).

177.Angkara murka ngombro-ombro — Angkara murka menjadi-jadi.

178.Agama ditantang—Agama ditantang.

179.Akeh wong angkara, murka — Banyak orang angkara murka.

180.Nggedhekake duraka—Membesar-besarkan durhaka.

181.Ukum agama dilanggar—Hukum agama dilanggar.

182.Prikamanungsan di-i les -iles — Perikemanusiaan diinjak-injak.

183.Kasusilan ditinggal — Tala susila diabaikan.

184 Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi — Banyak orang gila, jahat
dan hilang akal budi.

185.Wong cilik, akeh sing kepencil—rakyat kedi banyak tersingkir.


186.Amarga dadi korbane si jahat sing jajil—Karena menjadi kurban si jahat si
laknat.

187.Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit—Lalu datang


Raja/pemimpin berpengaruh dan punya berprajurit.

188.Negarane ambane saprawolon — Lebar negeri seperdelapan dunia.

189.Tukang mangan suap saya ndadra—Pemakan suap semakin merajalela.

190.Wong jahat ditampa — Orang jahat diterima.

191,Wong suci dibenci — Orang suci dibenci.

192. Timah dianggep perak—Timah dianggap perak.

193,Emas diarani tembaga— Emas dibilang tembaga.

194.Dandang dikandakake kuntul — Gagak disebut bangau.

195.Wong dosa sentosa — Orang berdosa sentosa.

196.Wong cilik disalahake—Rakyat jelata dipersalahkan.

197.Wong nganggur kesungkur—Si penganggur tersungkur.

198.Wong sregep krungkep— Si tekun terjerembab.

199.Wong nyengit kesengit — Orang busuk hati dibenci.

200.Buruh mangluh — Buruh menangis.

201. Wong sugih krasa wedi — Orang kava ketakutan.

202.Wong wedi dadi priyayi — Orang takut jadi priyayi.

203.Senenge wong jahat—Berbahagialah si jahat

204.Susahe wong cilik—Bersusahlah rakyat kecil.

205.Akeh wong dakwa dinakwa — Banyak orang saling tuduh.


206.Tindake manungsa saya kuciwa — Ulah manusia semakin tercela.

207.Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi —
Para raja/pemimpin berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.

208.Wongg Jawa kari separo —Orang Jawa tinggal setengah.

209.Landa-Cina kari sejodho — Belanda-Cina tinggal sepasang.

210.Akeh wong ijir, akeh wong cethil — Banyak orang kikir, banyak orang
bakhil.

211. Sing eman ora keduman — Si hemat tidak mendapat bagian.

212.Sing keduman ora eman—Yang mendapat bagian tidak berhemat.

213.Akehwong mbambung—Banyak orang berulah dungu.

214.Akeh wong limbung—Banyak orang limbung (kosong pikiran).

215.Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teko — Lambat laun nanti


terbolak-baliknya zaman pun datang.
Tambahan:

Selain yang telah disebutkan di atas, Prabu Jayabaya pada akhimva membagi
zaman yang sudah, sedang dan akan terjadi nanti, khususnya di Nusantara.
Lama waktunya yaitu 2.100 tahun matahari (1 tahun matahari = ±10,3 tahun kita
sekai'ang). Ramalannya, itu lalu menjadi Tri-takali, yaitu:

1.Zaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 ih


bidan). Pada waktu itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger,
halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak
manusia menjadi dewa dan dewa turun ke Bumi menjadi manusia.

2.Zaman pertengahan disebut KALI-YOGA. Pada waktu ini banyak perubahan


pada Bumi, Bumi belah menvebabkan terjadinya pulau kedi-kedi, banyak
makhluk yang salah jalan, karena orang yang mati banyak menjelma (nitis).

3.Zaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Pada waktu ini banyak
hujan salah mangsa (musim) dan banyak kali dan bengawan (sungai) bergeser,
Bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-
teiima, sebab manusia yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.

Tiga zaman tersebut lalu masing-masingnya dibagi lagi menjadi Saptama-kala,


artinya zaman kedi-kedi. Tiap zaman rata-rata berumur 100 tahun matahari (103
tahun bulan). Seperti berikut ini:

I. JAMAN KALI-SWARA dibagi menjadi:

1) Kala-kukila 100 th, (th. 1-100): Hidupnya orang seperti burung, berebutan
mana yang kuat dia yang menang, belum ada raja, jadi belum ada yang
mengatur/memerintah.

2) Kala-buddha (th. 101-200): Permulaan orang Jawa masuk agama Buddha


menurut syariat Hyang Jagadnata (Bhatara Guru).

3) Kala-brawa (th. 201 - 300): Orang-orang di Jawa mengatur' ibadahnya


kepada Dewa, sebab banyak Dewa yang turun ke bumi menyiarkan ilmu.

4) Kala-tirta (th. 301-400): Banjir' besar, air laut menggenang daratan, di


sepanjang air' itu bumi menjadi belah dua. yang sebelah barat disebut pulau
Sumatra, lalu banyak muncul sumber-sumber air, disebut umbul, sedang, telaga,
dsb.

5) Kala-swabara (th. 401-500): Banyak keajaiban yang tampak atau menimpa


diii manusia.

6) Kala-rebawa (th. 501-600): Orang Jawa mengadakan keramaian-kesenian


dsb.

7) Kala-purwa (th. 601-700): Banyak tumbuh2an keturunan orang-orang besar


yang sudah menjadi orang biasa mulai jadi orang besar lagi.

II. JAMAN KALA-YOGA dibagi menjadi:

1) Kala-brata ((h. /01-&001): Orang mengalami hidup sebagai fakir'.

2) Kala-drawa (th. 801-900): Banyak orang mendapat ilham, orang pandai


menerangkan hal-hal yang gaib.

3) Kala-dwawara (th 901-1.000): Banyak kejadian yang mustahil.

4) Kala-praniti (th. 1.001- 1.101): Banyak orang mementingkan ulah pikir.

5) Kala-teteka (th. 1.101 - 1.200): Banyak orang datang dari negeri-negeri lain.

6) Kala-wisesa (th 1.201 - 1.300): Banyak orang yang terhukum.

7) Kala-wisaya (th. 1.301 - 1.400): Banyak orang memfitnah.

III. JAMAN KALA-SANGARA dibagi menjadi:

1) Kala-jangga (th. 1.401 - 1.500): Banyak orang ulah kehebatan.

2) Kala-sakti (th. 1.501 -1.600): Banyak orang ulah kesaktian.

3) Kala-jaya (th. 1.601 - 1.700): Banyak orang ulah kekuatan untuk tulang
punggung kehidupannya.

4) Kala-bendu (th. 1.701 - 1.800): Banyak orang senang berbantahan, akhirnya


bentrokkan (zaman kita sekarang).

5) Kala-suba (th. 1.801-1.900): Pulau Jawa mulai sejahtera, tanpa kesulitan,


orang bersenang hati.

6) Kala-sumbaga (th. 1.901 - 2.000): Banyak orang tersohor pandai dan hebat.

7) Kala-surasa (th. 2.001-2.100): Pulau Jawa ramai sejahtera, serba teratur, tak
ada kesulitan, banyak orang ulah asmara.

Semoga hal ini lebih bisa menjadi perenungan untuk kita semua - khususnya
pada point yang sudah ditebalkan hurufnya. Bukan untuk mendahului takdir
Tuhan, tetapi agar kita semua bisa terus mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Jika seandainya nanti zaman, berganti, yang dimulai dengan bencana dahsyat,
maka kita sudah siap. Tetapi jika tidak terjadi, tentunya tidak menjadi masalah,
karena justru kita sudah berusaha menjadi orang yang baik dan mengikuti
perintah Tuhan. Sehingga kehidupan pun akan menjadi lebih baik.
3. Penutup

Wahai saudaraku. Sebagai generasi penerus, kita sepatuhnya bangga dengan


kearifan yang telah dimiliki oleh bangsa ini, bahkan sejak ribuan tahun silam.
Lihatlah! Dengan kemampuan yang lebih dan kewaskitaannya, leluhur kita bisa
mengetahui masa depan - jauh setelah kehidupan mereka - dan mau
membagikannya kepada kita dalam betuk wasiat. Ini bertujuan agar kita, anak
cucuk mereka, tidak masuk ke dalam pola hidup yang semrawut (kacau balau)
dan jauh dari aturan agama. Yang pada akhimva menvengsarakan kehidupan
kita sendiri.

Tetapi, sungguh sangat disayangkan, banyak dari kita, khususnya para pemimpin
dan generasi muda sekarang, yang tidak lagi memperhatikan hal ini. Baiivak dari
kita yang justru tidak tahu atau menganggap apa yang pernah diwariskan oleh
para leluhur kita itu hanya sebagai dongeng dan tidak memiliki arti apa-apa
dalam kehidupan ini. Padahal lihatlah, hampir semua yang telah mereka
wasiatkan itu terbukti benar' dan sangat mempengaruhi perjalanan sejarah
bangsa ini.

Untuk itu, marilah kita semua, khususnya para pemimpin dan generasi muda
bangsa ini untuk kembali pada jati diri kita sendiri sebagai bangsa Nusantara.
Mari kita menilai apa yang sudah diwasiatkan oleh para leluhur di atas sebagai
bahan refleksi untuk menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara kedepaimva.
Banggalah menjadi bagian dari bangsa yang dulunya sangat besar - balikan
pernah memimpin dunia - ini, dengan terus membangkitkan rasa percava diri dan
tidak terlalu gandrung dengan budava bangsa lain. Paculah kemajuan bangsa
dengan banyak berkarva dan tidak hanya menjadi masvarakat konsumtif, yang
ujung-ujungnya jadi "sapi perahnya" bangsa lain. Karena kita ini hebat dan punya
kebudayaan yang tinggi, yang dulunya pernah disegani di seluruh druiia.

Selain itu, cukupkanlah perilaku yang tidak lagi sesuai dengan norma agama dan
norma susila yang berlaku. Karena itu adalah sumber utama kehancuran bangsa
ini nanti. Azab Tuhan akan menghampiri kita, semua dari kita, jika hal ini tidak
segera diperbaiki. Terlebih saat banyak dari kita yang tidak lagi peduli bahwa
ada kehidupan setelah mati. Maka bangsa dan negeri tercinta ini akan benar-
benar hilang ditelan bencana dan azab Tuhan dalam waktu dekat. Sebagaimana
dulu, nenek moyang kita yang harus meninggalkan tanah air tercinta ini - ribuan
tahun - demi menvelamatkan dari dari bencana dahsyat (azab Tuhan) yang
terjadi.

Akhirnya, semoga tulisan ini bisa menambali pengetahuan sejarah bagi Anda
sekalian, yang pada akhimva tetap menjadikan Anda bangga sebagai bagian dari
bangsa yang besar ini; Nusantara. Bagi yang setuju dan mevakiiiinya, silalikan
ikuti dan jadikan prediksi di atas sebagai acuan dalam kehidupan dan tentunya
untuk bekal mempersiapkan diii dalam menghadapi sesuatu yang akan
menggemparkan dunia nanti. Namun bagi yang tidak mempercavainya, silalikan
tinggalkan dan tolong hargai siapa saja yang sudah percava dengan wasiat
leluhur ini. Karena setiap orang punya hak yang sama dalam mevakini dan
berpendapat. Kita semua harus menghormati hal yang mendasar' ini, karena kita
pun manusia.

Semoga zaman segera berganti, dari zaman Kala Bendu menjadi Kala Suba.
Karena disanalah akan ada kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan yang
sesunggulmva. Bangsa kita pun akan bangkit kembali dan memimpin dunia.
Sementara kita, semoga saja bisa menyaksikan dan ikut serta dalam
menikmatinya.

Yogyakarta, 24 Desember 2013

Mashudi Antoro (Oedi )


Ramalan pertama Sri Aji Joyoboyo

"Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong"


©mbah Subowo bin Sukaris Juli 12. 2010

Sri Aji Joyoboyo yang hidup pada abad keduabelas masehi (noo-aii)
memprediksi agama HinduBuddha berkembang 1000 tahun di Nusantara
beserta kejayaan bagi kerajaan yang memeluk agama tersebut. Seiring dengan
perkembangan Hindu-Buddha di Tanah Jawa dan Nusantara juga lahir pula
seorang utusan-Nya pembawa Islam pada 571 Masehi di Mecca yakni
Rasulullah Muhammad s.a.w. sang penerima firman Allah s.w.t. tersusun dalam
Al-Qur'an yang mahasuci didampingi Hadist Nabi yang dimuliakan.

Usai 1000 tahun berkembang Hindu-Buddha maka sudah pada tempatnya


giliran bagi yang lain, yakni akan digantikan oleh Islam sebagai agama negara
bagi kerajaan di Jawa dan Nusantara. Sri Aji Joyoboyo juga menyatakan Dang
Hyang Tanah Jawi Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo Genggong akan murca
dari marcapada selama perkembangan agama Islam pada abad kelimabelas
masehi (1400-an) yang ditandai dengan bangkitnya kerajaan Islam di Jawa.
Sabdo Palon tidak akan mencampuri Islam dan perkembangannya di Jawa dan
Nusantara demi membikin manusianya jadi manusia seutuhnya, komplit, dan
sempurna.

Maka terimalah, sudah menjadi takdir kerajaan Hindu-Buddha yang gemilang


Majapahit berganti kerajaan Islam pertama di Nusantara Demak. Dan sayang
sekali karena baru berdiri kerajaan Demak yang tidak memiliki angkatan laut
sekuat Majapahit harus berhadapan dengan kekuatan unggul dari Eropa
sehingga hanya dapat sedikit menahan masuknya pelaut bersenjata Portugis,
bahkan Portugis berhasil memasuki Nusantara tanpa menemui lawan tangguh di
medan laut. Dan berturut-turut bangsa Barat berikutnya Belanda bahkan sangat
cerdik untuk mengadu domba kerajaan-kerajaan sisa Majapahit sehingga saling
bertempur satu sama lain. Selanjutnya Belanda tinggal memetik hasilnya yakni
menguasai kedua belah pihak dalam segala hal, terutama mengandalkan
keunggulan kekuatan laut dan persenjataan maju yang berhasil dikembangkan
Eropa, mesiu atau senjata api mulai ukuran senapan hingga meriam.
Dengan demikian kekalahan kerajaan Islam terhadap gempuran bangsa Eropa
bukanlah menjadi tanggung jawab danghyang tanah Jawi Sabdo Palon Noyo
Genggong. Dan andai kata kerajaan Islam atau negara yang menjunjung Islam
memperoleh kejayaan maka itu pun bukan melalui campurtangan sang pepunden
Nusantara.

Tiap-tiap masa sebuah kerajaan bangkit dan hancur mengalami hal yang sama
dengan siklus bintang. Dan semua kerajaan di Jawa mengakui Semar sebagai
penguasa gaib dari dunia gaib dengan kemampuan khususnya mengejawantah
sebagai manusia biasa. Semar bisa berperan sebagai abdi, punakawan, dan
bahkan penasihat utama negara. Tokoh ini selalu turut hadir tersama jatuh-
bangunnya kehidupan sederhana maupun sebuah pemerintahan rumit dalam
kerajaan. Dan Semar yang terakhir dalam siklus perkembangan 1000 tahun
Hindu-Buddha ialah Sabdo PalonNoyo Genggong.

Majapahit yang jaya di laut dan di bumi Selatan, sementara Tiongkok yang
berada di bumi Utara adalah pengimbang tatanan politik dunia pada masa itu.
Bumi Selatan ada dalam genggaman Majapahit dan dengan keruntuhan
Majapahit maka tatanan politik dunia menjadi jomplang dan dengan mudah pula
bangsa Barat berkulit putih mengkolonisasi bumi selatan mulai dengan Afrika,
Amerika Latin, dan Asia Selatan menjadi jalur tanpa ada penjagaan laut yang
kuat.

Kehancuran Majapahit oleh berkembangnya Islam yang masuk ke Jawa adalah


sebuah siklus sejarah perkembangan kelas, dan perjuangan kelas. Sabdo Palon
Noyo Genggong tahu bahwa Islam harus berkembang di Jawa dan Nusantara
maka dari itu ia bersiap-siap untuk murca dari peranannya mengawal takhta
dalam kurun 1000 tahun terakhir. Dalam sumpahnya, ia akan hadir kembali
dalam jangka 500 tahun, adakah itu mengisyaratkan Islam akan menemui
persoalan rumit setelah berkembang 500 tahun di Nusantara?

"Murcane Sabdo PalonNoyo Genggong" ramalan Prabu Joyoboyo yang


pertama memang menjadi kenyataan tatkala Raja Majapahit yang terakhir
Brawijaya memilih meninggalkan agama negara sendiri dan memeluk Islam.
Dengan sendirinya Sabdo Palon memutuskan untuk menghilang atau murca
dengan cara baik-baik dari hadapan Sri Brawijaya, "Yang Mulia, kami tidak
akan melawan perkembangan sejarah, sejarah yang terus berkembang maju tak
pernah mundur seinci pun itu, dan di hadapan Yang Mulia maka Kami beijanji
akan kembali kelak di mana bumi manusia mengalami gonjang-ganjing dan
segalanya harus dimulai dari awal lagi. Demi melindungi Tanah Jawa dan
Nusantara serta bumi selatan. Howght!" demikianlah ucapan terakhir sebagai
kata pamit Sabdo Palon. Majapahit tak pelak lagi meluncur menemui
kehancurannya, atas kehendak takdir sejarah.
Ramalan Kedua

"Semat ireng anak-anak sapi"

Marcopolo penjelajah Italia pada 1292 meninggalkan daratan Tiongkok setelah


bermukim sekian tahun membawa berita dunia menakjubkan bagi benua Eropa.
Duaratus tahun kemudian 1492 Christopherus Columbus juga orang Italia
mendarat di benua milik bangsa Indian Amerika Utara dan mengabarkan bahwa
dunia berbentuk bulat, bundar bola.

Bangsa Eropa berkulit putih terkenal sangat rajin dan ulet bekeija bagai semut
hitam, dan selalu meminum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah dan
menyiapkan diri dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu
mengetahui kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan. Bertahun-
tahun mereka perlukan mendesign kapal yang dipersenjatai untuk mengarungi
samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah baru,
dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau di belahan
dunia lain.

Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti
kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam
dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan
berdirinya Majapahit.

Majapahit berdiri 1293 bersamaan waktunya bangsa Eropa mulai


memodernisasi kapal-kapal laut mereka dengan bantuan orang semacam
Marcopolo yang kembali dari negeri Timur terutama Tiongkok dengan
membawa cerita hebat kemajuan, teknologi baru dan menerapkannya di Eropa.

Majapahit dan benua Eropa berlomba membangun kebesaran masing-masing


dengan kapal-kapal laut yang siap bertempur di tengah samudera, Majapahit
berada di balik bumi daripada benua Eropa maupun Amerika. Kelak bangsa
Eropa berhasil memasuki wilayah Majapahit Nusantara tak perlu berperang
menghadapi kekuatan hebat Majapahit karena sedang mengalami konflik intern
yang menghancurkan diri-sendiri dalam perang paregreg. Kekuatan adidaya di
bumi belahan Selatan itu hancur sama sekali sehingga tidak pernah
berkesempatan menghadapi bangsa kulit putih yang datang untuk menginvasi
dunia.

Hindu-Buddha Majapahit tergusur oleh kerajaan Islam yang tidak memiliki


angkatan laut yang sekuat Majapahit, akan tetapi memiliki angkatan darat yang
tak kalah hebat dengan milik Majapahit. Mereka berhimpun dengan kekuatan
Islam di mana-mana yang siap siaga menghadapi bangsa Eropa Nasrani dengan
kapal perang bersenjata yang sulit ditaklukkan di mana-mana. Siapa yang lebih
unggul dalam pertarungan itu? Konflik perang salib di Eropa dan perbatasan
dengan Asia berpindah ke dunia baru. Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan
Asia Tenggara serta Asia Timur. Pasukan Tiongkok yang dikirimkan ke perairan
Selatan (Nan Yang) tidak begitu kuat untuk membantu kerajaan-kerajaan kecil
di Nusantara menahan banjir bandang kapal-kapal orang Eropa. Tiongkok
bahkan berperan dalam merontokkan kekuatan Majapahit sehingga tak ada
tameng di perairan Selatan yang cukup disegani di masa sebelumnya. Kekuatan
Tiongkok lebih dipusatkan untuk menjaga keamanan di belahan bumi Utara.
Sehingga tidak mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Majapahit.

Paus Leo X gerah dengan pertikaian sesama bangsa Eropa Nasrani


memperebutkan daerah baru di belahan dunia lain, sudah menjadi kewajiban Sri
Paus untuk mendamaikan hal tersebut dengan mengeluarkan Jus Patronatus atau
Padroado pada 1514. Spanyol mendapat bagian berlayar ke Barat dan Portugis
mendapat bagian berlayar ke Timur.

Dua kekuatan Nasrani yang berlayar berlawanan arah ini akhirnya benar-benar
mengelilingi dunia dan bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di
kepulauan tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur. Dua-duanya berusaha
memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah
antara lain pala, minyak kayuputih, dan cengkeh.

Sementara itu ada sebuah bangsa Eropa lain, semut ireng paling rajin bekeija:
membendung laut untuk dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu
paling banyak di daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada
bangsa lain yakni bangsa Belanda. Cornellis de Houtman mendarat di Batavia
atau Sunda Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib
administrasinya ini berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan menaklukkan
kerajaan Islam dan sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit: Makasar,
Kalimantan, Aceh, Bali, Papua, dan Nusa Tenggara. Inilah kedatangan bangsa
asing yang sudah diramalkan oleh Sri Aji Joyoboyo limaratus tahun sebelumnya,
"semut ireng anak-anak sapi".

Belanda bertahan menguasai Nusantara selama tigaratus limapuluh tahun, dan


terusir bersamaan waktunya dengan kedatangan ramalan Joyoboyo keempat,
"kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang" alias bangsa Jepang.
Ramalan Ketiga

"Kebo nyabrang kali"

Georgi Dimitrov salah satu petinggi Komintern atau Komunis Internasional


dituduh oleh pengadilan Jerman Adolf Hitler mendalangi sebuah aksi kerusuhan
membakar reichstaat Jerman. Pokok pangkal inilah Hitler telah merekayasa
tuduhan yang tidak terbukti maka dianggap mengumumkan genderang perang
terhadap komunisme.

Dimitrov pun memaklumatkan seruan ke seluruh kubu komunis berperang


terhadap fasisme. Maka Jerman menghadapi lawan tangguh negeri-negeri
sosialis dan terutama Sovyet Uni, negeri sosialis pertama di dunia.

Semenjak krisis ekonomi 1929 Adolf Hitler tampil memimpin Nazi 1933 dan
menggerakkan Jerman dengan fokus utama industri Jerman ialah membangun
kekuatan militer besar-besaran, dan dalam tempo lima tahun 1938 kekuatan
militer yang terkuat di Eropa itu menganeksasi Austria. Sekutu yang dimotori
Inggris dan Amerika Serikat belum mengambil tindakan sampai Jerman Hitler
menyerbu Ceko dengan kekuatan militer besar-besaran melancarkan dan
menguji coba blitzkriegnya yang gemilang. Akhirnya 3 September 1939 Sekutu
mengumumkan perang terhadap Jerman. Sementara itu berturut-turut balatentara
Jerman berhasil menaklukkan Prancis dan tak ketinggalan Belanda, Belgia
tunduk pada keperkasaan Jerman.

Dalam bayang-bayang pasukan Hitler yang menggentarkan itu maka


pemerintahan kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris, menyeberangi selat
Channel. Sementara Belanda bergabung dengan Sekutu berperang terhadap
Jerman, negeri jajahan Hindia Belanda atau Nusantara mengambil sikap netral
terhadap Jerman. Hengkangnya pemerintah Kerajaan Belanda mengungsi ke
Inggris inilah yang telah diramalkan oleh Raja Kediri Sri Aji Joyoboyo, "Kebo
nyabrang kali."

Hindia Belanda terlalu jauh dari pasukan blitzkrieg Hitler di Eropa, akan tetapi
terlalu dekat bagi sekutu Jerman di Timur Jauh yakni Jepang. Masuknya Jepang
ke Hindia Belanda pada giliran terakhir dalam serbuan pasukan Negeri Matahari
Terbit itu sekali lagi pemerintahan jajahan seberang lautan Hindia Belanda
mengungsi ke Australia. Kebo nyabrang kali untuk kedua kalinya. Belanda
mengungsi karena sudah terlalu kenyang mengeruk kekayaan di Nusantara,
kekayaan itu disetor untuk mengenyangkan negeri induk Nederland yang
terbukti tidak kuat bergerak menghadapi serbuan Jerman. Sama halnya negeri
induknya Hindia Belanda yang kekenyangan tidak mampu menghadapi pasukan
Negeri Sakura yang beringas masih kelaparan menyedot semua sumber daya
alam dan kekayaan negeri yang ditaklukkannya.

Hengkangnya pemerintah pusat kerajaan Belanda dan juga pemerintahan jajahan


mengungsi menyeberangi lautan itulah yang sudah diramalkan oleh Joyoboyo
raja Kediri delapan ratus tahun yang silam.

Hindia-Belanda tidak sendirian menghadapi serbuan Jepang, juga Inggris di


Malaya, Singapura, dan pasukan Prancis di Indocina serta Amerika Serikat di
Filipina. Semua saja menyeberangi lautan untuk mengungsi menyelamatkan ekor
sendiri meninggalkan anak jajahan diambil orang lain.

Seekor kerbau punya hobi mandi di kubangan yang berisi air, apalagi di sebuah
sungai yang melimpah-ruah airnya, ia tidak mungkin mau inentas dan
menyeberangi sungai tanpa alasan yang luarbiasa. Alasan agar seekor kerbau
menyeberangi sungai cuma dengan dipaksa atau terpaksa saja. Karena kerbau
yang sudah kenyang makan dan kenyang berendam di air akan cenderung
bermalas-malasan saja. Dan yang memaksa kerbau Belanda hengkang ialah
kekuatan militer unggul bangsa lain. Sementara kekuatan militer sendiri tidak siap
digunakan menghadapi serbuan dari luar semacam itu, melainkan hanya
dipersiapkan dan digunakan untuk menindas pribumi jajahan yang tidak
bersenjata dan lemah dari segi apapun. Pasukan militer Belanda punya
kemampuan militer hanya sekelas menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di
Nusantara. Belanda lebih menggunakan akal yang diwujudkan dengan politik
pecah-belah dan kuasailah. Dan terutama berkat bantuan Pribumi sendiri yang
lebih memilih berpihak pada kekuatan asing.

Pasukan blitzkrieg Jerman akhirnya, gagal menghadapi Tentara Merah di front


Timur dalam daerah Uni Sovyet. Kekalahan di Russia itu menyebabkan
keruntuhan kekuatan Jerman, dan Hitler bunuh diri atau dibunuh oleh pihak
tertentu. Dengan demikian pada akhirnya pasukan militer Jerman menyerah pada
Sekutu setahun lebih dulu daripada menyerahnya kekaisaran Jepang pada
Amerika Serikat karena ledakan bom atom di jantung kota Jepang yang
dijatuhkan dari pesawat militer Amerika Serikat. Sovyet Uni atau Uni Sovyet
yang berada di pihak Sekutu ikut berhak keluar sebagai salah satu negeri
pemenang Perang Dunia Kedua, dunia komunis mendapat kehormatan dengan
keunggulan pasukan Merah Uni Sovyet. Dan anugerah kemenangan itu juga
dipersembahkan bagi petinggi Komintern Georgi Dimitrov yang gagah berani
membela Komintern dan komunisme di depan pengadilan fasis Jerman Adolf
Hitler atas tuduhan palsu hasil keija rekayasa intelijen Nazi Jerman dalam
mengenyahkan hantu komunis sejagad.
Ramalan Keempat

"Kejajafi saumur jagung karo wong cebol kepalang"

8 Maret 1942 Balatentara darat, laut, dan udara Dai Nippon dan pasukan sipil
bunga Sakura yang berani mati dan selalu menang dalam pertempuran melawan
bangsa Barat mendarat di segenap penjuru wilayah Nusantara. Lunaslah ramalan
Joyoboyo keempat, "kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang".
Tentara Kerajaan Belanda tidak kalah gagah-berani menghadapi pasukan dari
negeri Asia yang pernah menaklukkan Manchuria, wilayah kerajaan Tsar Rusia
pada 1904-1905.

Semangat tentara kerajaan masih kalah dengan tentara kekaisaran Matahari


Terbit, Dewa Amaterasu berpihak pada sang penyerbu dari Utara. Sejak masa
kuno orang-orang di Nusantara sudah diperingatkan oleh nenek-moyang agar
selalu waspada terhadap arah Utara, karena dari sanalah musuh datang
menyerang, dari Utara juga bencana bakal datang di Tanah Jawa. Oleh sebab
itu ada sedikit peninggalan warisan leluhur sejak seribu tahun silam atau masa
Prabu Joyoboyo dari kerajaan Kediri bertakhta, yakni, "jangan membikin
tungku atau luweng untuk memasak mulutnya menghadap ke Utara." Satu lagi,
"jangan membuat kakus atau wc yang posisi orang yang mendudukinya sampai
menghadap ke arah Utara."

Bahkan seorang pujangga masyhur Nusantara menulis soal arus balik dari Utara
yang terus mengalir ke Selatan: ilmu pengetahuannya, budayanya dan barang-
barang dagangannya. Sebaliknya di masa keemasan Majapahit, dan bahkan
sejak jaman kerajaan Srivijaya arus mengalir ke Utara: ilmu pengetahuan,
budaya, dan barang-barang produk unggulannya.

Hinoaru berkibar di seluruh Pantai Timur benua Asia sampai ke lautan Pasific di
Timur Papua. Terbentuklah garis pertahanan militer yang sangat lebar dan sulit
dijaga dari serbuan pasukan Sekutu yang dipimpin negeri Paman Sam. Berturut-
turut hengkang dari wilayah koloni atau jajahannya: Prancis di Indocina, Belanda
di Hindia Belanda, Inggris di Malaya, dan Singapura. Bangsa Jepang berhasil
mengubah peta politik dunia, khususnya di Asia.
Prabu Joyoboyo sudah mengidentifikasi bangsa cebol kepalang ini seribu tahun,
yang lalu bakal menjadi superpower di bidang militer. Dalam pandangan Jawa
yang kecil akan mengalahkan yang besar, orang cebol kepalang atau bertubuh
pendeklah yang bakal mengalahkan orang-orang besar dari Barat.

Pribumi Nusantara yang terpuruk melata di bawah kaki bangsa Barat selama
tigaratus limapuluh tahun mendadak sontak dibangunkan dari tanah dengan
didikan pasukan Jepang yang keras dan tak kenal ampun. Senjata mulai
diberikan kepada Pribumi yang mau beijuang bersama Jepang untuk
menghadapi bangsa Barat atau Sekutu. Korban selama masa pendidikan militer
Jepang beijatuhan, kesengsaraan hidup melanda rakyat di segenap wilayah
Nusantara. Kelak buah kesengsaraan itu yang diawali hengkangnya bangsa
Barat membikin Pribumi harus berdiri di atas kaki sendiri di atas tanah tumpah
darah negeri sendiri dan memerintah bangsa sendiri, semua itu dapat ditempuh
dengan merebut kemerdekaan dan kedaulatan ibu pertiwi Nusantara.

Dai Nippon diramalkan menjajah Nusantara selama seumur benih jagung dapat
disimpan, tiga setengah tahun! Dai Nippon yang bergabung dengan Jerman
Hitler masih terus beijuang sendiri dengan ulet dan tekun. Sekutu merasa biaya
militer sudah terlampau besar dikeluarkan di medan Eropa menghadapi Jerman
dan sekutunya. Untuk menaklukkan pasukan Dai Nippon yang memiliki garis
pertahanan begitu panjang di Asia Timur dan sebagian kepulauan di Pasifik pada
akhirnya Sekutu atau Amerika Serikat memilih menggunakan cara ekonomis dan
praktis: meledakkan bom nuklir di jantung wilayah Jepang. Walhasil pemenang
perang dunia kedua yang sejati adalah senjata nuklir dan bukan Amerika
Serikat. Pasukan Amerika tidak mati-matian dalam mengalahkan Jepang dengan
cara yang umum dan terhormat.

Jepang tidak sepenuhnya kalah di medan peperangan akan tetapi kalah karena
atas instruksi pimpinan tertingginya Kaisar Jepang.

Bangsa cebol kepalang itu selama menduduki Jawa dan Nusantara menghadapi
lawan-lawan tangguhnya: partai komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, partai sosialis, partai nasionalis, dan orang-orang Islam
progresif lainnya, dan tentu saja segenap rakyat Nusantara. Segenap komponen
perlawanan itu telah memilih pemimpin mereka: Bung Karno. Bung Karno tidak
terang-terangan memusuhi Jepang, akan tetapi mengambil taktik berpijak di dua
tempat sekaligus. Kaki kiri berada bersama pasukan Dai Nippon, sementara
kaki kanannya bahu-membahu melawan Jepang dengan berbagai cara bersama
pejuang Pribumi lainnya.

Bung Karno tahu siapa-siapa yang beijasa dalam merebut kemerdekaan, orang
komunis, orang nasionalis, dan orang sosialis, dan orang Islam dan seterusnya.

Dai Nippon menyerah kepada bom nuklir milik Amerika Serikat pada 14
Agustus 1945. Pemenang perang dunia kedua lainnya Sovyet Uni dedengkot
negeri komunis pertama di dunia rupanya tidak dapat hidup berdampingan
secara damai dengan negeri kapitalis lainnya, karena sudah sejak manifes
komunis diluncurkan pada abad kedelapan belas hantu komunis tidak pernah
ditolerir oleh paham lain di dunia ini. Sasaran tembak Amerika adalah negeri
komunis Soviet Uni dan berakibat timbulnya Perang Dunia Dingin. Dua ideologi
mengelompokkan diri masing-masing dengan memilih salah satu pihak. Slogan
Amerika lebih keras lagi, "berkawan dengan kami memusuhi komunis atau
menjadi musuh besar kami." Tidak adanya pilihan netral sama sekali.

Imbas Perang Dunia Dingin itu sangat mewarnai kemerdekaan yang akhirnya
dikumandangkan oleh Penyambung Hati Rakyat Indonesia: Soekarno
didampingi M. Hatta. Semasa pendudukan Jepang keduanya sudah sering
menyusun strategi bersama menghadapi masa depan. Mereka dalam menyikapi
Perang Dunia Dingin mengambil sikap berlawanan. Bung Karno bersikap Netral
sementara Hatta memihak memusuhi komunis. Dua peran antagonis dari kedua
proklamator RI itulah yang pada akhirnya melahirkan drama-drama perang
kemerdekaan yang memilukan. Bangsa sendiri bertempur dengan sesama
saudara sendiri.

Perang saudara antar bangsa sendiri sejak perang kemerdekaan ternyata terus
membesar dan puncak klimaksnya termaktub dalam ramalan Joyoboyo kelima,
"pitik tarung sak kandang."
Ramalan Kelima

"Pitik tarung sak kandang "

Pada 30 September 1965 di lapisan stratosfir langit malam, pada radius tiga
kilometer dari kraton Sri Aji Joyoboyo, para penduduk menyaksikan "lintang
kemukus" bergerak pelahan ke arah utara. Benda langit cerah bersinar persis
pesawat angkasa luar yang diidentifikasi selama berabad "lintang kemukus" yang
bergerak lambat di langit itu menjadi pertanda datangnya peristiwa besar di
jagad manusia.

Malam-malam perburuan 20 juta anggota komunis di Nusantara mulai


dicanangkan. Partai komunis ketiga terbesar di dunia berada dalam kepungan
negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sepuluh tahun yang silam kaum
komunis berhasil menempati anak tangga keempat dalam pemilu paling
demokratis di negeri Pancasila, suatu sintesis ideologi-ideologi yang ada di
gelanggang politik dunia dicetuskan Bung Karno, penyambung hati rakyat
Indonesia.

Sri Aji Joyoboyo seorang putra dari cinta sejati Dewi Sekartaji dan Inu
Kertapati, kedua remaja pilihan ini adalah putra mahkota dari dua kerajaan di
tepi sungai Brantas. Perkawinan kerajaan yang mereka jalani sebelumnya penuh
dengan drama percintaan paling dikenang selama berabad oleh penduduk Jawa
bagian Timur.

Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati yang belum bertemu satu sama lain sempat
menolak peijodohan dua kerajaan atas diri mereka. Dewi Sekartaji mengembara
bertahun-tahun, demikian pula Inu Kertapati, keduanya remaja paling cantik dan
paling tampan di kerajaan Daha dan Jenggala. Singkatnya mereka akhirnya
bertemu di pulau Dewata dan saling jatuh cinta satu sama lain. Perkawinan pun
berlangsung meriah, dua kerajaan digabungkan, dan dari hasil cinta sejati
mereka lahirlah seorang manusia unggul Sri Aji Joyoboyo yang kelak marak
menjadi raja kerajaan Kediri. Dalam masa pemerintahannya sastra dan seni
berkembang luar biasa pesatnya. Perkataan yang berwujud ramalanramalan dari
segenap cerdik-pandai di seluruh negeri dikumpulkan dan dipilih yang terbaik
untuk dipersembahkan kepada yang mulia Sri Aji Joyoboyo. Dengan bahan
melimpah itulah sang raja besar itu mempublikasikan ramalan kelima "pitik tarung
sak kandang" untuk menggambarkan perang saudara masa depan di tanah Jawa.

Gerakan September 1965 memicu pertarungan dua ideologi yang bertentangan,


di satu sisi kubu materialis, yang diwakili oleh 20 juta komunis, di sisi lain
terdapat kubu idealis, yang diwakili 60 juta muslim. Kaum komunis
menggunakan sistem filsafat materialisme dialektis. Kaum muslim masuk kubu
idealis. Jika kedua sistem itu berhadapan dalam realitas kehidupan maka yang
terjadi adalah pertentangan paham, tidak kurang-kurangnya Bung Karno
berusaha mendamaikan pertentangan komunis dan Islam dalam wadah
Nasakom, lebih lanjut lagi di forum legislatif dibentuk kabinet "gotong-royong".
Usaha kecil Bung Karno yang memiliki visi luar biasa sejak 1926, berusaha
menghindarkan teijadinya "pitik tarung sak kandang". Bung Karno sangat
menguasai ramalan Sri Aji Joyoboyo tersebut.

"Pitik tarung sak kandang" artinya ayam peliharaan yang setiap pagi dan petang
berada dalam ruangan yang sama. Ayam dalam satu ruangan itu setiap hari hidup
rukun di luar ruangan. Kandang di sini bukan kandang yang rapat, ayam yang
dipelihara penduduk di Jawa biasanya dibuatkan pijakan-pijakan bambu atau
kayu untuk tidur si ayam. Ayam tersebut bebas keluar masuk ruangan kapan
saja atas kemauan sendiri. Mereka berada dalam rumah yang sama dan hidup
rukun. Sangat jarang teijadi ayam dalam satu "kandang" saling berkelahi di
dalam kandangnya. Bahkan tidak pernah terjadi perkelahian ayam dalam
kandang bebasnya itu. Perkelahian kecil biasanya rebutan tempat "mangkring"
yang kuat, ayam dewasa, memilih berada di depan. Ayam muda oleh pemiliknya
dipisahkan, dikurung tersendiri.

Dalam kandangnya puluhan ayam itu tidak pernah berkelahi karena mereka
hanya berkumpul pada petang hari untuk mulai tidur malamnya yang berlangsung
hingga subuh. Saat mereka terbangun dan keluar kandang itulah sang pemilik
menjamu santapan pertama, selanjutnya terserah anda mau cari makan di mana.

Dalam enam bulan saja komunis dibantai lawan-lawannya, segenap peranan


mereka telah disingkirkan dari pemerintahan, pers, dunia pendidikan dengan
memenjarakan tanpa proses pengadilan. Jutaan pegawai aparat pemerintah
Bung Karno tidak perlu dibayarkan pensiun mereka, walau sudah bekeija sejak
perang kemerdekaan. Sangat ekonomis!
Pembantaian kaum komunis yang tengah teijadi itu adalah hasil provokasi oleh
oknum yang dimaksud dalam ramalan keenam sri Aji Joyoboyo: "kodok ijo
ongkang-ongkang", yang berkuasa tepat selama empat windu. "Kodok ijo
ongkang-ongkang" dibantu oleh pihak asing yang tengah menjalankan doktrin
McCarthy, membasmi komunis dari muka bumi.

Komunis Indonesia musnah tak bersisa yang tersisa onggokan arang yang
mengepulkan asap tipis. Di musim penghujan bakal tumbuh tunas baru di
tumpukan berwarna hitam itu, karena negeri Nusantara sangat subur untuk
mengubah kegersangan menjadi hijau kembali dengan tumbuhnya beraneka
tanaman baru, termasuk yang sudah dianggap musnah.
Ramalan Keenam

"Kodok ijo ongkang-ongkang"

Partai Komunis Indonesia hancur berantakan dalam semalam, bahkan tanpa


seorang pun pasukan Amerika Serikat nongol di sini untuk turun tangan
langsung. Di Vietnam sana di waktu yang bersamaan pasukan Amerika Serikat
sudah lebih dari setengah juta pasukan bekeija keras turun tangan langsung
dalam membasmi orang-orang komunis Vietcong. Usaha Amerika itu tidak juga
berhasil mengatasi terowongan tikus orang Vietnam yang tersohor itu. Tidak
cukup dengan pasukan militer, juga ikut diteijunkan ke medan pertempuran
Vietnam segala jenis senjata modern, senjata kimia, senjata biologi semua saja
ditujukan untuk membasmi manusia komunis Vietnam. Amerika gagal
menghadapi pasukan komunis Vietnam, karena orang-orang komunis Vietnam
lebih unggul daripada orang-orang komunis Indonesia yang masih dibangunkan
oleh Bung Karno nasion dan character rakyatnya. Paman Ho atau Ho Chi Minh
lebih berhasil membangun character dan nation rakyat Vietnam. Paman Ho
mendapat bantuan dari tetangga akrabnya Republik Rakyat Tiongkok yang
dikomandani Kawan Mao Dze Dong yang masyhur dalam memimpin Tentara
Merah Tiongkok berhasil mengalahkan pasukan Chiang Kaishek, Kuomintang
dukungan Amerika Serikat.

Jangan dilupakan peran sentral Zhou Enlai, Perdana Menteri Tiongkok yang
disebut-sebut lebih dulu menjadi anggota PKT daripada sang ketua Mao sekitar
1921. Kawan Zhou dan Paman Ho dekat sekali hubungannya terutama tatkala
Vietnam membutuhkan sokongan moril maupun materil dalam menahan serangan
pasukan militer Amerika Serikat pemenang perang dunia kedua, kekuatannya
tak diragukan lagi.

Ramalan keenam Joyoboyo, "Kodok ijo ongkang-ongkang" bisa berarti


berkuasanya kaum hijau yang juga bisa berarti hijau daun atau hijau berlian.
Hijau berlian berarti simbol pakaian militer angkatan darat. Hijau daun berarti
bendera salah satu negeri di jazirah Arab, Saudi Arabia simbol dunia Islam.

Kodok ijo mengeluarkan suara dari kantung udaranya dan terdengar,


"oooong....kaaaang, oong... kang.....ong....kang.". Suara sang kodok itu di
musim banjir penghujan sangat riuh-rendah, bahkan ribuan kodok ijo berkumpul
menjelang hari mulai gelap untuk melantunkan orchestra simfoni, "ong-kang-ong-
kang" mengisi keheningan malam basah oleh banjir atau hujan terus-menerus.
Sang kodok begitu riuhnya memperdengarkan kemerduan suaranya dengan satu
tujuan menarik lawan jenisnya untuk dikawininya.

Tanpa ada air melimpah ruang di kebun atau di halaman rumah atau di tegalan,
maka tak akan datang kodok ijo dan riuh-rendah sepanjang malam bersimfoni
ria. Banjir darah akibat gerakan September 1965 mengundang militer angkatan
darat turun ke arena untuk mengambil alih kekuasaan di Nusantara dari tangan
Bung Karno yang berusaha membikin keseimbangan antara PKI dan AD.

Dengan sendirinya AD yang hijau itu menjadi kekuatan dominan di Nusantara


dan mendukung penguasa baru Jendral Suharto yang fasis dan otoriter sehingga
berhasil berkuasa selama empat windu untuk membikin rakyat Nusantara
seragam berfikir dan berbuat dalam hidupnya. Mau coba pikiran dan suara lain,
hadiahnya penjara. Kalau agak ringan kesalahannya akan mendapatkan hadiah
"diponggal-panggil" koramil atau kodim. Di sana dapat bogem mentah atau tidak
itu lain perkara lagi.

Masa rejim "kodok ijo ongkang-ongkang" tidak berarti militer terutama AD


hanya ongkang-ongkang kaki saja, tidak. Justru AD bekeija keras untuk tetap
menjaga bahaya laten komunis yang baru saja dikalahkan oleh AD sendiri.
Komunis yang tumpas sampai ke akarnya berkat mantra sakti Jendral Soeharto,
"tumpas habis sampai tujuh turunan" siapa saja yang terlibat komunis, selalu
bekeija keras mencegah bangkitnya komunis di negeri Nusantara yang bembah
menjadi negeri tergantung sejak masuknya modal asing akibat dibukanya keran
modal oleh Jendral Besar Soeharto yang membikin sebagaian rakyat memujanya
mampu membikin rakyat sejahtera.

Akan tetapi sayang sekali slogan "awas bahaya laten komunis" itu terlalu
berlebihan dikoar-koarkan selama Jendral Soeharto berkuasa. Padahal sudah
jelas bin gamblang komunis sudah hancur tak punya kekuatan apapun, eeeeh
kok menakuti rakyat banyak akan bahaya komunis yang cuma pepesan kosong
itu. Eiit itu bicara waktu itu lho. Entah kekuatan mereka saat ini 2010. Ujung-
ujungnya intimidasi dan teror kepada rakyat, dan ujung-ujungnya lagi Bapak
Pembangunan itu terus terpilih dan terpilih lagi jadi Raja eh Presiden RI.
Prabu Joyoboyo hampir seribu tahun yang silam sudah meramalkan datangnya
penguasa militer baru berbusana hijau, yakni AD. Ceritanya sang penguasa itu
muncul setelah teijadinya perang saudara di Nusantara dalam, "Pitik tarung sak
kandang". Setelah sang kodok tidak berkuasa lagi tampillah rejim baru yang
disebut rejim reformasi. Apa yang teijadi, "kodok ijo, kodok bangkak, kodok
percil, dan kodok pohon, dan lainnya ramai-ramai memperdengarkan suaranya
tanpa hambatan lagi datang dari manapun. Dan ujung dari kebebasan itu ialah
eyel-eyelan untuk menonjolan pendapat sendiri yang belum tentu benar.
Ramalan Ketujuh

"Tikus Pithi anoto baris"

Ramalan ketujuh Sri Aji Joyoboyo (1145-an): Tikus pithi anoto baris
interpretasinya tikus merah menyusun barisan! Merah tatkala masih bayi belum
tumbuh bulu, dan kelak menjadi hitam oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus
phiti antara lain: gesit, s e mau sendiri, susah diatur, dan lucu. Tikus phiti pandai
menyembunyikan diri akan tetapi belum mampu bikin persembunyian sendiri,
yakni berupa lubang-lubang dalam tanah, atau membikin sarang dari bahan yang
ada di sekitarnya. Manusia tanpa alat bantu susah untuk menangkap dan
memburu makhluk yang satu ini.

Tikus yang satu ini benar-benar menyusun barisan bila pemimpin besarnya
(induknya) dibunuh atau melarikan diri karena diuber-uber. Jika keadaan biasa
tanpa gangguan maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan
semua gerakannya.

Tikus-tikus pithi menyusun barisan bila mereka sedang kelaparan hebat, karena
musim paceklik atau sarangnya diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah
agresif tatkala mereka mendapat mangsa empuk.

Semasa Sri Aji Joyoboyo memerintah di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada
anak-anak remaja yang beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu
kehitaman. Tikus dalam konteks ramalan bisa sebagai perlambang kaum muda,
angkatan muda, atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri. Sri Aji
Joyoboyo sangat membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai prajurit
dan paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan di samping itu suara
mereka benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik kerajaan.

Kerajaan laut tapi berpusat di pedalaman itu menguasai daerah pengaruh


meliputi Jambi di pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, danTidore, sehingga selalu
memperkuat pasukan laut demi keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah
pengaruhnya. Angkatan muda mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai abdi
negara. Dengan strategi sedemikian rupa membuka peluang bagi pemuda, maka
tidak ada gerakan pemuda yang berusaha untuk menggalang persatuan
merongrong kekuasaan sang Prabu Joyoboyo.

Sejarah kemudian mencatat pada 1222, seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji
Joyoboyo di mana angkatan mudanya sudah kurang mendapatkan porsi dalam
pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang lebih limapuluh kilometer arah
ke Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda pimpinan Arok membariskan
pasukannya menggempur Kediri. Panglima perang kerajaan Kediri Mahesa
Wulung adik dari raja Dandang Gendis atau Krtajaya tewas di Ganter sehingga
pasukan Kediri menelan kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Arok.

Arok tercatat sebagai orang pertama yang memimpin pemberontakan atau


kudeta dengan hasil gemilang dalam sejarah Nusantara.

Kembali ke tahun 2010, adanya ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan
sebagai pemberontakan bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara
adalah mustahil, kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata.
Rakyat jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk
mengadakan pemberontakan skala besar.

Kaum muda memang mulai mengorganisir diri akan tetapi terpecah-pecah dan
berorientasi ke berbagai jurusan, masing-masing berkutat di dalam kelompok
sendiri. Mereka berwarna-warni idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning,
dan merah jambu serta mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan.
Ibarat dalam jejer wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu-
dombakan.

Angkatan muda memang selalu tampil dalam setiap goro-goro dalam


pemerintahan RI, dan keberhasilan mereka selalu berpindah tangan dan diambil
alih pihak lain. Peranan mereka kembali cuma penggembira yang tidak mampu
memfoloup hasil gerakannya yang berhasil. Sepertinya mereka mulai menyadari
hal demikian, dan mulai memasang strategi baru. Demo damai yang berubah
anarkis mudah sekali ditumpas, atau mengambil jalan parlementer yang
memerlukan waktu panjang dalam meraih kemenangan. Hingga pada akhirnya
yang paling mudah bagi angkatan muda dengan jalan mengumpulkan opini massa
menggunakan jejaring sosial digital.

Jadi "tikus phiti anoto baris" berarti angkatan muda menyusun barisan. Bukan
barisan pemberontakan bersenjata, bukan demo anarchi, dan bukan menunggu
waktu generasi tua menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda. Sehingga
angkatan muda menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih memiliki
kekuatan kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada itu
idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari berbagai
elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain Bhinneka Tunggal
Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit hingga Kemerdekaan RI
dan pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir itu sudah pincang, karena salah
satu kakinya buntung. Sedangkan idea yang lain diselewengkan menurut
kepentingan penguasa sendiri. Adalah tugas angkatan muda membikin utuh dan
memurnikan kembali seperti sediakala semua idea yang dicetuskan dan
diajarkan oleh para pemimpin Nusantara sesuai jamannya itu.

Kelak dengan berhasilnya angkatan muda menyusun barisan bersama untuk


tujuan bersama memurnikan semua idea pemersatu dan mampu mewujudkannya
dalam aksi, maka makna sesungguhnya ramalan Joyoboyo ketujuh itu terbuktilah
kebenarannya.
Ramalan Kedelapan

"Reinkarnasi Noyo Genggong Sabdo Palon"

Dua pendeta penasihat sekaligus punakawan kerajaan Majapahit ini memang


bukan tokoh sembarangan. Selama ini ditafsirkan sebagai makhluk halus.
Wadag atau tubuhnya memang sebagaimana lazimnya orang biasa. Roh halus
atau roh gaibnya yang luarbiasa, ia mampu bereinkarnasi ribuan kali sejak
manusia pertama tinggal di bumi.

Sebagai pendeta Buddha Jawa (Jowo Sanyoto, agama negara Majapahit) utama
di kerajaan Majapahit ilmu agamanya sempurna bahkan lebih sempurna
dibanding para pengikut utama Dalai Lama di Tibet. Dari jaman ke jaman
Sabdo Palon* terus-menerus berganti raga (wadag), yakni pada saat raganya
memang sudah tua dan meninggal dunia.

Wadag baru pilihan itu tidak atas ke mauan pribadi roh Sabdo Palon akan tetapi
atas kehendak Sang Hyang Wenang ing Jagad.

Jadi sebenarnya walau Majapahit runtuh, Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo
Genggong tidak pernah murca atau hilang, dia hidup sebagai manusia biasa di
bumi manusia ini. Silsilah Sabdo Palon dalam 2500 tahun terakhir mengayomi
tanah Jawa, dan bumi bagian Selatan (Man Yang) adalah sbb.: Semar,
Humarmoyo, Manikmoyo, Ismovo, Noyo Genggong, Sabdo Palon, Ki K, WS,
dan pada 2010 ini......???!

Ramalan Sri Aji Joyoboyo kedelapan bahwa Sabdo Palon akan kembali ke
Nusantara, tentu ditafsirkan Sabdo Palon kelak berkiprah kembali sebagai
pendamping dan penasihat daripada pemimpin negeri suatu kerajaan.

Tatkala Majapahit pada era keruntuhannya sekitar 1478, di hadapan Prabu


Brawijaya yang berganti haluan memeluk Islam sedangkan Sabdo Palon tetap
bertahan sebagai titah dengan Jowo Sanyoto sebelum murca (lenyap) Sabdo
Palon beijanji, "Yang Mulia, kita ditakdirkan untuk berpisah, tetapi harap Yang
Mulia ingat limaratus tahun lagi aku akan kembali ke marcapada bumi Nusantara
untuk menjalankan titah Nya."
Tepat waktu sebagaimana dijanjikan Sabdo Palon maka pada 1978 (500 tahun
sejak Majapahit runtuh berikut murcanya Sabdo Palon) seorang penduduk biasa
Jawa Tengah wadagnya dipergunakan oleh Sabdo Palon lengkap dengan Jowo
Sanyoto-nya, lelaki tua itu menyebut dirinya Ki K. Pada awal 1990-an
sosoknya yang sudah sepuh itu masih berstamina dan memiliki energi besar
ditambah daya intelijensinya masih sangat kuat. Bicaranya memahir barangsiapa
saja yang mendengarkan. Sabdo Palon yang satu ini membawa ajaran dalam
kitab "suci" Adam Makna (bukan Betaljemur Adam Makna). Salah satu isi kitab
itu ialah penjabaran daripada abjad huruf Jawa ho no co ro ko do to so wo lo
po dho jo yo nyo mo nggo bo tho ngo (yang bagi orang Sunda sangat penting
sekali, ilmu tertinggi dalam dunia kebathinan dan falsafah di Nusantara). Beliau
meninggal sekitar pertengahan 1990-an. Sabdo Palon berganti wadag lagi, dan
kali ini dalam diri WS (65 tahunan) tangan kanan dan orang dekat Ki K sendiri.
Kehadiran kembali Sabdo Palon dengan melalui reinkarnasi berabad pada
sosok manusia pilihan itu atas kehendak dan kuasa Sang Hyang Wenang ing
Jagad.

WS meninggal sekitar 2006, (bersamaan waktunya dengan meletusnya Gunung


Merapi), sepak-teijang beliau semasa hidupnya mirip tokoh misterius yang
gerakannya juga misterius, ia pernah mencoba memberikan nasihat kepada
Presiden Suharto yang di masa itu dikelilingi tokoh-tokoh spiritual tingkat tinggi
dan sulit didekati siapapun, konon hasilnya kurang memuaskan; dan beliau di
samping itu juga mencoba memberi nasihat atau petuah pada berbagai petinggi
militer maupun sipil. Sepak-teijangnya tidak pernah membikin heboh karena
setiap lakunya dikeijakan tanpa menarik perhatian. Dan tentu saja ia tidak
pernah mengumumkan jatidirinya kepada siapapun. Sosoknya biasa saja,
keistimewaannya ialah stamina tubuhnya luarbiasa apalagi saat ia berbicara
seolah menyihir para pendengarnya. Dan keberaniannya berbicara menghadapi
tokoh manapun sangat luarbiasa.

Semasa jaman Majapahit dalam wasiatnya Sabdo Palon mengatakan, "Hanya


atas kehendak Sang Hyang Wenang ing Jagad yang maha menentukan manusia
pilihan sebagai wadag baru Sabdo Palon." Prosesnya perpindahan Sabdo Palon
ke wadag baru berbeda dengan reinkarnasi pendeta Buddha Tibet. Sabdo
Palon memasuki tubuh remaja atau dewasa yang telah ditakdirkan Sang Hyang
Wenang ing Jagad meninggal dunia dan atas kehendakNya pula tubuh tersebut
hidup kembali sebagai reinkarnasi Sabdo Palon baru dengan nama baru. Pada
reinkarnasi pendeta Tibet teijadi sejak dalam kandungan ibunya, hingga lahir ke
dunia sebagai bayi reinkarnasi pendeta si A atau si B.

Menurut penuturan Ki K, pada jaman Jepang, Sabdo Palon sebelumnya —


yang kini bersemayam dalam dirinya — turut bersama balatentara Dai Nippon
menyerbu Jawa, membebaskan tanah Jawa dari bangsa kulit putih. Akan tetapi
naas di Singapura pesawat tempur Zero yang ditumpangi Sabdo Palon
tertembak oleh musuh, seluruh awak tewas, tatkala itulah meloncatlah roh
Sabdo Palon dari tubuh seseorang yang tewas dalam pesawat tersebut (orang
Jepang!). Sabdo Palon yang memang hendak ke tanah Jawa konon mendarat
seorang diri di kaki Gunung Merapi. Pesawat naas itu berangkat dari salah satu
kota Jepang.

Kejayaan Nusantara dalam ramalan Sri Aji Joyoboyo akan teijadi tatkala
munculnya kembali Sabdo Palon dan Noyo Genggong. Sabdo Palon alias Ki K
pada 1980 mengatakan, "Kejayaan Nusantara yang lebih dahsyat daripada
kerajaan Majapahit terwujud bila dunia mengalami goro-goro besar semacam
perang dunia dahsyat atau bencana alam berskala besar, misalnya jatuhnya
benda angkasa, meletusnya gunung berapi, dan lain-lain. Usai goro-goro terjadi
maka dunia akan kembali seperti sediakala. Pada saat itulah tatanan politik dunia
baru akan terbentuk dan jauh berbeda dari peta dunia modern sebelumnya.
Pasca goro-goro itulah di Nusantara akan muncul Ratu adil dan Sabdo Palon
berdampingan menentukan nasib Nusantara dan bumi bagian selatan (Man
Yang) dalam satu tata pusat pemerintahan baru," demikian ucapan orisinil Sabdo
Palon pada 1980.

Kapankah teijadinya goro-goro besar dan munculnya ratu adil? Pertanyaan itu
akan teijawab setelah ada jawaban atas pertanyaan berikut, "Siapakah yang kini
dipilih oleh Sang Hyang Wenang ing Jagad menjadi manusia pilihanNya sebagai
wadag terbaru daripada reinkarnasi Sabdo Palon?"

Beliaulah sumber jawabannya.

by mbah subowo bin sukaris

* Makam salah satu wadag Sabdo Palon yang "cuma1- seorang abdi rendahan
semasa kerajaan Majapahit berada di situs Trowulan Majapahit, makam
Troioyo, Mojokerto, Jatim, Indonesia [lembagasitus Majapahit, Trowulan).

Anda mungkin juga menyukai