ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas penggunaan gabapentin
terhadap penurunan derajat nyeri pada pasien neuropati diabetik di RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar yang diukur dengan menggunakan instrumen Numerical Pain Rating Scale (NPRS) efek
samping penggunaan gabapentin pada pasien neuropati diabetik di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Saraf dan Poliklinik Endokrin Instalasi Rawat Jalan
RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan april-juni 2018. Jenis penelitian ini adalah
penelitian observasional non eksperimental dengan desain penelitian cros sectional. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dan pengukuran skala nyeri pada
pasien neuropati diabetik. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik uji Wicoxon Signed
Ranks Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek terapi gabapentin sebelum dan sesudah
Kata Kunci : pemberian pada 21 pasien neuropati diabetik menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dengan
Neuropati diabetik, penurunan rata-rata sebesar 2,14 dengan nilai p-value<0,05 yang berarti berbeda secara signifikan
gabapentin, efek terapi, dalam menurunkan nyeri neuropati. Sedangkan Efek Samping yang terjadi setelah pemberian gabapentin
efek samping yaitu, mengantuk dan pusing 14%, mengantuk 29%, pusing 5% dan tidak mengalami efek samping 52%.
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah kondisi dimana terjadi Ada beberapa pedoman terapi yang merekomen-
gangguan dalam mengubah glukosa menjadi dasikan penggunaan terapi farmako-logi yang
energi sehingga terjadi peningkatan glukosa telah disetujui dan juga obat-obat off-label untuk
dalam darah (hiperglikemia) dan dapat juga mengurangi rasa nyeri dan mening-katkan
memunculkan gejala (1). Penderita Diabetes kualitas hidup pasien. Terapi tersebut antara lain,
melitus yang tidak melakukan kontrol glukosa golongan antikonvulsan, antidepresan, analgetik
dengan rutin dan baik akan menyebabkan dan obat-obatan topical (4,7).
timbulnya komplikasi vaskular. Komplikasi
Menurut American Diabetes Asosiation (ADA)
vaskular ini dibedakan menjadi dua yaitu,
2011, merekomendasikan penggunaan amitrip-
makrovaskular (penyakit jantung koroner, stroke)
dan mikrovaskular (retinopati, nefropati, dan tilin, nortriptilin, imipramin, Gabapentin, Carba-
mazepin, pregabalin, duloxetin untuk manajemen
neuropati) (2). Insidensi neuropati diabetik
neuropati diabetik, tanpa pembagian pilihan
terjadi antara 60% sampai 70% pada pasien DM
utama berdasarkan level bukti yang terkuat.
tipe I dan tipe II dengan adanya komplikasi
neurologi (3). Studi cohort pada 4400 pasien di Menurut Boulton, 2003, Gabapentin merupakan
terapi lini pertama untuk neuropati diabetik di
Belgia, menemukan bahwa 7,5% responden
United Kingdom dan pada umumnya ditoleransi
memiliki neuropati pada awal didiagnosis DM.
Masuk 31-07-2018 lebih baik dibanding Three Cyclic Antidepresant
Setelah 25 tahun, pasien dengan neuropati
Revisi 01-08-2018
diabetik naik menjadi 45%. Sedangkan Insidensi (TCA). Selain itu menurut Haslam dan Nurmikko,
Diterima 30-08-2018 2008, dibutuhkan terapi untuk mengontrol nyeri
di Inggris, prevalensi neuropati diabetik di antara
pada pasien diabetes sehingga TCA tetap sebagai
Korespondensi populasi pasien di rumah sakit tercatat sekitar
pendekatan lini pertama dengan gabapentin
Elly Wahyudin 29% mengalami neuropati perifer diabetik (4).
sebagai alternatif untuk TCA. Tetapi dengan
ellywahyudins@gmail.com Neuropati diabetik terus memberikan suatu melihat efek samping dari TCA, gabapentin adalah
tantangan teurapeutik yang sepenuhnya belum terapi utama pada pasien lansia dengan neuropati
Copyright
© 2018 Majalah Farmasi
dipahami serta efektivitas pereda nyeri yang diabetik.
Farmakologi Fakultas kurang memuaskan. Terapi simptomatis adalah
terapi farmakologis selain pengontrolan gula Gabapentin adalah obat yang digunakan sebagai
Farmasi · Makassar anti epilepsi tapi sekarang juga direkomendasikan
darah secara ketat (5). Ada beberapa jenis obat
sebagai lini pertama pada nyeri neuropati,
Diterbitkan tanggal yang digunakan secara tunggal maupun
termasuk neuropati diabetik dan post herpetic
31-08-2018 kombinasi, telah menunjukkan penurunan nyeri
neuropati yang bermakna dibandingkan dengan neuralgia. (10). Antikonvulsan gabapentin memi-
liki struktur yang analog dengan Gamma Amino
Dapat Diakses Daring placebo. Pada beberapa study klinis, terapi
Butiric Acid (GABA) dan berperan dalam mening-
Pada: simptomatis dikatakan berhasil jika dapat
http://journal.unhas.ac.id katkan konsentrasi serta kecepatan sintesis GABA
menurunkan nyeri sampai 50%. (6).
/index.php/mff
44
MFF 2018; 22(2):44-47 Original Article
Majalah Farmasi dan Farmakologi
pada otak. Walaupun mekanisme efek analgesik gabapentin pemberian gabapentin serta efek samping yang dirasakan
belum diketahui tapi diperkirakan gabapentin bekerja pada setelah pemberian gabapentin.
berbagai reseptor di daerah pusat (multiple central sites). Analisis dan Penyajian Data
Gabapentin bekerja dengan cara mengatur aliran kalsium
dalam sel sehingga menurunkan firing of the transmission Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan
cell dan menurunkan pelepasan monoamine neurotrans- menggunakan analisis deskriptif mengenai karakteristik
mitter (11). Pada nyeri neuropati, Gabapentin berperan subyek yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis
dengan mengembalikan sistem penghambatan endogen Data hasil pengukuran derajat nyeri dengan menggunakan
(endogenous inhibitory systems) yaitu senyawa yang Numerical Pain Rating Scale (NPRS), dikumpulkan, dan diolah
berperan pada jalur penghambatan descending (descending dengan metode statistik uji Wilcoxon Signed Ranks Test.
or local inhibitory pathways) (12). Jika dibandingkan
senyawa opioids, keunggulan dari senyawa yang bekerja HASIL DAN PEMBAHASAN
pada sistem GABA-ergic adalah pada penggunaan berulang
Penelitian ini merupakan penelitian observasional non
atau jangka panjang tidak menyebabkan toleransi ataupun
eksperimental yaitu peneliti tidak memberikan perlakuan
suatu ketergantungan (addiction) (13). Mengingat nyeri
neuropati diabetik merupakan penyakit yang bersifat kronik, pada sampel. Peneliti hanya melakukan observasi
berdasarkan peresepan dari dokter dalam hal ini peresepan
maka penggunaan senyawa yang bekerja pada sistem GABA-
gabapentin. Desain penelitian ini adalah cros sectional yaitu
ergic seperti gabapentin akan lebih menguntungkan. Sejak
studi observasional yang hanya dilakukan sekali sesuai
tahun 2011 gabapentin telah mendapatkan persetujuan dari
FDA sebagai obat on-label dengan indikasi nyeri neuropati dengan waktu yang telah ditentukan dengan melihat adanya
hubungan antara variabel dependen dan variabel
(14).
independen (15). Sampel pada penelitian ini adalah pasien
Gangguan nyeri neuropati pada pasien diabetes telah yang mengalami neuropati diabetik pada poli endokrin dan
dilaporkan dapat mengurangi kualitas hidup yang poli saraf di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar yang
mempengaruhi suasana hati, tidur, dan aktivitas sehari-hari berjumlah 21 pasien.
sehingga menjadi penting untuk menilai intensitas, kualitas
Karakteristik Pasien berdasarkan usia
nyeri, dan sensasi abnormal. Intensitas nyeri dapat dilakukan
dengan berbagai macam skala baik itu verbal, numerical Pada penelitian ini, usia pasien atau sampel penelitian
ataupun visual. Biasanya sensasi abnormal yang dirasakan dikategorikan menjadi 3 tingkat usia, yaitu: usia <40 tahun,
pasien nyeri neuropatijuga dapat dinilai kualitasnya dengan usia 40-60 tahun, dan usia >60 tahun. Sampel yang berusia
kuesioner nyeri neuropati sehingga perlu diukur untuk kurang dari 40 tahun tidak ada, sedangkan untuk pasien yang
mendukung apakah penggunaan gabapentin secara efektif berusia 40-60 tahun terdapat 9 orang dan 12 orang berusia >
dapat meredakan nyeri neuropati serta bagaimana efek 60 tahun. Variabel yang sangat penting dalam menilai respon
samping dari obat tersebut pada penggunaan jangka waktu nyeri adalah umur. Cara merespon pasien yang lebih muda
yang lama pada pasien diabetes berhubung neuropati berbeda dengan pasien yang lebih tua. Pasien yang lebih tua
diabetes merupakan penyakit kronis yang nantinya efek kadang mengabaikan rasa nyeri bahkan menahannya
samping tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup walaupun mengalami penurunan persepsi sensorik stimulus
pasien. karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani. Selain itu pada pasien lansia mengalami
METODE PENELITIAN peningkatan ambang nyeri serta perubahan neurofisiologis
(19). Hasil wawancara yang dilakukan, rata-rata pasien
Rancangan Penelitian sudah lanjut usia yaitu diatas 46 tahun. Hal tersebut
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional non memungkinkan pasien menggunakan kata-kata umum untuk
eksperimental. Desain penelitian ini adalah cros sectional. menggambarkan perasaan mereka.
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability Karakteristik Pasien berdasarkan jenis kelamin
sampling dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian
adalah pasien neuropati diabetik pada poliklinik saraf dan Pada penelitian ini sampel laki-laki lebih banyak dibanding
poliklinik endokrin di RSUP Wahidin Sudirohusodo sampel perempuan. Berdasarkan hasil wawancara yang
Makassar. dilakukan, pasien wanita lebih dapat menunjukkan ekspresi
emosional yang kuat dibanding pasien laki-laki sehingga
Lokasi dan Waktu Penelitian
dapat lebih mudah menentukan skala nyeri dengan NPRS.
Pasien laki-laki memiliki sensitifitas yang lebih rendah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2018 dan (kurang mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan secara
lokasi penelitian di poliklinik saraf dan poliklinik endokrin berlebihan dibandingkan wanita (2). Jenis kelamin juga
RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar. bukan merupakan faktor pendukung terjadinya neuropati
Bahan Penelitian diabetik.
Karakteristik Pasien berdasarkan tingkat pendidikan
Bahan penelitian berupa Rekam Medik pasien dan
instrument penelitian yang berisi format wawancara pasien Pada penelitian ini karakteristik pendidikan dibagi menjadi 5
dan instrumen Numerical Pain Rating Scale (NPRS). kategori yaitu, SD, SLTP, SLTA, D3 dan S1. 1 pasien dengan
tingkat pendidikan SD, 12 pasien SLTA dan 8 pasien S1.
Prosedur Kerja Tingkat pendidikan memberikan pengaruh dalam
Pengambilan data pada rekam medik yaitu no. RM, umur, memberikan respon dari luar, yaitu pada pasien yang
jenis kelamin, alamat, profil pengobatan, profil penyakit, dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan
awal peresepan gabapentin. respon yang lebih rasional dan lebih cepat paham
Wawancara pada pasien berdasarkan instrumen penelitian dibandingkan pasien yang memiliki tingkat pendidikan yang
yaitu pendidikan, pekerjaan, Awal menderita neuropati lebih rendah, sehingga diperlukan suatu pendekatan bahasa
diabetik, penyakit komplikasi, karakteristik nyeri yang yang lebih sederhana dan dapat dipahami oleh pasien dengan
dirasakan, pengukuran derajat nyeri dengan instrumen tingkat pendidikan yang lebih rendah. Tingkat pendidikan
Numerical Pain Rating Scale (NPRS) sebelum dan setelah juga tidak berpengaruh pada intensitas nyeri (16), hanya
45
Original Article MFF 2018; 22(2):44-47
Majalah Farmasi dan Farmakologi
46
MFF 2018; 22(2):44-47 Original Article
Majalah Farmasi dan Farmakologi
6. Moore RA, Wiffen PJ, Derry S, Toelle T, Rice AS. 2014. Gabapentin for 13. Gilron, I., 2005. Morphine, Gabapentin or Their Combination for
Chronic Neuropathic pain and Fibromyalgia in Adults. Cochrane Database Neuropathic Pain,.N Engl J Med, Vol. 352., No. 13
Syst Rev 2014;4:CD007938 14. 14 Ankes. Moretha, Rina. 2011. Obat-Obat dengan Indikasi Tidak lazim
7. Bril V, England J, Franklin GM, et al. 2011. Evidence based guideline: (Off- Label). Dapur farmasi. Jakarta.
Treatment of painful diabetic neuropathy: report of the American academy 15. Sugiono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. ALFABETA. Bandung.
of neurology, the American Association of Neuromuscular and 16. Faucett, J., Gordon, N., & Levine, J. (2009). Differences in postoperative
Electrodiagnostic Medicine and the American Academy of physical pain severity among four ethnic groups. Pain Management.
Medicine and Rehabilitation. Neurology: 76:1758-1765. 17. Backonja M-M.1999. Gabapentin monotherapy for the symptomatic
8. Boulton., A., J., M. 2005. Management of diabetic Pheriferal neurophaty. treatment of painful neuropathy: a multicenter, double-blind, placebo-
Clinical Diabetes. controlled trial in patients with diabetes mellitus. Epilepsia 40:S57–S59
9. Haslam, C., and T. Nurmikko. 2008. Pharmacological treatment of 18. Anonim. 2010. FAQs about Gabapentin for Pain Relief. Cambridege
neuropathic pain in older persons. Clinical Interventions in Aging 3: 111– University Hospitals NHS Foundation Trust.
120. 19. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
10. Kukkar A, et al. 2013. Implications and mechanism of action of Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
gabapentin in neuropathic pain. Arch Pharm Res. Mar;36(3):237-51 20. Dipiro et al, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th
11. Harden, R.N. 2005. Chronic Neuropathic Pain – Mechanisms, Diagnosis, ed., Mc Graw Hill, New York.
and Treatment. The Neurologist, Vol. 11., No. 2. 21. American Diabetes Association (ADA). 2011. Diagnosis and Classification
12. Chen H. 2004. Contemporary Management of Neuropathic Pain for the of Diabetes Melitus. Diabetes Care.
Primary Care Physician. Mayo Clin Proc, Vol. 79: 1533-1545
Sitasi artikel ini: Zhulhajsyirah, Wahyudin E, Tammass J. Efektivitas dan Efek Samping Penggunaan Gabapentin Pada
Pasien Neuropati Diabetik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. MFF 2018;22(2):44-47
47