Fraktur Iga
Fraktur Iga
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinnya
penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “FRAKTUR IGA”. Referat ini di buat
untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan kepanitraan klinik senior dibagian
ilmu penyakit Bedah di RSUD. DR. R. M. Djoelham Binjai.
Besar harapan penulis agar referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat
memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan keilmuannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
FRAKTUR COSTAE
Definisi
Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi
untuk memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah
mempertahankan fungsi ventilasi paru.
Fraktur Costa adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Fraktur costa akan
menimbulkan rasa nyeri, yang mengganggu proses respirasi, disamping itu adanya
komplikasi dan gangguan lain yang menyertai memerlukan perhatian khusus dalam
penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena
costa pada anak masih sangat lentur.
Etiologi
Costa merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena tulang ini
sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka setiap ada trauma dada
akan memberikan trauma juga kepada costa. Fraktur costa dapat terjadi dimana saja
disepanjang costa tersebut.Dari keduabelas pasang costa yang ada, tiga costa pertama paling
jarang mengalami fraktur hal ini disebabkan karena costa tersebut sangat terlindung. Costa ke
4-9 paling banyak mengalami fraktur, karena posisinya sangat terbuka dan memiliki
pelindung yang sangat sedikit, sedangkan tiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga
jarang mengalami fraktur oleh karena sangat mobile.
Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :
a. Disebabkan trauma
Trauma tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara
lain: Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian,
atau jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
1
Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka tusuk dan
luka tembak
Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas
permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur
iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya kerusakan pada
organ-organ intra-toraks dan intra abdomen. Kecurigaan adanya kerusakan organ intra
abdomen (hepar atau spleen) bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya
trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis,
subklavia),bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur klavikula
Klasifikasi
a. Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan :
Fraktur simple
Fraktur multiple
b. Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat :
o Fraktur segmental
o Fraktur simple
o Fraktur comminutif
c. Menurut letak fraktur dibedakan :
o Superior (costa 1-3 )
o Median (costa 4-9)
o Inferior (costa 10-12 )
2
d. Menurut posisi :
o Anterial
o Lateral
o Posterior.
e. Fraktur costa atas (1-3) dan fraktur Skapula
o Akibat dari tenaga yang besar
o Meningkatnya resiko trauma kepala dan leher, spinal cord, paru, pembuluh
darah besar
o Mortalitas sampai 35%.
f. Fraktur Costae tengah (4-9) :
o Peningkatan signifikansi jika multiple. Fraktur kosta simple tanpa komplikasi
dapat ditangani pada rawat jalan.
o MRS jika pada observasi
o Penderita dispneu
o Mengeluh nyeri yang tidak dapat dihilangkan
o Penderita berusia tua
o Memiliki preexisting lung function yang buruk.
g. Fraktur Costae bawah (10-12) :
Terkait dengan resiko injury pada hepar dan spleen
Patofisiologi
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping
ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma
costa, tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua
trauma dada akan terjadi fraktur costa.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada
tempat traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang
diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut.Seperti pada kasus
kecelakaan dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada
sebelah depan dari angulus costa,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling
lemah.
Fraktur costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan
organ dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis , pleura
3
visceralis, paru maupun jantung , sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks,
pneumotoraks ataupun laserasi jantung.
4
Manifestasi Klinis
a. Sesak napas
Pada fraktur costa terjadi pendorongan ujung-ujung fraktur masuk ke rongga
pleura sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan struktur dan jaringan pada
rongga dada lalu dapat terjadi pneumothoraks dan hemothoraks yang akan
menyebabkan gangguan ventilasi sehingga menyebabkan terjadinya sesak napas.
5
Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen standar
Rontgen thorax anteroposterior dan lateral dapat membantu diagnosis
hematothoraks dan pneumothoraks ataupun contusio pulmonum, mengetahui jenis
dan letak fraktur costae. Foto oblique membantu diagnosis fraktur multiple pada
orang dewasa. Pemeriksaan Rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan
cedera toraks lain, namun tidak perlu untuk identifikasi fraktur iga.
b. EKG
c. Monitor laju nafas, analisis gas darah
d. Pulse oksimetri
Penatalaksanaan
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot
merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan rumah sakit
diperlukan untuk menghilangkan nyeri, penanganan batuk, dan pengisapan endotrakeal.
Berdasarkan tahapan penatalaksanaan:
a. Primary survey
o Airway dengan kontrol servikal
Penilaian:
o Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
o Penilaian akan adanya obstruksi
Management:
6
o Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
o Bersihkan airway dari benda asing.
7
Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi masif segera.
Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
Periksa tekanan darah
Management:
o Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
o Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match serta Analisis
Gas Darah (BGA).
o Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
o Transfusi darah jika perdarahan masif dan tidak ada respon os terhadap
pemberian cairan awal.
o Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.
d. Disability
o Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
o Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi.
e. Exposure/environment
o Buka pakaian penderita
o Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
8
Resusitasi fungsi vital dan re-evaluasi
Penilaian respon penderita terhadap pemberian cairan awal
Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran, dan produksi urin) serta awasi
tanda-tanda syok.
Rujuk
o Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan
untuk dirujuk.
o Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, dan kebutuhan penderita selama
perjalanan serta komunikasikan dnegan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
o Prinsip penanganan pada fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian
fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi
Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi atau mengembalikan
fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
asalnya. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi,
dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya.
Pada fraktur iga digunakan reduksi terbuka dengan fiksasi interna yang
digunakan dengan menyatukan fragmen-fragmen yang terpisah dengan operatif untuk
menghindari cacat permanen. Alat fiksasi interna yang digunakan berupa pin, kawat,
sekrup, plat. Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest bersamaan dengan
Torakotomi karena sebab lain seperti hematotoraks.
b. Imobilisasi
Imobilisasi digunakan dengan mempertahankan dan mengembalikan fragmen
tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan, untuk itu
pasien dengan fraktur iga dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik untuk
sementara waktu. Perawat berpartisipasi membantu segala aktivitas perawatan
mandiri pasien. Pada fraktur iga tidak dianjurkan dilakukan pembebatan karena dapat
mengganggu mekanisme bernapas.
9
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan, mengoptimalkan serta stabilisasi
fungsi organ selama masa imobilisasi. Bersama ahli fisioterapi secara bertahap
dilakukan aktifitas fisik yang ringan hingga tahap pemulihan fungsi organ terjadi.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Mancini, Mary C et all. Blunt Chest Trauma. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/428723-overview. Diakses tanggal
26 Februari 2020.
3. Sjamsuhidajat,R dan Wim De Jong. Trauma dan Bencana. Dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.2010. h122-155.
11