LOKAL 1-A
Oleh Kelompok 3 :
ALVI ISTIKOMAH : 169110017
MUHAMMMAD SYAFI’I : 169110004
JONRINALDI GURNING : 169110039
ANGGA SEPTIAWAN : 169110026
RIVAL PUTRA UTAMA : 169110028
A. Latar Belakang
3. Tujuan Penulisan
1. Memahami tujuan hukum
2. Mengetahui pandangan beberapa tokoh tentang tujuan hukum
Tujuan hukum ialah : mengatur pergaulan hidup secara damai. Hukum menghendaki
perdamaian.pikiran itu, yang diucapkan dalam salah satu prolog dari hokum rakyat ,,franka
salis”, lex salica (kira-kira 500 th.sebelum masehi), zaman dahulu sangat berpengaruh dalam
hidup bangsa-bangsa Germania.
Apa yang kita sebut tertib hokum mereka sebut damai (vrede). Keputusan hakim, disebut
vredeban (vredegebod) 1), kejahatan berarti pelanggaran perdamaian (vredebreuk), penjahat
dinyatakan tidak damai (vredeloos), yaitu dikeluarkan dari perlindungan hukum) 2),
Demikian keadilan telah diuraikan oleh Aristoteles dalam “Rhetorica” 3).Bangsa Rumawi
menterjemahkan dengan : ius suum cuique tribuere.
Keadilan tidak boleh dipandang sama arti dengan persamarataan.keadilan bukan berarti
bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.
Tiap orang jatah menurut jasanya.ia tidak menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat kan
bagian yang sama banyaknya. bukan persamaan, melainkan kesebandingan. bila pasal 5 dari
undang-undang dasar belanda mengatakan:” tiap-tiap orang belanda dapat diangkat untuk tiap-
tiap jabatan”. maka ini belum berarti bahwa tiap-tiap orang belanda mempunyai hak yang sama
untuk diangkat menjadi mentri, melainkan berarti bahwa jabatan-jabatan harus diberikan kepada
mereka yang berdasarkan jasa-jasanya,patut memperolehnya
Keadilan commutatief ialah keadilan yang memberikan pada setiap orang sama
banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.ia memegang peranan dalam tukar
menukar,pada pertukaran barang-barang dan jasa-jasa, dalam mana sebanyak mungkin harus
terdapat persamaan antara apa yang dipertukarkannya.
1)Dalam pada itu azas kesebandingan juga memegang peranan yang agak penting dalam hukum perdata, sebagai antara lain terbukti dari pasal-
pasal 647,662,845 ayat 2,847,875 ayat 2,904,915,1009,1019 ayat 1,1131,1146,1147,1150,1186 ayat 3 ,1406,1407 ayat 2.1670 B.W.
Jadi dalam hukum terdapat bentrok yang dapat dihindarkan, pertikaian yang selalu
berulang antara tuntutan-tuntutan keadilan dan tuntutan-tuntutan kepastian hukum. Makin
banyak hukum memenuhi syarat peraturan yang tetap,yang sebanyak mungkin meniadakan
ketidak pastian, jadi makin tepat dan tajam peraturan hukum itu,makin terdesaklah keadilan.
Itulah arti summum ius,summa iniuria 3)
De groot (inleiding 1,2 dan 3) menguraikan bentrok dalam hukum itu secara tepat sebagai
berikut : undang-undang antar penduduk dibuat secara umum (yaitu memberikan peraturan-
peratuaran yang umum), walaupun alasanya tidak selalu tepat, karena
Lihat L.J Van apeldorn, vredeban en recbte weer, dalam R.M, Tahun ke 42 (1932), hlm 13
Demikian pasal 1374 B.W. telah menetapkan bahwa tiap tiap persetujuan dibuat secara
sah, mengikat mereka yang membuatnya dengan kekuatan seakan akan undang undang.
Peraturan tersebut juga berlaku (kecuali dalam beberapa hal) 3), jika dalam hal tersebut salah
satu pihak sangat dirugikan karna iya berdasarkan undang undang harus melakukan persentasi
yang dinilai jauh melebihi nilai prestasi pihak lain 4). Dalam hal ini perjanjian ini bertentangan
dengan keadilan commutatief. Karna itu maka berdasarkan disebut laesio enormis, hukum
dahulu menyuruh memilih baik si penjual , yang menjual barangnya dengan harga yang kurang
dari setengah, maupun si pembeli yang membayarnya dengan harga yang lebih daripada harga
lipat dua duanya jadi walaupun juga tetap ada penipuan antara tuntutan hukum agar perjanjian
jual beli dibatalkan, atau tuntutan hukum untuk membayar kerugian 1) . Alat hukum tersebut tak
dimaksudkan dalam B.W. : orang takut kalau-kalau kepastian hukum karenanya akan terdesak
berhubungan dengan kesukaran yang besar yang mungkin timbul dalam menetapkan nilai yang
tepat dari sesuatu prestasi.
Lihat L.J Van apeldorn, vredeban en recbte weer, dalam R.M, Tahun ke 42 (1932), hlm
Para ahli tidak kesamaan pandangan tentang apa yang menjadi tujuan hukum. Ada ahli yang
memandang bahwa tujuan hukum untuk melindungi kepentingan masyarakat, dan juga
memandang bahwa tujuan hukum untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat, dan lainnya.
Pandangan para ahli tentang tujuan hukum, yaitu sebagai berikut :
1. ROSCOE POUND
Rescoe Pound mengemukakan bahwa tujuan hukum untuk melindungi bahwa tujuna
untuk melindungi kepentingan manusia (law as tool of social engineering).17 Kepentingan
manusia adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan di penuhi manusia dalam bidang hukum
Rescoe Pound membagi kepentingan manusia yang dilindungi hukum menjadi tiga jenis, yaitu :
Muhammad Sadi Is, S.H.I., M.H. Pengantar Ilmu Hukum ( Jakarta 13220 : PRENANDA MEDIA
GRUP 2015) Hlm. 175.
Adapun kepentingan umum (public interest) yang utama meliputi :
a. Kepentingan dari Negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan kepribadian dan
substansinya .
b. Kepentingan-kepentingan dari Negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.
Ada enam kepentingan masyarakat (social interest) yang dilindungi oleh hukum, yang
meliputi:
2. L.J.van Apeldoorn
Tujuan hukum menurut van Apeldoorn adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara
damai karena hukum menghendaki perdamain,18 atau mengatur tata tertib dalam masyarakat
secara damai dan adil . Demi mencapai kedamain hukum harus diciptakan antara
kepentingan yang pertentangan satu sama lain , dan setiap orang memperoleh (sedapat
mungkin) apa yang menjadi haknya .
3. Sudikno Mertokusmo
4. Geny
Geny berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk keadilan semata-mata.20 Isi hukum
ditentukan oleh unsur keyakinan seseorang yang dinilai etis. Adil atau tidak , benar atau
tidak, berada pada isi batin seseorang , menjadi tumpuan dari teori ini. Kesadaran etis yang
berada pada pada tiap-tiap batin orang menjadi ukuran untuk menentukan waran keadilan dan
kebenaran.
5. Thomas Hobbes
Thomas Hobbes melihat hukum sebagai kebutuhan dasar bagi keamaan individu.
Ditengah orang-orang liar yang suka saling memangsa, hukum merupakan alat yang penting
bagi terciptanya masyarakat yang aman dan damai.21
6. Immanuel Kant
Immanuel Kant menyatakan bahwa tujuan hukum adalah sebagai pelindungan hak-hak
asasi dan kebebasan warganya. Kemakmuran dan kebahagian rakyat merupakan tujan Negara
dan hukum.22
7. Jaremo Frank
Jaremo Frank menyatakan bahwa tujuan hukum untuk membuat untuk membuat hukum
menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial.23
Muhammad Sadi Is, S.H.I., M.H. Pengantar Ilmu Hukum ( Jakarta 13220 : PRENANDA MEDIA
GRUP 2015) Hlm. 178.
8. Jeremy Bentham
Jeremy Bentahan dnegan teorinya utilitasnya, berpendapat bahwa hukum bertujuan semata-
semata apa yang berfaedah bagi orang banyak.24 Pendapat ini dititikberatkan pada hal-hal yang
bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal keadilan. Maka teori ini
menempatkan bahwa tujuan hukum soal keadilan . maka teori ini menempatkan bahwa tujuan
hukum ialah untuk memberikan faedah sebanyak-banyaknya.
Apabila kita sintesiskan ( pandukan ) kedelapan pandangan di atas , maka tujuan hukum adalah :
Maka untuk mencapai tujuan hukum diatas , hukum harus menawarkan sesuatu yang lebih dari
pada sekedar keadilan procedural, hukum harus berkompeten dan juga adil, dengan demikian
hukum mampu mengenali keinginan masyarakaat/public dan punya komitmen bagi terciptanya
keadilan subtantif.
Muhammad Sadi Is, S.H.I., M.H. Pengantar Ilmu Hukum ( Jakarta 13220 : PRENANDA MEDIA GRUP
2015) Hlm. 179.
Tujuan hukum Barat, dapat disklasfikasikan kedalam dua kelompok ajaran, yaitu:104 Ajaran
Konvesional (Klasik) dan Ajaran Modern.
Ketiga ajaran konvensional itu dapat kita namakan ajaran yang esktrem nya karena ketiga-
tiganya menganggap tujuan hukum hanya semata-mata satu tujuan saja.
1. Ajaran etis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semat-mata
untuk mencapai keadilan.
2. Ajaran utilitas yang menganggap bahwa pada asanya tujuan hukum adalah semata-mata
untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagian warga.
3. Ajaraan normative-dogmatik yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum
adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum.
1. Teori Etis
Faham teori etis bertujuan untuk mencapai keadilan. Isi hukum, semata-mata ditentukan
oleh kesadaran etis manusia tentang apa yang adil dan apa yang tidak adil
Aristoteles berpendapat bahwa hukum mempunyai tugas suci, yakni memberikan kepada
setiap orang apa yang tidak diterimanya (Rheteoricha dan Ethicha nichomathea). Atas dasar ini
aristoteles membedakan atas
1.keadilan komutatif yaitu keadilan dengan memberikan kepada setiap orang sama banyak
nya,tanpa memperhitungkan jasa-jasa perorangan
2.keadilan distributife yaitu tipe keadilan dengan cara memberikan kepada setiap orang dengan
mengingat jasa-jasa perorangan
Lukman santoso Az yahyanto, S.H., pengantarr ilmu hukum ( Malang: Setara
Press,2016), hlm. 78.
2. Teori Utilitas
Teori ini disebut juga teori-teori eudaiministis yang mengajarkan bahwa hukum bertujuan
memberikan manfaat kepada masyarakat. Penganut nya antra lain Jeremy bentham, jhon austien.
3. Teori Normatife-dogmatic
Aliran ini bersumber dari pemikiran posivistis didunia hukum, yang cendrung melihat
hukum sebagai otonom, mandiri karna bagi penganut pemikiran ini hukum lain hanya kumpulan
aturan. Tujuan hukum lain dari segera menjamin terwujudnya kepastian hukum
2. Ajaran Modern
Berbeda dengan ketiga ajaran yang konvesional diatas yang sangat ekstrim dan
menganggap tujuan hukum hanya salah satu diantara keadilan, kemanfaatan dan
kepastian.persoalan prioritas ini lah kemudian membedakan antra ajaran prioritas baku dan
ajaran prioritas kosuitis
a. Ajaran Prioritis Baku
gustav radbruch, seorang filosofi hukum jerman mengajarkan konsep tiga unsur yang
sebagian pakar diindentikan juga sebagai tiga tujuan hukum dengan kata lain tujuan hukum
adalah:
1.keadilan
2.Kemanfaatan
3.Kepastian hukum
Bagi radbruch,ketiga unsur itu merupakan tujuan hukum secara bersama-sama yaitu
keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Radbruch mengajarkan bahwa kita harus
menggunakan azaz prioritas dimana prioritas pertamakali selalu “kepastian”. Radbruch
menawarkan asas prioritas baku dimana yang diprioritas nomor satu selalu keadilan, kemudian
kemanfaatan dan terakhir baru lah kepastian
Lukman santoso Az yahyanto, S.H., pengantarr ilmu hukum ( Malang: Setara
Press,2016), hlm. 79.
pada mulanya ajaran prioritas baru dari radbruch dirasakan jauh lebih maju dan arif
ketimbangan ajaran ekstrim yaitu ajaran etis,utilitis dan normatik dogmatik, tetapi lamakelamaan
karna semakin kompleknya kehidupan manusian diera multi modrn
hingga saat ini perkembangan teori hukum masih terus berlangsung. Beberapa contoh
dari perkembangan teori hukum yang dapat dipakai untuk mendalami makna sebenarnya
antaralain
1.Tujuan hukum adalah untuk menciptakan damai sejahtera hidup bermasyarakat. Oleh karna itu
perlu dirujuk pandangan ulpianus yang mengatakan perintah hukum adalah jujur, tidak
merugikan sesama manusia dan setiap orang mendapat bagiannya
2.Dalam perbincangan mengenai tentang tujuan hukum ini perlu juga dikemukaka pendapat
bellefroid yang menyatakan hukum berusaha untuk memenuhi kebutuhan jasmani,kejiwaan dan
rohani masyarakatnya dan juga meninggkatkan kepribadian individu dalam masyarakat
Tujuan hukum masih menggunakan kultur hukum asli semisal hukum jepang para. Penegak
hukum dijepang lebih berorentasi pada tujuan hukum yang harmonis bukan kepastian hukum.
Tujuan hukum dijepang adalah heiwa atau heion (kedamaian) atau chiang hanjik (keadilan dari
perdamaian) bagi masyarakat
Dalam perkara perjanjian atau kontrak baku misalnya juga dapat dikesampingkan demi
terwujudnya perdamian
Tujuan hukum islam pada perinsipnya bersandar pada ajaran universal islam, yakni
memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia. Namun juga tujuan hukum islam dapat
diklasifikasikan secara lebih khusus yaitu:
Lukman santoso Az yahyanto, S.H., pengantarr ilmu hukum ( Malang: Setara
Press,2016), hlm. 81-82.
2.Tegaknya keadilan
5.Kebasan berekspresi, berpendapat ,bertindak dengan tidak melebihi batas-batas hukum dan
norma sosial
A) Hifzh ad-din min janib al wujud, aspek yang menguatkan unsur-unsur dan mengokohkan
landasan nya, contohnya mengucapkan dua kali maksahadat, sholat, puasa dan naik haji
B) Hifzh ad-din min janib al-adam, aspek yang mengantifikasi agar tidak terganggu dan
terjaga dengan baik, contoh adanya hukum pidana
Lima tujuan hukum islam tersebut dapat berkembang modrn difokuskan menjadi tiga
peringkat kebutuhan berdasarkan skala prioritas masing-masing yaitu :121
a. Kebutuhan dharuriyah. Kebutuhan dharuriah atau kebutuhan utama yang menjadi skala
perioritas yang paling essential yakni kelima tujuan syariat itu sendiri memelihara agama,
memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan dan memelihara harta.
A. KESIMPULAN
Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan membicarakan tentang
pendefinisian hukum, karena kedua-duanya mempunyai obyek kajian yang sama yaitu
membahas tentang hukum itu sendiri.
Atas dasar tersebut dimana hukum merupakan suatu hal yang penting dalam mengatur dan
menciptakan ketertiban dalam masyarakat kiranya dapat teratasi, sehingga dapat dikatakan
bahwa hukum merupakan sekumpulan peraturan mengenai tingkah laku dalam masyarakat yang
harus ditaati untuk mencapai suatu tujuan. Hukum bertindak sebagai pelindung kepentingan
manusia dalam masyarakat, maka hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai, dimana
hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antara perorangan di dalam masyarakat, membagi
wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum
itu sendiri.
Dari hal tersebut, berbagai pakar di bidang hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnya
mengemukakan pandangannya masing-masing tentang tujuan hukum itu sendiri berdasarkan
sudut pandang mereka masing-masing.
B. SARAN
Tujuan hukum secara umum ialah arah atau sasaran yang hendak dicapai hukum dalam
mengatur masyarakat. Dalam rumusan tentang tujuan hukum masih terdapat perbedaan pendapat
antara para ahli hukum. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang universal, adanya faktor
penyebab lain yaitu dari masing-masing masyarakat atau bangsa yang memiliki karakteristik
yang menjelma menjadi ideologi bangsa yang sekaligus bertujuan mencapai cita-cita hukum.
Diharapkan kepada para penegak hukum bahwa di dalam proses pembentukan hukum dan proses
penemuan hukum agar dapat mengkaji dan menggali nilai-nilai hukum yang hidup di dalam
masyarakat, agar dapat tercapai tujuan hukum.