Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR ASAM NUKLEAT

Amirah Amatullah
1206262071

ABSTRAK

Materi genetik yang terdapat pada seluruh makhluk hidup adalah asam nukleat. Asam
nukleat mempunya struktur primer, sekunder, dan tersier. Struktur primer asam nukleat
merupakan makromolekul yang tersusun dari monomer nukleotida. Monomer nukleotida
dapat dibagi menjadi 3 komponen utama. Berdasarkan jumlah rantai dan jenis gula
pentosanya, asam nukleat dibagi menjadi dua, yaitu DNA dan RNA, yang merupakan
struktur sekunder asam nukleat. Struktur tersier DNA dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan
bentuknya. Struktur tersier RNA sangat bervariasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan
serta kondisi yang dapat mempengaruhi struktur asam nukleat serta merubah bentuk DNA
dan RNA.

Kata Kunci

asam nukleat, nukleotida, ikatan fosfodiester, pasangan basa Watson-Crick, aturan


Chargaff, ikatan hidrogen, heliks, DNA, RNA

1. RANTAI NUKLEOTIDA

Asam nukleat adalah polimer nukleotida. Asam nukleat


berbentuk rantai linier yang merupakan gabungan
monomer nukleotida sebagai unit pembangunnya.

Tiap nukleotida terdiri atas nukleosida dan asam fosfat.


Nukleosida terdiri atas gula pentose (ribose atau
deoksiribosa) dan basa nitrogen heterosiklik, yaitu turunan
purina (adenine dan guanine) dan turunan pirimidina
(sitosin, urasil, dan timin). (Sumardjo,2006)

Panjang dari satu rantai nukleotida berulang (fosfat,


gula, basa) adalah sekitar 3,4 Angstrom.

1.1 Gula Pentosa

Gula pentosa adalah gula monosakarida dengan Gambar 1. Molekul


lima atom karbon yang berbentuk cincin segilima. sederhana asam nukleat
Empat atom C (C1’-C4’) serta satu atom O membentuk (Sumber: http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-
cincin segilima, sementara satu atom C (C5’) berada di
kesehatan/biomolekul/asam-
luar formasi cincin seperti terlihat pada Gambar 2. Gula nukleat/)
pentosa berikatan dengan basa nitrogen pada atom
karbon nomor 1 (C1’) dan dengan gugus fosfat pada
atom karbon nomor 5 (C5’).

Terdapat dua jenis gula pentosa yang dapat membentuk monomer nukleotida asam
nukleat, yaitu ribosa (pada RNA) dan 2-deoxyribosa (pada DNA). Pada ribosa, atom
karbon C2’ berikatan dengan gugus hidroksil (–OH), sementara pada 2-deoxyribosa atom
C2’ berikatan dengan –H.
Gambar 2. Perbandingan deoksiribosa (2-deoksiribosa) dengan ribosa (Sumber:
http://www.mun.ca/biology/scarr/iGen3_02-07.html)

1.2 Gugus Fosfat

Gugus fosfat terikat pada atom karbon nomor 5 (C5’) yang berada di luar formasi
cincin segilima melalui ikatan fosfoester. Gugus fosfat dapat berbentuk monofosfat,
difosfat, serta trifosfat. Baik DNA maupun RNA tersusun dari nukleosida trifosfat. Pada
pH netral adanya gugus fosfat akan menyebabkan asam nukleat bermuatan negatif.
Inilah penyebab pemberian nama ’asam’ kepada molekul polinukleotida meskipun di
dalamnya juga terdapat banyak basa nitrogen.

Untuk membentuk polimer nukleotida atau asam nukleat maka terjadi ikatan
fosfodiester yaitu ikatan gugus fosfat dengan gugus gula pentosa dari satu nukleotida
dengan nukleotida lain yaitu pada atom karbon nomer 5 dan 3.

1.2.1 Ikatan Fosfodiester

Ikatan fosfodiester merupakan ikatan


kovalen melalui gugus fosfat yang
menghubungkan antara gugus hidroksil (OH)
pada posisi C5’ gula pentosa dan gugus
hidroksil pada posisi C3’ gula pentosa
nukleotida berikutnya. Ikatan ini dinamakan
ikatan fosfodiester karena secara kimia gugus
fosfat berada dalam bentuk diester.

Oleh karena ikatan fosfodiester


menghubungkan gula pada suatu nukleotida
dengan gula pada nukleotida berikutnya, maka
ikatan ini sekaligus menghubungkan kedua
nukleotida yang berurutan tersebut. Dengan Gambar 3. Ikatan fosfodiester
demikian, akan terbentuk suatu rantai (Sumber: http://www.chem-is-
polinukleotida yang masing-masing try.org/materi_kimia/kimia-
nukleotidanya satu sama lain dihubungkan oleh kesehatan/biomolekul/asam-nukleat/)
ikatan fosfodiester.

Kecuali yang berbentuk sirkuler, seperti halnya pada kromosom dan plasmid bakteri,
rantai polinukleotida memiliki dua ujung. Salah satu ujungnya berupa gugus fosfat yang
terikat pada posisi 5’ gula guanine. Oleh karena itu, ujung ini dinamakan ujung P atau
ujung 5’. Ujung yang lainnya berupa gugus hidroksil yang terikat pada posisi 3’ gula
uanine sehingga ujung ini dinamakan ujung OH atau ujung 3’. Adanya ujung-ujung
tersebut menjadikan rantai polinukleotida linier mempunyai arah tertentu.
1.3 Basa Nitrogen

Basa nitrogen adalah salah satu


komponen nukleotida. Terdapat dua
macam basa nitrogen berdasarkan
banyak cincinnya, yaitu purin (dua
cincin) dan pirimidin (satu cincin). Basa
purin dibagi lagi menjadi dua
berdasarkan perbedaan struktur, yaitu
adenin dan guanin. Perbedaan struktur
ini akan berpengaruh pada kekuatan
ikatan hidrogen pasangan basa. Basa
pirimidin dibagi menjadi tiga, yaitu timin,
urasil dan sitosin.

. Posisi C1’ pada gula pentosa akan


berikatan dengan posisi 9 (N-9) pada
basa purin atau posisi 1 (N-1) pada basa
pirimidin melalui ikatan glikosidik atau
glikosilik. Kompleks gula-basa ini Gambar 4. Basa purin dan pirimidin
dinamakan nukleosida. (Sumber:
http://www.bio.miami.edu/tom/courses/bil255/b
Jika gula pentosanya adalah ribosa il255goods/09_dna.html)
seperti halnya pada RNA, maka
nukleosidanya dapat berupa adenosin,
guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula,
nukleotidanya akan ada empat macam,
yaitu adenosin monofosfat, guanosin
monofosfat, sitidin monofosfat, dan
uridin monofosfat. Sementara itu, jika
gula pentosanya adalah deoksiribosa
seperti halnya pada DNA, maka (2’-
deoksiribo)nukleosidanya terdiri atas
deoksiadenosin, deoksiguanosin,
deoksisitidin, dan deoksitimidin.

Aturan Chargaff mengatakan


banyaknya basa purin dan pirimidin
dalam DNA selalu 1:1 sebab mereka
saling berpasangan seperti yang dapat
dijelaskan aturan pasangan basa
Watson-Crick.

1.3.1 Ikatan Hidrogen

Basa purin dapat berpasangan


dengan basa pirimidin dikarenakan
oleh suatu ikatan hidrogen. Pada
DNA, pasangan basa ini
menghubungkan antara rantai polimer
nukleotida yang satu dengan yang Gambar 5. Perbandingan ikatan hidrogen
lain. Ikatan hidrogen adalah suatu antar basa berbentuk normal dengan basa
bentuk interaksi lemah antara suatu tautomer (Sumber:
http://www.nature.com/scitable/content/purine-
and-pyrimidine-bases-exist-in-different-97271)
atom elektro negatif (atom akseptor) dengan atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada atom yang lain (atom donor).

Basa purin dan pirimidin berpasangan mengikuti aturan pasangan basa Watson-
Crick. Basa purin adenin akan selalu berpasangan dengan basa pirimidin timin (atau
urasil), sementara basa pirimidin sitosin akan selalu berpasangan dengan basa purin
guanin. Hal ini disebabkan oleh struktur masing-masing basa itu sendiri, dimana
adenin dan timin (atau urasil) hanya dapat mempunyai dua ikatan hidrogen sedangkan
sitosin dan guanin dapat membentuk tiga ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen terbentuk
karena grup eksosiklik amino di C6’ pada adenin berikatan dengan karbonil di C4’
pada timin. Ikatan hidrogen terbentuk antara grup eksosiklik NH2 di C2’ pada guanin
dan karbonil di C2’ pada sitosin. Ikatan hidrogen juga tebentuk di N1 pada guanin dan
N3 pada sitosin, serta karbonil C6‘ pada guanin dan eksosiklik NH2 sitosin.

1.3.2 Tautomer

Basa purin dan pirimidin juga terdapat dalam bentuk lain yang disebut sebagai
tautomer. Tautomer adalah dua molekul dengan formula yang sama namun
mempunyai kesinambungan
yang berbeda. Perubahan
menjadi tautomer terjadi
apabila sebuah proton
berubah posisi.
Tautomerisasi menyebabkan
basa berpasangan dengan
pasangan yang salah, seperti
pada Gambar 5.

2. STRUKTUR DNA

DNA (deoxyribonucleic acid)


dibentuk oleh dua rantai heliks
berbeda arah 180 derajat
(antiparalel) yang terpilin menjadi
satu. DNA berbentuk seperti
tangga yang diputar, dengan
pasangan basa nitrogen purin
(adenin dan guanin) dan pirimidin
(sitosin dan timin) sebagai anak
tangga sedangkan gula 2-
deoksiribosa dan gugus fosfat
sebagai rangka tangga. Satu
putaran heliks DNA pada umumnya kurang lebih 3,4 nm. Satu putaran heliks dibentuk oleh
kurang lebih 10 nukleotida atau Gambar 6. Struktur DNA (Sumber:
sama dengan 10 pasangan basa. https://wikispaces.psu.edu/pages/viewpage.action?
Diameter pilinan heliks sekitar pageId=112527211&navigatingVersions=true)
2nm. Spesifikasi (pembeda)
suatu DNA dari yang lain adalah
urutan basa nukleotidanya. Arah pembacaan basa nukleotida dari ujung-5‛ menuju ujung-3‛.

DNA berbentuk heliks (spiral 3 dimensi) karena berbagai penyebab, namun pada intinya
disebabkan oleh gaya antarmolekul. Rangka fosfat/ribosa bersifat hidrofilik, oleh sebab itu ia
mengarah keluar ke arah pelarut, sementara basa nitrogen yang relatif lebih hidrofobik
‘mengubur’ diri mereka ke arah dalam. Juga, geometri tautan deoksiribosa-fosfat
menyebabkan panjang yang pas untuk basa berpasangan.

Ikatan hidrogen yang tidak sama kuat antara pasangan basa adenin-timin (2 ikatan
hidrogen) dan guanin-sitosin (3 ikatan hidrogen) menyebabkan lekukan heliks DNA tidak
sama panjang. Lekukan yang lebih besar (major groove) berjarak 2,2 nm sementara lekukan
yang lebih kecil (minor groove) mempunyai lebar 1,2 nm. Karena lebih lebar, protein yang
berperan dalam transkipsi seringkali menempel pada basa yang terekspos major groove.

Terdapat aturan yang menentukan arah berpilinnya DNA, yaitu kaidah tangan kanan dan
kaidah tangan kiri. Heliks dibaca dari ujung 5’ ke ujung 3’, atau dari bawah ke atas, dengan
putaran yang searah dengan arah jari yang menggenggam dan jempol yang menunjukkan
arah pada sumbu vertikal.

2.1 Variasi karakteristik heliks


Arah berpilinnya
heliks, diameter,
jumlah pasangan
basa dalam satu
pilinan, serta topologi
lekukan mayor dan
minor dapat
menentukan
tipe heliks tersebut,
apakah termasuk tipe
A, tipe B, atau tipe Z.

Gambar 7. Tipe DNA berdasarkan struktur (Sumber:


https://www.mun.ca/biology/scarr/iGen3_02-14.html)

Tabel 1. Perbandingan heliks DNA-A, DNA-B, dan DNA-Z


Karakteristik DNA-A DNA-B DNA-Z

Kaidah putar Tangan kanan Tangan kanan Tangan kiri

Pasangan basa
11 10,4 12
tiap pilinan

Diameter heliks
2,55 2,37 1,84
(nm)

Kenaikan tiap 0,23 0,34 0,38


pasangan basa
(nm)

Lekukan mayor Sempit, dalam Lebar, dalam Rata

Lekukan minor Dangkal, lebar Tidak dalam, sempit Dalam, sempit

Dari berbagai sumber

2.2 DNA Eukariot VS DNA Prokariot


Semua DNA genomik prokariotik dan kebanyakan virus adalah molekul sirkuler,
sementara hampir semua DNA eukariotik berbentuk linear. Molekul DNA sirkuler juga
terdapat dalam mitokondria, yang terdapat dalam hampir semua sel eukariotik. DNA
sirkuler juga terdapat dalam kloroplas, yang terdapat pada tanaman dan sebagian
makhluk eukariotik uniseluler.
Masing-masing untai pada molekul DNA sirkuler membentuk struktur tertutup tanpa
ujung bebas. Pada saat replikasi DNA, untai tertutup ini akan memutus salah satu ikatan
phosphodiesternya sehingga untai menjadi berujung bebas dan kedua untaian pun dapat
memisahkan diri tanpa saling tersangkut.

2.2.1 DNA Supercoiling


Keadaan berpilin (supercoiling state) pada molekul DNA merupakan bagian sangat
penting dalam proses pengemasan DNA, terutama pada prokariotik. Pada eukariotik,
DNA melilit pada suatu protein yang dinamakan histon, sehingga dapat menghemat
tempat dan memudahkan mobilisasi dna. Sementara, DNA prokatiotik pada umumnya
tidak mempunyai histon, sehingga harus ada cara lain untuk membuat DNA menjadi
compact. Keadaan berpilin adalah suatu keadaan dimana molekul DNA, yang pada
dasarnya sudah membentuk struktur heliks, mengalami proses 'pemutaran' (twist)
lebih lanjut. Keadaan semacam ini membuat DNA yang berpilin akan mengalami torsi.
Keadaan berpilin dapat berupa pilinan negatif (negative supercoiling) atau pilinan
positif (positive supercoiling). Pilinan negatif terjadi jika DNA diputar ke arah
berkebalikan dari arah pemutaran heliksnya yang berupa heliks ganda putar-kanan
(right-handed double helix). DNA dengan keadaan pilinan negatif semacam inilah yang
pada umumnya banyak diketemukan di alam. Pada jasad eukariotik, pembentukan
nukleosom menyebabkan terbentuknya pilinan negatif. Pada kelompok bakteri dan
archaea, terdapat enzim yang disebut DNA girase, yang juga dikenal sebagai DNA
toposiomerase II, yang dapat menyebabkan terbentuknya konformasi pilinan negatif.

3. STRUKTUR RNA
RNA hanya terdiri dari satu
untai tunggal polimer nukleotida,
akan tetapi dapat melipat lipat
dirinya dalam suatu aturan
tertentu. RNA merupakan polimer
dari monomer nukleotida yang
terdiri gula ribosa dan gugus fosfat,
dengan basa nitrogen purin
(adenin dan guanin) dan pirimidin
(sitosin dan urasil). RNA
mempunyai bentuk-bentuk yang
bervariasi sesuai dengan
fungsinya.

3.1 mRNA
Gambar 8. Struktur RNA (Sumber:
http://www.uic.edu/classes/phys/phys461/phys450/ANJU
M04/)

MRNA, yang merupakan contoh cetakan sintesis protein, mempunyai urutan basa
yang sama (dibaca dari ujung 5’ ke ujung 3’) dengan untai DNA yang mempunyai urutan
gen. MRNA dapat bervariasi dari ~300 nukleotida hingga ~7000 nukleotida, bergantung
pada ukuran dan jumlah dari protein yang sedang dicoding.

3.2 tRNA
Molekul tRNA berikatan secara kovalen dengan asam amino di salah satu ujungnya,
dan di ujung lainnya terdapat triplet sequence (anti-codon) yang mplementer terhadap
triplet codon yang terdapat di mRNA. Semua molekul tRNA mempunyai sekitar 70-90
nukleotida.

Gambar 9. Struktur tRNA (Sumber:


http://www.uic.edu/classes/phys/phys461/phys450/ANJUM04/)
Gambar 10. Struktur-struktur sekunder dan tersier RNA (Sumber:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK21514/)

Struktur tRNA sekunder berbentuk menyerupai daun semanggi, hal ini menunjukan
bahwa tRNA terdiri atas dua struktur RNA yaitu tangkai dan lingkaran. Struktur tersier
tRNA mirip dengan huruf “L”.

3.3 rRNA

Ribosom adalah ‘mesin’ yang cukup besar (kurang lebih berdiameter 20 nm) dan
tersusun dari dua subunit: subunit besar (kurang lebih 50S) dan sebuah subunit kecil
(kurang lebih 30S). Subunit yang besar tersusun dari dua RNA ribosom (5S dan 23S) dan
beberapa (kurang lebih 34 protein) dimana subunit yang kecil mempunyai satu RNA
ribosom (16S) dan kurang lebih 21 protein. Panjang rRNA 23S kurang lebih 3000
nukleotida, dan panjang 16S rRNA kurang lebih 1500 nukleotida.

Struktur dari RNA ribosom dapat menjadi sangat rumit karena ada banyak cara bentuk
hairpins dan loops dapat tersusun. Memprediksikan struktur-struktur ini memerlukan
kombinasi metode komputational dan berbagai teknik eksperimen.

3.4 RNA kecil


RNA kecil (Small RNA) adalah klasifikasi dari RNA yang meliputi small-interferring
RNA (siRNA), mikro RNA (miRNA), dan piwi-interacting RNA (piRNA). RNA kecil

Gambar 11. rRNA prokariot dan rRNA eukariot (Sumber:


http://www.mun.ca/biology/scarr/MGA2_03-23.html)
memegang peran penting dalam proses-proses biologis. SiRNA adalah molekul RNA
yang mempunyai panjang 20-25 nukleotida. SiRNA adalah untaian ganda RNA yang
dirancang untuk menargetkan silencing transkripsi. MiRNA adalah molekul RNA untai
tunggal yang dapat ditemukan di sel eukariot. Pada umumnya panjang mereka adalah
20-25 nukleotida dan juga terlibat dalam repressi translasi dan silencing gen.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR ASAM NUKLEAT

Struktur asam nukleat bergantung pada kondisi lingkungan sekitarnya. Keberadaan zat
tertentu ataupun suhu dan pH yang ekstrim dapat membuat asam nukleat mengalami
deformasi dan atau denaturasi.

Interaksi penempatan pasangan basa


Ketika kita melihat struktur tangga berpilin molekul DNA atau pun struktur sekunder RNA,
sepintas akan nampak bahwa struktur tersebut menjadi stabil akibat adanya ikatan hidrogen
di antara basa-basa yang berpasangan. Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Ikatan
hidrogen di antara pasangan-pasangan basa hanya akan sama kuatnya dengan ikatan
hidrogen antara basa dan molekul air apabila DNA berada dalam bentuk rantai tunggal. Jadi,
ikatan hidrogen jelas tidak berpengaruh terhadap stabilitas struktur asam nukleat, tetapi
sekedar menentukan spesifitas perpasangan basa.
Penentu stabilitas struktur asam nukleat terletak pada interaksi penempatan (stacking
interactions) antara pasangan-pasangan basa. Permukaan basa yang bersifat hidrofobik
menyebabkan molekul-molekul air dikeluarkan dari sela-sela perpasangan basa sehingga
perpasangan tersebut menjadi kuat.

Asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih dari 100ºC, asam
nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi komponen-komponennya. Namun, di
dalam asam mineral yang lebih encer, hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin
saja yang putus sehingga asam nukleat dikatakan bersifat apurinik.

Alkali
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya perubahan status
tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan menyebabkan perubahan struktur
guanin dari bentuk keto menjadi bentuk enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah
proton. Selanjutnya, perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan
hidrogen sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang sama
terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh lebih rentan terhadap
hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena adanya gugus OH pada atom C nomor 2 di
dalam gula ribosanya.

Bahan kimia
Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat pada pH
netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH 2)2) dan formamid (COHNH2). Pada
konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-senyawa tersebut dapat merusak ikatan hidrogen.
Artinya, stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan rantai ganda
mengalami denaturasi.

Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi karena diameternya
hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai beberapa sentimeter. Dengan
demikian, DNA tersebut berbentuk tipis memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul
yang relatif kaku sehingga larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena
sifatnya itulah molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini
menimbulkan masalah tersendiri ketika kita hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.

Panas
Panas dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat. Proses denaturasi ini dapat diikuti
melalui pengamatan nilai absorbansi yang meningkat karena molekul rantai ganda (pada
dsDNA dan sebagian daerah pada RNA) akan berubah menjadi molekul rantai tunggal.
Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda. Pada RNA denaturasi
berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai ganda yang pendek akan
terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian rantai ganda yang panjang. Tidaklah demikian
halnya pada DNA. Denaturasi terjadi sangat cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi
pada kedua ujung molekul dan pada daerah kaya AT akan mendestabilisasi daerah-daerah
di sekitarnya.
Suhu ketika molekul asam nukleat mulai mengalami denaturasi dinamakan titik leleh atau
melting temperature (Tm). Nilai Tm merupakan fungsi kandungan GC sampel DNA, dan
berkisar dari 80 ºC hingga 100ºC untuk molekul-molekul DNA yang panjang.
DNA yang mengalami denaturasi termal dapat dipulihkan (direnaturasi) dengan cara
didinginkan. Laju pendinginan berpengaruh terhadap hasil renaturasi yang diperoleh.
Pendinginan yang berlangsung cepat hanya memungkinkan renaturasi pada beberapa
bagian/daerah tertentu. Sebaliknya, pendinginan yang dilakukan perlahan-lahan dapat
mengembalikan seluruh molekul DNA ke bentuk rantai ganda seperti semula. Renaturasi
yang terjadi antara daerah komplementer dari dua rantai asam nukleat yang berbeda
dinamakan hibridisasi.

Interkalator
Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah akibat beberapa faktor
yang mempengaruhi pilinan internalnya. Sebagai contoh, peningkatan suhu dapat
menurunkan jumlah pilinan, atau sebaliknya, peningkatan kekuatan ionik dapat menambah
jumlah pilinan. Salah satu faktor yang penting adalah keberadaan interkalator seperti etidium
bromid (EtBr). Molekul ini merupakan senyawa aromatik polisiklik bermuatan positif yang
menyisip di antara pasangan-pasangan basa. Dengan adanya EtBr molekul DNA dapat
divisualisasikan menggunakan paparan sinar UV. (Susanto, 2012)

5. KESIMPULAN
Asam nukleat adalah polimer dari monomer nukleotida. Nukleotida terdiri dari gula
pentosa, gugus fosfat, dan basa nitrogen. Ikatan fosfodiester gugus fosfat menyatukan
monomer nukleotida menjadi polimer. Rantai polimer nukleotida ganda disebut DNA. Rantai
polimer tunggal disebut RNA. Nukleotida dna terdiri dari deoksiribosa, gugus fosfat, basa
purin adenin dan guanin, serta basa pirimidin timin dan sitosin. Antara rantai satu dengan
yang lain dihubungkan dengan ikatan hydrogen antara pasangan basa. Berdasarkan
bentuknya, dna dibagi menjadi tiga yaitu DNA-A, DNA-B, dan DNA-Z. Nukleotida RNA terdiri
dari ribosa, gugus fosfat, basa purin adenin dan guanin, serta basa pirimidin urasil dan
sitosin. Terdapat 3 jenis RNA yang utama dengan bentuk yang berbeda-beda, yaitu tRNA,
mRNA, dan rRNA. Selain itu masih ada jenis-jenis RNA yang lain. Struktur asam nukleat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Panas, pH, atau asam contohnya, dapat menyebabkan
denaturasi dan deformasi asam nukleat. DNA dan RNA dapat berubah bentuk saat
dibutuhkan seperti pada saat replikasi.

REFERENSI

Cruzan, Jeff, 2012. DNA & RNA: The foundation of life on Earth. [online]
http://www.drcruzan.com/NucleicAcids.html [diakses pada 16 Februari 2014].
Cyr, Richard, 2009. Properties of Macromolecules II-Nucleic Acids, Polysaccharides and
Lipids. [online] (10 Agustus 2009) https://wikispaces.psu.edu/pag es/viewpage.action?
pageId=1125272 11&navigatingVersions=true [diakses pada 16 Februari 2014].

Department of Biology, University of Miami, 2013. Chargaff's Rule of Base Pairing. [online]
(01 Agustus 2013) http://www.bio.miami.edu/~cmallery/150/gene/chargaff.htm [diakses
pada 16 Februari 2014].

Lodish H, Berk A, Zipursky SL, et al., 2008. Molecular Cell Biology. New York: W. H.
Freeman.

Mustofa, Kharis. 2012. Komponen Asam Nukleat. http://kharism.blog.unsoed.ac.id/ [di akses


17 Februari 2014].

National Science Foundation, 2001. DNA Structure. [online] (05 Oktober 2001)
http://www.uic.edu/classes/phys/phys461/phys450/ANJUM04/ [diakses pada 16
Februari 2014].

Nature Education, 2013. Purine and pyrimidine bases exist in different forms called
tautomers. [online] http://www.nature.com/scitable/content/purine-and-pyrimidine-bases-
exist-in-different-97271 [diakses pada 16 Februari 2014].

Yuwono, Triwibowo, 2007. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai