PENDAHULUAN
Asam nukleat adalah biopolymer yang berbobot molekul tinggi dengan unit
monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup dan
bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetic, kemudian menerjemahkan
informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masing-
masing sel. Asam nukleat (bahasa Inggris: nucleic acid) adalah makromolekul
biokimia yang kompleks, berbobot molekul tinggi, dan tersusun atas rantai
nukleotida yang mengandung informasi genetik. Asam nukleat yang paling umum
adalah Asam deoksiribonukleat (DNA) and Asam ribonukleat (RNA). Asam
nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus. Asam nukleat dinamai
demikian karena keberadaan umumnya di dalam inti (nukleus) sel.
Pada tahun 1879, Albrecht Kossel menemukan asam nukleat yang tersusun
oleh suatu gugus gula, gugus fosfat, dan gugus basa. Asam nukleat berbentuk
rantai linier yang merupakan gabungan monomer nukleotida sebagai unit
pembangunnya. Molekul ini menyimpan informasi pertumbuhan sel dan
reproduksi.
Monomer nukleotida sebagai struktur primer asam nukleat diperoleh dari hasil
hidrolisis asam nukleat. Proses hidrolisis lebih lanjut dari monomer nukleotida
akan dihasilkan asam fosfat dan nukleosida. Proses hidrolisis ini dilakukan dalam
suasana basa. Jika hidrolisis dilanjutkan kembali terhadap senyawa nukleosida
dalam larutan asam berair akan dihasilkan molekul gula dan basa nitrogen dengan
bentuk heterosiklik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana struktur, macam-macam, dan fungsi asam nukleat?
Apa saja sifat yang dimiliki oleh asam nukleat?
Bagaimana proses sintesis DNA dan RNA?
Bagaimana proses transkripsi dan translokasi?
BAB II
PEMBAHASAN
(Sumardjo,2006)
• Ikatan gula ribosa dengan basa nitrogen (pada atom karbon nomor 1).
• Ikatan gula ribosa dengan gugus fosfat (pada atom karbon nomor 5).
Jika gula pentosanya adalah ribosa seperti halnya pada RNA, maka
nukleosidanya dapat berupa adenosin, guanosin, sitidin, dan uridin. Begitu pula,
nukleotidanya akan ada empat macam, yaitu adenosin monofosfat, guanosin
monofosfat, sitidin monofosfat, dan uridin monofosfat. Sementara itu, jika gula
pentosanya adalah deoksiribosa seperti halnya pada DNA, maka (2’-
deoksiribo)nukleosidanya terdiri atas deoksiadenosin, deoksiguanosin,
deoksisitidin, dan deoksitimidin.
Ikatan fosfodiester
Kecuali yang berbentuk sirkuler, seperti halnya pada kromosom dan plasmid
bakteri, rantai polinukleotida memiliki dua ujung. Salah satu ujungnya berupa
gugus fosfat yang terikat pada posisi 5’ gula uanine. Oleh karena itu, ujung ini
dinamakan ujung P atau ujung 5’. Ujung yang lainnya berupa gugus hidroksil
yang terikat pada posisi 3’ gula uanine sehingga ujung ini dinamakan ujung OH
atau ujung 3’. Adanya ujung-ujung tersebut menjadikan rantai polinukleotida
linier mempunyai arah tertentu.
Jadi, spesifisitas suatu asam nukleat selain ditentukan oleh sekuens basanya,
juga harus dilihat dari arah pembacaannya. Dua asam nukleat yang memiliki
sekuens sama tidak berarti keduanya sama jika pembacaan sekuens tersebut
dilakukan dari arah yang berlawanan (yang satu 5’→ 3’, sedangkan yang lain
3’→ 5’).
Gambar 4. Basa Nitrogen
( Susanto, 2012)
b. Basa nitrogennya uanine (G), sitosin ©, timin (T) dan uanine (A).
d. Kandungan basa nitrogen antara kedua rantai sama banyak dan berpasangan
spesifik satu dengan lain. Guanin selalu berpasangan dengan sitosin ( G –
C), dan uanine berpasangan dengan timin (A – T), sehingga jumlah uanine
selalu sama dengan jumlah sitosin. Demikian pula uanine dan timin.
d. Prosentasi kandungan bas tidak harus sama, pasangan uanine tidak harus
sama dengan urasil, dan sitosin tidak harus sama dengan uanine.
Ada tiga jenis RNA yaitu tRNA (transfer RNA), mRNA (messenger RNA)
dan rRNA (ribosomal RNA). Ketiga macam RNA ini mempunyai fungsi
yang berbeda-beda, tetapi ketiganya secara bersama-sama mempunyai
peranan penting dalam sintesis protein.
( Mustofa,2012)
DNA RNA
Gula : deoksiribosa Gula : Ribosa
Basa : AGCT Basa : AGCU
Untai Ganda Untai Tunggal
Prokariot : Sitoplasma Prokariot : sitoplasma
Eukariot : Inti Eukariot : inti dan sitoplasma
Penyimpan informasi Hasil transkripsi
b. Pengaruh asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO 4 dengan suhu lebih
dari 100ºC, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi
komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer,
hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga
asam nukleat dikatakan bersifat apurinik.
c. Pengaruh alkali
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya
perubahan status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan
menyebabkan perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk
enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya,
perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan hidrogen
sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang
sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh
lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena adanya
gugus OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.
d. Denaturasi kimia
Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam
nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH 2)2)
dan formamid (COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawa-
senyawa tersebut dapat merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur
sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan rantai ganda mengalami
denaturasi.
e. Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi
karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai
beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis
memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga
larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah
molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini
menimbulkan masalah tersendiri ketika kita hendak melakukan isolasi DNA
yang utuh.
f. Kerapatan apung
Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan
apung (bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat
dengan berat molekul tinggi, misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA
mempunyai kerapatan yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7
g/cm3. Jika larutan ini disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi,
maka garam CsCl yang pekat akan bermigrasi ke dasar tabung dengan
membentuk gradien kerapatan. Begitu juga, sampel DNA akan bermigrasi
menuju posisi gradien yang sesuai dengan kerapatannya. Teknik ini dikenal
sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan (equilibrium
density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.
Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada di
dasar tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik
dari RNA maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk
keperluan analisis DNA karena kerapatan apung DNA (ρ) merupakan fungsi
linier bagi kandungan GC-nya. Dalam hal ini, ρ = 1,66 + 0,098% (G + C).
Sifat-sifat Spektroskopik-Termal Asam Nukleat
Sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi kemampuan absorpsi sinar
UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam nukleat, penentuan
kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan renaturasi asam nukleat. Masing-
masing akan dibicarakan sekilas berikut ini.
a. Absorpsi UV
Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena adanya basa nitrogen
yang bersifat aromatik; fosfat dan gula tidak memberikan kontribusi dalam
absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA
maupun RNA adalah 260 nm atau dikatakan λmaks = 260 nm. Nilai ini jelas
sangat berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai λmaks = 280 nm.
Sifat-sifat absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk deteksi, kuantifikasi,
dan perkiraan kemurniannya.
b. Hipokromisitas
Meskipun λmaks untuk DNA dan RNA konstan, ternyata ada perbedaan
nilai yang bergantung kepada lingkungan di sekitar basa berada. Dalam hal
ini, absorbansi pada λ 260 nm (A260) memperlihatkan variasi di antara basa-
basa pada kondisi yang berbeda. Nilai tertinggi terlihat pada nukleotida yang
diisolasi, nilai sedang diperoleh pada molekul DNA rantai tunggal (ssDNA)
atau RNA, dan nilai terendah dijumpai pada DNA rantai ganda (dsDNA).
Efek ini disebabkan oleh pengikatan basa di dalam lingkungan hidrofobik.
Istilah klasik untuk menyatakan perbedaan nilai absorbansi tersebut adalah
hipokromisitas. Molekul dsDNA dikatakan relatif hipokromik (kurang
berwarna) bila dibandingkan dengan ssDNA. Sebaliknya, ssDNA dikatakan
hiperkromik terhadap dsDNA.
g. Interkalator
Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah
akibat beberapa faktor yang mempengaruhi pilinan internalnya. Sebagai
contoh, peningkatan suhu dapat menurunkan jumlah pilinan, atau sebaliknya,
peningkatan kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan. Salah satu faktor
yang penting adalah keberadaan interkalator seperti etidium bromid (EtBr).
Molekul ini merupakan senyawa aromatik polisiklik bermuatan positif yang
menyisip di antara pasangan-pasangan basa. Dengan adanya EtBr molekul
DNA dapat divisualisasikan menggunakan paparan sinar UV.
(Susanto, 2012)
2.3 Proses sintesis DNA dan RNA
REPLIKASI DNA (Asam deoksiribonukleat)
Replikasi DNA sangat penting agar DNA kita tidak termutasi, dimana
DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Pada proses replikasi
terdapat pos-pos pengecekan, sehingga jika ada kode yang salah tercetak, dapat
langsung dikenali dan langsung diperbaiki. Ada beberapa teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi, yaitu konservatif,
semikonservatif, dan dispersif.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses
sintesis rantai. Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu;
salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang
merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang
merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan
untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses
pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat
mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka
pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan
untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua
rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan
rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA
polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA
ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase
bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti.
Ada tiga cara teoretis replikasi DNA yang pernah diusulkan, yaitu
konservatif, semikonservatif, dan dispersif. Pada replikasi konservatif seluruh
tangga berpilin DNA awal tetap dipertahankan dan akan mengarahkan
pembentukan tangga berpilin baru. Pada replikasi semikonservatif tangga
berpilin mengalami pembukaan terlebih dahulu sehingga kedua untai
polinukleotida akan saling terpisah. Namun, masing-masing untai ini tetap
dipertahankan dan akan bertindak sebagai cetakan (template) bagi pembentukan
untai polinukleotida baru. Sementara itu, pada replikasi dispersif kedua untai
polinukleotida mengalami fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmen-
fragmen polinukleotida yang terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen
nukleotida baru sehingga fragmen lama dan baru akan dijumpai berselang-
seling di dalam tangga berpilin yang baru. antara ketiga cara replikasi DNA
yang diusulkan tersebut, hanya cara semikonservatif yang dapat dibuktikan
kebenarannya melalui percobaan yang dikenal dengan nama sentrifugasi
seimbang dalam tingkat kerapatan atau equilibrium density-gradient
centrifugation.Percobaan ini dilaporkan hasilnya padatahun1958 oleh M.S.
Meselson dan F.W. Stahl.
Garpu replikasi
Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian ini disintesis
dalam segmen-segmen yang disebut fragmen Okazaki. Pada untaian ini,
primase membentuk primer RNA. DNA polimerase dengan demikian dapat
menggunakan gugus OH 3' bebas pada primer RNA tersebut untuk mensintesis
DNA dengan arah 5'→3'. Fragmen primer RNA tersebut lalu disingkirkan
(misalnya dengan RNase H dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida
baru ditambahkan untuk mengisi celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA
ligase lalu menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki tersebut sehingga
sintesis lagging strand menjadi lengkap.
Sliding clamp pada semua jenis makhluk hidup memiliki struktur serupa
dan mampu berinteraksi dengan berbagai DNA polimerase prosesif maupun
non-prosesif yang ditemukan di sel. Selain itu, sliding clamp berfungsi sebagai
suatu faktor prosesivitas. Ujung-C sliding clamp membentuk gelungan yang
mampu berinteraksi dengan protein-protein lain yang terlibat dalam replikasi
DNA (seperti DNA polimerase dan clamp loader). Bagian dalam sliding clamp
memungkinkan DNA bergerak melaluinya. Sliding clamp tidak membentuk
interaksi spesifik dengan DNA. Terdapat lubang 35A besar di tengah clamp ini.
Lubang tersebut berukuran sesuai untuk dilalui DNA dan air menempati tempat
sisanya sehingga clamp dapat bergeser pada sepanjang DNA. Begitu polimerase
mencapai ujung templat atau mendeteksi DNA berutas ganda (lihat di bawah),
sliding clamp mengalami perubahan konformasi yang melepaskan DNA
polimerase.Clamp loader merupakan protein bersubunit banyak yang mampu
menempel pada sliding clamp dan DNA polimerase. Dengan hidrolisis ATP,
clamp loader terlepas dari sliding clamp sehingga DNA polimerase menempel
pada sliding clamp. Sliding clamp hanya dapat berikatan pada polimerase
selama terjadinya sintesis utas tunggal DNA. Jika DNA rantai tunggal sudah
habis, polimerase mampu berikatan dengan subunit pada clamp loader dan
bergerak ke posisi baru pada lagging strand. Pada leading strand, DNA
polimerase III bergabung dengan clamp loader dan berikatan dengan sliding
clamp.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai
pengarah maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks
yang disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval
1.000 hingga 2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA
primase. Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan
mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks
multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah
dan separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis
pada kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama. Masing-masing
bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai
fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi
penyuntingan berupa eksonuklease 3’– 5’. Selain itu, terdapatsubunit b yang
menempelkan polimerase pada DNA. Begitu primer pada untai tertinggal
dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan segera dibuang dan celah
yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi oleh DNA polimerase I,
yang mempunyai aktivitas polimerase 5’ – 3’, eksonuklease 5’ – 3’, dan
eksonuklease penyuntingan 3’ – 5’. Eksonuklease 5’ - 3’ membuang primer,
sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya,
fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in
vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk
kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya
replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180°C dari ori.
Di sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan
gerakan garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus,
suatu inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran
hasil replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase
IV. Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikanke dalam
kedua sel hasil pembelahan. Replikasi DNA eukariota
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan
dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-
mesin tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli
DNA yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog
timidin, yaitu bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli
tersebut dilakukan dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang
mengenali BUdR.
Gambar 6. DNA
Jenis RNA
RNA dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu RNA genetik dan
RNA non-genetik.
1. RNA genetik
RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA, yaitu sebagai
pembawa keterangan genetik. RNA genetik hanya ditemukan pada makhluk
hidup tertentu yang tidak memiliki DNA, misalnya virus. Dalam hal ini fungsi
RNA menjadi sama dengan DNA, baik sebagai materi genetik maupun dalam
mengatur aktivitas sel.
2. RNA non-genetik
Dengan adanya penjelasan materi di atas, terdapat perbedaan antara DNA dan
RNA.
Berikut ini adalah garis besar dari RNA polimerase pada eukariota:
1. Inisiasi,
2. Perpanjangan, dan
3. Penghentian.
Pada tahap inisiasi, RNA polimerase DNA pencarian untuk situs inisiasi,
juga disebut situs promotor, atau promotor. Pada tahap ini, DNA untai ganda
("tertutup"). Ini RNA polimerase / luka-struktur DNA yang disebut sebagai
kompleks ditutup. polimerase RNA kemudian unwinds bentangan pendek DNA
heliks ganda untuk menghasilkan beruntai tunggal ("terbuka") template DNA
dari yang dibutuhkan petunjuk. Ini RNA polimerase / diterminasi-struktur DNA
disebut kompleks terbuka.
(Dendhi, 2012)
Transkripsi
Proses transkripsi ini terjadi di dalam inti sel (nukleus). DNA tetap berada di
dalam nukleus, sedangkan hasil transkripsinya dikeluarkan dari nukleus menuju
sitoplasma dan melekat pada ribosom. Ini dimaksudkan agar gen asli tetap
terlindung, sementara hasil kopinya ditugaskan untuk melaksanakan pesan-pesan
yang dikandungnya. Jika RNA rusak, akan segera diganti dengan hasil kopian
yang baru
Material Translokasi
Tingkat Pergerakan
Diestimasi dengan cara menghitung penambahan berat organ tersebut
selama kurun waktu tertentu untuk mengetahui laju pengangkutan melalui
pembuluh floem ke suatu organ. Kemudian diukur luas penampang melintang
dari pembuluh floem. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung laju transfer
massa (mass transfer rate). Laju perpindahan masa merupakan jumlah bahan
yang melintasi suatu irisan melintang tabung taapis per satuan waktu.
Dikemukakan oleh Alden S. Crafts dan O.Lorenz (dari University of
California di Davis) berasumsi bahwa bahan kering yang diangkut melalui
floem mempunyai gravitas spesifik (atau kepadatan) sebesar 1,5 g.cm-3.Nilai
ini jika dibagi dengan laju transfer massa akan diperoleh velositas sebesar 110
mm.jam-1. Tentu saja, bahan yang diangkut dalam pembuluh floem tidak
dalam bentuk kering, tetapi terlarut didalam air. Dengan demikian velositas
sesungguhnya adalah lebih cepat. Potensi osmotik larutan floem yang umum
terukur adalah antara -2 Mpa sampai -3 Mpa, yang setara dengan 20% sampai
30% larutan sukrosa (Sukrosa merupakan bahan terlarut yang dominan pada
larutan floem. Berdasarkan nilai ini, maka volaritas pengangkutan pada
pembuluh floem adalah antara 363 sampai 550 mm.jam-1.
Dengan teknik yang lebih maju, pengukuran velositas dapat dilakukan dengan
isotop11C dalam bentuk CO2 yang diberikan pada daun. Isotop ini akan
terkandung dalam fotosintat yang akan diangkut melalui pembuluh floem.
Pada 2 atau lebih posisi pada batang ditempatkan pendeteksi radiasi dengan
jarak yang telah ditetapkan.
Proses peningkatan konsentrasi gula pada sel-sel floem yang berada dekat
dengan sel-sel fotosintetik pada daun disebut proses pengisian floem (phloem
loading). Berdasarkan pengukuran pada berbagai spesies, terlihat bahwa
potensi osmotik sel-sel mesofil (sekitar -0,8 MPa sampai -1,8 MPa) lebih
tinggi dibanding pada pembuluh floem (antara -2,0 MPa sampai -3,0 MPa).
Karena bahan terlarut (sukrosa) pada pembuluh floem lebih tinggi dibanding
pada sel-sel mesofil.
Serapan sukrosa oleh sel peneman floem ini yang dikarenakan oleh sel
peneman ini lebih besar dan lebih aktif dibandingkan sel-sel lain pada jaringan
floem dan juga adanya penumbuhan ke dalam (ingrowth) yang menyebabkan
luas permukaan membran sel ini menjadi 3 kali lebih luas. Menyebabkan
potensi osmotic sitoplasma sel ini menjadi turun (lebih negatif) dan ini akan
merangsang air untuk masuksecara osmosis kedalam sel ini dari sel-sel
mesofil disekitarnya. Sebagai akibatnya tekanan internal pada sel peneman
akan meningkat dan mengakibatkan sukrosa bergerak masuk ke pembuluh
floem secara simplastik melalui plasmodesmata. Masuknya larutan yang
mengandung sukrosa ke pembuluh floem dari sel-sel peneman ini yang
mengakibatkan tekanan internal pada pembuluh floem pada daun lebih tinggi,
yang kemudian menjadi faktor pendorong dari aliran larutan floem, berarti
pengangkutan senyawa-senyawa yang terlarut didalamnya.
( Lakitan, 1993)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagaimana proses sintesis DNA dan RNA?
Bagaimana proses transkripsi dan translokasi?
Asam nukleat tersusun atas nukleotida, yang mana nukleotida tersusun atas
nukleosida dan fosfat. Nukleosida tersusun atas gula pentose dan basa
nitrogen (purin dan pirimidin).
Asam nukleat memiliki sifat kimia, yaitu stabilitas asam nukleat, pengaruh
asam, pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung,
sedangkan sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi kemampuan
absorpsi sinar UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam nukleat,
penentuan kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan renaturasi asam
nukleat.
Proses sintesis DNA berupa replikasi DNA yang terdiri atas 3 macam, yaitu
model konservatif, model semikonservatif, dan model dispersif. Sedangkan
sintesis RNA terdiri atas RNA polimerase I terletak di nucleolus dan
mentranskripsi ribosomal RNA (rRNA), lalu, RNA polimerase II lokal
dengan inti, dan mentranskripsi messenger RNA (mRNA) dan RNA nuklir
paling kecil. RNA polimerase III mentranskripsi RNA transfer (tRNA) dan
RNA kecil lainnya.
Proses Transkripsi terdiri atas insiasi, elongasi, dan terminasi.
DAFTAR PUSTAKA