ABSTRAK
Materi genetik yang terdapat pada seluruh makhluk hidup adalah asam
nukleat. Asam nukleat mempunya struktur primer, sekunder, dan tersier.
Struktur primer asam nukleat merupakan makromolekul yang tersusun
dari monomer nukleotida. Monomer nukleotida dapat dibagi menjadi 3
komponen utama. Berdasarkan jumlah rantai dan jenis gula pentosanya,
asam nukleat dibagi menjadi dua, yaitu DNA dan RNA, yang merupakan
struktur sekunder asam nukleat. Struktur tersier
DNA dapat dibagi
menjadi tiga berdasarkan bentuknya. Struktur tersier RNA sangat
bervariasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan serta kondisi yang dapat
mempengaruhi struktur asam nukleat serta merubah bentuk DNA dan
RNA.
Kata Kunci
asam nukleat, nukleotida, ikatan fosfodiester, pasangan basa WatsonCrick, aturan Chargaff, ikatan hidrogen, heliks, DNA, RNA
1. RANTAI NUKLEOTIDA
Asam nukleat adalah polimer nukleotida. Asam
berbentuk rantai linier yang merupakan
gabungan monomer nukleotida sebagai unit
pembangunnya.
nukleat
1.3.2 Tautomer
Basa purin dan pirimidin juga terdapat dalam bentuk lain yang
disebut sebagai tautomer. Tautomer adalah dua molekul dengan
formula yang sama namun mempunyai kesinambungan yang
berbeda. Perubahan menjadi tautomer terjadi apabila sebuah proton
berubah posisi. Tautomerisasi menyebabkan basa berpasangan
dengan pasangan yang salah, seperti pada Gambar 5.
3. STRUKTUR DNA
DNA (deoxyribonucleic acid) dibentuk oleh dua rantai heliks berbeda
arah 180 derajat (antiparalel) yang terpilin menjadi satu. DNA berbentuk
seperti tangga yang diputar, dengan pasangan basa nitrogen purin
(adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan timin) sebagai anak tangga
sedangkan gula 2-deoksiribosa dan gugus fosfat sebagai rangka tangga.
Satu putaran heliks DNA pada umumnya kurang lebih 3,4 nm. Satu
putaran heliks dibentuk oleh kurang lebih 10 nukleotida atau sama
dengan 10 pasangan basa. Diameter
pilinan heliks sekitar 2nm. Spesifikasi
(pembeda) suatu DNA dari yang lain
adalah urutan basa nukleotidanya.
Arah pembacaan basa nukleotida dari
ujung-5 menuju ujung-3.
DNA berbentuk heliks (spiral 3
Gambar 6. Struktur DNA (Sumber:
dimensi)
karena
berbagai
https://wikispaces.psu.edu/pages/viewpage.action
penyebab, namun pada intinya
?pageId=112527211&navigatingVersions=true)
disebabkan
oleh
gaya
antarmolekul. Rangka fosfat/ribosa
bersifat hidrofilik, oleh sebab itu ia
mengarah keluar ke arah pelarut,
sementara basa nitrogen yang relatif
lebih hidrofobik mengubur diri
mereka ke arah dalam. Juga, geometri
tautan
deoksiribosa-fosfat
menyebabkan panjang yang pas
untuk basa berpasangan.
Ikatan hidrogen yang tidak sama kuat antara pasangan basa adenintimin (2 ikatan hidrogen) dan guanin-sitosin (3 ikatan hidrogen)
menyebabkan lekukan heliks DNA tidak sama panjang. Lekukan yang lebih
besar (major groove) berjarak 2,2 nm sementara lekukan yang lebih kecil
(minor groove) mempunyai lebar 1,2 nm. Karena lebih lebar, protein yang
berperan dalam transkipsi seringkali menempel pada basa yang terekspos
major groove.
Terdapat aturan yang menentukan arah berpilinnya DNA, yaitu kaidah
tangan kanan dan kaidah tangan kiri. Heliks dibaca dari ujung 5 ke ujung
3, atau dari bawah ke atas, dengan putaran yang searah dengan arah jari
yang menggenggam dan jempol yang menunjukkan arah pada sumbu
vertikal.
3.1 Variasi karakteristik heliks
Arah berpilinnya heliks, diameter, jumlah pasangan basa dalam satu
pilinan, serta topologi lekukan mayor dan minor dapat menentukan tipe
heliks tersebut, apakah termasuk tipe A, tipe B, atau tipe Z.
Tabel
Perbandingan heliks DNA-A, DNA-B, dan
Karakteristik
DNA-A
DNA-B
Kaidah putar
Tangan kanan
Tangan kanan
Pasangan basa
11
10,4
tiap pilinan
Diameter
2,55
2,37
heliks (nm)
Kenaikan tiap
pasangan basa 0,23
0,34
(nm)
1.
DNA-Z
DNA-Z
Tangan kiri
12
1,84
0,38
Lekukan
mayor
Lekukan minor
Sempit, dalam
Lebar, dalam
Tidak dalam,
sempit
Dari berbagai sumber
Dangkal, lebar
Rata
Dalam, sempit
4.1 mRNA
MRNA, yang merupakan
contoh cetakan sintesis
protein,
mempunyai
urutan basa yang sama
(dibaca dari ujung 5 ke
ujung 3) dengan untai
DNA yang mempunyai
urutan gen. MRNA dapat
bervariasi
dari
~300
nukleotida hingga ~7000
nukleotida,
bergantung
pada ukuran dan jumlah
dari protein yang sedang
dicoding.
4.2 tRNA
Molekul tRNA berikatan
secara kovalen dengan
asam amino di salah satu ujungnya, dan di ujung lainnya terdapat
triplet sequence (anti-codon) yang komplementer terhadap triplet
codon yang terdapat di mRNA. Semua molekul tRNA mempunyai
sekitar
70-90
nukleotida.
Gambar 8. Struktur RNA (Sumber:
http://www.uic.edu/classes/phys/phys461/phys450/ANJU
M04/)
Struktur
tRNA sekunder
berbentuk
menyerupai
daun
semanggi, hal
ini
menunjukan
bahwa
tRNA
terdiri
atas
dua
struktur
RNA
yaitu
tangkai
dan
lingkaran. Struktur tersier tRNA mirip dengan huruf L.
Gambar 9. Struktur tRNA (Sumber:
http://www.uic.edu/classes/phys/phys461/phys450/ANJUM04/)
4.3 rRNA
Ribosom adalah mesin yang cukup besar (kurang lebih berdiameter
20 nm) dan tersusun dari dua subunit: subunit besar (kurang lebih 50S)
dan sebuah subunit kecil (kurang lebih 30S). Subunit yang besar
tersusun dari dua RNA ribosom (5S dan 23S) dan beberapa (kurang
lebih 34 protein) dimana subunit yang kecil mempunyai satu RNA
ribosom (16S) dan kurang lebih 21 protein. Panjang rRNA 23S kurang
lebih 3000 nukleotida, dan panjang 16S rRNA kurang lebih 1500
nukleotida.
Struktur dari RNA ribosom dapat menjadi sangat rumit karena ada
banyak cara bentuk hairpins dan loops dapat tersusun. Memprediksikan
struktur-struktur ini memerlukan kombinasi metode komputational dan
berbagai teknik eksperimen.
4.4 RNA kecil
RNA kecil (Small RNA) adalah klasifikasi dari RNA yang meliputi smallinterferring RNA (siRNA), mikro RNA (miRNA), dan piwi-interacting RNA
(piRNA). RNA kecil memegang peran penting dalam proses-proses
biologis. SiRNA adalah molekul RNA yang mempunyai panjang 20-25
nukleotida. SiRNA adalah untaian ganda RNA yang dirancang untuk
menargetkan silencing transkripsi. MiRNA adalah molekul RNA untai
tunggal yang dapat ditemukan di sel eukariot. Pada umumnya panjang
mereka adalah 20-25 nukleotida dan juga terlibat dalam repressi
translasi dan silencing gen.
Asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO4 dengan suhu lebih
dari 100C, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi
komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih
encer, hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus
sehingga asam nukleat dikatakan bersifat apurinik.
Alkali
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya
perubahan status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan
menyebabkan perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk
enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya,
perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan hidrogen
sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal
yang sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA
jauh lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena
adanya gugus OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.
Bahan kimia
Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam
nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea
(CO(NH2)2) dan formamid (COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi,
senyawa-senyawa tersebut dapat merusak ikatan hidrogen. Artinya,
stabilitas struktur sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan rantai
ganda mengalami denaturasi.
Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi
karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat
mencapai beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut
berbentuk tipis memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang
relatif kaku sehingga larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi.
Karena sifatnya itulah molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap
fragmentasi fisik. Hal ini menimbulkan masalah tersendiri ketika kita
hendak melakukan isolasi DNA yang utuh.
Panas
Panas dapat menyebabkan denaturasi asam nukleat. Proses denaturasi ini
dapat diikuti melalui pengamatan nilai absorbansi yang meningkat karena
molekul rantai ganda (pada dsDNA dan sebagian daerah pada RNA) akan
berubah menjadi molekul rantai tunggal.
Denaturasi termal pada DNA dan RNA ternyata sangat berbeda. Pada RNA
denaturasi berlangsung perlahan dan bersifat acak karena bagian rantai
ganda yang pendek akan terdenaturasi lebih dahulu daripada bagian
rantai ganda yang panjang. Tidaklah demikian halnya pada DNA.
Denaturasi terjadi sangat cepat dan bersifat koperatif karena denaturasi
pada kedua ujung molekul dan pada daerah kaya AT akan
mendestabilisasi daerah-daerah di sekitarnya.
REFERENSI
Cruzan, Jeff, 2012. DNA & RNA: The foundation of life on Earth. [online]
http://www.drcruzan.com/NucleicAcids.html [diakses pada 12 April
2016].