Osteoartritis NI PIPI
Osteoartritis NI PIPI
Oleh:
NI PUTU KRISNA ANDIANI
P07120012060
TINGKAT 3.2 REGULER
2. Epidemiologi
Angka kejadian OA sering dijumpai pada orang dengan usia 45 tahun keatas
dengan angka kejadian pada wanita lebih banyak daripada pria. Diseluruh dunia,
diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita berumur 60 tahun keatas, terkena OA. Insiden
OA pada umur kurang dari 20 tahun sekitar 10% dan meningkat lebh dari 80% pada
umur lebih dari 55 tahun (Susanto,2011).
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang
menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah
satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran synovial
dan sel- sel radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi
akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga
memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi,
ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan
produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium
urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian
lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak
mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini.
Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin,
maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area – area yang biasa terpapar,
sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada
bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.
Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif
yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi
sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan
terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus.
5. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.
6. Gejala klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
d. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
f. Perubahan gaya berjalan
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautonmere
dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul
sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
8. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)
a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah
1) Pembengkakan jaringan lunak
2) Penyempitan rongga sendi
3) Erosi sendi
4) Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
1) BSE Positif
2) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
1) Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
2) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik,
cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya
sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
1) Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
2) Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
3) Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.
4) Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia
perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar
parotis membesar
5) Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak menyeababkan
iritasi.
6) Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
7) Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan
mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan)
8) Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
9) Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis (kista baker yang
ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda- tanda kompresi medula
spinalis.
10) Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi
pembengkakan pada sisi anterior.
11) Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan
adanya darah.
f. Fungsional klien
1) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang
didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya.
Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur perubahan
fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas
rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi
b) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
c) Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
d) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
e) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi yang lain
f) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain
g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan fungsi
sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk
tubuh pada sendi dan tulang.
3. Intervensi
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d Setelah diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
agen cedera asuhan keperawatan catat lokasi dan menentukan
biologis, selama ….x… intensitas nyeri kebutuhan
distensi pertemuan diharapkan (skala 0 – 10), managemen nyeri
jaringan oleh nyeri berkurang atau catat faktor-faktor dan keefektifan
akumulasi terkontrol dengan yang mempercepat program.
cairan, kriteria hasil : dan tanda-tanda
destruksi a. Mampu mengontrol rasa nyeri.
sendi nyeri (tahu 2. Berikan matras 2. Matras yang
penyebab nyeri, atau kasur keras, lembut/empuk,
mampu bantal kecil. bantal yang besar
menggunakan tehnik Tinggikan linen akan mencegah
nonfarmakologi tempat tidur sesuai pemeliharaan
untuk mengurangi kebutuhan. kesejajaran tubuh
nyeri, mencari yang tepat,
bantuan) menempatkan
b. Melaporkan bahwa setres pada sendi
nyeri berkurang yang sakit.
dengan Peninggian linen
menggunakan tempat tidur
manajemen nyeri menurunkan
c. Mampu mengenali tekanan pada
nyeri (skala, sendi yang
intensitas, frekuensi terinflamasi /
dan tanda nyeri) nyeri
d. Menyatakan rasa 3. Biarkan pasien 3. Pada penyakit
nyaman setelah mengambil posisi berat, tirah baring
nyeri berkurang yang nyaman pada mungkin
e. Tanda vital dalam waktu tidur atau diperlukan untuk
rentang normal duduk di kursi. membatasi nyeri
Tingkatkan atau cedera sendi.
istirahat di tempat
tidur sesuai
indikasi.
4. Dorong untuk 4. Mencegah
sering mengubah terjadinya
posisi. Bantu kelelahan umum
pasien untuk dan kekakuan
bergerak di tempat sendi.
tidur, sokong sendi Menstabilkan
yang sakit di atas sendi,
dan di bawah, mengurangi
hindari gerakan gerakan/rasa sakit
yang menyentak. pada sendi.
5. Anjurkan pasien 5. Panas
untuk mandi air meningkatkan
hangat atau mandi relaksasi otot dan
pancuran pada mobilitas,
waktu bangun. menurunkan rasa
Sediakan waslap sakit dan
hangat untuk melepaskan
mengompres kekakuan di pagi
sendi-sendi yang hari. Sensitifitas
sakit beberapa kali pada panas dapat
sehari. Pantau suhu dihilangkan dan
air kompres, air luka dermal dapat
mandi. disembuhkan.
6. Berikan masase 6. Meningkatkan
yang lembut elaksasi/mengura
kolaborasi. ngi tegangan otot
7. Beri obat sebelum 7. Meningkatkan
aktivitas atau relaksasi,
latihan yang mengurangi
direncanakan tegangan otot,
sesuai petunjuk memudahkan
seperti asetil untuk ikut serta
salisilat. dalam terapi.
2. Gangguan/ Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Untuk mencegah
kerusakan asuhan keperawatan istirahat tirah kelelahan dan
mobilitas fisik selama ….x….. jam, baring/duduk jika mempertahankan
b/d deformitas diharapkanhambatan diperlukan. kekuatan.
skeletal, mobilisasi fisik dapat 2. Bantu bergerak 2. Meningkatkan
nyeri, diatasi dengan kriteria : dengan bantuan fungsi sendi,
ketidaknyama a. Klien meningkat seminimal kekuatan otot dan
nan, dalam aktivitas fisik mungkin. stamina umum.
penurunan b. Mengerti tujuan dari 3. Dorong klien 3. Memaksimalkan
.kekuatan otot peningkatan mempertahankan fungsi sendi dan
mobilitas postur tegak, mempertahankan
c. Memverbalisasikan duduk tinggi, mobilitas.
perasaan dalam berdiri dan
meningkatkan berjalan.
kekuatan dan 4. Berikan 4. Menghindari
kemampuan lingkungan yang cedera akibat
berpindah aman dan kecelakaan
d. Memperagakan menganjurkan seperti jatuh.
penggunaan alat untuk
Bantu untuk menggunakan alat
mobilisasi (walker) bantu.
5. Berikan obat- 5. Untuk menekan
obatan sesuai inflamasi
indikasi seperti sistemik akut.
steroid.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang bahkan hilang
2. Nutrisi pasien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
3. Pasien mampu melakukan aktivitas kesehariannya secara mandiri
4. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi meningkat dan mampu
menerapkannya
5. Tidak terjadi penurunan curah jantung pada pasien
6. Pasien terhindar dari resiko terhadap cedera
5. Evaluasi
Evaluasi dilihat berdasarkan hasil dari tujuan awal yang ingin dicapai yang telah
direncanakan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Vol.2, diterjemahkan dari: Pathophysiologi: Clinical
Concepts of Disease Processes (6th Edition), oleh H. Hartanto, Jakarta: EGC
Smeltzer, C.S. dan Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Vol.2 Edisi 8, diterjemahkan dari: Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing (8th Edition), oleh Agung Waluyo,
dkk., Jakarta: EGC.