Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
BANGSAL MELATI 3
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan II Prodi D-IV
Keperawatan Semester 4
JURUSAN KEPERAWATAN
2014-2015
A. PEDAHULUAN
Penyebabnya antara lain yaitu ulkus peptik, inflamasi divertikulum kolon sigmoid,
trauma, perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan tumor ganas.
Perforasi dapat terjadi di rongga abdomen (perforatio libera) atau adesi kantung
Perforasi terjadi apabila isi dari kantung masuk ke dalam kavum abdomen,
divertikulitis akut akan berkembang menjadi perforasi. Pasien biasanya akan datang
seperti syok septik kegagalan multi organ. Kecederaan berkaitan usus yang
terjadinya perforasi.
B. ANATOMI LAMBUNG
dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat diperkirakan bahwa tukak peptik akan
mengalami perforasi ke rongga sekitarnya secara bebas atau penetrasi ke dalam organ
proksimal yang terdiri dari fundus dan korpus, berfungsi sebagai penampung
makanan yang ditelan serta tempat produksi asam lambung dan pepsin, sedangkan
dinding korpus, tebal dan kuat lapisan ototnya. Di belakang dan tepi madial
duodenum terdapat arteri besar (arteri gastroduodenalis). Perdarahan hebat bisa
terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak peptik lambung atau duodenum.
oleh fundus dan korpus , dan penghancur dikerjakan oleh antrum, selain turut bekerja
2014-2015
A. PEDAHULUAN
Penyebabnya antara lain yaitu ulkus peptik, inflamasi divertikulum kolon sigmoid,
trauma, perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan tumor ganas.
Perforasi dapat terjadi di rongga abdomen (perforatio libera) atau adesi kantung
Perforasi terjadi apabila isi dari kantung masuk ke dalam kavum abdomen,
divertikulitis akut akan berkembang menjadi perforasi. Pasien biasanya akan datang
seperti syok septik kegagalan multi organ. Kecederaan berkaitan usus yang
terjadinya perforasi.
B. ANATOMI LAMBUNG
dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat diperkirakan bahwa tukak peptik akan
mengalami perforasi ke rongga sekitarnya secara bebas atau penetrasi ke dalam organ
di dekatnya, bergantung pada letak tukak.
proksimal yang terdiri dari fundus dan korpus, berfungsi sebagai penampung
makanan yang ditelan serta tempat produksi asam lambung dan pepsin, sedangkan
dinding korpus, tebal dan kuat lapisan ototnya. Di belakang dan tepi madial
terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak peptik lambung atau duodenum.
oleh fundus dan korpus , dan penghancur dikerjakan oleh antrum, selain turut bekerja
dalam pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam lambung dan pepsin. Fungsi
motilitas yang berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan (mencapai 1500ml) dan
mengandung lendir, pepsinogen, faktor intrinsik dan elektrolit, terutama larutan HCl.
Sekresi basal cairan ini selalu ada dalam jumlah sedikit. Produksi asam merupakan
hal yang kompleks, namun secara sederhana dibagi atas tiga fase perangsangan yaitu:
Pertama fase sefalik merupakan rangsang yang timbul akibat melihat, menghirup,
melalui aktivitas n.vagus, Kedua fase gastrik adalah distensi lambung akibat adanya
makanan atau zat kimia yang merangsang sel parietal untuk memproduksi asam
C. ETIOLOGI
1. Perforasi non-trauma
Akibat volvulus gaster karena overdistensi dan iskemia, bayi baru lahir yang
terimplikasi syok dan stress ulcer, anti inflamasi non steroid dan steroid :
terutama pada pasien usia lanjut, serta faktor predisposisi termasuk ulkus
peptik
D. PATOFISIOLOGI
gaster normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi
gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko
lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika
gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis
bakterial kemudian.
akut. Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi,
membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia
dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis general,
mengalami perforasi akan tampak kesakitan hebat, seperti ditikam di perut. Nyeri
perut.
Pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut fase
D. PATOFISIOLOGI
gaster normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi
gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko
lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika
gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis
bakterial kemudian.
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi
akut. Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi,
membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia
membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih banyak cairan ke area abses,
dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis general,
mengalami perforasi akan tampak kesakitan hebat, seperti ditikam di perut. Nyeri
perut.
Pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut fase
pengenceran zat asam yang merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk
Pekak hati bisa hilang karena adanya udara bebas di bawah diafragma. Peristaltis
usus menurun sampai menghilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah
terjadi peritonitis bakteria, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
bernapas, menggerakkan badan, batuk, dan mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri
ketika digerakkan seperti pada saat palpasi, tekanan dilepaskan, colok dubur, tes
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Radiologis memiliki peran nyata dalam menolong ahli bedah dalam memilih
karena perforasi gaster adalah tugas diagnostik yang paling penting dalam
perlu teknik foto abdomen klasik dalam posisi berdiri dan posisi lateral
decubitus kiri.
2. Ultrasonografi
3. CT Scan
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh karena
itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster. Ketika
G. PENATALAKSANAAN
pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan
konservatif di indikasikan pada kasus pasien yang nontoxic dan secara klinis
tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik, penderita usia
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh karena
itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster. Ketika
G. PENATALAKSANAAN
pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan
saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit primernya,
tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik, penderita usia
1. Pasang akses intravena (infuse). Berikan terapi cairan kristaloid pada pasien
operasi dan dapat memperbaiki hasil akhir dari pasien dengan infeksi intra
H. KOMPLIKASI
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan luka
2. Syok septik
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
antara lain:
1) Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien
2) Mual muntah
gastrointestinal.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
antara lain:
1) Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien
2) Mual muntah
gastrointestinal.
4) Ketidaknyamanan Abdomen
5) Diare
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam
feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna.
berkuran.
6) Konstipasi
terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan berat
badan. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau
obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada
Perawat mengkaji riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat
gastrointestinal.
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
f. Riwayat alergi
3. Pemerikasaan fisik
pengkajian anamnesis.
abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit
dan mulu
gastrointestinal.
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
f. Riwayat alergi
3. Pemerikasaan fisik
pengkajian anamnesis.
abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup sklera dan kulit
dan mulu
e. Status mental dan tingkat kesadaran
f. Bibir: bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta
adanya lesi.
kelainan atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti.
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosa Keperawatan
hipovolemia.
menyerang.
d. Nyeri berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga
oral.
interpretasi/informasi.