Mencintai Nabi Muhammad saw adalah salah satu bukti iman yang
shahih. Bahkan bukan hanya sekedar mencintainya, tetapi mencintai Nabi
saw melebihi cinta kepada selainnya; melebihi cinta kepada diri sendiri,
anak, istri, orangtua, dan semua yang dicintai manusia. Tentunya selain
kepada Allah swt, sebab cinta Allah dan Rasul pada hakikatnya satu
kesatuan.
Ajaran mencintai Nabi Muhammad saw lebih banyak tertuang dalam
sunnah. Maka dari itu, agar sempurna dalam mencintai Nabi saw harus
ditelusuri bagaimana tuntunan sunnah yang shahihah dalam mencintai
Nabi Muhammad saw. Agar cinta yang tercurah tidak malah menjadi
salah kaprah.
Mencintai Nabi Muhammad saw melebihi cinta kepada siapapun atau apapun sebagai
bukti iman yang shahih, jelas disabdakan Nabi saw dalam hadits Anas ibn Malik dan
Abu Hurairah ra:
ِ ِ ب إِلَي ِه ِمن والِ ِد ِه وولَ ِد ِه والن ِ
َ َّاس أَمْج َع
ني َ َ َ َ ْ ْ َّ َح َ َح ُد ُك ْم َحىَّت أَ ُكو َن أ
َ الَ يُ ْؤم ُن أ
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih
dicintai olehnya daripada orangtuanya, anaknya, dan manusia secara keseluruhan
(Shahih al-Bukhari kitab al-iman bab hubbir-rasul minal-iman no. 14, 15; Shahih
Muslim kitab al-iman bab wujub mahabbah Rasulillah no. 177, 178).
Masih dalam hadits Anas ra tetapi dari jalur Abu Qilabah, Nabi saw
menegaskan kesatuan cinta Rasul saw dengan cinta Allah swt yang harus selalu
diunggulkan daripada cinta kepada selain keduanya:
ْو ٌال ِ ِ ِ
َ اج ُك ْم َو َعش َريتُ ُك ْم َوأَم ُ ْوانُ ُك ْم َوأ َْز َو
َ قُ ْل إ ْن َك ا َن آبَ ا ُؤ ُك ْم َوأ َْبنَ ا ُؤ ُك ْم َوإخ
ب إِلَْي ُك ْم ِم َن اللَّ ِه َو َر ُس ولِِه
َّ َح
َ ض ْو َن َها أ
ِ جِت
َ وه ا َو َ َارةٌ خَت ْ َش ْو َن َك َس َاد َها َو َم َس اك ُن َت ْر َ ا ْقَتَر ْفتُ ُم
ِِ ِ ِِ ٍ ِ
َ صوا َحىَّت يَأْيِت َ اللَّهُ بِأ َْم ِر ِه َواللَّهُ اَل َي ْهدي الْ َق ْو َم الْ َفاسق
ني ُ ََّوج َهاد يِف َسبِيله َفَتَرب
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (siksa)-Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq (QS. At-Taubah [9] : 24).
ات مِم َّا َع ِملُوا َولُِي َو ِّفَي ُه ْم أ َْع َماهَلُ ْم َو ُه ْم اَل يُظْلَ ُمو َن ِ
ٌ َول ُك ٍّل َد َر َج
Dan bagi masing-masing mereka memperoleh derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-
pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan (QS. al-Ahqaf [46] : 19).
َُس َامة
َبأَّ َحبَّىِن َف ْليُ ِح
َ َم ْن أ
Siapa yang mencintaiku maka cintailah Usamah (Shahih Muslim kitab al-
fitan wa asyrathis-sa’ah bab qishshah al-jassasah no. 7573).
Di samping mencintai keluarganya, para shahabatnya pun pasti harus dicintai,
terutama Abu Bakar dan ‘Umar ra. Sebab keduanya sangat dicintai oleh Nabi saw.
Mustahil mencintai Nabi saw tanpa mencintai orang-orang yang dicintai Nabi saw.
يل فَِإ َّن اللَّهَ َت َع اىَل قَ ِد اخَّتَ َذىِن َخلِيالً َك َم ا اخَّتَ َذ ِ ِ ىِل ِ َّ ِ
ٌ إىِّن أ َْبَرأُ إىَل الله أَ ْن يَ ُكو َن مْن ُك ْم َخل
ِ
ًت أَبَا بَ ْك ٍر َخلِيال ِ ِ ِ
ُ ت ُمتَّخ ًذا م ْن أ َُّمىِت َخليالً الَخَّتَ ْذ
ِ إِبر ِاه
ُ يم َخليالً َولَ ْو ُكْن
َ َْ
Sungguh aku berlepas diri kepada Allah dari memiliki kekasih salah seorang
dari kalian, sebab Allah telah menjadikanku sebagai kekasihnya sebagaimana Dia
menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Seandainya aku diperkenankan mempunyai
kekasih dari umatku, pasti aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai sebagai orang
yang terkasih tersebut (Shahih Muslim bab an-nahy ‘an bina`il-masajid ‘alal-qubur
no. 1216).
‘Ali ibn Abi Thalib pernah berkata selepas menshalatkan jenazah ‘Umar ibn
al-Khaththab ra:
ِ ِ ِ ب إِىَلَّ أَ ْن أَلْ َقى اللَّه مِبِث
ت ألَظُ ُّن أَ ْن َ ْل َع َمل ِه ِمن
ُ ْك َوامْيُ اللَّه إِ ْن ُكْن َ َّ َح
َ َح ًدا أ
َتأ َ َم ا َخلَّ ْف
ت أَنَ ا َوأَبُ و ِ ُ ي ُق اهلل ِ ول
َ ت أُ َكث ُِّر أَمْسَ ُع َر ُس ِ ك اللَّه م ع ص
ُ ول جْئ َ ُ ك َو َذ َاك أَىِّن ُكْنَ احَبْي َ َ َ ُ َ َجَيْ َعل
ُ فَِإ ْن ُكْن.ت أَنَا َوأَبُو بَ ْك ٍر َوعُ َم ُر
ت أل َْر ُج و أ َْو ُ ت أَنَا َوأَبُو بَ ْك ٍر َوعُ َم ُر َو َخَر ْج ُ بَ ْك ٍر َوعُ َم ُر َو َد َخ ْل
ك اللَّهُ َم َع ُه َما
َ َألَظُ ُّن أَ ْن جَيْ َعل
“Tidaklah anda meninggalkan seorang pun yang aku sangat inginkan
bertemu Allah dengan memiliki amal seperti amalnya daripada anda sendiri. Demi
Allah sungguh saya yakin Allah akan menjadikan anda bersama dua teman setia
anda (Rasul saw dan Abu Bakar ra). Itu disebabkan seringkali aku mendengar
Rasulullah saw bersabda: ‘Aku datang bersama Abu Bakar dan ‘Umar’, ‘Aku masuk
bersama Abu Bakar dan ‘Umar’, ‘Aku keluar bersama Abu Bakar dan ‘Umar’. Maka
sungguh aku berharap dan yakin Allah akan menjadikan anda bersama mereka
berdua (Shahih Muslim bab min fadla`il ‘Umar no. 6338).
Abu Hurairah ra pernah memohon kepada Nabi saw agar mendo’akan ibunya
masuk Islam. Setelah itu terjadi, Abu Hurairah ra juga memohon kepada Nabi saw
untuk berdo’a agar ia dan ibunya dicintai oleh orang-orang beriman. Nabi saw pun
mendo’akan demikian.
ِِ ِ ِ
ب َ إِىَل عبَ اد َك الْ ُم ْؤمن- ُيْر َة َوأ َُّمه
ْ ِّني َو َحب َ أَبَ ا ُهَر َي ْعىِن- يْد َك َه َذا َ ب عَُب ْ ِّاللَّ ُه َّم َحب
ِ
َ َوالَ َيَراىِن إالَّ أ
َحبَّىِن فَ َما ُخلِ َق ُم ْؤ ِم ٌن يَ ْس َم ُع ىِب.ني ِِ
َ إِلَْي ِه ُم الْ ُم ْؤمن
“Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu ini—yakni Abu Hurairah dan ibunya—
dicintai oleh hamba-hamba-Mu yang mu`min dan jadikanlah mereka mencintai
orang-orang beriman.” Abu Hurairah berkata: “Maka tidak ada sorang mu`min pun
yang diciptakan dan ia mendengar tentangku atau melihatku kecuali ia akan
mencintaiku.” (Shahih Muslim bab min fadla`il Abu Hurairah no. 6551).
Maka dari itu tidak heran jika kemudian Nabi saw selalu menyatukan loyalitas
kepadanya dengan loyalitas kepada keluarga dan shahabat-shahabatnya. Dalam wasiat
tentang apa yang harus dijadikan pegangan sesudah beliau wafat, Nabi saw berpesan:
ين مَتَ َّس ُكوا هِبَا َو َعضُّوا َعلَْي َه ا بِالن ََّو ِاج ِذ ِ ِ َّ َفعلَي ُكم بِسنَّىِت وسن َِّة اخْل لَ َف ِاء الْمه ِديِّني
َ الراشد َ َْ ُ ُ َ ُ ْ َْ
ٍ ٍ ِ
َ َوإِيَّا ُك ْم َوحُمْ َدثَات األ ُُمو ِر فَِإ َّن ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل بِ ْد َعة
ٌضالَلَة
Kalian mesti mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang
mendapatkan hidayah dan petunjuk, peganglah ia dengan teguh dan gigitlah dengan
gigi geraham. Dan jauhilah olehmu perkara yang dibuat-buat, karena setiap yang
dibuat-buat itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat (Sunan Abi Dawud
kitab as-sunnah bab fi luzum as-sunnah no. 4609).
Fakta sejarah membuktikan bahwa keluarga Nabi saw dan para shahabat
adalah orang-orang yang konsisten mengikuti dan menegakkan sunnahnya. Sunnah
Nabi saw dalam semua aspek ibadah dan mu’amalah perwujudan nyatanya ada dalam
kehidupan keluarga Nabi saw dan para shahabatnya. Maka dusta belaka jika mengaku
cinta Nabi saw tetapi tidak mengikuti pola hidup para kekasih beliau.
Demikian halnya dengan mereka yang mengaku Syi’ah atau pencinta Ahlul-
Bait tetapi membenci para shahabatnya terutama Abu Bakar dan ‘Umar. Pada
hakikatnya mereka hanya buaya-buaya darat yang gombal mengaku cinta tetapi tidak
mampu membuktikannya dalam amal nyata. Na’udzu bil-‘Llah min ha`ula`.