Anda di halaman 1dari 10

34 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

PENERAPAN METODE PENUGASAN UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MEMAHAMI PETA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Nana Sutarna
STKIP Muhammadiyah Kuningan, email: sutarna_89@yahoo.com

ABSTRACT
This research is based on researcher’s concern in the lack of social studies improvement regarding to
students’ map understanding. This research aims to improve elementary students’ ability in
understanding map. This research uses qualitative approach with classroom action research method.
The research model uses cycle model which covers four components: planning, action, observation, and
reflection. The research subjects are 35 fourth grade students of SDN 1 Cengal. The instrument uses
quistionare, observation sheet, and field data records. Based on the research can be concluded as follow:
first, lesson plan in applying assignment method has its own characteristic compared to another lesson
plan method. Second, there is learning development process in each cyclus. Assignment method
encourages students to be active in learning and stimulates to improve learning process to be better.
Third, the average score in the cyclus I is 70,07, the average score in the cyclus II is 73,83 and the
average score in the cyclus III is 82,00. From the explaination above, can be concluded that there is the
development in each cyclus which means that assignment method can improve the map understanding
ability in elementary students.
Keywords: learning, map, assignment method, cycle.

PENDAHULUAN mengacu pada penanaman nilai dan


IPS merupakan subjek meter dalam pengembangan sikap yang akhirnya
dunia pendidikan di negara kita, yang bermuara pada perubahan tingkah laku
diarahkan bukan hanya kepada pengem- sebagai warga masyarakat.
bangan penguasaan konsep-konsep dasar Saat ini, proses pembelajaran IPS
ilmu sosial, tetapi juga sebagai materi yang mengandung sejumlah tantangan yang
dapat mengembangkan komunikasi dan harus segera ditemukan solusinya. Berba-
tanggung jawab, baik sebagai individu, gai kritik dan sekaligus menjadi kelemahan
sebagai warga masyarakat maupun sebagai dari pelaksanaan pendidikan IPS lebih
warga dunia. Tujuan IPS yang diberikan banyak bermuara pada aspek metodologi
pada jenjang persekolahan adalah memper- pembelajaran IPS yang lebih bersifat
kenalkan siswa kepada pengetahuan teoretis dan kognitif, termasuk di dalamnya
tentang kehidupan masyarakat manusia aspek muatan kurikulum IPS dan faktor
secara sistimatis yang dapat mendidik peserta didik. IPS dianggap hanya ilmu
siswa dalam mengembangkan pengeta- pengetahuan bersifat teoritis dan kering
huan, sikap, dan keterampilan agar dapat aspek-aspek praktis yang dapat diterapkan.
mengambil bagian secara aktif dalam Untuk menepis anggapan tersebut
kehidupan kelak sebagai anggota masyara- diperlukan terobosan baru dalam mengap-
kat dan warga negara yang baik. likasikan materi IPS dalam kehidupan
Sapriya, dkk. (2007, hlm. 39) menge- keseharian siswa.
mukakan bahwa: Di dalam kerangka tujuan Letak suatu tempat dapat dilihat
IPS serta dikaitkan dengan tujuan melalui peta. Peta memuat lokasi di
pendidikan itu sendiri, termasuk di permukaan bumi, baik yang berada di
dalamnya misi pembelajaran yang daratan maupun di lautan. Pengetahuan
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 35

peta sangatlah penting agar seseorang tidak demikian, secara konseptual, materi peta
tersesat dalam mencari suatu lokasi. Dari pada jenjang sekolah dasar bertujuan untuk
pengetahuan peta juga dapat diketahui mengembangkan “kompetensi keruangan/
daratan tinggi, daratan rendah, letak spasial” atau “keterampilan geografi”, dan
perkebunan, jalan darat, dan daerah “kesadaran keruangan/spasial” atau
pegunungan. Dengan demikian ketika “kesadaran geografis”. Secara umum
seseorang memahami peta dan kemampuan spasial terdiri dari
membawanya pada saat bepergian kemampuan: (1) ruang geografis, yang
terutama saat menempuh perjalanan jauh, berkaitan dengan pemetaan (tempat, lokasi,
akan sangat membantu. Selain sebagai daerah, dsb); dan (2) ruang historis, yang
penunjuk arah, memiliki pemahaman peta berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah
juga sangat membantu ketika ingin dalam suatu peristiwa bersejarah atau
mengetahui berbagai kondisi daerah. peninggalan-peninggalan bersejarah; (3)
Dengan memiliki kepandaian membaca ruang ekonomis, yang berkaitan dengan
peta, seseorang dapat menentukan jarak tempat, lokasi, daerah terjadinya berbagai
tempuh dari satu kota ke kota lainnya, aktivitas ekonomi; (4) ruang budaya, yang
yang tentunya sangat bermanfaat untuk berkaitan dengan tempat, lokasi, daerah
berbagai keperluan. budaya lokal, nasional, dan internasional;
Pada jenjang sekolah dasar kelas IV dan ruang sosial, yang berkaitan dengan
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan interaksi sosial antar manusia dalam
Sosial, terdapat materi tentang peta. Ketika konteks keruangan (Farisi, 2005).
berbicara peta, maka dibutuhkan metode Metode penugasan disumsikan dapat
pembelajaran yang sesuai untuk menjadi jalan keluar bagi permasalahan
mengartikan simbol-simbol dalam peta tersebut. Metode ini sangat cocok diberikan
membutuhkan pengetahuan yang cukup. untuk mengimbangi bahan pelajaran yang
Oleh karena itu, perlu menggunakan sangat banyak sementara waktu sedikit.
metode pembelajaran yang selaras dengan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
kebutuhan tersebut. Penelitian ini dilatar (1995, hlm. 96) mengatakan bahwa “metode
belakangi oleh seringnya siswa usia tugas adalah cara penyajian bahan dimana
sekolah dasar tersesat. Siswa belum guru memberikan tugas tertentu agar bisa
mampu menentukan arah, belum mampu melakukan kegiatan belajar”. Masalah
membuat denah rumah dengan baik. tugas yang dilakukan oleh siswa dapat
Fungsi dari peta sangat penting bagi dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah
peserta didik usia SD. Ketika peserta didik di perpustakaan, di bengkel, di
mampu membaca dan menginterpretasikan Laboratorium, di rumah siswa atau dimana
peta, maka sesungguhnya ada beberapa saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
kemampuan yang dipahami, meliputi Menurut sagala (2005, hlm. 219)
kemampuan mengembangkan pemahaman metode penugasan adalah: Cara penyajian
tentang: (1) gejala alam dan kehidupan; (2) bahan pelajaran dimana guru memberikan
menerapkan pola berpikir keruangan tugas tertentu agar murid melakukan
dalam memahami gejala alam dan kegiatan belajar, kemudian harus
kehidupan manusia; (3) mengembangkan dipertanggung jawabkan. Tugas yang
keterampilan mengelola sumber daya dan diberikan guru dapat memperdalam bahan
kesejahteraan; (4) berempati dalam pelajaran dan dapat pula mengecek bahan
membangun pola interaksi dan beradaptasi yang telah dipelajari. Tugas merangsang
dengan lingkungan alam, sosial, dan anak untuk aktif belajar baik secara
budaya; dan (5) menumbuhkan kesadaran individu maupun kelompok.
terhadap perubahan lingkungan, dan cinta Pupuh Fathurrohman (2010, hlm. 64)
tanah air. (Depdiknas, 2002; 2003). Dengan mengatakan metode penugasan tidak sama
36 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
luas dari itu. Tugas yang dapat diberikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
kepada anak didik ada berbagai jenis, bersama dan terhadap nilai yang dihadapi.
karena itu tugas sangat banyak macamnya, Bogdan dan Taylor (Moleong 2004,
tergantung pada tujuan yang akan dicapai, hlm. 3) menyatakan bahwa, Metodologi
seperti tugas meneliti, menyusun laporan Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
(lisan/tulisan), tugas di laboratorium dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-
lain-lain. kata tertulis atau lisan dari orang-orang
Berdasarkan pemaparan yang telah dan perilaku yang dapat diamati.
dikemukakan, maka untuk permasalahan Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
di atas harus ada solusi. Salah satu solusi individu tersebut secara holistik (utuh).
yang dapat dilakukan oleh guru untuk Jadi dalam hal ini tidak boleh
meningkatkan kemampuan memahami mengisolasikan individu atau organisasi
peta adalah perlunya penerapan proses kedalam variabel atau hipotesis, tetapi
pembelajaran yang baik dengan pem- perlu memandangnya sebagai bagian dari
belajaran aktif. Berkaitan dengan hal ini, suatu keutuhan. Desain penelitian yang
maka peneliti melaksanakan suatu digunakan mengacu pada bentuk desain
penelitian yang berjudul “Penerapan bercorak Penelitian Tindakan Kelas
Metode Penugasan untuk Meningkatkan (classroom action research), sehingga model
Kemampuan Memahami Peta Pada Peserta penelitian yang digunakan adalah model
didik di Sekolah Dasar”. Tujuan dari daur (siklus) yang mencakup empat
penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui komponen, yaitu : rencana (Planning),
perencanaan pembelajaran dengan meng- observasi (observation), tindakan (action),
gunakan metode penugasan dalam dan refleksi (reflection).
pembelajaran IPS mengenai memahami Penjelasan dari bagan (gambar 1)
peta pada siswa Kelas IV Sekolah dasar. (2) adalah sebagai berikut :
Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Tahap 1 : Menyusun Rancangan Tindakan
dengan menggunakan metode penugasan (Planning). Dalam tahapan ini peneliti
dalam pembelajaran IPS mengenai mema- menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
hami peta pada siswa Kelas IV Sekolah dimana,oleh siapa dan bagaimanatindakan
Dasar. (3) Mengetahui peningkatan ke- tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
mampuan siswa dalam memahami peta yang ideal sebetulnya dilakukan secara
pada pembelajaran IPS yang menggunakan berpasangan antara pihak yang melakukan
metode penugasan di Kelas IV Sekolah tindakan dengan pihak yang mengamati
Dasar. proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara
iniadalah penelitian kolaborasi, pihak yang
METODE PENELITIAN melakukan tindakan adalah guru itu
Penelitian yang dilakukan menggu- sendiri, sedangkan yang diminta mela-
nakan pendekatan kualitatif. Metode yang kukan pengamatan adalah peneliti.
digunakan dalam penelitian ini adalah Pelaksana guru peneliti adalah pihak yang
metode penelitian tindakan kelas. Dasar paling berkepentingan untuk meningkat-
pertimbangan digunakannya metode ini kan kinerja, maka pemilihan strategi
adalah pendapat yang dikatakan Moleong pembelajaran disesuaikan dengan selera
(2004, hlm. 5) bahwa, Pertama menye- dan kepentingan guru peneliti, agar
suaikan metode kualitatif lebih mudah pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara
apabila berhadapan dengan kenyataan wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan
ganda. Kedua metode ini menyajikan mudahnya.
secara langsung hakikat hubungan antara Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting).
peneliti dan responden. Ketiga metode ini Pada tahap ini adalah pelaksanaan yang
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 37

merupakan implementtasi atau penerapan pengamat. Sebetulnya kurang tepat apabila


isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan pengamatan ini dipisahkan dengan
di kelas. Hal yang perlu diingat adalah pelaksanaan tindakan, karena seharusnya
bahwa dalam tahapan ke-2 ini guru harus pengamatan dilakukan pada waktu yang
ingat dan berusaha mentaati apa yang sama.
harus dirumuskan dalam rancangan, dan Tahap 4 : Refleksi (Reflecting). Pada tahap
harus pula berlaku wajar, tidak dibuat- ini merupakan kegiatan untuk menge-
buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara mukakan kembali apa yang sudah
pelaksanaan dengan perencanan perlu dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat
diperhatikan secara seksama agar sinkron dilakukan ketika guru pelaksana sudah
dengan maksud semula. selesai melakukan tindakan, kemudian
Tahap 3 : Pengamatan (Observation). Pada berhadapan dengan peneliti untuk mendis-
kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh kusikan implementasi rancangan kegiatan.

Reflection 1

Observation 1
Action 1
plan

Reflection 2

Observation 2
Action 2
plan

Gambar 1 Spiral Kemmis dan Taggart (Wiraatmaja, 2005, hlm. 66)

Penelitian ini dilakukan di SDN 1 hasil dalam pemahaman siswa terhadap


Cengal yang terletak di Desa Cengal materi membaca peta lingkungan setempat
Kecamatan Japara Kabupaten Kuningan. melalui metode penugasan. (2) Lembar
Adapun subjek penelitian adalah siswa- observasi. Lembar observasi yang dibuat
siswi kelas 4 yang berjumlah 35 orang, adalah untuk mengetahui aktivitas yang
yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 22 dilakukan oleh guru dan siswa pada waktu
siswa perempuan. melakukan metode penugasan dengan
Instrumen yang digunakan dalam menggunakan format lembar observasi. (3)
penelitian adalah (1) Lembar tes. Lembar Catatan Lapangan. Catatan lapangan yaitu
tes yang dibuat adalah untuk mengetahui catatan kegiatan selama pelaksanaan
ketercapaian proses pembelajaran yang berlangsung yang terjadi didalam kelas
dilakukan. Ada beberapa jenis lembar tes yang berisi deskripsi proses dan hasil
penilaian diantaranya lembar penilaian pembelajaran, interpretasi, analisa, dan
untuk mengamati pelaksanaan kegiatan saran dari peneliti terhadap praktikan atau
guru dan siswa pada pembelajaran IPS, rekan sejawat. Berkaitan dengan istilah
lembar penilaian proses pembelajaran, catatan lapangan, Bogdan dan Biklen
lembar penilaian akhir pembelajaran dan (Moleong 2005:209) menyatakan bahwa
lembar penilaian rekapitulasi pengga- “Catatan lapangan adalah catatan yang
bungan dari penilaian proses pembelajaran tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dan penilaian akhir pembelajaran sebagai dan diperkirakan dalam rangka pengum-
38 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

pulan data dan refleksi terhadap data diungkapkan Nana Sudjana (1987, hlm. 81)
dalam penelitian kualitatif”. Catatan bahwa ada beberapa langkah-langkah yang
lapangan digunakan untuk memperoleh harus diikuti dalam memberikan penggu-
data kongkrit berbentuk catatan kualitatif naan metode tugas yaitu “tujuan yang akan
yang terjadi dalam pembelajaran dengan dicapai harus jelas, jenis tugas yang jelas
format catatan lapangan. dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut, tugas yang diberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN sesuai dengan kemampuan siswa dan ada
Berdasarkan deskripsi, analisis dan petunjuk/sumber yang dapat membantu
refleksi setiap siklus penelitian yang pekerjaan siswa”.
dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan Dari paparan diatas, ada hal-hal yang
bahwa terdapat beberapa temuan esensial harus diperhatikan oleh guru/pelaksana
dalam penelitian yang telah dilaksanakan. tindakan dalam membuat perencanaan
Temuan-temuan esensial tersebut, meru- pembelajaran (RPP) dan LKS. Tugas yang
pakan hasil terpenting dari penelitian yang diberikan harus jelas disertai dengan
dilaksanakan. Temuan-temuan esensial petunjuk yang memadai. Dalam penelitian
yang peneliti peroleh secara rinci diuraikan ini dibuat tiga Rencana Pelaksanaan
sebagai berikut. Pembelajaran (RPP) yang diaplikasikan
dalam 3 siklus. Perbedaan ketiga RPP yang
Perencanaan Pembelajaran Metode dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai
Penugasan berikut:
Jika dilihat dari perencanaan pembel- Perencanaan pada siklus I berisi rencana
ajaran, umumnya RPP metode penugasan tugas untuk membuat peta provinsi Jawa
sama dengan RPP metode pembelajaran Barat dengan teknik pembesaran. LKS yang
lain. Namun, terdapat kekhasan pada dibuat berisi langkah-langkah yang harus
bagian kegiatan inti pembelajaran. Metode diikuti siswa dalam membuat peta dengan
penugasan, siswa menjadi lebih aktif teknik ini.
karena mereka merasakan langsung proses Perencanaan pada siklus II berisi rencana
pembelajaran. Ini senada dengan apa yang tugas untuk membuat denah rumah
sampaikan dalam buku panduan Depdik- masing-masing disertai skala sederhana
bud (1993, hlm. 154) bahwa guru dalam dan arah mata angin. LKS yang dibuat
pelaksanaan kegiatan pembelajaran berisi langkah-langkah pembuatan denah
hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dan cara menghapalkan serta mengapli-
belajar aktif, yaitu pembelajaran yang kasikan arah mata angin. Pada siklus II,
melibatkan siswa baik secara fisik, mental guru memberikan tugas untuk dikerjakan
(pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta oleh siswa di rumah.
sesuai dengan tingkat perkembangan Perencanaan pada siklus III berisi rencana
siswa. Pembelajaran merupakan satu tugas memahami dan membuat simbol
kesatuan dari dua kegiatan yang searah. kenampakan alam dan simbol pusat
Kegiatan belajar berpusat pada siswa, kota/administratif untuk menemunun-
sedang kegiatan mengajar berfokus pada jukkan suatu lokasi. Tugas pada siklus III
guru. Pada metode penugasan, LKS sikerjakan di kelas dengan menggunakan
(sebagai acuan dalam kegiatan pembel- tes unjuk kerja sebagai evaluasi akhir untuk
ajaran) didalamnya terdapat langkah- mengukur kemampuan siswa dalam
langkah pembelajaran yang disesuaikan memahami peta.
dengan jenis tugas yang diberikan. Dari ketiga perencanaan pembelajaran
Langkah-langkah ini menjadi pedoman yang dibuat, perencanaan pembelajaran
bagi siswa (kelompok) dalam mengerjakan pada siklus III merupakan yang terbaik
tugas. Ini sejalan dengan pendapat yang untuk mengukur kemampuan siswa dalam
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 39

memahami peta. Selain itu, tes unjuk kerja orang-orang terdekatnya. Pada siklus III
yang diterapkan dapat menjadi nilai lebih pertemuan kedua guru melakukan tes
dalam mengetahui kemampuan sesung- unjuk kerja sebagai alternatif pengukuran
guhnya setiap siswa dan membuat guru kemampuan siswa dalam membaca dan
lebih obyektif dalam memberikan memahami peta secara keseluruhan.
penilaian. Metode penugasan memberi
keleluasaan kepada guru untuk meren- Peningkatan Kemampuan Siswa dalam
canakan dan melaksanaan pembelajaran Memahami Peta
termasuk menentukan tempat bagi anak Perolehan nilai rata-rata pada siklus I
dalam mengerjakan tugas, tidak terpaku adalah 70,07, dengan nilai rata-rata
hanya di dalam kelas. pertemuan pertama sebesar 63,17 dan
tindakan 2 sebesar 72,17. Pada pertemuan
Proses Pembelajaran Metode Penugasan pertama beberapa siswa mengalami
Proses pembelajaran yang terjadi pada kesulitan dikarenakan tugas yang diberikan
siklus I pertemuan pertama berjalan kurang harus dikerjakan secara individu. Pening-
baik. Pada pertemuan pertama, siswa yang katan hasil yang cukup signifikasn terlihat
diberikan tugas menggambar peta provinsi pada hasil pertemuan pertama setelah guru
Jawa Barat dengan teknik pembesaran memodifikasi proses pembelajaran. Pada
untuk dikerjakan secara individu. Hanya tindakan 2 tugas yang diberikan dikerjakan
sekitar 23% siswa yang dapat menyele- secara kelompok. Kesimpulan dari siklus I,
saikan tugas yang diberikan sampai batas jika dipersentase maka keberhasilan proses
waktu yang ditetapkan. Proses pembel- pembelajaran hanya 70 %.
ajaran pada siklus 1 pertemuan kedua Perolehan nilai rata-rata pada siklus II
berjalan lebih baik. Dalam prosesnya, adalah 73,83, dengan nilai rata-rata
metode penugasan diberikan kepada siswa pertemuan pertama sebesar 72,54 dan
secara berkelompok. Hampir semua tindakan 2 sebesar 75,11. Jika dilihat,
kelompok dapat menyelesaikan tugasnya. terdapat peningkatan hasil yang cukup
Proses pembelajaran pada siklus II signifikan apabila dibandingkan dengan
baik itu pertemuan pertama maupun siklus I. Baik itu pertemuan pertama
pertemuan kedua berjalan cukup baik. maupun pertemuan kedua pada siklus II,
Dalam prosesnya, guru kembali penugasan yang diberikan kepada siswa
mengelompokkan siswa dalam kegiatan bukan dikerjakan di kelas, namun di
pembelajarannya. Ada hal yang berbeda rumah. Meski terdapat indikasi beberapa
antara siklus I dan siklus II, yakni siswa melakukan manipulasi tugas, namun
penerapan metode penugasannya. Pada hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu
siklus I guru memberikan tugas kepada alternatif bagi guru. Kesimpulan dari siklus
siswa untuk dikerjakan di kelas, namun II, jika dipersentase maka keberhasilan
pada siklus II guru mencoba alternatif lain proses pembelajaran hanya 74 %.
untuk memberikan tugas kepada siswa Perolehan nilai rata-rata pada siklus
agar dikerjakan di rumah. III adalah 82,00, dengan nilai rata-rata
Pada siklus III pertemuan pertama pertemuan pertama sebesar 79,71 dan
masih menggunakan pengelompokkan pertemuan kedua sebesar 84,29. Pada siklus
siswa dalam pembelajarannya. Pemberian III penugasan dilaksanakan di kelas, ini
tugas pada siklus III kembali dilakukan di dilakukan sebagai refleksi hasil analisis
kelas, ini dilakukan untuk mengukur siklus II bahwa ada indikasi manipulasi
obyektifitas kemampuan individual siswa tugas jika tugas tersebut dikerjakan di
karena dari hasil analisis siklus II rumah. Kesimpulan dari siklus III, jika
terindikasi ada siswa yang mengerjakan dipersentase maka keberhasilan proses
tugasnya dibantu secara langsung oleh pembelajaran hanya 82 %.
40 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

Dari ketiga siklus yang dilakukan, dan tempat yang digambarkan, melalui
terdapat peningkatan cukup signifikan judul; 2) Lokasi daerah; 3) Arah, melalui
pada setiap siklusnya. Peningkatan petunjuk arah (orientasi); 4) Jarak atau luas
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran suatu tempat dilapangan melalui skala
merupakan indikasi bahwa metode peta; 5) Kenampakan alam, misalnya relief,
penugasan merupakan salah satu metode pegunungan/gunung, lembah/sungai,
yang dapat digunakan untuk mening- jaringan lalu lintas, persebaran kota.
katkan kemampuan siswa dalam Kenampakan alam ini dapat diketahui
memahami peta. melalui simbol-simbol peta dan keterangan
peta (legenda).
85 Peneliti mengangkat metode penugas-
80 an dikarenakan keterbatasan alokasi waktu
(jam pelajaran IPS) di kelas IV sekolah
75
dasar. Dalam panduan kurikulum Tingkat
70 Satuan Pendidikan (KTSP), alokasi waktu
65 pelajaran IPS hanya 3 (tiga) jam pelajaran
per minggu. Hal ini dirasa tidak seimbang
60
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
dengan banyaknya materi yang harus
disampaikan kepada para siswa, apalagi
Gambar 2 Grafik Nilai Rata-rata jika berbicara masalah peta, perlu adanya
Individu Per Siklus variasi baru dalam pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran guru melaksanakan
Berdasarkan temuan-temuan esensial kegiatan yang telah direncanakan untuk
yang dikemukakan pada bagian pemba- mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
hasan, maka peneliti dapat melakukan Pendapat tersebut juga didukung oleh
sintesis dan konfirmasi terhadap hasil Syaiful Bahri Djamalah dan Aswan Zain
temuan esensial tersebut, berkaitan dengan (1995, hlm. 53) yang mengatakan bahwa
kajian teoritis yang telah diuraikan. Peneliti metode mengajar adalah strategi
berpendapat bahwa materi tentang peta pengajaran sebagai alat untuk mencapai
merupakan salah satu pokok bahasan tujuan yang diharapkan. Dengan metode
terpenting dalam pembelajaran IPS di penugasan, siswa menjadi lebih aktif
sekolah dasar. Ini diperkuat dengan karena mereka merasakan langsung proses
pendapat yang dikemukakan Hermawan pembelajaran. Ini senada dengan apa yang
et. al. (2007, hlm. 102) mengemukakan sampaikan dalam buku panduan
bahwa “IPS di sekolah dasar bertujuan Depdikbud (1993, hlm. 154) bahwa guru
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sikap dan keterampilan siswa tentang hendaknya menerapkan prinsip-prinsip
masyarakat, bangsa dan Negara Indo- belajar aktif, yaitu pembelajaran yang
nesia”. Untuk mampu mengembangkan melibatkan siswa baik secara fisik, mental
hal-hal tersebut, langkah pertama adalah (pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta
siswa mengenal daerahanya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan
(kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi) siswa. Pembelajaran merupakan satu
hingga akhirnya siswa mampu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
menerapkan kemampuaannya secara Kegiatan belajar berpusat pada siswa,
global. Untuk dapat membaca dan sedang kegiatan mengajar berfokus pada
memahami peta, ada beberapa indikator guru. Senada dengan itu, Roestiyah (2001,
yang harus dikuasai. Menurut Winarti hlm. 133) pemberian penugasan biasanya
(2008, hlm. 16) beberapa hal yang perlu digunakan dengan tujuan: Agar siswa
diketahui dalam membaca peta : 1) Isi peta memiliki hasil belajar yang lebih mantap,
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 41

karena siswa melaksanakan latihan-latihan adalah: Cara penyajian bahan pelajaran


selama melakukan tugas sehingga dimana guru memberikan tugas tertentu
pengalaman siswa dalam mempelajari agar murid melakukan kegiatan belajar,
sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu kemudian harus dipertanggung jawabkan.
terjadi disebabkan siswa mendalami situasi Tugas yang diberikan guru dapat
atau pengalaman yang berbeda, waktu memperdalam bahan pelajaran dan dapat
menghadapi masalah-masalah baru. pula mengecek bahan yang telah dipelajari.
Disamping itu untuk memperoleh Tugas merangsang anak untuk aktif belajar
pengetahuan, cara melaksanakan tugas baik secara individu maupun kelompok.
akan memperluas dan memperkaya Dari paparan di atas dapat
pengetahuan serta keterampilan siswa di disimpulkan bahwa penerapan metode
sekolah atau di lingkungan sekolah itu. penugasan dapat dilakukan secara individu
Dengan kegiatan melaksanakan tugas, maupun kelompok, tergantung dengan
siswa aktif belajar dan merasa terangsang keadaan di kelas dan keefektifan dari hasil
untuk meningkatkan pembelajaran menjadi yang nantinya didapat. Metode penugasan
lebih baik. Memupuk inisiatif dan berani juga dapat merangsang siswa untuk aktif
bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas belajar dikarenakan siswa merasakan
yang harus dikerjakan siswa, hal itu sendiri proses pembelajarannya.
diharapkan mampu menyadarkan siswa Proses pemberian tugas pada
untuk selalu memanfaatkan waktu pertemuan 1 dan 2 siklus II dilakukan di
senggangnya untuk hal-hal yang menujang rumah. Variasi ini dilakukan untuk
belajarnya dengan mengisi kegiatan- membandingkan hasil penerapan metode
kegiatan yang berguna dan konstruktif. penugasan pada siklus I dan diharapkan
Dari pendapat di atas, dapat adanya perubahan ke arah yang lebih baik
disimpukan bahwa tujuan dari membe- baik secara proses maupun hasil. Ini sejalan
rikan penugasan kepada siswa adalah dengan yang dikemukakan Aswan Zain
untuk menjadikan siswa belajar lebih (1995, hlm. 96) bahwa, tugas yang
mantap, menjadi pengalaman baru buat dilakukan oleh siswa dapat dilakukan di
siswa dalam mempelajari sesuatu dapat dalam kelas, halaman sekolah di
lebih terintegrasi, memperkaya pengeta- perpustakaan, di bengkel, di Laboratorium,
huan serta keterampilan siswa di sekolah di rumah siswa atau dimana saja asal tugas
sehingga dapat memupuk inisiatif dan itu dapat dikerjakan. Pendapat diatas
berani bertanggung jawab sendiri. mengindikasikan bahwa penugasan tidak
Alokasi waktu sikus I tindakan 1 hanya dapat dilakukan di dalam kelas
adalah 2 jam pelajaran (70 menit), dengan namun dapat diterapkan sesuai kondisi
ketersediaan waktu yang cukup, peneliti dan situasi dan ada yang tentunya dapat
dan pelaksana tindakan (guru) membuat menunjang keberhasilan pembelajaran.
perencanaan bahwa penugasan yang Menurut Nana Sudjana (1987, hlm. 81), ada
diberikan pada siswa dikerjakan secara beberapa hal yang perlu diperhatikan
individu. Namun dilihat dari proses dan dalam pemberian tugas kepada siswa,
hasil pembelajaran kurang sesuai harapan. yakni : (1) tujuan yang akan dicapai; (2)
Lebih dari setengah jumlah siswa tidak jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. anak mengerti apa yang ditugaskan
Setelah melakukan analisis dan refleksi, tersebut; (3) sesuai dengan kemampuan
kami bersepakat pada tindakan 2 akan siswa; (4) ada petunjuk/sumber yang dapat
membagi siswa dalam beberapa kelompok membantu pekerjaan siswa; dan (5)
untuk mempermudah siswa menyelesaikan sediakan waktu yang cukup untuk
tugas/pekerjaan yang diberikan. Menurut mengerjakan tugas tersebut.
sagala (2005, hlm. 219) metode penugasan
42 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

Jika dilihat dari hasil, ada peningkatan kegiatan inti pembelajaran, ada beberapa
yang signifikan antara siklus I dan siklus II, hal yang harus diperhatikan yaitu: tujuan
ini membuktikan bahwa tugas yang yang akan dicapai harus jelas, jenis tugas
diberikan di rumah memberi hasil yang yang jelas dan tepat sehingga siswa
lebih positif dibanding dengan tugas yang mengerti apa yang ditugaskan tersebut,
diberikan di kelas. Namun ada indikasi tugas yang diberikan sesuai dengan
beberapa siswa yang meminta bantuan kemampuan siswa dan ada petunjuk/
orang-orang terdekatnya dalam mengerja- sumber yang dapat membantu pekerjaan
kan tugas, ini merupakan salah satu siswa.
kelemahan dari metode penugasan. Sesuai Kedua Dari paparan diatas, ada hal-hal
dengan pendapat Sagala (2005, hlm. 219), yang harus diperhatikan oleh guru/
jika penugasan tersebut dilakukan di pelaksana tindakan dalam membuat
rumah, hal yang mungkin terjadi adalah perencanaan pembelajaran (RPP) dan LKS.
seringkali siswa melakukan penipuan diri, Tugas yang diberikan harus jelas disertai
mereka hanya meniru hasil pekerjaan dengan petunjuk yang memadai. Petunjuk
orang lain, tanpa mengalami peritiwa inilah yang menjadi pedoman siswa dalam
belajar dan adakalanya tugas itu dikerjakan mengerjakan tugas. Dilihat dari prosesnya,
oleh orang lain jika tanpa pengawasan. pembelajaran pada siklus I berjalan kurang
Pada siklus III, penugasan kembali baik, sebagian besar siswa belum dapat
dilakukan di kelas dengan menggunakan menyelesaikan tugas yang diberikan karena
pembelajaran secara berkelompok. Ini keterbatasan waktu dan kurangnya
dilakukan untuk meemperbaiki proses dan kekompakkan antara anggota kelompok.
hasil siklus II yang diindikasikan ada tugas Proses pembelajaran pada siklus II berjalan
yang dikerjakan bukan oleh siswa. Pada cukup baik. Ada variasi lain yang
tindakan 2 tes yang dilakukan dengan diterapkan pada siklus II yakni tugas
unjuk kerja, sebagai akumulasi pengukuran diberikan oleh guru untuk dikerjakan di
kemampuan siswa dalam membaca dan rumah.ini dilakukan untuk membanding-
memahami peta secara individu. Terdapat kan proses dan hasil pembelajaran dengan
peningkatan yang signifikan antara siklus II siklus sebelumnya. Proses pembelajaran
dan siklus III. Keberhasilan penggunaan pada siklus III berjalan baik. Tugas yang
metode penugasan untuk meningkatkan diberikan pada siklus III kembali
kemampuan siswa memahami peta, dikerjakan di kelas. Hal ini berdasar pada
didukung juga oleh perolehan nilai rata- hasil refleksi siklus II yang menelaah
rata hasil tes setiap tindakan yang relatif kelemahan ketika tugas diberikan untuk
meningkat. Peningkatan yang terjadi pada dikerjakan di rumah.
tiap siklus membuktikan bahwa metode Ketiga Kemampuan siswa dalam
penugasan dapat meningkatkan kemam- memahami peta meningkat. Ini dibuktikan
puan siswa dalam memahami peta. dengan indikator bahwa siswa dapat
memahami judul peta, mampu menen-
SIMPULAN tukan arah mata angin, menemunun-
Berdasar pada hasil penelitian maka jukkan) lokasi daerah/tempat, mampu
simpulan penelitiannya sebagai berikut: menentukan skala dan jarak serta mampu
Pertama Perencanaan pembelajaran mengartikan simbol kenampakkan alam
dalam menerapkan metode penugasan (pegunumgan, lembah, sungai, danau,
memiliki kekhasan tersendiri dibanding jaringan lalu lintas dan persebaran kota).
dengan perencanaan metode pembelajaran Berdasarkan simpulan penelitian,
lain. Dalam RPP yang dibuat, terdapat LKS maka penulis memberikan beberapa
yang berisi langkah-langkah bagi siswa rekomendasi yaitu sebagai berikut: 1) Bagi
dalam mengerjakan tugas. Pada bagian para akademisi yang ingin meningkatkan
Nana Sutarna, Penerapan Metode Penugasan… 43

kemampuan membaca peta siswa sekolah Disertasi. tidak diterbitkan. Bandung:


dasar, metode penugasan merupakan salah UPI.
satu metode alternatif yang dapat Fathurrohman, Pupuh. (2010). Strategi
dipergunakan; 2) Kepada guru untuk selalu Belajar Mengajar. Bandung: Refika
senantiasa menggali pengetahuan dan Aditama
mengembangkan keterampilan dalam Hermawan, AH. Dkk. (2007). Belajar dan
mengajar sehingga dapat memberikan Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS
pembelajaran yang terbaik untuk siswa- Meleong, Lexi. (2004). Metode Penelitian
siswinya; 3) Kepada kepala sekolah untuk Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
selalu memberikan memotivasi serta Rosdakarya.
arahan kepada para guru untuk selalu Moedjono(1992:2). Strategi Pembelajaran.
meningkatkan kualitas pembelajaran Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga
dengan cara mengembangkan metode- Kependidikan Dirjen Dep.Dikti.
metode pembelajaran yang ada. Salah Roestiyah, N.k. (2001). Strategi Belajar
satunya yaitu metode penugasan untuk Mengajar. Cetakan keenam. Jakarta: PT
diterapkan dalam pembelajaran IPS. Rineka Cipta.
Sagala, S.(2005). Konsep dan Makna
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran untuk Membantu dan
Depdikbud,(1993). Petunjuk pemilihan dan Memecahkan Problematika Belajar dan
pembuatan alat peraga. Jakarta. Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Sapriya, dkk. (2007). Pembelajaran dan
Kompetensi. Jakarta: Pusbangkurrandik, evaluasi hasil belajar IPS. Bandung: UPI
Depdiknas. PRESS.
Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. (1995). Sudjana, Nana. (1987). Dasar-Dasar Proses
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Cipta. Winarti. (2008). Peta, Atlas, Globe. Klaten:
Farisi, M.I. (2005). Rekonstruksi Dasar- Cempaka Putih
dasar Pemikiran Pendidikan IPS-SD Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode
Berdasarkan Perspektif Konstruktivisme. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai