Anda di halaman 1dari 10

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Konservasi Alam dalam Novel Baiat Cinta Di Tanah Baduy Karya Uten Sutendy
(Kajian Ekokritik Greg Garrard)

Norfil Laily
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: norfil.laily@yahoo.com

Abstrak
Novel Baiat Cinta di Tanah Baduy menceritakan kondisi alam Baduy sebelum dan sesudah investor
tambang datang ke tanah Baduy. Tanah Baduy sangat kaya dan beragam mulai dari flora & fauna, hutan,
sungai, dan lingkungan sekitarnya. Tercatat dalam novel tersebut hutan masih asri dan perawan, pohon
durian tinggi menjulang berusia ratusan tahun dan ada 200 jenis tumbuhan, 90 jenis burung, dan 20 jenis
ikan yang ada di Hutan Baduy. Namun, sejak investor tambang datang ke tanah Baduy, alam Baduy mulai
rusak: Pohon-pohon ditebang, bukit-bukit kecil dipugar, sungai tercemar dari limbah pengeboran dan
pengupasan di lokasi proyek. Fenomena tersebut berkaitan dengan lingkungan alam. Salah satu kajian
tentang lingkungan alam adalah ekokritik. Ekokritik menurut Greg Garrard adalah studi hubungan
manusia dan non-manusia, sejarah manusia dan budayanya yang berkaitan dengan analisis kritis tentang
manusia dan lingkungan-nya. Tujuh konsep ekokritik Greg Garrard hanya diambil tiga konsep, karena
pada novel Baiat Cinta di Tanah Baduy hanya menggambarkan tiga konsep saja. Penelitian dengan kajian
ekokritik Greg Garrard dalam novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy ditemukan (1)
Gerakan hijau yang dilakukan masyarakat Baduy terhadap alam Baduy mulai tergangu dan terusik sejak
ada kegiatan yang dilakukan investor tambang atas izin pemerintah Daerah untuk mengambil sumber
minyak yang ada di wilayah Baduy, (2) peran alam dalam novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten
Sutendy memiliki pengaruh besar. Alam menjadi sumber kelangsungan hidup masyarakat Baduy. Segala
hasil alam dimanfaatkan oleh masyarakat Baduy untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan (3) nilai-
nilai yang digambarkan oleh masyarakat Baduy yang sesuai dengan kearifan ekologis adalah nilai pola
laku, pola sikap, dan pola pikir. Masyarakat Baduy memiliki keyakinan bahwa hidup mereka di dunia ini
untuk menjaga amanat Tuhan yakni menjaga dan melestarikan alam Baduy. Otomatis tujuan hidup
mereka adalah membenahi dan menjaga alam Baduy dari kerusakan-kerusakan.
Kata kunci: Ekokritik, Garrard, Novel.

Abstract
Novel Baiat Cinta in Baduy Land tells about Baduy natural condition before and after mining investor
come to Baduy land. Baduy land is very rich and varied ranging from flora & fauna, forest, river, and the
surrounding environment. Recorded in the novel forest is still beautiful and virgin, durian tree towering
hundreds of years old and there are 200 species of plants, 90 species of birds, and 20 species of fish that
exist in Baduy Forest. However, since mine investors came to Baduy land, Baduy's nature began to
deteriorate: Trees were felled, small hills restored, rivers polluted from sewage drilling and stripping at
project sites. The phenomenon is related to the natural environment. One study of the natural environment
is ecocritical. Ecocritic by Greg Garrard is a study of human and non-human relationships, human and
cultural history related to critical analysis of man and his environment. Seven of the ecocritical concepts
of Greg Garrard are only taken three concepts, because the novel Baiat Cinta in Baduy Land only
describes three concepts only. A study by ecocritical study of Greg Garrard in the novel of Baiat Cinta in
Baduy Land by Uten Sutendy was found (1) The green movement conducted by the Baduy community
against Baduy world began to be disturbed and disturbed since there was an activity by the mine investors
with permission from the local government to extract the existing oil resources In the Baduy region, (2)
the role of nature in Baiat Cinta novel in Baduy Land by Uten Sutendy has a big influence. Nature
becomes a source of survival Baduy community. All natural products are utilized by Baduy people to
fulfill their daily needs, and (3) the values described by Baduy people in accordance with ecological
wisdom are the values of behavior patterns, attitude patterns, and mindsets. Baduy people have the belief
that their life in this world to keep the mandate of the Lord that is to preserve and preserve the nature of
Baduy. Automatic purpose of their life is to fix and keep the nature of the Baduy from the damages.
Keywords: Ecocritic, Garrard, Novel.

1
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

PENDAHULUAN Novel Baiat Cinta di Tanah Baduy adalah satu satu


novel yang menggunakan alam sebagai latar fisik. Novel
Novel bagian dari karya sastra. Teori modern ini mengekspos alam dan kebiasaan masyarakat sekitar
cenderung mengesampingkan perbedaan prosa dan puisi, Baduy. Selain itu, menggambarkan kerusakan alam
lalu membagi sastra-rekaan (Dichtung) menjadi fiksi Baduy akibat aktivitas yang dilakukan oleh investor
(novel, cerpen, epik), drama (drama dalam prosa maupun tambang dengan bantuan pemerintahan Daerah.
puisi), dan puisi ( puisi dalam arti yang sama dengan Masyarakat Baduy adalah komunitas manusia yang
konsep klasik tentang “puisi-lirik”) (Wellek dan paling tua di Dunia keturunan Nabi Adam yang diberikan
Warren,2014:277). Novel sebagai sebuah karya fiksi tanggung-jawab oleh Tuhan untuk menjaga dan
menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model melestarikan alam serta menganggap Nabi Isa, Nabi
kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang Musa, dan Nabi Muhammad sebagai saudara muda yang
dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti harus dinasihati dan hargai (Sutendy,2015:26).
peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, Kekayaan alam Baduy dalam novel Baiat Cinta di
yang kesemuannya tentu bersifat naratif (Nurgiyantoro, Tanah Baduy awalnya masih tetap terjaga dan terawat;
1994:9). Budiman P mendefinsikan novel adalah buku mulai dari flora & fauna, sungai, dan hutan, itu terjadi
dengan tebal lebih kurang 200 halaman (setidaknya dan berlangsung lama karena masyarakat Baduy tidak
40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak pernah memiliki niat untuk merusak alam atau
terbatas pada struktural dan metrikal sandiwara atau mengeksploitasi hasil alam demi kepentingan pribadi.
sajak) yang bercerita kehidupan manusia dengan Masyarakat Baduy hidup berdampingan dengan alam
makhluk hidup lain (manusia, hewan, alam), sekitarnya, saling menghargai dan memanusiakan alam:
menyertakan watak pada setiap tokoh, dan memberikan maksudnya menganggap alam perlu hidup layaknya
konflik serta alur jalan cerita (repository.usu.ac.id). manusia. Tercatat dalam novel tersebut ada 200 jenis
Sastra dan alam adalah dua hal yang selalu dekat tumbuhan, 90 jenis burung, dan 20 jenis ikan yang ada di
dan memiliki hubungan timbal balik. Banyak penulis Hutan Baduy yang belum bisa ditemukan di hutan
(sastrawan) maupun penyair memanfaatkan alam sebagai Indonesia maupun hutan Dunia manapun. Namun, sejak
latar fisik atau objek penceritaan dan menggunakan diksi aktivitas yang dilakukan investor tambang dengan izin
hutan, laut, pohon, & sastwa dalam karya sastranya pemerintah, kehidupan alam Baduy terusik atau
(Sudikan,2016:9). Menurut Mu’in (fatchulfkip.wordpress terganggu. Orang-orang proyek berdatangan
.com) ditemukan beberapa sastrawan yang menggunakan menggunakan kendaraan besar dan membawa alat-alat
latar alam karya sastra adalah Sutan Takdir Alisjahbana berat beraksi merusak tanah Baduy. Merusak alam Baduy
dalam novel Anak di Sarang Penyamun menggunakan mulai dari penebangan liar, pengerukan tanah, bukit-
latar alam (hutan), Korie Layun Rampan dalam novel bukit kecil dipugar sampai pengundulan hutan, membuat
Upacara-nya menggunakan latar alam Kalimantan Timur keresahan warga Baduy. Kampung Cijahe menjadi saksi
(dayak), dan Ahmad Tohari dalam novel Kubah, Trologi utama kegiatan perusakan alam Baduy.
Ronggen Dukuh Paruh, dan di Kaki Bukit Cibalak Cerita novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya
menggunakan latar alam kehidupan flora dan fauna. Uten Sutendy menghadirkan kehidupan masyarakat
Beberapa karya sastra (novel) tersebut membuktikan Baduy sebagai penjaga dan pelestari alam sekitarnya,
bahwa sastra memang membutuhkan alam sebagai bentuk kritik terhadap manusia modern yang tidak
inspirasinya, dan alam membutuhkan sastra sebagai alat memperdulikan lingkungannya seperti investor asing
konservasinya (Endraswara,2016:24). Tidak jarang para (tambang) dan pemerintah Daerah yang merusak alam
sastrawan menulis atau berkarya menggunakan latar fisik Baduy. Kondisi alam yang rusak akibat ulah investor
alam dalam upaya menggambarkan kondisi alam yang asing mengharuskan masyarakat Baduy turun tangan
sebenarnya dan dari karya sastra yang berlatar fisik alam mencegah aktivitas tersebut. “Bumi sekarang sudah tua
juga bisa tampak seberapa besar & kuat kepedulian dan dan sedang sakit-sakitan. Kalau wilayah Baduy rusak,
keakraban penulis atau sastrawan terhadap alam. maka alam seluruh jagat raya bakal ikut rusak. Baduy
Sastra dan alam butuh harmoni, agar manusia dapat adalah pancer bumi,” tutur Jaro Nalim dengan nada yang
hidup nyaman. Ketika harmonisasi terganggu, alam bijak dan menenangkan (Sutendy,2015:155), ilustrasi
bergejolak, manusia akan gundah (Endraswara,2016:9). pada kutipan tersebut menunjukkan adanya keprihatinan
Harmonisasi akan terjaga dengan baik apabila makhluk kondisi kehidupan alam yang semakin tidak dihiraukan
hidup, terutama manusia yang memiliki akal dapat oleh manusia. Uraian di atas menunjukkan bahwa
menjaga alam dengan baik dan benar. Sayangnya tidak kemajuan teknologi, di zaman yang semakin berkembang
semua manusia perduli dengan lingkungannya. Beberapa kesehatan alam tidak diperhatikan hutan digundul, pohon
manusia mencoba menjaga dan melestarikan alam upaya ditebang sembarangan untuk dijual kayunya tanpa
mencegah bencana alam dan untuk kehidupan generasi melakukan penanaman ulang maupun pemilihan,
masa depan. Namun, karena kekayaan alam yang sangat populasi flora & fauna berkurang bahkan hilang akibat
melimpah dan beragam terkadang membuat seseorang hilangnya atau kurangnya tempat tinggal, dan hasil alam
kalap dan serakah mengambil hasil alam secara besar- lainnya yang dapat dijual dan memenuhi kepentingan
besar (eksploitasi) tanpa melakukan reboisasi dan tanpa pribadi menjadi incaran manusia serakah. Perilaku
memikirkan bagaimana risiko yang akan dihadapi manusia perusak alam tersebut yang membuat bumi
kedepan. kehilangan penunjang kesehatan dan kehilangan isinya.
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Persoalan dalam novel Baiat Cinta di Tanah interpretasikan alam yang ada dalam novel Baiat Cinta
Baduy adalah bagaimana gerakan hijau dalam novel di Tanah Baduy karay Uten Sutendy. Berikut langkah-
Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy? langka analisis data pada penelitian ini: (1) Setelah
bagaimana fungsi atau peran alam yang berpengaruh dilakukan mencatatan pada pengumpulan data,
pada kehidupan manusia sekitar dalam novel Baiat Cinta selanjutnya membuat tiga tabel data setiap tabel terdiri
di Tanah Baduy untuk memberi kesadaran manusia atas tiga kolom yakni kolom pertama nomor, kolom
supaya perduli akan kehidupan alam? bagaimana perilaku kedua kutipan data atau data teks dari novel Baiat Cita di
yang baik/arif manusia terhadap lingkungan?, Untuk Tanah Baduy karya Uten Sutendy, dan kolom ketiga
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperlukan sebagai keterangan (inti dari yang penelitian yang akan
pemaham-an tentang lingkungan. Khususnya mengenai dijbarkan pada pembahasan), (2) Selesai tiga tabel sudah
hubungan manusia dengan alam dan perilaku arif disiapkan, barulah menge-lompokkan data pada setiap
manusia terhadap alam. Tanpa pemahaman serius rumusan masalahnya. Pada setiap tabel diberikan kode,
mengenai hubungan manusia dan nonmanusia (alam) untuk mempermudah menganalisis dan memberikan
tidak akan bisa mendapat pesan yang disampaikan dari penjelasan pada pembahasan tanpa menulis kembali
novel Baiat Cinta di Tanah Baduy. Ekokritik sebagai kutipan pada pembahasan. Kode sudah disajikan
salah satu kajian yang dapat menyelesaikan permasalahan langsung pada setiap baris tabel (disamping normor data)
ekologi. Fokus ekokritik yaitu (1) mengungkap peran sesuai dengan rumusan masalah. Hal itu dilakukan untuk
lingkungan dalam peta sastra, (2) mengungkap pesan mengefisienkan manfaat kode sehingga tidak mubazir,
ekologis teks-teks sastra (Endraswara,2016:42). (3) Data sudah ter-list selanjutnya proses penganalisisan
yakni Mendeskripsikan setiap data-data yang sudah
METODE dikumpulkan, dalam hal ini perlu adanya pe-mahaman
yang kuat dan kritis, sehingga tidak terjadi gagal
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pemahaman. Pemaknaan ekokritik sastra yang gagal,
deskriptif, yang mana hasil bahasan penelitian berupaya akan melahirkan kemurungan. Makna akan terlempar
menjelaskan atau mendeskripsikan secara jelas yang jauh, kalau tidak diperhatikan konsep sastra hijau
menjadi pokok penelitian atau rumusan masalah. (Endraswara, 2016:70), (4) Dan terakhir, membuat
Memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan kesimpulan dari analisis yang dilakukan pada novel Baiat
dalam bentuk dekskripsi (Ratna, 2011:46). Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy dengan kajian
Terdapat dua pendekatan utama dalam kajian ekokritik Greg Garrad. Dalam hal ini, kesimpulan berisi
ekokritik yakni pendekatan wacana dan pendekatan tentang hasil temuan dari penelitian pada kajian ekokritik
realita. Pendekatan wacana adalah menekankan pada dengan tiga konsep yang dijadikan sebagai rumusan
penelitian pustaka, dan pendekatan realita menekankan masalah.
penelitian lapangan (Harsono ,2008:36). Penerapan
pendekatan wacana pada penelitian ekokritik sastra HASIL DAN PEMBAHASAN
membuka keterkaitan antar wacana. Wacana adalah
bangunan konteks (Endraswara, 2016:20). Pendekatan Berdasarkan rumusan masalah yang telah
yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan disebutkan sebelumnya, hasil dan pembahasan dalam
wacana saja karena objek penelitian yang digunakan penelitian ini adalah (1) Gerakan hijau dalam novel
adala novel. Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy, (2)
Data penelitian ini adalah unit-unit teks baik Peran alam sebagai latar fisik dalam novel Baiat Cinta di
dalam bentuk kata, frasa, kalimat, atau paragraf yang Tanah Baduy karya Uten Sutendy, (3) Nilai-nilai yang
berkaitan atau berhubungan rumusan masalah yang diungkap dalam Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten
diteliti. Sumber data pada penelitian ini adalah novel Sutendy yang konsisten dengan kearifan ekologi.
yang berjudul Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten
Sutendy, dengan tebal buku 262 (xii+254) halaman terbit Gerakan Hijau
pada tahun 2015 oleh PT. Adhi Kreasi Pratama
Komunikasi. Cover pada novel Baiat Cinta di Tanah Ekokritik mengkaji sastra dengan pendekatan
Baduy karya Uten Sutendy depan berwarna hijau berbasis bumi atau alam. selain itu, juga memusatkan
kehitaman dan belakang berwarna hijau rumput. Cover analisis data pada ‘green’ moral dan political agenda
depan terdapat lingakaran di atas berwarna orange dan (Garrard dalam Sudikan:2016:3). Kata green atau hijau
tertulis “BAIAT CINTA di Tanah Baduy”, pada warna diasumsikan sebagai kondisi alam yang ideal dan
hijau kehitaman tampak samar jembatan yang terbuat dari menunjukkan alam terjaga sehingga memberikan
bambu serta semu berintikan hujan.. susasana damai, aman, ramah, dan bersahabat
Teknik baca, dilakukan membaca berulang-ulang (Endraswara,2016:51−52). Pada novel Baiat Cinta di
novel Baiat Cinta di Tanah Baduy Karya Uten Sutendy Tanah Baduy karya Uten Sutendy menceritakan
dengan tujuan menemukan satuan bahasa atau linguistik kehidupan masyarakat Baduy yang hidup berdampingan
yang berhubungan dengan peneliti-an yang menjadi dengan alam, menjalankan kebiasaan menjaga dan
rumusan masalah. Teknik catat, dilakukan pencatatan melestarikan alam sebagai upaya mempertahankan hidup.
untuk memudahkan peneliti dalam penganalisisan data Gerakan hijau atau penghijauan terhadap alam
Teknik analisis data pada penelitian ini pada Baduy yang dilakukan masyarakat Baduy bertahan dari
dasarnya adalah merepresentasikan dan meng-

3
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

tahun ke tahun namun sejak investor tambang datang membebaskan alam dan mahluk lainnya tumbuh dengan
alam Baduy mulai rusak. Kegagalan penghijauan yang bebas baik di hutan maupum di pemukiman warga
dilakukan masyarakat Baduy akibat aktivitas investor Baduy.
tambang yang didukung oleh pemerintah Daerah. Dalam
subbab pembahasan gerakan hijau atau penghijauan ini Di sekitar perbukitan Hutan Lindung Desa
dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelum investor Kenekes terdapat kira-kira 200 spesies tumbuhan
tambang datang dan sesudah investor tambang datang. dan sebagiannya hanya ada di wilayah Baduy
Kata green atau hijau diasumsikan sebagai (belum ditemukan di hutan Indonesia maupun
kondisi alam yang ideal dan menunjukkan alam terjaga hutan dunia lainnya). pohon tumbuh secara alami
sehingga memberikan susasana damai, aman, ramah, dan sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. Orang
bersahabat. Dasar utama dari berbagai gerakan hijau masih dapat menyaksikan pohon durian yang
adalah kebudayaan, sebab kebudayaan meliputi semua diameter batangnya mencapai dua hingga tiga
aktivitas kehidupan manusia dalam memper-tahankan meter dengan tinggi 50-100 meter dan masih
hidupnya di alam. Semua pola perilaku dan tindakan menghasilkan buah durian berkualitas
manusia terhadap alam juga merupakan bagian dari (Sutendy,2015:13−14).
kebudayaan. Oleh karena itu, green culture atau
kebudayaan hijau (Endraswara, 2016:51−53). Alam dan makhluk hidup lainnya selain manusia
Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang hidup bebas di alam Baduy. Jenis-jenis makhluk hidup
mengabdikan diri mereka untuk membenahi alam yang disebut pada data teks menunjukkan bahwa
sekitarnya sebagai wujud sembah kepada Tuhan. Cara masyarakat Baduy selain membenahi alam juga
hidup mereka yang meninggalkan perkembangan membudi-dayakan makhluk-makhluk bumi yang semakin
teknologi dan menghindari adanya modernisasi adalah punah di era modern. Hal tersebut menunjukkan bukti
salah satu cara hidup mereka untuk menjaga keutuhan bahwa penghijauan yang dilakukan masyarakat Baduy
alam Baduy. Green culture atau kebudayaan hijau perlu berjalan dengan semestinya, konkretnya masyarakat
dikembangkan untuk menjaga keseimbangan alam Baduy tidak pernah merusak hutan Baduy sehingga
(Endraswara, 2016:53). hal tersebut telah dilakukan oleh banyak spesies yang ada di dalam hutan masih tetap
masyarakat Baduy sejak lama dari nenek moyan sampai terjaga.
generasi-generasi selanjutnya. Secara umum, krisis lingkungan dapat dibedakan
menjadi dua: pertama, bencana lingkungan
Pada dinding tembok tugu tertulis aturan- (environmental disaster), yakni bentuk bencana yang
aturan yang harus diindahkan oleh setiap diakibatkan oleh perlakuan manusia yang mengganggu
pengunjung. Di antaranya adalah larangan keseimbangan ekosistem, dan berujung pada kerusakan
merusak pohon, membawa senapan, jangka panjang dan berskala global. Termasuk dalam
membuang sampah sembarangan, berkata kategori ini adalah problem pemanasan global, polusi air
kotor, mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan udara, radiasi nuklir, dan lain sebagaianya. Kedua,
membawa bahan-bahan yang merusak bencana alam (natural disaster) yakni bencana yang
lingkungan hutan dan sungai, memetik buah- diakibatkan oleh kativitas alam itu sendiri seperti gempa
buahan dan memotong (Sutendy,2015:11−12). bumi, erupsi gunung berapi, dan tsunami. Walaupun
bencana jenis ini bukan sepenuhnya diakibatkan oleh
Aturan-aturan yang dituliskan pada tugu wilayah perilaku manusia, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
Baduy menunjukkan bahwa aturan-aturan untuk menjaga bencana tersebut terjadi karena kelalaian manusia dalam
alam tidak hanya diperuntukkan untuk masyrakat baduy mengatasinya (Yasser,2014:48). Kerusakan alam
saja tetapi juga untuk masyarakat luar Baduy yang sebagian besar terjadi karena ulah manusia.
berkunjung ke sana. Data teks tersebut memebuktikan Bencana alam datang silih berganti di bumi
bahwa penghijauan yang dilakukan masyarakat Baduy membuat manusia takut akan murkanya alam. Sebagian
tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi mengajak manusia mengaku bersalah karena telah menzalimi alam
kepada manusia lain untuk menumbuhkan rasa hormat sehingga mereka membuat program-program
atau menghargai kehidupan alam dengan cara menjaga penyelamatan alam. Tetapi, sebagian manusia lainnya
dan melestarikan tanpa merusak. Demi menjaga dan tetap merasa tidak peduli terhadap alam. Mereka terus
melestarikan alam, masyrakat Baduy juga melakukan mengeksploitasi dan merusak alam demi mendapatkan
kebiasaan-kebiasaan yang berkaitan upaya pelestarian keuntungan ekonomi. Perilaku manusia menjadi salah
alam dalam adat istiadat, karena pada dasarnya tujuan satu faktor kerusakan yang terjadi di alam. Tahun-tahun
mereka adalah menjaga amanat Tuhan atau tabungan belalu, zaman berkembang, IPTEK semakin canggih dan
Tuhan (berwujud wilayah Baduy). berinovasi, manusia semakin pintar membuat penemuan-
penemuan baru dalam meningkatkan kesejahteraan
Menjaga dan melestarikan alam menjadi salah hidupnya. Kepentingan ekonomi memang menjadi
satu tugas bagi masyarakat Baduy di kehidupan sehari- penyebab utama perusakan alam. Manusia terlalu
hari. Masyarakat Baduy menjadikan alam sebagai salah serakah, demi mendapatkan uang dari alam mereka terus-
satu komoditasnya dalam memenuhi kelangsungan menerus menzalimi alam. Akibatnya, keseimbangan alam
hidupnya. Namun, selain mereka memanfaatkan alam terganggu (Endraswara, 2016:51−52).
sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup, mereka juga
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Kekayaan alam yang berlimpah kini mulai mengikis tidak ada lagi burung-burung karena tempat hinggap
akibat tangan-tangan rusak manusia. Menurut Naess, mereka (pohon) sudah hilang. Kerusakan ulah investor
Kerusakan lingkungan sebenarnya bersumber pada tambang yang didukung oleh pemerintah Daerah tersebut
filosofi atau cara pandang manusia mengenai dirinya, sangat memprihatinkan, mereka menunjukkan sifat
lingkungan atau alam, dan tempatnya dalam keseluruhan individualnya dengan mementingkan kepentingan
ekosistem. Beberapa cara padang tersebut adalah cara pribadinya men-dapatkan apa yang diinginkan dengan
pandang antroposentris, biosentris, dan ekosentris. cara apapun, yakni dengan cara merusak kehidupan
Antroposentris me-mandang manusia sebagai penguasa masyarakat Wilayah Bojong Manik dan makhluk lainnya
atau pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang yang ada di sana. Dampak buruk tidak hanya dirasakan
mempunyai nilai, dan isinya sekadar alat bagi pemuasan. masyarakat Bojong Manik saja melainkan juga makhluk-
Manusia berhak melakukan apa saja terhadap alam. nilai makhluk lain seperti hewan dan tumbuhan akan
moral hanya berlaku bagi manusia yang berakal dan mengalami kepunahan.
berkehendak bebas (Naess dalam Sudikan,2016:4). Perusakan alam yang dilakukan investor tambang
Mengenai sastra tentang lingkungan hidup berarti terhadap wilayah Baduy sungguh tidak patut dicontoh,
karya yang mengambil tema tentang lingkungan hidup di walaupun yang dilakukan tersebut tidak kepada sesama
sekitar kita. Tema dasar lingkungan semakin menyedot manusia akan tetapi sungguh manusia tersebut tidak
perhatian, ketika suasana lingkungan memang begitu memilki rasa kasih sehingga tega mengambil hasil alam
morat-marit di mata sastrawan. Dalam penyusunanya, tanpa batas dan tanpa menyisahkan sedikinpun. Aktivitas
sastra tersebut menceritakan tentang banyak hal berkaitan tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
dengan kondisi lingkungan terlebih dengan banyaknya makhluk-makhluk yang ada di wilayah Baduy. Ketika
kejadian-kejadian yang menyedihkan sepeti kebakaran kekayaan bumi sudah habis maka alam-pun
hutan, illegal loging atau penerbangan liar sehingga memperlihatkan kemarahannya dengan cara
membuat kondisi alam tidak lagi teratur serta menimbulkan bencana-bencana alam. Contoh lain
mengakibatkan banyak bencana (Endraswara,2016:85). dampak negatif setelah terjadi kerusakan alam di bumi.

Di wilayah Bojong Manik, berbatasan dengan “Saluran urat-urat bumi makin menyempit, kering
wilayah tanah adat, proses perusakan alam sedang akibat praktek pengeboran minyak yang tiada
berlangsung besar-besaran. Berbagai kendaraan henti. Pengeboran minyak dan eksploitasi sumber
alat-alat berat berdatangan dan mulai beraksi daya alam dilakukan tanpa batas di atas gunung,
merobohkan pepohonan, menggali tanah, merusak bukit, lembah hingga di dasar laut,”
gunung, meratakan lembah dan membabat hutan, (Sutendy,2016:157).
hingga burung-burung berterbangan (Sutendy,
2016:138). Bumi banyak kehilangan isinya. Manusia tidak
cukup puas dengan hasil alam yang ada di luar bumi
Kerusakan alam yang terjadi di wilayah Bojong sampai sampai mereka mengambil hasil bumi yang ada di
Manik salah satu aktivitas yang dilakukan investor dasar bumi. Ketika alam sudah kehilangan kehidupannya
tambang. Aktivitas kerusakan tersebut tentu sangat lalu bagaiamana dengan kehidupan manusia, siapa yang
merugikan untuk masyarakat wilayah Bojong Manik dan akan bertanggung jawab dengan kejadian tersebut dan
makhluk hidup lainnya. Akibat kendaraan berat melewati harus bagaimana mengatasi kerusakan yang benar-benar
wilayah Bojong Manik jalan mejadi rusak, yang semula sudah habis.
tanaman yang ada di pinggir jalan menjadi rusak terkenan Data tersebut menunjukkan bahwa bumi memang
tindasan ban kendaraan. Pohon-pohon dirobohkan tanpa sudah kehilangan isinya kehilangan sebagian alam dan
ada pemilihan terlebih dahulu sehingga tidak ada lagi pehijauannya akibat ulah manusia-manusia bermoral
pohon yang dapat mentralisir udara di wilayah sana dan rendah dengan nafsu yang membabi-buta. Kerusakan
tidak ada lagi pohon sebagai alat peneduh dari terik terhadap bumi ditambah dengan kerusakan pada wilayah
matahari secara langsung. dan masih banyak lagi Baduy membuat manusia akan dekat dengan puncak
kerusakan yang dilakukan investor tambang tersebut dan kehancurannya. Penyesalan selalu datang ter-lambat,
banyak pula efek buruk yang akan terjadi terutama manusia selalu hilaf ketika dia sudah berada di titi
dampak negatif untuk wilayah Bojong Manik. kematiannya, itu yang manjadi senjata manusia-manusia
ber-perilaku buruk.
Data tersebut menunjukkan sikap investor
tambang beserta pegawai-pegawainya sangat buruk, Peran Alam sebagai Latar Fisik
hanya karena ingin mendapatkan apa yang diinginkan
mereka mengambil hasil bumi dan merusaknya tanpa Ekokritik itu sendiri dapat dibatasi sebagai studi
belas kasih. Sadar atau Tidak mereka, Sebenarnya banyak tentang hubungan antara karya sastra dan lingkungan
sekali efek buruk yang berpengaruh ketika kerusakan itu fisik. Fondasi dasarnya adalah bahwa karya sastra
terjadi, sudah disebutkan sebelumnya ketika pohon- memiliki hubungan dengan lingkungan (alam). Dengan
pohon ditumbang semuanya tidak akan ada lagi demikian, ekokritik menjadi jembatan bagi keduanya
penyerapan air, tidak ada lagi penetralisir udara, tidak ada (Garrard dalam Endraswara,2016:41). Ekokritik menjadi
lagi payung dari terik matahari secara langsung, serta pisau bedah analisis untuk menangkap fenomena alam

5
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

dan lingkungan yang terbesit dalam sastra. lingkungan dan keutuhan hidup mereka juga terjaga. Masyarakat
alam itu diam, akan bergerak dan berfungsi estetis ketika Baduy mengindahkan alam dengan cara menggunakan
ada sentuhan sastrawan. Dalam karya sastra tentu tidak alat seadanya yang ada di alam untuk membuat jembatan.
melulu menceritakan hubungan manusia dengan manusia Ecocritcism berfokus pada sastra (dan seni)
saja, melainkan meliputi hubungan manusia dengan ekspresi pengalaman manusia terutama dialami dan
makhluk-makhluk lainnya yang ada di alam semesta ini. akibatnya dalam dunia budaya berbentuk: sukacita
Karya sastra terkadang mengungkap hal-hal kecil yang kelimpahan, penderitaan kekurangan, harapan untuk
ada di kehidupan manusia yang kurang diperhatikan eksistensi harminis, dan ketakutan kehilangan dan
namun memiliki pengaruh besar. bencana (Endraswara,2016:64). Alam sangat berguna
Kebutuhan adalah salah satu alat atau sesuatu bagi ke-hidupan manusia. berulang-ulang kali dikatakan
yang harus ada, tanpa alat tersebut manusia tidak akan bahwa manusia hidup membutuhkan keberadaan alam
hidup bertahun-tahun. Dalam novel BCTB (Baiat Cinta karena manusia tidak akan memiliki apapun untuk
di Tanah Baduy karya Uten Sutendy) menjelaskan dimakan dan diproduksi tanpa adanya alam.
tentang peran sungai untuk kehidupan masyarakat Baduy. Bumi terdiri atas makhluk hidup seperti manusia,
sungai menjadi salah satu kebutuhan pokok Masyarakat hewan, tumbuhan dan makhluk tidak hidup seperti air,
Baduy. batu, udara, matahari dan sebagainya. Tumbuhan sangat
bermanfaat untuk kehidupan manusia. Tumbuhan jenis
Sungai berfungsi sebagai pembatas perkampungan tertentu dapat dijadikan obat herbal untuk
Baduy Luar dan Baduy Dalam. Kampung Baduy menyembuhkan penyakit yang diderita manusia.
Luar dan Baduy Dalam dihubungkan oleh tumbuhan jenis tertentu lainnya dapat menghasilkan
jembatan dari Bambu yang diikat oleh tali kayu ke buah-buahan dan sayur-sayuran yang dikonsumsi dan
pohon-pohon besar yang tumbuh di kedua sisi dapat memberikan efek keshatan untuk tumbuh manusia.
sungai tanpa menggunakan paku (Sutendy,
2016:16). Hampir semua keluarga Baduy memiliki pohon
durian sebagai salah satu komoditas yang
Keberadaan sungai dalam kehidupan masyarakat menopang kesejahteraan ekonomi keluarga.
Baduy memiliki pengaruh penting, yang mana sungai Pohon-pohon yang buahnya bulat berduri itu
memiliki kegunaan yang sangat beragam. Sungai diambil dibiarkan tumbuh bebas di perkampungan maupun
airnya dikonsumsi untuk minum, mandi, mencuci. Selain di tengah hutan hingga mencapai umur puluhan
itu ternyata masyarakat Baduy juga memanfaatkan sungai bahkan ratusan tahun (Sutendy,2016:34).
sebagai pembatas perkampungan Baduy dalam dan
perkampungan Baduy luar. Banyak hal yang dilakukan Pohon durian adalah salah satu jenis tumbuhan
masyarakat Baduy dengan sungai salah satunya wahana berbuah yang buahnya berduri dan pohonnya sangat
tempat bermain anak-anak Baduy. tinggi. Raja buah adalah sebutan untuk buah durian yang
Dalam hal ini alam menunjukkan perannya untuk baunya sangat menyengat dan rasa buanhya sangat khas.
ke-hidupan manusia, sungai dalam hal ini memiliki Pohon durian yang ada di wilayah Baduy sangat tinggi-
manfaat yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup tinggi itu karena pohon tersebut memang sengaja
masyarakat Baduy. Mungkin jika di pedesaan yang ada dibiarkan oleh masyarakat Baduy tumbuh sampai tua,
dipinggir kota sungai hanya dijadikan lahan untuk mereka hanya menikmati buahnya saja tanpa memenggal
membuang sampah dan ketika terjadi penyumbatan pada atau memanfaat pohon duriannya yang dapat dijual
saluran air sungai mereka akan menyalahkan wali kota kayunya.
atau sebagainya dan mendemo supaya diperbaiki. Data di atas menunjukkan bahwa keberadaan alam
Manusia terkadang tidak sadar akan perilaku yang sekitar menjadi alat pencaharian Masyarakat Baduy.
mereka lakukan, hanya merasa benar lalu mengolok-olok Pohon-pohon durian yang hidup di hutan dan di
atau mendemo pemimpin yang memiliki tanggung jawab sekeliling pemukiman masyarakat Baduy dibiarkan hidup
mengaja lingkungan. ratusan tahun dengan tinggi menjulang dan tentu
Berbeda dengan masyarakat Baduy, Sungai memiliki kualitas rasa durian yang tinggi. Selain itu,
dijadikan tempat yang memiliki kegunaan bermacam- produksi buah durian tersebut dapat menunjang
macam dan juga untuk semua kalangan, maksudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat Baduy selain bermata
sungai bermanfaat untuk semua orang sebagai tempat pencaharian sebagai petani. Hal tersebut menunjukkan
mandi dan minum, untuk anak-anak sebagai tempat bahwa pohon durian memiliki entitas dalam memenuhi
bermain, dan sebagainya. Masyarakat Baduy selain kebutuhan manusia yakni sebagai salah satu konsumsi
memanfaatkan alam sebagai kebutuhan hidupnya, mereka makanan masyarakat Baduy.
juga berupaya menjaga keutuhan alam yang ada di
sekitarnya. Tampak mereka memasang jembatan sebagai Nilai yang Diungkap Sesuai dengan Kearifan Ekologis
penguhubung antara Baduy dalam dan luar dengan
menggunakan bambu sebagai injakan dan diikat ke Dalam subbab ini mendeskripsikan tentang nilai-
pohon-pohon besar yang ada di sekitar menggunakan tali nilai yang diungkap dalam novel Baiat Cinta di Tanah
tanpa menggunakan paku. Kata “Tanpa menggunakan Baduy karya Uten Sutendy. Nilai-nilai yang dimaksud
paku” menegaskan bahwa masyarakat Baduy sangat dalam hal ini adalah kebudayaan-kebudayan dalam
memperhatikan keutuhan alam supaya alam tetap terjaga bentuk pola pikir, pola laku, dan sikap masyarakat Baduy
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

terhadap alam lebih tepatnya adat istiadat yang ada dalam membebaskan alam untuk pergerak, dalam arti alam
masyarakat Baduy. Novel Baiat Cinta di Tanah Baduy bebas untuk tumbuh di sana tanpa dipugar atau di rusak.
karya Uten Sutendy ini mengisahkan kehidupan Masyarakat Baduy dituntut untuk dapat memperkirakan
masyarakat Baduy yang megabdikan hidupnya untuk atau harus bisa mengontrol untuk berapa alam yang
menjaga dan melestarikan alam. Disebutkan pula dalam diambil dan berapa yang harus tidak diambil. Pada
isi ceritanya bahwa masyarakat Baduy memang sudah dasarnya setiap makhluk berhak memiliki kehidupan
memadukan kebiasaan menjaga dan melestarikan alam yang layak, tidak hanya manusia saja melainkan makhluk
tersebut pada bagian adat istiadatnya. makhluk lain yang ada di bumi seperti pohon, tumbuhan,
Pada subbagian nilai-nilai yang diungkapan dalam hewan, bahkan sampai tumbuhan liarpun juga memiliki
novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy kebebasan untuk hidup di sana.
yang konsisten dengan kearifan ekologis dibagi menjadi Menjaga dan melestarikan alam sudah menjadi
dua bagian yakni nilai pola pikir dan nilai pola laku & kebiasaan masyarakat Baduy, disebutkan pula dalam
sikap. aturan-aturan larangan yang harus dihindari yang tertulis
Sejak dahulu, yang namanya kebudayaan suatu di batu pada gapura perkampungan Baduy bahwa tidak
wilayah tentu terlaksana dengan sendirinya tanpa ada boleh membuang sampah, tidak boleh memotong pohon,
buku yang menerangkan atau bentuk lain. Kebudayaan tidak boleh merusak alam dan sebagainya. Baduy
atau adat istiadat adalah pola laku, pikir, dan sikap yang termasuk salah satu tempat wisata yang dibuka untuk
dilakukan seara turun temurun melalui mulut ke telinga, masyarakat yang ingin mengetahui kehidupan apa saja
dalam arti tidak ada yang nama pembukuan tentang yang dilakukan masyarakat Baduy. Sebagian Masyarakat
kebuadayaan. Namun, karena bumi sudah mulai Baduy luar sudah mulai terpengaruh perkembangan
perkembang dan semakin modern banyak manusia- modern yakni menggunakan listrik atau televisi,
manusia yang lupa akan kebudayaannya sehingga menggunakan bahasa yang sama dengan orang kota atau
beberapa orang yang sadar pentingnya kebudayaan modern (itu merupakan salah satu larangan) namun,
mencoba menulis tentang kebudayaan masyarakat lokal mereka tetap menjaga alam dengan semestinya sesuai
atau wilayah tertentu. dengan aturan yang dilakukan oleh nenek moyangnya.

Jaro Daenah menyebutkan ada semacam konvensi Ajaran Sunda Wiwitan yang berkembang di
yang secara turun temurun menjadi pedoman masyarakat Baduy bertugas mengurus alam agar
hidup Orang Baduy untuk melestarikan hutan agar tetap lestari. Oleh karena itu, dalam praktiknya,
tetap bersih, utuh, dan terjaga secara alami. ajaran ini bersatu dengan adat istiadat kehidupan
Konvensi itu selalu dipegang teguh masyarakat sehari-hari sehingga nyaris tak dapat dibedakan
dari semua lapisan usia: gunung teu meunang mana ajaran Sunda Wiwitan dan mana yang
dilebur, lebak teu meunang dirusak. Nu pondok merupakan kebiasaan atau adat istiadat
teu meunang disambung, nu panjang teu (Sutendy,2016:27).
meunangdipotong, nu lain dilainkaeun, nu
enyakeun1” (Sutendy,2016:14-15) Sunda wiwitan adalah agama yang dianut oleh
masyarakat Baduy. Menurut Jaro Nalim Agama Sunda
Masyarakat Baduy adalah salah satu masyarakat Wiwitan adalah agama kali pertama yang muncul di
lokal yang masih mengindahkan adanya adat istiadat dari Dunia sebelum agama-agama lainnya seperti Islam,
nenek moyang yang diturunkan kepada anak cucunya Kristen, Hindu, Budha. Agama yang mempercayai bahwa
secara lisan. Salah satu adat atau Konvensi yang di adanya Tuhan yang maha Esa, adanya alam dunia, alam
sebutkan oleh Jaro Daenah yakni gunung teu meunang akhirat, dan alam kubur dengan istilah masyarakat Baduy
dilebur, lebak teu meunang dirusak. Nu pondok teu itu sendiri. Tidak ada kitab yang menjadi pedoman
meunang disambung, nu panjang teu meunangdipotong, mereka, Baduy meyakini bahwa Tuhan memberikan
nu lain dilainkaeun, nu enyakeun1” artinya: Gunung tugas kepada masyarakat Baduy untuk tidak merusak
tidak boleh dilebur, lembah tak boleh dirusak, yang alam.
pendek tidak boleh disambung, yang panjang tidak boleh Data tersebut menunjukkan bahwa melestarikan
dipotong, yang berbeda dibedakan, yang sama diiyakan. alam telah menjadi bagian kebiasaan dan adat mereka
Konvensi tersebut menjadi panutan atau pedoman supaya sehari-hari. Dalam hal ini kebiasaan yang berebtuk adat
tetap menjaga alam dan melestarikan alam Baduy dengan istiada masyarakat Baduy yakni menjaga dan
baik dan benar. melestarikan alam adalah sama halnya dengan etika
Data di atas menunjukkan adanya patokan atau lingkungan hidup, jadi bisa dikatakan bahwa kebiasaan
peringatan dari konvensi tersebut supaya masyarakat masyarakat Baduy adalah bagian contoh konkret
Baduy paham tentang bagaimana cara melestarikan alam mengenai etika lingkungan hidup.
dan memanfaatkan alam untuk kebutuhan hidupnya. Salah satu tujuan manusia memilih jalan kaki
Konvensi tersebut artinya bahwa “Gunung tidak boleh ketika pagi hari atau pada saat jalan-jalan pagi adalah
dilebur, lembah tak boleh dirusak, yang pendek tidak untuk menikmati indahnya alam dan udara alam saat pagi
boleh disambung, yang panjang tidak boleh dipotong, hari (tentunya di wilayah pedesaan). Jalan kaki adalah
yang berbeda dibedakan, yang sama diiyakan”, kalimat alternatif manusia supaya lebih dekat dengan alam, lebih
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Baduy

7
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

memahami kondisi alam, dan dapat mencintai alam tinggi dan memiliki usia yang tebilang tua tampak
dengan baik dan benar sesuai etika lingkungan hidup. pohonnya yang sangat tinggi menjulang. Manfaat buah
durian sangat banyak tidak hany terletak pada buahnya
Musung mengajak Suten dan Andrea berangkat ke saja, ternyata pohon durian bila kayunya dijual memiliki
rumahnya di Kampung Gajeboh. Jarak dari daya jual tinggi. Meski masyarakat Baduy tahu bahwa
Keduketug sekitar dua kilometer dan harus pohon durian memiliki daya jual yang tinggi mereka
ditempuh dengan berjalan kaki naik turun bukit mengontrol diri untuk tidak mengambil keuntungan
dan lembah (Sutendy,2016:17). dengan cara mengabil habis tumbuhan durian tersebut.
Pohon durian tumbuh bebas di wilayah Baduy,
Musung dan dua wartawan dari jakarta (Suten dan selain itu buah yang legit tersebut yang memiliki bau
Andrea) memasuki wilayah Baduy dengan berjalan kaki. menyengat menjadi salah satu penunjang kesejateraan
Jalan kaki adalah kebiasaan masyarakat Baduy ketika hidup masyarakat Baduy jika buahnya di jual di luar
pergi ke mana pun dan sejauh apapun mereka akan desa. Namun, mereka tidak pernah sampai hati untuk
menepuhnya dengan jalan kaki. Mereka berusaha menebang pohon durian untuk mendapatkan uang. Dalam
mengindahkan alam dan menjaga keutuhan alam dengan hal ini data di atas menunjukkan bahwa masyarakat
cara menolak adanya kendaraan seperti motor atau Baduy telah mempertahankan kelangsungan makhluk
kendaraan lainnya yang dapat merusak jalan wilayah hidup lain yang ada di sana dengan cara tida
baduy dan dapat mencemari udara yang ada di sana. mengeksploitasi pohon durian.
Dengan jalan kaki, masyarakat Baduy ataupun Ekoritisisme menjadi salah satu cara yang
pengunjung dari luar Baduy dapat menikmati alam yang humanis untuk memperjuangkan dunia di mana mereka
ada di Baduy. tinggal. Itulah sebabnya studi ekokritik sastra memiliki
Dari data di atas menunjukkan kebiasaan sasaran atau yang perlu diungkap adalah (1) sebagai
masyarakat Baduy jalan kaki untuk pergi kemana pun refleksi bahwa perjuangan yang sulit dibidang ekologi
dan sejau apapun. Kebiasaan tersebut bertujuan untuk budaya perlu semangat tindakan mendesak yang arif
menjaga alam supaya tetap terjaga. Konkretnya ketika terhadap lingkungan. Di abad 21-an ini banyak sekali
wilayah Baduy menggunakan motor sebagai manusia yang masih tidak memperdulikan kesehatan
kendaraannya tentu udara yang ada di Baduy akan bumi-nya, untuk itu karya sastra berwawasan lingkungan
tercemar atau ketika kendaraan dengan tenaga sapi atau (ekokritik) menjadi salah satu gambaran, refleksi, cermin
hewan ternak lainnya akan mengakibatkan jalan menjadi keadaan lingkungan yang patut diperhatikan. (2) sastra
merobak atau rusak. Dari situlah dapat diapahami bahwa sebagai penopang keadaan lingkungan, bahwa secara
kebiasaan yang dilakukan masyarakat Baduy memenuhi tidak langsung atau langsung akan berdiri di depan
etika lingkungan, bahwa lingkungan harus tetap terjaga ratapan bumi. Sastrawan dapat memperlihatkan
dengan cara mengormati alam. menghormati alam yang keperduliannya terhadap kondisi alam dengan cara
dimaksud dalam hal ini sesuai data adalah dengan cara mengabadikan dalam karya sastra. hal tersebut bertujuan
tidak merusak tanah dan udara dengan cara jalan kaki. menggerakkan hati pembaca supaya peduli terhadap
Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang hidup lingkungan. (3) ulah manusia yang tidak bertanggung
ber-dampingan dengan alam. Lokasi tempat tinggal jawab terhadap lingkungan justru menjadi perhatian
mereka dikelilingi lembah, sungai dan diapit dua hutan ekokritik sastra. Ekokritik muncul untuk mengkritik
yakni hutan larangan dan hutan titipan. Kekayaan alam keadaan lingkungan dalam sastra dan menyelesaikan
yang ada di Baduy sangat banyak dan beragam. Terdapat masalah ekologi sastra (Endraswara,2016:44).
pohon pisang yang sejatinya memang pohon tersebut
selalu tumbuh di berbagai tempat yang ada di pedesaan Setiap manusia memiliki cara masing-masing
dan ada pohon durian. Pohon pisan dan durian adalah untuk mencapai kepentingan pribadinya. Terkadang satu
salah satu jenis pohon yang memiliki manfaat banyak, keluarga saja memiliki jalan hidup mereka masing-
selain buahnya ada bagian lain yang dapat diamnfaatkan masing apalagi orang lain yang ada di luar sana. Setiap
manusia seperti pohon durian akar, biji, dan kayunya daerah pasti memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan
dapat dijual dan pohon pisang daun, entut, dan batang dan tidak boleh dilanggar. Apabila dilanggar hal pertama
pohonnya juga dapat digunakan untuk masakan. yang dilakukan adalah menegur pelanggar tersebut.

Sesusah-susahnya orang Baduy, mereka akan Kehidupan masyarakat Baduy Dalam, kata Ayah
menebang pohon yang daging buahnya berasa Mursyid, harus tetap lestari, tak boleh
manis itu, untuk dijual kayunya. Ini berbeda terkontaminasi oleh modernisasi. Tak heran, jika
dengan yang terjadi di daerah luar di mana banyak orang Baduy tidak diperbolehkan untuk menaiki
varietas pohon durian berkualitas tinggi mulai kendaraan jenis apapun. Seberapa pun jauhnya
hilang karena ditebang warga yang tergiur dengan jarak yang harus ditempuh, mereka melakukannya
harga kayu durian yang konon terbilang mahal dengan berjalan kaki. “Lamun kami mah
(Sutendy,2016:34). menanam, menjaga, dan memelihara pohon dan
tanaman yang ada buahnya kami makan. Orang
Pohon durian adalah salah satu pohon yang kota mah maunya ngadahar doang4,” ungkap
tumbuh di wilayah Baduy. Pohon durian di Baduy sangat ayah Mursyid sambil merapikan kayu-kayu yang
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

berserakan di sekitar api unggun (Sutendy, pohon (yang bisa dijual), pengambilan hasil tambang
2016:40). yang ada di wilayah Baduy seperti segala macam batu
yang ada di sana. Kerusakan yang mengakibatkan alam
Masyarakat Baduy terutama Baduy dalam kehilangan eksistensi dan makhluk hidup lainnya seperti
membuat aturan supaya warga Baduy tidak menggunakan hewan dan tumbuhan. Hewan berterbangan keluar dalam
kendaraan di wilayah Baduy, sejauh apapun tempat yang tempat tinggalnya.
dituju harus dilewati dengan jalan kaki. Hal itu betujuan Peran alam yang dimainkan sebagai latar fisik
supaya alam yang ada di Baduy tetap terjaga. Dalam data dalam novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten
ini juga dikatakan tentang prinsip masyarakat Baduy Sutendy menjadi sangat berpengaruh. Kenapa begitu,
yang mana selalu menjaga alam, melesatrikan dan karena hampir kebutuhan yang diperlukan masyarakat
memanfaat alam sebaik mungkin. Disebutkan pula Baduy terpenuhi dari adanya kehadiran alam di
sindiran terhadap orang kota atau modern yang hanya sekelilingnya. Alam memberikan arti kehidupan seperti
tahu makan saja tidak mau melakukan proses penanaman bagaiamana seseorang memiliki rasa saling menghargai
untuk bisa makan. dan memberi. Alam memberikan perelngkapan hidup
Gambaran masyarakat benar-benar tidak ingin seperti perabotan rumah Baduy berasal dari alam, mulai
wilayah Baduy tercemar adanya teknologi modern. dari penyangga rumah menggunakan kayu, atap rumah,
Masyarakat Baduy memilih tidak menggunakan alat-alat tempat tidur yang mereka gunakan menggunakan daun
teknologi seperti mesin dan sebagainya upaya mencegah pandan, gelas yang merek gunakan berasal dari bambu
terjadi-nya pencemaran udara di wilayah Baduy yang semua berasal dari alam. kebutuhan pangan Baduy juga
mengancam alam Baduy. Upaya melindungi dan terpenuhi seperti padi, pisang, durian. Dari semua
melestarikan alam adalah salah satu bagian yang kebutuhan manusia yang telah terpenuhi adanya ala,
dijadikan kebiasan oleh mereka sebagai hamba tuhan masyarakat Baduy sadar bahwa alam juga perlu dijaga.
yang diutus menjaga alam. Bagi mereka alam adalah Oleh karena itu masyarakt Baduy memiliki kebiasaan
paru-paru hidup mereka yang perlu dijaga kesehatannya. menjag dan melestarikan alam.
Sebelum terjadi hal buruk pada paru-paru masyarakat
Baduy, mereka mengantisipasi dengan cara melarang hal- Nilai-nilai yang diungkap dalam novel Baiat
hal yang berebau modern. Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy yang
Data di atas menunjukkan bahwa aturan-aturan konsistem dengan kearifan ekologi. Nilai-nilai yang
yang dibuat oleh masyarakat Baduy yang sudah dimaksud adalah kebudayaan masyarakat tertentu yang
dilakukan bertahun-tahun bertujuan supaya alam Baduy memberikan pengaruh posistive untuk kelangsung-an
tetap asri, terjaga, tetap perawan, dan tidak mengalami hidup alam. nilai-nilai yang dimaksud berbentuk pola
perubahan (perubahan yang buruk). Aturan-aturan yang laku, sikap, dan pola pikir. Masyarakt Baduy adalah
dibuat oleh masyarakat Baduy tersebut sangat berkaitan komunitas keturunan nabi Adam yang diberikan tuga
dengan prinsip-prinsip moral dari kearifan lingkungan Tuhan menjaga dan melesatrikan alam. kebudayaan dan
berupa sikap hormat terhadap alam (respect for nature), kebiasaan menjaga alam menjadi satu kesatuan yang
sikap bertanggungjawab terhadap alam (responsibility for tidak bisa dibedakan. Segala pola laku, sikap, dan pikir
nature), kepedulian terhadap alam (caring for nature), masyarakat Baduy adalah kebudayaan menjaga alam
prinsip kasih sayang terhadap alam, prinsip tidak yang konsisten kearifan ekologis. Seperti ketika
merugikan alam, dan prinsip hidup sederhana dan selaras melakukan panen padi, masyarakat Baduy memper-
dengan alam (Keraf dalam Endraswara, 2016:26-27). lakukan atau melakukan penanaman dengan baik dan
benar tanpa memberikan pupuk yang tercampur dengan
PENUTUP zat kimia, mereka perlakukan padi seperti dirinya sendiri
dan diakhiri dengan Doa supaya panen menjadi berkah.
Simpulan Hal tersebut menunjukkan adanya perpaduan pola laku,
sikap, dan pikir yang menyatu untuk melestarikan alam.
Berdasarkan analisis penelitian terhadap novel
Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten Sutendy dengan Saran
menggunakan kajian ekokritik. Terdapat tiga penemuan
yang menjadi perwakilan dari setiap rumusan masalah Berdasarkan uraian hasil pembahasan “Ekokritik
yang diteliti. dalam novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten
Gerakan hijau atau penghijauan yang dilakukan Sutendy”, penulis memberikan dua saran:
masyrakat Baduy tidak berjalan dengan mulus semenjak Bagi peminat sastra, sastra terdiri atas sejarah
kedatangan investor tambang yang didukung oleh sastra, teori sastra dan kritik sastra. dari tiga hal harus
pemerintah Daerah. Kegagalan penghijauan pada alam paham bagian-bagian yang ada pada subbabnya. Perlu
Baduy menimbulkan kerusakan yang cukup diketahui bahwa Ekokritik adalah bagian subbab kritik
menghawatirkan karena beberapa hutan bahkan lembah- sastra sebagai kritik berwawasan lingkungan. Supaya
lembah hilang seketika oleh tangan mesin-mesin besar lebih paham mengenai ekokritik pentingnya belajar dari
yang menebas habis alam Baduy. Kerusakan lingkungan kondisi lingkungan kemudian dari karya sastra yang
dalam novel Baiat Cinta di Tanah Baduy karya Uten bergenre lingkungan. Dan untuk memahami lebih dalam
Sutendy berupa pengerukan tanah, penebangan pohon- lagi tentang ekokritik carilah referensi tentang sastra

9
Header halaman genap: Nama Jurnal. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216

hijau atau kajian ekokritik. Di Indonesia yang membahas Indahsari, Nur Rohmah. 2016. Implemetasi Green
ekokritik masih hanya beberapa seperti Setya Yuana Employment Program dalam film Wood Job!
Sudikan dan Suwardi Endraswara. Kamusari Naanaa Nichijo Karya Sutradara Shinobu
Bagi peneliti lain, diharapkan memiliki Yaguchi (Skripsi). Malang: Universitas Brawijaya.
kesadaran untuk tertarik mengenai kajian ekokritik, Kulsum, Umi. 2016. Representasi Alam pada Novel
karena dalam ekokritik seseorang dapat mengetahui dan Pertarungan karya Hanna Rambe (Skripsi).
memecahkam masalah ekologis. Dari kajian ekokritik Malang: Universitas Brawijaya.
pula bisa memberikan dorongan setiap orang untuk Nurgiyantoro, Burhan. 1994. TEORI PENGKAJIAN
memiliki perhatian cukup besar untuk alam. dan FIKSI. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
diharapkan pula bagi peneliti lain untu lebih Putra, Alfi Hambara. 2014. The Image of Corrupted
mengembangan kajian ekokritik yang masih tergolong Future Eart Caused by Nature Exploitation as
baru dalam dunia sastra Reflected in After Earth The Movie (Tesis).
Malang: Universitas Brawijaya.
DAFTAR PUSTAKA Ratna, Nyoman Kutha. 2011. PENELITIAN SASTRA
(Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Restyawan, Fendra. 2017. Relasi Manusia dengan Alam
Alexander, Bonafaci dan Yettik Wulandari. 2016.
pada Novel partikel Karya Dewi Lestari (Skripsi).
KAMUS POKET Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Malang: Universitas Brawijaya.
CV Solusi Distribusi.
Sudikan, Setya Yuwana. 2016. Ekologi Sastra.
Bintang, Oase Kirana. 2014. Sasaka Domas. [online],
Lamongan: CV. Pustaka Ilalang Group.
http:// budaya-indonesia.org/Sasaka-Domas/,
Sutendy, Uten. 2015. Baiat Cinta di Tanah Baduy.
diakses tanggal 24 April 2017.
Jakarta: PT Adhi Kreasi Pratama Komunikasi.
Budiman P, Rudyanto. 2015. Klasifikasi Novel Sesuai
Syaifudien, Ahmad. 2015. Cara Menulis Daftar Pustaka
dengan Genre Menggunakan TF-IDF. Universitas
yang Baik dan Benar.
Sumatra Utara: tidak diterbitkan [online],
http://www.tipspendidikan.site/2015/04/cara-
http://repository.usu.ac.id/, diakses tanggal 15 Maret
menulis-daftar-pustaka-yang-baik.html, diakses
2017.
tanggal 15 Maret 2017.
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain
Tim Penyusun. 2014. Buku Panduan Skripsi (Fakultas
Riset: memilih di Antara Lima Pendekatan.
Bahasa dan Seni). Surabaya: Universitas Negeri
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surabaya.
Dewi, Novita. 2015. Manusia dan Lingkungan dalam
Wardhana, Wisnu. Tanpa tahun. Dasar-Dasar Ekologi.
Cerpen Indonesia Kontemporer: Analisis Ekokritik
[online], http://unhas.ac.id/, diakses tanggal 27
Cerpen Pilihan Kompas. Volume 14 Nomor 2 Februari 2017.
[online], http://doaj.org/, diakses 14 Maret Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori
2017. Kesusastraan: Terjemahan Melani Budianto.
Endraswara, Suwardi. 2013. Teori KRITIK SASTRA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Widodo, Anang. 2015. Novel Sarongge Karya Tosca
Publishing Service). Santosa (Kajian ecocriticism Greg Garrard)
EndraswaraA, Suwardi. 2016. Ekokritik Sastra. (Skripsi). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Yogyakarta: Morfaligua. Wulandari, Putri. 2013. Pepresentasi Budaya Indonesia
EndraswaraB, Suwardi. 2016. Metodelogi Penelitian Pada Iklan Kopi Kapal Api (Analisis Semiotika
EKOLOGI SASTRA (konsep, langkah dan Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi
penerapan). Yogyakarta: CAPS (Center for Kapal Api Versi “ Secangkir Semangat Untuk
Academic Publishing Service). Indonesia” di Televisi Swasta ). Universitas
EndraswaraC, Suwardi. 2016. Sastra Ekologis (Teori dan Sumatra Utara: tidak diterbitkan, [online]
Praktik Pengkajian). Yogyakarta: CAPS (Center for http://repository.usu.ac.id/, diakses tanggal 15
Academic Publishing Service). Maret 2017.
Febriani, Nur Arfiya. 2015. Wawasan Gender dalam Yasser, Ahmad. 2014. Etika Lingkungan dalam
Ekologi Alam dan Manusia Perspektif Al-Quran. Perspektif Teori Kesatuan wujud teosofi
Vol 16 No.2. [online], http://ejournal.uin- Transenden. Vol 4 No. 1. [online],
malang.ac.id, diakses tanggal 26 April 2017. http://journal.sadra.ac.id, diakses tanggal 26 April
Fitriana, Dea Rizanti. 2016. Kerusakan Lingkungan 2017.
dalam Film Kawa No Hikari Karya Sutradara
Tetsuo Hirakawa (Skripsi). Malang: Universitas
Brawijaya.
Harsono, Siswo. 2008. Ekokritik: kritik berwawasan
lingkungan. Vol 32 No 1[online],
http://ejournal.undip.ac.id/, diakses 16 Januari
2017.

Anda mungkin juga menyukai