Anda di halaman 1dari 13

B AB

1 Transaksi Penjualan
Barang Dagangan

(Sumber: https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-jenis-jenis-transaksi-yang-terjadi-pada-
perusahaan-dagang/)

Kompetensi Dasar
1. Menganalisis pencatatan transaksi penjualan barang dagangan secara kredit, wesel
dan penjualan angsuran
2. Melakukan pencatatan transaksi penjualan barang dagang secara kredit, wesel dan
penjualan angsuran.

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 1


Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi dan menggali informasi dengan pembelajaran berbasis STEM siswa
dapat:
1. Menganalisa penjualan barang dagangan secara kredit, wesel dan penjualan
angsuran.
2. Mencatat transaksi penjualan barang dagangan secara kredit, wesel dan penjualan
angsuran.

Peta Konsep

Pengertian
Penjualan Barang
Dagangan Secara
Kredit
Pencatatan

Pengertian
Transaksi Penjualan Penjualan Barang
Barang Dagangan Dagangan Dengan
Wesel
Pencatatan

Pengertian
Penjualan Barang
Dagangan Dengan
Angsuran
Pencatatan

2 Akuntansi Keuangan Kelas XI untuk SMK/MAK


Materi Pembelajaran

Penjualan barang dagangan dicatat dengan mendebit rekening kas atau piutang dagang
dan mengkredit rekening pendapatan. Nama rekening pendapatan yang digunakan untuk
mencatat transaksi penjualan barang dagangan adalah penjualan (tunai maupun kredit).
Transaksi penjualan merupakan transaksi utama untuk memperoleh penghasilan dan
merupakan komponen utama pembentukan laba. Untuk penjualan secara kredit, setiap
penjualan barang dagangan selalu dicatat pada akun penjualan di sisi kredit dengan akun
piutang dagang di sisi debit. Namun, untuk penjualan secara tunai, setiap penjualan barang
dagangan berarti menambah kas untuk penjualan secara tunai sehingga kas dicatat pada
akun kas di sisi debit dengan akun penjualan di sisi kredit
Akun penjualan digunakan untuk mencatat nominal pendapatan yang diperoleh dari
penjualan barang yang menjadi bisnis inti dari perusahaan tersebut. Dengan demikian,
penjualan barang yang bukan berasal dari bisnis inti tidak akan dimasukkan dalam akun
penjualan. Sebagai misal, perusahaan penjual tas tidak bisa memasukkan pendapatan yang
diperoleh dari penjualan tanah.

A. Penjualan Barang Dagangan Secara Kredit

Pengertian
Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan secara non-tunai, yang pembayarannya
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan
pembeli, dengan harapan laba yang dihasilkan lebih besar daripada penjualan tunai.
Menurut Mulyadi (2001:220), “Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan
cara mengirimkan barang sesuai dengan pesanan yang diterima dari pembeli dan untuk
jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.”
Saat ini kondisi persaingan perdagangan yang semakin tajam menyebabkan setiap
perusahaan harus berlomba memberikan kemudahan dalam memberikan persyaratan
penjualan kepada pelanggan. Hal ini dapat dilihat dari berubahnya syarat pembayaran,
perusahaan yang semula menjual produknya dengan cara tunai kemudian mengubahnya
dengan cara kredit. Tujuannya antara lain adalah untuk meningkatkan volume penjualan,
meningkatkan laba serta untuk memenuhi syarat persaingan.
Pada perusahaan yang menjual barang secara kredit, maka perjanjian atau akad kredit
menjadi sangat penting. Sedikit kesalahan saja dalam memberikan kebijakan kredit dapat
berakibat adanya piutang yang tidak dapat ditagih dalam jumlah besar dan akan menyebabkan
kesulitan permodalan perusahaan.
Untuk itu perusahaan biasanya menerapkan prinsip perkreditan yang dikenal dengan
5C yaitu:
a. character  (watak), yaitu menilai calon debitur mengenai karakter moral dan
kemauannya untuk membayar,
b. capacity (kemampuan), yaitu kemampuan untuk membayar seluruh pinjamannya
tepat pada waktunya,

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 3


c. capital (modal), yaitu kekayaan yang dimiliki oleh debitur apakah cukup mampu
dalam memenuhi pinjamannya,
d. condition of economics, yaitu keadaan perkembangan ekonomi yang terjadi
mempengaruhi usaha calon debitur,
e. collateral (jaminan atau agunan), yaitu jaminan apa yang di berikan bagi keamanan
kredit oleh debitur.
Selain itu, perusahaan harus mempertimbangkan jumlah penjualan kredit yang akan
diberikan, jumlah permintaan kredit yang tidak dapat dipenuhi, dan jumlah kredit yang
menunggak.
Bagi perusahaan yang masih tergolong dalam perusahaan kecil, fungsi persetujuan
kredit dapat dilaksanakan oleh Kepala Bagian Keuangan/Akuntansi. Bagi perusahaan yang
sudah besar mungkin harus dibentuk bagian tersendiri. Tugas pemberi otorisasi kredit pada
umumnya adalah untuk pemberian kredit kepada pelanggan lama, biasanya diadakan
penelaahan status kredit dengan melihat kartu pembantu piutang pelanggan yang hendak
membeli secara kredit. Dengan mempelajari kartu piutang tersebut dapat diketahui kredibilitas
pelanggan tersebut.
Selain dengan menetapkan standar 5c di atas, kebijakan perusahaan untuk penetapan
penjualan secara kredit bisa dilaksanakan dengan memberikan pedoman umum bagi
pelanggan yaitu:
a. selidiki reputasi perusahaan, atau reputasi manajemennya.
b. mintalah kepada calon pelanggan untuk menunjuk orang yang dapat memberi
referensi. Akan lebih baik jika orang yang ditunjuk untuk memberi referensi adalah
pelanggan lama perusahaan.
c. dapatkan referensi dari pelanggan lama mengenai kredibilitas calon pelanggan.
d. apabila dipandang cukup baik kredibilitasnya, untuk tahap pertama berikan batas
kredit yang tidak terlalu tinggi.
Faktor-Faktor Penjualan Kredit
1. Standar Kredit
Dengan menurunkan standar kredit dapat menstimulasi permintaan, yang akhirnya
akan mengarah pada penjualan dan laba yang lebih tinggi. Tetapi terdapat biaya untuk
membuat piutang tambahan. Seperti risiko yang lebih besar karena adanya kerugian
akibat piutang tak tertagih.
2. Syarat Pembayaran
Dapat bersifat ketat atau lunak. Bila menetapkan syarat penjualan kredit yang
ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keamanan kredit dibandingkan
memberikan batas waktu pembayaran yang singkat dan memberikan beban bunga
bila pengembaliannya terlambat. Maka investasi perusahaan dalam piutang dagang
cenderung lebih kecil. Hal sebaliknya akan terjadi bila syarat penjualan kredit bersifat
lunak/longgar.
Sebagai contoh, syarat penjualan kredit adalah 2/10 net/30, yang dapat diartikan
pembayaran dapat dilakukan dalam jangka waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan
barang dan mendapat potongan tunai sebesar 2 persen, pembayaran selambat-
lambatnya dilakukan dalam kurun waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang.
Bila dalam kurun waktu 30 hari belum dilakukan pembayaran oleh pelanggan berarti
makin besar jumlah investasi perusahaan dalam piutang. 

4 Akuntansi Keuangan Kelas XI untuk SMK/MAK


3. Plafon Kredit
Dalam memberikan kredit perusahaan membuat sebuah batasan kredit yang berbeda-
beda terhadap pelanggan satu dengan pelanggan lainnya, hal ini karena tingkat
kemampuan yang berbeda pula. Hal ini adalah salah satu alat kontrol dalam pelaksanaan
kebijakan kredit.
4. Volume Penjualan Kredit
Perusahaan dapat menetapkan batas maksimal kredit yang akan diberikan, makin tinggi
batas yang ditetapkan untuk masing-masing pelanggan berarti makin besar pula dana
yang diinvestasikan dalam piutang dan sebaliknya. Makin selektif dalam menentukan
pelanggan yang diberi kredit, maka akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang
dan sebaliknya.
5. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Kebiasaan para pelanggan membayar dalam periode cash discount atau sesudahnya
akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Bila sebagian besar
para pelanggan membayar selama discount period, maka dana yang tertanam dalam
piutang akan lebih cepat cair dan akan memperkecil investasi dalam piutang.
6. Kebijakan Pengumpulan Piutang
Kebijaksanaan pengumpulan piutang ada dua yaitu secara aktif maupun pasif.
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif
mengeluarkan uang yang lebih besar dalam membiayai aktivitas pengumpulan
piutangnya dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaan
piutang secara pasif.
Bagan Alur Dokumen Sistem Penjualan Kredit

(Sumber: https://slideplayer.info/slide/1977838/)

Pencatatan Akuntansi Penjualan Kredit


Pencatatan yang dibutuhkan dalam penjualan kredit yaitu:
a. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat dan meringkas data penjualan
b. Kartu piutang, catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi rincian
mutasi piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya
c. Kartu persediaan, catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu yang berisi tentang
rincian mutasi tiap jenis persediaan.

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 5


Contoh soal:
1. Untuk penjualan secara kredit senilai Rp 510.000 dan harga pokok penjualan adalah Rp
280.000 untuk PT Go Berkah adalah sebagai berikut:
Pembahasan :
Piutang Usaha Rp 510.000
Penjualan Rp 510.000

Harga Pokok Penjualan Rp 280.000


Persediaan Rp 280.000
2. PT ANDYA FERA menjual barang dagangan secara kredit seharga Rp 10.000.000 kepada
PT EBS dengan syarat penjualan 2/10, n/30, jurnal penjualan yang dilakukan oleh PT
ANDYA FERA adalah …
Pembahasan:
Account Receivable Rp 10.000.000,00
Sales Revenue Rp 10.000.000,00

B. Penjualan Barang Dagangan dengan Wesel

Pengertian
Wesel merupakan  bukti janji tertulis yang tidak bersyarat yang diberikan oleh satu
pihak kepada pihak lainnya untuk membayarkan uang dalam jumlah tertentu pada tanggal
yang telah disepakati. Ada juga jenis wesel yang bisa dipindahtangankan yaitu pembuat
wesel memberikan kepercayaan kepada orang lain atau suatu badan untuk membayarkan
sejumlah uang yang telah diberikan oleh pembuat wesel pada saat jatuh tempo. Wesel yang
dipindahtangankan bisa didiskontokan ke bank sebelum jatuh tempo.
Diskonto wesel yaitu proses meminjam uang ke bank dengan jaminan wesel. Setiap
wesel yang didiskontokan akan dikurangi bunga selama masa diskonto sebagai kompensasi
karena bank telah meminjamkan uang. Wesel yang didiskontokan diberi ketentuan, jika
pembuat wesel tidak melunasi pada tanggal jatuh tempo, maka pihak yang mendiskontokan
(bank) harus melunasi wesel itu. Kewajiban melunasi wesel bagi bank sebagai pihak yang
mendiskontokan merupakan utang yang belum pasti (contingent liabilities) sehingga harus
dicatat secara rinci.
Pencatatan Transaksi Penjualan Dengan Wesel
Adakalanya perusahaan yang menjual barang dagang menerima wesel tagih sebagai alat
pembayaran. Hal ini biasanya terjadi apabila syarat pembayaran yang disetujui lebih panjang dari
syarat pembayaran piutang dagang biasa yang berkisar antara 30-60 hari.
Contoh Soal:
1. Tanggal 20 Oktober 2013, PT Murah Hati menjual peralatan bernilai Rp 15.000.000 pada
kontraktor PT Lestari Griya. PT Lestari Griya kemudian menandatangani wesel berjangka
waktu 90 hari dengan tingkat bunga 10 persen per tahun. Berdasarkan transaksi tersebut.
Buatlah jurnal yang akan dicatat PT Murah Hati!
Pembahasan:
20 Oktober 2013
Wesel Tagih - PT Lestari Griya       Rp 15.000.000,00
Pendapatan                    Rp 15.000.000,00

6 Akuntansi Keuangan Kelas XI untuk SMK/MAK


(Untuk mencatat penjualan)
18 Januari 2014
Kas                                         Rp 15.375.000,00
Wesel Tagih - PT Lestari Griya  Rp 15.000.000,00
Pend. Bunga Rp 375.000,00
(Rp 15.000.000 X 0,10 X 90/360)
(Untuk mencatat penagihan pada saat jatuh tempo)
Seperti dalam soal di atas perusahaan juga dapat menerima wesel tagih untuk
mengganti piutang dagang dari pelanggan yang tidak dapat membayar dalam jangka
waktu 30-60 hari. Pelanggan tersebut akan menandatangani wesel dan memberikannya
pada perusahaan tersebut.
Misalkan PT Lestari Griya memperkirakan bahwa ia tidak dapat membayar hutang
dagangnya pada PT Murah Hati. Hutang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu 15 hari.
Dalam hal ini PT Griya Lestari akan mengeluarkan wesel untuk menggantikan hutang
dagangnya. Wesel tagih tersebut berjangka waktu satu tahun dengan tingkat bunga
9% dan mempunyai nilai pokok sebesar Rp. 2.400.000,00 Jurnal yang akan dilakukan
oleh PT Murah Hati adalah:
Wesel Tagih - PT Angin Mamiri Rp 2.400.000,00
Piutang dagang - PT Angin Mamiri  Rp 2.400.000,00
Perusahaan tersebut mau menerima wesel tagih dan bukannya memaksa pelanggan
untuk membayar piutang yang jatuh tempo tersebut karena perusahaan memang ingin
agar pelanggan dapat membayar, tetapi mereka menyadari bahwa saat ini pelanggan
tersebut belum memiliki uang.
Wesel tagih merupakan suatu  alat yang dapat digunakan perusahaan untuk
menuntut secara hukum apabila nantinya pelanggan tersebut benar-benar tidak dapat
membayar. Tambahan lagi, wesel tagih juga didukung oleh jaminan berupa harta yang
dapat disita perusahaan bila pelanggan tersebut tidak membayar tepat pada waktunya.
Kesabaran dari  perusahaan akan mendapatkan imbalan berupa pendapatan bunga
yang diperoleh  dari wesel tagih tersebut, sehingga keuntungan perusahaan akan
semakin bertambah.
2. PT Fedny pada tanggal 01 Mei 2005 menjual barang dagangan dengan harga Rp.
50.000.000 kepada PT Balqis yang membuat janji akan membayar pada tanggal 31 Mei
2005.
Buatlah Jurnalnya!
Pembahasan:
- Jurnal PT Fedny
Untuk mencatat penjualan dengan menerima wesel:
Piutang Wesel Rp 50.000.000,00
Penjualan Rp 50.000.000,00
- Jurnal PT Balqis
Mencatat pembelian dengan menyerahkan wesel:
Pembelian Rp 50.000.000,00
Utang Wesel Rp 50.000.000,00
- BANK: Belum Ada Jurnal

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 7


C. Penjualan Barang Dagangan dengan Angsuran

Pengertian
1. Menurut Harnanto (hal 109):
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian di mana
pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, maka penjual menerima
pembayaran pertamanya yang merupakan sebagian dari harga penjualan, yang
disebut dengan Down Payment.
b. Sedangkan sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
2. Menurut Allan R Debbrin, (1991, hal 121)
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan berdasarkan rencana pembayaran
yang ditangguhkan, dimana pihak penjual menerima uang muka (DP) dan sisanya
dibayarkan dalam bentuk pembayaran cicilan selama waktu beberapa tahun.
3. Menurut Dewi Ratnaningsih, (1993, 123)
Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya diterima beberapa kali
angsuran periodik selama jangka waktu beberapa bulan atau tahun.
Dari ketiga pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penjualan
angsuran adalah penjualan yang dilakukan oleh penjual di mana pembayarannya dilakukan
secara bertahap yaitu pada saat barangnya diserahkan kepada pembeli, penjual menerima
Down Payment dan sisanya dibayar beberapa kali angsuran selama beberapa bulan atau
tahun. Karena penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang
penjualannya, maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang
belum diterimanya.
Risiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat
akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survei atas pembeli dan memperoleh
hasil yang baik. Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup
lama (beberapa periode), hal tersebut kemungkinan dapat mengubah hasil survei yang telah
dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya
akan membuat kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual
untuk menarik kembali barang yang telah dijual dari pembeli.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari risiko terbakar atau hilang, pihak
penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan
untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang
angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual
dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk
diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya
kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau
kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut:
1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang
telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual
sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.

8 Akuntansi Keuangan Kelas XI untuk SMK/MAK


2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan,
hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau
menghipotekkan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kapada si
penjual.
3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan
“trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran
lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada
pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat akta kepercayaan
(trust deed/trust indenture).
4. Beli sewa (lease-purchase) di mana barang-barang yang telah diserahkan kepada
pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah
dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpindah kepada pembeli.
 Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan
untuk barang-barang tidak bergerak/barang yang bukan barang dagang, seperti: gedung,
tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban
oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki hak untuk memiliki kembali barang yang dijualnya,
tetapi nilainya sisa barang itu mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan
perhitungan yang sesuai dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut
dapat menimbulkan kerugian.
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali, maka faktor-
faktor yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut:
1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup
besarnya semua kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari
semula barang baru menjadi barang bekas.
2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain
hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.
3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk
menutup kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka
pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran berikutnya.
Perbedaan Penjualan Angsuran dengan Penjualan Kredit
Penjualan angsuran dan penjualan kredit sebenarnya tidak sama. Karena pembayarannya
sama-sama dilakukan tidak secara tunai, maka penjualan angsuran dan penjualan kredit
dianggap sama.
Adapun perbedaan penjualan angsuran dan penjualan kredit adalah sebagai berikut:
1. Periode penjualan angsuran lebih lama yaitu 6 bulan–5 tahun daripada penjualan
kredit biasanya 30-60 hari.
2. Pada kredit biasa, perbandingan hak milik barang kepada pembeli langsung terjadi
pada saat transaksi penjualan, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada penjualan
angsuran.
3. Risiko kerugian tidak tertagihnya piutang dan biaya penagihan piutang akan lebih
besar jumlahnya pada penjualan angsuran daripada penjualan kredit biasa.
4. Dalam penjualan angsuran biasanya dibuat perjanjian antara pembeli dengan
penjual sehingga penjual tidak dirugikan terlalu besar jika terjadi pemilikan kembali
terhadap barang yang telah dijual secara angsuran.

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 9


Pembatalan Kontrak Penjualan Angsuran dan Kepemilikan Kembali
Apabila pihak pembeli tidak dapat menyelesaikan kewajiban atas saldo piutang
angsurannya (sesuai dengan kontrak), pihak penjual berhak untuk menarik kembali barang
dagang yang telah dijual dari si pembeli, maka pihak penjual melakukan tindakan sebagai
berikut:
1. Menilai barang-barang yang ditarik kembali dengan nilai wajar.
2. Mencatat kepemilikan kembali.
3. Menghapus saldo perkiraan piutang usaha angsuran.
4. Menghapus saldo perkiraan laba kotor yang ditangguhkan.
5. Mencatat rugi dari kepemilikan kembali.
Jika perusahaan menggunakan sistem fisik (physical inventory sistem) di dalam mencatat
persediaan barang dagang, maka perkiraan, “Persediaan barang dagang–Pemilikan kembali”
merupakan perkiraan nominal dan akan dicantumkan pada perhitungan rugi laba sebagai
penambahan dan pembelian barang dagang. Tetapi jika perusahaan menggunakan sistem
balance permanen (perpetual sistem) perkiraan tersebut akan menambah persediaan barang
dagang pada kartu stok.
Namun adakalanya hak penjual untuk menarik kembali barang yang telah dijual tersebut
merupakan cara yang kurang tepat dalam usaha untuk mengurangi resiko kerugian yang
dapat terjadi. Hal ini disebabkan karena nilai barang yang dijual turun lebih cepat dari saldo
piutangnya, sehingga kepemilikan kembali barang tersebut tidak dapat menutup kerugian/
tidak tertagih saldo piutang tersebut. Untuk mengurangi atau menghindari kerugian yang
terjadi dalam kepemilikan kembali, maka harus diperhatikan:
1. Jumlah uang muka dan pembayaran-pembayaran angsuran berikutnya, harus
cukup  untuk  menutup semua kemungkinan terjadinya penurunan nilai barang
yang dijual.
2. Periode pembayaran angsuran jangan melebihi umur ekonomis dari barang yang
dijual. Hal ini terutama penting untuk barang-barang yang bersifat musiman dan
barang-barang yang dipengaruhi oleh mode.
Pencatatan Penjualan Dengan Angsuran
Dalam mencatat penjualan dengan angsuran dikenal adanya metode pengakuan laba
kotor pada penjualan angsuran. Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran
adalah sangat kompleks, karena beban sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut
tidak hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan terjadi
sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.
Sesuai dengan konsep akuntansi yaitu membandingkan antara beban dengan
pendapatan (matching costs against revenue), maka pada saat penjualan angsuran dapat
ditentukan nilai dari penjualan, harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut.
Karena penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah bagaimana
beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan, administrasi,
perbaikan dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada praktiknya dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Pengakuan laba kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan
angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang
ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur

10 Akuntansi Keuangan Kelas XI untuk SMK/MAK


demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya
yang berhubungan dan dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan
yang bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan meliputi biaya-
biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan
piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang
itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak
terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu rekening  Cadangan
Kerugian Piutang.
Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, maka perusahaan akan
mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang
bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut. Maka
jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran    xxxxxx
Aktiva tak gerak    xxxxxx
Laba atas penjualan aktiva tak gerak   xxxxxx
Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan
penjualan angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya.
Mengenai beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya
piutang dan lain sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan
angsuran yaitu dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan
penilaian aset seperti penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang
angsuran.
Maka Jurnalnya:
Beban usaha                    xxxxxx
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Jika pada periode berikutnya penjualan nagsuran tersebut terjadi, perkiraan
penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang
usaha yang tidak tertagih akan dikredit.
Maka jurnalnya adalah:
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Kas                                        xxxxxx
Piutang usaha angsuran     xxxxxx
2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas
dari penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi
penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah:
1) Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok
(cost) dari barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan, sesudah
seluruh harga pokok (cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya
baru dicatat sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif.
Dapat didukung jika timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh
kembali, baik yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun
yang berkaitan dengan barang-barang yang terkena kepemilikan kembali.
2) Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang
diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 11


ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai
pengumpulan kembali atau pengembalian harga pokok (cost).
3) Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat
baik sebagai pengembalian harga pokok (cost) maupun sebagai realisasi
keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok
dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran
ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu sejalan dengan
tingkat pembayaran angsuran selama jangka perjanjian.
Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan
proporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran. Di dalam
akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode angsuran atau dasar angsuran
(installment method or installment basis).
Pada metode ini jika harta tak gerak (bukan barang dagang) dijual secara
angsuran, perusahaan akan mendebit perkiraan piutang usaha angsuran
dan mengkredit harta yang bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang
ditangguhkan (yang belum direalisasi).
Maka Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran    xxxxxx
Aktiva tetap                      xxxxxx
Laba kotor yang ditangguhkan  xxxxxx
 Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan
mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha
Maka jurnalnya adalah:
Kas                      xxxxxx
Piutang usaha angsuran                xxxxxx
Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat
sebagai berikut:
Laba kotor yang belum direalisasi  xxxxxx
Laba kotor yang direalisasi     xxxxxx
- Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran
dengan harga pokoknya.
- Laba kotor yang belum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan piutang
usaha angsuran yaitu dengan mengalikan persentase laba kotor dengan kas
yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor
yang belum dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya
dikalikan 100%.
 Laba kotor ditangguhkan
= Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)
% Laba kotor
= (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%
Contoh soal:
1. PT Orascle telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan
Rp. 170.000.000,00. di samping itu PT Orascle juga membayar biaya-biaya lainnya
seharga Rp. 10.000.000,00. Pada tanggal 01 mei 2000, PT Hadouken membeli tanah
tersebut seharga Rp. 240.000.000,00. PT Hadouken membayar uang muka sebesar

12 Akuntansi Keuangan Kelas XI untuk SMK/MAK


Rp. 40.000.000,00 dan sisanya akan dibayar angsuran sebanyak 10 kali setengah
tahunan, setiap kali angsuran Rp. 20.000.000,00. PT Orascle mengenakan bunga
18% pertahun terhadap sisa angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai
sebesar 2% dari harga jual. Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun
fiskal.
Diminta: Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000
dan 2001, dengan menggunakan
1. Laba kotor diakui pada saat penjualan
2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas
Pembahasan:
1. Laba kotor diakui pada saat penjualan
Tanggal 01 mei 2000
Penjualan tanah dengan harga jual Rp240.000.000,00
Piutang usaha angsuran             Rp. 240.000.000,00
Tanah                                       Rp. 180.000.000,00
Laba atas penjualan tanah        Rp. 60.000.000,00
Penerimaan uang muka
Kas                      Rp. 40.000.000,00
Piutang usaha angsuran    Rp. 40.000.000,00
Dibayar komisi dan beban penjualan
(2% x Rp. 240.000.000,00)
Beban komisi dan penjualan  Rp. 4.800.000,00
Kas                                 Rp. 4.800.000,00
Tanggal 01 November 2000
Dibayar angsuran pertama dan bunga
(6/12 x 18% x Rp. 200.00.000,00)
Kas                          Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga            Rp. 18.000.000,00
Tanggal 31 desember 2000
Jurnal penyesuaian bunga
(2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)
Piutang Bunga            Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Realisasi Laba kotor = Tidak ada jurnal
Ayat jurnal penutup
Laba atas penjualan tanah    Rp. 60.000.000,00
Pendapatan bunga               Rp. 23.400.000,00
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba               Rp. 78.600.000,00

Transaksi Penjualan Barang Dagangan 13

Anda mungkin juga menyukai