Anda di halaman 1dari 2

The Hazards of positive Stereotypes

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa stereotip terdiri dari dua dimensi dasar - kompetensi
dan kehangatan atau keramahan (lihat Tabel 10.2; Fiske, Cuddy, Glick, & Xu, 2002; Fiske, Xu,
Cuddy, & Glick, 1999).

 Orang yang termasuk dalam kelompok berstatus tinggi (misalnya Orang kaya, orang
Asia, Yahudi) dipandang sangat kompeten (misalnya, cerdas, agresif, kompetitif), tetapi
dianggap kurang memiliki keramahan (dalam hal kejujuran, hangat, sensitive; Fiske et
al., 2002; Lin, Kwan, Cheung, & Fiske, 2005).
 Orang yang termasuk dalam kelompok berstatus rendah (mis., Lansia, ibu rumah tangga)
dianggap tidak kompeten tetapi dianggap merupakan golongan yang hangat dan ramah
(Fiske et al., 1999; Fiske et al., 2002).
 Orang yang termasuk dalam kelompok berstatus sangat rendah (mis., Orang miskin, tuna
wisma) dipandang memiliki kompetensi rendah dan memilki keramahan dan kehangatan
yang juga rendah rendah (Fiske et al., 2002).

Dimensi stereotipe

Tingkat keramahan Competence


Low High
High Orang lanjut usia, ibu rumah anggota alam kelompok,
tangga, orang dengan pelajar
kecacatan berat, orang yang
memiliki terbelakang
Low Orang miskin, penerima orang Asia, Yahudi, orang
kesejahteraan, tunawisma kaya, feminis
Sumber : Fiske, S. T., Cuddy, A. J. C., Glick, P., & Xu, J. (2002). A model of (often mixed)
stereotype content: Competence and warmth respectively follow from perceived status and
competition. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 878-902.

Peneliti menemukan perbandingan reaksi yang dtimbulkan orang berbeda terhadap


orang-orang dalam kelompok yang berbeda pula (Cuddy, Fiske, & Glick, 2007). Orang lebih
mengasihani mereka yang berada dalam kelompok yang berkompetensi rendah tetapi memiliki
keramahan, dan iri pada mereka yang berada dalam kelompok yang memiliki kehangatan dan
keramahan yang rendah dan berkompetensi tinggi. pemikiran orang-orang dalam kelompok yang
dipandang rendah dalam kehangatan atau keramahan dan kompetensi yang rendah, seperti
pecandu narkoba dan tunawisma, menimbulkan pemikiran seseorang seperti perasaan jijik
(Harris & Fiske, 2006). Persepsi jijik, pada menunjukkan bahwa rasa tidak manusiawi timbul di
beberapa anggota kelompok tertentu, yang tentunya menimbulkan kekejaman, seperti kejahatan
rasial, genosida, dan penyalahgunaan tahanan.

Meskipun stereotip positif mungkin tampak tidak berbahaya, mereka dapat memiliki efek
yang merugikan. Peneliti Peter Glick dan Susan Fiske mengembangkan teori seksisme yang
membedakan antara berbagai jenis sikap yang bisa dimiliki orang tentang wanita (lihat Tabel
10.3; Glick & Fiske, 1996, 2001). Seksisme yang bermusuhan, yang menggambarkan perasaan
permusuhan terhadap perempuan berdasarkan ancaman mereka terhadap kekuatan laki-laki,
adalah apa yang biasanya kita anggap sebagai prasangka terhadap perempuan. Orang-orang yang
tinggi dalam seksisme yang bermusuhan memiliki sikap negatif terhadap perempuan, seperti
percaya bahwa perempuan secara inheren kurang cerdas daripada laki-laki. Di sisi lain, seksisme
yang bijak menggambarkan pandangan yang positif, tetapi merendahkan, tentang perempuan.
Orang-orang yang menyukai seksisme yang baik nampaknya memiliki sikap positif terhadap
perempuan, seperti percaya bahwa perempuan membutuhkan perlindungan dan pendengar yang
lebih baik. Meskipun pria cenderung lebih tinggi pada seksisme yang bermusuhan daripada
wanita, pria dan wanita umumnya mendukung seksisme yang lebih bijak (Glick et al., 2000).

Anda mungkin juga menyukai