Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL OF ISLAMIC

] NURSING

ANALISIS PENGETAHUAN PENJAMAH MAKANAN TERKAIT HIGIENE


SANITASI MAKANAN DI “WARUNG POJOK” UMI

Rahmawati Ramli
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muslim Indonesia email: Fahriwati@gmail.com

Abstract
Canteen is a special service that provides food and drink for students and staff located in
places that are part of the campus building itself. But not only canteen, food stalls are there in the
campus. Food stalls are usually cornered campus or have their own place outside the campus canteen
area.
This study was conducted with the aim to: analyze and assess the knowledge of food handlers
This research is phenomonological research using qualitative approach. The subjects of the study were
food handlers, shop managers and environmental health care as expert informants. Data collection
using focus group interviews and discussions for students. Researcher is the main instrument of
research with assisted lecturer and interviewer.
Data analysis techniques that represent data display, data reduction, and deduction of
conclusions. The triangulation used to process the validity data is the source and way triangulation.
The results of this study indicate that: Knowledge of hygiene achieves only attainment of consciousness
(know and understand).

Keywords: Canteen, Food Handlers, Food Higiene Sanitation.

Volume 3 Nomor 1, Juli 2018 20


JOURNAL OF ISLAMIC
] NURSING

Universitas Indonesia Depok 2015


1. PENDAHULUAN (Susanna, Eryando, & Kusuma, 2015).
Kantin merupakan pelayanan khusus Pengetahuan dan sikap penjamah
yang menyediakan makanan dan makanan masih tergolong kurang dengan
minuman untuk para mahasiswa dan staf persentase secara berturut-turut 48,10%
kampus dan berada di suatu tempat yang dan 53,16%. Perilaku penjamah makanan
biasanya merupakan bagian dari yang tergolong baik sebesar 49,37%.
bangunan kampus itu sendiri. Namun Perilaku penjamah makanan secara
tidak hanya kantin, warung-warung bermakna dipengaruhi oleh pengetahuan
makan pun sering terdapat didalam sikap dan dukungan pengelola
kampus. Warung makan ini biasanya (Handayani et al., 2015).
terletak dipojok kampus atau memiliki Menurut penelitian yang dilakukan
tempat sendiri diluar area kantin kampus. oleh Nurtika tahun 2014 di Yogyakarta
Warung makan ini merupakan salah diperoleh hasil bahwa pengetahuan
satu tempat yang sering didatangi oleh keamanan pangan berhubungan dengan
mahasiswa karena keberadaanya dekat sikap penjamah makanan, sedangkan
dengan perkuliahan sehingga mahasiswa sikap akan menentukan praktik keamanan
lebih memilih makan di tempat tersebut pangan penjamah makanan. Penelitian
dibandingkan di luar kampus, karena lain yang dilakukan oleh Setyorini di
waktu menjadi lebih efektif dan efesien, Semarang tahun 2013, diperoleh hasil
disamping itu harga yang ditawarkan pun bahwa praktik higiene pedagang
lebih murah apabila dibandingkan dengan berhubungan dengan keberadaan
harga makanan di kantin kampus. Escherichia coli pada rujak (p=0,021).
Institut Pertanian Bogor (IPB) pernah Faktor yang paling penting menentukan
melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) prevalensi penyakit bawaan makanan
hepatitis yang menyebabkan 1 orang adalah kurangnya pengetahuan pada
meninggal. Menteri kesehatan Nila F pihak penjamah atau konsumen makanan
Moeloek menyatakan kejadian itu akibat dan ketidakpedulian terhadap
kantin di IPB yang tidak sehat (Tarigan, pengelolaan makananan yang aman.
2015). Sejumlah survei terhadap penyakit
Hasil penelitian di kantin Universitas bawaan makanan memperlihatkan bahwa
Addis Ababa, Ethiopia mengungkapkan sebagian besar kasus penyakit bawaan
prevalensi tinggi parasit usus pada makanan terjadi akibat kesalahan
asimtomatik (rupanya penangan penanganan pada saat penyiapan
kesehatan) makanan. penjamah makanan makanan, baik di rumah, jasa katering,
yang terinfeksi tersebut dapat kantin, rumah sakit atau sekolah
mengkontaminasi makanan, minuman (Hartono, 2005).
dan bisa berfungsi sebagai sumber infeksi Kantin adalah tempat usaha komersial
kepada konsumen melalui rantai. yang ruang lingkup kegiatannya
makanan (Aklilu et al, 2015). menyediakan makanan dan minuman.
Ada dua faktor yang memiliki Kebanyakan mahasiswa mengunjungi
korelasi terkuat dengan kontaminasi, kantin untuk memenuhi kebutuhannya
penjamah makanan yang kurang seperti makan atau minum. Kantin bisa
pengetahuan tentang makanan sebagai ditemukan di sekolah, di kantor, dan di
media penyakit dan rendahnya kesadaran kampus. Universitas Muslim Indonesia
akan pentingnya mencuci tangan dalam adalah Universitas swasta terbesar di
mengelola makanan. Tindakan mencuci Indonesia timur. Dari hasil observasi
tangan merupakan faktor protektif terdapat 4 kantin utama yang ada dalam
kontaminasi E. coli (OR 1,00). Teknik lingkungan kampus. Di lingkungan
mencuci tangan yang buruk dipraktekkan kampus terdapat pula warung yang ada di
di antara penjamah makanan samping kantin itu sendiri. Banyak
meningkatkan kontaminasi E. coli dalam mahasiswa yang makan di warung
mengelola makanan di Kampus tersebut. Berdasarkan observasi awal
Volume 3 Nomor 1, Juli 2018 21
JOURNAL OF ISLAMIC
] NURSING

lokasi warung tersebut berada disamping Hasil wawancara mendalam


kantin. Warung tersebut semi permanen terhadap penjamah makanan terkait
dan menjajakan makanan relatif lebih bangunan yang baik untuk warung
murah dari kantin lainnya. Warung makan didapatkan dua hal yaitu
tersebut telah ada sejak tahun 2009. Hasil bangunan harus berbentuk gedung
observasi tanggal 3 Desember 2016 dan tertutup.
terlihat bahwa penjamah makanan dan Bangunan yang baik untuk
pengelola warung tidak menerapkan dijadikan warung makanan adalah
prinsip hygiene sanitasi makanan seperti bangunan yang berbentuk gedung
tidak terdapat tempat cuci tangan, dengan kondisi tertutup agar debu
pengelola warung tidak memakai tidak gampang masuk. Seperti yang
celemek, pengelola warung langsung diungkapkan informan berikut:
memegang makanan tanpa menggunakan “…Bangunan yang baik
sarung tangan. Tampak pula untuk dijadikan warung
pemandangan agak jorok di sekitar lokasi makan adalah yang memiliki
warung tersebut. bangunan sendiri, tertutup,
Penelitian ini bertujuan untuk agar debu tidak masuk…”
mengetahui pengetahuan penjamah (NS, 40 Thn, Penjamah
makanan terhadap hygiene sanitasi makanan. 7 Maret 2017)
makanan di arung pojok Universitas
Muslim Indonesia “…Bangunan yang bagus itu
yah kayak gedung, punya
2. METODE ruangan sendiri, tertutup,
Jenis penelitian yang digunakan dalam seperti layaknya di
penelitian ini adalah metode penelitian kantin…” (SR, 47 Thn,
kualitatif dengan desain fenomenologi. Penjamah makanan. 23
Menurut Kuswarno 2013, penelitian Maret 2017)
fenomenologi adalah bagaimana memahami Warung makanan yang baik
tindakan sosial melalui penafsiran. Proses adalah yang dilengkapi dengan
penafsiran dapat digunakan untuk tempat cuci piring khusus dengan
memperjelas atau memeriksa makna yang menggunakan air mengalir. Seperti
sesungguhnya sehingga dapat memberikan yang diungkapkan informan berikut:
konsep kepekaan yang implisit. Hubungan- “…Tempat cuci piring yang
hubungan sosial antara manusia ini baik itu yang memiliki aliran
kemudian akan membentuk totalitas air langsung seperti di
masyarakat. restoran kan biasa begitu,
nah yang bagus itu yang
Penelitian ini dilaksanakan di seperti itu…” (NS, 40 Thn,
Universitas Muslim Indonesia. Waktu Penjamah makanan. 7 Maret
penelitian yaitu bulan Februari sampai 2017)
Maret 2017. Jumlah sampel dalam Sikap penjamah makanan
penelitian ini adalah 11 orang, pengumpulan menunjukkan bahwa sebaiknya
data dilakukan dengan tehnik wawancara peralatan yang akan digunakan
mendalam (Indepht Interview), Focus sebelumnya harus dicuci terlebih
Group Discussion, dan Obsevasi yang dahulu. Hal ini sesuai yang
hasilnya disajikan dalam bentuk kutipan diungkapkan informan berikut:
narasi. “… Peralatan memang
sebaiknya dicuci. Apalagi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelum digunakan, karna
Hasil Penelitian
tidak bisa dipastikan
a. Higiene terhadap faktor fisik yang peralatan itu bersih atau
berhubungan lingkungan kerja dan tidak walaupun telah
peralatan disimpan baik-baik …” (NS,
Volume 3 Nomor 1, Juli 2018 22
JOURNAL OF ISLAMIC
] NURSING

40 Thn, Penjamah makan. 7 seperti nasi goreng


Maret 2017) menggunakan sendok
Penjamah lain khusus…” (SR, 47 Thn,
mengungkapkan bahwa pada saat Penjamah makanan. 23
pagi hari sebelum digunakan Maret 2017)
peralatan dicuci. Dan sore haribnya c. Higiene terhadap faktor operasional
peralatan dicuci kembali sebelum yang berhubungan dengan
disimpan. Seperti yang diungkapkan penanganan makanan
informan berikut: Seorang yang mengidap
“…Sebaiknya memang penyakit seperti gangguan
dicuci dulu, biasanya kalau pernafasan TBC tidak boleh menjadi
disinikan memang seperti penjamah makanan karna
itu. Saat datang dan sore memungkinkan penularan penyakit
sebelum pulang kita melalui makanan. Seperti yang
bersihkan semuanya…” (SR, diungkapkan informan berikut ini:
47 Thn, Penjamah makanan. “ …Pastinya Tidak boleh
23 Maret 2017) menjual jika seseorang
mengidap penyakit tertentu
b. Higiene terhadap faktor operasional seperti penyakit pernafasan
yang berhubungan dengan TBC. Penjamah makanan
penanganan makanan harus sehat karna tidak baik
Pengolahan bahan makanan jika sementara masak lalu
rangkaian proses yang dilakukan batuk nanti mahasiswa takut
dalam mengolah bahan mentah untuk makan. Kalau hanya
menjadi bahan makanan yang siap flu biasanya saya pakai
dimakan dari hasil wawancara masker…” (NS, 40 Thn,
mendalam terhadap penjamah Penjamah makan. 7 Maret
makanan didapatkan yang baik 2017)
didapatkan yaitu mencuci tangan,
mencuci bahan makanan, “…Sebenarnya tidak boleh,
memasaknya dengan cara karna bisa saja penyakitnya
dipanaskan dan mencicipi makanan menular lewat makanan,
menggunakan sendok. kalau kayak flu biasa itu
“…Sebelumnya harus cuci harus pakai masker…” (SR,
tangan. Bahan seperti 47 Thn, Penjamah makanan.
sayuran dicuci setelah itu 23 Maret 2017)
ditiriskan. Kalau mie dicuci Jika hanya menderita
pakai air mendidih lalu penya/kit flu masih sangat
digoreng setelah masak kita memungkinkan untuk bekerja
cicipi pakai sendok yang asalkan memakai alat perlindungan
disimpan di tangan kalau seperti masker.
sudah pas rasanya kita Pakaian yang digunakan
sajikan…” (NS, 40 Thn, adalah pakaian yang bersih dan
Penjamah makanan. 7 Maret dilapisi celemek agar tidak terkena
2017) percikan api. Seperti yang
diungkapkan informan berikut:
“ …Tangan dicuci terlebih “…Pakaian yang digunakan
dahulu agar bersih, adalah pakaian yang
Misalkan yang akan diolah pastinya harus bersih dan
seperti beras nasi pastinya ditambahkan celemek supaya
dicuci terlebih dahulu lalu pada saat memasak tidak
dimasak, setelah itu di coba kena percikan api…” (NS,
rasanya jika makanannya 40 Thn, Penjamah makanan.
Volume 3 Nomor 1, Juli 2018 23
JOURNAL OF ISLAMIC
] NURSING

7 Maret 2017) menggunakan bahan pembersih/deterjen


(Kemenkes, 2011).
“…Kalau pakaiannya bebas Pengolahan makanan yang diketahui
yang penting bersih terus penjamah secara umum yakni mencuci
pakai celemek diluarnya, yah tangan sebelum melakukan tindakan. Semua
supaya aman saja…” (SR, bahan makanan yang akan diolah
47 Thn, Penjamah makanan. sebelumnya melalui proses pencucian hingga
3 maret 2017) bersih. begitupun peralatan masak yang akan
Pembahasan digunakan. Terlihat pengetahuan penjamah
Pengetahuan atau kognitif sangat terbatas akan hal pengolahan
merupakan domain yang sangat penting makanan.
dalam membentuk perilaku atau tindakan Penjamah melupakan hal-hal penting
seseorang. Dari berbagai pengalaman dan yang harus dilakukan saat mengolah
penelitian terbukti bahwa perilaku yang makanan yakni mencuci tangan. tangan
didasari oleh pengetahuan akan lebih selalu dicuci dengan sabun sebelum bekerja,
langgeng daripada perilaku yang tidak sesudah menangani makanan mentah/kotor
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, atatu terkontaminasi, setelah ke kamar kecil,
2010). setelah tangan digunakan menggaruk,
Pengetahuan dalam hal ini untuk batu/bersin dan setelah makan (Sucipto,
penjamah makanan adalah pengetahuan 2015).
penjamah terkait higiene faktor fisik, Faktor personal ini meliputi, keadaan
operasional dan personal. Adapun uraiannya fisik, pakaian, dan perilaku penjamah
sebagai berikut: makanan. Penjamah makanan harus memilki
Menurut penjamah makanan kondisi fisik yang sehat, dan jika terluka
bangunan yang baik untuk dijadikan warung harus memastikan luka tertutup
makan adalah bangunan yang berbentuk menggunakan plaster luka.
gedung atau ruangan tertutup, kondisi bersih Penjamah makanan pun tahu secara
dan lokasi strategis agar mudah terlihat dan pasti jika pakaian yang digunakan harus
banyak pembeli. Pengetahuan penjamah yang bersih dan dilapisi lagi menggunakan alat
menganggap pelindung seperti celemek. Hanya saja
Bangunan yang baik untuk warung pengetahuan penjamah mengenai perilaku
makan tidak hanya memilki gedung dan yang tidak boleh dilakukan saat bekerja
tertutup tetapi juga harus kuat, aman dan kurang. Hal ini karna sepengetahuan
terpelihara, sehingga mencegah terjadinya penjamah hal yang tidak boleh dilakukan
pencemaran. Tidak boleh retak, lapuk, tidak hanya bersin dan tusuk gigi. Padahal sangat
utuh, kumuh atau mudah terjadi kebakaran banyak yang tidak boleh dilakukan saat
(Sucipto, 2015). bekerja seperti tidak merokok, tidak makan
Menurut penjamah makanan, fasilitas atau mengunyah, tidak banyak berbicara.
sanitasi yang sebaiknya ada seperti tempat Dari beberapa faktor fisik,
cuci tangan, toilet dan yang terpenting adalah operasional dan faktor personal tergambar
air bersih. Fasilitas sanitasi yang dikatakan pengetahuan yang masih kurang dari
penjamah belum lengkap. Masih ada lagi penjamah makanan terbatas. Berdasarkan
fasilitas sanitasi yang penting seperti tempat jawaban jawaban yang diberikan terlihat jika
sampah. Fasilitas sanitasi yang seharusnya pengetahuan penjamah belum bisa
ada seperti toilet, tempat sampah, air dan menjabarkan secara rinci. Pengetahuan
tempat cuci tangan (Gyabaah & Awuah, penjamah makanan jika menurut
2009). Notoatmodjo (2010) hanya pada sampai
Menurut penjamah makanan warung tingkatan memahami. Pengetahuan memiliki
makan yang baik seharusnya memiliki enam tingkatan yaitu tahu, memahami,
tempat cuci piring kusus dengan air mengalir. aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tapi tak hanya itu, tempat cuci piring Pengetahuan yang hanya sampai
seharusnya terpisah dari tempat pencucian pada tingkat pemahaman ini tentunya akan
bahan pangan. Pencucian peralatan harus memberikan suatu hambatan dalam upaya
Volume 3 Nomor 1, Juli 2018 24
JOURNAL OF ISLAMIC
] NURSING

higiene sanitasi makanan. Oleh karena itu, 0967-x


perlu peningkatan pengetahuan tidak hanya
sampai tahap tahu dan memahami, tetapi Handayani, N. M. A., Adhi, K. T.,
harus mencapai tahap sintesis dan evaluasi Duarsa, D. P., Handayani, N. M. A.,
agar penjamah makanan menikatkan perilaku Adhi, K. T., & Duarsa, D. P. (n.d.).
higiene sanitasi nya. Hal ini dianggap wajar (2015). Faktor yang Mempengaruhi
karna pengetahuan penjamah yang diperoleh Perilaku Penjamah Makanan dalam
hanya dari pengalaman. Penerapan Cara Pengolahan
Hal ini sangat wajar tejadi karena Pangan yang Baik pada Industri
tidak adanya info lebih lanjut yang Rumah Tangga Pangan di
didapatkan penjamah makanan melalui Kabupaten Karangasem Factors
pelatihan atau kegiatan-kegiatan yang terkait Associated with the Behavior of
praktik higiene sanitasi. Oleh karena itu, Food Handlers in the Application of
perlu peningkatan pengetahuan tidak hanya Good Manufacturing Pr, 3, 194–202.
sampai tahap tahu dan paham/sadar, tetapi Hartono, A. (2005). Penyakit Bawaan
harus mencapai tahap interest, evaluation, Makanan. Jakarta: EGC.
trial dan adoption agar penjamah makanan Kementerian Kesehatan RI. (2011).
mau berprilaku higiene dalam mengelola Higiene Sanitasi Jasabogaa
makanan. .Jakarta: Kemenkes RI.
Nurtika, E. (2014). Hubungan
4. KESIMPULAN Karakteristik Individu dengan
a. Pengetahuan penjamah makanan Perilaku Keamanan Pangan
terhadap faktor fisik yang Penjamah Makanan di Kantin
berhubungan lingkungan kerja dan Universitas Gadjah Mada,
peralatan sangat baik Universitas Gadjah Mada
b. Pengetahuan penjamah makanan Yogyakarta.
faktor operasional yang berhubungan Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
dengan penanganan makanan sangat Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
baik Bandung: CV ALFABETA
c. Pengetahuan penjamah makanan Susanna, D., Eryando, T., & Kusuma,
faktor operasional yang berhubungan A. (2015). The Relationship
dengan penanganan makanan sangat Between Knowledge and
baik
Behaviour of Food Handlers to
5. REFERENSI Escherichia coli Contamination
in Serving Foods in a Campus,
Akabanda, F., Hlortsi, E. H., & Owusu- 33(7), 1125–1131.
Kwarteng, J. (2017). Food safety https://doi.org/10.5829/idosi.was
knowledge, attitudes and practices of j.2015.33.07.186
institutional food-handlers in Ghana. Tarigan, K.S. (2015). Menkes: KLB
BMC Public Health, 17(1), 40. Hepatitis di IPB Karena
https://doi.org/10.1186/s12889-016- Kantinnya Tidak Baik.
3986-9 Detiknews.com. Diakses tanggal
Aklilu, A., Kahase, D., Dessalegn, M., 2 Desember 2016 dari
Tarekegn, N., Gebremichael, S.,
https://news.detik.com/berita/309
Zenebe, S.,Mama, M. (2013).
Prevalence of intestinal parasites, 4136/menkes-klb-hepatitis-di-
salmonella and shigella among ipb-karena-kantinnya-tidak-baik
apparently health food handlers of
Addis Ababa University student’s
cafeteria, Addis Ababa, Ethiopia.
BMC Research Notes, 8, 17.
https://doi.org/10.1186/s13104-014-
Volume 3 Nomor 1, Juli 2018 25

Anda mungkin juga menyukai