Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal UPN "Veteran" Jatim (Universitas Pembangunan Nasional)

EVALUASI CAPAIAN IMPLEMENTASI PERMENKES NO. 1096/ MENKES/ PER/ VI/


2011 TENTANG JASA BOGA DI KANTIN KAMPUS X PROVINSI JAWA TIMUR

Fesdila Putri Nurani1, Lia Nirawati2, Arimurti Kriswibowo3, Dzakiah A Hikmah3


1
Program Studi Teknologi Pangan, UPN “Veteran” Jawa Timur
2
Program Studi Administrasi Bisnis, UPN “Veteran” Jawa Timur
3
Program Studi Administrasi Publik, UPN “Veteran” Jawa Timur
E-mail: n.fesdilaputri@gmail.com

ABSTRAK

Kantin pada sebuah kampus merupakan salah satu bentuk fasilitas umum, yang keberadaannya
selain sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman. Kebersihan kantin sangat berkaitan
dengan system sanitasi yang dijalankan. Mengacu pada PERMENKES RI
No.1096/MENKES/PER/2011 setidaknya ada empat standar teknis yang harus dipenuhi untuk
memenuhi persyaratan sanitasi kantin sehat, antara lain standar teknis bangunan, fasilitas
sanitasi, peralatan, dan ketenagaan. Berdasarkan data yang diperoleh, prosentase ketercapaian
standar teknis bangunan 43%, fasilitas sanitasi 45%, peralatan 75%, dan ketenagaan 55%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kantin di lingkungan kampus universitas X masih jauh dari kata
baik. Hal ini didorong dengan kurangnya fasilitas sanitasi dalam mendukung penyelenggaraan
kantin sehat. Selain peningkatan sarana fasilitas sanitasi, keberadaan kantin sehat di lingkungan
kampus dapat diwujudkan dengan melibatkan semua pihak, baik pengelola kampus, pengelola
kantin, penjamah makanan serta konsumen. Kantin sehat mampu menciptakan kehidupan
kampus yang lebih sehat dan aman
Kata kunci: Kebijakan Jasaboga, kebijakan keamanan Pangan, kantin, jasaboga, standar teknis,
evaluasi kebijakan

PENDAHULUAN Seperti pada umumnya, kantin di


Pangan merupakan salah satu lingkungan kampus juga menjual berbagai
kebutuhan dasar bagi manusia. Menurut UU panganan dari sejumlah penjual makanan di
No 18 Tahun 2012 pangan adalah segala dalamnya. Seringkali kantin kampus tidak
sesuatu yang berasal dari sumber hayati hanya berfungsi sebagai tempat makan atau
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, minum saja, namun juga tempat
perikanan, peternakan, perairan, dan air, berinteraksinya civitas akademika di
baik yang diolah maupun tidak diolah yang lingkungan kampus tersebut. Kantin
diperuntukkan sebagai makanan atau merupakan salah satu bentuk fasilitas umum,
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk yang keberadaannya selain sebagai tempat
bahan tambahan Pangan, bahan baku untuk menjual makanan dan minuman juga
Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan sebagai tempat bertemunya segala macam
dalam proses penyiapan, pengolahan, masyarakat dalam hal ini mahasiswa
dan/atau pembuatan makanan atau maupun karyawan yang berada di
minuman. Penyediaan pangan dalam sebuah lingkungan kampus, dengan segala penyakit
institusi dapat dilakukan melalui pengadaan yang mungkin dideritanya (Depkes RI,
kantin-kantin di lingkungannya. Hampir 2003).
semua institusi maupun lembaga memiliki Universitas X merupakan salah satu
kantin atapun cafetaria, seperti pada perguruan tinggi negeri unggul di Indonesia
perkantoran, rumah sakit maupun di yang dalam 3 tahun terakhir ada pada
lingkungan institusi pendidikan dasar peringkat 50 besar universitas terbaik di
maupun pendidikan tinggi atau kampus. Indonesia. Sebagai Perguruan Tinggi
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

Negeri, Universitas X wajib tertinggi di rumah tinggal (48,9%) dan


mengimplementasikan berbagai regulasi sekolah (13,7%). Masakan rumah tangga
pemerintah yang ada pun. Tentu hal itu bisa (46,9%) dan makanan jasa boga (18,9%)
jalan bilamana didukung oleh fasilitas yang sebagai jenis pangan penyebab tertinggi
memadai, yang diantaranya adalah kantin. dengan agen penyebab tersering adalah
Dimana kantin merupakan sarana vital yang bakteri patogen (74,9%) dengan E.coli
peruntukannya sebagai tempat bagi sebagai penyebab tersering (20%). Faktor
mahasiswa maupun pekerja untuk mengisi yang paling berkontribusi adalah
energi, dimana energi tersebut akan pengolahan makanan yang tidak baik dan
bermanfaat bagi proses pembentukan raga penyimpanan yang tidak sesuai. Kasus
yang sehat, tentunya proses pengisian energi kejadian luar biasa keracuanan pangan
ini diperoleh mahasiswa dan pekerja dari tersebut menyebabkan perlunya pengukuran
makanan yang di konsumsinya. sanitasi makanan khusunya lingkup kampus.
Kondisi kantin sebuah kampus Kebanyakan, kondisi kantin
mencerminkan bagaimana status kesehatan khususnya di lingkungan kampus jarang
civitas akademika di dalamnya. Makanan sekali diperhatikan oleh pengelolanya, baik
sangat erat kaitannya dengan status gizi dan itu dari aspek makanan yang dijual, para
kesehatan manusia, sehingga apa yang penjamah makanan dalam hal ini penjual
dijajakan dan dikonsumsi oleh baik itu makanan itu sendiri, petugas kebersihan
mahasiswa dan para pekerja di dalamnya serta aspek sanitasi dan pengelolaan
secara tidak langsung dapat menjadi limbahnya. Dengan konsumen yang begitu
indicator kesehatan konsumennya. Tidak banyak, umumnya para penjamah makanan
jarang, makanan menjadi sumber lalai untuk menjamin kehigienitasan makan
kontaminasi dan penularan penyakit pada yang dijajakan. Banyak dari penjual
manusia. Kandungan yang kompleks pada makanan hanya menjual makanan yang
bahan pangan maupun pangan olahan dirasa disukai oleh banyak konsumen tanpa
menjadi salah satu media tumbuh dan mementingkan aspek nilai gizi yang ada
berkembangnya bakteri maupun jamur yang dalam makanan tersebut. Selain itu, yang
dapat merugikan manusia. sering luput dari perhatian adalah fasilitas
Penyakit yang menonojol dan sering dalam kantin itu sendiri seperti kurangnya
terjadi yang berkaitan dengan penyediaan tempat cuci tangan ataupun tempat untuk
makanan tidak higienis adalah diare, membuang sampah makanan. Hal ini akan
gastroenteritis dan keracunan makanan. berdampak pada rentannya konsumen yang
Salah satu penyebab penyakit yang mengkonsumsi makanan di sana untuk
disebabkan oleh makanan adalah racun yang terjangkit berbagai penyakit akibat ketidak-
dihasilkan oleh mokroorganisme yang ada higienitasan makanan dan juga kondisi
dalam makanan seperti Staphylococcus, kantin.
Clostridium botolinum, dan Clostridium Dalam upaya mewujudkan kondisi
welchii (Azwar, 1996 dalam Chusna, 2013). belajar-mengajar yang sehat, salah satu cara
Bakteri tersebut disebabkan oleh beberapa yang dapat dilakukan adalah dengan
faktor salah satunya kondisi kantin yang penerapan kantin sehat. Kantin yang sehat
tidak higienis. Bahkan menurut Arisanti, tidak hanya bersih namun juga memenuhi
Indriani, dan Wilopo (2017) Kejadian luar persyaratan lainnya dalam hal sanitasi dan
biasa keracunan pangan di Indonesia periode kelayakan makanan yang dijual di
2000–2015 berjumlah 61.119 kasus dari dalamnya. Keberadaan kantin sehat di
715.579. Perempuan lebih berisiko lingkungan kampus dapat mendorong civitas
mengalami keracunan pangan dengan akademika untuk lebih memperhatikan
proporsi 54,6%. Makan rutin (36,6%) dan kesehatan dan keamanan makanan yang
hajatan (29,7%) merupakan jenis kegiatan dikonsumsinya. Penelitian ini bertujuan
yang paling berisiko dengan area kasus untuk menganalisis capaian dari

186
Fesdila Putri Nurani, Lia Nirawati, Arimurti Kriswibowo dan Dzakiyah A Hikamah: Evaluasi Capaian Implementasi
Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Jasa Boga di Kantin Kampus X Provinsi Jawa Timur

implementasi permenkes 1096/ Berdasarkan keenam prinsip tersebut maka


Menkes/PER/VI/2011 tentang jasa boga di kantin harus dapat memberikan pelayanan
Universitas X di provinsi Jawa Timur, hasil atau menyediakan keperluan makan dan
dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi minum kepada konsumen dengan baik
evaluasi dan memberi saran praktis atas sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman
kebijakan hygiene sanitasi kantin. kepada konsumen dan menguntungkan bagi
pihak kantin.
KAJIAN PUSTAKA Dari sisi kebijakan public, Menurut
Sanitasi lingkungan adalah status Wollman (2007) dalam Diurna et al. (2015)
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup terdapat 3 tipe evaluasi kebijakan yaitu Ex-
perumahan, pembuangan kotoran, ante evaluation, Ongoing evaluation dan
penyediaan air bersih dan sebagainya Ex-post evaluation.
(Notoadmodjo, 2003). Pada umumnya,
sanitasi dikaitkan dengan kebersihan dan 1. Ex-ante evaluation. Adalah evaluasi
kesehatan suatu lingkungan. Institusi kebijakan yang dilakukan sebelum
kesehatan dan industry jasaboga merupakan kebijakan diimplementasikan. Secara
tempat yang mendapat perhatian besar hipotetik evaluasi tipe ini ditujukan untuk
dalam hal sanitasi. Sanitasi lingkungan mengantisipasi dan memberikan
ditujukan untuk memenuhi persyaratan penilaian awal tentang perkiraan efek
lingkungan yang sehat dan nyaman. atau dampak serta konsekuensi dari
Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat kebijakan yang direncanakan atau telah
menjadi sumber berbagai penyakit yang ditetapkan. Tujuannya adalah
dapat mengganggu kesehatan manusia memberikan informasi yang relevan
(Owihual, 2012). dengan kebijakan atau dengan proses
Kualitas hygiene dan sanitasi yang pembuatan kebijakan yang sedang
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu berjalan. Ex-ante evaluation adalah
faktor penjamah makanan dan faktor instrumen penting dari penentuan pilihan
lingkungan dimana makanan tersebut diolah, dari berbagai opsi kebijakan yang ada.
termasuk fasilitas pengolahan makanan yang Evaluasi tipe ini juga memberikan analisa
tersedia. Dari kedua faktor tersebut, faktor dampak terhadap lingkungan kebijakan.
penjamah makanan dipandang lebih penting 2. Ongoing Evaluation. Mengidentifikasi
karena ia sebagai manusia, bersifat aktif dan mengukur dampak dan hasil dari
yang mampu merubah diri dan lingkungan program yang sedang berjalan. Esensi
kearah yang lebih baik atau sebaliknya dari Ongoing evaluation adalah untuk
(Rahmayani, 2018) memberikan informasi yang relevan,
Untuk menciptakan makanan dan kembali pada proses implementasi
minuman yang sehat, aman, serat higienis kebijakan, terutama pada tahapan tertentu
pengelola harus memperhatikan dan dari impelementasi kebijakan saat
melaksanakan 6 prinsip sanitasi Soekresno informasi tersebut dapat dipergunakan
(2001) dalam Chusna 2013 yaitu: (1) untuk memperbaiki, revisi, “meluruskan”
Kebersihan peralatan. (2) Kebersihan cara kembali proses impelementasi kebijakan
penyimpanan bahan makanan dan minuman. ke arah yang sesungguhnya ingin
(3) Kebersihan pengolahan bahan makanan dicapai.
dan minuman yang meliputi kebersihan 3. Ex-post evaluation. Menurut Wollman ini
tenaga pengolah, kebersihan tempat merupakan varian klasik dari evaluasi
pengolahan, kebersihan teknik penjamah kebijakan. Evaluasi ini ditujukan untuk
makanan. (4) Kebersihan makanan matang memberikan penilaian terhadap tingkat
(5) Kebersihan proses pemindahan makanan pencapaian tujuan serta dampak dari
dan minuman matang (6) Kebersihan proses kebijakan yang telah dilaksanakan. Ini
penyajian makanan dan minuman. juga merupakan evaluasi hasil kebijakan.

187
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

Penelitian ini berfokus pada model evaluasi dibuat oleh pemerintah untuk bertindak, atau
kebijakan Ex-post evaluation dimana tidak bertindak untuk menyelesaikan
penelitian ini bertujuan untuk memberikan masalah. Adapun pendapat Taufiqurokhman
evaluasi standard layanan kafetari menurut (2014) Proses analisis kebijakan publik
PERMENKES RI No. 1096/ MENKES/ adalah serangkaian aktivitas intelektual yang
PER/ VI/ 201. dilakukan di dalam proses kegiatan yang
Kantin sebagai salah satu tempat bersifat politis. Aktivitas politis tersebut
bertemunya konsumen dan produsen dalam nampak dalam serangkaian kegiatan yang
memenuhi asupan gizi makanan tidak luput mencakup penyusunan agenda, formulasi
dari penerapan sanitasi. Sanitasi pada kantin kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
yaitu usaha kesehatan yang dilakukan kebijakan, dan penilaian kebijakan.
dengan cara memelihara dan melindungi Implementasi sebuah kebijakan
kebersihan lingkungan kantin dari berbagai harus disadarkan bahwa kebijakan tersebut
faktor resiko yang dapat mencemari
perlu diadopsikan (adopted) ke dalam proses
lingkungan kantin. (Owihual, 2012). Kantin
manajemen organisasi agar dapat
maupun kafetaria biasanya terdapat hampir
semua di instansi, baik di lingkungan dilaksanakan. Stoner (dalam Daryono, 2011)
institusi kesehatan pendidikan, maupun berpendapat bahwa manajemen adalah
pemerintahan. Menurut Vyth et al., (2011), proses perencanaan, pengorganisasian,
kafetaria yang berada di lingkungan kerja pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha
merupakan tempat yang krusial dimana para anggota organisasi dan penggunaan
orang-orang akan dihadapkan pada pilihan sumber daya organisasi lainnya untuk
makanan sehat dan asupan makanan saat mencapai tujuan organisasi yang telah
makan siang sangat berkontribusi secara ditetapkan. Manajemen adalah proses yang
significan berdasarkan jenis makanan yang penting dalam organisasi, mengingat
dikonsumsi. pengelolaan organisasi adalah manajemen
Sanitasi dalam industry jasaboga organisasi itu sendiri. Setelah implementasi
merupakan salah satu persyaratan yang
kebijakan dilaksanakan diperlukan evaluasi
harus dipenuhi dalam kegiatannya.
Persyaratan teknis dalam penyelenggaraan kebijakan untuk mengukur keberhasilan
jasaboga telah diatur dalam PERMENKES suatu kebijakan.
RI No. 1096/ MENKES/ PER/ VI/ 2011. Menurut Nugroho (2018) berpendapat
Aspek persyaratan teknis yang diatur di bahwa evaluasi kebijakan berfokus kepada
dalamnya antara lain aspek bangunan, pemahaman bahwa sebuah kebijakan publik
fasilitas sanitasi, peralatan, ketenagaan, tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan
makanan dan pemeriksaan hygiene sanitasi. harus diawasi dan salah satu mekanisme
Dalam hal ini, sebuah lembaga atau institusi pengawasan tersebut disebut sebagai
setidaknya perlu membuat suatu aturan atau “evaluasi kebijakan”. Evaluasi kebijakan
kebijakan yang baku mengenai pengelolaan biasanya ditunjuk untuk menilai sejauh
kantin atau kafetaria berdasarkan peraturan mana keefektifan kebijakan publik
pemerintah yang telah diterbitkan. dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
Mackay dan Shaxton (2005) (konstituennya). Sejauh mana tujuan
berpendapat public policy is what the dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat
government chooses to do, or not to do. It is “harapan” dengan “kenyataan".
a decision made by government to either act, Tujuan utama dari evaluasi bukan
or not act in order to resolve a problem. untuk mencari siapa yang salah, namun
Dapat diartikan kebijakan publik adalah apa lebih melihat kesenjangan antara hasil atau
yang pemerintah pilih untuk lakukan, atau pencapaian dengan harapan dari suatu
tidak lakukan. Ini adalah keputusan yang kebijakan publik. Hal yang dilakukan

188
Fesdila Putri Nurani, Lia Nirawati, Arimurti Kriswibowo dan Dzakiyah A Hikamah: Evaluasi Capaian Implementasi
Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Jasa Boga di Kantin Kampus X Provinsi Jawa Timur

selanjutnya adalah bagaimana mengurangi menyediakan, menyajikan, dan menjual


dan menutupi kesenjangan tersebut. Jadi makanan dan minuman yang bergizi, bersih,
evaluasi kebijakan publik harus dipandang dan aman untuk dikonsumsi. Saat ini
sebagai hal yang yang positif karena muncul inovasi – inovasi
bertujuan untuk mencarikan jalan keluar
atau solusi yang tepat untuk menutup METODE PENELITIAN
kekurangan. Yang, Zhang, & Holzer (2008)
Ciri Evaluasi kebijakan yaitu (1) berpendapat bahwa pada realitas penelitian
Tujuannya menemukan hal-hal yang yang seringkali multi paradigma, peneliti
strategis untuk meningkatkan harus dapat mengadopsi keuntungan lebih
performa/kinerja kebijakan, (2) Evaluator dari mixed methodology. Oleh sebab itu
mampu emngambil jarak dari pembuat pendekatan yang digunakan dalam
kebijakan, pelaksana kebijakan dan target/ penelitian ini adalah gabungan kualitatif-
sasaran kebijakan, pelaksana kebijakan dan kuantitatif deskriptif dengan sumber data
target/sasaran kebijakan, (3) Dilaksankan primer yang diambil dari wawancara,
tidak dalam suasana permusuhan atau observasi, dan pengukuran indikator-
kebencian maupun kepentingan, (4) indikator serta data sekunder dari teknik
mencakup rumusan, implementasi, dokumentasi. Hal ini dilakukan mengingat,
lingkungan dan kinerja kebijakan, (5) PERMENKES RI No. 1096/ MENKES/
prosedur dapat dipertanggung jawabkan PER/ VI/ 2011 yang menjelaskan aspek
secara metodologi (Nugroho, 2018). persyaratan teknis yang diatur di dalamnya
Menurut PERMENKES RI No. 1096/ antara lain aspek bangunan, fasilitas sanitasi,
MENKES/ PER/ VI/ 2011 dijadikan sebagai peralatan, ketenagaan, makanan dan
acuan dalam penyelenggaraan jasaboga pemeriksaan hygiene sanitasi. Piotrowski
tidak lain untuk menjaga mutu serta menambahkan bahwa penggunaan mixed
memastikan pangan yang dikonsumsi oleh methodology bukanlah hal baru dalam
konsumennya bersih dana man. Situasi penelitian-penelitian administrasi publik
kantin yang ditata berdasarkan standar (Yang & Miller, 2008). Pendekatan ini
teknis pelayanan jasaboga dengan sendirinya dilakukan agar penelitian ini dapat
akan meningkatkan kesadaran produsen menghasilkan kesimpulan yang menyeluruh
untuk memproduksi dan menyiapkan pangan dari semua faktor standar yang ada pada
yang aman dan sehat bagin konsumen. Jasaboga. Fokus penelitian dititikberatkan
Peraturan tersebut senada dengan penyataan pada evaluasi standard layanan kafetari
Khakzand & Aghabozorgi (2015) where menurut PERMENKES RI No. 1096/
they agreed that the environmental MENKES/ PER/ VI/ 2011 tentang jasaboga.
condition does have a relationship with food Lokasi dari penelitian ini adalah Kafetaria di
choice. Yang dapat diartikan kondisi Universitas X di Provinsi Jawa Timur.
lingkungan memiliki hubungan dengan
pemilihan makanan. Sehingga dapat ditarik HASIL PENELITIAN DAN
kesimpulan bahwasannya kondisi bersih PEMBAHASAN
dengan sendirinya akan meningkatkan Keberadaan kantin di suatu
kesadaran. lingkungan atau institusi merupakan salah
Garis Panduan Penilaian Pengiktirafan satu sarana untuk mendapatkan asupan gizi
Kafeteria Sihat Edisi Kedua 2016. serta sarana untuk bersosialisasi. Kantin
According to this guideline, a healthy dapat menjadi salah satu tolok ukur
cafeteria is defined as a premise that kehidupan kampus yang berlangsung di
provides, serves and sells food and drink dalamnya. Hal ini bisa dilihat dari dimana
that is nutritious, clean and safe to be letak kantin kampus, fasilitas apa saja yang
consumed. yang berarti kafetaria sehat dapat ditemukan, makanan apa saja yang
didefinisikan sebagai premis yang dijual, hingga kondisi kebersihan kantin

189
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

tersebut. Pada umumnya, banyak Beberapa persyaratan dalam


masyarakat yang menilai bahwa sebuah penyelenggaraan jasa boga telah diatur
kantin yang baik haruslah bersih dan dalam Permenkes No. 1096/ MENKES/
menjual makanan yang sehat dan layak. PER/ VI/ 2011.
Namun, sebenarnya ada banyak sekali aspek Berdasarkan kriteria yang ditetapkan
yang harus diperhatikan saat mendirikan oleh pemerintah terkait penyediaan
sebuah kantin, khususnya di lingkungan jasaboga, maka dapat dilihat hasil penelitian
institusi pendidikan. mengenai prosentase capaian persyaratan
Salah satu hal yang berkaitan erat teknis sanitasi kantin yang diselenggarakan
dengan terwujudnya kantin sehat adalah di lingkungan Kampus Universitas X pada
sanitasi. Sanitasi adalah cara pengawasan table berikut ini :
masyarakat yang menitikberatkan kepada Tabel 1.
pengawasan terhadap berbagai faktor Prosentase Persyaratan Teknis
lingkungan yang mungkin mempengaruhi Kantin Kampus Universitas X Jawa Timur
derajat kesehatan masyarakat (Azwar, Persyaratan Teknis Prosesntase
1996). Sanitasi merupakan usaha Capaian
pencegahan penyakit dengan cara Bangunan 43%
menghilangkan atau mengatur faktor Fasilitas Sanitasi 45 %
lingkungan yang berkaitan dengan rantai Peralatan 75%
perpindahan penyakit. Sanitasi dalam Ketenagaan 55%
pengolahan pangan adalah penciptaan atau Rerata Prosentase
pemeliharaan kondisi yang mampu Capaian Persyaratan 54.5%
mencegah terjadinya kontaminasi makanan Teknis Kantin
atau terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh makanan (Marriot 1999). Terdapat 56 total Indikator dalam
Aspek penting lainnya terkait dengan persyaratan teknis penyelenggaraan
pewujudan kantin sehat adalah sanitasi jasaboga dan nilai persentase capaian dari
pekerja, dalam hal ini para penjamah semua indikator tersebut pada kantin
makanan. Penjamah makanan merupakan Universitas X adalah 54,5%. Nilai ini
pihak yang paling sering bersinggungan menunjukkan bahwa kantin kampus yang
dengan bahan pangan sejak pangan diselenggarakan pada kampus Universitas X
disiapkan di area dapur hingga sampai di masih jauh dari kata baik. Perlu adanya
meja konsumen. Penjamah makanan jajanan perbaikan dan peningkatan pada system
adalah orang yang secara langsung atau sanitasi untuk mendukung penyelenggaraan
tidak langsung berhubungan dengan kantin menuju kantin sehat di lingkungan
makanan dan peralatannya sejak dari tahap kampus Universitas X.
persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan penyajian. Standar Teknis Bangunan
Pekerja yang menangani makanan Tabel 2.
merupakan sumber kontaminasi yang Tabulasi Hasil Penelitian Standar Teknis
penting karena kandungan mikroorganisme Bangunan
patogen pada manusia dapat menimbulkan No Indikator Keteran
penyakit yang ditularkan melalui makanan. gan
Jenie (1988) menyebutkan bahwa sumber 1. Lokasi
kontaminasi potensial ini terdapat selama a. Halaman
jam kerja dari para penjual yang menangani 1) Terpampang papan nama X
makanan. Menurut Buckle et al. (1987) perusahaan dan nomor Izin
kebiasaan pribadi para pekerja dalam Usaha serta nomor Sertifikat
mengolah makanan merupakan sumber yang Laik Higiene Sanitasi.
penting dalam pencemaran sekunder.

190
Fesdila Putri Nurani, Lia Nirawati, Arimurti Kriswibowo dan Dzakiyah A Hikamah: Evaluasi Capaian Implementasi
Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Jasa Boga di Kantin Kampus X Provinsi Jawa Timur

(2) Halaman bersih, tidak X bangunan, terbuat dari bahan


bersemak, tidak banyak lalat yang permukaannya rata,
dan tersedia tempat sampah mudah dibersihkan, tidak
yang bersih dan bertutup, menyerap air dan berwarna
tidak terdapat tumpukan terang.
barang-barang yang dapat b. Tinggi langit-langit V
menjadi sarang tikus. minimal 2,4 meter di atas
(3) Pembuangan air limbah X lantai.
(air limbah dapur dan kamar 3 Pintu dan jendela
mandi) tidak menimbulkan a. Pintu ruang tempat X
sarang serangga, jalan pengolahan makanan dibuat
masuknya tikus dan membuka ke arah luar dan
dipelihara kebersihannya. dapat menutup sendiri (self
(4) Pembuangan air hujan V closing), dilengkapi peralatan
lancar, tidak terdapat anti serangga/lalat seperti
genangan air. kassa, tirai, pintu rangkap
b. Konstruksi V dan lain-lain.
Konstruksi bangunan untuk b. Pintu dan jendela ruang X
kegiatan jasaboga harus tempat pengolahan makanan
kokoh dan aman. Konstruksi dilengkapi peralatan anti
selain kuat juga selalu dalam serangga/lalat seperti kassa,
keadaan bersih secara fisik tirai, pintu rangkap dan lain-
dan bebas dari barang-barang lain yang dapat dibuka dan
sisa atau bekas yang dipasang untuk dibersihkan.
ditempatkan sembarangan. 4 Pencahayaan
c. Lantai V a. Intensitas pencahayaan V
Kedap air, rata, tidak retak, harus cukup untuk dapat
tidak licin, melakukan pemeriksaan dan
kemiringan/kelandaian cukup pembersihan serta melakukan
dan mudah dibersihkan. pekerjaan-pekerjaan secara
d. Dinding X efektif.
Permukaan dinding sebelah b. Setiap ruang tempat X
dalam rata, tidak lembab, pengolahan makanan dan
mudah dibersihkan dan tempat cuci tangan intensitas
berwarna terang. pencahayaan sedikitnya 20
Permukaan dinding yang foot candle/fc (200 lux) pada
selalu kena percikan air, titik 90 cm dari lantai.
dilapisi bahan kedap air c. Semua pencahayaan tidak X
setinggi 2 (dua) meter dari boleh menimbulkan silau dan
lantai dengan permukaan distribusinya sedemikian
halus, tidak menahan debu rupa sehingga tidak
dan berwarna terang. menimbulkan bayangan.
Sudut dinding dengan lantai d. Cahaya terang dapat X
berbentuk lengkung (conus) diketahui dengan alat ukur
agar mudah dibersihkan dan lux meter (foot candle meter)
tidak menyimpan 5 Ventilasi/penghawaan/lubang
debu/kotoran. angin
2 Langit-langit a. Bangunan atau ruangan V
a. Bidang langit-langit harus X tempat pengolahan makanan
menutupi seluruh atap

191
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

harus dilengkapi dengan dengan peralatan anti serangga yang dapat


ventilasi sehingga terjadi mencegah serangga masuk melalui celah
sirkulasi/peredaran udara. jendela. Hal ini sebenarnya sangat beresiko
b. Luas ventilasi 20% dari V bagi keamanan pangan yang ada di dalam
luas lantai kantin dimana resiko kontaminasi oleh
6 Ruang pengolahan makanan serangga maupun hewan pengerat dapat
a. Luas tempat pengolahan X terjadi.
makanan harus sesuai dengan Dalam hal pencahayaan, dikarenakan
jumlah karyawan yang desain yang semi outdoor, sehingga
bekerja dan peralatan yang kebutuhan penerangan yang berasal dari
ada di ruang pengolahan. sumber listrik tidak begitu besar. Sumber
b. Luas lantai dapur yang X pencahayaan pada kantin diperoleh dari
bebas dari peralatan minimal cahaya matahari yang masih dapat
dua meter persegi (2 m2) menerangi bagian dalam kantin. Desain
untuk setiap orang pekerja. demikian kemungkinan dimaksudakan juga
c. Ruang pengolahan V sebagai salah satu bentuk penghematan
makanan tidak boleh tenaga listrik yang digunakan. Namun tidak
berhubungan langsung dapat dipungkiri, adanya kantin yang lebih
dengan toilet/jamban, terbuka dapat menimbulkan resiko
peturasan dan kamar mandi. kontaminasi lebih besar daripada kantin
d. Peralatan di ruang V yang tertutup.
pengolahan makanan Ventilasi yang berada di dalam kantin
minimal harus ada meja dapat dikatakan lebih dari cukup. Hal ini
kerja, lemari/ tempat dapat dilihat karena pada bentuk dinding
penyimpanan bahan dan kantin yang didirikan dirancang demikian
makanan jadi yang rupa hingga membentuk celah yang dapat
terlindung dari gangguan membuat aliran udara lebih mudah. Namun
serangga, tikus dan hewan sekali lagi, adanya celah yang terlaku lebar
lainnya. dapt menjadi pintu masuk bagi hewan atau
serangga dari luar area kantin.
Tabel 2 menunjukkan bahwa beberapa Kantin Universitas X diisi oleh kurang
kriteria kantin sehat yang ditinjau dari segi lebih 48 tenant yang berbeda di dalamnya
fasilitas bangunan belum terlaksana. Poin 1 dengan luas tenant sebesar 5 m2. Masing-
menjelaskan mengenai lokasi kantin dimana masing tenant biasanya diisi oleh 2-3 orang
beberapa indicator seperti halaman dan petugas dengan luasan dapur kurang dari 2
dinding kantin masih belum memenuhi meter per orang. Toilet pada kantin berada
pesyaratan yang ditetapkan. Tidak jarang di bagian depan pintu masuk, berjarak dari
lalat dapat ditemukan di halaman kantin ruang pengolahan pangan. Hal ini telah
kampus dikarenakan terdapat tempat sesuai persyaratan teknis sanitasi jasaboga.
pembuangan sampah di area halaman. Selain Peralatan di ruang pengolahan makan
itu, lokasi saluran pembuangan yang berada biasanya akan disimpan kembali ke dalam
di sisi kantin tidak diberikan penutup tempat penyimpanan oleh petugas tenant
sehingga memungkinkan hewan seperti tikus ketika jam operasional kantin berakhir. Hal
dapat keluar masuk saluran maupun area ini dilakukan agar peralatan tidak kotor
kantin. terkena debu maupun kontaminasi serangga
Kantin Kampus Universitas X atau hewan lainnya.
tampaknya dibuat dengan desain semi
outdoor sehingga pintu selalu terbuka Standar Teknis Fasilitas Sanitasi
selama jam operasional berlangsung. Baik Tabel 3.
jendela maupun pintu tidak dilengkapi

192
Fesdila Putri Nurani, Lia Nirawati, Arimurti Kriswibowo dan Dzakiyah A Hikamah: Evaluasi Capaian Implementasi
Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Jasa Boga di Kantin Kampus X Provinsi Jawa Timur

Tabulasi Hasil Penelitian Standar Teknis mempunyai fasilitas


Fasilitas Sanitasi kamar mandi yang
No. Indikator Terlaksana dilengkapi dengan
1 Tempat cuci tangan air mengalir dan
a.Tersedia tempat cuci X saluran pembuangan
tangan yang terpisah air limbah yang
dari tempat cuci memenuhi
peralatan maupun persyaratan
bahan makanan kesehatan.
dilengkapi dengan b.Jumlah kamar X
air mengalir dan mandi harus
sabun, saluran mencukupi
pembuangan kebutuhan
tertutup, bak 5 Tempat sampah
penampungan air a.Tempat sampah V
dan alat pengering. harus terpisah antara
b.Tempat cuci tangan V sampah basah
diletakkan pada (organik) dan
tempat yang mudah sampah kering (an
dijangkau dan dekat organik).
dengan tempat b.Tempat sampah V
bekerja. harus bertutup,
c.Jumlah tempat cuci X tersedia dalam
tangan disesuaikan jumlah yang cukup
dengan jumlah dan diletakkan
karyawan sedekat mungkin
2 Air bersih dengan sumber
a.Air bersih harus V produksi sampah,
tersedia cukup namun dapat
untuk seluruh menghindari
kegiatan kemungkinan
penyelenggaraan tercemarnya
jasaboga. makanan oleh
b.Kualitas air bersih V sampah.
harus memenuhi
persyaratan sesuai Wastafel atau tempat cuci tangan
dengan peraturan merupakan salah satu fasilitas yang harus
yang berlaku. dimiliki dalam sebuah kantin. Tempat cuci
3 Jamban dan peturasan tangan yang baik harus terpisah dari tempat
(urinoir) untuk mencuci bahan makanan dan air yang
a.Jasaboga harus V digunakan haruslah air mengalir. Pada
mempunyai jamban dasarnya, kondisi demikian dimaksudkan
dan peturasan yang agar tidak terjadi ontaminasi silang manusia
memenuhi syarat terhadap bahan makanan yang akan diolah.
higiene sanitasi Selain tempat cuci tangan bagi petugas,
b.Jumlah jamban X biasanya wastafel juga harus disiapkan bagi
harus cukup pengunjung kantin. Kantin Kampus
4 Kamar mandi Universitas X agaknya masih belum
a.Jasaboga harus V memperhatikan pentingnya kehadiran
wastafel di dalam area kantin. Di dalam

193
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

tenant, tempat cuci menjadi satu dengan memungkinkan


tempat pencucian bahan makanan dan terpisah dari
peralatan masak maupun makanan. Masing- tempat pencucian
masing tenant memiliki satu tempat cuci, bahan pangan.
sedangkan di area makan atau pengunjung b. Pencucian V
tidak ditemukan tempat cuci tangan. peralatan harus
Penyediaan air bersih agaknya bisa menggunakan
dipenuhi. Air yang digunakan masih dalam bahan
kriteria air bersih yakni tidak berbau, tidak pembersih/deterjen
berwarna serta tidak berasa. Hanya saja, .
belum dilakukan controlling secara berkala c. Pencucian bahan X
untuk pengujian cemaan mikrobiologis. Hal makanan yang
ini sangat penting dilakukan mengingat air tidak dimasak atau
bisa menjadi salah satu cemaran dan dimakan mentah
meningkatkan resiko kesehatan apabila harus dicuci
diketahui postif mengandung bakteri dengan
koliform. menggunakan
Jumlah jamban maupun peturasan larutan Kalium
yang berada di dalam area kantin sangat Permanganat
kurang. Di dalam area kantin hanya terdapat (KMnO4) dengan
2 toilet dimana terdapat sekitar 120 orang konsentrasi 0,02%
pekerja tenant dan lebih dari 150 orang selama 2 menit
pengunjung saat jam makan siang. Dengan atau larutan kaporit
jumlah petugas dan pengunjung sekian dengan konsentrasi
banyak, menurut PERMENKES RI 70% selama 2
No.1096/MENKES/ PER/2011 seharusnya menit atau
setidaknya ada 6-7 jamban serta 4 buah dicelupkan ke
peturasan. dalam air mendidih
Tempat sampah sebagai tempat (suhu 80°C -
pembuangan limbah makanan telah tersedia 100°C) selama 1 –
di area halaman kantin. Ada 3 jenis tempat 5 detik.
sampah yang disediakan, yaitu untuk d. Peralatan dan V
sampah kering, sampah basah dan sampah bahan makanan
plastic. Untuk tempat sampah di dalam yang telah
dapur penyedia makanan, biasanya dikelola dibersihkan
sendiri oleh petugas tenant. Hanya saja, disimpan dalam
petugas tenant seringkali tidak memisahkan tempat yang
sampah berdasarkan sifat atau jenis sampah terlindung dari
yang dihasilkan, sehingga seringkali saat pencemaran
dibawa ke tempat sampah besar, sampah serangga, tikus dan
organic dan anorganik masih tercampur. hewan lainnya.

Standar Teknis Peralatan Dalam pelayanan jasaboga, digunakan


Tabel 4. beberapa peralatan yang terdiri dari
Tabulasi Hasil Penelitian Stabdar Teknis peralatan untuk menyiapkan bahan pangan
Peralatan dan juga peralatan untuk menyajikan
No. Indikator Terlaksana makanan pada konsumen. Peralatan yang
1 a. Tersedia tempat V digunakan dalam proses persiapan bahan
pencucian pangan antara lain pisau, talenan, wadah
peralatan, jika plastic dan peralatn lainnya yang diperlukan

194
Fesdila Putri Nurani, Lia Nirawati, Arimurti Kriswibowo dan Dzakiyah A Hikamah: Evaluasi Capaian Implementasi
Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Jasa Boga di Kantin Kampus X Provinsi Jawa Timur

dalam preparasi hingga proses memasak 2 Berbadan sehat yang X


bahan pangan. Makanan yang telah dimasak dibuktikan dengan
umumnya disajikan dalam piring, mangkok, surat keterangan
maupun gelas. Peralatan ini harus selalu dokter
dijaga dan dipastikan kebersihannya agar 3 Tidak mengidap V
tidak menjadi sumber kontaminasi bagi penyakit menular
konsumennya. Hal yang harus dilakukan seperti tipus, kolera,
adalah dengan mencuci peralatan yang akan TBC, hepatitis dan
maupun telah digunakan dalam proses lain-lain atau
pengolahan hingga penyajian makanan. pembawa kuman
Beberapa hal mengenai peralatan yang (carrier).
digunakan dalam industry jasaboga 4 Setiap karyawan X
ditetapkan dalam standar teknis pada harus memiliki buku
PERMENKES RI No.1096/MENKES/ pemeriksaan
PER/2011. Tempat pencucian peralatan kesehatan yang
merupakan salah satu hal yang menjadi berlaku.
focus dalam standar teknis. Setiap booth 5 Semua kegiatan V
pada kantin Kampus Universitas X telah pengolahan makanan
memiliki tempat cuci peralatan, walaupun harus dilakukan
belum terpisah dengan tenmpat pencucian dengan cara
bahan pangan. Pencucian peralatan oleh terlindung dari
petugas tenant dilakukan menggunakan kontak langsung
sabun pencuci piring komersial. dengan tubuh.
Kebanyakan makanan yang dijual di dalam 6 Perlindungan kontak
kantin mengandung minyak, sehingga hanya langsung dengan
bisa dibersihkan menggunakan sabun makanan dilakukan
pencuci piring. dengan
Peralatan yang biasanya digunakan menggunakan alat:
selama jam operasional kantin, akan a. Sarung tangan X
dibersihkan atau minimal dilakukan plastik sekali pakai
pencucian dengan air mengalir saat jam (disposal)
operasional kantin berakhir. Kemudian b. Penjepit makanan V
peralatan-peralatan tersebut akan disimpan c. Sendok garpu V
di lemari-lemari yang ada di setiap booth. 7 Untuk melindungi
Hal ini dilakukan agar peralatan yang telah pencemaran terhadap
dibersihkan tidak kotor kembali oleh debu makanan
atau didatangi oleh hewan. Makanan yang menggunakan
dijual di kantin Kampus Universitas X Jawa a. Celemek/apron V
Timur semuanya disiapkan melalui proses b. Tutup rambut X
pemasakan, sehingga penggunaan larutan c. Sepatu kedap air X
KMnO4 0,02% tidak dilakukan.
8 Perilaku selama
bekerja/mengelola
Standar Teknis Ketenagaan
makanan:
Tabel 5.
a. Tidak merokok X
Tabulasi Hasil Penelitian Standar Teknis
b. Tidak makan atau X
Ketenagaan
mengunyah
No Indikator Terlaksana
c. Tidak memakai X
1 Memiliki sertifikat X
perhiasan, kecuali
kursus higiene
cincin kawin yang
sanitasi makanan.

195
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

tidak berhias (polos) penting bagi penjamah makanan untuk


d. Tidak V menyertakian surat keterangan sehat yang
menggunakan menyatakan bahwa mereka tidak mengidap
peralatan dan penyakit menular berbahaya yang bisa
fasilitas yang bukan ditularkan kepada konsumen. Medical
untuk keperluannya checkup secara berkala juga dapat dijadikan
e. Selalu mencuci V pertimbangan perbaikan ke depan untuk
tangan sebelum memantau kesehatan penjamah makanan.
bekerja, setelah Beberapa alat pelengkap diri seperti
bekerja dan setelah penutup rambut dan sepatu kedap air tidak
keluar dari digunakan oleh penjamah makanan. Salah
toilet/jamban satu bentuk dari penutup kepala adalah
f. Selalu memakai V jilbab, dan terdapat beberapa petugas tenant
pakaian kerja dan yang menggunakan jilbab namun bagi yang
pakaian pelindung tidak berjilbab tidak menggunakan penutup
dengan benar kepala khusus. Hal ini bisa jadi karena
g. Selalu memakai V pengelola kantin dalam hal ini Kampus
pakaian kerja yang Universitas X di Provinsi Jawa Timur tidak
bersih yang tidak menyediakan kelengkapan tersebut.
dipakai di luar Beberapa perilaku yang diamati dari petugas
tempat jasaboga tenant yang berada di lingkungan kantin
h. Tidak banyak V masih menujukkan kurangnya kesadaran
berbicara dan selalu untuk menciptakan kantin yang sehat.
menutup mulut pada Pembinaan serta penyuluhan bagi petugas
saat batuk atau tenant sangat diperlukan untuk mendukung
bersin dengan terciptanya kantin sehat di lingkungan
menjauhi makanan Kampus Universitas X. Selain hal-hal di
atau keluar dari atas, sanitasi makanan juga perlu dilakukan.
ruangan Tujuan Higiene Sanitasi Makanan dan
i. Tidak menyisir V Minuman (Depkes RI, 2007) antara lain
rambut di dekat tersedianya makanan yang berkualitas baik
makanan yang akan dan aman bagi kesehatan konsumen,
dan telah diolah menurunnya kejadian risiko penularan
penyakit atau gangguan kesehatan melalui
Petugas atau tenaga kerja yang makanan, terwujudnya perilaku kerja yang
menangani penyaiapan bahan pangan hingga sehat dan benar dalam penanganan makanan
penyajian pada konsumen disebut dengan di institusi.
penjamah makanan. Berdasarkan Dalam sanitasi makanan, hal-hal yang
persyaratan teknis yang ditetapkan pada harus diperhatikan antara lain mutu bahan
PERMENKES RI No.1096/MENKES pangan harus baik, tanggal kadaluarsa belum
/PER/2011, ada beberapa hal yang belum terlewati, bahan tambahan pangan yang
terpenuhi dan dapat dijadikan bahan digunakan sesuai dengan yang ditetapkan
pertimbangan untuk perbaikan. Petugas oleh pemerintah, kemasan harus baik,
tenant atau penjamah makanan yang berada penyimpanan makanan yang tepat, serta
di olingkungan kantin Kampus Universitas penyajian yang baik. Sanitasi makanan
X sebaiknya memiliki sertifikat kursus sangat erat kaitannya dengan keamanan
hygiene sanitasi makanan. Hal ini penting pangan. Kemananan pangan bertujuan
untuk dipertimbangkan agar makanan yang memastikan makanan tidak akan
disajikan pada konsumen terjamin menimbulkan resiko bahaya kesehatan bagi
kebersihan dan keamanannya. Selain itu, konsumen. Penerapan sanitasi dan hygiene

196
Fesdila Putri Nurani, Lia Nirawati, Arimurti Kriswibowo dan Dzakiyah A Hikamah: Evaluasi Capaian Implementasi
Permenkes No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Jasa Boga di Kantin Kampus X Provinsi Jawa Timur

kantin dengan baik dapat menghindarkan kejadian luar biasa keracunan pangan di
makanan dari resiko kontaminasi dan juga Indonesia: kajian sistematis
penularan penyakit. Kontaminasi makanan Contribution of agents and factors
dapat bersal dari 3 sumber, yakni causing foodborne outbreak in
kontaminasi biologis yang bersumber dari Indonesia: a systematic review.” Bkm
organisme hidup, kontaminasi kimiawi yang 34(3):99–106.
bersumber dari senyawa atau bahan kimia Chusna, Fina Izzatul. 2013. Faktor Yang
yang terdapat dalam makanan, serta Mempengaruhi Kualitas Sarana
kontaminasi fisik yang bersumber dari Sanitasi Kantin Di Universitas Negeri
benda-benda asing yang terikut di dalam Semarang Tahun 2012. Vol. 2.
makanan seperti rambut, plastic, batu kerikil Diurna, Acta, Volume Iv, Abstrak Sampai,
maupun benda asing lainnya Sulawesi Utara, Kepolisian Daerah,
(Purnawijayanti, 2001). Provinsi Sulawesi, Sulawesi Utara,
Sulawesi Utara, Peraturan Daerah
PENUTUP Nomor, Tentang Pencegahan,
Kesimpulan Pemberantasan Perdagangan, Orang
Nilai prosentase capaian standar Terutama, Di Minahasa Selatan,
teknis penyelenggaraan jasaboga di Provinsi Sulawesi Utara, Minahasa
lingkungan kampus X masih cukup rendah Selatan, Perda Nomor, dan Sulawesi
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan Utara. 2015. “Evaluasi Kebijakan
dalam PERMENKES RI No. 1096/ Pencegahan William Dunn.” IV(5).
MENKES/PER/VI/2011. Hal ini didorong Mackay, Melissa dan Louise Shaxton. 2005.
dengan kurangnya fasilitas sanitasi dalam “Understanding and Applying Basic Public
mendukung penyelenggaraan kantin sehat. Policy Concepts.” (3):1–5.
Selain peningkatan sarana fasilitas sanitasi, Marriot NG. 1999. Principle of Food
keberadaan kantin sehat di lingkungan Sanitation. Ed ke-4. Virginia: Aspen Pub.
kampus dapat diwujudkan dengan Nugroho, Rian. 2018. Public Policy. Jakarta:
melibatkan semua pihak, baik pengelola PT Elex Media Komputindo.
kampus, pengelola kantin, penjamah Nurani, F. P., & Kurniati, E. 2019.
makanan serta konsumen. Untuk Penyuluhan Sistem Keamanan Pangan
memperbaiki capaian standar jasa boga Dalam Produksi Keripik Tempe Di
tersebut, institusi perlu membuat kebijakan Desa Parerejo Kabupaten Jawa
devariat pada tataran praktis dalam bentuk Timur. JATI EMAS (Jurnal Aplikasi
Standar Operating Prosedur seperti SOP Teknik dan Pengabdian
Kebersihan Lokasi Makan, SOP Manajer Masyarakat), 3(1), 104-108.
Kantin, SOP Pengelola Lapak, SOP Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-prinsip dasar
Kebersihan Jamban, Peturasan, Wastafel dan ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta:
Saluran Pembuangan, dan SOP Pengolah Rineka Cipta,10.
Bahan Makanan. Melalui implementasi Oihuwal, T.S. 2012. Gambaran Higiene Dan
kebijakan kantin sehat, akan mampu Sanitasi Kantin Kampus Di Lingkungan
menciptakan kehidupan kampus yang lebih Universitas Islam Negeri Alauddin
sehat dan aman. Makassar. Skripsi : Universitas
Alauddin Makassar.
Rahmayani, Rahmayani. 2018. “Hubungan
pengetahuan, sikap dan tindakan
hygiene sanitasi pedagang makanan
DAFTAR PUSTAKA jajanan di pinggir jalan.” AcTion: Aceh
Arisanti, Risalia Reni, Citra Indriani, dan Nutrition Journal 3(2):172.
Siswanto Agus Wilopo. 2017.
“Kontribusi agen dan faktor penyebab

197
DINAMIKA GOVERNANCE: JURNAL ILMU ADMINISTRASI NEGARA Volume 9 (2), Oktober 2019

Saputra, J. 2016. Studi Deksriptif Kantin


Dan Fasilitas Sanitasi Dasar Di
Lingkungan Sekolah DAsar Pada
wilayah Kerja Puskesmas Ungaran
Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten
Semarang Tahun 2016. Skripsi :
Universitas Negeri Semarang.
Taufiqurokhman. 2014. “Kebijakan Publik:
Pendelegasian Tanggung jawab Negara
kepada Presiden Selaku Penyelenggara
Pemerintahan.” Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Moestopo
Beragama (Pers) (1993):2–23.
Yang, K., & Miller, G. J. 2008. Handbook
of Research Method in Public
Administration. New York: Taylor &
Francis Group.
Yang, K., Zhang, Y., & Holzer, M. (2008).
Dealing with Multiple Paradigms in
Public Administration Research.

198

Anda mungkin juga menyukai