Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan

1. Definisi Nilai

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas

dasar pilihannya. Definisi ini dikemukakan oleh Gordon Allport (1964)

sebagai seorang ahli Psikologi kepribadian. Bagi Allport, nilai terjadi pada

wilayah Psikologis yang disebut keyakinan. Seperti ahli Psikologi pada

umumnya, keyakinan ditempatkan sebagai wilayah Psikologis yang lebih

tinggi dari wilayah lainnya seperti hasrat, motif, sikap, keinginan, dan

kebutuhan. Karena itu, keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak

indah pada wilayah ini merupakan hasil dari rentetan proses Psikologis

yang kemudian mengarahkan individu pada tindakan dan perbuatan yang

sesuai dengan nilai pilihannya.

Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam

menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif. Definisi ini

memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku manusia. Definisi ini lebih mencerminkan

pandangan sosiolog, seperti sosiolog pada umumnya, Kupperman

memandang norma sebagai salah satu bagian terpenting dari kehidupan

sosial, sebab dengan penegakan norma seseorang justru dapat merasa

tenang dan terbebas dari segala tuduhan masyarakat yang akan merugikan

dirinya. Oleh sebab itu, salah satu bagian terpenting dalam proses

9
Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
10

pertimbangan nilai (value judgment) adalah pelibatan nilai-nilai normatif

yang berlaku di masyarakat (Mulyana, 2004: 9).

Definisi yang berlaku umum, dalam arti tidak memiliki tekanan

pada sudut pandang tertentu adalah definisi yang dikemukakan oleh Hans

Jonas (Bertens, 1999). Ia menyatakan bahwa nilai adalah alamat sebuah

kata “ya” (value is adress of a yes), atau kalau diterjemahkan secara

kontekstual, nilai adalah sesuatu yang ditunjukkan dengan kata “ya”.

Definisi ini merupakan definisi yang memiliki kerangka lebih umum dan

luas daripada dua definisi sebelumnya. Kata “ya” dapat mencakup nilai

keyakinan individu secara Psikologis maupun nilai patokan normatif

secara sosiologis. Demikian pada penggunaan kata “alamat” dalam definisi

itu dapat mewakili atas tindakan yang ditentukan oleh keyakinan individu

maupun norma sosial (Mulyana, 2004: 10).

Persoalan nilai ini biasanya terkait dengan akhlak, moral, atau

karakter. Manakala kita melihat tindakan seseorang, kita kemudian

menunjukkan nilai baik atau buruk dari tindakan tersebut. Adakalanya

juga kita hanya memberi tempat pada nilai untuk bidang atau bentuk

kegiatan lainnya. Kita masih ingat bagaimana perdebatan mengenai ilmu

pengetahuan yang bebas nilai. Agar ilmu pengetahuan bisa membawa pada

pengetahuan yang benar dan obyektif maka harus lepas dari ikatan nilai-

nilai (value-free). Nilai bukan dipandang sebagai sumber kekuatan yang

harus melekat pada semua tindakan, melainkan dipandang mendistorsi

sampainya manusia pada pengetahuan yang benar.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
11

Namun kini, makin disadari posisi dan peran penting nilai dalam

kehidupan manusia. Nilai melekat dalam semua tindakan dan perbuatan.

Nilai menjadi acuan penting hidup manusia, supaya hidup dan tindakan

manusia menjadi bernilai. Nilai juga yang memberi makna terhadap

ucapan dan tindakan. Nilai juga melekat pada semua tindakan manusia

dalam berbagai bidang kehidupannya.

Konsepsi nilai-nilai dasar yang memiliki sifat sebagai berikut:

a. Nilai-nilai merupakan keyakinan. Namun, nilai merupakan keyakinan

yang terkait dengan emosi, tidak obyektif dan ide yang belum konkret.

b. Nilai merupakan konstruk motivasional. Nilai mengacu pada tujuan

yang diharapkan manusia bisa mencapainya.

c. Nilai-nilai mengatasi tindakan dan situasi tertentu. Nilai adalah tujuan

abstrak. Watak abstrak dari nilai membedakannya dari konsep, seperti

norma dan sikap, yang biasanya mengacu pada tindakan, obyek, atau

situasi tertentu.

d. Nilai-nilai menjadi pedoman dalam memilih atau mengevaluasi

tindakan, kebijakan, manusia, dan peristiwa. Nilai-nilai menjadi

standar dan kriteria.

e. Nilai-nilai tersusun berdasar arti penting relatifnya. Nilai-nilai manusia

membentuk satu sistem nilai yang tertata prioritasnya yang menandai

mereka sebagai individu (Sanusi, 2015: 17).

Dari beberapa pengertian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

nilai adalah evaluasi dari perbuatan atau tingkah laku seseorang yang

terdapat dalam norma dan konsep, nilai menjadi standar atau kriteria dari

norma dan konsep tersebut. Sehingga setiap perbuatan manusia dapat lebih

bernilai.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
12

2. Nilai-nilai Ketuhanan

Dilihat dari perspektif islam, pendidikan terikat oleh nilai

ketuhanan (theistik). Karena itu, pemaknaan pendidikan merupakan

perpaduan antara keunggulan spiritual dengan kultural. Bertolak dari

pemikiran ini, kesadaran beragama semestinya membingkai segala ikhtiar

pendidikan. Dengan demikian, budaya akan berkembang dengan

berlandaskan nilai-nilai agama, yang pada gilirannya akan melahirkan

hasil cipta, karya, rasa, dan karsa manusia yang sadar akan nilai-nilai

ilahiyah.

Kesadaran beragama yang mengkristal dalam pribadi orang yang

beriman dan bertaqwa adalah wujud dari kepatuhannya terhadap Allah

Swt. Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam diri seseorang

mengenai seperangkat nilai religius yang dianut. Karena kepatuhan, maka

niat, ucap, pikir, tindakan, perilaku, dan tujuan senantiasa diupayakan

berada dalam lingkup nilai-nilai yang diyakini. Apabila hal itu dikaitkan

dengan tujuan akhir dalam mencapai manusia yang beriman dan bertaqwa

serta memiliki akhlak yang mulia, maka kesadaran beragama memiliki

peran yang signifikan dalam mencapai tujuan tersebut.

Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang memiliki

dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai

sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya

dari Tuhan. Cakupan nilainya pun lebih luas. Struktur mental manusia dan

kebenaran mistik-transedental merupakan dua sisi unggul yang dimiliki

nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
13

(unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan;

antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan

tindakan, atau antara „itiqad dengan perbuatan (Mulyana, 2004: 35).

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa nilai ketuhanan

adalah nilai tertinggi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh setiap muslim

yang dapat di aplikasikan dalam kehidupan dengan amar ma‟ruf nahi

munkar untuk tercapai pribadi muslim yang kaffah sesuai dengan Al

Qur‟an dan As Sunnah ada beberapa nilai-nilai ketuhanan yang di

kembangkan dalam mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan yakni

aqidah, ma‟rifatullah, dan iman.

a. Aqidah

1) Pengertian Aqidah

Secara etimologis (lughatan), aqidah berakar dari kata

„aqada-ya‟qidu-„aqdan-„aqidatan. „aqdan berarti simpul, ikatan,

perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi „aqidah berarti

keyakinan. Secara terminologis menurut Hasan Al Banna Aqa‟id

(bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib

diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman

jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan

keragu-raguan.

2) Fungsi Aqidah

Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan.

Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin

kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu

akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
14

Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan

melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia

dan bermu‟amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan

diterima oleh Allah Swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah.

Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki

aqidah yang benar. Begitu seterusnya bolak-balik dan bersilang.

Seseorang bisa saja merekaya untuk terhindar dari

kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa

menghindar dari aqidah. Atau seseorang bisa saja pura-pura

melaksanakan ajaran formal Islam, tapi Allah tidak akan memberi

nilai kalau tidak dilandasi dengan aqidah yang benar (iman) (Ilyas,

2007: 10).

b. Ma‟rifatullah

Ma‟rifah (mengenal) kepada Allah‟Azza wa Jalla merupakan

hal yang fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Hal ini

dilakukan agar seseorang dapat menjadi muslim yang kaffah.

Kehidupannya senantiasa menjadi sebuah kehidupan yang

dikendalikan oleh perasaan harap dan cemas (baina khauf wa raja‟)

terhadap Allah. Oleh karena itu, kemusliman seseorang tidak dibatasi

oleh waktu dan tempat. Ia muslim yang utuh baik di masjid maupun di

pasar. Seseorang yang telah mengenal Allah Swt pasti akan tahu

tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan dan untuk apa dia

berada di muka bumi ini.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
15

Manusia sebagai makhluk yang tidak dapat mengenal Allah

secara langsung. Ia bisa mengenalnya melalui yang Dia sampaikan

kepada manusia baik serupa hasil perbuatan-Nya yang disebut dengan

ayat Kauniyah maupun dari penuturan-Nya dikenal dengan ayat

Qauliyah. Ada dua jalan mengenal Allah Swt yakni dengan

menggunakan akal dan memahami asmaul husna.

Ma‟rifat kepada Allah Swt dan mengenal-Nya melalui zat dan

sifat-sifatNya merupakan kewajiban bagi tiap muslimin dan muslimat

di manapun mereka berada. Dengan makrifat kepada Allah Swt itu

akan bersemilah iman dalam dada. Iman kepada Allah Swt menjadi

sendi keyakinan dan kepercayaan yang terpokok dalam Islam. Karena

itu, sungguh beruntung orang yang beriman kepada Allah Swt (Sudi,

2015: 1).

c. Iman

Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang

dibenarkan dalam hati, diirarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan

amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu

mengikuti petunjuk Allah Swt serta sunnah Nabi Muhammad Saw.

Iman adalah sikap atau attitude, yaitu kondisi mental yang

menunjukkan kecenderungan atau keimanan luar biasa terhadap Allah

Swt. Orang yang beriman kepada Allah Swt adalah orang yang rela

mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau

kemauan yang dituntut Allah Swt kepadanya. (Mahfud, 2011: 12).

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
16

Fitrah iman pada setiap individu seharusnya telah di pelihara

sejak dini, individu harus dibiasakan mengamalkan apa yang

diimaninya itu dalam kehidupan sehari-hari secara benar dan

istiqamah, di dalam Rukun Iman dan dan Rukun Islam terdapat nilai-

nilai bimbingan dan konseling yang dapat diterapkan dalam praktik di

lapangan.

1) Nilai-nilai Bimbingan dan Konseling dalam Rukun Iman

a) Iman kepada Allah Swt

Iman kepada Allah memiliki hubungan kuat dengan

kesembuhan suatu penyakit. Ketahanan seseorang ketika

melemah, dihadapi dengan faktor iman yang menjadi energi

fisik maupun psikis yang mampu menambah ketahanan diri

ketika mengadapi penderitaan atau penyakit. Penyakit

merupakan sumber dari keguncangan jiwa seperti gelisah,

takut, dan marah. Individu yang memiliki keimanan yang

kukuh tidak mudah gelisah dan takut dalam mengadapi

kekuatan yang lebi besar, lantaran dia yakin bahwa di atas

semua ada yang memiliki kekuatan yang sebenarnya, ia yakin

bahwa Allah yang maha menyembukan dari segala penyakit

dan Allah maha yang mampu memberi jalan keluar dalam

menghadapi segala kesulitan.

Beriman kepada Allah Swt merupakan kewajiban bagi

tiap muslim dengan beriman kepada Allah Swt manusia akan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
17

mendapat anugerah yang luar biasa di dunia dan di akhirat.

Beriman kepada Allah Swt dapat dicapai dengan jalan

mengenal Allah dan sifat-sifatNya. Dengan demikian, insya

Allah akan tertanam iman yang kuat dalam dada sehingga

landasan kepercayaan dan iman kita kepada Allah Swt bukan

hanya ikut ikutan melainkan betul –betul timbul dari kesadaran

dan keinsyafan (Abidin, 2007: 9).

Manfaat Beriman Kepada Allah Swt yakni mudah

menyelesaikan persoalan hidup yang tidak dapat dijawab oleh

ilmu pengetahuan dan akal manusia, menambah ilmu

pengetahuan karena dalam kitab Allah di samping berisi

tentang perintah dan larangan juga menjelaskan pokok-pokok

ilmu pengetahuan yang mendorong manusia mengembangkan

nya sesuai perkembangan zaman, serta menanamkan sikap

toleransi terhadap pengikut agama lain karena dengan beriman

kepada kitab kitab Allah manusia akan selalu menghormati dan

menghargai orang lain (Fatoni, 2013: 44).

b) Iman Kepada Malaikat

Keimanan kepada malaikat sangat penting bagi individu

mengingat manusia dalam perjalanan hidupnya sering

melanggar rambu-rambu moral dan etika dalam hubungannya

dengan manusia lain. Dengan keimanan kepada malaikat,

manusia selalu merasa bawa segala tingka laku dan ucapannya

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
18

ada yang mengontrol. Oleh sebab itu, mereka selalu berhati-

hati dalam bertindak dan berucap. Orang yang sehat jiwanya

adalah orang yang pikiran, perasaan, dan perilakunya selalu

baik, tidak melanggar hukum dan norma-norma sosial.

Menurut bahasa (etimologi). Malaikat berarti utusan.

Lafazhnya berasal dari kata malaka. Secara istilah

(terminologi), malaikat berarti sosok yang lembut (halus) yang

diberi kemampuan menyerupai beragam bentuk makhluk yang

berbeda, yang bertempat tinggal di langit (Thayyib, 2012: 21).

Malaikat adalah makhluk yang selalu patuh pada

ketentuan dan perintah Allah. Menurut bahasa Arab, kata

“malaikah” adalah bentuk jamak dari kata malak yang berarti

“kekuatan”. Malaikat dicipatakan Allah dari cahaya (nur).

Iman kepada Malaikat adalah meyakini adanya

malaikat, meski kita tidak dapat melihatnya. Namun begitu,

jika Allah berkehendak, malaikat dapat dilihat manusia, yang

biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu

menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para Nabi dan

Rasul (Fatoni, 2013: 51).

Dengan beriman kepada Malaikat seseorang akan lebih

mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah Swt yang

menciptakan dan menugaskan para Malaikat tersebut,

bersyukur kepada Allah Swt atas perhatian dan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
19

perlindunganNya terhadap hamba-hambaNya dengan

menugaskan para Malaikat untuk menjaga, membantu dan

mendo‟akan hamba-hambaNya, berusaha berhubungan dengan

para Malaikat dengan jalan mensucikan jiwa, membersihkan

hati dan meningkatkan ibadah kepada Allah Swt sehingga

seseorang akan sangat beruntung bila termasuk golongan yang

dido‟akan oleh para Malaikat sebab do‟a Malaikat tidak pernah

ditolak Tuhan, serta berusaha selalu berbuat kebaikan dan

menjauhi segala kemaksiatan serta ingat senantiasa kepada

Allah Swt sebab para Malaikat selalu mengawasi dan mencatat

amal perbuatan manusia (Ilyas, 2013: 92).

c) Iman Kepada Kitab Allah Swt

Al Qur‟an adalah panduan hidup bagi manusia, ia

adalah pedoman bagi setiap pribadi dan undang-undang bagi

seluruh masyarakat. Di dalamnya terkandung pedoman praktis

bagi setiap pribadi dalam hubungannya dengan Tuhannya,

lingkungan sekitarnya, keluarganya, dirinya sendiri, dengan

sesama muslim, dan juga non muslim baik yang berdamai

maupun yang memeranginya, individu yang mengikuti

panduan ini pasti selamat dalam hidupnya di dunia maupun

akhirat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, kitab

dalam hal ini memiliki arti buku, bacaan, atau wahyu Tuhan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
20

yang dibukukan. Yang dimaksud iman kepada kitab-kitab

Allah Swt adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah

Swt menurunkan Kitab-Kitab-Nya bagi umat manusia supaya

meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Fatoni, 2013: 87).

Adapun di antara Kitab-Kitab yang diturunkan Allah

Swt adalah, Taurat ditulis menggunakan bahasa Ibrani,

berisikan syariat (hukum) dan kepercayaan yang benar dan

diturunkan melalui Musa, Zabur berisi tentang mazmur atau

nyanyian pujian bagi Allah yang dibawakan Dawud dengan

menggunakan bahasa Qibti, Injil pertama kali ditulis

menggunakan bahasa Suryani melalui mutid-murid Isa untuk

bangsa Israil sebagai penggenap ajaran Musa, serta Al-Qur‟an

merupakan firman-firman yang diberikan Allah kepada

Muhammad Saw sebagai kesatuan kitab untuk pedoman hidup

bagi seluruh umat manusia.

Hikmah mengimani kitab Allah Swt yaitu mengetahui

perhatian Allah terhadap hamba-hamba-Nya dengan

menurunkan kitab yang menjadi hidayah (petunjuk) bagi setiap

manusia, mengetahui hikmah Allah Swt dalam syara‟ atau

hukum-Nya, sehingga menetapkan hukum yang sesuai dengan

tabiat setiap umat (Fatoni, 2013: 116).

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
21

d) Iman kepada Para Rasul Allah

Hubungan iman kepada Rasul dengan bimbingan dan

konseling yakni membimbing ternyata bukan hanya sekadar

pengetahuan dan ketrampilan memberikan layangan

bimbingan. Tetapi lebi dari itu adala ketepatan memilih rujukan

yang menjadi pegangan dalam memberikan layangan

bimbingan. Apa yang diucapkan dan dikerjakaran Rasulullah

Saw telah dikumpulkan dan dibukukan oleh para imam hadis

mencakup berbagai kehidupan manusia dan ini dijadikan

rujukan manusia dalam kehidupan.

Rasul-rasul yang diutus Allah Swt memiliki syariat

yang berbeda, namun misi profetik diutusnya mereka adalah

sama yaitu memperjuangkan tegaknya akidah yang

mengesakan Allah Swt. Nabi dan rasul terdahulu mempunyai

umat masing-masing; mereka hadir untuk memberikan

bimbingan dan penyuluhan ruhani kepada tiap-tiap umatnya

sehingga mereka memiliki keterbatasan waktu dan tempat.

Keadaan ini berbeda dengan Rasul yang terakhir, Muhammad

Saw, Ia datang untuk menyempurnakan syariat rasul-rasul

sebelumnya dan berlaku untuk seluruh umat manusia yang ada

di jagad raya ini (Mahfud, 2011: 18).

Manfaat dan Urgensi Beriman kepada Para Rasul Allah

yakni, bertambah iman kepada Allah dengan mengetahui

bahwa Rasul benar-benar manusia pilihan Allah, mengamalkan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
22

apa yang disampaikan para Rasul, memercayai tugas-tugas

yang dibawanya untuk disampaikan kepada umatnya, lebih

mencintai dan menghormati rasul atas perjuangannya, serta

memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup.

e) Iman kepada Hari Kiamat

Hari kiamat disebut juga dengan yaumul akhir (hari

akhir), yaumul ba‟ats (hari kebangkitan), yaumul hisab (hari

perhitungan), yaumul zaja‟i (hari pembalasan), yaitu

pembalasan atas segala amal perbuatan manusia selama hidup

di dunia. Keyakinan dan kepercayaan akan adanya hari kiamat

memeberikan satu pelajaran bahwa semua yang bernyawa,

terutama manusia akan mengalami kematian dan akan

dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan segala

amal perbuatannya di dunia.

Kepercayaan akan adanya hari kiamat memeberikan

satu pelajaran bahwa semua yang bernyawa, terutama manusia

akan mengalami kematian dan akan dibangkitkan kembali

untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di

dunia.

Setelah peniupan sangkakala dan semua manusia mati

serta kondisi umum bumi dan langit saling berbenturan,

sangkakala ditiupkan lagi. Maka semua manusia yang ada di

alam barzakh akan bangkit dan hidup kembali. Mereka hadi

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
23

untuk perhitungan amal dan pertanggungjawaban di hadapan

Allah Swt (Amin, 2009: 117).

Hikmah mengimani hari akhir, keyakinan dan

kepercayaan adanya hari kiamat memberikan satu pelajaran

bahwa semua yang bernyawa, terutama manusia akan

mengalami kematian dan akan dibangkitkan kembali untuk

mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di dunia.

Hari kiamat menandai babak akhir dari sejarah hidup manusia

di dunia. Kedatangan hari kiamat tidak dapat diragukan lagi

bahkan proses terjadinya pun sangat jelas.

Orang-orang yang beriman dan beramal sholih akan

merasakan kenikmatan surga bahkan kekal di dalamnya.

Sebaliknya, orang yang menolak perintah Allah Swt dan

melanggar larangan-Nya dilukiskan mendapat siksaan yang

pedih (Mahfud, 2011: 19).

f) Iman kepada Qadha dan Qadar

Iman kepada takdir Allah mengandung makna bahwa

ada ketentuan Allah yang pasti berlaku untuk setiap individu,

apa yang diupayakan individu bisa terujud hanya dengan izin

Allah, musibah yang menimpa individu juga tidak mungkin

terjadi tanpa izin Allah. Individu yang telah mengimani takdir

dengan sepenuh hati ridha menerima ketentuan Allah yang

berlaku atas dirinya sambil terus berikhtiar.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
24

Qadha biasanya diterjemahkan dengan berbagai arti

seperti kehendak dan perintah. Qadar berarti batasan,

menetapkan ukuran.

Iman kepada Qadha dan Qadar memberikan

pemahaman bahwa kita wajib meyakini kemahabesaran dan

kemahakuasaan Allah Swt sebagai satu-satunya Dzat yang

memiliki otoritas tunggal dalam menurunkan dan menentukan

ketentuan apa saja bagi makhluk ciptaan-Nya. Manusia diberi

kemampuan (qudrat) dan otonomi untuk menentukan sendiri

nasibnya dengan ikhtiar dan do‟anya kepada Allah Swt.

Manusia memiliki halatul ikhtiar, otonomi untuk

menentukan dan memilih jalan yang baik atau buruk. Manusia

di uji melalui entry point yaitu mengemban posisi sebagai

khalifah dan mengemban amanah Allah. Kedua point tadi

bersifat tantangan yang diajukan oleh Allah kepada manusia,

dan manusia pun siap mewujudkan tantangan tersebut dalam

bentuk perbuatan.

Melaksanakan dua hal tersebut manusia memerlukan

kelengkapan berupa anggota badan (qalb), iradat (pilihan),

masyi‟ah (putusan), kudrah (daya), dan kemampuan. Dengan

otonomi atau halatul ikhtiar yang dimilikinya, manusia boleh

memilih untuk menerima wahyu dan pertimbangan akal

sehatnya (baik) atau memilih rayuan hawa nafsu (jahat).

Keduanya, merupakan produk yang melahirkan akibat yang

positif dan negatif dan semua akibat ini akan

dipertanggungjawabkan (Mahfud, 2011: 21).

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
25

2) Nilai-nilai Bimbingan dalam Rukun Islam

a) Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat

Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua

kalimat syahadat. Syahadat atau pengakuan iman adalah

pernyataan formal yang membedakan antara orang Islam

(muslim) dengan yang bukan Islam (kafir) dalam ajaran Islam.

Jika seseorang tela menyatakan beriman dengan mengucapkan

dua kalimat syahadat maka konsekuensinya adalah Islam

menjamin keselamatan dirinya dan harta bendanya.

Makna kalimat syahadat bagi konseling yaitu

menjadikan statusnya jelas apaka ia seseorang muslim atau

bukan dengan demikian jelas pula layanan konseling

(tindakan) yang bisa diberikan kepadanya, dengan syahadat

memberikan kepastian kepada individu kepada siapa ia harus

beribadah, mendorong individu untuk hormat dan patuh

terhadap apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya,

menjadikan individu teguh pendiriannya lantaran yakin dengan

dua kalimat syahadat yang dipegangnya sepanjang hayat,

jaminan perlindungan dari Rasulullah berkenaan dengan jiwa

dan hartanya serta surga di hari akhir dan jaminan dari Allah

bahwa kelak mereka di hari kiamat akan bersama para Nabi,

orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan

orang-orang saleh di surga (Sutoyo. 2015: 165)

b) Bersuci dan Melaksanakan Shalat

Syarat sahnya shalat adalah harus suci dari hadats besar

dan kecil, hadas besar bisa disucikan dengan mandi sedang

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
26

hadas kecil bisa disucikan dengan berwudhu. Dalam keadaan

darurat, kesulitan untuk melaksanakan mandi dan wudhu bisa

diganti dengan tayamum. Wudhu yang dikerjakan sesuai

aturan membuat seorang mukmin merasa bahwa diri dan

jiwanya menjadi bersih, perasaan bersih tubuh dan jiwa ini

mempersiapkan manusia untuk mengadakan hubungan

rohaniah dengan Allah dan mengantarkannya pada kedaan

tubu dan jiwa yang tenang dalam shalat.

Shalat adalah amal ibadah yang pelaksanannya

membuahkan sifat kerohanian dalam diri manusia yang

menjadikannya tercegah dari perbuatan keji dan munkar.

Dengan demikian hati orang yang shalat menjadi suci dari

kekejian dan kemungkaran, serta bersih dari kotoran dosa dan

pelanggaran. Shalat adalah cara untuk memperoleh potensi

keterhindaran dari keburukan. Jika ada individu yang

mengerjakan shalat tidak terdapat dampak potensi itu bisa jadi

ada hambatan bagi kemunculannya, seperti kelengahan dalam

melaksanakan shalat dan tidak menghayati dzikirnya (Sutoyo.

2015: 167).

c) Membayar Zakat, Infak, dan Sadaqah

zakat, infak, dan sadaqah adalah sesuatu yang sangat

ditekankan Allah, sebab dalam harta orang mukmin

sebenarnya ada hak untuk orang miskin yang meminta dan

orang miskin yang tidak mendapat bagian. Hikmah di balik

penetapan perintah membayar zakat, infak, dan sadaqah bagi

pengembangan individu yakni sebagai media untuk mendidik

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
27

kelembutan hati kepada orang lain, sebagai media bagi

pengembangan sikap sosial, membebaskan diri dari egoisme,

cinta diri, kikir, dan tamak, serta membantu individu

mengembangkan perasaan afiliasi sosial.

d) Shiyam

Dari segi bahasa, shiyam berarti menahan diri dari

segala sesuatu. Dari segi syar‟i puasa adalah menahan diri dari

makan, minum, dan hubungan suami istri di siang hari dengan

niat karena Allah. Hikmah di balik pelaksanaan puasa yakni

sebagai sarana pendidikan agar manusia bertakwa kepada

Allah, sebagai media pelatihan melawan dan menundukkan

hawa nafsu, sebagai sarana menumbuhkan rasa sayang

terhadap orang miskin dan mendorongnya untuk berbuat baik

kepada mereka, sebagai media pengembangan hati nurani,

sarana pendidikan moral, serta sebagai media penghapus dosa

(Sutoyo. 2015: 172).

e) Haji

Haji adalah rukun Islam yang kelima dan wajib

dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kesangggupan

sekurang-kurangnya sekali dalam seumur hidup. Dalam ibadah

haji terkandung pendidikan moral manusia yang luhur, suci,

dan jauh dari keraguan dan kesangsian terhadap apa-apa yang

dijanjikan Allah. Ibadah haji juga sebagai media latihan bagi

manusia dalam menghadapi kesulitan dan merendahkan diri,

sebab dalam menunaikan ibadah haji seseorang harus melepas

segala pakaian kehormatannya dan menggantinya dengan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
28

pakaian ihram yang sederhana. Haji juga menjadi media bagi

pelatihan mengendalikan nafsu dan dorongannya, sebab dalam

beribadah haji seseorang tidak diperkenankan bersetubuh,

bertengkar, bermusuhan, berkata tidak baik, melakukan

maksiat dan melanggar larangan Allah (Sutoyo. 2015: 174).

3. Nilai-nilai Kemanusiaan

a. Pengertian Manusia

       


“Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati
(berasal) dari tanah” (Q.S. Al Mu‟minun [23]:12)

           
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah” (Q.S. Al Sajdah [32]:7)

          

 
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
kamu dari tanah” (Q.S. Al Rum [30]:20)

     


       
 

  

“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia
jadikan manusia itu (mempunyai) keturunan dan mushaharah dan
Tuhanmu adalah Mahakuasa” (Q.S. Al Furqan [25]:54)

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
29

Menurut Al Quran, manusia diciptakan dari debu dan air.

Terkadang Al Quran menekankan elemen-elemen ini secara terpisah,

terkadang secara bersamaan. Tak terhitung banyaknya spekulasi

mengenai penciptaan manusia dari tanah liat (kombinasi debu dan air).

Setelah berkembangnya ilmu biologi dan kimia, penelitian analitik

Terhadap tanah liat dan tubuh manusia dilakukan. Hasilnya

menunjukkan bahwa zat-zat penyusun tanah liat dan penyusun

manusia tepat sama. Mahaindah Allah yang menggabungkan benda

mati ini untuk menciptakan manusia (Taslaman, 2011: 188).

Manusia juga disebut sebagai zoon politicon, yaitu makhluk

yang pandai bekerja sama, bergaul dengan orang lain dan

mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Homo

economicus, yaitu makhluk yang tunduk pada prinsip ekonomi dan

bersifat ekonmis, juga disebut homo religious, yaitu maklhuk yang

beragama. Ada juga yang menyebut bahwa manusia adalah homo faber

yakni makhluk yang terampil. Dan defenisi yang menjadi gelar

tertinggi adalah homo sapiens, yakni makhluk yang berfikir dan

mengerti atau makhluk yang berbudi. Sehingga tidak salah kalau Freire

mengatakan bahwa manusia adalah makhluk praksis, yakni makhluk

yang beraksi dan berefleksi dengan menggunakan pikirannya.

b. Komponen Psikologis dalam Fitrah Manusia

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
30

Konsep fitrah dalam pandangan Al-Ghazali ini ialah bahwa

fitrah tidaklah bersifat netral pasif, melainkan good active dan dinamis,

mengadakan reaksi dan responsive terhadap stimulus dari dunia luar.

Al-Ghazali dalam menjabarkan respon (penerimaan) fitrah terhadap

stimulus dengan menggunakan kata “qaabil” dan “mail”, dalam

bentuk fail yang berarti bahwa ia berinteraktif terhadap rangsangan,

bukan dengan kata “qubuul” atau “mail” dalam bentuk masdar yang

bersifat pasif.

Dengan demikian fitrah mempunyai korelasi yang tak dapat

dipisahkan dengan perkembangan jiwa, karena fitrah merupakan dasar

dalam arti yang pertama dalam upaya pengembangan jiwanya untuk

mencapai fitrah yang hakiki, yaitu tauhidullah. Fitrah berarti potensi

dasar manusia disatu sisi dan berarti tauhid, rasa beragama disisi yang

lain, sedangkan perkembangan adalah proses dimana jiwa berinteraksi.

Berarti dengan fitrah, manusia menuju kepada fitrahnya yang hakiki

(Naila, 2016: 198).

Sebagaimana diterangkan di atas bahwa fitrah adalah suatu

kemampuan dasar berkembang manusia yang dianugrahkan Allah

kepadanya. Di dalamnya terkandung komponen-komponen Psikologis

yang satu sama lainnya saling berinteraksi dan saling

menyempurnakan dalam hidup manusia.

Komponen Psikologis fitrah adalah :

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
31

1) Kemampuan dasar untuk beragama Islam (Al-din Al-Qoimah), di

mana faktor iman merupakan inti beragama manusia. Muhammad

Abduh, Ibnu Qoyyim, Al-Maududi dan Sayid Quthub berpendapat

sama bahwa fitrah mengandung kemampuan asli untuk beragama

Islam, karena Islam adalah agama fitrah atau indentik dengan

fitrah. Ali fikri lebih menekankan pada peran heriditas orang tua

yang menentukan keberagaman anaknya. Faktor keturunan

Psikologis orang tuanya, merupakan salah satu dari kemampuan

manusia itu.

2) Mawahid (bakat) dan Qobiliyat (tendensi atau kecenderungan)

yang mengacu kepada keimanan kepada Allah. Dengan demikian

maka fitrah mengandung komponen Psikologis yang berupa

keimanan tersebut. Karena iman bagi seorang mukmin merupakan

alat vital (daya penggerak utama) dalam dirinya, yang memberi

semangat untuk selalu mencari kebenaran yang hakiki dari Allah.

3) Naluri dan kewahyuan (revilasi), bagaikan dua sisi dari uang

logam, keduanya saling terpadu dalam perkembangan, seperti apa

yang telah diuraikan di atas.

4) Kemampuan untuk mengadakan reaksi atau responsive terhadap

pengaruh eksternal (Naila, 2016: 199).

c. Hakikat Manusia

Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah merupakan

perkaitan antara jasmani dan ruhani. Islam secara tegas menyatakan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
32

bahwa kedua substansi tersebut dua-duanya adalah alam. Sedang alam

adalah makhluk. Maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh

Allah. Komponen jasmani berasal dari tanah dan komponen rohani

merupakan entitas gaib yang ditiupkan oleh Allah. Dengan kata lain,

manusia adalah satu kesatuan dari mekanisme biologis yang dapat

dinyatakan berpusat pada jantung (sebagai pusat kehidupan) dan

mekanisme kejiwaan yang berpusat pada otak (sebagai lambang

berpikir, merasa dan bersikap).

Banyak sekali ayat-ayat Alqur‟an yang memberikan penjelasan

mengenai asal-usul manusia. Manusia bukan jenis makhluk Allah

yang tercipta secara kebetulan dan bukan pula tercipta sekaligus,

melainkan tercipta dalam beberapa fase atau tahap. Mengenai asal-

usul bagaimana manusia itu tercipta bisa didekati dari dua sudut

pandang, yakni sudut pandang produksi dan sudut pandang

reproduksi. Yang pertama, hanya berlaku bagi proses penciptaan

Adam dan Hawa, yakni asal-usul penciptaan manusia pertama kali.

Dan yang kedua, aspek asal manusia dari segi keturunan kedua

pasangan manusia pertama tersebut, disebut pula sebagai aspek

reproduksi atau pembiakan selanjutnya.

Menurut Ibnu Qayyim Rahimahullah, hakikat manusia itu

merupakan perpaduan beberapa unsur yang saling berkaitan dan tidak

mungkin dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa

unsur yang dimaksud itu adalah antara lain: ruh, akal, dan badan. Hal

ini bisa kita lihat dalam salah satu pernyataannya, beliau berkata

“Sesungguhnya hakikat eksistensi dari manusia itu ada pada ruh dan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
33

hatinya bukan pada jasad dan badan”. Kesemua aspek yang ada pada

diri manusia itu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

antara satu dengan yang lainnya. Semua komponen haruslah dapat

berjalan bersama, seiring, sejalan sehingga nampaklah realitas

kehidupan yang seimbang pada manusia sebagai makhluk yang

sempurna.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia pada

dasarnya dapat ditempatkan dalam tiga kategori, yaitu :

1) Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar), pada dasarnya

tidak berbeda dengan makhluk-makhluk biotik lainnya walaupun

struktur organnya berbeda, namun lebih sempurna.

2) Manusia sebagai makhluk Psikis (al-Insan), mempunyai potensi

seperti fitrah, sehingga menjadi makhluk yang tertinggi

martabatnya dibanding makhluk Tuhan yang lain. Meskipun

begitu, apabila potensi tersebut tidak digunakan maka manusia

akan sama seperti binatang bahkan lebih hina.

3) Manusia sebagai makhluk sosial (Bani Adam), mempunyai tugas

dan tanggung jawab sosial terhadap sesama manusia dan alam

semesta.

Manusia pada mulanya tidak ada kemudian ada, adanya

manusia bukan ada dengan sendirinya, tetapi ada yang mengadakan,

yang mengadakan atau menciptakan manusia adalah Allah Swt. Allah

yang menciptakan manusia dengan segala kelengkapannya (Sutoyo.

2015: 53)

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
34

d. Tujuan Hidup Manusia

Di dalam berbagai literatur yang membahas tentang manusia

lebih banyak tentang kedudukan manusia di alam semesta dan selalu

bahasan itu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan dan konsep

ibadah sebagai bentuk manifestasi Syahādah yang dulu pernah

diikrarkan.

Khalifah berarti kuasa atau wakil. Dengan demikian pada

hakikatnya manusia adalah kuasa atau wakil Allah di bumi. Manusia

adalah pelaksana dari kekuasaan Allah untuk mengelola dan

memakmurkan Bumi. Disinilah hakikat Basmalah pada setiap

perbuatan manusia, segala perbuatan manusia dengan nama atau atas

nama Tuhan.

Maka manusia sebagai khalifah Allah, dibekali dengan

seperangkat potensi (fitrah) yang baik berupa „aql, qalb dan Nafs.

Namun demikian, aktualisasi Fitrah tersebut tidak otomatis

berkembang melainkan tergantung pada manusia itu sendiri

mengembangkannya. Untuk itu Allah menurunkan wahyu-Nya kepada

para nabi agar menjadi pedoman bagi manusia dalam

mengaktualisasikan fitrahnya secara utuh dan selaras dengan tujuan

penciptaannya. Karena manusia sebagai khalifah tidak mungkin dapat

melaksanakan tugas kekhalifahannya, kecuali dibek ali dengan

potensipotensi yang memungkinkan dirinya mengemban tugas

tersebut. Dalam Alquran telah dinyatakan, manusia itu memiliki

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
35

karakteristik yang unik dan telah dibekali dengan fitrah sejak

dilahirkan, dapat disimpulkan tujuan manusia adalah :

1) Menjadi „Abdullah, hal ini merujuk pada ayat Alquran surat az-

Zariyat: 56, yang bunyinya “tujuan utama penciptaan manusia

ialah agar menusia beribadah kepada-Nya”. Karena tujuan

beribadah dalam Islam bukan hanya membentuk kesalehan

individual, tetapi juga kesalehan sosial, yang keduanya tidak dapat

dipisahkan.

2) Sebagai Khalifah, merujuk pada surat al-Baqarah: 30, Yunus: 14,

dan surat al-An‟am: 165 yang berbunyi: “manusia diciptakan

untuk diperankan sebagai wakil Tuhan di muka bumi”. Karena

Allah Zat yang menguasai dan memelihara alam semesta, maka

tugas manusia sebagai wakil Tuhan ialah menata dan memelihara

serta melestarikan dan menggunakan alam ini dengan sebaik-

baiknya.

3) Jika tujuan yang pertama dan kedua lebih difokuskan pada

tanggung jawab individu, tujuan penciptaan yang ketiga ini

menegaskan perlunya tanggung jawab bersama dalam

menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai. Hal ini merujuk

pada surat al-Hujurat: 13 seperti yang sudah disebutkan

sebelumnya. Hal ini berimplikasi, bahwa jika manusia dipandang

sebagai sosok individual- religiustik, bukan sebagai sosok Insān-

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
36

sosial religiustik, akan membatalkan fungsi manusia sebagai

“wakil Tuhan” dimuka bumi guna memakmurkan alam semesta.

Sebab dalam pelaksanaannya manusia senantiasa tetap

memerlukan interaksi dari orang lain atau makhluk lainnya.

Tujuan diciptakan-Nya manusia sebagai khalifah Allah di bumi

dan sekaligus beribadah kepada-Nya bukan untuk Allah, tetapi untuk

manusia sendiri. Artinya jika amanah yang dibebankan kepada

manusia dan atau ibadah yang harus dilaksanakan manusia itu

dilaksanakan sesuai tuntunan Allah, niscaya manfaat atau hikmah dari

melaksanakan ibadah itu untuk manusia sendiri, bukan untuk Allah

(Sutoyo. 2015: 58)

e. Aspek nilai-nilai kemanusiaan

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa nilai

kemanusiaan adalah segala kewajiban manusia sebagai „Abdullah dan

sebagai Khalifah yang sesuai dengan Al Qur‟an dan As Sunnah, yang

menjadikan manusia untuk berkontribusi dalam hablum minallah,

hablum minannas, dan hablum minal alam karena manusia hidup di

dunia ini dibekali dengan fitrah (potensi). Ada beberapa aspek nilai-

nilai kemanusiaan yang di kembangkan dalam mata kuliah Al Islam

Kemuhammadiyahan di antaranya kepedulian sosial, musyawarah, dan

keadilan yang harus mahasiswa aplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari untuk tercapai tujuan hidup manusia.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
37

1) Kepedulian Sosial

Kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan

dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap

anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial merupakan kondisi

alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat

secara bersama-sama. Oleh karena itu, kepedulian sosial adalah

minat atau ketertarikan sesorang untuk membantu orang lain atau

sesama.

Lebih lanjut, lingkungan terdekat adalah yang paling

berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial

seseorang. Lingkungan terdekat yang dimaksud adalah keluarga,

kampus, teman-teman, dan lingkungan masyarakat tempat

seseorang tersebut tumbuh. Dari lingkungan tersebutlah seseorang

mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang

tertanam dalam kepedulian sosial secara umum meliputi nilai

kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong atau gotong royong,

kerendahan hati, keramahan dan kesetiakawanan. Kepedulian

sosial bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih

pada ikut merasakan yang dirasakan orang lain serta membantu

menyelesaikan permasalahan yang di hadapi orang lain dengan

tujuan kebaikan (Yantoro. 2015: 1).

2) Musyawarah

Islam telah menganjurkan musyawarah dan

memerintahkannya dalam banyak ayat dalam al-Qur'an, ia

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
38

menjadikannya suatu hal terpuji dalam kehidupan individu,

keluarga, masyarakat dan negara; dan menjadi elemen penting

dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam sifat-sifat dasar orang-

orang beriman dimana keIslaman dan keimanan mereka tidak

sempurna kecuali dengannya, ini disebutkan dalam surat khusus,

yaitu surat as syuura, Allah berfirman: Dan (bagi) orang-orang

yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat

antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang

kami berikan kepada mereka. (QS. as Syuura: 38) Oleh karena

kedudukan musyawarah sangat agung maka Allah menyuruh

Rasulnya melakukannya, Allah berfirman: Dan bermusyawaratlah

dengan mereka dalam urusan itu. (QS. Ali Imran: 159)

Adapun prinsip musyawarah yang diwajibkan dalam Islam

adalah mewajibkan mengambil pendapat semua tanpa

membedakan antara mayoritas dan minoritas, kemudian

mengambil pendapat yang terkuat dari segi argumentasi setelah

dibandingkan antara kedua pendapat, bukan mengambil suara

terbanyak.

Dalam bermusyawarah kita tahu sulitnya membuat kaidah

memilih pendapat yang kuat, namun ini tidak mustahil jika

ditimbang dengan akal sehat, maslahat dan pengalaman,

sebagaimana ulama fiqh membuat kaidah ilmiyah untuk memilih

pendapat yang kuat. Dengan memilih pendapat yang kuat sesuai

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
39

dengan kaidah ini maka tidak ada keberpihakan pada salah satu

kelompok atas yang lain, akan tetapi mengambil pendapat terkuat

secara akal, maslahat dan pengalaman setelah semua pendapat

diletakkan pada posisi yang sama tanpa mengabaikan salah satu

pendapat.

Sebagaimana prinsip musyawarah ini mengangkat semua

pendapat orang baik dari pihak minoritas maupun mayoritas

kepada derajat yang sama, tanpa memberikan kesan

dikesampingkan atau tidak diperdulikan kepada siapapun,

sebagaimana yang berlaku pada masa nabi dalam musyawarah

yang wajib, kemudian mengambil pendapat terbaik setelah

ditimbang-timbang.

Akan tetapi seperti halnya masalah lain, prinsip

musyawarah ini memerlukan persiapan pendidikan secara khusus

agar musyawarah ini bisa diterima dengan baik, dan persiapan

pendidikan untuk menerima prinsip musyawarah ini lebih mudah

daripada persiapan pendidikan yang dipaksakan untuk menerima

prinsip penindasan kelompok mayoritas atas minoritas, atau prinsip

penindasan minoritas atas mayoritas, terutama yang kedua ini

biasanya dan sampai sekarang tidak diterapkan kecuali dengan

kekuatan dan kekerasan (Al Hasyimi. 2009: 2).

3) Keadilan

Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam

itu dapat dilihat dari prinsip-prinsip ajaran yang dikandungnya.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
40

Salah satu prinsip yang menempati posisi penting dan menjadi

diskursus dari waktu kewaktu adalah keadilan (al„adalah).

Keadilan secara sederhana diartikan sebagai sebuah upaya untuk

menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan demikian, Islam

mengajarkan agar keadilan dapat diejawantahkan dalam setiap

waktu dan kesempatan. Tegaknya keadilan akan melahirkan

konsekwensi logis berupa terciptanya sebuah tatanan masyarakat

yang harmonis. Tidak terbatas dalam satu aspek kehidupan,

keadilan sejatinya ada dalam aspek yang amat luas, sebut saja

misalnya aspek religi, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek politik,

aspek budaya, aspek hukum dan sebagainya. Sebaliknya, lunturnya

prinsip keadilan berakibat pada guncangnya sebuah tatanan

sosial (social unrest).

Jika keadilan disandingkan dengan supremasi hukum,

maka keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.

Keadilan akan terwujud jika didukung dengan tegaknya supremasi

hukum. Begitu pula, keadilan akan terpuruk jika supremasi hukum

tidak ditegakkan. Mengingat posisi keadilan yang amat signifikan,

tulisan ini akan berupaya mengulas persoalan-persoalan yang

terkait dengan terma keadilan. Penulis juga akan memaparkan

bagaimana hubungan antara keadilan dengan supremasi hukum dan

penerapan keadilan dalam beberapa aspek kehidupan. Berdasarkan

fenomena yang ada sekarang ini konsep keadilan hanya sebatas

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
41

isapan jempol belaka. Dikarenakan sedikitnya manusia yang

memiliki rasa kepedulian, sosial dan manusiawi.

Persoalan keadilan, hakikatnya hanyalah milik Sang Maha

Kuasa, karena kita selaku makhluknya tidak akan pernah memiliki

sikap keadilan sesungguhnya. Pada hakikatnya, keadilan adalah

suatu sikap untuk memperlakukan seseorang sesuai dengan

haknya. Dan yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan

diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, yang sama

derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-

bedakan suku, keturunan, agama, dan golongan. Keadilan

merupakan suatu bentuk kondisi kebenaran ideal secara moral akan

sesuatu hal, baik itu menyangkut benda ataupun orang. Menurut

dari sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan

yang besar. Kebanyakan orang percaya jika ketidakadilan harus

segera dilawan dan dihukum, serta banyak gerakan sosial dan

politis yang ada di seluruh dunia memperjuangkan menegakkan

keadilan. Namun, dengan banyaknya jumlah dan variasi teori

keadilan ini memberikan pemikiran jika tidak jelas apa yang

dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi

keadilan itu sendiri masih belum jelas. Namun pada intinya,

keadilan ialah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya

(Rangkuti. 2017: 2).

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
42

B. Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan

1. Pendidikan Islam dan Muhammadiyah

Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang

memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari

kehadiran Allah swt sebagai Robb dan menguasai ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spiritual makrifat (iman/

tauhid) dan pengusaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan

hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan

dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan kemakrufan, mencegah

kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka kehidupan

bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan

dunia yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah.

Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam modern

yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan

kemajuan yang holistik. Dari rahim pendidikan Muhammadiyah

diharapkan lahir generasi muslim terpelajar yang kuat iman dan

kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan

zaman. Inilah pendidikan Islam yang berkemajuan.

IPTEKS adalah hasil pemikiran rasional secara holistik dan

komprehensif atas realitas alam semesta (ayat kauniyah) dan atas wahyu

dan sunnah (ayat qauliyah) yang merupakan satu kesatuan integral melalui

kegiatan penelitian dan pengembangan yang terus menerus diperbarui bagi

kemulyaan kemanusiaan dalam alam kehidupan yang lestari. Penguasaan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
43

IPTEKS adalah langkah awal tumbuhnya kesadaran makrifat (iman/

tauhid), sehingga pemikiran rasional adalah awal dari kesadaran spiritual

makrifat ketuhanan. Pengabdian ibadah kepada Allah meliputi ibadah

yang terangkum dalam rukun Islam, penelitian dan pengembangan

IPTEKS, penataan lingkungan hidup yang lestari berkelanjutan dalam

kehidupan bersama yang beradab, berkeadilan, dan sejahtera, serta

pembebasan setiap orang dari penderitaan akibat kebodohan dan

kemiskinan (Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah,

2010: 128).

Visi Pendidikan Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam

Putusan Muktamar Muhammadiyah ke 46 tentang Revitalisasi Pendidikan

Muhammadiyah: “Terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa,

berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam ipteks sebagai

perwujudan tajdid dakwah amar ma‟ruf nahi munkar” (Berita Resmi:

2010, hal. 221). Visi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)

sebagaimana dirumuskan oleh Majlis Dikti PP Muhammadiyah adalah

“Terbangunnya tata kelola PTM yang baik (good governance) menuju

peningkatan mutu berkelanjutan”.

Visi tersebut mengharuskan PTM meningkatkan mutu dalam

berbagai aspek termasuk pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan

(AIK). PTM mengemban amanah untuk mewujudkan salah satu misi

Muhammadiyah yaitu menyelenggarakan pendidikan AIK sebagai bagian

dari dakwah amar makruf nahi munkar.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
44

Pendidikan AIK di PTM memiliki posisi strategis, menjadi ruh

penggerak, dan misi utama penyelenggaraan PTM. Pendidikan AIK juga

menjadi kekuatan PTM karena dapat menjadi basis kekuatan spiritual,

moral dan intelektual serta daya gerak bagi seluruh civitas akademika.

Keberhasilan pendidikan AIK menjadi salah satu indikator ketercapaian

misi penyelenggaraan dan pengelolaan PTM. Peningkatan mutu proses

dan hasil (outcome) pendidikan AIK harus dilaksanakan terus menerus dan

tersistem.

Pengembangan kurikulum pendidikan AIK ini dilakukan sesuai

amanah keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 46 tentang Program

Muhammadiyah 2010-2015 yaitu: “Mengembangkan model-model

pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di seluruh jenjang

pendidikan yang memberikan pencerahan paham Islam dan komitmen

gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan”

2. Paradigma Baru Pendidikan AIK

Perubahan sosial di era global menimbulkan berbagai tantangan di

bidang pendidikan AIK, yang mengharuskan diterapkannya paradigma

baru pendidikan AIK. Atas dasar itulah diperlukan pembaharuan

pemikiran, pengkajian dan penelitian terhadap pendidikan AIK untuk

melakukan rekonstruksi mulai aspek teologis, filosofis, substantif,

metodologi, dan sistem pendidikannya. Di samping itu, diperlukan

pembaharuan secara praksis dalam aspek tujuan, materi, metode, dan

evaluasi, agar implementasi pendidikan AIK dapat berlangsung secara

efektif.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
45

a. Aspek Teologis dan Filosofis

Pembahasan aspek teologis dan filosofis dalam rekonstruksi

paradigma baru pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

meliputi lima poin diskursus sebagai berikut.

1) Diskursus Pemikiran Keagamaan

Arusutama pemikiran keagamaan yang dikembangkan

dalam pendidikan AIK selama ini masih bercorak teosentrisme

(berpusat pada Tuhan). Agama itu berasal dari Tuhan yang

diterima secara taken for granted dan seakan hanya untuk melayani

atau untuk kepentingan Tuhan. Dalam pola pemahaman seperti ini,

agama menjadi kurang aspiratif terhadap sisi kemanusiaan. Paham

teosentrisme menempatkan manusia sebagai hamba Tuhan semata.

Dalam paradigma Muhammadiyah, bahwa pendidikan AIK

mengandung perspektif teo-antroposentrisme yang memadukan

antara orientasi “habl min Allah” (hubungan dengan Allah,

teosentrisme) dan “habl min al-nas” (hubungan dengan manusia,

antroposentrisme) sehingga utuh dan seimbang.

Al-Islam sebagai manifestasi sifat Rahman dan Rahim

Allah memberikan petunjuk jalan yang lurus (tidak sesat) kepada

manusia yang dikaruniai kehendak bebas oleh-Nya (QS. Al-

Baqarah/2: 3738). Al Islam dalam hal ini merupakan petunjuk

(hudan) Allah SWT untuk kehidupan manusia. Di samping

dikaruniai petunjuk dan kehendak bebas, manusia juga dikaruniai

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
46

fitrah dan hanif yang dapat menjadikan petunjuk itu bagi

kebahagiaan hidupnya. Petunjuk itu tidak diterima begitu saja,

melainkan perlu dipahami secara cerdas, kritis dan kontekstual.

Sebagai contoh, shalat, zakat, puasa dan haji adalah perintah Allah

tetapi hakikatnya adalah untuk kepentingan dan kemaslahatan

manusia.

2) Diskursus tentang Tuhan

Diskursus tentang Tuhan dalam AIK difokuskan pada

istilah Allah dan Rabb. Istilah Allah digunakan untuk menjelaskan

dzat atau substansi (Uluhiyah). Sedangkan istilah Rabb digunakan

untuk menerangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam

semesta (Rububiyah). Allah adalah Dzat Maha Suci yang „Maha

Hadir‟ (Omnipresent) meski tidak nampak. Secara substantif, kata

Allah mensifati semua sifat termasuk kata Robb. Rabb adalah

Maha Mencipta, Memelihara, Memberi Rizki, Maha Adil, Maha

Kasih terhadap hamba-Nya. Rabb adalah peran Allah ketika

berhubungan dengan “al-alamin” (hamba/ciptaan-Nya) (QS. al-

Fatihah/1: 2, al-Baqarah/2:30). Dengan demikian, konsep tentang

Tuhan harus berangkat dari sisi Uluhiyah dan Rububiyah

sekaligus.

3) Diskursus tentang Nabi.

Umat Islam memandang Nabi Muhammad SAW sebagai

utusan Allah (Rasulullah) yang pembawa risalah Islam. Rasulullah

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
47

adalah manusia sempurna (insan kamil) dan teladan yang baik

(uswah hasanah). Dalam meneladani Rasulullah harus dibedakan

antara perbuatan yang mengandung ketetapan hukum (sunnah

tasyriiyah) dan perbuatan yang tidak terkait ketetapan hukum

(ghoiru tasyriiyah) (Yusuf Qardlawi, as Sunnah an Nabawiyah

Mashdaran lil Hadlarah wal Ma‟rifah).

Meneladani Nabi Muhammad SAW tidak untuk

mengkultuskannya tetapi mengikuti sunah-sunahnya. Dalam surat

al-Kahfi ayat 110 dikemukakan bahwa Muhammad hanyalah

seorang manusia biasa yang diberi wahyu. Muhammad adalah

seorang manusia pilihan dan manusia teladan (uswah hasanah).

Muhammad adalah role-model yang terus menginspirasi dan

memberikan contoh keteladanan kepada umatnya. Dengan

mengedepankan sisi kemanusiaan Muhammad, akan terhindar dari

pengkultusan dan syirik di satu sisi, dan menumbuhkan kekaguman

serta kehormatan (ta‟ziman wah tiraman) disisi lain. Inilah cara

melakukan kontekstualisasi Sunnah dan Hadits, sehingga tetap

mampu memberikan inspirasi, pencerahan dan petunjuk walaupun

dalam konteks kekinian dan kedisinian yang berbeda.

4) Diskursus Manusia Utama

Gambaran manusia dengan sifat-sifat utama dalam Islam

adalah sebagai khalifah dan abdullah. Dalam khalifah ada konsep

Rabb karena Allah juga Rabb, mengatur, menciptakan, memelihara

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
48

dan sebagainya. Penjabaran manusia sebagai khalifah selaras

dengan definisi iman, yang tidak hanya pada dimensi hati (qolb)

tetapi juga dimensi pernyataan (lisan) dan perbuatan (arkan).

Demikian pula, manusia sebagai khalifah bukan semata

menyembah dan mengagungkan Allah semata, tetapi juga harus

berbuat baik kepada manusia dan alam sebagai sifat Rabb yang

menciptakan, memelihara, menjaga, memiliki, mengayomi dan

lain-lain.

Untuk dapat berperan sebagai khalifah, manusia bukan saja

berusaha menjalankan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya,

melainkan perlu merefleksikan nilai-nilai Allah (takhalaqu bi

khuluqilllah) dalam aktivitas kehidupannya.

5) Diskurus Pandangan Hidup

Pandangan tentang hakekat kehidupan sangat

mempengaruhi jalan hidup seseorang. Seseorang yang menganut

faham spiritual-mistisisme (mysticism) memandang bahwa dunia

adalah kefanaan total, dunia dan keinginan duniawi sebagai

penghalang untuk menuju kepada Yang Hakiki, sehingga berupaya

menista dan meninggalkan keinginan terhadap dunia. Sebaliknya,

faham zuhud dalam tasawuf (asketis) berpandangan bahwa untuk

mencapai keutamaan hidup yang berorientasi ukhrawi tidak harus

meninggalkan kebutuhan duniawi. Intensifikasi pengabdian agama

yang dijalankan dalam etos dan kegairahan kerja adalah gambaran

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
49

dan pernyataan dari manusia terpilih menuju kebahagian dunia dan

akherat. Hal ini sesuai dengan kandungan Surat al-Baqarah ayat

269: “Allah menganugrahkan hikmah kepada siapa yang Dia

kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi hikmah itu, ia

benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya

orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran”.

b. Aspek Substantif

Pembahasan aspek substantif ini meliputi tujuan, materi

pokok, dan sifat kurikulum AIK.

1) Tujuan kurikulum AIK

AIK di PTM memandang Islam sebagai petunjuk kepada

jalan yang lurus, modal sosial, jalan menuju Tuhan, dan jalan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pengajaran Islam sebagai

ilmu yaitu ilmuilmu tentang keislaman baik yang bersifat normatif

maupun historissosiologis lebih tepat diberikan pada mahasiswa

yang memang mengambil spesialisasi di bidang ilmu-ilmu agama.

Tujuan pendidikan AIK untuk membentuk insan

berkarakter dan insan terpelajar yang diharapkan memiliki

integritas dan kesadaran etis. Dalam Al-Qur‟an surat al-Qashash

ayat 77 Allah berfirman yang artinya: “...dan berbuat baiklah

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu...”. Bagi insan

terpelajar, beramal shaleh baik yang bersifat ritual maupun sosial

seharusnya tidak didasarkan pada faktor dari luar dirinya (ganjaran

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
50

dan ancaman), melainkan sebagai bentuk panggilan etis, beramal

shaleh sebagai manifestasi rasa terima kasih kepada Allah dan

sesama. Pendidikan AIK untuk membentuk manusia berkemajuan,

berjiwa pengasih, dan penuh kasih kepada sesama (philantropis).

a) Materi pokok kurikulum AIK

Isi pendidikan AIK adalah ilmu pengetahuan tentang

Islam baik aspek normatif maupun historis. Materi pokok

Pendidikan AIK selama ini meliputi lima aspek: al-Qur‟an-

Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Kemuhammadiyahan.

Materi pokok AIK ini disamping memiliki kelebihan juga ada

kelemahannya. Kelebihannya lebih bersifat akademis dan

kelemahannya adalah kurang dalam memfungsikan agama

sebagai landasan moral, motivasional dan spiritual dalam

memecahkan problem kehidupan.

Materi AIK lebih diarahkan pada pengembangkan

karakter manusia baik (saleh dan ihsan) yang berbuat baik bagi

kepentingan seluruh manusia (muslim dan non-muslim)

sebagai bukti keislaman seorang muslim (Al-Quran, Surat Al-

Baqarah ayat 176) (Laitsal birra an tuwallu wujuhakum....). Al-

Qur‟an maupun Hadits mengemukakan bahwa Islam itu adalah

petunjuk hidup untuk manusia di dunia. Isi kandungan al-

Qur‟an mencakup seluruh komponen perjalanan hidup manusia

mulai dari alam ruh sampai alam akhirat yang meliputi: Tuhan,

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
51

manusia, alam, penciptaan dan keselamatan. Isi pokok materi

AIK perlu direkonstruksi dari keilmuan normatif dan historis

Islam kepada dimensi-dimensi kehidupan. Dengan cara inilah

mahasiswa dapat kembali kepada al-Qur‟an dan Hadits secara

cerdas dan fungsional.

b) Sifat Kurikulum AIK

Pendidikan AIK menjadi ruh/spirit dan visi bagi mata

kuliah lain, bukan semata-mata berdiri sendiri secara terpisah

sebagai salah satu mata kuliah. Sifat kurikulum AIK yang

terpisah (separeted) perlu direkostruksi menjadi integrated,

yaitu memiliki sifat integratif interkonektif dengan mata kuliah

lain dan persoalan kehidupan. Nilai AIK dikembangkan

sebagai virus yang meresapi seluruh bidang studi.

c. Aspek Metodologis

“Al-tharîqatu ahammu min al-maddah” (metode lebih penting

daripada materi). Statemen bijak tersebut menggambarkan betapa

pentingnya metode pendidikan. Pendidikan AIK seringkali tidak

menyenangkan karena faktor metode. Ketepatan metode yang

digunakan sangat menentukan keefektifan proses pendidikan.

1) Model Pendidikan

Secara umum ada tiga model pendidikan: pendidikan yang

terpusat pada bahan ajar (subject matter centre learning),

pendidikan yang terpusat pada dosen (teacher centre learning) dan

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
52

pendidikan terpusat pada mahasiswa (student centre learning).

Pembelajaran AIK yang mengedepankan ilmu-ilmu agama dan

berorietasi pada padat isi cenderung menerapkan model pendidikan

yang berpusat pada materi; AIK bersifat normatif dan doktriner

cenderung menerapkan model pendidikan yang berpusat pada

dosen, dan AIK yang integrated dengan kehidupan dan

interkoneksitas dengan pata mata kuliah lain akan cenderung

menggunakan model pendidikan yang berpusat pada mahasiswa.

Karena itu perlu dikembangkan model dialogis yang menempatkan

mahasiswa sebagai subyek pembelajar dan pemeran utama

pembelajaran (self learning) yang menemukan sendiri nilainilai

AIK

a) Peran Dosen

Secanggih apapun kemajuan di bidang teknologi

pendidikan, peran dosen tetap penting dan tidak pernah

tergantikan. Namun demikian, dominasi dosen AIK dalam

proses pendidikan yang selama ini lebih banyak berperan

sebagai pengajar dan manajer kelas, perlu dirubah menjadi role

model dan pemimpin kelas. Sebagai role model, dosen dituntut

memiliki integritas moral dan intelektual sehingga mampu

menjadi teladan. Sebagai pemimpin kelas, tugas utama dosen

adalah fasilitator yang memberikan pengarahan, pencerahan,

dan memotivasi mahasiswa.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
53

b) Peran Mahasiswa

Dalam era teknologi informasi dan teknologi

komunikasi yang semakin canggih, kedudukan mahasiswa

bukan lagi sebagai peserta didik, melainkan sebagai subyek

didik, aktor dan mitra dosen. Kejayaan suatu lembaga

pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas mahasiswanya.

Oleh karena itu, penting bagi dosen untuk memberikan peran

yang besar dan strategis kepada mahasiswa dalam proses

pendidikan.

c) Arah Pembelajaran

Dalam era keterbukaan informasi, kemudahan

komunikasi dan multikulturalisme, pendidikan yang bersifat

transfer of knowledge akan kehilangan relevansi. Pendidikan

AIK yang bersifat transformatif bukan sekedar mentransfer

ilmu, melainkan mentransformasikan mindset, pola pemikiran

dan metodologi. Dengan cara seperti ini, mahasiswa akan

mampu mengolah ilmu/informasi yang didapatkan secara kritis,

reflektif dan terbuka bukan hanya untuk mencari yang benar,

tetapi yang paling benar. Dalam konteks pemikiran keagamaan,

pendidikan yang transformatif akan membentuk mind-set yang

tidak taklid buta dan tidak ta‟asub golongan atau mazhab,

melainkan mampu membedakan permasalahan yang ushul dan

yang furu‟, mana yang partikuler dan mana yang universal.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
54

d) Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran AIK harus dapat

menggembirakan, mencerdaskan dan mengimankan mahasiswa

dengan memperhatikan kecerdasannya. Pendekatan yang

bersifat indoktrinatif dan memandang sesuatu secara hitam

putih dianggap tidak relevan lagi. Metode pembelajaran AIK

harus kreatif, inovatif, dan bervariasi sehingga dapat memberi

tantangan dan membangkitkan minat serta kebutuhan

mahasiswa terhadap AIK.

e) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pendidikan AIK yang lebih megutamakan

hasil belajar aspek kognitif cenderung menghasilkan

mahasiswa yang having religion dan kurang memiliki

kemandirian belajar. Evaluasi yang diutamakan jenis

portofolio, yaitu evaluasi yang mencakup proses, hasil dan

umpan balik. Evaluasi proses dan hasil belajar AIK juga

melibatkan mahasiswa. Mereka dapat menilai kesungguhan,

keterlibatan, kreatifitas dan pencapaian hasil belajar (Tim.

2013: 7).

C. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil pencarian penulis selama ini, penulis menemukan

penelitian tentang Upaya Implementasi Nilai-nilai Ketuhanan dan

Kemanusiaan dalam Mata Kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan, seperti:

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
55

1. Skripsi berjudul “Implementasi Nilai-Nilai Moral Sila Ketuhanan Yang

Maha Esa Dalam Etika Profesi Guru di SMP Negeri 2 Boyolali” oleh

Muhlis Ardha Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun

2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Nilai-nilai moral sila

Ketuhanan Yang Maha Esa diterapkan di sekolah SMP Negeri 2 Boyolali.

2) Penerapan nilai-nilai moral sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam etika

profesi guru di SMP Negeri 2 Boyolali tergambar sesuai indikator yaitu,

Guru dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik guna menunjang

keberhasilan dalam proses pembelajaran, guru di dalam berkomunikasi

untuk memperoleh informasi terhadap anak didik, guru menciptakan

suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua

murid sebaik-baiknya, guru memelihara hubungan dengan masyarakat di

sekitar sekolah, guru bersama-sama berusaha mengembangkan dan

meningkatkan mutu profesinya, guru menciptakan dan memelihara

hubungan antara sesama guru, guru melaksanakan segala kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan. 3) Guru di SMP Negeri 2 Boyolali

melaksanakan etika tersebut sesuai nilai-nilai moral sila Ketuhanan Yang

Maha Esa, di seluruh lingkup sekolahan

2. Skripsi berjudul “Metode Penanaman Nilai-nilai Agama dan Moral pada

Anak Usia Dini (Studi Kasus di TK UMP Pembina Kecamatan Kembaran

Banyumas) Tahun pelajaran 2013/2014” oleh Ary Utami Mahasiswi

Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2014. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode penanaman nilai-nilai agama dan moral yang

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
56

digunakan adalah sebagai berikut: bercerita/penokohan,tanya jawab,

sosiodrama, karyawisata, bercakap-cakap, penugasan (pemberian tugas)

serta pembiasaan. Dari beberapa metode yang digunakan tersebut yang

paling sering digunakan di TK UMP Pembina adalah bercerita, tanya

jawab dan pembiasaan. Metode penanaman nilai-nilai agama dan moral

tersebut ternyata dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku anak,

dari yang tidak baik menjadi baik. Kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan metode penanaman nilai-nilai agama dan moral tersebut

meliputi: kurangnya pengetahuan atau teknik dalam bercerita dan

kurangnya media yang digunakan dalam bercerita, sering terjadi

inkonsistensi (penjelasan yang berbeda-beda/ ketidaksesuaian) antara apa

yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan apa yang dilakukan di

lingkungan sekitar tempat ia tinggal.

3. Skripsi berjudul “Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Al Islam dan

Kemuhammadiyahan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto” oleh Wahyu

Lenggono Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun

2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa guru menggunakan 1) teknologi

komputer, digunakan sebagai inovasi dan kreativitas dalam pengajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI); 2) Teknologi Internet yang dimanfaatkan

sebagai salah satu sumber referensi pengetahuan peserta didik; 3)

teknologi multimedia yang digunakan media pembelajaran untuk

memberikan gambaran kepada siswa secara konkrit dalam pembelajaran;

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
57

4) teknologi telekomunikasi yang digunakan sebagai pengganti laptop

manakala salah satu siswa tidak membawa laptop dalam proses

pembelajaran.

Skripsi yang pertama dan kedua hanya membicarakan nilai ketuhanan

dan nilai agama saja, sedangkan skripsi yang ketiga membicarakan

penggunaan media dalam pembelajaran al Islam dan kemuhammadiyahan.

Skripsi saya benar-benar berbeda, sedangkan skripsi yang akan di tulis oleh

penulis mengkaji tentang nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan dalam mata

kuliah al Islam dan kemuhammadiyahan.

Upaya Implementasi Nilai..., Bela Puja, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai