Anda di halaman 1dari 14

ACARA 1

PENGENALAN FORMAT PENYIMPANAN CITRA DIGITAL


PENGINDERAAN JAUH

I. TUJUAN
Meletakkan dasar pemahaman tentang format penyimpanan citra
digital

II. ALAT DAN BAHAN


1. Format isian penyimpanan citra digital
2. Pensil

III. DASAR TEORI


Citra digital merupakan citra yang diperoleh, disimpan,
dianalisis, dan disajikan dalam notasi biner. Notasi biner adalah notasi
yang mendasarkan pada 2 kemungkinan atau variasi informasi, yaitu 0
dan1. Notasi ini sangat sesuai untuk sistem komputer, yang
menggunakan arus listrik (mati-hidup) dan orientasi kutub magnetik
(selatan-utara) dalam mengolah dan menyimpan informasi. Satuan
informasi terkecil ialah bit (binary digit), dimana 1 bit informasi hanya
memuat 2 kemungkinan (2¹): 0 (mati, tak ada arus) atau 1 (hidup, ada
arus). Gambar yang disimpan melalui sistem perekaman 1 bit hanya
akan menyajikan titik-titik penyusun gambar yang hitamputih, tanpa
abu-abu. Apabila sistem perekam gambar menggunakan pengkodean 2
bit, maka setiap titik penyusun gambar (yang selanjutnya disebut
piksel) mempunyai 2² kemungkinan atau 4 tingkat : hitam (00), abu-
abu gelap (01), abu-abu cerah (10), dan putih (11). Sistem bilangan
biner semacam ini dapat dikonversi ke sistem bilangan desimal,
dimana 00 pada sistem bilangan biner = 0 pada sistem bilangan
desimal, dan selanjutnya 01 = 1, 10 = 2, dan 11 = 3. Rentang atau julat
nilai 0 – 3 (yang berarti 4 tingkat) mewakili 4 tingkat kecerahan pada
piksel-piksel citra. Saat ini, bit coding sensor satelit telah mampu
menyimpan hingga 16 bit, atau 2¹6 tingkat kecerahan, meskipun citra
yang banyak digunakan –yaitu citra Landsat Thematic Mapper dan
SPOT HRV/HRVIR masih menggunakan 8 bit atau 256 tingkat
kecerahan. Informasi 8 bit setara dengan 1 byte. Cara penyimpanan
citra ke dalam himpunan piksel dengan susunan baris-kolom disebut
dengan struktur atau format raster. Pada citra raster 8 bit, 1 piksel
biasanya setara dengan 1 byte. Citra satelit penginderaan jauh banyak
yang diperoleh melalui sensor multispektral. Hasil dari citra
multispektral ini adalah liputan gambar wilayah yang sama pada
saluran spektral (band atau kanal) yang berbeda-beda. Apabila suatu
wilayah direkam oleh satelit dengan sensor yang mengoperasikan 3
saluran (k, l, dan m) dengan koding 8 bit, maka pada posisi yang sama
pada citra raster, suatu posisi piksel (missal baris i kolom j)
mempunyai 3 macam nilai spektral, yang masing- masing terdapat
dalam julat 0-255, yaitu NPijk, NPijl, dan NPijm. Berbagai perangkat
lunak menyimpan keempat saluran citra ini dengan cara yang berbeda-
beda. Cara pertama adalah penyimpanan tanpa kompresi
(pemampatan), dimana setiap piksel menempati ‘ruang’ dalam
komputer sebesar 1 byte. Apabila terdapat 4 saluran citra yang masing-
masing tersusun atas m kolom dan n baris, maka tempat (space) yang
dihabiskan dalam komputer adalah 4 x m x n byte. Cara ini disebut
dengan full-raster structure. Cara kedua adalah melalui kompresi,
dimana deretan piksel dengan nilai yang sama pada suatu saluran dapat
diringkas penyimpanannya. Semakin homogen nilai piksel pada suatu
liputan citra, semakin efektif kompresinya. Cara ini disebut
compressed raster structure. Pada citra pertama (full-raster structure),
komputer pun masih dapat menyimpan dan mengolah informasi pada
citra dengan format yang berbeda-beda. Ada sistem pengolah citra
yang lebih menyukai penyimpan tiap saluran secara terpisah dalam 1
berkas file, ada pula yang memilih penyimpanan seluruh saluran dalam
1 file. Format penyimpanan tiap saluran ke dalam file terpisah disebut
format band sequential (BSQ). Format yang menyukai seluruh saluran
disimpan dalam satu file ialah (a) band interleaved by line (BIL),
dimana urutan penyimpanan ialah baris baris 1 saluran 1, baris 1
saluran 2, baris 1 saluran 3, … baris 1 saluran n; kemudian dilanjutkan
baris 2 saluran 1, baris 2 saluran 2, baris 2 saluran 3, …, baris 2
saluran n; begitu seterusnya sampai seluruh baris citra pada n saluran
habis terbagi; (b) band interleaved by pixel (BIP) dimana selang-seling
penyimpanan tidak dilakukan pada tiap baris saluran, melainkan tiap
piksel pada tiap saluran. Pada pelarikan (scanning) dengan skaner
meja, pilihan untuk menyimpan gambar digital pada 256 warna tanpa
kompresi selalu dapat diartikan bahwa gambar tersebut disimpan
dengan format generic BSQ, meskipun nama formatnya disesuaikan
dengan merek dagang perusahaan pembuat perangkat lunaknya,
misalnya *.GIF, *.TIF, *.BMP. penyimpanan gambar 16,7 juta warna
(2(8)³, atau 256³) ke dalam format *.BMP atau *.TIF 24 bit
menunjukkan bahwa gambar tersebut disimpan dalam format BIL atau
BIP. Kompresi gambar hasil pelarikan raster juga dijumpai pada
format yang sudah banyak dikenal, misalnya *.JPG dan TIF with LZW
compression. Dengan demikian, format BSQ, BIL, dan BIP merupakan
format generic pada citra penginderaan jauh, sedangkan BMP, TIF,
GIF, dan JPG merupakan format non-generik yang berlaku untuk
berbagai jenis citra, termasuk citra/ gambar non-penginderaan jauh.
Format non-generik lain juga dapat dijumpai pada berbagi pengolah
citra penginderaan jauh, meskipun mereka masih bisa dikategorikan ke
dalam BSQ, BIL, atau BIP. Format-format ini antara lain *.LAN
(untuk ERDAS sampai dengan versi 7.5), *.IMG (untuk ERDAS
Imagine; ekstensi yang sama namun dengan format berbeda digunakan
oleh IDRISI), *.MPD (ILWIS for DOS), *.MPR (ILWIS for
Windows), dan *.ERS (ER-Mapper). Citra digital disimpan oleh
perangkat lunak pengolah citra dengan beberapa macam cara, ditinjau
dari jumlah file yang digunakan. Cara pertama adalah menyatukan
informasi citra dengan headernya. Header adalah suatu ‘penjelasan’
tentang citra yang disimpan, misalnya format (ASCIL, biner), ukuran
(jumlah baris dan kolom), julat nilai dan ukuran byte-nya (misalnya 1
byte/piksel), palette warna, dan sebagainya. Header dibaca lebih dulu
oleh program, sebelum data tiap piksel diakses dan ditampilkan pada
layar monitor atau diproses. Pada cara pertama ini, header diletakkan
pada bagian awal file, sehingga ukuran citra biasanya menjadi jumlah
byte citra + jumlah byte header. Misalnya citra 3 saluran berukuran
1000 kolom x 600 baris, dengan julat 0-255, dimana tiap piksel
disimpan dalam 1 byte informasi, dan headernya berukuran 128 byte,
maka ukuran file citra itu menjadi 128 + 3*(1000 * 600) = 1.800.128
byte. Cara kedua ialah dengan memisahkan header dan citra menjadi 2
file, dengan ekstrensi yang berbeda, namun dengan nama file yang
sama.
Format *.LAN yang digunakan oleh ERDAS merupakan contoh
dimana header dan citranya disatukan dalam 1 file, dengan ukuran
header sebesar 512 byte (untuk versi 7.5). Format *.MPD pada ILWIS
for DOS merupakan contoh untuk file citra yang dipisahkan dari
headernya (yang menggunakan ekstensi *.MPI, sebesar 40 byte
berformat biner). Format *.ERS sebenarnya merupakan header dari file
citra tanpa ekstensi pada perangkat lunak ER-Mapper, dimana ukuran
byte *.ERS ini terus berubah seiring dengan semakin banyaknya jenis
operasi yang diterapkan pada citra. File *.ERS ini merupakan salah
satu contoh dimana genealogi (lineage) citra telah dimasukkan sebagai
bagian dari metadata (=’data tentang data’) citra.
IV. LANGKAH KERJA
Praktikan diberi gambar, yang menunjukkan 3 saluran dari suatu
citra multispektral hipotetik, tanpa header. Potongan citra itu
berukuran 10 x 10 piksel dengan julat nilai 0-15, dimana nilai 0
menunjukkan obyek yang memberikan pantulan spektral paling lemah
dan 15 menunjukkan obyek yang memberikan pantulan spektral paling
kuat. Berdasarkan informasi tersebut,
1. Menyalin gambar itu tanpa angka-angka (nilai piksel) di dalamnya,
lalu memberi warna dengan pensil (bukan pena/ ballpen), dengan
tingkat kegelapan sesuai dengan nilai pikselnya
2. Mengkonversikan data citra pada Gambar 1 ke format BSQ, BIL,
dan BIP, mengacu ke tempat yang sudah disediakan
3. Menjawab pertanyaan, dan disertakan dalam laporan
V. HASIL
Terlampir.
VI. PEMBAHASAN
Citra digital dapat tersimpan dalam tiga macam format non
kompresi yaitu BSQ, BIL, dan BIP. Format BSQ. Format
penyimpanan BSQ adalah cara penyimpanan yang memisahkan citra
pada setiap band/salurannya. Citra digital tersebut disimpan berurutan
dari baris pertama saluran pertama, kemudian baris kedua saluran
kedua dan seterusnya sampai baris terakhir saluran pertama dan
disimpan dalam satu file dengan header citra saluran 1. Penyimpanan
dilanjutkan pada saluran kedua, pada baris pertama, kemudian pada
baris kedua saluran kedua dan seterusnya sampai selesai. Jadi setiap
band yang disimpan memiliki header masing-masing.
Format penyimpanan BIL adalah cara penyimpanan dengan
mendasarkan pada urutan baris namun tidak memisahkan pada tiap
band/saluran tetapi digabungkan menjadi satu dan memiliki hanya satu
header citra. Penyimpanan dilakukan pada baris pertama saluran
pertama, dilanjutkan baris pertama saluran kedua dan seterusnya
setelah semua saluran pada baris pertama tersimpan maka dilanjutkan
baris kedua untuk semua saluran.
Format penyimpanan BIP mendasarkan pada penyimpanan
sesuai dengan urutan pikselnya. Jadi piksel pertama pada saluran
pertama dilanjutkan piksel pertama pada saluran kedua dan
selanjutnya. Setelah semua piksel pertama pada semua saluran sudah
semua tersimpan dilanjutkan pada piksel kedua saluran pertama dan
seterusnya. Pada format ini, citra juga hanya memiliki satu header.
Format penyimpanan BSQ, BIL, dan BIP memiliki kelebihan
dan kekurangan sendiri-sendiri. Kelebihan format penyimpanan BSQ
yaitu format data ini memudahkan pengambilan data untuk 1 band,
sedangkan kekurangan format penyimpanan BSQn
membutuhkan space memory yang besar karena setiap saluran disimpa
nsebagai file terpisah-Sedikit kesulitan jika dilakukan analisis multi
band.
Format penyimpanan BIL dan BIP hampir sama file nya ringan
karena disimpan dalam satu bagian, akan tetapi apabila terdapat salah
satu nilai piksel yang rusak atau tidak terbaca, maka citra akan rusak
karena piksel yang rusak tadi akan dimasuki piksel selanjutnya,
sehingga informasi yang tersimpan menjadi bergeser semua.
VII. KESIMPULAN

1. Citra digital dapat tersimpan dalam tiga macam format non


kompresi yaitu BSQ, BIL, dan BIP
2. Format penyimpanan:
- BSQ adalah cara penyimpanan yang memisahkan citra pada
setiap band/salurannya
- BIL adalah cara penyimpanan dengan mendasarkan pada urutan
baris namun tidak memisahkan pada tiap band/saluran tetapi
digabungkan menjadi satu dan memiliki hanya satu header citra
- BIP mendasarkan pada penyimpanan sesuai dengan urutan
pikselnya
3. Format penyimpanan BSQ, BIL, dan BIP memiliki kelebihan dan
kekurangan sendiri-sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Danoedoro, Projo. 2002. Pedoman Praktikum Pemrosesan Citra


Digital. Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah
Mada.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
3. Jawablah pertanyaan berikut ini, dan sertakan dalam laporan:
a) Bagaimana distribusi tingkat kecerahan pada ketiga saluran itu?
Berikan deskripsi anda!
Jawaban:
Distribusi tingkat kecerahan masing-masing nilai pixel ketiga
saluran tidak merata, Distribusi kecerahan cenderung dengan rona
gelap dengan total kolom sebanyak 300 dan cenderung warna gelap
sebanyak 160 kolom, sehingga rona tersebut dipengaruhi oleh
karakteristik objek yang tersedia, cuaca pada suatu wilayah serta letak
objek suatu tempat pada saat pemotretan.

b) Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing format penyimpanan


citra digital?
Jawaban:
 Format BSQ
Kelebihan:
- Format data ini memudahkan pengambilan data untuk 1
band
 Kekurangan:
- Membutuhkan space memory yang besar karena setiap salu
ran disimpansebagai file terpisah-Sedikit kesulitan jika
dilakukan analisis multi band
 Format BIL
Kelebihan:
-Membutuhkan space memory yang kecil karena disimpan
dalam 1 file
: Kekurangan
-Sedikit kesulitan jika dilakukan analisis 1 band ataupun
multiband
 Format BIP
Kelebihan:
-Membutuhkan space memory yang kecil karena disimpan
dalam 1 file
-Mudah dalam analisis multi band
Kekurangan:
-Sedikit kesulitan jika dilakukan analisis 1 band.

c) Sebutkan contoh-contoh format citra digital berdasarkan perangkat


lunak pengolah citra yang anda kenal, baik pengolah citra umum
maupun pengolah citra penginderaan jauh?
Jawaban:
 Bitmap (.bmp): Format .bmp adalah format penyimpanan
standar tanpa kompresi yang umum dapat digunakan untuk
menyimpan citra biner hingga citra warna. Format ini terdiri
dari beberapa jenis yang setiap jenisnya ditentukan dengan
jumlah bit yang digunakan untuk menyimpan sebuah nilai
pixel.
 Tagged Image Format (.tif, .tiff): Format .tif merupakan format
penyimpanan citra yang dapat digunakan untuk menyimpan
citra bitmap hingga citra dengan warna palet terkompresi.
Format ini dapat digunakan untuk menyimpan citra yang tidak
terkompresi dan juga citra terkompresi.
 Portable Network Graphics (.png): Format .png adalah format
penyimpanan citra terkompresi. Format ini dapat digunakan
pada citra grayscale, citra dengan palet warna, dan juga citra
fullcolor. Format .png juga mampu menyimpan informasi
hingga kanal alpha dengan penyimpanan sebesar 1 hingga 16
bit per kanal.
 JPEG (.jpg): .jpg adalah format yang sangat umum digunakan
saat ini khususnya untuk transmisi citra. Format ini digunakan
untuk menyimpan citra hasil kompresi dengan metode JPEG.
 Graphics Interchange Format (.gif): Format ini dapat digunakan
pada citra warna dengan palet 8 bit. Penggunaan umumnya
pada aplikasi web. Kualitas yang rendah menyebabkan format
ini tidak terlalu populer di kalangan peneliti pengolahan citra
digital.
  RGB (.rgb): Format ini merupakan format penyimpanan citra
yang dibuat oleh silicon graphics untuk menyimpan citra
berwarna.
 RAS (.ras): Format .ras digunakan untuk menyimpan citra
dengan format RGB tanpa kompresi.
 Postscript (.ps, .eps, epfs): Format ini diperkenalkan sebagai
format untuk menyimpan citra buku elektronik. Dalam format
ini, citra direpresentasikan ke dalam deret nilai desimal atau
hexadesimal yang dikodekan ke dalam ASCII.
 Portable Image File Format: Format ini memiliki beberapa
bagian di antaranya adalah portable bitmap, portable graymap,
portable pixmap, dan portable network map dengan format
berturut-turut adalah .pbm, .pgm, .ppm dan .pnm. Format ini
baik digunakan untuk menyimpan dan membaca kembali data
citra.
 PPM: PPM terdiri dari dua bagian umum yaitu bagian
pendahuluan dan bagian data citra. Bagian pendahuluan
memiliki tiga bagian kecil, yang pertama adalah pengenal PPM
yang dapat berupa p3 (untuk citra ASCII) dan p6 (untuk citra
binari). Bagian pendahuluan yang kedua adalah ukuran panjang
dan lebar citra. Bagian ketiga dari pendahuluan adalah nilai
maksimum dari komponen warna. Keistimewaannya adalah
dalam data citra dapat disimpan komentar dengan memberikan
tanda '#' sebelum komentar.
 PGM: Format ini hampir mirip dengan format PPM hanya saja
format ini menyimpan informasi grayscale (satu nilai per
pixel). Pengenal yang digunakan adalah p2 dan p5.
 PBM: PBM digunakan untuk menyimpan citra biner. Hampir
sama dengan PPM dan PGM, Format PBM ini memiliki
pendahuluan, hanya saja pendahuluannya tidak memiliki
bagian ketiga (penjelasan nilai maksimum pixel). Penggenap
yang digunakan adalah p1.

Anda mungkin juga menyukai