PEMBAHASAN
2.1 Trend dan Isu Keperawatan Keluarga
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan.
Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di
masa mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana
alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan keluarga.
Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
Global
Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku keluarga. Kemajuan
dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga penyebarannya semakin meluas.
Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi
seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang ketat serta
menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan kualitas pendidikan.
Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kesehatan menuntut
standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun pedoman
pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga di rumah tapi perlu
disosialisasikan.
Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
Pelayanan
SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
Penghargaan / reward rendah.
Bersikap pasif.
Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
Pendidikan
Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
Profesi
Standar kompetensi belum disosialisasikan.
Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.
Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan pada tahun 90-an dengan program
pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun,
perkembangan jumlah keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang rawan kesehatan
(risiko), keperawatan komunitas mungkin tidak dapat menjangkau meskipun salah satu sasarannya adalah
keluarga yang rawan (berisiko). Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas (masyarakat)
memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik diantaranya keperawatan keluarga. Akibatnya, jelas
sekali bahwa keperawatan keluarga menjadi sasaran yang spesifik dengan masalah keperawatan
(kesehatan) yang spesifik pula.
Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori oleh Dirtjen Dikti Pendidikan
Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan yang menyajikan secara tersendiri mata kuliah perawatan
keluarga pada kurikulum D-3 keperawatan dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun 1999.
Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan ini sesuai tuntutan
pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010” dengan strategi :
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat dengan berbagai persyaratan
yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Telah menyelesaikan pendidikan formal Ners (perawat) yang diakui. Pendidikan formal di
Indonesia adalah D-3 keperawatan yang menghasilkan perawat professional “pemula” dan PSIK
yang menghasilkan Ners, yang memiliki kemampuan professional yang tinggi, yaitu (1)
keterampilan intelektual, (2) keterampilan teknis, dan (3) keterampilan interpersonal dengan
berlandaskan etik dan melaksanakan profesinya sesuai dengan standar praktik keperawatan.
2. Telah melakukan proses registrasi sebagai ners (perawat). Perawat yang telah menyelesaikan
secara formal pendidikannya harus melalui proses legislasi sebagai ners (perawat) dengan tahap :
a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang telah lulus pendidikan
formal di dinas kesehatan provinsi, sesuai dengan keputusan Menkes No 1239 tahun 2001.
b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang ners (perawat) untuk
dinyatakan cakap melaksanakan kewenangan (kompetensi) yang dimiliki. Namun, belum
dilalui sehingga setelah tahap registrasi seorang ners (perawat) akan memperoleh lisensi.
c. Lisensi adalah proses pembelian bukti tertulis setelah seorang ners (perawat) dinyatakan
cakap untuk dapat melaksanakan kewenangannya. Di Indonesia disebut dengan surat izin
perawat (SIP).
3. Memiliki institusi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga. Meskipun telah mempunyai SIP, kegiatan keperawatan keluarga yang diberikan kepada
kliennya harus mempunyai institusi berbadan hukum yang secara legal bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan keperawatan, mutu asuhan yang diberikan, dan untuk meningkatkan
kepercayaan publik, serta dapat dilakukan upaya tanggung gugat oleh klien bila tidak sesuai
standar asuhan.
4. Mematuhi standar praktik dan etik profesi yang ditetapkan oleh PPNI atau pemerintah. Standar
praktik yang ada bertujuan agar asuhan yang diberikan ners (perawat) mempunyai mutu sesuai
dengan kaidah profesi. Etik profesi yang dapat mengendalikan bagaimana seorang ners (perawat)
berperilaku yang santun kepada klien dan tidak merugikan klien atau publik.
Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat keluarga adalah perawatan kesehatan
dirumah. Agar mempunyai arah yang pasti terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga,
Departemen Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan No. HK.00.06.5.1.311 bulan januari 2012
tentang penerapan pedoman perawatan kesehatan dirumah.
Dengan gambaran situasi diatas, kesempatan sangat besar dimiliki oleh seorang ners (perawat)
untuk mewujudkannya, dan hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bila seorang professional
tidak mampu mewujudkannya. Karena bagaimanapun juga tidak ada alasan bahwa tidak mendapat
dukungan secara profesi dan pemerintah.
Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia :
Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum adanya perawat
keluarga secara khusus di negara kita.
Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum berkembang.
Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun pedoman
pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas trans portasi yang
cukup.
Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
2.3 Analisis jurnal Trend dan Issue penyakit menular TB dan ISPA
ANALISA JURNAL 1
Judul :
Penulis :
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model integrasi teori keperawatan SCFCN
melalui model program KUK terhadap kemandirian keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita TB Paru.
Metode :
Penulis : Vitria Erlinda Nursing Academy Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan family-
centered nursing terhadap pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam pencegahan
ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, desain penelitian menggunakan metode
pre-eksperimental design dengan rancangan one group pre and posttest design without control group.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki balita yang mengalami ISPA dan
berobat ke Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar pada bulan Oktober sampai November 2014
yang berjumlah 33 keluarga.. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh
Besar.Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan, terhitung pada bulan Oktober sampai November
2014.Penelitian yang akan dilakukan digunakan`untuk mengana- lisis efektifitas penerapan model
pemberdayaan berbasis keluarga : family-centered nursing terhadap pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
digunakan Uji Paired-test. Uji ini menguji perbedaan sebelum dan sesudah perlakukan (Santjaka, 2009).
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada perubahan signifikan dalam kemampuan keluarga
untuk mengenal masalah ISPA sebelum dan sesudah penerapan family centered
nursing dengan nilai (p 0,00); ada perubahan yang signifikan dalam pengambilan
keputusan tindakan sebelum dan sesudah penerapan family centered nursing dengan
nilai (p 0,00); ada perubahan yang signifikan dalam merawat anggota keluarga yang
sakit sebelum dan sesudah penerapan family centered nursing dengan nilai (p 0,00),
ada perubahan yang signifikan dalam memodifikasi lingkungan sebelum dan sesudah
penerapan family centered nursing dengan nilai (p 0,001) dan ada perubahan yang
signifikan dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan sebelum dan sesudah penerapan
family centered nursing dengan nilai (p 0,00). Penerapan family centered nursing dapat
mempengaruhi kemandirian keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
dalam pencegahan ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh
Besar.