Anda di halaman 1dari 11

Review Jurnal

Tindakan Medis yang Lege artis

OLEH
NURRAHMAH HIJRAH | C024192022
RINI AMRIANI | C024292023

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
Tindakan Medis yang Lege artis, Kasus Splenectomy
Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan medis yakni berkaitan
dengan signalement dan anamnesa. Informasi yang harus digali lebih lanjut untuk menunjang
informasi sebelum pengambilan tindakan medis yakni, berkaitan dengan ras dan jenis hewan,
riwayat vaksinasi dan obat cacing keluhan atau masalah utama yang teramati, serta gejala klinis
dan tentunya informasi riwayat penyakit dari ownernya. Setelah memperoleh data-data terkait
signalement dan anamnesa, pemeriksaan yang harus dilakukan yakni terkait pemeriksaan fisik
dan dilanjurkan dengan pemeriksaan laboratorium, dimulai dari pemeriksaan suhu rektal,
frekuaensi pernapasan, dan detak jantung setiap pasien penting untuk dicatat sebelum dilakukan
anestesi. Setiap hewan diperiksa secara klinis dan darahnya diperiksa dikumpulkan untuk hitung
darah lengkap dan serum pengujian profil biokimia. Jika diperlukan pembedahan, dilanjutkan
dengan persiapan pre operasi hingga post operasi (Aryazand et al., 2015).
Salah satu pemeriksaan yang penting untuk dilakukan terkait dengan kasus ini yaitu
melakukan pemeriksaan ultrasonography. Pada kucing, limpa tidak tebal atau panjang, berukuran
tebal kurang dari 1 cm dan panjangnya 4 sampai 6 cm. Limpa kucing terletak di cranial kiri dan
lateral abdomen, caudal dan lateral lambung. Pemeriksaan limpa merupakan bagian dari
pemeriksaan ultrasonografi rutin yang komprehensif dari seluruh rongga abdomen. Sebelum
memulai pemeriksaan, cukur rambut pasien dan oleskan gel ultrasonik ke kulit. Dimulai dari
ujung kranio-dorsal limpa menuju ke arah cranial, berikan jarak untuk menggeser transduser di
sepanjang dinding abdomen dari sebelah kiri cranial abdomen ke sebalah kiri caudal abdomen
sampai seluruh batas kranial limpa telah dievaluasi (gerakan Transduser di sepanjang abdomen
ke arah kranial-kaudal, lateral, atau dorso-ventral) (Huyn dan Clifford, 2017).
Pada tindakan pre-operasi, pemberian makan oral dibatasi selama 12 jam sebelum
dilakukan anestesi untuk persiapan operasi. Puasa dianjurkan untuk menghindari distensi
lambung saat operasi (Fransson dan Philipp, 2015). Pada tindakan pre-operasi premedikasi
dilakukan dengan menggunakan Acepromazine (mg/kg BB) secara intramuscular (IM) dan
Morfin (mg/kg BB) secara intramuscular (IM). Induksi anestesi dilakukan dengan injeksi
intravascular Ketamine (mg/kg BB) dan Diazepam (mg/kg BB). Setelah 15-30 menit, dilakukan
pemasangan kateter pada bagian vena cephalica dexter, pemasangan tabung endotracheal dan
dilajutkan dengan anestesi inhalasi Isofluran (1-5%) dalam oksigen. Cefazolin (mg/kg BB)
secara Intravena (IV) disuntikkan 30 menit sebelum operasi dan dilanjutkan setiap 90 menit
selama prosedur operasi berlangsung. Ringer Lactate diberikan (10 ml/kg BB) secara
intramuscular (IM) (Aryazand et al., 2015). Untuk ruangan operasi harus dipastikan steril dan
segala alat dan bahan dalam keadaan lengkap, steril dan telah siap untuk digunakan. Dokter
bedah dan asisten ahli bedah posisinya berdiri di sisi kanan pasien, dan menara endoskopi
dipasang tepat di seberang mereka atau di sisi kiri pasien (Fransson dan Philipp, 2015).

Gambar 1. Ruang operasi (Fransson dan


Philipp, 2015)
Pada tahap prosedur operasi, operasi dilakukan oleh satu orang ahli bedah. Co-operator
memposisikan pasien di atas meja operasi posisi dorsal recumbency dengan kepala dimiringkan
30 derajat lalu kemudian dilakukan pemberian antiseptic di area abdomen yang akan dilakukan
insisi. Seluruh tindakan prosedur laporoskopi di rekam dalam bentuk video untuk masing-masing
pasien. Prosedur laparoskopi splenektomi dilakukan sesuai dengan standar yang telah berlaku.
Mulai dari pembuatan sayatan pada kulit tepat di garis tengah bagian ventral 5 mm lokasi
umbilicus hingga ke tahap splenektomy. Setiap tindakan harus dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari pecahnya limpa atau organ lain di dalam rongga abdomen (Aryazand et al., 2015).

Gambar 2. Preparasi daerah umbilicus untuk


laparoskopi splenektomi (Fransson dan Philipp, 2015)
Manajemen pasca operasi yang perlu dilakukan yakni melakukan pengawasan terhadap
pasien dengan ketat selama 1 jam setelah pemulihan dari anestesi (memeriksa selaput lender dan
CRT pasien). Setelah itu, pasien lalu di pindahkan ke kandang dan diberikan Tramadol (mg/kg
BB) secara intramuscular (IM). Penting juga memperhatikan akses air minum untuk pasien,
setidaknya pasien diperiksa 2 kali sehari dan tanda-tanda vital harus dicatat selama seminggu
pasca operasi (Aryazand et al., 2015).
Parameter yang perlu diukur saat melakukan tindakan medis operasi yakni durasi seluruh
operasi, durasi anestesi, ligase limpa dan eksisi pembuluh darah perlu dicatat, bahkan komplikasi
intraoperative seperti besar kecilnya pendarahan, parameter klinis termasuk kecepatan
jantung/menit, kecepatan pernapasan/menit, kadar oksigen saturasi, suhu rektal dan pasang surut
CO2 perlu untuk dicatat (Aryazand et al., 2015).

Case Report 1

Pankreatektomi parsial dan splenektomi menggunakan alat bipolar vessel sealing device
pada kucing dengan karsinoma pankreas anaplastik

Pemeriksaan klinis dan diagnosis

Seekor kucing domestik shorthair betina berusia 14 tahun dirujuk ke dokter hewan
rumah sakit dengan riwayat muntah, apatis dan anoreksia selama dua hari. Kucing itu
didiagnosis diabetes mellitus empat tahun sebelumnya dan membaik sejak satu bulan yang lalu
ketika terapi insulin diaktifkan kembali.
Kucing tersebut dalam kondisi lesu dan ketika dilakukan palpasi perut terlihat kucing
merasa tidak nyaman dan teraba bentukan massa pada kranial abdomen kira-kira berdiameter 4
cm. Pemeriksaan fisik lainnya menunjukkan hal yang normal. Pada perhitungan darah lengkap
saat dilakukan pengujian biokimia serum, fruktosamin dan urinalisis menunjukkan leukopenia
(leukosit 3,8 x 10 9 / l; referensi kisaran 4.6-12.8 x10 9 / l), hiperglikemia (glukosa 25.6 mmol /
l; RR 4.0-9.0 mmol / l), hipoproteinemia (protein total 58 g / l; RR 64-80 g / l), serum lipase
sedikit meningkat (116 U / l; RR 8-26 U / l), peningkatan fruktosamin serum (481 µmol / l; RR
202-299 µmol / l), dan glukosuria. Serum fruktosamin meningkat. USG abdomen
memperlihatkan sebuah massa yang terlihat hypoechoic (3,5cm x 3cm) yang bersentuhan
dengan hilus limpa dan kelenjar getah bening dan membesar di daerah iliocaecal (Gambar 1).
Hati tampak hypoechoic. Sitologi massa dan kelenjar getah bening yang dikoleksi dengan cara
aspirasi jarum halus dengan panduan ultrasound bukan merupakan tindakan diagnostik dan
tindakan bedahpun telah dilakukan dengan prosedur ini
Gambar 3. USG abdomen menunjukkan massa yang berdekatan dengan tampilan normal limpa

Prosedur pembedahan

Tindakan coeliotomy melalui eksplorasi garis tengah (midline) sesuai standar dilakukan
dan ditemukan massa hampir mendekati hilus limpa, yang berasal dari lobus pankreas kiri.
Prosedur pancreatectomy partial termasuk pengangkatan limpa dilakukan dengan menggunakan
bipolar vessel sealing device. Vaskularisasi pankreas terjaga dan sebuah margin dengan massa
sekitar 3 cm terlihat cukup baik (Gbr. 2). Ligasure® diaplikasikan tanpa pembedahan
sebelumnya dengan menutup pembuluh kecil pada lambung, arteri dan vena limpa, serta arteri
dan vena gastroepiploic termasuk pengangkatan sebagian omentum. Biopsi diambil dari
lambung dan kelenjar getah bening iliocaecal dan hati.

Gambar 4. Diseksi pankreas dengan Ligasure® bipolar vessel sealing device

Daerah abdomen kemudian dibilas dengan larutan Ringer laktat yang dihangatkan (sesuai
dengan prosedur ) sebelum penutupan daerah abdomen setelah total waktu operasi 65 menit.
Pemeriksaan histologis dari segmen pankreas yang direseksi menunjukkan sebuah karsinoma
berdiferensiasi buruk yang dieksisi sempurna dengan margin bersih. Biopsi hati dan limfonodus
tidak menunjukkan adanya metastasis.
Pemulihan dan pemeriksaan lebih lanjut

Kucing tersebut sembuh dari operasi dan dipulangkan 7 hari pasca operasi.
Pemeriksaan lanjutan dilakukan 2 minggu setelah operasi, semua normal, dan tidak ada bukti
efusi abdomen yang ditemukan baik pada palpasi atau ultrasonografi. Pemeriksaan darah lebih
lanjut untuk memastikan pengendalian diabetes dan kemoterapi menggunakan gemcitabine
(analog sitostatik sitidin yang mengarah ke apoptosis) ditolak oleh pemiliknya. Dua bulan setelah
operasi, kucing tersebut dibawa ke dokter hewan dengan kasus acute hindlimb lameness.
Radiografi tulang paha kiri menunjukkan adanya supracondylar short oblique simple femur
fracture disertai dengan kerapuhan tulang. Radiografi laterolateral dan ventrodorsal toraks tidak
menunjukkan bukti metastasis paru pada saat itu. Fraktur patologis dan kucing yang disuntik
mati atas permintaan pemiliknya pun dicurigai. Pemeriksaan post-mortem pun ditolak oleh
pemilik.

Case report 2

Sinyalemen
Ras : kucing
Breed : main coon
Sex : Betina steril
Umur : 8 tahun

Anamnesa
 Tiga bulan trakhir ditemukan massa pada kulit (multiple cutaneous masses) dan massa
pada limpa (splenic mass)
 Tiga bulan terakhir terjadi penurunan nafsu makan, kehilangan BB, dan muntah
Pemeriksaan fisik
 Massa pada kulit terlihat berwarna merah ke ungu tua (pada daerah kelopak mata, leher,
toraks, abdomen, dan daerah ekstremitas dengan diameter 0.5 – 2 cm)
 Pembesaran limfonodus axilla sebelah kiri (4 cm x 4 cm x 4 cm)
 Splenomegali terlihat jelas
Gambar 5. Massa pada kulit daerah kelopak mata dan abdomen
Hematologi lengkap

Tabel 1. Terjadi peningkatan RDW (Red cell Distribution Width), peningkatan MCV (Mean
Corpuscular Volume), peningkatan protein plasma, peningkatan konsentrasi total leukosit,
peningkata basofil, peningkatan sel mast, penurunan eritrosit, penurunan hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, dan penurunan PCV (Packed Cell Volume) pada pemeriksaan
darah kucing.
Ulas darah

Gambar 6. Terjadi peningkatan limfosit, basofil, dan sel mast (x100)

Biokimia darah

Tabel 2. Terjadi peningkatan glukosa darah, peningkatan bikarbonat, penurunan kalsium, dan
penurunan klorida pada pemeriksaan biokimia darah
Sitologi limpa

Gambar 7. Pemeriksaan sitologi limpa

Gambar 8. Splenomegali (21 cm x 7 cm x 3 cm) disertai dengan tampilan ujung limpa yang
membulat
Gambar 9. Limpa dengan pewarnaan H & E, terlihat akumulasi sel radang (x4)

Gambar 10. Limpa dengan pemeriksaan IHK, memperlihatkan sitoplasma terlihat berwarna
coklat pertanda terdapat tumor pada limpa
Diagnosis
Multiple cutaneous mass cell tumors disertai metastasis ke limfonodus, metastasis ke
limpa, dan mastocythemia (dengan eritrofagositosis yang menonjol)

Hasil studi
Pasien mati seminggu setelah tindakan pembedahan dan tidak dilakukan nekropsi
Referensi:
Aryazand, yazdan., Seifollah Dehghani Nazhvani, Mir Sepehr Pedram, Hosein Ashegh, dan
Mohammad Yasan Bangash. 2015. Laparoscopic Assisted Splenectomy In Dogs:
Introducing The Intracorporeal Ligature Placement Technique. Iranian Journal of
Veterinary Surgery (IJVS), Vol.10, No.2

Fransson, Boel A. dan Philipp D. Mayhew. 2015. Small Animal Laparoscopy And Thoracoscopy.
ACVS Foundation: USA

Huynh, Elizabeth dan Clifford R. Berry. 2017. Imaging Essentials Small Animal Abdominal
Ultrasonography: The Slpeen. TVPJournal.

Knell, S.C & Vensin, C. 2012. Partial Pancreatectomy And Splenectomy Using A Bipolar Vessel
Sealing Device In A Cat With An Anaplastic Pancreatic Carcinoma. Schweizer Archiv Für
Tierheilkunde, 154(7):298-301. DOI: https://doi.org/10.1024/0036-7281/a

Anda mungkin juga menyukai