Laurencius Sihotang
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP-UKI
email: laurentsihotang@gmail.com
ABSTRAK
This study aims to determine the effect of light intensity on stomatal density and shade effect
on the formation of plant stomata antanan. This study using 60 samples with two treatments
of 30 samples from places with shade and 30 samples from places without shade. The method
used to observe the stomata in the leaf surface is a replica method of transparent nail polish.
The parameters observed in this study is the density of stomata. A data were analyzed using
SPSS 21 using t-test, to determine the effect of light intensity on stomatal density antanan
plants. Statistical tests showed that there is a real difference between the density of stomata on
the leaves of plants antanan in places without shade and the shade on the level of 5% ie t =
10.848> table = 2.045. It can be concluded that the intensity of sunlight due to shading greatly
affect the formation and density of stomata on the leaves of plants antanan.
Key word: Stomata, Antanan, Density, Intensity.
penyebaran sangat luas terutama di daerah sebagai sampel dalam penelitian ini
tropis dan sub tropis. Menurut memiliki ukuran yang relatif sama. Metode
Tjitrosoepomo (2000) tumbuhan pegagan yang yang digunakan yaitu metode replika
termasuk spesies Centella asiatica L. dengan mengoleskan kutek (cat kuku)
Tumbuhan pegagan atau sering disebut yang berwarna transparan pada permukaan
antanan dapat tumbuh baik pada intensitas bawah daun. Setelah mengering (10-15
cahaya matahari antara 30-40% sehingga menit), ditempeli potongan selotip lalu
dapat dikembangkan sebagai tumbuhan dikelupas secara perlahan-lahan. Replika
sela musiman maupun tahunan (Januwati permukaan daun diletakkan di atas objek
& Yusron, 2004). Pada penelitian ini gelas yang sudah diberi grid 0,25mm x
peneliti tertarik untuk menganalisis 0,25mm, lalu diamati dibawah mikroskop
pengaruh intensitas cahaya matahari dan dihitung jumlah stomata dan
terhadap densitas stomata pada tumbuhan densitasnya.
antanan. Data yang diperoleh dibuat grafik
METODE berdasarkan variabel yang ditetapkan,
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun untuk analisis kualitatif selanjutnya
Raya Cibodas, Bogor Jawa Barat. Waktu dianalisis dengan uji-t pada taraf
pelaksanaan penelitian ini pada bulan signifikansi 5%.
September tahun 2014. Alat yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan yaitu mikroskop, grid Hasil pengamatan densitas stomata
transparan 0,5mm x 0,5mm pada gelas tumbuhan antanan menggunakan
penutup, cat kuku bening, buku (album mikroskop dengan luas area 0,25mm2,
stomata), dan label tempel. Bahan yang dapat dilihat pada gambar 1.
digunakan yaitu daun Centella asiatica L. 120
96.50
Jumlah Stomata/0,25
60
sampel
40 32.17
Parameter yang diamati penelitian ini
20
adalah jumlah atau densitas stomata pada 0
tamanan antanan (Centella asiatica L.) Ternaung Tidak Ternaung
yang terdapat pada tempat ternaung dan Gambar 1. Rata-rata jumlah stomata/0,25
tempat yang yang tidak ternaung. Ukuran mm2 tumbuhan antanan
ternaung dan tidak ternaung.
daun tumbuhan antanan yang digunakan
330
ISSN e-journal 2579-7557
Laurencius Sihotang: Analisis Densitas Stomata Tanaman Antanan (Centella asiatica, L) dengan Perbedaan
Intensitas Cahaya
TIDAK
Pair 1 TERNAUNG – 64.333 32.484 5.931 52.204 76.463 10.848 29 0.0000
TERNAUNG
331
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 2, Juli 2017
Tumbuhan antanan yang dijadikan yang diterima rendah, maka jumlah cahaya
sampel pada penelitian ini memiliki ukuran yang diterima oleh satuan luas permukaan
daun yang relatif sama. Faktor pembeda daun dalam jangka waktu tertentu juga
pada penelitian ini adalah lingkungan rendah (Gardner et al., 1991). Salah satu
tumbuh di daerah dengan intensitas cahaya faktor yang mempengaruhi intensitas
matahari tinggi (tidak ternaung) dan cahaya yang sampai pada daun adalah
intensitas cahaya matahari rendah naungan. Perbedaan intensitas cahaya yang
(ternaung). diterima tumbuhan akan mempengaruhi
Menurut Salisbury dan Ross (2010) ketersediaan energi cahaya yang akan
cahaya matahari mempunyai peranan besar diubah menjadi energi kimia. Energi
dalam proses fisiologi tumbuhan seperti cahaya tersebut diubah menjadi energi
fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan kimia melalui proses fotosintesis untuk
perkembangan, menutup dan membukanya menghasilkan karbohidrat. Karbohidrat
stomata, perkecambahan tanaman, dan hasil fotosintesis akan digunakan dalam
metabolisme tanaman hijau. Cahaya proses pertumbuhan dan perkembangan
matahari mempengaruhi fisiologis tumbuhan.
tumbuhan baik secara langsung maupun Adanya naungan baik secara alami
tidak langsung. Pengaruh cahaya matahari maupun buatan mengakibatkan terjadinya
secara langsung terhadap tumbuhan penurunan intensitas cahaya yang diterima
misalnya pada proses fotosintesis karena oleh tumbuhan. Pengaruh naungan
cahaya matahari berperan secara langsung terhadap tanaman disamping mengurangi
dalam proses fotosintesis. Pengaruh tidak intensitas cahaya matahari yang sampai
langsung misalnya pada proses pada permukaan daun, dapat juga
pertumbuhan dan perkembangan, sebab mempengaruhi iklim mikro tanaman.
cahaya tidak dimamfaatkan langsung tetapi Naungan dapat mempengaruhi beberapa
zat makanan yang dihasilkan pada faktor lingkungan tumbuhan diantaranya,
fotosintesis dibutuhkan untuk proses temperatur, kelengasan tanah, dan
pertumbuhan dan perkembangan. pergerakan udara (Chambers, 1978).
Proses fotosintesis tumbuhan hijau Tumbuhan dalam kondisi kekurangan
dipengaruhi oleh tingkat intensitas cahaya cahaya berakibat terganggunya
matahari, kualitas dan lamanya penyinaran, metabolisme, sehingga menyebabkan
tetapi yang terpenting adalah intensitasnya penurunan laju fofosintesis dan sintesa
(Daniel et al., 1979). Bila intensitas cahaya karbohidrat (Sopandie et al., 2003). Energi
332
ISSN e-journal 2579-7557
Laurencius Sihotang: Analisis Densitas Stomata Tanaman Antanan (Centella asiatica, L) dengan Perbedaan
Intensitas Cahaya
cahaya sebagai energi utama tumbuhan daun tumbuhan yang terpapar cahaya
dalam proses fotosintesis dan sejumlah menjadi lebih luas. Sebaliknya pada
pengikatan N melalui reaksi kimia. Untuk tanaman yang menerima intensitas cahaya
mengatasi rendahnya intensitas cahaya tinggi menghasilkan daun yang lebih kecil,
tumbuhan yang hidup dibawah naungan lebih tebal, lebih kompak, dinding sel lebih
harus melakukan adaptasi sehingga tebal dengan ruang antar sel lebih kecil dan
menjadi toleran dengan intensitas cahaya tekstur daun keras. Menurut Haris (1999)
yang rendah. Sesuai dengan yang peningkatan luas daun pada tumbuhan
dikemukakan oleh Gregoriou et al., (2007), yang ternaung merupakan salah satu
bahwa adaptasi pada tanaman yang mekanisme toleransi terhadap naungan
tumbuh pada intensitas cahaya rendah untuk memperoleh cahaya yang lebih
dilakukan dengan memaksimalkan tinggi atau optimalisasi penerimaan cahaya
penangkapan cahaya dengan cara oleh tanaman. Penyataan Haris didukung
mengubah anatomi dan morfologi daun dengan yang dikemukakan oleh Hale dan
untuk fotosintesis yang efisien. Adaptasi Orcutt (1987), bahwa semakin tinggi
tersebut dapat berlangsung karena tingkat naungan semakin luas helaian daun
tumbuhan memiliki kemampuan sebagai bentuk mekanisme adaptasi
mendeteksi keberadaan, arah, intensitas tanaman terhadap cekaman intensitas
dan panjang gelombang cahaya. cahaya rendah yang bertujuan untuk
Peningkatan toleransi terhadap memperbesar area penyerapan cahaya
intensitas cahaya bertujuan agar proses dan matahari. Cahaya merupakan salah satu
fungsi fisiologi tumbuhan tidak terganggu. faktor lingkungan yang sangat penting
Evans & Poorter (2001) menjelaskan dalam kehidupan tumbuhan.
bahwa respon menghindar (shade Agar dapat bertahan hidup setiap
avoidance response) tanaman yang makhluk hidup harus beradaptasi terhadap
mengalami cekaman intensitas cahaya lingkungan hidupnya. Adanya faktor
rendah dilakukan dengan memaksimalkan intensitas cahaya tumbuhan melakukan
penangkapan cahaya dengan cara adaptasi untuk mendukung kelangsungan
mengubah anatomi dan morfologi daun fungsi fisiologis tubuh tumbuhan. Salah
sehingga proses fotosintesis berlangsung satu bentuk adaptasi tumbuhan yaitu
efisien, yaitu daun tanaman yang ternaung respon pembentukan stomata pada daerah
menjadi lebih tipis dan luas permukaan ternaung dan tidak ternaung. Champbell et
daun menjadi lebih lebar sehingga jaringan al., (2010) kerapatan stomata pada daun
333
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 2, Juli 2017
334
ISSN e-journal 2579-7557
Laurencius Sihotang: Analisis Densitas Stomata Tanaman Antanan (Centella asiatica, L) dengan Perbedaan
Intensitas Cahaya
antanan yang tumbuh di lingkungan yang kearah dasar daun atau basipetal. Pada
tidak ternaung memiliki kerapatan stomata tumbuhan yang memiliki pertulangan daun
lebih tinggi dibandingkan dengan berbentuk jala misalnya pada kebanyakan
kerapatan stomata tumbuhan antanan yang tumbuhan dikotil memiliki stomata dalam
tumbuh dilingkungan ternaung. Penelitian taraf perkembangan yang berbeda-beda.
yang dilakukan Fahn (1991) menggunakan Stomata terdapat pada semua bagian
daun iris yang tumbuh di bawah intensitas tumbuhan di atas tanah, tetapi paling
sinar yang berbeda menunjukkan bahwa banyak ditemukan pada daun. Stomata
kerapatan stomata menurun dengan merupakan celah pada lapisan epidermis
menurunnya intensitas sinar. Menurut yang diapit dua sel penjaga. Lakitan (1996)
Batos et al., (2010) daun yang terpapar menjelaskan bahwa pertumbuhan awal
oleh sinar matahari pada intensitas cahaya daun terjadi karena meristem apikal dan
tinggi memiliki kerapatan stomata yang marginal memiliki pola pembelahan
lebih tinggi dibandingkan daun yang berbeda. Pada daun pembelahan sel akan
ternaung. Hal ini didukung pula dengan membentuk ruang-ruang antar sel.
penyataan Campbell, et al. (2010) bahwa Pembentukan ruang-ruang tersebut diikuti
paparan sinar yang tinggi dengan kadar pula dengan pembentukan stomata
CO2 yang rendah selama perkembangan (Hamim & Sulistyaningsih, 2005). Pada
daun menyebabkan peningkatan kerapatan tumbuhan Angiospemae stomata
stomata pada berbagai tumbuhan. Hasil ini berkembang dari protoderm yang
juga sejalan dengan pernyataan Bolhar membelah menjadi sel besar dan sel kecil.
Nordenkampf et al. (1993), bahwa Sebelum sel membelah inti berpindah ke
tanaman di bawah naungan memiliki ujung dan vakuola menempati ujung sel
sedikit stomata. yang lain kemudian inti membelah. Sel
Stomata mulai berkembang kecil membelah menjadi dua dan
menjelang aktivitas meristematik pada berdiferensiasi menjadi sel penjaga.
epidermis dan terus berkembang selama Selama perkembangannya, lamela tengah
beberapa waktu pada saat daun memanjang diantara kedua sel penjaga membengkak
dan meluas karena perbesaran sel. Pada dan berbentuk seperti lensa kemudian
tumbuhan yang memiliki tulang daun terurai membentuk lubang stomata.
sejajar memiliki stomata yang tersusun Menurut Steven & Martin dalam Mulyani
dalam deretan memanjang. Stomata (2006) pembentukan lubang stomata
terbentuk mulai dari ujung dan berlanjut berlangsung secara enzimatis melalui
335
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 2, Juli 2017
proses osmosis dan hidrolisis tepung, elastis sehingga apabila sel penjaga
sehingga kedua sel penjaga terpisah. Sel menyerap air akan mengakibatkan sel tidak
penjaga dikelilingi oleh 4 sampai 6 sel dapat membesar diameternya melainkan
tetangga, 2 diantaranya berbentuk bulat memanjang. Kedua ujung sel penjaga
dan lebih kecil dari yang lain, terletak pada menyatu satu sama lain, sehingga apabila
ujung sel penutup. Sel tetangga pada terjadi penyerapan air kedua ujung sel
stomata merupakan sel-sel yang penjaga akan memanjang yang
mengelilingi sel penjaga (guard cell). Sel- mengakibatkan kedua selnya akan
sel tetangga ini terdiri dari dua buah sel melengkung ke arah luar. Akibat adanya
atau lebih yang secara khusus lengkungan kebagian luar sehingga bagian
melangsungkan fungsinya dengan tengah menjadi terbuka, kejadian ini yang
berasosiasi dengan sel-sel penjaga. menyebabkan celah stomata membuka.
Sel penjaga terdiri dari sepasang sel
yang kelihatannya semetris, umumnya KESIMPULAN
berbentuk ginjal, pada dinding sel atas dan Berdasarkan hasil penelitian dan
bawah tampak adanya alat yang berbentuk pembahasan yang diuraikan dapat ditarik
birai (ledges), kadang-kadang birai kesimpulan yaitu 1) Intensitas cahaya
tersebut hanya terdapat pada dinding sel mayahari mempengaruhi perbedaan
bagian atas. Adapun fungsi birai pada densitas stomata pada daun tumbuhan
dinding sel bagian atas itu adalah sebagai antanan dengan rata-rata kerapatan
pembatas ruang depan (front cavity) diatas 128,68/mm2 dan tempat tidak ternaung
porusnya sedangkan pembatas ruang sebanyak 386,00/mm2. 2) Naungan
belakang (basic cavity) antara porus mempengaruhi mempengaruhi
dengan ruang udara yang terdapat pembentukan stomata pada tumbuhan
dibawahnya. Sel penjaga memiliki serat antanan. Pengaruh tersebut dapat terlihat
selulosa halus (cellulose microfibril) pada dari hasil statistik uji-t pada taraf 5% yaitu
dinding selnya. yang tersusun melingkari thitung = 10,848 > ttabel = 2,045. Artinya
sel penjaga. Serat selulosa tersusun densitas stomata daun tumbuhan antanan
melingkari sel penjagan sehingga dikenal di tempat tidak ternaung lebih tinggi
sebagai miselasi radial (radial dibandingkan dengan densitas stomata di
micellation). Sifat serat selulosa tidak tempat yang ternaung.
336
ISSN e-journal 2579-7557
Laurencius Sihotang: Analisis Densitas Stomata Tanaman Antanan (Centella asiatica, L) dengan Perbedaan
Intensitas Cahaya
DAFTAR PUSTAKA
Asadi, Dimiarti, Arsyad. 1991. Adaptasi Hale, M. G., D. M. Orcutt. 1987. The
varietas kedelai pada pertumbuhan Physiology of Plant Under Stress.
tumpang sari dan naungan buatan. Canada: John Wiley and Sons. 206pp.
Seminar hasil penelitian tumbuhan Hamim, Sulistyaningsih Yohana C. 2005.
pangan, Bogor. Perkembangan Tumbuhan.
Baharsyah, J. S, Suwardi,D dan Irsal Las. Universitas Terbuka. Jakarta.
1985. Hubungan Iklim dengan Haryati, Sri. 2010a. Pengaruh Naungan
Pertumbuhan Kedelai. Badan yang Berbeda terhadap Jumlah
penelitian dan pengembangan Stomata dan Ukuran Porus Stomata
tumbuhan pangan. Pusat penelitian Daun Zephyranthes Rosea. Buletin
dan pengembangan tumbuhan pangan. Anatomi dan Fisiologi. Vol. XVIII.
Bogor. Haryanti, Sri. 2010b. Jumlah dan distribusi
Batos, B., D. Vilotic, S. Orlovic and D. stomata pada daun beberapa spesies
Miljkovic. 2010. Inter and intra- tumbuhan dikotil dan monokotil.
population variation of leaf stomatal Jurnal Anatomi Fisiologi 18.2.
traits of Quercus robus L. In northern Hetherington, A. M., dan Woodward, F.
serbia. Archives of Biological Science (2003). The role of stomata in sensing
62: 1125-1136. and driving environmental change.
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. Nature, 424(6951), 901.
2010. Biologi. Jilid 2 Edisi 8. Terj. Januwati M., Yusron. 2004. Standar
Erlangga, Jakarta Operasional : Budidaya Pegagan,
Daniel T. W, Helm J. W, Baker F. S. 1979. Lidah Buaya, Sambiloto dan Kumis
Principles of silviculture, Edisi ke-2. Kucing. Circular No. 9. Bogor: Balai
Mc.Graw Hill, Inc., New York Penelitian Tumbuhan Rempah dan
Dwijoseputro, D. l978 Pengantar Fisiologi Obat.
Tumbuhan. PT Gramedia Jakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan
Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi dan Perkembangan Tumbuhan. P.T.
Tumbuhan Berbiji. Bandung. ITB. Grafindo Persada. Jakarta.
Bandung. Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan.
Evans, J.R., H. Poorter. 2001. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press.
Photosynthetic acclimation of plants Madiun
to growth irradiance: the relative Martin, J. T. dan Juniper, B. E. 1970. The
importance of specific leaf area and Cuticle of Plants. E. Arnotld. London
nitrogen partitioning in maximizing Mayer , E. E. dan Meola, S. M. 1978
carbon gain. Plant Cell Environ. Morphological Characteristics of
24:755-767. Leaves and Stems of Selected Texas
Fahn, A . 1992. Anatomi Tumbuhan. Woody Plants. USDA. Technical Bull,
Yogyakarta. Gadjah Mada Press No 1564.
Gardner F. P, Pearce R. B, Mitchell R. L Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan.
(1991) Physiology of crop plants. Yogyakarta : Kanisius
Diterjemahkan oleh H. Susilo. Musyarofah, N., Susanto, S., Aziz, S. A.,
Universitas Indonesia Press, Jakarta. Kartosoewarno, S. 2007. Respon
Gregoriou, K, Pentikis, K, Vemmos, K, Tanaman Pegagan (Centella asiatica
2007, „Effects Of Reduced Irradiance L. Urban) Terhadap Pemberian Pupuk
On Leaf Morphology, Photosynthetic Alami di Bawah Naungan. Bul. Agron.
Capacity, and Fruit Yield in Olive (35) (3) 217 – 224
(Olea europaea L.)‟, Photosynthica,
vol.45, no.2, hal.172-181
337
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 4 Nomor 2, Juli 2017
338
ISSN e-journal 2579-7557