Oleh
Kelompok II
Anggota Kelompok:
Nama : DIAN WARDANA
NIM : 4173240007
Nama : MAHRAINI NASUTION
NIM : 4171240002
Nama : PUTRI YANI
NIM : 4173540015
Nama : YOHANNA LESTARI
NIM : 4171240009
Kelas : Nondik
Strata : S-1
Mata Kuliah : Persamaan Diferensial Dalam Fisika
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
Pendahuluan
Persamaan differensial menjadi topik yang terus menarik untuk mempelajari lebih dalam.
Persamaan differensial merupakan gabungan dari fungsi yang tidak diketahui dengan
turunannya. Persamaan differensial dibedakan menjadi beberapa kategori, kategori pertama
adalah persamaan differensial biasa. Persamaan diferensial biasa (PDB) merupakan persamaan
diferensial yang hanya memiliki satu variabel bebas.
Projek yang kami lakukan tentang Penyelesaian Persamaan Diferensial Orde Satu dan Dua.
Alasan kami melakukan projek ini karena berhubungan dengan materi.
Tujuan
Tujun dari pelaksanaan projek ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas KKNI, dapat
mengetahui penerapan penggunaan persamaan diferensial.
Kajian Teori
Bentuk persamaan diferensial linear peringgkat kedua ini adalah
d2 y dy
a 2
+b + cy=f (x)
dx dx
dengan a, b dan c adalah konstanta nyata. Persamaan diferensial ini dinamakan persamaan
homogen jika f(x)=0 dan dengan nama tak homogen jika f(x)≠ 0. satu set fungsi { y 1 ( x ) , y 2 (x)}
dikatakan bergantung secara linear pada selang S jika wujud konstanta c 1dan c 2 yang tidak
semuanya sama dengan nol sehingga
c 1 y1 ( x )+ c 2 y 2 ( x)=0.
Dengan demikian, jika kita anggap c 1 ≠ 0 ,maka
−c2
y 1 ( x )= y ( x ),
c1 2
Yang memberi kita arti bahwa jika dua fungsi adalah bersandar linear, maka satuu dari padanya
akan bergantung kepada yang satu lagi. Begitu juga untuk lebih dari tiga fungsi. Tujuan
dy
dilambangkan dengan atau f ' ( x ) atau y ' , sedangkan fungsi yang tidak diketahui
dx
dilambangkan dengan keberadaan variabel terikatnya, sebagai contoh
dy
=x+ y
dx
Berdasarkan turunan tertinggi yang dimiliki, PDB dikategorikan menjadi PDB orde 1 yaitu
turunan tertingginya adalah turunan pertama, PDB Orde 2 dengan turunan tertingginya
merupakan turunan kedua, begitu juga dengan PDB Orde 3 yakni turunan tertingginya
merupakan turunan ketiga, dan seterusnya. Kategori persamaan diferensial lainnya adalah
Persamaan Diferensial Parsial (PDP), yakni persamaan diferensial yang memiliki lebih dari satu
variabel bebas.
Akar persamaan karakteristik dan penyelesaian umumnya
Kes Akar Penyelesaian Umum
1 Dua akar nyata: m 1 ≠ m 2 y= A em x + B e m x
1 2
Metode
Penyelesaian ini diawali dengan membuat script metode kutta orde lima Butcher dan
Felhberg pada Matlab. Penyelesaian persamaan diferensial linear orde satu dan persamaan
diferensial linier orde dua dengan metode hampiran runge kutta orde lima Butcher dan Fehlberg.
Selanjutnya dicari nilai error dari masing-masing metode tersebut untuk mengetahui metode
hampiran mana yang memberikan hasil yang paling mendekati nilai analitik
1 1 1
k 3=∆ x . f ( x i+ ∆ x , y i + k 1 + k 2)
4 8 8
1 1
(
k 4=∆ x . f xi + ∆ x , y i− k 2 +k 3
2 2 )
3 3 9
k 5=∆ x . f ( x i+ ∆ x , y i + k 1 + k 4 )
4 16 16
3 2 12 12 8
k 6=∆ x . f ( x i +∆ x , y i− k 1 + k 2+ k 3 − k 4 + k 5 )
7 7 7 7 7
Pembahasan
Menyelesaikan persamaan diferensial orde satu. Satu fungsi y=y(x) dikatakan solusi
persamaan diferensial orde satu f(x,y, y 1 ¿=0 apabila y= y(x) dan turunannya y ' memenuhi
persamaan tersebut. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa bahwa y=x 2 +1adalah solusi
persamaan diferensial: y ' =2 x . Solusi y=x 2 +C untuk C konstanta sebarang juga merupakan
solusi persamaan diferensial y ' =2 x . Solusi y=x 2 +1disebut sebagai solusi khusus sedangkan
y=x 2 +C disebut solusi umum. Solusi umum suatu persamaan diferensial masih memuat
konstanta C, sedangkan solusi khusus diperoleh dari solusi umum dengan mengambil konstanta
C sebagai suatu bilangan tertentu yang memenuhi syarat-syarat yang diberikan, misalnya syarat
nilai awal. Bentuk umum persamaan diferensial linier orde satu ditunjukkan pada persamaan
berikut ini:
dy
=P ( x ) y=Q( x )
dx
Metode Runge-Kutta adalah alternatif lain dari metode-metode numerik lainnya yang tidak
membutuhkan perhitungan turunan. Metode ini berusaha mendapatkan derajat ketelitian yang
lebih tinggi, dan sekaligus menghindarkan keperluan mencari turunan yang lebih tinggi. Metode
runge kutta memiliki beberapa orde, salah satunya adalah metode runge kutta orde lima. Metode
runge kutta orde lima merupakan metode runge kutta yang memiliki enam evaluasi fungsi dan
dapat mencapai ketelitian yang akurat dengan menghasilkan nilai hampiran yang mendekati nilai
penyelesaian analitik.
Rumus umum metode Runge Kutta orde lima sebagai berikut:
6
y i+1 = y i+ ∑ b j k j
j=1
Dengan j=1,2,…….,6;b j adalah konstanta dan k j merupakan evaluasi fungsi yang diperoleh dari:
k j=∆ x . f ( x i+ c m ∆ x , y i +am 1 k 1 +a m 2 k 2+ …+am k m ¿
m
∆ x adalah suatu ukuran langkah yang dinyatakan dengan ∆ x=x i +1−x i ,sedangkan c m dan a m r
m
adalah konstanta dengan c m =∑ am ; m=j-1, c 0=0 dan a m 0=0.
r
r=0
Simpulan
Untuk persamaan diferensial linier orde 1 dan 2, solusi lampiran metode runge kutta orde
lima butcher dan metode orde lima fehlberg memberikan solusi yang sama. Nilai penyelesaian
untuk kedua metode tersebut memberikan error yang relative sangat kecil terhadap solusi
analitik.
Daftar Pustaka
Charolina Sihombing, Sagita. 2018.Penyelesaian Persamaan Diferensial Linier Orde Satu dan
Dua disertai Nilai Awal dengan menggunakan Metode Runge Kutta Orde Lima Butcher dan
Felhberg. Jurnal Matematika Integratif. 14(1)
Sugiyarto,Ph.D. 2015.Persamaan Diferensial.Yogyakarta:Pramartha
Lampiran
Perbandingan solusi analitik terhadap solusi hampiran butcher untuk persamaan diferensial linier
orde 1
Perbandingan solusi analitik persamaan diferensial linier orde 1 terhadap solusi hampiran metode
runge kutta fehlberg orde lima