Anda di halaman 1dari 3

Komplikasi dan Diagnosis Epilepsi

Bahaya kejang pada penderita epilepsi

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, kejang epilepsi bisa melibatkan sebagian ataupun
seluruh tubuh. Sebelum kejang muncul, penderita biasanya akan mengalami gejala khusus
seperti sakit kepala, melihat kilatan cahaya, merasa mencium bau tertentu, air liur yang
bertambah, dan sebagainya.

Beberapa menit setelah gejala tersebut muncul, maka timbullah kejang. Saat terjadi kejang,
penderita epilepsi akan kehilangan kesadarannya untuk sementara waktu, serta tak mampu
mengendalikan saluran cerna dan saluran kemihnya. 

Akibatnya, feses dan air seni akan keluar dengan sendirinya tanpa disadari. Kesadaran akan
kembali secara perlahan beberapa menit hingga jam setelah kejang.

Kejang pada epilepsi dapat diatasi dengan pemberian obat antikejang. Meski demikian, perlu
diingat bahwa setiap penderita mengalami episode kejang, ia berada dalam bahaya yang bisa
sampai mengancam nyawa.

Saat kejang, pasien rentan mengalami jatuh dan patah tulang, kecelakaan lalu lintas, atau
kecelakaan kerja (tertimpa benda berat atau tersengat listrik). Risiko lain yang juga rentan
terjadi adalah tenggelam, terutama bila kejang terjadi ketika pasien sedang berenang di kolam
renang atau berendam di bathtub.

Pada pasien epilepsi yang sedang hamil, kejang dapat menyebabkan berbagai komplikasi
selama kehamilan. Mulai dari cacat janin akibat penggunaan obat antikejang, janin
mengalami hipoksia (kekurangan oksigen), dan sebagainya. Kejang juga dapat menyebabkan
pasien epilepsi mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan cemas, dan
percobaan bunuh diri. 

Selain beberapa kondisi di atas, hal fatal lainnya yang dapat terjadi pada
penderita epilepsi adalah sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP). SUDEP merupakan
kondisi pasien epilepsi yang sebelumnya sehat, secara tiba-tiba mengalami kematian tanpa
sebab yang jelas. 

Penderitanya biasanya ditemukan meninggal dunia saat tidur dan tidak diketahui mengalami
kejang sebelumnya. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab kematian utama pada pasien
dengan gangguan saraf. 

Beberapa ahli berasumsi SUDEP terjadi akibat gangguan irama jantung dan kesulitan
bernapas yang dialami saat kejang pada pasien epilepsi. Hal tersebut kemudian menyebabkan
gangguan organ lainnya, hingga bisa sebabkan kematian. Meski begitu, sejauh ini belum ada
penjelasan mengenai penyebab SUDEP yang sesungguhnya.

Cara menurunkan frekuensi kejang pada epilepsi

Berbagai komplikasi berbahaya di atas, termasuk SUDEP, dapat dicegah dengan menurunkan
frekuensi kejang. Studi ilmiah telah membuktikan bahwa kontrol kejang yang baik dan tepat
dapat mengurangi terjadinya SUDEP sekaligus meningkatkan kualitas hidup penderita. 
Saat ini sudah tersedia berbagai obat untuk mengontrol kejang pada pasien epilepsi dan
mencegah terjadinya kejang berulang. Obat tersebut harus diminum secara rutin dan tidak
boleh diganti atau diubah dosisnya tanpa konsultasi dengan dokter spesialis saraf (neurolog)
terlebih dahulu.

Kejang pada epilepsi dapat berujung pada berbagai bahaya, bahkan tak sedikit sebabkan
kematian. Namun, hal tersebut dapat dicegah bila penderita epilepsi rutin berkonsultasi
dengan dokter saraf dan mengonsumsi obat antikejang secara rutin sesuai anjuran dokter.

Di masyarakat epilepsi atau ayan merupakan penyakit memalukan dan mengerikan. Ini
stigma yang berkembang sampai saat ini, orang epiepsi sebaiknya kita dukung dan
support dalam pengobatannya, bukan menjauhi apalagi mengucilkan dalam sosial
masyarakat. Karena penyakit ini bukan seperti penyakit virus yang dapat menular.
Epilepsi bukan penyakit yang berbahaya bagi lingkungan sekitar, tapi jika tidak
diobati dapat berbahaya terhadap pasien tersebut.

Pengobatan pada epilepsi bertujuan untuk menstabilkan ketidakseimbangan aktivitas


kimia dan listrik dalam otak, dan membantu mengendalikan kejang pada penderita
epilepsy.

Sebagai masyarakat awam bagaimana melakukan pertolongan pertama bagi


orang dengan epilepsi yang terjadi serangan kejang?

 Gunakan alat pelindung diri, minimal sarung tangan dan masker


 Posisikaan pasien yang kejang di tempat datar dan aman, jauhkan benda-benda
keras yang bisa melukai pasien
 Minta pertolongan orang sekitar untuk menghubungi tenaga kesehatan terdekat
 Jangan tahan gerakan pasien yang kejang
 Miringkan badan pasien untuk mengeluarkan cairan dari mulut, hindari posisi
tubuh telungkup karena akan menghambat pasien bernapas
 Tunggu kejang sampai reda dan menunggu pertolongan datang
 Jika pasien sudah tidak kejang, posisikan pasien dalam keadaan posisi pulih
 Hindari memberi minum atau makan dan juga hindari menaruh sendok atau
benda lain ke dalam mulut pasien.

Diagnosis

1. Risiko jatuh b.d penurunan tingkat kesadaran


2. Risiko Gangguan sirkulasi spontan b.d hipoksia
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, disfungsi neuromuskuler
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
5. Risiko harga diri rendah situasional b.d gangguan gambaran diri

Dapus :
RS Permata Husada Group. 2020. Apakah Epilepsi penyakit kutukan?. Diakses pada Minggu
13 September 2020 melalui : https://www.rspermata.co.id/articles/read/apakah-epilepsi-
penyakit-kutukan

Anda mungkin juga menyukai