Anda di halaman 1dari 21

KEANEKARAGAMAN HAYATI

A. Pengertian keanekaragaman hayati


Keanekaragaman hayati merupakan keberagaman makhluk hidup dilihat dari
perbedaan ukuran, warna, bentuk, tekstur maupun jumlah pada semua gen, spesies,
dan ekosistem di suatu daerah. Keaneragaman hayati juga dikenal dengan istilah
biodiversitas. Perhatikan lingkungan di sekitar Anda. Anda akan menemukan
beraneka ragam makhluk hidup ciptaan Tuhan. Di tempat yang berbeda, Anda akan
menemukan keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda pula.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu
daerah. Keseluruhan gen, jenis, dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di bumi.
Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan maka keanekaragaman
hayati perlu dipelajari dan dilestarikan.
Jenis makhluk hidup yang dapat ditemukan atau diamati sampai saat ini ada
jutaan jenis, dengan bentuk, rupa, atau ciri-ciri yang bervariasi atau berbeda. Sebagai
gambaran, tanaman padi berbeda dengan tanaman jagung baik dari bentuk batang,
daun, bunga, buah atau biji, bahkan rasa bijinya. Ayam berbeda dengan kambing, baik
dari rupa atau bentuknya, jenis makanan dan cara makannya, cara
berkembangbiaknya, tempat hidupnya, bahkan berbeda rasa dagingnya jika dimakan
manusia.

Catatan Kaki:
https://sumberbelajar.seamolec.org
B. Keanekaragaman Tingkat Gen
Keanekaragaman tingkat gen adalah variasi susunan gen pada satu spesies atau
jenis. Dimana, keanekaragaman gen dalam satu spesies makhluk hidup yang
menimbulkan variasi disebut varietas. Contohnya, varietas buah manga (Mangifera
Indica) seperti harum manis, bali, gadung, dan si manalagi, dimana tampilan berbagai
macam buah mangga ini
cukup berbeda dilihat dari
warna, tekstur kulit, dan rasa.
Setiap individu memiliki
banyak gen, jika terjadi
persilangan antar individu
yang berkarakter berbeda
maka akan menghasilkan
keturunan dengan banyak
variasi. Keanekaragaman gen akan semakin tinggi jika mengalami persilangan
(crossing over) karena terjadinya penggabungan gen-gen individu melalui dua sel
gamet yang berbeda.

Pada hewan juga kita


dapat menemukannya.
Misalnya pada ayam. Kita
mengenal beberapa jenis
ayam, di antaranya ayam
kampung, ayam bangkok,
ayam cemani, ayam kate, dan
lain sebagainya. Keragaman
ayam ini adalah bukti dari adanya keanekaragaman hayati tingkat gen.

Catatan Kaki:

https://www.kelaspintar.id/
C. Keanekaragaman Tingkat Jenis

Keanekaragaman tingkat jenis


merupakan variasi yang terdapat pada
makhluk hidup atau antarspesies dari
satu family. Contohnya, keluarga
polong-polongan (fabaceae) seperti
kacang tanah, kacang buncis, kacang
hijau, maupun kacang kapri. Jenis
kacang-kacangan ini dapat dengan
mudah dibedakan karena di antara mereka ditemukan ciri khas yang sama, namun dari
sisi ukuran, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji serta rasanya berbeda.

D. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

Pada tingkatan ini merupakan keanekaragaman yang terjadi karena interaksi


makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu
komponen biotik (benda-benda hidup) dan abiotic (benda-benda tak hidup).
Faktor biotik maupun faktor abiotik ini sangat beragam, oleh sebab itu ekosistem
yang tersusun atas dua faktor tersebut pun memiliki perbedaan antar ekosistem satu
dengan ekosistem lainnya. Berbagai jenis ekosistem ini di antaranya:
 Ekosistem Pantai : pada ekosistem ini didominasi oleh pohon kelapa, dan
hewan-hewan seperti kepiting, serangga, maupun burung-bung pantai.
 Ekosistem sawah : dalam ekosistem ini didominasi oleh tanaman padinya

 Ekosistem padang rumput : pada ekosistem ini didominasi oleh rerumputan dan
terdapat di daerah yang memiliki iklim cukup kering.

 Ekosistem hutan tropis : ekosistem ini terdapat di daerah tropis dengan ciri khas
utama tumbuhan yang beranekaragam. Ekosistem ini biasanya memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat besar salah satunya di Indonesia.
 Ekosistem Padang Pasir : ciri utama dari ekosistem ini adalah adanya tumbuhan
kaktus yang hanya membutuhkan sedikit air untuk hidup. hewan yang ada di sini
antara lain reptil, mamalia kecil, dan berbagai jenis burung.

Catatan Kaki:

https://www.kelaspintar.id/
E. Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dibedakan dan dikelompokkan


berdasarkan karakteristik wilayah maupun persebaran spesiesnya.
1. Berdasarkan Karakteristik Wilyah
Berdasarkan geografis Indonesia terletak di antara 6° LU – 11° LS dan 95° –
141° BT, artinya Indonesia berada di daerah tropis. Batasan daerah tropis sendiri
adalah 23,5° LU dan 23,5° LS. Daerah tropis memiliki ciri khas di mana suhu
rata-ratanya adalah antara 26° C – 28° C dengan curah hujan yang cukup tinggi (700 –
7.000 mm/tahun) dan memiliki tanah yang cukup subur karena pelapukan batuan
induk cukup cepat terjadi.Indonesia juga terletak di antara dua rangkaian pegunungan
muda, yaitu sirkum Pasifik dan sirkum Mediterania. Berdasarkan hal ini Indonesia
sering sekali disebut sebagai negara ring of fire. Banyaknya gunung berapi yang ada
di Indonesia menyebabkan tanah yang ada menjadi subur, terutama di pulau Jawa dan
Sumatera.Keadaan abiotik yang sangat bervariasi ini membuat Indonesia kaya akan
jenis flora dan fauna. Indonesia memiliki 10% jenis tanaman dari seluruh spesies
tanaman yang ada di dunia, 16% spesies herpetofauna, 12% spesies mamalia, dan
17% spesies burung di dunia. Sejumlah spesies pun bersifat endemik yang artinya
spesies tersebut hanya ada di Indonesia dan tidak ditemukan di wilayah manapun di
seluruh dunia.
Contoh flora dan fauna endemik Indonesia di antaranya adalah:
 Burung Cendrawasih di Papua
 Burung Maleo di Sulawesi
 Komodo di Taman Nasional Komodo
 Anoa di Sulawesi
 Rafflesia arnoldii yang tersebar di Pulau Sumatera

2. Berdasarkan Persebaran Organisme


Persebaran makhluk hidup di muka bumi dipelajari dalam cabang ilmu biologi yang
disebut biogeografi. Studi tentang penyebaran spesies ini menunjukan bahwa suatu
spesies berasal dari satu tempat, kemudian menyebar ke berbagai arah dan terjadi
diferensiasi pada spesies tersebut sesuai dengan keadaan alam yang ditempatinya.
Isolasi geografi yang merupakan pembatasan spesies untuk menyebar dan
berkompetisi menyebabkan adanya perbedaan susunan flora dan fauna di berbagai
tempat. Isolasi geografi ini bisa disebabkan oleh penghalang geografi (barrier) seperti
gunung yang tinggi, gurun pasir, lautan, dan sungai yang lebar dan dalam
Berdasarkan adanya persamaan fauna di wilayah-wilayah tertentu di muka bumi,
Alfred Russel Wallace mengklasifikasikan bumi menjadi 6 daerah biogeografi, yaitu:
 Nearktik (Amerika bagian utara)
 Palearktik (daerah Asia sebelah utara pegunungan Himalaya, Eropa dan Afrika,
serta Gurun Sahara sebelah Utara)
 Neotropikal (Amerika Selatan bagian tengah)
 Oriental (Asia, Himalaya bagian selatan)
 Ethiopia (Afrika)
 Australia (Australia dan pulau-pulau sekitarnya)
Fauna di Indonesia sendiri mencerminkan daerah biogeografi Australia dan Oriental.
Pembagian wilayah ini dibagi menjadi 3 biogeografi di Indonesia, yaitu biogeografi
oriental, peralihan, dan australia. Batas antara oriental dan peralihan disebut dengan
garis Wallace dan batas antara biogeografi australia dan peralihan adalah batas weber.
Kepulauan di Indonesia merupakan pertemuan dua biogeografi, yaitu oriental dan
australia. Biogeografi oriental memiliki ciri khas fauna yang sangat kaya akan tipe
mamalia dan biogeografi australia miskin akan jenis mamalia.

a) Persebaran Fauna
1. Persebaran fauna di Indonesia Barat (Oriental)
Bagian barat wilayah Indonesia yang termasuk ke dalam Paparan Sunda memiliki tipe
fauna oriental.Pulau Sumatera memiliki fauna khas seperti gajah, tapir, badak bercula
dua, harimau, siamang, dan orang utan.Pulau Jawa memiliki fauna khas seperti badak
bercula satu, harimau, dan banteng. Pulau Kalimantan memiliki badak bercula dua,
macan tutul, orang utan, bekantan, dan beruang madu.
2. Persebaran fauna di wilayah Indonesia Timur (Australia)
Wilayah Indonesia bagian timur didominasi oleh tipe fauna australialis. Hewan-hewan
yang ada di daerah ini di antaranya adalah Kasuari, Nuri, Parkit, Cendrawasih,
Merpati Berjampul, Kangguru Wallabi, Kangguru Pohon, Anoa, dan Komodo.

3. Zona peralihan antara oriental dan australia


Zona peralihan ini terletak di antara zona oriental dan australia. Jenis fauna di wilayah
ini sangat khas karena sifat-sifatnya mirip dengan fauna oriental maupun australia.
Wilayah peralihan yang paling mencolok adalah pulau Sulawesi.
b) Persebaran Flora di Indonesia

1. Persebaran flora bagian Indonesia Barat


Flora tumbuh di berbagai tempat di dunia yang berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi
oleh beberapa faktor, iklim, jenis tanah,Relief atau tinggi rendah permukaan bumi,
atau biotik (pengaruh makhluk hidup). Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar
terutama suhu udara dan curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki
hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi. Sedangkan daerah yang curah
hujannya relatif kurang tidak memiliki hutan yang lebat seperti banyak di tum- buhi
semak belukar dengan padang rumput yang luas. Flora di Indonesia Bagian Barat
meliputi berbagai jenis tanaman yang tumbuh di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimatan,
Bali dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

2. Persebaran flora Indonesia bagian timur


Persebaran flora di Indonesia bagian timur disebut dengan tipe Australis. Karena
disebabkan oleh persebaran flora di Indonesia bagian timur hampir sama dengan flora
di benua Australia pada umumnya. Pulau-pulau yang termasuk daerah persebaran
flora Indonesia Timur adalah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Di
Indonesia bagian timur banyak ditemui pohon sagu, pohon nipah, dan hutan bakau.
3. Persebaran flora bagian Indonesia Tengah
Flora di Indonesia bagian tengah merupakan daerah peralihan antara Indonesia barat
dengan Indonesia timur.
F. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari keanekaragaman tumbuhan dan hewan dimanfaatkan


untuk kebutuhan hidup manusia, baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan
sekunder. Kebutuhan primer manusia yang didapatkan dari alam ini di antaranya
adalah kebutuhan sandang (ulat sutra, domba, dan kapas), pangan (serelia atau
biji-bijian, umbi-umbian, sayur, buah, telur, daging, dan susu), papan (pohon meranti,
pohon sengon, pohon jati, dan pohon mahoni), serta udara bersih yang didapatkan dari
tumbuhan hijau. Kebutuhan sekunder manusia yang bersumber dari keanekaragaman
hayati misalnya transportasi (kuda, unta, dan sapi) dan sebagai sarana rekreasi
(pepohonan, hutan, tanaman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, dan hewan
peliharaan). Berikut ini adalah manfaat keanekaragaman hayati dalam berbagai
bidang.
a. Manfaat dari Segi Ekonomi
Jenis hewan (fauna)
dan tumbuhan (flora)
dapat diperbarui
dan dimanfaatkan
secara berkelanjutan.
Beberapa jenis kayu
memiliki manfaat
bagi kepentingan
masyarakat.Indones
ia maupun untuk
kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu tersebut antara lain adalah Kayu Ramin, Gaharu,
Meranti, dan Jati jika di ekspor akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa
tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, vitamin serta ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat-oabatan dan kosmetika. Sumber daya yang berasal dari hewan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan untuk kegiatan industri. Dua pertiga
wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang
bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan
yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai sumber bahan
makanan yang mengandung protein.
b. Manfaat dari Segi Wisata dan Ilmu Pengetahuan
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah
sejak lama dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga
saat ini masih banyak jenis hewan dan
tumbuhan yang belum dipelajari dan
belum diketahui manfaatnya.
Dengan demikian keadaan ini masih dapat
dimanfaatkan sebagai sarana
pengembangan pengetahuan dan
penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber
makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Umumnya secara langsung
manusia menjadikan hewan sebagai objek wisata atau hiburan.
c. Manfaat dari Segi Sosial dan Budaya
Masyarakat Indonesia ada yang menetap
di wilayah pegunungan, dataran rendah,
maupun dekat dengan wilayah perairan.
Masyrakat tersebut telah terbiasa dan
menyatu dengan keadaan lingkungan
sekitarnya. Kegiatan memanen hasil
hutan maupun pertanian merupakan
kebiasaan yang khas bagi masyarakat
yang tinggal di pegunungan atau dataran
tinggi. Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan
memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan.
Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya
aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga kelestariannya.
d. Manfaat dalam Ekologi
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting,
misalnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai
lingkungan yang penting bagi bumi, antara lain:
 Merupakan paru-paru bumi Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat
menurunkan kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer, yang berarti dapat
mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah kaca.
 Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan ke
lembaban udara. Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia,
keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan
ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam
ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai
contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus.
Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang
mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat
dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati
memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing
jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat
digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem
sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia,
maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus
meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh
organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan
air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem.
Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak
stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat
unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
e. Manfaat dalam Farmasi
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis.
Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada
keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber daya dari tanaman liar,
hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif
bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman;
beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan
setiap saat.
f. Manfaat dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang
belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini
masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian
bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan
dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.
g. Manfaat Industri
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat
mendatangkan devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri,
rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu dan
cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel, teh dan kopi
untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu
untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili, cabai, bumbu
dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet.

Berdasarkan manfaat dari biodiversitas ini, maka keanekaragaman hayati


memiliki berbagai nilai bagi manusia, yaitu:
a) Nilai Ekonomi
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai pemasok pendapatan yakni dapat
menghasilkan devisa negara. Misal untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan
perkebunan. Contoh bahan baku industri yaitu kayu gaharu dan cendana untuk
industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk industri pembuatan lemari dan kursi, kopi
dan teh untuk pembuatan minuman, padi dan kacang kedelai untuk bahan pokok
yakni industri makanan, serta ubi kayu untuk menghasilkan akoholl. Contoh
rempah-rempah yaitu lada, cengkih, dan pala. Contoh tanaman perkebunan yaitu
kelapa sawit dan karet.
b) Nilai Biologis
Keanekaragaman hayati memiliki nilai biologis atau penunjang kehidupan bagi
makhluk hidup termasuk manusia. Tumbuhan menghasilkan gas oksigen (02) yang
diperlukan oleh makhluk hidup untuk pernapasan serta menghasilkan zat organik,
misal buah, biji, dan umbi-umbian sebagai sumber makanan bagi makhluk hidup lain.
Hewan dapat dijadikan bahan makanan dan bahan sandang oleh manusia. Beberapa
jasad renik digunakan dalam pembuatan makanan, missal untuk membuat tempe,
oncom, dan kecap. Nilai biologis penting lainnya yaitu sebagai sumber plasma nutfah
(plasma benih).
c) Ekologis
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misal
hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis mempunyai nilai ekologis yang sangat
penting bagi kehidupan dibumi.
Sebagai paru-paru bumi. Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan
kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang bisa membantu membersihkan
pencemaran udara dan dapat mencegah terjadinya efek rumah kaca.
bisa menjaga keseimbanganf suhu global, yaitu menjaga suhu dan kelembapan udara.
d) Nilai Sosial
Keanekaragaman hayati bisa dimuktahirkan menjadi alat hiburan dan
pariwisata/rekreasi. Contoh tempat hiburan dan pariwisata/rekreasi yang sekaligus
menjadi tempat pelestarian keanekaragaman hayati seperti contohnya taman-taman
yang indah di kota Bandung. tempat tersebut mempunya keanekaragaman hayati yang
sangat banyak. Ada beberapa tumbuhan dan hewan yang hidup di taman taman
tersebut sebagai keanekaragaman hayati.

G. Pengaruh kegiatan manusia terhadap pengaruh lingkungan hidup

Perkembangan teknologi yang begitu pesat tanpa memerhatikan keseimbangan alam


berdampak pada keanekaragaman hayati di dunia. Kegiatan manusia ini ada yang
berdampak positif dan ada pula yang berdampak negatif.
Dampak negatif dari adanya kegiatan manusia ini misalnya dalam hal kegiatan ladang
berpindah, intensifikasi pertanian, penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang
unggul yang mendesak bibit lokal, perburuan liar dan penangkapan ikan dengan cara
tidak tepat, penebangan liar, ladang berpindah, kegiatan manusia lain yang
menyebabkan rusaknya hutan, serta industrialisasi.
Kegiatan manusia yang berdampak postif pada keanekaragaman hayati antara lain
adalah
 penghijauan dan reboisasi,
 pengendalian hama secara biologis,
 pemanfaatan hutan dengan menggunakan sistem RIL (Reduce Impact Logging),
 usaha pemuliaan hewan dan tanaman yang menghasilkan varietas tanaman dan
hewan unggul, dan
 usaha-usaha pelestarian alam yang dilakukan secar eks-situ maupun in-situ.
H. Usaha Perlindungan Alam

Usaha perlindungan alam lebih dikenal dengan konservasi sumber daya alam hayati.
Pelestarian biodiversitas ini bertujuan untuk mengawetkan makhluk hidup agar tidak
mengalami kepunahan atau memperlambat laju kepunahan suatu makhluk hidup.
Perlindungan alam ini dibagi menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan
alam dengan tujuan tertentu.
a. Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum ini merupakan suatu tindakan untuk melindungi flora, fauna,
dan tanah dari suatu ekosistem. Perlindungan alam umum ini diklasifikasikan
menjadi:

 Perlindungan alam ketat (perlindungan dilakukan secara ketat tanpa adanya


campur tangan manusia, contohnya Cagar Alam Sancang di Garut)
 Perlindungan alam terbimbing (perlindungan alam yang dibina oleh para ahli
konservasi misalnya di Kebun Raya Bogor)
 Taman nasional (perlindungan alam yang memiliki berbagai tujuan dengan sistem
zonasi, misalnya Taman Nasional Baluran di Jawa Timur)

1. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu


Perlindungan alam dengan tujuan tertentu misalnya:
 Perlindungan geologi (perlindungan yang bertujuan untuk melindungi formasi
geologi tertentu)
 Perlindungan alam botani (bertujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu)
 Perlindungan alam zoologi (bertujuan untuk melindungi hewan langka atau
hewan yang hampir punah)
 Perlindungan alam antropologi (bertujuan untuk melindungi suku bangsa di
daerah remote, misalnya suku Asmat di Irian Jaya dan suku Badui di Banten)
 Perlindungan pemandangan alam (bertujuan untuk melindungi keindahan alam
suatu daerah, misalnya Lembah Sianok di Sumatera Barat)
 Perlindungan monumen alam (bertujuan untuk melindungi benda-benda alam
tertentu, misalnya stalaktit atau stalagmit di gua)
 Perlindungan suaka margasatwa (bertujuan untuk melindungi hewan yang
terancam punah, misalnya harimau, badak, atau gajah)
 Perlindungan hutan (bertujuan untuk memberi manfaat hidro orologis bagi daerah
sekitarnya)
 Perlindungan ikan (bertujuan untuk melindungi spesies ikan yang terancam
punah)

I. Klasifikasi keanekaragaman hayati

Klasifikasi ini sangat penting dalam mengenali makhluk hidup. Cabang ilmu biologi
yang mempelajari hal ini adalah taksonomi. Klasifikasi ini juga dibuat agar suatu
makhluk hidup memiliki nama yang sama di setiap daerah di belahan bumi
ini.Klasifikasi atau pengelompokan makhluk hidup ini bertujuan agar makhluk hidup
sebagai objek studi menjadi lebih mudah untuk dipelajari. Kegiatan klasifikasi ini
juga sudah ada sejak manusia ada, dahulu kala manusia mungkin hanya
mengelompokan makhluk hidup menjadi hewan dan binatang saja, namun sekarang
sistem klasifikasi sudah sangat kompleks.
Manfaat klasifikasi bagi manusia adalah:
 untuk memudahkan penelitian dan memberi nama spesies-spesies yang baru
ditemukan,
 untuk dipelajari agar keanekaragaman hayati tetap terjaga, dan
 untuk mengetahui hubungan antara organisme satu dengan lainnya.
Proses klasifikasi ini berdasarkan tingkat kekerabatan dan kesamaan antar makhluk
hidup. Misalnya sapi dan kerbau memiliki bentuk yang memiliki banyak kesamaan
oleh karena itu termasuk ke dalam kelompok mamalia.

J. Tata nama mahluk hidup


Hingga pada abad ke-18 nama-nama suatu spesies masih menggunakan bahasa latin
yang panjang. Setelah itu Carolus Linnaeus memperkenalkan sistem penamaan
spesies yang baru, yaitu sistem binomial yang menggantikan sistem penamaan
polinomial yang panjang.
Sistem penulisan spesies yang dikembangkan oleh Linnaeus sampai saat ini masih
dipakai oleh para ahli taksonomi. Prinsip dari sistem binomial ini adalah:
 Menggunakan bahasa latin
 Menggunakan kategori
 Menggunakan dua kata
 Dalam pengklasifikasiannya, makhluk hidup dikelompokkan dalam kelompok
besar hingga kelompok kecil yang disebut dengan takson.
Kategori yang digunakan oleh Linnaeus kala itu adalah kingdom, filum atau divisi,
kelas, ordo, suku, genus, dan spesies. Klasifikasi ini berdasarkan ciri-ciri umum yang
kemudian semakin rendah tingkatan takson maka makhluk hidup dikelompokkan
berdasarkan ciri-ciri yang khusus. Sejak zaman Aristoteles sampai pertengahan abad
ke-20, makhluk hidup hanya dibagi ke dalam dua kingdom, yaitu plantae dan animalia
Setelah ditemukannya mikroskop, biologiawan Jerman bernama Ernst Haeckel
mengusulkan satu kingdom baru yaitu Protista untuk bakteri. Pada tahun 1937,
Edouard Chatton mengusulkan adanya superkingdom Prokariota untuk bakteri dan
Eukariota untuk jasad renik lainnya.

Setelah mikroskop elektron ditemukan, maka pada tahun 1969 R H Whittaker


mengusulkan klasifikasi lima kingdom. Lima kingdom ini adalah monera, protista,
fungi, plantae, dan animalia. Pada tahun 1977 Carl Woese, mengelompokan monera
menjadi dua kelompok yang berbeda sehingga klasifikasi kingdom makhluk hidup
menjadi archaebacteria, eubacteria, protista, fungi, plantae, dan animalia.
Usaha-usaha penamaan makhluk hidup ini secara internasional sudah dimulai sejak
tahun 1867 untuk tumbuhan dan 1898 untuk hewan. Saat ini dalam dunia biologi juga
telah dikenal kode internasional tata nama tumbuhan (International Code of Botanical
Nomenclature) dan kode internasional tata nama hewan (International Code of
Zoological Nomenclature).

K. Penamaan Tingkat Takson


Terdapat beberapa aturan untuk menamai suatu tingkatan takson makhluk hidup.

1. Nama jenis atau spesies


Berikut adalah ketentuan dalam penulisan suatu spesies makhluk hidup:
Huruf pertama yang menunjukan marga ditulis kapital dan kata kedua yang
menunjukan spesies ditulis huruf kecil semua (contohnya Macaca fascicularis).
Jika ditulis tangan, kata pertama dan kata kedua diberi garis bawah (Paraserianthes
falcataria). Jika dicetak maka nama spesies dicetak miring (Paraserianthes
falcataria). Jika nama penunjuk jenis lebih dari satu kata maka gunakan tanda hubung
(Hibiscus rosa-sinensis).
Nama jenis hewan yang lebih dari tiga kata tidak menggunakan tanda sambung dan
untuk penulisan varietas menggunakan huruf “var.” sebelum nama varietasnya
(Hibiscus sabdarifa var. alba).
Jika kata penunjuk jenis merupakan nama dari penemunya maka ditambahkan huruf
(i), misalnya Pinus merkusii yang ditemukan oleh Merkus.
2. Nama genus
Nama marga atau genus terdiri atas satu kata tunggal. Awal huruf dari kata yang
menunjukan marga ditulis kapital
3. Nama suku
Nama suku diambil dari nama genus dengan ditambahkan akhiran -aceae untuk
tumbuhan dan akhiran -idae untuk hewan (misalnya Solanaceae).
4. Nama ordo
Nama ordo pada tumbuhan diberikan akhiran -ales, sedangkan untuk hewan tidak ada
aturan khusus.
5. Nama kelas
Nama kelas pada tumbuhan biasanya diberi akhiran -opsida, namun pada hewan tidak
ada aturan tertentu.
6. Nama filum atau divisi
Nama divisi biasanya diberi akhiran suku kata -phyta, namun pada hewan tidak ada
aturan yang khusus.
Referensi:

Pratiwi D A, Maryati S, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. Biologi. Jakarta (ID):


Penerbit Erlangga.
M2a

Kuswanda W P, Mudiana, Ginting J. 2009. Potensi dan Strategi Pengelolaan


Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Batang Gadis [internet]
[http://bpk-aeknauli.org/] diakses 3 April 2009.

Pahlewi R B. 2017. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Tiga Kondisi


Habitat di Resort Cangkringan Taman Nasional Gunung Merapi [skripsi]. Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu G A. 2016. Keanekaragaman dan Peranan Fungsional Serangga pada Area


Reklamasi di Berau, Kalimantan Timur [magister]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai