Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP DASAR PENATALAKSANAAN SPESIMEN


URINE DAN FESES

D
I
S
U
S
U
N

OLEH: NINA FITRIANI

PELAJARAN : ILMU DASAR KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

A. Definisi Penatalaksanaan Specimen


Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas lain yang terampil
dan berpengalaman. Sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, spesimen dapat diambil oleh
petugas RS/laboratorium setempat, atau oleh petugas laboratorium Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.Pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan universal
precaution atau kewaspadaan dini untuk mencegah terjadinya infeksi. Jenis spesimen yang
diambil dapat berupa : darah (serum atau darah), urin, tinja, dan jaringan.
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
 Laboratorium jas (lengan panjang)
 Sarung tangan (karet)
 Kaca mata plastik (goggle)
 Masker (N95 untuk petugas dan penderita)
 Tutup kepala (plastik)
B. Fungsi Penatalaksanaan Specimen
Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah mengambil
spesimen dan cairan tubuh untuk pemeriksaan. Pemeriksaan specimen biasanya dilakukan
minimal satu kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan specimen adalah menetapkan
diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani.
Tanggung jawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
1.      Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan
specimen.
2.      Menjelaskan tujuan pemeriksaan.
3.      Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman specimen dengan benar.
4.      Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar.
5.      Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal.

C. Konsep Dan Tekhnik Pengambilan Specimen


1. Pemeriksaan Spesimen Urine
a.  URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa rutin
diperlukan:
1.      Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya
lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
2.      Jumlah minimal 10mL
3.      Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung
urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
4.      Spesimen harus bebas dari feses
5.      Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan
segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk
periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah
menjadi alkalin.
b. URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesimen untuk pemeriksaan kultur urin yaitu
untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada
kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan
menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi. Perlu mekanisme khusus agar
spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara:
1.      bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus lalu
keringkan
2.      biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri
yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati
memegang wadah penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan perineum.
3.      Jumlah yang diperlukan 30-60mL
c. URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah
pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin
ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
1.      Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2.      Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
3.      Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1.      Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
2.      Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3.      Setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera masukan
dalam wadah yang lebih besar
4.      Setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5.      Perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
6.      Wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES
d. SPESIMEN URIN ACAK
1.      Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpil kan dari urin klien saat
berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang mengalami
diversi urinarius
2.      Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
3.      Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL urin
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
4.      Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah
spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan wadah
pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.
e. SPESIMEN KATETER INDWELLING
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus
disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30
menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30
mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak
terkontaminasi.
Pengambilan specimen urin
a. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a.       Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b.      Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c.       Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d.      Wadah berwarna terang.
2) Bahan Pengawet
a.       Formalin 37%.
b.      Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).
3) Cara Pengambilan Spesimen
a.       Urine ditampung selama 24 jam
b.      Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan dengan 2
ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen.
4) Identitas Spesimen.
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang
berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian
dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet
sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih dari 3 hari).
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam
urine, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.Pemilihan
metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga,
bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai
index untuk pajanan biologi. Kadar Timah hitam dalam darah 50 mg/100ml. Kadar Timah hitam
dalam urine 150mg/ml creatinine. Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos)
250 mg/100 ml erythrocytes atau 100mg/100 ml darah
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.
2.Pemeriksaan Spesimen Feses
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
1.      Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien
sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac.
2.      Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak
(disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila
ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung
empedu.
3.      Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-
turut.
4.      Mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk
dikultur. Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi. Pada lembar pengantar perlu
dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.
Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal berikut:
1.      Defekasi pada bedpan yang bersih
2.      Bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi
3.      Jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses tergantung
pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL untuk cair. Untuk kultur,
gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab
untuk segera diperiksa.
SECARA UMUM
Cara pengambilan spesimen:
1.      Spesimen berupa feses segar, jika tidak memungkinkan, lakukan usap rektal.
2.      Cara pengambilan feses segar:
  Pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu.
  Feses segar tidak boleh bercampur dengan air kloset maupun urin.
  Feses ditampung pada pot steril bermulut lebar dan berpenutup.
  Feses dikeluarkan dan ditampung di atas kertas plastik.
  Dengan lidi, ambil banyak feses yang dibutuhkan:
  Feses padat: 2-5 g
  Feses cair: 10-15 ml
3.      Cara pengambilan secara usap rectal
  Diambil dengan kapas lidi sintesis steril, putar 360° pada mukosa rektal dengan kedalaman 1-2 cm.
  Kemudian, masukkan ke dalam tabung steril, tutup rapat.
4.      Cara penyimpanan feses:
  Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing departemen.
5.      Cara pengiriman spesimen:
  Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan data/keterangan, baik
mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
  Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses direct labelling yang
berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang diminta dan tanggal
pengambilan.
  Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang mengirim, riwayat
anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir (minimal 3 hari harus dihentikan sebelum
pengambilan spesimen), waktu pengambilan spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai
biodata pasien.
Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
Cara pengambilan feses:
1.      Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses.
2.      Feses tidak boleh difiksasi dengan formalin.
3.      Feses ditampung dalam pot steril bermulut lebar dan ditutup.
4.      Dengan lidi, ambil feses yang dibutuhkan, biasanya, 2-5 g untuk feses padat dan 10-15 ml untuk feses
cair.
Cara penyimpanan feses:
1.      Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang untuk transport.
2.      Bila > 1 jam gunakan media transpot yaitu media Carry and Blair, Stuart’s medium, Pepton water.
3.      Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang, > 24 jam pada suhu 4°C
Cara pengiriman feses:
1.      Transport: < 1 jam pada suhu ruang.
2.      Bila tidak memungkinkan, gunakan media transpor atau kultur pada media Tetra Thionate Broth.
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK
Cara pengambilan feses:
1.      Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses.
2.      Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan feses:
1.      Feses cair 30 menit
2.      Feses lunak 1 jam
3.      Feses padat bisa diperiksa setiap saat dalam 24 jam
4.      Bila terjadi keterlambatan, sebaiknya feses ditambahkan pengawet, berupa:
  PVA
  Formalin:Feses=3:1
Cara pengiriman feses:
1.      Pengiriman: < 2 jam
2.      Bila tidak memungkinkan, diberi pengawet.
DEPARTEMEN PARASITOLOGI
Cara pengambilan feses:
1.      Feses diambil sesuai dengan cara umum pengambilan feses.
2.      Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan feses:
1.      Penyimpanan specimen mungkin disebabkan keterlambatan pemeriksaan di laboratorium,maka
pengawetan feses diperlukan.
2.      Pengawetan feces adalah untuk mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah perkembangan telur dan
larva cacing.
3.      Jenis-jenis pengawet:
  PVA(polivinil-alcohol)
Untuk mengawetkan protozoa tropozoit, stabil untuk masa yang
sangat lama (berbulan-bulan sampai dengan tahun).
  Formalin
o   5%: untuk mengawet kista protozoa.
o   10%: untuk mengawet telur dan larva cacing.
o   Rasio formalin dengan feses = 3 : 1
  Merthiolat Iodine-Formalin
Merupakan pengawet berwarna yang baik untuk berbagai stadium
dari parasit yang ditemukan dalam tinja(terutama digunakan untuk
survei lapangan)
  Larutan Scaudinn
o   Larutan scaudinn mengandung 600 ml larutan merkuri klorida  jenuh dan 300 mL etil alkohol 95%.
o   Kurang sesuai karena proses pengiriman larutan yang banyak.
  SAF(Sodium Acetate-acetate acid-Formalin)
o   Mempunyai kelebihan karena tidak mengandungi merkuri klorida.
o   Merupakan fiksatif cair.
o   SAF lebih lunak berbanding dengan merkuri klorida.
o   Laboratorium yang telah memutuskan untuk memakai pengawet tunggal telah memilih pengawet ini.
4.      Tidak disimpan dalam refrigerator.
5.      Feses hendaklah dicampur rata dengan bahan fiksatif, apabila dalam bentuk solid, feses harus
dihancurkan.
6.      Disimpan dalam wadah yang kering, bersih, tidak bocor, dan bermulut lebar.
Cara pengiriman feses:
Feses dikirim dengan beberapa prosedur, diantaranya cara paket:
o   Harus menggunakan penambung ganda setiap bahan parasit, kecuali sediaan mikoskop.
o   Penampung:
  Bagian dalam merupakan silinder aluminium dengan penutup ulir.
  Bagian luar terbuat dari cardboard dengan penutup ulir juga.
o   Dalam tabung/ botol spesimen harus dibungkus dengan kapas untuk menjaga kelembapan dan
mengabsorbsi bahan yang mungkin terkeluar jika berlaku kebocoran.

3. Pemeriksaan Spesimen Sputum


Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea. Individu
yang sehat tidak memproduksi sputum. Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-
paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
1.      Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat
2.      Untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk
sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara
serial 3 kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
3.      Pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari,
untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit,
menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
4.      Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang
diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion
faringeal. Langkah sebagai berikut:
1.      Lakukan perawatan mulut
2.      Minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
3.      Lakukan kembali perawatan mulut.
Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari
mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme
penyebab penyakit. Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu
ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan.
Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan
minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI
Cara pengambilan sputum:
1.      Cara pengambilan sputum yaitu sama seperti cara pengambilan sputum secara umum.
2.      Ingat untuk tetap menjaga viabilitas bakteri.
3.      Volume sputum yang diperlukan: minimal 1 ml, biasanya 2-3 ml, sesuai keperluan.
4.      Perlu diperhatikan perbedaan teknik dan prosedur pengambilan bakteri biasa dengan bakteri tahan asam
(BTA).
5.      Dalam pengambilan sputum untuk bakteri biasa cukup sekali pengambilan sputum yang dilakukan pada
pagi hari. Dan untuk prosedur dan cara membatukkan sputum dapat dilihat pada cara pengambilan
sputum secara umum diatas.
6.      Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam (BTA) diperlukan 3 kali pengambilan sputum yang
disebut sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu).
Cara penyimpanan sputum:
1.      Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang
2.      Penyimpanan pada pot steril berpenutup.
Cara pengiriman sputum:
1.      Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.
2.      Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.
3.      Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum
DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI
Cara pengambilan sputum:
1.      Sputum diambil sesuai dengan prosedur pengambilan sputum secara umum.
2.      Sputum langsung dibatukkan dalam Screw Cap Medium.
Cara penyimpanan sputum:
1.      Sputum ditangani pada bagian sitologi dan termasuk dalam kriteria kental, sel cukup banyak sehingga
langsung dibuat preparat hapusnya.
2.      Sputum langsung dihapus ke objek gelas dan langsung difiksasi dengan alkohol 50-70% dengan metode
fiksasi pelapis (coating fixative).
3.      Fiksasi pelapis yaitu fiksasi dengan campuran alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan seperti lilin
yang membentuk lapisan pelindung yang tipis diatas sel.
4.      Cara membuat preparat hapus: Ambil dahak dengan ose steril. Hapus ke objek gelas dengan ukuran 2x3
cm. Fiksasi dengan alkohol 50-70% dengan perbangingan 1:1
5.      Alternatif lain selain fiksasi: simpan dalam lemari es 4°C.
6.      Simpan dalam lemari es bersuhu -70°C untuk penyimpanan selama bertahun- tahun.
Cara pengiriman sputum:
1.      Objek gelas sputum yang telah difiksasi cukup disimpan dalam amplop (tranport: < 1 jam).
2.      Alternatif lain: pengiriman dengan media transport Screw Cap Medium.

4.Pemeriksaan Spesimen Darah


a. Pengambilan Spesimen Darah
1. Alat Dan Bahan
a)    Spuit/disposible syringe
b)    Blood lancet
c)     Karet pengikat lengan/torniquet
d)      Kapas
e)     Alkohol 70%
2. Wadah Spesimen
a)  Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
b)   Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c)    Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.

3. Bahan Anti Koagulan


a)     Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk padat dengan
perbandingan 1 : 1.
b)     Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
4. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a)        Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah
sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b)    Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah agak
banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
5. Cara Pengambilan Spesimen
a). Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil
darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.
Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
(1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan sampai
kering.
(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan dengan arah tegak lurus
pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada
anak daun telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan biarkan
sampai darah tidak keluar.
b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan
vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai
berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet, kemudian tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas berakohol 70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30o dengan lengan,
kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan kapas beralkohol
pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan ditekuk/dilipat dan biarkan
hingga darah tidak keluar.
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan yang disediakan,
kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap kemudian dengan spuit yang
sama dihisap pengawet/anti koagulan.
6. Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku
registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis
pemeriksaan.
b. Pengiriman Spesimen Darah
1) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan
dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan
jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
4) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium
Kesehatan atau laboratorium lainnya.
5) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium, pengiriman spesimen
maksimum 3 hari.
c. Pemeriksaan Spesimen Darah
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam
darah, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.Pemilihan
metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga,
bahan pemeriksaan ataupun peralatan.
d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai
index untuk pajanan biologi. Menurut WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah
10 s/d 25 µg per desiliter.
e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Kita sebagai mahasiswa yang belajar di sekolah tinggi ilmu kesehatan khususnya keperawatan
harus memahami prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan cara
yang tepat sesuai dengan tujuan pengambilan spesimen, apakah untuk pemeriksaan dalam bidang
mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi.

B.   Saran
Agar tujuan kita tercapai sebaiknya kita belajar dengan giat dan tidak mengabaikan aturan dan
norma-norma yang berlaku agar segala yang kita harapkan dapat tercapai dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai