Anda di halaman 1dari 5

PEWARISAN GEN RANGKAI KELAMIN

Disusun oleh:
Adinda Titan Rossada (B1A019093)
Kelas B
I/6
Asisten: Salma Aulia Salsabila

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil
Tabel 1.1 Data Sex Linkage

Romb Jantan Betina Jantan Betina


Miniatur wing Miniatur wing Wild Type Wild Type

1 30 3 9 30

2 38 5 3 33

3 34 7 4 34

4 37 9 6 37
B. Pembahasan
Diagram 1.1. Persilangan Sex Linkage

Xm+Y x Xm-Xm-
P= ♂ Wild type ♀ Miniatur wings

G= Xm+ Xm-
Y

F= Xm+Xm- 50 % ( ♀ Wild type)


Xm-Y 50% ( ♂ Miniatur wings)

Keterangan : ♂ = jantan
♀ = betina
m+ = normal
m- = miniatur wings

Gen-gen disebut berangkai apabila gen-gen tersebut terdapat pada kromosom yang
sama. Gen berangkai dibagi menjadi dua, yaitu gen rangkai sempurna dan gen rangkai tak
sempurna. Rangkai sempurna terjadi bila gen-gen letaknya berdekatan sehingga selalu
bersama-sama dan tidak terjadi pindah silang atau tidak ada rekombinasi. Rangkai tak
sempurna terjadi apabila gen-gen tersebut letaknya berjauhan dalam satu kromosom
sehingga memungkinkan terjadinya pindah silang walaupun dalam jumlah yang terbatas.
Hasil persilangan dengan gen-gen yang berangkai akan memperlihatkan perbandingan
fenotip keturunan yang berbeda dengan Mendel karena gen-gen yang dipelajari Mendel
terdapat pada kromosom yang berbeda (Russell, 1994).
Gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin yang sering dinamakan rangkai
kelamin (Sex Linkage). Gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin sering disebut
dengan gen terangkai kelamin (Sex Linked Genes) yang dibedakan menjadi gen terangkai Y
yang terpaut pada kromosom Y dan gen terangkai X yang terpaut pada kromosom X. Gen
yang terpaut pada kromosom X tidak memiliki alel pada kromosom Y sehingga penurunan
sifat gen terpaut X sedikit lain dari pada gen-gen autosom. Karena tidak memiliki alel pada
kromosom Y, maka gen terpaut seks akan mampu menunjukkan ekspresinya meskipun
dalam keadaan tunggal, baik dominan maupun resesif (Sisunandar, 2011).
Secara garis besarnya terdapat tiga kelompok gen rangkai kelamin, yaitu gen rangkai
X, gen rangkai Y, dan gen rangkai tak sempurna. Contoh peristiwa pada gen rangkai X
adalah hemofilia dan buta warna pada manusia, lalat Drosophila miniatur wings, dan gen
rangkai Z pada ayam. Contoh peristiwa pada gen rangkai Y yaitu pertumbuhan bulu kasar
yang panjang di telinga dan webtuse. Pertumbuhan bulu pendek pada lalat Drosophila
merupakan contoh dari peristiwa gen tangkai tak sempurna (Suryo, 1994).
Gen-gen rangkai kelamin dapat mengalami perkawinan resiprok. Perkawinan resiprok
merupakan perkawinan yang menukarkan sifat parental terhadap individu keturunannya.
Perkawinan resiprok yang melibatkan gen rangkai X maupun gen rangkai Y akan
menghasilkan keturunan yang berbeda. Dalam hal ini sering sekali terjadi peristiwa yang
disebut sebagai peristiwa saling silang (criss-cross inheritence), yaitu keturunan individu
jantan akan memiliki fenotipe sama seperti tetua betinanya, dan sebaliknya keturunan
individu betina akan menyerupai tetua jantannya.
Praktikum kali ini menyilangkan lalat jantan tipe liar dengan lalat betina miniatur
wings yang merupakan contoh dari gen rangkai X karena mengatur ukuran sayap
Drosophila. Mutan miniatur wing terjadi karena adanya kecacatan kromosom nomor 1 lokus
36,1. Yang memunculkan somatik bentuk sayap hanya mencapai ujung abdomen dan
menjadi pendek. Selain itu, ukuran lalat buah miniatur lebih kecil dibandingkan wild
type.Berdasarkan hasil persilangan pada rombongan 1 didapatkan hasil F yaitu 30 ekor lalat
jantan miniatur wings dan 30 ekor lalat betina wild type. Pada praktikum ini hasilnya sesuai
dengan hukum Morgan. Apabila betina yang bermutan disilangkan dengan jantan yang
normal maka akan dihasilkan F1 adalah betina yang normal dan jantan yang mutan Hasil
praktikum menunjukkan peristiwa pada gen rangkai X, karena pada saat lalat jantan tipe liar
disilangkan dengan lalat betina miniatur wings maka akan menghasilkan lalat jantan
miniatur wings sebanyak 30 ekor dan lalat betina wild type sebanyak 30 ekor atau dengan
rasio F 1:1.
DAFTAR REFERENSI

Russell, P., 1994. Foundamental of Genetics. New York: Harper Collins College Publishers.

Sisunandar, 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto: UMP.

Suryo, 1994. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Anda mungkin juga menyukai