Modul 1
Pengolahan
Bahan Pustaka
Sapto Siswoyo
PENGOLAHAN
BAHAN PUSTAKA
Tetralogi Pelatihan Kepustakawanan
Modul 1
Sapto Siswoyo
Yayasan KupuBuku
PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA
Hak cipta © Sapto Siswoyo
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002.
Selama untuk tujuan non-komersial, penggandaan dan penyebarluasan materi ini
sangat dianjurkan tanpa izin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh:
Yayasan KupuBuku
Jl. Bratang Gede 6-E/11
Surabaya 60245
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................... v
Pendahuluan ......................................................................................... 1
1. Akuisisi ..................................................................................... 2
1.1. Cap Perpustakaan Sekolah ............................................... 2
1.2. Stempel Inventaris ............................................................. 3
1.3. Perolehan Bahan Pustaka ................................................. 4
1.4. Kegiatan Akuisisi ............................................................... 5
2. Klasifikasi ................................................................................. 6
2.1. Menentukan Subyek .......................................................... 7
2.2. Klasifikasi Persepuluhan Dewey ........................................ 8
2.3. Menentukan Nomer Klasifikasi ........................................ 11
2.4. Kegiatan Klasifikasi .......................................................... 14
3. Katalogisasi ............................................................................ 15
3.1. Lembar Katalog ............................................................... 16
3.2. Nomer Panggil ................................................................. 18
3.3. Katalog Dalam Terbitan (KDT) ......................................... 20
3.4. Kartu Katalog ................................................................... 20
3.5. Kegiatan Katalogisasi ...................................................... 27
4. Inventarisasi ........................................................................... 28
4.1. Nomer Inventaris.............................................................. 28
4.2. Inventarisasi Buku............................................................ 29
4.3. Inventarisasi Terbitan Berkala ......................................... 31
4.4. Inventarisasi Audio-Visual................................................ 33
4.5. Inventarisasi Alat Peraga ................................................. 34
4.6. Kegiatan Inventarisasi...................................................... 35
i
5. Finalisasi ................................................................................ 36
5.1. Cap-Mengecap ................................................................ 37
5.2. Tempel-Menempel ........................................................... 37
5.3. Sampul-Menyampul ......................................................... 41
5.4. Pemajangan Koleksi ........................................................ 42
5.5. Kegiatan Finalisasi ........................................................... 44
Lampiran 1: Ringkasan DDC............................................................ 45
Ringkasan Kedua (100 Divisi) ...................................................... 45
Ringkasan Ketiga (1000 Seksi) .................................................... 48
Daftar Pustaka ................................................................................. 71
ii
Daftar Gambar
Gambar 1.1, Contoh buku yang sudah dan belum diakuisisi. ............. 2
Gambar 1.2, Contoh desain cap perpustakaan sekolah. .................... 3
Gambar 1.3, Contoh desain stempel inventaris. ................................. 3
Gambar 3.1, Contoh format lembar katalog. ..................................... 17
Gambar 3.2, Contoh deretan buku dengan nomer panggil. .............. 18
Gambar 3.3, Komponen nomer panggil. ........................................... 18
Gambar 3.4, Katalog Dalam Terbitan (KDT). .................................... 20
Gambar 3.5, Format kartu katalog. ................................................... 21
Gambar 3.6, Contoh kartu katalog pengarang pertama. ................... 22
Gambar 3.7, Contoh kartu katalog pengarang kedua. ...................... 22
Gambar 3.8, Contoh kartu katalog judul. .......................................... 23
Gambar 3.9, Contoh kartu katalog subyek. ....................................... 24
Gambar 3.10, Contoh urutan kartu katalog pengarang. .................... 25
Gambar 3.11, Contoh urutan kartu katalog judul. ............................. 26
Gambar 3.12, Contoh urutan kartu katalog subyek. ......................... 27
Gambar 5.1, Kegiatan finalisasi bersama murid-murid. .................... 37
Gambar 5.2, Penempelan nomer panggil. ........................................ 38
Gambar 5.3, Desain kartu buku. ....................................................... 39
Gambar 5.4, Contoh isian kartu buku. .............................................. 39
Gambar 5.5, Desain kantong kartu buku bentuk. .............................. 40
Gambar 5.6, Desain lembar tanggal pengembalian. ......................... 41
Gambar 5.7, Buku tanpa sampul plastik. .......................................... 42
Gambar 5.8, Contoh pemajangan koleksi pustaka. .......................... 43
Gambar 5.9, Pemajangan buku di rak. ............................................. 43
iii
Daftar Tabel
Daftar Diagram
iv
Kata Pengantar
Salam Cerdas!
v
Pendahuluan
1
1. Akuisisi
2
Gambar 1.2, Contoh desain cap perpustakaan sekolah.
Cap sekolah (biasanya bentuk bundar) juga dapat dipakai untuk menandai
kepemilikan bahan pustaka. Namun, perpustakaan sekolah sangat
disarankan punya stempel sendiri supaya dapat dipakai sewaktu-waktu
mengerjakan kegiatan akuisisi.
1. Beli;
2. Sumbangan atau hibah;
3. Tukar-menukar koleksi dengan perpustakaan lain.
Undang-Undang No. 43 Th. 2007 (pasal 23, ayat 6) mewajibkan sekolah
menyisihkan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional untuk
pengembangan perpustakaan. Alokasi dana ini dipakai untuk membeli bahan
pustaka dan keperluan perpustakaan lainnya, seperti honor pustakawan dan
beli perlengkapan kerja.
Bila sekolah masih belum dapat menyisihkan dana khusus untuk beli
bahan-bahan pustaka, maka sumbangan atau hibah menjadi alternatifnya.
Sumber-sumber buku hibah, antara lain:
Penerbit buku.
Beberapa penerbit buku punya program tanggung jawab sosial melalui
bagi-bagi buku gratis. Sekolah biasanya diminta membuat proposal
permintaan buku. Silakan hubungi penerbit yang bersangkutan untuk
informasi lebih lanjut. Selain penerbit buku, beberapa perusahaan besar
juga punya program sejenis.
Kupubuku.NET.
Website ini menghubungkan guru pustakawan dan donatur yang mau
mendukung pengembangan perpustakaan sekolah. Guru pustakawan
dapat mempromosikan kebutuhan buku-buku untuk perpustakaan
sekolahnya melalui www.kupubuku.NET supaya menarik minat
masyarakat luas atau calon donatur.
1. Menentukan subyek.
2. Menentukan nomer klasifikasi.
Tidak ada cara lain untuk menentukan subyek sebuah koleksi pustaka, selain
membaca, mendengarkan atau menonton koleksi yang bersangkutan. Untuk
koleksi berupa buku non-fiksi, bacalah bagian-bagian berikut supaya dapat
menentukan subyeknya dengan cepat (lihat juga Hamakonda & Tairas, 1997,
hal. 15-18):
1. Judul Buku.
Umumnya, judul buku langsung mencerminkan subyeknya. Apa kira-kira
subyek buku-buku dengan judul berikut? Melatih Anak agar Mandiri;
Sehat dengan Sayur; 30 Menu Masakan Vegan.
2. Katalog dalam terbitan (KDT).
Sebagian buku mencantumkan KDT di balik halaman judul. Subyek dan
nomer klasifikasi buku yang bersangkutan disebutkan juga dalam KDT.
3. Daftar Isi.
4. Kata Pengantar atau Pendahuluan.
5. Bibliografi (daftar pustaka).
6. Sumber-sumber lain, misal: tanya ke sesama rekan pustakawan.
Bila sebuah koleksi pustaka (khususnya buku) mencakup dua subyek atau
lebih, Hamakonda & Tairas (1997) menyarankan:
DDC terdiri atas tiga komponen berikut (lihat Hamakonda & Tairas, 1997:
hal. 10-12):
1. Bagan (schedule);
Mencakup notasi atau angka yang disusun ke dalam kelas utama, divisi
dan seksi. Rangkaian angka ini disebut juga nomer klasifikasi dan
mewakili subyek/topik dari semua ilmu pengetahuan manusia.
2. Indeks relatif;
Adalah daftar subyek yang diurutkan sesuai abjad dan disertai petunjuk
nomer klasifikasinya. Indeks relatif sangat membantu pencarian nomer
klasifikasi dengan cepat.
3. Tabel pembantu.
Berisi angka-angka tambahan untuk memperjelas nomer klasifikasi.
Angka dalam tabel pembantu tidak pernah digunakan secara mandiri,
tetapi selalu digabungkan dengan sebuah nomer klasifikasi.
Sepuluh kelas utama adalah kunci dasar dari DDC dan ini harus selalu
diingat. Semakin sering menggunakan DDC, semakin cepat dan mudah pula
menghafalnya. Kelas utama DDC selalu ditulis dalam 3 angka. Notasi kelas
utama menempati posisi paling depan atau angka ratusan, seperti yang
ditampilkan pada Tabel 2.1.
370 Pendidikan
371 Hal-hal umum tentang pendidikan
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan tingkat sekolah lanjutan
374 Pendidikan orang dewasa
375 Kurikulum
376 Pendidikan kaum perempuan
377 Sekolah dan agama
378 Pendidikan (perguruan) tinggi
379 Pendidikan dan agama
Daftar lebih lengkap pembagian divisi dan seksi DDC dapat dibaca di
Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey (Hamakonda & Tairas, 1997).
Sebagai pegangan dasar, modul ini hanya menyampaikan ringkasan kelas
utama dan divisi DDC (Lampiran 1) yang disadur dari karya Hamakonda &
Tairas (1997).
Buku Menjadi Ortu Cerdas, Tips Mendampingi Anak Belajar (Rosalia Emmy,
Kanisius, 2008) dipakai sebagai contoh menentukan nomer klasifikasi
dengan langsung merujuk ke bagan DDC (lihat Hamakonda & Tairas, 1997:
hal. 19-20).
Katalogisasi ialah proses pembuatan katalog atau daftar koleksi yang dimiliki
perpustakaan. Daftar ini ditata secara berurutan supaya memudahkan temu
kembali koleksi yang bersangkutan, sekaligus menggambarkan jenis koleksi
yang dimiliki oleh perpustakaan.
1. Pengarang;
Informasi nama pengarang atau editor, baik perorangan maupun
lembaga.
2. Judul;
Informasi judul buku seperti yang tertulis di halaman judul; termasuk judul
seri dan edisi buku bila memang disebutkan.
3. Impresum (penerbitan);
Informasi kota penerbit, nama penerbit dan tahun terbit.
4. Kolasi.
Informasi fisik buku, meliputi: jumlah halaman (romawi maupun arabik),
ilustrasi, daftar pustaka (bibliografi), indeks, lampiran, ukuran (tinggi buku
dalam centimeter).
5. Catatan lain-lain.
Informasi lain meliputi, misal: ISBN/ISSN, subyek, nomer panggil,
sinopsis (ringkasan isi buku).
Seiring perkembangan teknologi, saat ini semakin banyak perpustakaan
menggunakan katalog elektronik. Pengunjung memasukkan kata kunci di
komputer dan, dalam hitungan detik, program komputer menampilkan semua
koleksi perpustakaan yang sesuai. Sebelum katalog elektronik menjamur,
perpustakaan umumnya memakai kartu katalog yang dibuat dari kertas
karton (manila) ukuran 7,5 x 12,5 cm. Kartu ini dilubangi di bagian tengah,
sekitar 1 cm dari tepi bawah. Informasi koleksi perpustakaan diketik atau
ditulis tangan pada kartu katalog. Kemudian, kartu-kartu tadi disimpan di laci
katalog yang dapat diakses pengunjung. Meskipun bentuk katalog sudah
berubah, informasi yang ditampilkan tetap sama.
Gambar 3.2, Contoh deretan buku dengan dan tanpa nomer panggil.
NP terdiri atas tiga komponen, seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.3
di bawah ini.
Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan contoh penulisan nomer panggil dari
lima buku:
Catatan tambahan:
1. Nama pengarang setelah judul buku tidak perlu ditulis terbalik seperti
pada tajuk katalog.
Tajuk kartu katalog judul ditulis dengan judul koleksi yang bersangkutan.
Tajuk judul ini ditulis agak ke tengah. Bagian lainnya pada kartu katalog judul
sama seperti katalog pengarang. Nama pengarang hanya diisi dengan nama
pengarang pertama atau editor. Contoh kartu katalog judul untuk Pengantar
Klasifikasi Persepuluhan Dewey ditampilkan pada Gambar 3.8.
Setiap kategori koleksi pustaka dibuatkan satu buku induk tersendiri. Bila
tidak memungkinkan, inventarisasi koleksi buku dapat digabung dengan
koleksi terbitan berkala. Inventarisasi audio-visual digabung dengan alat
peraga.
Pada prinsipnya, satu koleksi pustaka diberi satu nomer inventaris. Nomer
ini beda dari nomer inventaris koleksi lainnya, meskipun judulnya sama.
Sebenarnya tidak ada aturan baku dalam pemberian nomer inventaris. Tips
berikut ini merupakan panduan umum dalam membuat nomer inventaris:
Buatlah 17 kolom ke dalam buku induk (lihat Tabel 4.1). Kolom-kolom ini dibuat
pada 2 lembar kertas (kiri dan kanan), yang menampilkan 1 halaman sekaligus.
Lembar sebelah kanan terdiri atas 10 kolom (lihat Tabel 4.2). Sebagian
besar isinya berupa data-data untuk statistik perpustakaan. Di bagian baris
paling bawah, jumlahkan angka-angka pada kolom judul baru, sumber dan
bahasa supaya mengetahui dengan cepat jumlah koleksi perpustakaan
berdasarkan kategori tersebut. Pindahkan hasil penjumlahan ini pada baris
paling atas di halaman inventarisasi berikutnya.
No.
Tanggal Edisi Sumber Harga Keterangan
Inventaris
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Keterangan tabel:
1. Informasi dasar terbitan berkala ditulis pada baris paling atas. Bagian ini
tidak akan berubah, sekalipun ada penambahan koleksi terbitan yang
baru.
ISSN (International Standard Serial Number) mirip dengan ISBN untuk
buku. Bila sebuah terbitan berkala tidak punya ISSN, maka kosongkan
bagian ini.
2. Tanggal (kolom 1), No. Inventaris (kolom 2), Harga (kolom 5) dan
Keterangan (kolom 6) diisi seperti pada kolom inventarisasi buku. Satu
eksemplar majalah diberi satu nomer inventaris, meskipun edisinya
sama.
3. Edisi (kolom 3) diisi dengan tahun dan volume penerbitan koleksi yang
bersangkutan, misalnya: th. XXVI, vol. 10. Tahun di bagian ini mengacu
pada sudah berapa lama terbitan yang bersangkutan beredar. Untuk
surat kabar harian, kolom edisi diisi dengan tanggal terbitnya.
4. Sumber (kolom 4) dapat langsung diisi dengan singkatan perolehan
koleksi yang bersangkutan dan sumbernya, misal “B: TB KupuBuku”.
Artinya, koleksi tersebut dibeli dari toko buku KupuBuku.
5. Bila beberapa terbitan berkala dijilid jadi sebuah bundel, maka coretlah
baris koleksi yang bersangkutan. Kemudian, isilah kolom Keterangan
dengan nomer inventaris dan nomer panggil yang baru serta tanggal
perubahannya.
TOTAL
Tabel 4.4, Kolom inventarisasi audio-visual; lembar kiri.
Tabel inventarisasi alat peraga dibuat pada 1 lembar halaman buku besar
folio, yang terdiri atas 11 kolom. Bila halaman vertikal tidak dapat
menampung semua kolom, maka buatlah kolom-kolom tersebut menjadi
horisontal.
Nama Sumber
No. No.
Tanggal Alat Bahan B H T Ket. Harga Keterangan
Urut Inventaris
Peraga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Nama Alat Peraga (kolom 4) diisi sesuai nama yang tercantum pada
alat peraga yang bersangkutan atau tujuan alat peraga tersebut.
Contoh, alat peraga berupa poster peta dunia. Namanya ditulis “Peta
Dunia.”
2. Bahan (kolom 5) diisi dengan jenis alat peraga yang bersangkutan,
misalnya: poster, miniatur, patung dan sebagainya. Kalau mau, kolom
ini dapat diuraikan lagi seperti pada kolom Material inventarisasi audio-
visual.
3. Kolom-kolom lainnya diisi sesuai dengan penjelasan pada inventarisasi
buku.
5.1. Cap-Mengecap
5.2. Tempel-Menempel
1. Nomer panggil.
2. Kartu buku dan kantong kartu.
3. Lembar tanggal pengembalian.
Kartu buku dibuat dari kertas karton (manila). Ukurannya sama seperti kartu
katalog: 7,5 cm x 12,5 cm. Cetakannya dibuat bolak-balik pada satu lembar
kartu (lihat Gambar 5.3).
Kantong kartu boleh ditempel pada halaman paling depan atau paling
belakang. Prinsipnya, kantong kartu ditempel pada bidang kosong dan
sebisa mungkin tidak menghalangi tulisan atau gambar dalam buku.
Kartu buku yang sudah diisi dengan nomer panggil, judul buku, nama
pengarang dan nomer inventaris, selanjutnya diselipkan ke kantong kartu.
Cara penggunaan kartu buku dijelaskan lebih lanjut pada bagian Sirkulasi
(Modul 2: Layanan Perpustakaan).
5.3. Sampul-Menyampul
1. Mulai dengan kolom rak paling atas sampai ke kolom paling bawah, dari
kiri ke kanan.
2. Bila sebuah kolom rak sudah terisi secukupnya, lanjutkan ke kolom di
bawahnya, mulai lagi dari kiri ke kanan.
3. Koleksi dengan nomer klasifikasi yang paling kecil, abjad nama
pengarang dan satu huruf judul buku yang paling awal, dipajang lebih
dulu di sebelah paling kiri dan terus berurutan dengan nomer klasifikasi
yang lebih besar di sebelah kanannya.
Ringkasan Kedua (seratus divisi) dan Ketiga (seribu seksi) DDC ini disadur
dari Hamakonda & Tairas (1997: 58-81). Perlu diingat bahwa tidak semua
notasi atau bilangan digunakan dalam Ringkasan DDC. Bilangan yang tidak
terpakai diberi penjelasan “tidak digunakan”.
Divisi Agama (200) dari DDC ditujukan untuk karya-karya kekristenan. Hal
ini dapat dimaklumi karena latar belakang sosial-keagamaan Dewey. Pada
tahun 1987, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan Surat Keputusan Bersama tentang Adaptasi dan Perluasan
DDC Seksi Agama Islam (Lasa Hs, 2007). Klasifikasi karya-karya Islam diberi
notasi 2X0 (lihat juga Lasa Hs, 2007:108-125 dan Hamakonda & Tairas,
1997:98-100).
52
250 GEREJA DAN JEMAAT 270 SEJARAH GEREJA
LOKAL
271 Kongregasi dan ordo
251 Kotbah (homilitika) keagamaan
252 Naskah-naskah kotbah 272 Penganiayaan terhadap
253 Teologi penggembalaan umat Kristen
(pastoral) 273 Bidat
254 Pengurusan dan 274 Sejarah gereja di Eropa
administrasi gereja 275 Sejarah gereja di Asia
255 Kongregasi dan ordo 276 Sejarah gereja di Afrika
keagamaan lokal 277 Sejarah gereja di Amerika
256 tidak digunakan Utara
257 tidak digunakan 278 Sejarah gereja di Amerika
258 tidak digunakan Selatan
259 Kegiatan-kegiatan parokial 279 Sejarah gereja di wilayah
lainnya
260 TEOLOGI SOSIAL KRISTEN
280 DENOMINASI DAN SEKTE-
261 Teologi sosial
SEKTE
262 Eklesiologi (teologi tentang
gereja) 281 Gereja purba dan Timur
263 Waktu dan tempat untuk 282 Gereja Roma Katolik
menjalankan ibadah 283 Gereja Anglikan
264 Ibadah umum 284 Gereja Protestan dari
265 Sakramen, lain-lain tata kontinental (Eropa)
ibadah 285 Gereja Presbiterian
266 Misiologi 286 Gereja Baptis
267 Perkumpulan-perkumpulan 287 Gereja Metodis
268 Latihan, disiplin dan 288 tidak digunakan
pengajaran keagamaan 289 Denominasi dan sekte
269 Penyegaran rohani lain-lain
55
340 ILMU HUKUM 360 LAYANAN SOSIAL,
ASOSIASI
341 Hukum internasional
342 Hukum tata negara 361 Kesejahteraan sosial
343 Aneka ragam hukum 362 Masalah dan pelayanan
publik sosial
344 Hukum sosial 363 Lain-lain masalah sosial
345 Hukum pidana 364 Kriminologi
346 Hukum perdata 365 Penjara (lembaga
347 Hukum acara perdata dan pemasyarakatan)
pengadilan 366 Asosiasi (perkumpulan)
348 Undang-undang, 367 Klub-klub umum
peraturan, perkara-perkara 368 Asuransi
349 Hukum negara bangsa 369 Aneka ragam asosiasi
tertentu
370 PENDIDIKAN
350 ADMINISTRASI NEGARA
371 Manajemen sekolah;
351 Pemerintah pusat pendidikan khusus
352 Pemerintah lokal 372 Pendiidkan dasar
353 Pemerintah pusat 373 Pendidikan lanjutan
Indonesia 374 Pendidikan orang dewasa
354 Organisasi internasional 375 Kurikulum
355 Ilmu kemiliteran 376 Pendidikan kaum wanita
356 Infanteri 377 Sekolah dan agama
357 Kavaleri 378 Pendidikan tinggi
358 Pasukan berlapis baja, 379 Pendidikan dan negara
zeni angkatan darat,
pasukan udara
359 Angkatan laut
451 Sistem tulisan dan fonologi 481 Sistem tulisan dan fonologi
452 Etimologi bahasa Italia 482 Etimologi bahasa Yunani
453 Kamus bahasa Italia 483 Kamus bahasa Yunani
454 tidak digunakan klasik
455 Tata bahasa Italia 484 tidak digunakan
456 tidak digunakan 485 Tata bahasa Yunani klasik
457 Bahasa Italia bukan 486 tidak digunakan
standar 487 Bahasa Yunani sebelum
458 Pemakaian bahasa Italia dan sesudah klasik
baku 488 Pemakaian bahasa Yunani
459 Bahasa Romawi klasik
489 Lain-lain bahasa Helenik
460 BAHASA SPANYOL DAN
PORTUGIS 490 BAHASA-BAHASA LAIN
60
550 ILMU PENGETAHUAN 580 ILMU TUMBUHAN (BOTANI)
TENTANG BUMI
581 Botani
551 Geologi, meteorologi, 582 Spermatofita
hidrologi 583 Dikotiledon
552 Petrologi (perminyakan) 584 Monokotiledon
553 Geologi ekonomis 585 Tanaman berbiji terbuka
554 Geologi Eropa 586 Tanaman tidak berbiji
555 Geologi Asia 587 Pteridofita
556 Geologi Afrika 588 Briofita
557 Geologi Amerika Utara 589 Tallofita
558 Geologi Amerika Selatan
590 ILMU TENTANG HEWAN
559 Geologi wilayah-wilayah
lain 591 Zoologi
592 Invertebrata
560 PALEONTOLOGI
593 Protozoa
561 Paleobotani 594 Moluska
562 Fosil invertebrata 595 Lain-lain invertebrata
563 Fosil protozoa 596 Vertebrata
564 Fosil moluska 597 Vertebrata berdarah dingin
565 Lain-lain fosil invertebrata 598 Burung
566 Fosil vertebrata 599 Mamalia
567 Fosil invertebrata berdarah
dingin
568 Fosil burung
569 Fosil mamalia
62
651 Pelayanan, pekerjaan 677 Tekstil
kantor 678 Elastomer dan produk
652 Proses-proses komunikasi elastomer
tertulis 679 Lain-lain produk bahan
653 Stenografi khusus
654 tidak digunakan
680 PEMBUATAN PRODUK
655 tidak digunakan
UNTUK PENGGUNAAN
656 tidak digunakan
KHUSUS
657 Akuntansi
658 Manajemen umum 681 Instrumen yang teliti
659 Periklanan dan hubungan 682 Barang-barang pandai
masyarakat besi
683 Alat-alat logam/besi dan
660 TEKNOLOGI KIMIA
alat-alat rumah tangga
661 Teknologi bahan-bahan 684 Perabotan rumah
kimia industri 685 Barang-barang dari kulit
662 Teknologi bahan peledak, dan kulit berbulu
bahan bakar 686 Percetakan
663 Teknologi minuman 687 Pembuatan pakaian
664 Teknologi makanan 688 Barang-barang jadi lainnya
665 Teknologi minyak, lemak, dan teknologi pengepakan
dan sebagainya 689 tidak digunakan
666 Keramik dan teknologi
690 BANGUNAN
yang berkaitan
667 Teknologi pembersihan, 691 Bahan-bahan bangunan
pemberian warna 692 Pekerjaan tambahan pada
668 Teknologi produk-produk konstruksi
organis lain 693 Konstruksi dengan bahan
669 Metalurgi dan tujuan khusus
694 Konstruksi kayu,
670 PABRIK, INDUSTRI
pertukangan kayu
671 Pabrik-pabrik logam 695 Konstruksi atap
672 Pabrik logam besi 696 Kegunaan umum dengan
673 Pabrik logam bukan besi bahan kayu
674 Kayu, gabus dan teknologi 697 Pemanasan, ventilasi,
675 Teknologi kulit teknik pengaturan udara
676 Teknologi bubur kayu dan 698 Penyelesaian detail
kertas 699 tidak digunakan
971 Kanada
972 Amerika Tengah, Meksiko
973 Amerika Serikat
974 Amerika Serikat Timur
Laut
975 Amerika Serikat Tenggara
976 Amerika Serikat Selatan
Tengah
977 Amerika Serikat Utara
Tengah
978 Amerika Serikat Barat
979 Negara-negara bagian di
Pantai Pasifik
71