Anda di halaman 1dari 10

 Wanita Perokok Lebih Cepat Menopause

Posted: 22/10/2011 in Menopause, Rokok


0

Dalam 10 tahun terakhir ini jumlah perokok wanita naik mencapai 20 persen dari total perokok
dunia. Selain terancam kanker, perokok wanita juga diketahui akan mengalami menopause
setahun lebih awal dibanding yang bukan perokok.

Menopause atau berhentinya produksi sel telur dari ovarium pada umumnya dialami wanita di
usia 46-51 tahun. Tetapi dua penelitian menunjukkan wanita yang merokok rata-rata mengalami
menopause di usia 43-50 tahun. Menopause yang lebih awal sendiri akan meningkatkan risiko
penyakit osteoporosis dan penyakit jantung.

“Hasil penelitian ini memberi bukti tambahan bahwa merokok secara signifikan mempercepat
datangnya menopause. Ini bisa jadi peringatan bagi para wanita untuk meninggalkan kebiasaan
buruknya itu,” kata Volodymyr Dvornyk, dari Universitas Hong Kong.

Dvornyk dan timnya juga menganalisa lima penelitian yang mendefenisikan usia 50-51 tahun
sebagai menopause dini dan menopause terlambat. Dari penelitian terhadap 43.000 wanita
tersebut, wanita yang merokok beresiko 43 persen daripada bukan perokok untuk mengalami
menopause dini.

Menopause yang terlalu cepat atau terlambat diketahui akan berdampak negatif bagi kesehatan.
Wanita yang menopausenya terlambat beresiko tinggi terkena kanker payudara karena penyakit
ini berkaitan erat dengan paparan estrogen.

Sementara itu menopause yang terlalu cepat juga berkaitan dengan sejumlah penyakit seperti
osteoporosis, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, obesitas, penyakit Alzheimer, dan lain
sebagainya. “Secara umum menopause dini juga meningkatkan risiko kematian,” kata Dvornyk.

Sementara Jannie Kline, dari Columbia University mailman School of Public Health, AS,
mengatakan ada dua penjelasan mengapa kebiasaan merokok mempercepat menopause.

“Merokok berpengaruh pada cara tubuh membuat atau menyingkirkan estrogen. Teori lain
menyebutkan kandungan zat kimia di dalam rokok akan menyebabkan sel-sel telur mati,” kata
Kline yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Dalam penelitian Dvornyk tidak disebutkan informasi mengenai berapa lama wanita merokok
atau berapa banyak rokok yang dihisap setiap hari. Karena itu masih diperlukan riset lanjutan
untuk mengetahui kaitan yang jelas antara merokok dan menopause.

Selain merokok, kebiasaan mengonsumsi alkohol, kegemukan dan riwayat melahirkan juga
berpengaruh pada terjadinya menopause dini. (yahoo/kompas.com)

http://www.wartakota.co.id/mobile/detil/62070
Waspadai Menopause Dini
Posted: 04/12/2010 in Menopause
0

AKIBAT pola hidup tidak benar, menopause bisa datang lebih dini dari yang seharusnya.
Fenomena ini banyak menimpa wanita masa kini. Sebelum terlambat, waspadai menopause dini
sekarang juga.
 
Setiap tahunnya, sekitar 25 juta perempuan di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause.
Jumlah perempuan usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini
menjadi lebih dari 1 miliar pada 2030. Di Asia, menurut data WHO, pada 2025 jumlah wanita
yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta.
 
Menopause merupakan suatu proses alami yang tak dapat dicegah. Umumnya, wanita akan
memasuki masa menopause pada awal atau pertengahan usia 50-an. Dikatakan oleh seorang guru
besar bidang endokrinologi reproduksi dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof Dr
Med Ali Baziad SpOG (K), saat ini banyak terjadi menopause dini pada wanita masa kini akibat
pola hidup yang tidak benar.
 
“Sekarang menopause dini cenderung meningkat dibandingkan sebelumnya. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh gaya hidup atau ada penyakit tertentu,” tuturnya dalam acara temu media Bayer
Schering Pharma bertema “Siap Menghadapi Menopause: Penanganan Tepat Mengatasi Gejala
Menopause” di Jakarta, belum lama ini.
 
Dijelaskan oleh Ali, menopause dialami oleh wanita dengan kondisi tertentu, di antaranya yaitu
kedua indung telur diangkat karena operasi, penyakit TBC, serta tumor yang diangkat melalui
proses radiasi. Sementara faktor lain yang juga berpengaruh menimbulkan risiko terjadinya
menopause dini bisa dikarenakan konsumsi yang sembarangan, seperti jamu yang tidak terdaftar
dalam BPOM.
 
“Ada beberapa bahan berbahaya yang dipakai dalam jamu ilegal yang bisa membahayakan
hormon estrogen yang berperan dalam proses menopause,” kata dokter yang berpraktik di Klinik
Yasmin Kencana RSCM Jakarta.
 
Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak obat penurun berat badan, pola diet yang terlalu ketat,
atau anoreksia, juga menjadi faktor penyebab terjadinya menopause dini. Dikatakan Ali, saat ini
masyarakat cenderung ingin menurunkan berat badan secara instan dan memilih mengonsumsi
beberapa jenis obat penurun berat badan sekaligus dan tidak sesuai aturan.
 
“Kondisi ini bisa memengaruhi jumlah sel telur yang dimilikinya,” tandas dokter yang menjabat
sebagai Kepala Divisi Imunoendokrinologi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM.
 
Prof Ali menjelaskan, penggunaan berbagai jenis obat penurun berat badan bisa menekan sistem
di otak yang berfungsi mengatur kematangan dari sel telur. Akibatnya, sel telur yang dimilikinya
tidak berkembang dan lama-lama menjadi mati. Selain itu, bisa juga terjadi karena obat-obatan
yang dikonsumsi langsung menyerang ovarium dan merusak sel-sel telur yang dimiliki oleh si
perempuan yang menyebabkan menopause.
 
“Jadi, lebih baik jika ingin kurus, menurunkan berat badan dengan berolahraga atau mengatur
pola bukan dengan obat-obatan,” ujarnya.
 
Dijelaskan Ali, seorang wanita yang memasuki masa menopause memiliki gejala-gejala yang
dikaitkan dengan kekurangan hormon estrogen. Di mana jangka pendek terdapat pada gejala-
gejala klimakterik umum seperti menstruasi yang tidak teratur, terjadinya gangguan vasomotor,
misalnya: semburan panas (hot flushes), berkeringat, serta jantung berdebar-debar. Termasuk
gangguan suasana hati, sakit kepala, berkurangnya energi, depresi, berkurangnya libido.
 
Sementara gejala untuk jangka menengah, yaitu gejala-gejala di organ lokal, ditunjukkan dengan
pengeringan dan penipisan pada vagina,rasa nyeri dan tidak nyaman pada vagina ketika
melakukan hubungan seks, serta infeksi kandung kemih. Adapun gejala jangka panjangnya
adalah hilangnya kepadatan tulang yang berkelanjutan (osteoporosis), patah atau keretakan
tulang, penyakit pembuluh darah, sampai pada penyakit jantung. Amenorea atau berhentinya
menstruasi secara permanen, menandakan berakhirnya kemampuan seorang wanita untuk dapat
memiliki anak.
 
“Cegah menopause dini dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok,
berolahraga, serta mengonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin
mengonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkuang, atau pepaya,” sarannya.
 
Dokter Kebidanan dan Kandungan dari RS Pusat Pertamina, dr Frizar Irmansyah SpOG (K)
mengatakan, terapi yang tepat harus didapatkan wanita yang alami masa menopause.
(SINDO/) (tty)

http://m.okezone.com/read/2010/10/27/195/386842/waspadai-menopause-dini

6 Mitos tentang Menopause
Posted: 17/11/2010 in Menopause
0

KOMPAS.com – Kaum perempuan biasanya akan gelisah menghadapi masa menopause. Inilah
masa dimana akan terjadi perubahan besar secara fisik dan emosional pada diri mereka.
Meskipun begitu, banyak gejala yang terjadi sebenarnya hanya merupakan asumsi belaka. Ada
beberapa kesalahan fakta mengenai masa transisi ini yang tidak perlu Anda percayai lagi.

1. Menopause terjadi sekitar usia 50 tahun


Itulah rata-rata usia menopause, tapi sebenarnya rentang usianya bisa bervariasi. Beberapa ahli
menyebutkan usia 48-55, namun ada juga yang mengatakan rentangnya dari usia 40 sampai 60
tahun. Menopause juga dapat terjadi lebih awal, yang sering disebut menopause dini. Menurut
situs WebMD, penyebabnya antara lain faktor genetik, sakit, atau pengobatan tertentu, dan
terjadi sebelum usia 40 tahun. Secara teknis, menurut Mayo Clinic, menopause terjadi 12 bulan
setelah masa menstruasi terakhir perempuan.

2. Perimenopause, masa-masa sebelum menopause, menciptakan perubahan secara perlahan


Beberapa wanita mungkin mengeluhkan beberapa gejala ringan, tetapi untuk perempuan lain
perimenopause bisa dianggap sebagai hujan meteor. Karena tingkat estrogen mulai menurun,
Anda dapat mengalami perubahan suasana hati dan menjadi mudah marah, cemas, dan depresi.
Anda berharap bisa mengatasinya, namun tidak ada jaminan untuk itu.

3. Hot flashes adalah gejala yang paling umum


Menjelang menopause, terjadi perubahan kadar hormon dengan gejala seperti rasa panas yang
berlebihan dan detak jantung yang meningkat selama dua sampai 30 detik. Rasa panas bisa
dimulai di wajah atau dada, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi ini kerap disebut sebagai
hot flashes. Namun, hot flashes tidak selalu dialami perempuan menjelang menopause.

Hot flashes terjadi tiba-tiba, dan membuat Anda merasa hangat atau bahkan terasa seperti
terbakar. The Mayo Clinic melaporkan empat gejala tambahan yang bisa dialami, seperti rasa
lemah, kelelahan, pingsan, dan pusing.

4. Menopause adalah peristiwa alami, jadi hadapi saja


Menopause memang tidak dapat dihindari, namun tidak berarti Anda harus menerima kondisi ini
begitu saja. Ada yang menyarankan perempuan untuk menjalani terapi penggantian hormon,
namun hal ini masih dianggap kontroversial. Sedangkan ahli diet umumnya menyarankan untuk
menambahkan kedelai dan teh hijau dalam menu makan Anda untuk mengurangi gejala tersebut.
Apakah Anda juga akan menghadapi masa-masa depresi menjelang menopause? Yang jelas, para
peneliti mengatakan bahwa transisi menuju menopause merupakan periode berisiko tinggi untuk
menghadapi depresi. Obat-obatan antidepresan dapat membantu, meski inipun masih
kontroversial.

5. Ketika menopause, kehidupan seks dan daya tarik Anda memudar


Pada masa ini, Anda mungkin akan merasakan gejala seperti vagina yang mengering, namun ada
perawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala ini. Karena itu, bila Anda dan suami
masih memiliki gairah untuk berhubungan seksual, jangan ragu untuk melakukannya. Untungnya
lagi, Anda tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim. Bagaimana dengan
daya tarik? Hm… siapa bilang menopause membuat perempuan jadi tidak menarik? Coba lihat
Goldie Hawn, Jamie Lee Curtis, atau Kim Basinger.

6. Menopause akan mengubah hidup Anda


Menopause merupakan tahap kehidupan yang menandai akhir masa kesuburan. Namun banyak
perempuan beranggapan hal itu tidak akan terasa, dan bukan suatu perubahan besar. Kalaupun
menstruasi tidak lagi terjadi, hal ini justru dianggap menyenangkan.

http://m.kompas.com/news/read/data/2010.09.21.08494556

Menstruasi Tak Lagi Datang


Posted: 17/11/2010 in Menopause
0

Ny Usi, bukan nama sebenarnya, 65 tahun, masih ingat berbagai perubahan pada tubuhnya saat
usianya 54 tahun. Saat itu, siklus menstruasinya mulai tidak teratur. ”Awalnya dua bulan tidak
mendapat haid, lalu lima bulan satu kali, dan setelah itu tidak sama sekali,” ujar warga Cibubur
tersebut.

Tubuhnya juga kerap sangat kedinginan dan sakit kepala terus mendera. Emosi pun mudah naik
mudah turun. ”Saya jadi suka marah tanpa alasan jelas,” ujarnya. Dia mencurigai dirinya
memasuki menopause.

”Saya bertanya kepada teman-teman dan masing-masing pengalamannya berbeda. Ada yang
kepanasan sampai mukanya menjadi merah seperti kepiting, eh saya malah kedinginan. Karena
jawabannya tidak sama, timbul rasa takut apakah yang saya alami normal atau penyakit. Seorang
kerabat yang juga dokter meyakinkan saya bahwa gangguan itu bagian dari menopause. Sekitar
satu atau dua tahun saya jalani dan setelah itu semua ketidaknyamanan hilang,” katanya.

Tamu bulanan

Terjadinya menstruasi bergantung terutama kepada aktivitas hypothalamus dan anterior pituitary
di otak serta kegiatan ovarium. Hypothalamus memproduksi gonadotropin—releasing hormone
(GNRH) yang menstimulasi anterior pituitary untuk melepaskan Follicle stimulating hormone
(FSH) dan Luteinizing hormone (LH). FSH memicu pertumbuhan folikel di dalam ovarium.
Seiring pertumbuhan tersebut, estrogen diproduksi. Satu folikel kemudian tumbuh dominan.

Folikel yang tumbuh itu meningkatkan produksi estrogen dan menyebabkan proliferasi
endometri dan sel payudara. Hal ini diikuti pelepasan sel telur yang matang dari folikel.
Progesteron berfungsi menyiapkan endometrium untuk tempat penanaman embrio. Jika tidak
terjadi pembuahan oleh sperma, endometrium luruh seiring menurunnya level estrogen dan
progesteron. Proses menstruasi berikutnya dimulai lagi.

Prof Dr Med Ali Baziad, SpOG (K) dari Departemen Obstetry dan Gynecology FKUI RSCM,
mengatakan, menopause diartikan sebagai terakhir kali seorang perempuan mengalami
menstruasi. Menopause merupakan proses alami. ”Biasanya terjadi sekitar umur 50, tetapi dapat
terjadi umur 45 hingga 55. Seseorang memasuki masa pascamenopause ketika tidak mengalami
menstruasi selama 12 bulan berturut-turut,” ujarnya dalam acara ”Siap Menghadapi Menopause:
Penanganan Tepat Mengatasi Gejala Menopause”.

Berkurangnya hormon estrogen saat menopause menyebabkan berbagai masalah, seperti gejolak
panas, sukar tidur, jantung berdebar, pusing, libido menurun, vagina kering, dan tak bisa
menahan buang air kecil.

Gangguan jangka panjang, antara lain, osteoporosis (sampai patah tulang). Med Ali Baziad
mengatakan, kepadatan tulang turun sebanyak 3 persen setelah 12 bulan tidak menstruasi.
Penurunan estrogen berperan dalam peningkatan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Tekanan darah meningkat lebih drastis pada perempuan berumur di atas 60 tahun ketimbang
pada pria. Tingginya tekanan darah terus-menerus merupakan faktor risiko penyakit jantung
koroner.

Tidak terkait
Menopause dini dapat terjadi kapan saja dan menurut Med Ali Baziad tak terkait dengan
menstruasi pertama. Med Ali Baziad menduga, kasus menopause dini antara 35 tahun dan 38
tahun tak lepas dari penggunaan obat pelangsing secara serampangan dan terlalu banyak.

”Perempuan yang kelebihan berat badan ingin menurunkan berat badan secara cepat. Mereka
mengonsumsi berbagai obat pelangsing sekaligus, bisa hingga 4-5 macam,” ujarnya.

Konsumsi berbagai jenis obat tersebut diduga menghambat produksi estrogen atau merusak
ovarium. Faktor lainnya ialah gaya hidup yang berubah, misalnya pola makan dan aktivitas.
”Belum ada penelitian epidemologi soal itu,” katanya.

Sebaliknya, lambat menopause, misalnya sampai di atas usia 55 tahun, juga berbahaya. ”Masih
banyak folikel dalam ovarium sehingga tubuh dipicu hormon. Kondisi ini berisiko menimbulkan
kanker,” ujarnya.

Perubahan ke arah gaya hidup sehat membantu perempuan tetap hidup berkualitas dengan
pengontrolan berat badan, meningkatkan latihan fisik, penghentian konsumsi rokok, dan
mengurangi konsumsi alkohol. Gaya hidup sehat dimulai sedini mungkin. Sejumlah jenis
makanan, seperti pepaya, bengkuang, kedelai, kacang merah, dan wortel juga tinggi kandungan
fitoestrogen dapat ditambahkan dalam makanan sehari-hari.

Terapi hormon

Tantangan dalam penanganan menopause ialah mengatasi rendahnya estrogen. Salah satu upaya
ialah dengan terapi hormon mengandung estrogen atau kombinasi estrogen dan progestogen
guna menggantikan progesteron alami. Terdapat berbagai jenis estrogen yang digunakan dalam
terapi, sebagian merupakan estrogen alami (estradiol, estrone, dan estriol).

Untuk yang tak lagi mempunyai rahim diberikan estrogen. Sedangkan bagi yang masih
mempunyai rahim diberikan estrogen dan progestogen sebagai pengganti progesteron. Dalam
jangka panjang, terapi estrogen saja tidak sesuai untuk perempuan yang masih memiliki rahim
karena meningkatkan risiko penebalan dinding endometrium dan kanker endometrium.

Terapi hormon berfungsi menggantikan hormon estrogen yang hilang saat menopause sehingga
gejala-gejala sementara, seperti gejolak panas, sukar tidur, jantung berdebar, dan tidak bisa
menahan air kencing, bisa diatasi. Dapat pula menghambat osteoporosis sebagai akibat jangka
panjang menopause. Ada pula hormon berbentuk krim untuk mengatasi kekeringan vagina—
biasanya digunakan selama satu bulan sebelum kemudian berhubungan intim.

Tetap ada risiko


Namun, terapi hormon masih menyisakan kontroversi. Studi Women’s Health Initiative selama
15 tahun mengindikasikan, terapi hormon meningkatkan risiko serangan jantung, penggumpalan
darah, stroke, dan kanker payudara. Studi itu sendiri dianggap mengandung sejumlah masalah,
antara lain rata-rata peserta studi berumur 63 tahun—tidak mewakili perempuan lebih muda (50-
59 tahun).

Med Ali Baziat mengakui tetap ada risiko kanker, terutama kanker payudara, tetapi dia meyakini
kasusnya tidak tinggi. Perempuan yang mendapat terapi hormon biasanya disarankan menjalani
tes kesehatan payudara. Terapi itu manfaatnya lebih besar pada mereka yang tahap menopause
awalnya di bawah umur 60 tahun. Di atas usia itu, risiko kardiovaskuler dan kanker payudara
bertambah.

Dalam bukunya, Women and Aging, Linda R Gannon menuliskan bahwa pengalaman
menopause setiap perempuan berbeda karena keragaman usia, status hormon, penyakit kronis,
gaya hidup, dan kondisi psikologis. Dengan demikian, sulit menjawab bahwa terapi hormon
sebagai satu-satunya jawaban atau ”zat ajaib” bagi semua perempuan untuk mengatasi masalah
menopause.

Menurut Linda, yang saat menulis buku itu sebagai profesor di Departemen Psikologis di School
of Medicine Southern, Illinois University, berbagai risiko terapi hormon harus sepenuhnya
diinformasikan dan dipahami perempuan. Saat menimbang antara risiko dan manfaat
penggunaan hormon estrogen itu, pada akhirnya perempuan itu sendiri yang memahami
kebutuhan tubuhnya.

Ny Usi memilih tidak menggunakan terapi itu sekalipun tahu. Dia meyakini menopause sebagai
bagian dari perkembangan alami dalam tubuh perempuan dan kesehatannya tetap baik. ”Saya
tidak merasa ada gangguan yang berat dan secara umum tubuh saya sehat untuk perempuan
seusia saya, jadi merasa tidak butuh terapi hormon,” ujar perempuan yang baru saja mendapat
gelar sarjana di bidang teologi dan kini amat aktif tersebut.

http://m.kompas.com/news/read/data/2010.11.11.06151276

Estrogen Anjlok, Perempuan Jadi “Uring-uringan”


Posted: 17/11/2010 in Menopause
0

JAKARTA, KOMPAS.com – Penurunan jumlah estrogen yang tajam pada masa menopause
akan mengakibatkan efek yang signifikan terhadap kualitas hidup wanita. Akibatnya seorang
wanita menopause akan mengalami berbagai keluhan dan berisiko terkena penyakit.

Perubahan hormonal yang terjadi pada masa menopause akan berakibat pada munculnya gejala-
gejala seperti nyeri sendi, sering pusing, semburan panas, gangguan suasana hati, hingga
berkurangnya libido.
Menurut Prof.dr.Ali Baziad, Sp.OG dari Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI RSCM,
konsekuensi dari berkurangnya estrogen adalah timbulnya penyakit osteoporosis, diabetesn
hipertensi, depresi, hingga penyakit jantung koroner.

“Estrogen dalam tubuh berkurang tajam hingga tinggal 20 persen saja, ini sama sja dengan nol,”
katanya dalam acara media edukasi berkaitan dengan Hari Menopause di Jakarta, 21/10.

Menopause jelas merupakan saat kritis dalam kehidupan wanita yang mendekati usia paruh baya.
“Keluhan-keluhan yang dialami bisa menurunkan kualitas hidup, bahkan mengurangi semangat
hidup dan menimbulkan keinginan bunuh diri,” imbuhnya.

Salah satu cara untuk mengatasi keluhan akibat penurunan estrogen adalah dengan terapi sulih
hormon. “Bermacam keluhan yang dirasakan saat menopause itu hanya bisa diatasi dengan
menggantikan hormon estrogen yang berkurang,” katanya.

Data klinis menunjukkan, terapi hormon tidak saja menghilangkan keluhan, tapi juga mencegah
berbagai penyakit dan meningkatkan kualitas hidup. Kendati demikian, terapi hormon tidak
disarankan untuk wanita yang memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, perokok, serta
penderita hipertensi kronik.

http://m.kompas.com/news/read/data/2010.10.21.15574631

Older Entries
Blog at WordPress.com. | The Greyzed Theme.
Follow

Follow “1102”

Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com
Nov 9, 2012

Menopause Dini
By healthcare · Kategori: Alat Reproduksi · Kata Kunci: artikel tentang menopause, mengenal
menopause dini

Menopause dini atau premature menopause adalah menopause yang terjadi pada wanita di bawah
umur 40 tahun. Menopause pada umumnya terjadi pada wanita di usia 40-50 tahun. Namun, saat
ini menopause tidak hanya terjadi pada wanita lanjut usia atau 40-50 tahun, tetapi juga pada usia
dini.
Menopause terjadi karena ovarium telah berhenti memproduksi hormon estrogen dan
progesteron. Menopause dini biasanya ditandai dengan sirkulasi haid yang tidak teratur dengan
jumlah yang lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya, mudah lelah, kulit menjadi kering,
emosi tidak stabil, dan depresi. Namun, pada beberapa kasus tidak menunjukkan gejala.  Bagi
yang merasakan gejala menopause, kondisi ini sangat tidak mengenakkan, apalagi ada istilah
wanita yang menopause kerapkali  mengurangi keharmonisan suami istri dan suami kerapkali
mencari wanita lain yang lebih segar. Menopause menjadi sesuatu yang ingin dihindari oleh
semua wanita.

Menopause sebenarnya merupakan sebuah fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita.
Namun bila itu terjadi lebih awal dari seharusnya, justru akan berbahaya bagi wanita tersebut.
Wanita yang mengalami menopause dini akan memiliki risiko kesehatan. Risiko jangka
pendeknya adalah gampang lelah, sukar tidur, libido menurun, jantung berdebar, dan terjadi
gejolak panas tiba-tiba dalam tubuh. Risiko jangka panjangnya adalah wanita dengan menopause
dini rentan akan osteoporosis, hipertensi, sakit jantung, ataupun stroke.

Beberapa penelitian menemukan beberapa faktor penyebab menopause dini.

1. Genetis
Seseorang yang mengalami menopause dini akan menurunkan risiko menopause dini
pada keturunannya.
2. Usia haid pertama
Semakin dini seseorang mendapatkan haid pertamanya, semakin cepat pula ia mengalami
menopause.
3. Rokok
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang merokok akan lebih cepat
mengalami menopause dibandingkan wanita yang tidak merokok.
4. Kemoterapi
Sebuah penelitian menemukan bahwa kemoterapi atau pengobatan dengan radiasi dapat
memicu seseorang mengalami menopause dini.
5. Gangguan gizi
Seorang wanita yang mengalami gangguan gizi akan lebih mudah mengalami menopause
dini. Gangguan gizi biasanya terjadi pada masyarakat dengan kelas ekonomi rendah.
Maka, menopause dini juga kadang dikaitkan dengan kelas ekonomi seseorang.
6. Keadaan psikis
Keadaan psikis seseorang juga bisa memicu menopause dini. Seorang wanita yang
mengalami tekanan atau stres kerja akan lebih riskan mengalami menopause dini
dibandingkan mereka yang tidak bekerja.

Tidak perlu takut dengan menopause jika memang usia Anda sudah pas dengan kondisi itu,
namun tetaplah waspada dengan menopause dini agar Anda terhindar dari beragam kerugian
karenanya. Menopause dini bisa Anda hindari dengan melakukan pola hidup yang sehat serta
olahraga fisik yang membuat tubuh Anda terus bergerak dengan maksimal. Sekali lagi, jangan
takut menopause tapi hindarilah menopause dini.

Anda mungkin juga menyukai