Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN 3

INSTALASI MOTOR LISTRIK


 KELAS XI

Nurdin Ariefianto, S.Pd

B. Prinsip Kerja Motor Listrik


Prinsip kerja motor listrik berdasarkan hukum gaya Lorentz dan kaidah tangan kiri
Fleming berbunyi:
“Apabila sebatang konduktor yang dialiri arus listrik ditempatkan di dalam medan magnet,
maka konduktor tersebut akan mengalami gaya. Arah dari gaya yang dialami oleh
konduktor tersebut ditunjukkan oleh kaidah tangan kiri fleming”.

Gambar 1.36 Efek Motor yang Dihasilkan Oleh Arus


Listrik Sumber: Dokumen Pribadi
Gaya tersebut dialami oleh setiap batang konduktor pada rotor, sehingga menghasilkan
putaran dengan torsi yang cukup untuk memutarkan beban yang dikopel dengan
motor. Kecepatan putaran dan besarnya torsi jual menentukan motor tersebut sesuai
untuk suatu pekerjaan.

Gambar 1.37 Kaidah Tangan Kiri Fleming


Sumber: Dokumen Pribadi
A. Torsi
Besarnya gaya yang dihasilkan pada konduktor yang dialiri listrik arus dan berada
dalam medan magnet dinyatakan dengan persamaan berikut.
F=B.I.l
Keterangan:
F = gaya yang dialami oleh konduktor (newton)
B = kerapatan fluksi magnit (Wb / m2)
l = panjang konduktor (m)
I = kuat arus yang mengalir pada konduktor (A)
Dalam prakteknya, rotor terdiri dari sejumlah konduktor (Z) dan juga mempunyai
beberapa cabang lilitan (a), sehingga persamaannya menjadi:
F=B.I.l.Z/a
Oleh karena torsi : T = F.r, di mana r adalah radius perputaran, maka:
T=B.I.l.Z.r/a
Selanjutnya, oleh karena satu keliling putaran adalah 2 r dan induksi magnet yang
dihasilkan oleh tiap kutub, maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
T = P . Ø . I . Z / 2 a. Nm
Oleh karena pada sebuah motor nilai-nilai P,Z, 2 dan a konstan, maka:
T = C . Ø . I. Nm
Dari persamaan tersebut, oleh karena nilai Ø = l . N, maka dapat dinyatakan bahwa
torsi berbanding lurus dengan kuat arus dan jumlah konduktor.
Contoh: Motor 4 kutub, 30 lilitan dengan jumlah kawat tiap lilitannya 20. jika fluksi
perkutub 0,02 Wb dan arus yang mengalir 19 A, maka hitunglah torsi yang dihasilkan!
Jawaban:
Cabang jangkar (a) = 4
T=P.Ø.I.Z/2a
= 4 x 0,02 x 19 x 30 x 20 / 2 x 3,14 x 4
= 36,3 Nm
B. Gaya Gerak Lisrik (GGL) Lawan
Apabila rotor dari motor listrik berputar, maka pada saat itu prinsip generator
berlaku, sehingga pada rotor akan dibangkitkan gaya gerak listrik yang arahnya
menentang
GGL. Hal itu disebut gaya gerak listrik (GGL) lawan yang besarnya dinyatakan
dengan persamaan berikut.
Eb = P . Ø . n . Z / a . 60
GGL lawan ini membatasi arus rotor agar tidak menjadi sangat besar. Dari persamaan
tersebut, nilai-nilai P, Z, a, dan 60 pada motor merupakan nilai-nilai yang tetap/konstan
(c), sehingga diperoleh:
Eb = c . n . Ø atau n = Eb / c . Ø
C. Daya Output Motor
Daya output yang diperlukan untuk menghasilkan torsi satu putaran adalah sebagai
berikut.

Keterangan:
f = putaran/detik atau n = putaran/menit
maka;

atau;

C. Pemilihan Motor Listrik

Kegiatan memilih dan memanfaatkan motor listrik dilakukan tidak hanya sekadar coba-
coba, melainkan sudah dikaji berdasarkan analisis/pertimbangan yang tepat. Cara yang
dapat dilakukan ialah (a) bacalah identitas yang tertulis pada pelat nama motor, (b)
selanjutnya hitunglah kesesuaian dayanya, kesesuaian momen putarnya, kesesuaian
putaran motor, dan kesuaian sistem transmisi mekanik, (b) keadaan ruang kerja sesuai
dengan konstruksi motor, termasuk kesesuaian dengan catu daya motor, dan (c)
berpijak pada persyaratan PUIL yang sedang berlaku.
Sesuai dengan syarat umum pemilihan motor (551 PUIL 2000), pada badan motor
listrik, oleh pabrik pembuatnya selalu dilengkapi dengan pelat nama yang memuat
informasi atau keterangan penting mengenai spesifikasi teknis mesin yang
bersangkutan. Informasi tersebut meliputi (a) nama pembuat, (b) tipe dan nomor seri,
(c) daya motor, (d) jenis motor,
(e) tegangan pengenal, (f ) arus beban pengenal, (g) frekuensi pengenal dan jumlah fase untuk
motor arus bolak-balik, (h) putaran permenit pengenal, (i) suhu lingkungan pengenal dan
kenaikan suhu pengenal, (j) kelas isolasi, (k) tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder
untuk motor induksi rotor lilit, (l) jenis lilitan, dan sebagainya.
Makna identitas yang tertulis pada pelat nama motor antara lain sebagai berikut.
1. Informasi Mengenai Pabrik Pembuat
Informasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan pertanggungjawaban teknis
kepada para pemakai, sehingga bila terjadi sesuatu yang berhubungan dengan
masalah teknis, pembelian lagi karena kepercayaan kualitas, atau penggantian
komponen menjadi komunikatif. Contohnya AEG, Siement, China, Japan, England,
dan lain-lain.
2. Tipe dan Nomor Seri Motor
Misalnya Tipe ICC L dengan nomor: 71196, keluaran: Mitsubisi; Tipe: SCA90 M buatan
ELINDO, dan lain sebagainya. Keterangan tipe ini diperlukan untuk database di
pabrik pengguna, sebagai identitas pendataan, dan juga manakala ada konsumen
yang memesan mesin/onderdil baru untuk menggantikan yang lama menjadi
mudah/ komunikatif dan memperoleh ukuran yang tepat.
3. Daya Motor
Daya output motor yang bersangkutan dinyatakan dalam satuan HP (1 HP = 746 W),
PK (1 PK = 736 W) , atau KW. Contoh daya motor merk AEG adalah 0,25; 0,5; 0,75; 1;
1,5;
2; 3; 4; 5,5; 7,5; 10; 15; 20; 25; 30 HP.
Jika Anda akan menghubungkan motor ke beban, maka perlu dipilih kesesuaian
(seimbang dan tidak berlebihan) antara daya motor dengan berat beban yang akan
dipikul oleh motor. Anda juga perlu memberikan sedikit toleransi daya gerak pada
motor agar tidak mengalami kerugian mekanik, misalnya rugi karena gesekan pada
laker, transmisi, puly, roda gigi, dan segala macam gerakan mekanis pada beban
karena hal tersebut yang menanggung adalah motornya. Daya motor (P = Power)
dinyatakan dalam satuan HP (Horse Power), di mana 1 HP = 746 Watt. Adapun
rumus yang diperlukan adalah sebagai berikut.
a. Untuk Gerakan Lurus

Keterangan:
N = Daya output motor........(HP)
P = Besarnya beban yang bergerak (Kg)
V = Kecepatan beban yang bergerak (meter per
detik) η = Rendemen atau efisiensi total dari mesin
(beban)
b. Untuk Gerakan Berputar

Keterangan:
N = Daya output motor…(HP)
M = Momen putaran dari beban (Kg meter)
n. = Putaran dari beban (RPM)
η = rendemen total dari mesin/rendemen mekanis
c. Untuk Menggerakkan Blower/Kipas Angin
Keterangan:
N = Daya motor.(HP)
V = Volume udara yang dialirkan per detik (m³ per
detik) P = Tekanan udara yang dihasilkan oleh blower
(Kg/m²) η = Rendemen total dari blower
d. Untuk Pemompaan Zat Cair

Keterangan:
N = Daya motor
V = Debit zat cair ( m² per detik )
j = Berat jenis zat cair (Kg/dm³)
η = Rendemen total dari mesin pompa
h = Achtual head + friction head
Jumlah tinggi sesungguhnya dari zat cair yang dipompa + tinggi semu yaitu
tinggi yang harus dibayangkan akibat gesekan zat cair dan pipa (dalam satuan
meter).
4. Jenis Motor
Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pemakai tentang jenis
motor. Dalam hal ini, jenis motor dapat bedakan menjadi;
a. Motor Arus Searah (Dirrect Current)
1) Motor DC berpenguat sendiri
(a) Motor DC seri
(b) Motor DC shunt
(c) Motor DC compound (compound pendek dan compound panjang)
2) Motor DC berpenguat tersendiri/ berpenguat luar atau bebas
b. Motor Arus Bolak-balik (Alternating Current)
1) Motor Satu Fasa (Single Fase Motor)
(a) Motor kapasitor (capasitor motor)
(b) Motor komutator (commutator motor)
(c) Motor universal
(d) Motor repulsi (repultion motor)
(e) Motor fasa belah (split phase
motor) (f ) Motor kutub bayang
(shaded pole)
2) Motor Tiga Fasa (Three Phase Motor)
(a) Motor asinkron (induction motor)
(1) Motor induksi dengan rotor hubung singkat atau rotor kurungan
(squirrel cage induction motor) disebut
(2) Motor induksi dengan rotor belit atau cincin seret (wound rotor
induction motor)
(3) Motor induksi dengan dua kecepatan (dahlander)
(b) Motor sinkron (syncronous motor)
5. Tegangan pengenal
Tegangan pengenal merupakan jenis tegangan DC atau AC dan nilai tegangan yang
diminta oleh motor tersebut. Jika motor tersebut dihubungkan ke jala-jala listrik,
maka akan mendapatkan tegangan yang sesuai. Contoh tegangan pengenal untuk
motor DC yang ada di pasaran yaitu 12 VDC, 24 VDC, 45 VDC, 110 VDC, 220 VDC,
dan lain-lain. Contoh tegangan pengenal untuk motor AC yaitu motor AC yang
hanya bisa dilayani oleh satu macam teganga saja (misalnya 110 V AC) dan motor
AC yang dapat dilayani baik untuk tegangan jala-jala 110 V maupun 220 V, dengan
cara mengubah koneksi terminal box. Tutup terminal box motor biasanya
dilengkapi layout hubungan tegangan klem, misalnya 110/220 V.
Untuk motor tiga fasa, informasi tegangan terminal selalu diikuti dengan koneksi
belitan motornya. Contoh Ỵ/Δ: 220/380 V, yang berarti jika tegangan jala-jala PLN
110/220, maka motor harus dihubungkan delta dan jika tegangan jala-jala PLN
220/380, maka motor harus dihubungkan secara bintang. Selain informasi jumlah fasa,
juga harus menyertakan frekuensi kerja. Hal ini penting karena frekuensi jala-jala
berhubungan dengan putaran dari motor. Di Indonesia, frekuensi jala-jala ditetapkan
50 Hz, sedang di negara lain ada yang menggunakan frekuensi sebesar 60 Hz.
6. Arus Pengenal
Arus pengenal merupakan informasi teknis arus nominal yang dibutuhkan pada
saat keadaan motor bekerja pada beban penuh. Contoh untuk motor tiga fasa
yaitu Ỵ/Δ: 220/380 V: 3,4/2 Ampere, yang berarti jika motor dihubungkan delta
(220V/coil), maka arus nominalnya 3,4 Ampere dan jika motor dihubungkan star,
maka arus nominal/ fasa adalah 2 Ampere. Motor fasa tunggal dengan satu
macam tegangan berarti arus pengenalnya juga satu macam saja, misal In = 2,5 A.
Motor satu fasa dengan tegangan ganda, misal 110/220 V AC; 2 / 1 A, memiliki arti
jika motor tersebut dihubungkan ke sumber tegangan 110 V, maka arus
nominalnya 3,4 Ampere dan jika sumber tegangan 220 V AC, maka arus
nominalnya adalah 1 Ampere.
7. Informasi tentang Kelas Isolasi
Kelas isolasi menurut VDE 0532 adalah sebagai berikut.
a. Isolasi kelas A: Bahan-bahan organis (seperti sutra dan kertas) diolah dengan
bahan pengikat organis. Suhu tetap tertinggi di tempat terpanas 105º C.
b. Isolasi Kelas Ao: Bahan-bahan organis (seperti sutra dan kertas) direndam dalam
sejenis minyak. Suhu tetap tertinggi di tempat terpanas 115º C.
c. Isolasi kelas E: Kertas lak, kertas tebal, dan lain-lain. Bahan kertas yang direndam
dengan lak dammar buatan. Suhu tetap tertinggi di tempat terpanas untuk keduanya
120º.
d. Isolasi kelas B: Bahan-bahan anorganis (seperti asbes, bahan-bahan gelas, dan
bahan-bahan mineral serupa) direndam/diolah dengan lak dammar buatan.
Suhu tetap tertinggi di tempat terpanas 130º C.
e. Isolasi kelas F: Bahan (sama seperti isolasi kelas B) direndam/diolah dengan
silikon yang diolah dengan bahan-bahan organis. Suhu tetap tertinggi 155º C.
f. Isolasi kelas H: Bahan (sama seperti isolasi kelas B) direndam/diolah dengan
silikon murni. Suhu tetap tertinggi 180º C.
g. Isolasi kelas C: Porselen, bahan-bahan gelas, kwarsa, dan bahan-bahan serupa
tahan api. Tidak direndam atau diolah. Suhu tetap tertinggi hanya dibatasi
oleh tahanan isolasi listrik.
8. Putaran
Putaran memberikan informasi kecepatan nominal dari rotor yang dinyatakan dengan
banyaknya putaran per menit (number of rotation per minute) atau disingkat RPM.
Putaran medan (n1) suatu motor induksi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut.

120.f
n1  P Rpm
Keterangan:
n1 = putaran medan................................RPM
f = frekuensi jala-jala..............................Hz ; CPS
P = Jumlah kutub dari mesin
Berikut ini ditunjukkan contoh hubungan antara putaran, frekuensi, dan jumlah kutub.
Jumlah ‘n (ppm)
Kutub f = 50 Hz f = 60 Hz
2 3000 3600
4 1500 1800
6 1000 1200
8 750 900
10 600 720
12 500 600
16 375 450
20 300 360
Tabel 1.1 Hubungan antara Putaran, Frekuensi, dan Jumlah Kutub
Sumber: Buku Ajar Jurusan Teknik Elektro UM
Cara operasi suatu unit mesin produksi ada kalanya membutuhkan pengaturan putaran
secara halus atau kasar dan bahkan ada pula yang tidak membutuhkan pengaturan
putaran. Menurut VDE, kerja motor dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Continuous rating (kerja terus-menerus) dengan simbol “D.B”.
b. Short time rating (kerja jangka pendek), dengan simbol “K.B”.
c. Intermittend rating (kerja terputus-putus atau kerja berkala), dengan simbol “A.B”.
d. Continuous operation with intermittend loading (mesin beroperasi terus, tetapi
beban terputus-putus), dengan simbol “SAB”.
e. Continuous operation with short time loading (mesin beroperasi terus, tetapi
beban dalam jangka pendek), dengan simbol “DKB”.
Klasifikasi ini juga erat hubungannya dengan pemilihan motor yang sesuai. Jenis
motor arus searah (DC) adalah motor yang amat mudah diatur kecepatannya.
Itulah sebabnya motor DC banyak digunakan pada suatu industri yang banyak
menggunakan mesin yang memerlukan perubahan kecepatan dengan amat halus.
Akan tetapi, keberatan pada motor DC adalah pada sumber tenaganya (harus
disiapkan sumber tenaga DC). Selain itu, harga motor DC sangat mahal karena
rumitnya pengawatan mesinnya sendiri. Jika terjadi kerusakan kawat, maka biaya
penggulungan ulang sangat besar. Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini telah
dihadirkan suatu alat yang berfungsi untuk mengatur putaran motor asynkron
(disebut inverter).
9. Keadaan lingkungan
Pemilihan motor harus disesuaikan dengan lingkungan motor tersebut
akan dipasang. Kondisi lingkungan kerja ini sangat bervariasi, sehingga
menuntut pemilihan motor serta kelengkapan instalasi yang sesuai.
Misalnya ruang lembab (seperti gudang di bawah tanah), ruang sangat
panas (contohnya pabrik baja), ruang berdebu (seperti pabrik
pembuatan batu koral), ruang dengan gas, ruang dengan debu yang
sangat korosif, ruang kerja kasar, dan lain sebagainya.
Dari berbagai jenis ruang tersebut, akan timbul kesalahan besar jika
memasang motor listrik jenis terbuka dalam ruang kerja yang berdebu.
Menurut butir 5.5.2.2 PUIL 2000, dalam lingkungan berdebu, motor
harus tertutup rapat atau kedap debu. Selain itu, lingkungan berdebu
menyebabkan debu atau bahan berterbangan berkumpul di atas atau
di dalam motor, sehingga mengakibatkan kenaikan suhu yang
berbahaya. Oleh karena itu, harus digunakan jenis motor yang tidak
menjadi terlalu panas jika mengalami keadaan tersebut. Di tempat yang
sangat berdebu, mungkin perlu digunakan motor yang berventilasi
memakai pipa atau motor ditempatkan dalam ruang kedap debu
dengan pertukaran udara dari sumber udara bersih.
Anda harus memilih peralatan listrik yang kedap air untuk keperluan
instalasi di ruang kerja yang lembab, misalnya di pabrik es. Hal ini
sesuai dengan 5521 puil 2000 yang menyatakan bahwa dalam
lingkungan yang lembab, harus digunakan motor yang tahan lembab
dan jalan masuk kabelnya harus dilengkapi dengan paking atau busing
atau harus dapat dipasang pipa berulir.
Pemilihan motor dalam hubungannya dengan keadaan lingkungan
ditentukan berdasarkan klasifikasi ruangan. Berdasarkan frekuensi
terjadinya dan lamanya keberadaan gas ledak dalam atmosfer, ruang
dengan bahaya ledakan dapat diklasifikasikan dalam zona berikut.
a. Zone 0: Suatu ruang di mana terdapat atmosfer gas ledak secara terus
menerus atau dalam waktu yang lama.
b. Zone 1: Suatu ruang di mana mungkin terdapat atmosfer gas ledak
dalam operasi normal.
c. Zone 2: Suatu ruang di mana mungkin tidak terdapat atmosfer gas
ledak dalam operasi normal dan jika hal ini terjadi,
kemungkinannya tidak sering dan hanya akan berlangsung dalam
waktu singkat.
Klasifikasi ruang tersebut sebaiknya ditentukan oleh petugas yang
mempunyai keahlian dalam bidang material yang mudah menyala.
Untuk ruang dengan gas atau debu yang korosif, mengacu ke publikasi
IEG 1241-1-1, IEC 1241-1-2, IEC 1241-2-1, dan IEC 1241-2-2. Mesin,
pesawat, dan penghantar listrik, serta pelindung yang bersangkutan
harus didesain, dilindungi, dipasang, dan dihubungkan dengan baik agar
tahan terhadap pengaruh yang merusak dari bahan, debu, atau gas
yang korosif.

Anda mungkin juga menyukai