Anda di halaman 1dari 146

Pedoman Regional Asean

Tentang Pengumpulan dan


Penggunaan Data Kekerasan
Terhadap Perempuan dan Anak
Perempuan
Edisi pertama diterbitkan pada April 2018

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 1
Hak Cipta © Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women)

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Reproduksi dan diseminasi materi dalam publikasi ini untuk
tujuan pendidikan dan bersifat nonkomersial diperbolehkan tanpa izin tertulis sebelumnya dari UN
Women asalkan sumber informasi sepenuhnya dicantumkan. Reproduksi publikasi materi ini untuk
dijual kembali atau tujuan komersial lainnya dilarang tanpa izin dari UN Women.

Publikasi ini didanai oleh Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.
Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini adalah pandangan penulis dan belum tentu mewakili
pandangan dari Pemerintah Australia.

Ditulis oleh Robin Haarr, Ph.D.


Sumbangan teknis dan penyuntingan dilakukan oleh Melissa Alvarado dan Marie Palitzyne.
Koordinasi Produksi dilakukan oleh Marie Palitzyne dan Naphat Chatchavalkosol.
Salinan diedit oleh Mary Ann Perkins
Dirancang oleh alikecreative.com

Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini berasal dari penulis dan tidak selalu mewakili
pandangan UN Women atau negara anggota ASEAN . UN Women adalah organisasi PBB yang
didedikasikan untuk kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan. Sebagai pendukung utama di
dunia untuk perempuan dan anak perempuan, UN Women didirikan untuk mempercepat kemajuan
dalam memenuhi kebutuhan mereka di seluruh dunia. UN Women mendukung Negara Anggota PBB
ketika mereka menetapkan standar global untuk mencapai kesetaraan gender, dan bekerja dengan
pemerintah dan masyarakat sipil untuk merancang undang-undang, kebijakan, program dan layanan
yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa standar tersebut diterapkan secara efektif dan benar-benar
menguntungkan perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia.

Foto Sampul: UN Women/Adrianus Mulya; UN Women/Staton Winter;


UN Women/Pathumporn Thongking

2 | Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Pedoman Regional Asean
Tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Perempuan

Edisi pertama diterbitkan pada April 2018


Ucapan Terima Kasih
Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan disusun di bawah
naungan ASEAN, Komite tentang Perempuan (ACW) dan Komisi ASEAN tentang
Kelompok kerja Ad-hoc Pemajuan dan Perlindungan Hak Perempuan dan
Anak (ACWC) mengenai pengembangan Pedoman Data Kekerasan terhadap
Perempuan dan Anak Perempuan (KTPAP) ASEAN berdasarkan Rencana
Aksi Regional ASEAN untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
Kelompok Kerja Ad-hoc diketuai oleh Kamboja dan dipimpin oleh HE Nhean
Sochetra, Direktorat Divisi Sosial, Kementerian Urusan Perempuan, dan wakil
dari ACW Kamboja.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan pedoman ini melalui proses konsultasi, umpan
balik, berbagi masukan, sumber informasi, laporan dan lesson learned. Secara
khusus, kami berterima kasih kepada semua peserta dari dua konsultasi
ASEAN yang memberikan masukan berharga dalam menyusun pedoman dan
membuatnya relevan dengan konteks ASEAN.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Sekretariat ASEAN, Sita Sumrit,
Ph.D., Miguel Musngi dan Ajeng Purnama, atas dukungannya dalam menyusun
pedoman. Kami berterima kasih juga kepada Robin Haarr, Ph.D. yang telah
menulis pedoman ini dan terus bekerja untuk mengintegrasikan masukan dari
perwakilan dan kontributor di ASEAN. Kami berterima kasih kepada Melissa
Alvarado dan Marie Palitzyne dari Kantor Regional UN Women untuk Asia
dan Pasifik yang telah memberikan kontribusi penting pada pedoman melalui
masukan teknis dan penyuntingan.

Terima kasih kepada Younghwa Choi dari Kantor Regional UN Women Asia dan
Pasifik untuk penelitian tambahan dan finalisasi desain pedoman. Kami juga
berterima kasih kepada Dr. Henrica A.F.M. (Henriette) Jansen dari UNFPA Kantor
Wilayah Asia-Pasifik untuk dukungannya, umpan balik dan tinjauan teknis atas
draf pedoman ini - kontribusinya sangat signifikan dalam menyempurnakan
pedoman. Kami ucapkan terima kasih juga kepada Juncal Plazaola Castano dari
kantor pusat UN Women yang telah memeriksa draf akhir pedoman ini secara
seksama dan memberikan masukan yang sangat berguna untuk memastikan
mutu pedoman.

Penyusunan pedoman ini didanai oleh Departemen Luar Negeri dan


Perdagangan Australia (DFAT) dan diterjemahkan atas dukungan Joint Program
UN Women dan ILO “Safe and Fair: Realizing Women Migrant Workers’ Rights
and Opportunities in the ASEAN Region”, yang didanai oleh Uni Eropa sebagai
bagian dari Spotlight Initiative untuk menghapuskan kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan.

4 | Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Daftar Isi
Tabel, diagram dan kotak 7 3.7 Pedoman etika dan keamanan
Akronim dan singkatan 9 untuk data tentang kekerasan
Kata Pengantar oleh Komite ASEAN terhadap perempuan dan anak
untuk Perempuan 10 perempuan 52
Kata Pengantar oleh Komisi ASEAN
tentang Pemajuan dan Perlindungan Bab 4. Data prevalensi kekerasan
Hak Perempuan dan Anak 11 terhadap perempuan dan anak
Kata Pengantar oleh Kantor Regional perempuan 57
UN Women untuk Asia dan Pasifik 12 4.1 Data prevalensi kekerasan
Ringkasan Eksekutif 14 terhadap perempuan dan anak
perempuan 58
Bab 1. Ikhtisar Panduan Regional 4.2 Sumber daya untuk memandu
ASEAN tentang Pengumpulan survei prevalensi kekerasan
dan Penggunaan Data Kekerasan terhadap perempuan dan anak
terhadap Perempuan dan Anak perempuan 60
Perempuan (KTPAP) 25 4.2.1 Sumber daya Lembaga
1.1. Ikhtisar 26 Kesehatan Dunia (WHO) 60
1.2. Proses Desain Pedoman Data 4.2.2 Sumber daya program Survei
KTPAP ASEAN 28 Demografi dan Kesehatan (SDK) 61
1.3. Tujuan dan Ruang Lingkup 4.2.3 Sumber daya Divisi Statistik
Pedoman Data KTPAP ASEAN 28 Perserikatan Bangsa-Bangsa 61
1.4. Penggunaan Pedoman Data 4.3 Jenis-jenis kekerasan terhadap
KTPAP ASEAN 30 perempuan dan anak
perempuan yang diukur dalam
Bab 2. Kekerasan terhadap survei prevalensi 62
perempuan dan anak perempuan di 4.4 Penelitian prevalensi kekerasan
Negara Anggota ASEAN 31 terhadap perempuan dan anak
2.1 Masalah global kekerasan perempuan yang dilakukan di
terhadap perempuan dan anak Negara Anggota ASEAN 62
perempuan 32 4.5 Kelebihan studi prevalensi
2.2 Prevalensi kekerasan terhadap kekerasan terhadap perempuan
perempuan dan anak dan anak perempuan 64
perempuan di Negara Anggota 4.6 Tantangan studi prevalensi
ASEAN 36 kekerasan terhadap perempuan
2.3. Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan 65
dan anak perempuan dan 4.7 Studi berbasis populasi
Agenda 2030 untuk yang mencakup penggunaan
Pembangunan Berkelanjutan 39 kekerasan oleh laki-laki
terhadap perempuan dan anak
Bagian 3. Data tentang kekerasan perempuan 66
terhadap perempuan dan anak 4.7.1 Survei International tentang
perempuan 41 Kesetaraan Gender dan Pria 66
3.1 Penggunaan data tentang 4.7.2 Mitra untuk sumber daya
kekerasan terhadap perempuan pencegahan 67
dan anak perempuan 42
3.2 Tantangan terkait dengan data Bab 5. Data administratif mengenai
tentang kekerasan terhadap kekerasan terhadap perempuan dan
perempuan dan anak anak perempuan 69
perempuan 43 5.1 Data administratif mengenai
3.3 Jenis-jenis data kekerasan kekerasan terhadap perempuan
terhadap perempuan dan anak dan anak perempuan 70
perempuan 44 5.2 Kelebihan data administratif 71
3.4 Hubungan antara data 5.3 Konsekuensi kekerasan
kekerasan terhadap perempuan terhadap perempuan dan anak
dan anak perempuan 44 perempuan yang tidak
3.5 Data kuantitatif dan kualitatif 46 dilaporkan 73
3.5.1 Data kuantitatif 48 5.4 Jenis sistem manajemen data
3.5.2 Data kualitatif 51 administrasi 74
3.6 Sosialisasi data kekerasan 5.5 Sistem pencatatan administrasi
terhadap perempuan dan anak di Negara Anggota ASEAN 76
perempuan 52

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 5
5.6 Arus data administrasi Bab 7. Menggunakan data kekerasan
kekerasan terhadap perempuan terhadap perempuan dan anak
dan anak perempuan 82 perempuan untuk pelaporan
5.7 Pelaporan dan analisis data tujuan dan indikator pembangunan
administrasi kekerasan terhadap berkelanjutan 113
perempuan dan anak 7.1 Kekerasan terhadap perempuan
perempuan 86 dan anak perempuan dan
5.8 Penggunaan data administrasi Tujuan Pembangunan
kekerasan terhadap perempuan Berkelanjutan 114
dan anak perempuan 88 7.2 Indikator Tujuan Pembangunan
5.9 Pembagian data dan keamanan Berkelanjutan kekerasan
dan kerahasiaan data kekerasan terhadap perempuan dan anak
terhadap perempuan dan anak perempuan 115
perempuan 90 7.2.1 Tujuan 5: Mencapai kesetaraan
5.10 Jaminan kualitas data kekerasan gender dan memberdayakan
terhadap perempuan dan anak semua perempuan dan anak
perempuan 92 perempuan 116
5.11 Penguatan data administrasi 7.2.2 Tujuan 11: Kota dan masyarakat
tentang kekerasan terhadap yang berkelanjutan 117
perempuan dan anak 7.2.3 Tujuan 16: Perdamaian, keadilan,
perempuan 92 dan institusi yang kuat 117
5.12 Rekomendasi untuk
memperkuat data administrasi Lampiran A Ringkasan temuan dari
tentang kekerasan terhadap survei prevalensi kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan dan anak perempuan di
perempuan 95 negara anggota ASEAN 119
Kamboja 119
Bab 6. Data biaya kekerasan Indonesia 122
terhadap perempuan dan anak Republik Demokratik Rakyat Laos 122
perempuan 97 Myanmar 123
6.1 Jenis biaya yang terkait dengan Filipina 123
kekerasan terhadap perempuan Singapura 125
dan anak perempuan 98 Thailand 126
6.2 Studi biaya terkait kekerasan Vietnam 127
terhadap perempuan dan anak
perempuan 100 Lampiran B Formulir Pendaftaran
6.3 Sumber daya untuk study Kasus Kamboja 129
biaya terkait kekerasan terhadap
perempuan dan anak Lampiran C Formulir Persetujuan
perempuan 102 Kamboja untuk membagikan
6.4 Metodologi penghitungan biaya Informasi untuk Penyedia Layanan
kekerasan terhadap perempuan Lainnya 134
dan anak perempuan 106
6.5 Kekuatan studi biaya kekerasan Lampiran D Ringkasan temuan
terhadap perempuan dan anak dari studi biaya KTPAP di negara
perempuan 108 Anggota ASEAN 135
6.6 Tantangan studi biaya terkait Kamboja 135
kekerasan terhadap perempuan Studi Biaya terkait Kekerasan 137
dan anak perempuan 109 Terhadap Perempuan (KTP) di
6.7 Pelajaran yang diperoleh dari Indonesia 138
studi biaya terkait kekerasan Studi Biaya terkait KTP di Republik
terhadap perempuan dan anak Demokrasi Rakyat Laos 138
perempuan di Asia dan Pasifik 110 Studi Biaya terkait KTP di Filipina 139
Studi Biaya terkait KTP di Vietnam 139

Lampiran F Daftar peserta konsultasi


yang berkontribusi pada
pengembangan
pedoman 141

6 | Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Daftar Tabel, diagram dan kotak

Tabel 1. Proporsi perempuan yang Diagram 4. Sumber Data Administrasi


mengalami lintas sektor untuk Kekerasan terhadap
kekerasan fisik dan seksual semasa hidup perempuan dan anak perempuan 72
yang dilakukan oleh pasangan intim dan Diagram 5. Alur data administrasi 79
dalam 12 bulan terakhir, 2003-2017
(terkini) 37 Diagram 6. Perjalanan setelah kekerasan
dalam rumah tangga di Kamboja 83
Tabel 2. Perbedaan antara penelitian Diagram 7. Perjalanan setelah perkosaan
kualitatif dan kuantitatif dan metode atau seksual di Kamboja 84
pengumpulan data 49
Diagram 8. Kekerasan terhadap perempuan
Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan data dan anak perempuan merupakan
kuantitatif 50 penghambat dalam merealisasikan Tujuan
Tabel 4. Kelebihan dan kekurangan data Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 84
kualitatif 51 Diagram 9. Sasaran tujuan 5 terkait
Tabel 5. Studi Kekerasan terhadap dengan kekerasan terhadap perempuan
perempuan dan anak perempuan dan anak perempuan, indikator dan
yang dilakukan oleh negara dan tahun kebutuhan data 116
implementasi kerja lapangan 62 Diagram 10. Sasaran Tujuan 11 terkait
Tabel 6. Keterbatasan / tantangan dengan kekerasan terhadap perempuan
dan solusi untuk sistem pendaftaran / dan anak perempuan, indikator dan
pencatatan insiden KTPAP 87 kebutuhan data
117
Tabel 7. Contoh analisis dan pemilahan Diagram 11. Sasaran Tujuan 16 terkait
data administrasi kekerasan terhadap dengan kekerasan terhadap perempuan
perempuan dan anak perempuan dan anak perempuan, indikator dan
untuk kementerian atau lembaga 98 kebutuhan data 118
Tabel 8. Biaya kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan 102
Tabel 9. Studi biaya terkait kekerasan
terhadap perempuan dan anak perempuan
yang dilakukan berdasarkan negara dan
101
tahun Kotak 1. Terminologi 35
Tabel 10. Langkah-langkah dan tujuan Kotak 2. Pembunuhan perempuan dan
studi pembiayaan kekerasan terhadap anak perempuan berbasis gender di
perempuan dan anak perempuan untuk sembilan negara di Asia 39
memperkirakan paket minimum layanan
dasar Kotak 3. 2030 Agenda untuk
104
Pembangunan Berkelanjutan – Leaving No 40
Tabel 11. Metodologi Pembiayaan terkait One Behind
kekerasan terhadap perempuan dan anak
perempuan 105 Kotak 4. Upaya untuk meningkatkan
pengumpulan data kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan di
Indonesia 44
Kotak 5. Jenis-jenis data kekerasan
terhadap perempuan dan anak perempuan 48
Diagram 1. Diagram alur: pengumpulan, Kotak 6. Berbagai kegunaan
penyimpanan, analisis, pembagian, dan data kekerasan terhadap perempuan dan
penggunaan data 45 48
anak perempuan
Diagram 2. Efek Corong (Funnel Effect) Kotak 7. Terminologi data kunci
kekerasan terhadap perempuan dan anak 48
perempuan Kotak 8. Kutipan dari penelitian kualitatif 51
47
Diagram 3. Jenis-jenis kekerasan terhadap Kotak 9. Pendekatan berbasis hak asasi
perempuan dan anak perempuan yang manusia Prinsip-prinsip panel 53
diukur dalam survei prevalensi 63

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 7
Kotak 10. Pendekatan yang berpusat
pada perempuan - Bantuan di layanan
pertama 55
Kotak 11. Data prevalensi Kekerasan
terhadap perempuan dan anak
perempuan 59
Kotak 12. Mengapa begitu banyak
perempuan dan anak perempuan yang
enggan melaporkan kekerasan? 74
Kotak 13. Sistem manajemen informasi
kekerasan berbasis gender (GBVIMS)
Kotak 14. Sistem manajemen data 76
administrasi Indonesia KPPPA SIMFONI
PPA 77

Kotak 15. Contoh alur data administrasi


kekerasan terhadap perempuan dan
anak perempuan di kementerian dan 85
lembaga
Kotak 16. Menggunakan data
administrasi untuk memahami penarikan
kasus kekerasan seksual di Thailand dan
Vietnam 89
Kotak 17. Keamanan data
91
Kotak 18. Mengapa privasi dan
kerahasiaan penting 93
Kotak 19. Kekhawatiran tentang
penghitungan ganda dalam data
administrasi kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan 94
Kotak 20. Paket Layanan Dasar
104

8 | Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Akronim dan Singkatan

ASEAN Association of Southeast Asian Nations


ACW ASEAN Committee on Women
ACWC ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women
and Children
CEDAW Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women
CSO Civil Society Organization/Organisasi Masyarakat Sipil
DFAT Department of Foreign Affairs and Trade
DHS Demographic and Health Survey
EVAWG Eliminating violence against women and girls / Penghapusan Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak Perempuan (PKTPAP)
GBV Gender-based violence/Kekerasan Berbasis Gender
GBVIMS Gender-based Violence Information Management System
GDP Gross domestic product
GRB Gender-responsive budgeting /Penganggaran Responsif Gender (PRG)
FGM/C Female genital mutilation/cutting
IAEG-SDG Inter-Agency Expert Group on Sustainable Development Goal Indicators
ICCS International Classification of Crime for Statistical Purposes
IPV Intimate partner violence/Kekerasan oleh pasangan intim
MPES Minimum package of essential services /Paket Minimum Layanan Dasar
NGO Non-governmental organization/Organisasi Non-Pemerintah
RPA Regional Plan of Action/Rencana Aksi Regional
ROAP Regional Office for Asia and the Pacific/Kantor Regional untuk Asia Pasifik
SDGs Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
UN United Nations
UNDP United Nations Development Programme
UNFPA United Nations Population Fund
UNODC United Nations Office on Drugs and Crime
UNSD United Nations Statistics Division
UN Women United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women
VAW Violence against women/Kekerasan terhadap Perempuan (KtP)
VAWG Violence against women and girls /Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Perempuan (KTPAP)
WHO World Health Organization

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 9
Kata Pengantar oleh Komite ASEAN untuk Perempuan (ACW)

Komite ASEAN untuk Perempuan (ACW) berkomitmen untuk memimpin upaya


penghapusan kekerasan terhadap perempuan di kawasan ASEAN. Pedoman Regional
ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak Perempuan merupakan langkah penting dalam pelaksanaan Rencana Aksi Regional
ASEAN tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAR ASEAN tentang PKTP),
khususnya pedoman yang menjadi kunci yang dapat disampaikan dalam lima tahun
pertama implementasi rencana regional. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan
dan anak perempuan (KTPAP) telah diidentifikasi sebagai bidang kerja prioritas dalam
Rencana Kerja ACW 2016-2020. RAR ASEAN tentang PKTP menyoroti data sebagai prioritas
dan mengakui bahwa diperlukan data dan bukti yang lebih baik untuk benar-benar
memahami jangkauan dan dampak dari KTPAP, memastikan bahwa strategi respon dan
pencegahan didasarkan pada bukti dan dapat memantau dan mengevaluasi dampak
dan efektivitas respon, untuk melihat apakah mereka bekerja untuk korban kekerasan.
Agar KTPAP dapat dihilangkan secara efektif, data dan bukti sangat penting untuk
menginformasikan upaya respon dan pencegahan berbasis bukti.

Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Kekerasan


terhadap Perempuan dan Anak Perempuan dapat digunakan untuk memberikan
saran dan pedoman bagi Negara Anggota ASEAN tentang cara mengumpulkan dan
menggunakan data prevalensi, administrasi dan biaya. Buku pedoman ini adalah alat
yang berguna untuk memperkuat metode dan sistem data KTPAP nasional dari Negara
Anggota. Pedoman ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan antara jenis data terkait
KTPAP yang biasa dikumpulkan dan digunakan serta berbagai tujuan dan penggunaannya,
misalnya data administrasi tidak dapat menggantikan data prevalensi. Isu-isu penting
seperti kerahasiaan, keamanan dan prinsip-prinsip etika ketika menangani data tentang
KTPAP juga perlu digarisbawahi. Nilai-nilai mengenai kualitas yang baik, data administrasi
yang dapat diandalkan tentang KTPAP dipandang sebagai data administratif yang dapat
memberikan informasi penting tentang akses perempuan ke layanan penting, seperti
perawatan kesehatan, layanan sosial, kepolisian dan pengadilan, serta kualitas layanan
yang diberikan. Data administrasi tentang KTPAP dapat menginformasikan proses
pembuatan kebijakan dan anggaran untuk memastikan bahwa pendanaan untuk layanan
bagi para penyintas KTPAP sudah memadai.

Pedoman ini membantu Negara Anggota ASEAN dalam mengukur dan melaporkan
inisiatif ASEAN untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan dan anak
perempuan sebagaimana diartikulasikan dalam Visi Komunitas ASEAN 2025 dan Cetak
Biru Komunitas Sosial ASEAN (ASCC) 2025. Pedoman ini juga mendukung Negara
Anggota ASEAN dalam melaporkan pencapaian sasaran dan indikator Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) yang terkait dengan KTPAP. Pedoman ini mendukung upaya Negara
Anggota ASEAN untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dan untuk melacak dan
membandingkan kemajuan penghapusan KTPAP dalam kurun waktu tertentu. Pedoman
ini berkontribusi dalam mempromosikan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan
di ASEAN dengan fokus pada prinsip untuk “tidak meninggalkan siapapun”.

Ibu Pornsom Paopramot


Ketua Komite ASEAN untuk Perempuan
Wakil Direktur Jenderal, Departemen Urusan Perempuan dan Pengembangan Keluarga
Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Thailand

10 | Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Kata Pengantar oleh Komisi ASEAN tentang Pemajuan dan
Perlindungan Hak Perempuan dan Anak (ACWC)

Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan terhadap anak adalah salah
satu bidang tematik prioritas dalam rencana kerja lima tahun Komisi ASEAN tentang
Pemajuan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak (ACWC). Kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan (KTPAP) tidak hanya memiliki dampak buruk dan
konsekuansi biaya yang bersifat jangka panjang bagi penyintas, tetapi juga bagi anak
dan keluarga mereka, masyarakat, usaha, ekonomi nasional dan seluruh masyarakat.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan merupakan hambatan terhadap
pembangunan sosial dan manusia dari Negara-Negara Anggota ASEAN dan pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). ACWC mengakui pentingnya data dan bukti
untuk memastikan respon yang tepat atas kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan
terhadap anak.

Data dan bukti sangat diperlukan untuk lebih memahami keterkaitan antara kekerasan
terhadap perempuan dan kekerasan terhadap anak. Kekerasan terhadap perempuan
memiliki efek antar generasi yang serius yang seringkali melanggengkan siklus kekerasan
pada generasi berikutnya. Misalnya, anak lelaki yang menyaksikan ibu mereka dilecehkan
atau pernah dilecehkan saat mereka masih kecil, berpotensi tumbuh dan menjadi pelaku
kekerasan di masa mendatang. Data dan bukti serta faktor-faktor yang dapat membantu
mencegah terjadinya kekerasan sangat penting untuk memahami keterkaitan ini.

Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Kekerasan


terhadap Perempuan dan Anak Perempuan memberi arahan bagi Negara-Negara
Anggota ASEAN untuk mengumpulkan dan menggunakan data KTPAP secara lebih baik.
Pedoman ini membantu memperkuat data prevalensi, administrasi dan pembiayaan
mengenai KTPAP sehingga dapat membantu kita memahami epidemi ini secara lebih
baik di setiap konteks negara, karena kasus KTPAP berbeda menurut lokasi. Dengan
mengumpulkan bukti tentang jumlah perempuan dan anak perempuan yang mengalami
kekerasan, apakah mereka mengakses layanan yang dibutuhkan ataukah tidak, faktor-
faktor penyebab kekerasan, perkiraan biaya yang ditimbulkan akibat kekerasan dan biaya
untuk merespon dan mencegah KTPAP, dapat membantu merumuskan respon yang tepat
dengan mempertimbangkan visi bersama membangun dunia yang bebas dari kekerasan
terhadap perempuan dan anak. Data dan bukti yang lebih baik, termasuk faktor-faktor
risiko, akan menginformasikan intervensi dan strategi untuk mencegah siklus kekerasan
berulang dan menghindari dampak sosial, ekonomi dan hak asasi manusia. Pada
akhirnya, data dan bukti sangat penting untuk dapat mencegah dan merespon KTPAP
secara efektif, sehingga perempuan dan anak perempuan dapat mewujudkan hak-haknya.
Selain itu, diharapkan pembangunan sosial dan manusia dari Negara Anggota ASEAN
dapat terwujud demi mencapai visi ASEAN dalam Komunitas ASEAN yang inklusif, dimana
hak-hak masyarakat ASEAN didukung dan dilindungi.

Ibu Sri Danti Anwar


Perwakilan Indonesia untuk ACWC untuk Hak-Hak Perempuan Ketua Komisi ASEAN untuk Pemajuan dan
Perlindungan Hak Perempuan dan Anak
Penasihat Senior untuk Kementerian Pengembangan Keluarga dan Penjabat Wakil Menteri untuk
Kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 11
Kata Pengantar oleh Kantor Regional UN Women untuk Asia
dan Pasifik

Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan (KTPAP) merupakan pelanggaran


berat terhadap hak asasi manusia. Meskipun upaya dan komitmen yang besar telah
dilakukan, KTPAP masih terjadi dan sangat merugikan negara-negara di ASEAN.
Diperkirakan 6 hingga 44 persen perempuan dan anak perempuan di ASEAN mengalami
kekerasan fisik dan/atau seksual dari pasangan mereka. KTPAP tidak hanya berdampak
terhadap perempuan, tetapi anak-anak mereka, keluarga, komunitas, tempat kerja dan
masyarakat yang lebih luas.

Data telah mengubah cara kita memahami kekerasan di banyak negara. Data dan bukti
sangat penting untuk menginformasikan kebijakan dan program serta membantu
menyusun anggaran yang diperlukan agar KTPAP dapat dicegah dan ditangani secara
efektif. Data dan bukti yang akurat tentang KTPAP telah terbukti menjadi alat advokasi
yang berguna ketika melobi untuk perbaikan undang-undang dan kebijakan, dan
peningkatan sumber daya dalam merespon penyintas yang berani bersuara.

Bukti yang terkumpul di Negara-Negara Anggota ASEAN dalam beberapa tahun


terakhir menunjukkan, selain sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, kekerasan
terhadap perempuan juga menimbulkan persoalan ekonomi yang melahirkan dampak
signifikan bagi perempuan, keluarga, usaha, ekonomi dan masyarakat secara luas.
KTPAP mengakibatkan hilangnya pendapatan dan menambah beban biaya personal bagi
perempuan yang mengalami kekerasan, karena mereka harus mengeluarkan uang untuk
mencari bantuan dan harus cuti dari kerja. Di Vietnam, menurut studi pembiayaan tahun
2012, kekerasan dalam rumah tangga yang sering terjadi telah mengakibatkan kerugian
senilai kira-kira 3 persen dari produk domestik bruto negara tersebut. Sementara di
Kamboja, menurut studi tahun 2012, 20 persen perempuan yang mengalami kekerasan
dalam rumah tangga melaporkan bahwa mereka telah kehilangan pekerjaan dan anak-
anak mereka kehilangan kesempatan sekolah.

KTPAP menghambat pembangunan berkelanjutan karena kendalanya ada pada


perempuan dan masyarakat. Kekerasan berdampak negatif terhadap kesehatan,
pendidikan, pendapatan dan peluang perempuan. Untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDG), kita perlu menghapus segala bentuk KTPAP. Buku pedoman ini
merupakan tanggapan atas komitmen ASEAN untuk mengakhiri KTPAP, sekaligus
pengakuan bahwa jumlah KTPAP tidak dapat berkurang tanpa data untuk menandai
perubahan.

Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Kekerasan


Terhadap Perempuan dan Anak Perempuan (Pedoman Data KTPAP ASEAN) adalah bagian
dari dukungan UN Women untuk ASEAN dalam melaksanakan Rencana Aksi Regional
ASEAN tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAR ASEAN tentang PKTP).
Pengembangan Pedoman Data KTPAP ASEAN adalah prioritas utama dalam RAR ASEAN
tentang PKTP. Prioritas ini lahir karena diakui kesenjangan data sering terjadi, metode
untuk meningkatkan data tidak selalu jelas, dan bukti dari dampak program-program
KTPAP terbatas.

12 | Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Kita perlu data untuk membuat estimasi skala masalah, pola dan
kecenderungan, kebutuhan dan pengalaman para penyintas ketika mereka
mencari bantuan, dampak keseluruhan terhadap perempuan, komunitas,
usaha, masyarakat dan agar dapat mencegah dan merespon KTPAP secara
efektif. Karena para ahli kekerasan terhadap perempuan adalah para penyintas
sendiri, penting bagi kita untuk bertanya kepada perempuan apakah bantuan
dan perawatan yang mereka terima memenuhi kebutuhan mereka dan peka
terhadap tindak kekerasan yang mereka alami.

Studi perkiraan biaya kekerasan di Kamboja, Republik Demokrasi Rakyat Laos,


dan Vietnam, menunjukkan bahwa penyediaan layanan dasar untuk merespon
kebutuhan perempuan yang menghadapi kekerasan pada kenyataannya
lebih terjangkau dan lebih kecil daripada biaya menangani dampak kekerasan
terhadap perempuan dan perekonomian. Temuan dari latihan pembiayaan
mendorong pemerintah untuk berinvestasi dalam menyediakan layanan
penting serta layanan berkualitas yang terkoordinir secara baik untuk para
penyintas. Hal ini sekali lagi memperlihatkan bagaimana bukti yang diperoleh
dari data sangat penting dalam gerakan mengakhiri kekerasan terhadap
perempuan.

Pedoman ini didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia,
dan merupakan hasil kerja sama antara Komite ASEAN untuk Perempuan,
Komisi ASEAN untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak,
Sekretariat ASEAN dan UN Women, yang bekerja sama mengembangkan
pedoman praktis untuk memperkuat kemampuan Negara-Negara Anggota
ASEAN untuk mengumpulkan, menganalisis, menyimpan, membagikan
dan menggunakan data dengan lebih baik. Dengan demikian, kegiatan
pengumpulan data ini akan membantu memastikan program pencegahan
dan respon KTPAP didukung bukti dan realita terkini perempuan dan anak
perempuan. Pemantauan dampak dan efektifitas layanan diharapkan dapat
menghasilkan umpan balik yang mendorong perbaikan mutu dan hasil bagi
perempuan. Pedoman ini bertujuan membantu mencapai visi ASEAN yang
bebas dari semua bentuk KTPAP di kawasan ASEAN, sehingga perempuan dan
anak perempuan dapat mengakses layanan yang mereka butuhkan, hidup
aman dan bebas dari kekerasan.

Ibu Miwa Kato


Direktur Regional
Kantor Regional UN Women untuk Asia dan Pasifik

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 13
Ringkasan Eksekutif menghasilkan data yang dapat diandalkan guna
mendukung upaya advokasi berbasis bukti,
Pada 2015, Rencana Aksi Regional Asosiasi mobilisasi sumber daya, pembuatan anggaran,
Negara-Negara Asia Tenggara tentang perumusan dan implementasi kebijakan
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan untuk memantau dampak kebijakan dan
(RAR ASEAN tentang PKTP) diadopsi dan program guna mencegah dan menangani KTPAP
kekerasan terhadap perempuan dan anak serta melaporkan sasaran dan indikator SDG
perempuan (KTPAP) dianggap sebagai terkait upaya menghentikan KTPAP. Pedoman
"penghambat pembangunan sosial dan ekonomi ini menyatukan arahan utama tentang
masyarakat dan negara serta menghambat pengumpulan tiga jenis data KTPAP, yaitu data
pencapaian tujuan pembangunan yang telah administrasi, data prevalensi dan data biaya.
disepakati secara internasional”, termasuk Pedoman ini tidak wajib dan dapat digunakan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). oleh analis data dan manager di lembaga
Dengan pengakuan ini, negara-negara Anggota statistik, kementerian dan organisasi yang
ASEAN setuju untuk mengembangkan dan menangani data terkait KTPAP. Selain itu juga
menyebarluaskan Pedoman Regional ASEAN dapat digunakan oleh mereka yang bertanggung
tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data jawab untuk membuat keputusan tentang alokasi
KTPAP (selanjutnya disebut sebagai Pedoman anggaran terkait upaya penghapusan KTPAP dan
Data KTPAP ASEAN) yang disusun berdasarkan untuk meningkatkan penyediaan layanan penting
pada praktik-praktik baik di tingkat nasional untuk perempuan dan anak perempuan yang
maupun internasional. mengalami kekerasan. Informasi yang disediakan
oleh pedoman ini diharapkan dapat mendukung
Dengan dukungan dari Departemen Luar pembuatan keputusan yang terkait dengan
Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), data KTPAP dan digunakan untuk mengadvokasi
Sekretariat ASEAN bermitra dengan Badan PBB pengumpulan data yang lebih banyak dan
untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan lebih baik tentang KTPAP. Pedoman ini juga
Perempuan (UN Women) untuk memperkuat memberikan gambaran tentang data yang ada
kapasitas negara Anggota ASEAN mengumpulkan saat ini di negara-negara Anggota ASEAN.
dan menggunakan data secara sistematis
terkait dengan KTPAP melalui penyusunan dan Data tentang kekerasan terhadap
penyebaran Pedoman Data KTPAP ASEAN ini. perempuan dan anak perempuan
KTPAP merupakan isu memprihatinkan di ASEAN
karena berdasarkan data yang tersedia saat KTPAP tidak dapat dihapuskan tanpa data
ini 6 hingga 44 persen perempuan mengalami yang dapat dipercaya. Selama dekade terakhir,
KTPAP selama masa hidup mereka. Pedoman perhatian global telah beralih untuk mendukung
Data KTPAP ASEAN merupakan langkah penting pengumpulan data yang lebih banyak dan lebih
dalam memperbaiki program dan kebijakan baik sebagai bagian dari upaya penghapusan
untuk mencegah dan menangani KTPAP serta segala bentuk KTPAP. Fokusnya pada
meningkatkan kualitas dan ketersediaan layanan, pengumpulan data tentang ciri dan prevalensi
perlindungan dan keadilan bagi perempuan yang KTPAP dan kemampuan penyintas untuk
mengalami kekerasan di ASEAN. mengakses layanan penting, serta faktor risiko
dan protektif dan konsekuensi dari KTPAP.
Pedoman Data KTPAP ASEAN memberikan arahan
kepada negara-negara anggota ASEAN untuk

14 | Ringkasan Eksekutif
Tantangan terkait data tentang KTPAP tempat penampungan, layanan hotline, dan
Salah satu tantangan utama untuk lembaga kesehatan dan pendidikan.
mengumpulkan data tentang KTPAP adalah
budaya diam dan stigma yang terkait dengan • Data prevalensi berasal dari survei, termasuk
KTPAP. Para penyintas KTPAP merasa harus survei demografi dan kependudukan. Data
merahasiakan kekerasan yang dialami karena prevalensi mencatat kejadian KTPAP untuk
takut mengalami bahaya kekerasan lebih kelompok usia yang berbeda (seperti, masa
lanjut jika didapati mencari bantuan orang lain. kanak-kanak, di bawah usia 15 tahun dan
Pelaku kekerasan dapat membalas dendam usia 15-69 tahun), faktor penentu dan faktor
terhadap perempuan dan anak perempuan dan yang berkontribusi pada KTPAP, ciri-ciri pelaku,
mengancam serta mengintimidasi mereka agar perilaku mencari bantuan dan dampak
tidak bersuara. Pelaku juga dapat mengancam negatif dari KTPAP terhadap perempuan dan
mereka yang memberikan bantuan kepada anak-anak mereka. Studi prevalensi KTPAP
penyintas jika ketahuan. Ancaman lain dari menjadi pijakan untuk membandingkan studi
bocornya informasi rahasia mengenai KTPAP prevalensi KTPAP lainnya sehingga perubahan
adalah masyarakat dapat mempermalukan dan pada prevalensi dan faktor-faktor yang
menstigmatisasi para penyintas dan menganggap berkontribusi terhadap KTPAP dapat dipantau
mereka sebagai 'barang rusak'. Kondisi ini dari waktu ke waktu.
melahirkan kekerasan dan pelecehan yang
berulang. Tantangan selanjutnya adalah ketika • Data biaya berasal dari studi dan simulasi
melaporkan, para penyintas acap dipersalahkan, pembiayaan. Studi biaya KTPAP menyediakan
tidak dipercaya atau bahkan dibuat malu oleh cara untuk menentukan dan menganalisa
penerima laporan, yang seharusnya bertugas biaya moneter dari KTPAP yang ditentukan
membantu mereka. dengan mengukur dan menghitung berbagai
dampak KTPAP terhadap individu, rumah
Karena alasan di atas, perempuan dan anak tangga dan ekonomi nasional. Data biaya
perempuan seringkali takut melaporkan menganalisa dampak KTPAP di berbagai
insiden kekerasan, sehingga jumlah kasus yang tingkatan dan di antara berbagai sektor, dan
dilaporkan ke lembaga layanan formal jauh lebih sering menggunakan data prevalensi dan data
rendah daripada situasi yang sebenarnya. administrasi.

Jenis data KTPAP Data prevalensi dan administrasi dapat


Ada tiga jenis data utama yang sering digunakan untuk menginformasikan, memandu
dikumpulkan dan dihasilkan untuk mempelajari dan mendukung studi biaya.
KTPAP: data administrasi, data prevalensi dan
data biaya. Diseminasi data KTPAP
Diseminasi data meliputi penyebaran data
• Data administrasi dikumpulkan secara rutin statistik dan bukti terkait dengan KTPAP -
oleh penyedia layanan. Data ini berasal dari termasuk indikator SDG - melalui dokumen teknis
kasus KTPAP yang diidentifikasi atau dilaporkan dan profesional serta outlet media. Statistik,
oleh individu, yang terdaftar dan ditangani data, dan bukti harus disajikan dengan cara yang
oleh pihak berwenang dan penyedia layanan, mudah dipahami untuk beragam kalangan. Perlu
termasuk misalnya polisi, jaksa, pengadilan, disiapkan rencana untuk mengkomunikasikan
lembaga kesejahteraan sosial, lembaga statistik dan indikator KTPAP ke berbagai
layanan sosial, lembaga perlindungan anak, pemangku kepentingan, termasuk pembuat

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 15
kebijakan, pembuat keputusan, kementerian, privasi dan kerahasiaan, terutama di negara-
lembaga, mitra pembangunan, organisasi negara di mana akses ke sistem manajemen data
masyarakat sipil, donor dan masyarakat umum. dan pendaftar tersedia bagi banyak pengguna
Outlet media penting untuk dilibatkan untuk dan di mana protokol untuk memastikan
memberi perhatian pada statistik dan indikator kerahasiaan dan perlindungan data mungkin
dan untuk memperluas wilayah persebarannya. tidak sepenuhnya dilaksanakan.

Pedoman etika dan keselamatan untuk Data prevalensi kekerasan terhadap


data KTPAP. perempuan dan anak perempuan
Pengumpulan data KTPAP memunculkan
tantangan besar soal etika dan keselamatan, Data prevalensi KTPAP mengacu pada jumlah
termasuk perlindungan identitas para penyintas perempuan dan anak perempuan yang
KTPAP. Karena tingginya risiko KTPAP, prinsip- mengalami kekerasan sebagai bagian dari total
prinsip etika, keselamatan, dan kerahasiaan perlu populasi perempuan dan anak perempuan.
diutamakan ketika mengumpulkan, menyimpan,
dan membagikan data KTPAP. Harus ada jaminan Perkiraan prevalensi kekerasan oleh pasangan
keselamatan perempuan dengan membuat dan intim (IPV) biasanya disajikan sebagai persentase
mematuhi prosedur perlindungan data sehingga perempuan dan anak perempuan yang pernah
etika pengumpulan dan penggunaan data, berpasangan yang mengalami kekerasan,
kerahasiaan serta anonimitas identitas penyintas sebagai bagian dari semua perempuan dan
KTPAP dapat tercapai. anak perempuan yang pernah berpasangan
dalam kelompok usia yang sama. Survei berbasis
Data yang dikumpulkan tanpa kependudukan adalah satu-satunya cara untuk
mempertimbangkan aspek etis dan keamanan memperoleh data dan statistik yang dapat
dapat menyebabkan penderitaan lebih lanjut diandalkan dan komprehensif yang mewakili
bagi penyintas KTPAP, termasuk stigmatisasi, besarnya angka KTPAP dalam populasi umum.
pengucilan, balas dendam, kekerasan lanjutan Studi prevalensi biasanya mengumpulkan data
dan bahkan kematian. Risiko ini sangat kuantitatif, tapi dapat juga data kualitataif agar
tinggi terutama ketika mengumpulkan data dapat memahami KTPAP secara mendalam.
administrasi, karena informasi dan data korban
sering dikumpulkan oleh agen dan/atau penyedia Survei berbasis kependudukan dapat meliputi
layanan yang mungkin tidak cukup terlatih, dan survei khusus, yang fokus pada KTPAP, atau survei
mungkin tidak sepenuhnya sadar akan risikonya. pada isu-isu yang lebih luas (survei kesehatan,
Karena itu, melatih agen dan penyedia layanan survei korban kejahatan) yang mengintegrasikan
untuk mengumpulkan data KTPAP dengan modul spesifik atau pertanyaan yang terkait
cara yang etis dan aman serta memastikan dengan KTPAP. Organisasi Kesehatan Dunia, Dana
kerahasiaan dan perlindungan data yang tepat, Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa
sangat penting dilakukan. dan Divisi Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa
telah mengembangkan seperangkat alat yang
Upaya belakangan untuk membuat sistem memberikan pedoman langkah demi langkah
manajemen data nasional yang memasukkan untuk mempersiapkan pemerintah dan lembaga
data KTPAP dan menghubungkan data tersebut statistik nasional melakukan studi prevalensi
dengan nomor identifikasi warga telah KTPAP berbasis kependudukan, mengumpulkan
menimbulkan kekhawatiran. Praktik semacam ini dan menyusun data, dan menganalisa indikator
dapat melanggar hak-hak korban KTPAP terhadap

16 | Ringkasan Eksekutif
tentang KTPAP. Dengan demikian, Pedoman Data tidak terlalu berguna untuk dibandingkan.
KTPAP ASEAN ini bertujuan untuk memberikan Mengingat sifat KTPAP yang sensitif dan untuk
penjelasan singkat tentang isu-isu kunci terkait digunakan untuk mengembangkan program
studi dan data prevalensi KTPAP dan merujuk pencegahan berdasarkan faktor risiko yang
pada pedoman yang tersedia. teridentifikasi, faktor yang berkontribusi, faktor
protektif dan dampak. Informasi yang diberikan
Jenis KTPAP yang diukur dalam survei mengenai perilaku pencarian bantuan dapat
prevalensi digunakan untuk meningkatkan kualitas dan
Survei tentang prevalensi KTPAP biasanya aksesibilitas layanan penting.
mencakup kekerasan fisik, seksual, psikologis,
dan ekonomi. Untuk dapat mengukur prevalensi Temuan dari studi prevalensi KTPAP dapat
KTPAP secara efektif, pertanyaan survei harus digunakan untuk mengembangkan program
mengeksplorasi berbagai perilaku spesifik pencegahan berdasarkan faktor risiko yang
yang dapat diukur dengan cara sistematis dan teridentifikasi, faktor yang berkontribusi, faktor
terstandarisasi. Selain itu, perempuan yang protektif dan dampak. Informasi yang diberikan
mengalami kekerasan, terutama dalam hubungan mengenai perilaku pencarian bantuan dapat
dengan pasangan intim dan keluarga, sering digunakan untuk meningkatkan kualitas dan
mengalami lebih dari satu bentuk kekerasan dan/ aksesibilitas layanan penting.
atau mengalami beberapa episode kekerasan;
oleh karena itu, survei harus memungkinkan Studi prevalensi KTPAP membantu membuat
pengumpulan data pada semua bentuk kekerasan pijakan yang dapat digunakan untuk studi
yang dialami oleh perempuan selama masa hidup prevalensi lain untuk memantau perubahan
mereka dan dalam 12 bulan terakhir (misalnya dalam prevalensi KTPAP, faktor yang berkontribusi
pelecehan seksual dan kawin paksa). Juga penting pada KTPAP dan perilaku mencari bantuan dari
untuk mengumpulkan data mengenai tempat- penyintas KTPAP. Ketika studi prevalensi KTPAP
tempat perempuan mengalami kekerasan, direplikasi setiap 5-10 tahun, pola dan tren dapat
seperti di ruang publik (jalan, transportasi dianalisa. Studi prevalensi KTPAP juga dapat
umum), ruang pribadi (rumah, lembaga) dan membantu meningkatkan kesadaran tentang
lingkungan pekerjaan. skala dan dampak dari kekerasan tersebut. Data
dari studi prevalensi KTPAP dapat menjadi alat
Kelebihan dari studi prevalensi KTPAP
advokasi yang kuat.
Manfaat dari studi prevalensi KTPAP adalah studi
ini dapat memberikan perkiraan yang dapat Tantangan studi prevalensi KTPAP
diandalkan tentang prevalensi KTPAP dalam suatu Tantangan studi prevalensi KTPAP adalah biaya
populasi dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko mahal dan pelaksanaannya membutuhkan
dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap investasi keuangan yang besar, sumber daya
KTPAP. Studi prevalensi juga dapat menunjukkan teknis dan manusia, peralatan dan pelatihan.
sejarah kekerasan dalam kehidupan perempuan Mengingat biaya melakukan studi prevalensi
dan anak perempuan, dampak kekerasan, KTPAP cukup tinggi, negara pada umumnya
mengidentifikasi karakteristik umum perempuan melakukan studi ini pada periode waktu
dan anak perempuan yang mengalami kekerasan, tertentu, satu kali simulasi saja. Tantangan
profil pelaku, dan perilaku mencari bantuan lain studi prevalensi KTPAP adalah bagaimana
dari para penyintas KTPAP. Temuan-temuan memastikan metodologinya diimplementasikan
seperti ini berdampak negatif pada perencanaan, dengan benar sehingga data yang dikumpulkan
pengembangan kebijakan dan program, serta valid dan dapat diandalkan. Selain itu, protokol

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 17
etika dan keamanan perlu dipatuhi untuk kekerasan yang dilaporkan, respons yang dibuat,
melindungi pewawancara juga perempuan dan ketersediaan dan kualitas layanan.
anak perempuan yang bersedia berpartisipasi
dalam survei. Jika studi tidak menggunakan Data administrasi dapat digunakan untuk
metodologi standar yang diakui internasional, menjelaskan pola dan tren dalam pelaporan dan
validitas temuan survei diragukan sehingga merespon KTPAP dan untuk menginformasikan
akan menghambat dilakukannya perbandingan perencanaan program dan alokasi sumber
antarnegara. Perbandingan antarnegara penting daya karena data administasi menggambarkan
untuk menghasilkan data regional dan global penggunaan layanan. Data ini memberikan
untuk tujuan pemantauan upaya regional dan informasi tentang pengalaman perempuan
global. terkait dengan jumlah dan jenis insiden KTPAP
yang dilaporkan dalam jangka waktu tertentu
"Tidak mengungkapkan informasi (non- dan lintas sektor, kabupaten, provinsi dan
disclosure)", adalah saat orang menolak untuk wilayah, yang meliputi permintaan dan akses
berbicara tentang pengalaman mereka, dan ini ke layanan, ketersediaan layanan dan kapasitas
dapat menjadi masalah dalam survei prevalensi. untuk merespon kebutuhan yang berbeda
Jumlah kasus yang tidak diungkapkan tidak dari perempuan dan anak perempuan yang
diketahui dan dapat bervariasi, tetapi dapat menghadapi kekerasan.
mempengaruhi hasil studi prevalensi sehingga
kekerasan terlihat rendah dan tidak realistis. Pengumpulan data administrasi KTPAP sangat
Temuan-temuan seperti ini berdampak negatif penting, namun hanya dapat diandalkan
pada perencanaan, pengembangan kebijakan sebagai pencatatan dan pendaftaran di tahap
dan program, serta tidak terlalu berguna awal. Karenanya sistem pendaftaran di tahap
untuk dibandingkan. Mengingat sifat KTPAP awal perlu ditingkatkan. Di beberapa Negara
yang sensitif dan untuk meminimalkan "kasus Anggota ASEAN, data administrasi merupakan
yang tidak terungkap", studi prevalensi perlu satu-satunya sumber terbaik data KTPAP yang
memasukkan standar etika dan keamanan serta tersedia, terutama di negara-negara yang survei
pelatihan untuk pewawancara. prevalensinya kurang atau sudah usang.

Data Administrasi KTPAP Kementerian dan lembaga menggunakan


berbagai jenis sistem manajemen data
Data administrasi kekerasan terhadap untuk mengumpulkan dan menganalisa data
perempuan dan anak perempuan dikumpulkan administrasi yang terkait dengan KTPAP, termasuk
dan dihitung secara teratur oleh lembaga dan registrasi berbasis-kertas atau sistem pencatatan,
departemen pemerintah, penyedia layanan sistem manajemen data berbasis komputer dan
non-pemerintah, fasilitas perawatan kesehatan sistem manajemen kasus berbasis komputer dan
umum dan swasta, tempat penampungan, web.
layanan holtlines, polisi dan petugas pengadilan.
Data administrasi adalah sumber informasi Memperkuat data administrasi KTPAP
penting yang dapat diakses dengan mudah dan Pengumpulan data administrasi, termasuk
digunakan untuk melengkapi studi prevalensi bagaimana data administrasi didaftarkan, dicatat
KTPAP dalam memahami penyediaan layanan dan dikompilasi di tingkat kecamatan, kabupaten,
aktual para penyintas KTPAP. Data administrasi provinsi dan nasional, acap kali tidak konsisten.
tentang KTPAP memberikan informasi tentang Kondisi ini membuat akurasi, kelengkapan dan
akses penyintas KTPAP kepada layanan, pola cakupan data administrasi menjadi inkonsisten.

18 | Ringkasan Eksekutif
Ada beberapa kekhawatiran tentang pedoman di bawah ini memuat arahan mengenai
"penghitungan ganda", jika para penyintas bagaimana meningkatkan pengumpulan dan
kekerasan atau insiden kekerasan KTPAP penggunaan data administrasi KTPAP.
didaftarkan oleh lebih dari satu lembaga atau
organisasi atau beberapa kali dalam satu Analisa data administrasi KTPAP dan pelaporan
organisasi. Mengidentifikasi dan mengoreksi Data administrasi KTPAP kurang dianalisa karena
penghitungan data yang berpotensi ganda dalam kurangnya pengetahuan analisis dan pelaporan.
sistem pencatatan satu lembaga atau organisasi Masalah- masalah yang dihadapi kementerian
penting dilakukan, tetapi penghitungan ganda dan lembaga meliputi: kurangnya keterampilan
tidak selalu menjadi masalah data administrasi analisis data; kurangnya pengetahuan dan
terkait dengan KTPAP. Data administrasi pemahaman tentang teori dan literatur KTPAP
memiliki tujuan berbeda dari data prevalensi. yang seharusnya memandu analisis data;
Data administrasi KTPAP mencerminkan jumlah kurangnya pemahaman tentang penggunaan
insiden KTPAP yang teridentifikasi, dilaporkan data KTPAP (tujuan digunakannya data KTPAP
dan direspon, serta jumlah penyintas KTPAP dan siapa yang dapat menggunakannya);
yang mengakses layanan di tahap awal (points of dan kurangnya pemahaman tentang tata
entry) dan tidak mencerminkan besarnya masalah cara menyajikan dan melaporkan data KTPAP
dalam populasi umum. Data administrasi KTPAP (berdasarkan target pemirsa).
menyediakan data tentang insiden itu sendiri,
dan memungkinkan untuk melacak frekuensi Penggunaan data administrasi KTPAP
layanan yang diakses perempuan, jenis bantuan Agar data administrasi berguna, pembuat
yang diminta, dan berbagai layanan yang kebijakan, kementerian, lembaga dan
disediakan. organisasi perlu mengatasi kesenjangan dan
Kementerian dan lembaga juga menghadapi tantangan dalam pengumpulan dan analisa
tantangan dalam hal aliran data administrasi, data administrasi KTPAP. Data administrasi
termasuk: penundaan aliran data dari tingkat dapat memberikan informasi tentang t itik
kecamatan ke kabupaten, provinsi dan nasional; masuk dan akses ke layanan penting bagi para
inkonsistensi dalam penggunaan sistem berbasis penyintas KTPAP. Jika dikumpulkan secara rutin,
kertas dan berbasis komputer di setiap tingkatan data administrasi juga dapat memberikan
kementerian dan lembaga; fragmentasi data di informasi penting tentang pola dan tren dalam
beberapa kementerian, dan jaringan kompilasi pelaporan, respon, ketersediaan, kualitas dan
dan data sharing antar departemen yang rusak di akses ke layanan penting. Hal ini memungkinkan
kementerian dan lembaga. Pemerintah dan penyedia layanan untuk
memantau permintaan akan layanan penting dan
Memperkuat data administrasi KTPAP merupakan bagaimana berbagai sektor merespon kebutuhan
investasi penting dan berguna. Dengan layanan. Data administrasi dapat menunjukkan
mengerjakan data administrasi secara lebih tingkat layanan yang tersedia dalam suatu
sistematis, keterbatasan dapat diidentifikasi masyarakat dan kesenjangan dalam layanan
dan digunakan untuk menginformasikan penting.
upaya penguatan sistem pengumpulan data
administrasi. Mengingat perlunya alat atau Pemerintah, kementerian dan lembaga
pedoman tentang pengumpulan dan penggunaan juga dapat menggunakan data administrasi
data administrasi tentang KTPAP, bagian-bagian KTPAP untuk perencanaan, pengembangan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 19
program, pembuatan kebijakan, studi biaya, protokol standar yang baik untuk pengelolaan
alokasi anggaran dan penganggaran yang data administrasi dan sharing data. Prosedur
responsif gender. Pengumpulan dan analisa dan protokol ini harus mencakup praktik khusus
data administrasi yang baik dapat digunakan dalam memastikan penyediaan data administrasi
untuk menjadikan penyediaan layanan lebih untuk kerahasiaan dan perlindungan identitas
efektif. Untuk meningkatkan penggunaan data dan informasi penyintas KTPAP, serta informasi
administrasi KTPAP, lembaga dan organisasi identitas pelaku dalam insiden atau kasus KTPAP.
harus terlebih dahulu memperbaiki praktik yang
berkaitan dengan pengumpulan, penyusunan dan Jaminan kualitas data administrasi KTPAP
pembagian data administrasi KTPAP lintas sektor Jaminan kualitas data KTPAP membutuhkan
dan tingkatan. pemantauan rutin agar akurat dan bisa
diandalkan; namun, negara-negara Anggota
Kerahasiaan dan keamanan data KTPAP dan ASEAN umumnya tidak memiliki proses
Pembagian data dan mekanisme jaminan kualitas yang
Menjaga keamanan dan kerahasiaan data dapat memverifikasi dan memvalidasi data
individu adalah salah satu pilar penyediaan administrasi yang terkait dengan KTPAP. Selain
layanan yang etis dan berkualitas. Keamanan itu, sistem pendaftaran, pencatatan, dan sistem
data berfokus pada perlindungan data pribadi manajemen data umumnya tidak memenuhi
dan menjaga informasi pribadi atau sensitif. Data standar minimum pengumpulan data yang
yang berisi informasi pribadi harus diperlakukan dapat diterima, termasuk standar terkait
dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dengan akurasi, keandalan dan presisi. Komite
daripada data lainnya (seperti ringkasan statistik). pengawasan antarlembaga atau kelompok
Hal ini sangat penting untuk memastikan kerja dapat memainkan peran penting dalam
keamanan data dan mencegah akses oleh pihak memantau data KTPAP agar akurat dan dapat
yang tidak berwenang, penyingkapan data diandalkan.
(disclosure), upaya mengubah data dan perusakan
data. Data biaya kekerasan terhadap perempuan
Upaya pengamanan harus mencakup informasi
yang disimpan dalam sistem pendaftaran Kekerasan terhadap perempuan menghabiskan
berbasis kertas, file kasus, catatan pasien biaya yang luar biasa besar untuk masyarakat,
atau klien, serta sistem manajemen data dan termasuk biaya yang berdampak pada perempuan
manajemen berbasis komputer dan web. dan anak perempuan yang mengalami kekerasan
dan juga keluarga, masyarakat, usaha, organisasi,
Di beberapa negara, keamanan data mengacu pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
pada undang-undang nasional yang menentukan Biaya KTPAP berpengaruh pada sistem layanan
bahwa data pribadi hanya boleh diakses oleh kesehatan, dukungan sosial KTPAP dan sistem
orang yang berwenang dan bahwa strategi kesejahteraan, organisasi kepolisian, sistem
untuk keamanan data dan kerahasiaan informasi hukum dan peradilan, dan pembangunan
pribadi dinyatakan oleh kewajiban hukum dan ekonomi dan manusia.
etika penyedia layanan, polisi dan lembaga Biaya KTPAP adalah cara untuk menentukan dan
peradilan. menganalisa dampak dari KTPAP pada tingkat
yang berbeda di berbagai sektor. Terdapat
Terkait masalah privasi dan kerahasiaan data perbedaan metodologi studi biaya untuk tujuan
administrasi KTPAP, kementerian, lembaga dan berbeda: mengevaluasi biaya dan dampak
organisasi perlu memiliki prosedur operasi dan dari KTPAP terhadap perempuan, masyarakat,

20 | Ringkasan Eksekutif
organisasi, usaha atau seluruh masyarakat (biaya Metodologi biaya KTPAP
dampak KTPAP) atau mengevaluasi biaya dan Beberapa metodologi yang berbeda dapat
sumber daya yang diperlukan untuk mencegah diterapkan untuk mengetahui biaya
dan merespon KTPAP melalui penerapan hukum, pencegahan, respon dan penghapusan KTPAP,
kebijakan dan program, seperti penyediaan termasuk perkiraan biaya yang terkait dengan
layanan bagi penyintas KTPAP (biaya respon implementasi penuh hukum dan kebijakan KTPAP,
KTPAP). dan memberikan MPES kepada perempuan dan
anak perempuan yang mengalami kekerasan.
Sumber daya yang memadai harus tersedia untuk
menerapkan hukum, kebijakan dan rencana Tiga metodologi utama telah digunakan di Asia
aksi terkait penghapusan KTPAP, termasuk dan Pasifik, termasuk:
undang-undang kekerasan domestik dan aturan • Penganggaran yang responsif gender -
perlindungan keluarga, dan untuk menyediakan Sebuah metode untuk menganalisa anggaran
layanan penting dalam merespon beragam pemerintah dan perencanaan, pelaksanaan
kebutuhan penyintas KTPAP. Memperkirakan dan pelaporan (siklus anggaran) untuk
biaya penerapan hukum dan kebijakan dan menetapkan dampak gender dari keputusan
penyediaan layanan untuk penyintas KTPAP anggaran.
perlu dilakukan dalam perencanaan anggaran. • Metodologi biaya dampak - Metode
Anggaran yang memadai dapat mendukung yang menghitung sepenuhnya dampak
pelaksanaan hukum dan kebijakan yang efektif sosioekonomi KTPAP dalam istilah moneter,
untuk mencegah dan merespon KTPAP serta termasuk pembiayaan berlapis berdasarkan
penyediaan layanan berkualitas dengan cakupan dampak kekerasan terhadap kehidupan
geografis dan populasi yang tepat. perempuan dan anak perempuan yang
mengalaminya.
Sumber daya untuk pelaksanaan biaya KTPAP • Metodologi biaya unit - Metode yang
UN Women telah mengembangkan pedoman bertujuan untuk memahami total biaya
langkah demi langkah bagi pemerintah dan penyediaan layanan atau paket layanan
organisasi untuk melakukan studi biaya KTPAP tertentu untuk perempuan dan anak
untuk memperkirakan biaya KTPAP dan beberapa perempuan yang mengalami kekerasan
prasyarat sumber daya untuk menangani KTPAP. berdasarkan biaya barang dan jasa individu,
Pedoman dan alat ini memanfaatkan dan tingkat penggunaan.
pengalaman dan pelajaran dari program global
UN Women dan menyediakan metodologi Metodologi biaya unit dapat digunakan untuk
konkret untuk memperkirakan kesenjangan memahami kebutuhan sumber daya layanan yang
biaya dan persyaratan untuk perencanaan dan ada dan untuk memperkirakan sumber daya yang
anggaran yang responsif gender dalam mencapai dibutuhkan untuk MPES bagi penyintas KTPAP
komitmen kesetaraan gender. Alat-alat ini telah dan anak-anak mereka. MPES mencakup berbagai
digunakan di Kamboja, Republik Demokratik layanan multisektoral dari sektor kesehatan,
Rakyat Laos, Indonesia dan Vietnam untuk peradilan, polisi dan layanan sosial seperti
menunjukkan bahwa penerapan sebuah paket hotline (24 jam), pusat krisis satu atap, tempat
minimum layanan dasar (MPES) dapat terjangkau penampungan, layanan konseling, jaringan
dan manfaat mencegah dan menghentikan KTPAP rujukan, pengembangan kapasitas pemangku
secara dini sangat penting bagi perempuan, kepentingan dan pelatihan penyedia layanan .
keluarga dan komunitasnya.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 21
Setiap metodologi memiliki kekuatan dan KTPAP dan memberikan layanan kepada para
keterbatasan, dan tidak ada satu pun metodologi penyintas KTPAP dan anak-anaknya. Studi biaya
"tunggal" untuk studi biaya KTPAP. Beberapa dapat membuka dialog tentang lembaga-lembaga
metodologi lebih sesuai tergantung pada yang menyediakan layanan dan layanan yang tidak
fokusnya, apakah pada biaya dampak KTPAP ada serta perbaikan yang diperlukan.
atau biaya mencegah dan merespon KTPAP. Studi biaya mendukung upaya untuk
Pilihan metodologi ditentukan oleh pertanyaan memperkuat pelaksanaan hukum dan kebijakan
penelitian yang perlu dijawab dalam studi biaya. dalam mencegah dan merespon KTPAP. Studi
biaya KTPAP adalah alat advokasi kebijakan
Hambatan yang paling signifikan untuk berbasis bukti yang penting yang dapat
melakukan studi biaya KTPAP adalah digunakan untuk menginformasikan dialog
ketersediaan dan kualitas data, misalnya kebijakan dan memajukan kebijakan dan program
penelitian prevalensi, data administrasi yang yang efektif, menilai dampak kebijakan dan
berkualitas dan data keuangan dan anggaran. program, mendukung pembuatan kebijakan
Namun, studi biaya KTPAP memungkinkan berbasis bukti, memastikan akuntabilitas
Pemerintah mengidentifikasi permasalahan implementasi, mendukung mobilisasi sumber
data KTPAP yang hilang atau tidak lengkap dan daya dan berkontribusi dalam memperkuat
perlu diperkuat. Proses ini juga menumbuhkan komitmen nasional, regional dan internasional
pemahaman secara lebih baik dan membuat untuk menghapuskan KTPAP. Studi biaya
para pemangku kepentingan dan mitra yang KTPAP menumbuhkan pemahaman bahwa
relevan dari seluruh sektor mau membicarakan KTPAP bukanlah 'masalah domestik', tetapi
biaya dan penganggaran KTPAP sebagai upaya masalah hak asasi manusia dan pembangunan.
menghapuskan KTPAP, menyediakan layanan Studi biaya dapat menunjukkan biaya apabila
penting dan mengumpulkan data. tidak bertindak, suatu perkiraan biaya upaya
pencegahan versus tanggapan dan dukungan
Kelebihan studi pembiayaan KTPAP advokasi untuk investasi dalam program
Studi biaya KTPAP menyoroti kesenjangan pencegahan, yang menunjukkan bahwa upaya
anggaran dan defisit pendanaan dalam selama ini akan mengarah pada penghematan
menangani KTPAP; oleh karena itu, mereka biaya terkait pencegahan insiden baru kekerasan.
dapat digunakan untuk memperkuat kasus
dimana anggaran pemerintah digunakan untuk Menggunakan data kekerasan terhadap
mendukung intervensi mencegah dan merespon perempuan dan anak perempuan untuk
KTPAP. Biaya KTPAP memberikan bukti kepada pelaporan indikator Tujuan Pembangunan
Pemerintah tentang sumber daya yang diperlukan Berkelanjutan (SDG)
untuk memastikan respon multisektoral yang
komprehensif dalam memenuhi kebutuhan para Menghapuskan KTPAP adalah sasaran eksplisit
penyintas KTPAP, sejalan dengan undang-undang SDG 5 (mencapai kesetaraan gender dan
nasional dan rencana aksi. memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan), tetapi KTPAP juga merupakan
Studi biaya KTPAP juga dapat memfasilitasi penghambat realisasi sebagian besar SDG.
koordinasi yang lebih luas di seluruh sektor untuk Indikator SDG mengukur kemajuan yang telah
mencegah dan merespon KTPAP karena studi dihasilkan untuk mencapai sasaran terkait
ini mendokumentasikan dampak finansial dari dengan kesetaraan gender dan KTPAP dan dapat

22 | Ringkasan Eksekutif
digunakan untuk memantau dampak kebijakan,
rencana aksi dan program. Dalam pelaporan SDG,
sangat penting menggunakan definisi indikator
yang sudah disepakati dan data yang sudah
dikumpulkan dengan metodologi dan standar
internasional. Pedoman ini memberikan masukan
tentang pengumpulan data yang diperlukan
untuk melaporkan indikator dan sasaran SDG
terkait KTPAP.
Kelompok Ahli Antar-Lembaga untuk Indikator
SDG (IAEG-SDGs), yang terdiri dari negara-
negara anggota, termasuk lembaga regional dan
internasional sebagai pengamat, didirikan untuk
mengembangkan dan mendukung implementasi
kerangka indikator global untuk tujuan dan
sasaran Agenda Pembangunan Berkelanjutan
2030. IAEG-SDGs mengidentifikasi agen kustodian
(atau agen) dan lembaga mitra lain (kebanyakan
dari sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk
setiap indikator untuk pelaporan global dan
pengembangan indikator dan memberikan
pedoman tentang data yang diperlukan untuk
melaporkan setiap indikator. Pedoman ini
menyediakan tautan ke sumber daya terkemuka
untuk indikator dan pelaporan SDG.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 23
24 | Ringkasan Eksekutif
BAB 1

IKHTISAR PEDOMAN REGIONAL


ASEAN TENTANG PENGUMPULAN
DAN PENGGUNAAN DATA TERKAIT
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DAN ANAK PEREMPUAN

Foto: UNWomen/Pornvit Visitoran

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 25
POIN UTAMA

• Negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk • Pedoman ini tidak wajib dan dapat digunakan
mengembangkan dan menyebarluaskan oleh pengelola dan analis data di lembaga-
Pedoman Data KTPAP ASEAN yang lembaga statistik, kementerian atau
menghasilkan praktik-praktik baik nasional organisasi yang bekerja untuk mengakhiri
dan internasional. KTPAP dan menyediakan layanan dan akses
ke peradilan bagi perempuan dan anak
• Dengan dukungan dari Departemen perempuan yang mengalami kekerasan.
Perdagangan Luar Negeri Australia dan Pedoman ini juga dapat digunakan oleh
Perdagangan Australia, Sekretariat ASEAN mereka yang bertanggung jawab membuat
bermitra dengan UN Women untuk keputusan tentang alokasi anggaran terkait
memperkuat kapasitas negara-negara dengan upaya untuk menghapuskan KTPAP
anggota ASEAN dalam mengumpulkan dan dan untuk meningkatkan layanan penting
menganalisis data secara sistematis terkait bagi perempuan dan anak perempuan yang
KTPAP melalui pengembangan dan penyebaran mengalami kekerasan.
Pedoman Data KTPAP ASEAN.
• Informasi yang disediakan oleh pedoman
• Tujuan Pedoman Data KTPAP ASEAN adalah ini dapat digunakan untuk advokasi
memberikan pedoman untuk membantu pengumpulan data yang lebih banyak dan
negara-negara anggota ASEAN menghasilkan lebih baik tentang KTPAP. Pedoman ini juga
data dan bukti yang dapat diandalkan sebagai memberikan gambaran tentang data yang ada
masukan untuk strategi di tingkat nasional saat ini di negara-negara anggota ASEAN.
dan regional dalam pencegahan dan respon
KTPAP, dan pelaporan sasaran dan indikator
SDG terkait penghapusan KTPAP, dan indikator
regional yang disepakati oleh Komite ASEAN
untuk Perempuan.

1.1 Ikhtisar of Violence against Women (ASEAN RPA on VAW)3


diadopsi dan diakui bahwa kekerasan terhadap
Pada tahun 1976, Komite ASEAN untuk perempuan dan anak perempuan (KTPAP) adalah
Perempuan (ACW) didirikan sebagai badan "penghambat pembangunan sosial dan ekonomi
sektoral untuk melaksanakan, mengoordinasi masyarakat dan negara serta pencapaian tujuan
dan memantau pelaksanaan prioritas regional pembangunan yang telah disepakati secara
ASEAN yang terkait dengan isu-isu perempuan internasional”.
di berbagai tingkat kehidupan politik, ekonomi
dan sosial. Pada tahun 2004, negara-negara Melalui perjanjian regional dan internasional,
anggota dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa negara-negara anggota ASEAN membuat
Asia Tenggara (ASEAN) berkumpul untuk komitmen untuk mengumpulkan data KTPAP.
menghasilkan Deklarasi tentang Penghapusan Perjanjian-perjanjian ini termasuk RAR ASEAN
Kekerasan terhadap Perempuan di wilayah tentang KTP, Konvensi Penghapusan Segala
ASEAN, 1 yang diikuti oleh Deklarasi tentang Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (CEDAW) (1979) 4, Platform Beijing1995 untuk
dan Penghapusan Kekerasan terhadap Anak pada Aksi 5 dan indikator tentang KTPAP yang
tahun 2013. 2 Pada tahun 2010, Komisi ASEAN disepakati oleh Komisi Statistik Perserikatan
untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak-Hak Bangsa-Bangsa pada tahun 2011 6 dan dimajukan
Perempuan dan Anak (ACWC) didirikan sebagai dalam Agenda 2030 untuk Pembangunan
komisi antar-pemerintah dan mekanisme hak Berkelanjutan.7 Data KTPAP dapat digunakan
asasi manusia ASEAN. Pada tahun 2015, the untuk menginformasikan implementasi RAR
ASEAN Regional Plan of Action on the Elimination ASEAN tentang KTP.

26 | Ikhtisar Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
Dengan pengakuan ini, berdasarkan RAR ASEAN untuk Perempuan (ACW) 2016-2020. Untuk
tentang KTP, negara-negara anggota ASEAN mencapai komitmen ini, negara-negara Anggota
mendukung tindakan berikut sesuai dengan ASEAN setuju untuk mengembangkan dan
konteks dan situasi nasional dan regional: menyebarluaskan dokumen Pedoman Regional
• Membuat pedoman regional tentang ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan
pengumpulan dan analisa data yang terkait Data Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
dengan KTP, sesuai dengan pedoman etika Perempuan (selanjutnya Pedoman Data KTPAP
global yang ada (tingkat regional). ASEAN) yang disusun berdasarkan praktik-praktik
• Mengembangkan dan/atau meningkatkan baik di tingkat nasional dan internasional.
sistem data nasional untuk pengumpulan data Negara-negara anggota ASEAN membentuk
terpilah tentang KTPAP. Kelompok Kerja Ad-hoc ACWC-ACW tentang
• Sistem data nasional harus mencakup: pengembangan Pedoman Data KTPAP ASEAN.
- Data Prevalensi sesuai dengan indikator;
- Risiko dan faktor pelindung yang terkait Pada pertemuan keenam belas Komisi ASEAN
dengan KTPAP; tentang Pemajuan dan Perlindungan Hak-Hak
- Biaya dan dampak dari semua bentuk KTPAP; Perempuan di Phuket, Thailand, September 2017,
- Aksesibilitas layanan untuk korban/penyintas; negara-negara anggota ASEAN mengembangkan
- Kualitas layanan dan kepuasan klien; dan kerangka kerja hasil pemantauan dan evaluasi
- KTPAP dalam situasi bencana dan konflik untuk Rencana Kerja ACW 2020, dengan indikator
(tingkat nasional). tentang KTPAP dan selanjutnya komitmen
• Memperkuat pengumpulan data administrasi untuk pengumpulan data (khususnya data
nasional tentang KTPAP untuk pengembangan yang menunjukkan pengurangan jumlah
dan implementasi kebijakan yang efektif KTPAP berdasarkan kebijakan, rencana dan
dengan menyelaraskan pengumpulan data dan program yang dilaksanakan oleh negara-
penggunaannya yang tepat di seluruh lembaga negara anggota ASEAN). Rencana Kerja ACW
dan organisasi masyarakat sipil (CSO), dan 2016–2020 mengidentifikasi penghapusan
untuk meningkatkan kerahasiaan, etika dan kekerasan terhadap perempuan sebagai bidang
keselamatan di tingkat nasional terkait dengan prioritas, dengan tujuan untuk “membangun
pengumpulan data (level nasional). dan/atau memperkuat layanan pencegahan
• Meninjau kesenjangan (gap) penelitian dan perlindungan yang efektif yang didukung
dan melakukan penelitian kualitatif dan oleh kerangka kerja hukum dan mekanisme
kuantitatif mengenai semua bentuk KTPAP dan kelembagaan PKTP di tingkat nasional”.
penyebabnya (tingkat nasional).
• Mengevaluasi dampak kebijakan dan program Penyusunan Pedoman Data KTPAP ASEAN sangat
untuk berkontribusi terhadap pengembangan penting karena KTPAP merupakan masalah besar
kebijakan berbasis bukti, program, rencana bagi negara-negara anggota ASEAN karena
tindakan dan undang-undang (di tingkat menurut data yang tersedia saat ini, 6 hingga
nasional) untuk menghapuskan KTPAP. 44 persen perempuan mengalami KTPAP selama
masa hidup mereka. KTPAP tidak mungkin dapat
Pengumpulan dan analisa data KTPAP dipandang dihapuskan tanpa data yang bisa diandalkan,
sebagai area prioritas dalam RAR ASEAN tentang karena data dan bukti diperlukan untuk upaya
KTP, dan telah diidentifikasi sebagai kegiatan advokasi, mobilisasi sumberdaya dan perumusan
khusus dalam rencana kerja Komite ASEAN kebijakan dan implementasi. 8 Pengumpulan data

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 27
yang komprehensif dan sistematis sangat penting berbagi pengalaman, tantangan dan praktik baik
untuk mengungkapkan sifat, tingkat, penyebab untuk penyusunan Pedoman Data KTPAP ASEAN.
dan konsekuensi negatif dari KTPAP dan untuk Konsultasi Teknis juga memberikan kesempatan
menginformasikan pengembangan kebijakan untuk mengintegrasikan pengalaman dan praktik
dan program berbasis bukti untuk mencegah dan yang terkait dengan data KTPAP dari negara-
merespon KTPAP. 9 negara anggota ASEAN ke dalam Pedoman Data
KTPAP ASEAN ini agar relevan dengan konteks
1.2 Proses penyusunan Pedoman regional. Garis besar pedoman diberikan kepada
Data KTPAP ASEAN peserta untuk memberikan masukan dan umpan
balik. Setelah konsultasi teknis pada Juni 2017,
Dengan dukungan dari Departemen Luar negara-negara anggota ASEAN menerima dan
Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), memberikan dua kali putaran komentar dan
Sekretariat ASEAN bermitra dengan Badan PBB masukan pada rancangan awal pedoman. Umpan
untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan balik dari ACW dan ACWC dimasukkan untuk
Perempuan (UNWomen) memperkuat mengembangkan draft pedoman ketiga.
kapasitas negara-negara anggota ASEAN untuk
mengumpulkan dan menggunakan data secara Pertemuan kedua, Lokakarya Validasi
sistematis terkait KTPAP melalui pengembangan untuk Rancangan Pedoman ASEAN tentang
dan penyebaran Pedoman Data KTPAP ASEAN. Pengumpulan dan Analisis Data tentang
Kekerasan terhadap Perempuan, diselenggarakan
Sebagai bagian dari proyek ini, dua sesi konsultasi pada 10-11 Oktober 2017 di Siem Reap,
diselenggarakan untuk mengumpulkan masukan, Kamboja. Pertemuan kedua ini berfungsi untuk
komentar, pengalaman dan praktik dari mengumpulkan komentar, pandangan dan
perwakilan ACWC dan ACW dalam menyusun pengalaman negara terkait dengan praktik data
pedoman ini. Dipimpin oleh Kamboja, pertemuan KTPAP dan tantangan dari ACW dan perwakilan
tersebut diselenggarakan oleh UN Women ACWC untuk merevisi lebih lanjut draf ketiga dan
dan ASEAN Secretariat di bawah bantuan ACW membuat pedoman yang relevan dan berguna
dan ACWC Ad-hoc Working Group tentang bagi pengguna dan negara-negara anggota
penyusunan Pedoman Data KTPAP ASEAN. ASEAN. Melalui proses review dan diskusi yang
Dua pertemuan itu berhasil mengumpulkan partisipatif, kegiatan ini menghasilkan revisi
anggota ACW dan ACWC dan spesialis data draft keempat, yang memasukkan poin-poin
KTPAP. Daftar lengkap peserta yang berkontribusi pembahasan dalam lokakarya validasi Oktober.
pada penyusunan pedoman dapat dilihat dalam Draft pedoman keempat dan terakhir
Lampiran F. direview oleh perwakilan ACW dan ACWC dan
dipresentasikan dalam Konferensi Kemitraan
Pertemuan pertama, Konsultasi Teknis ACWC pada 28 Maret 2018 di Jakarta, Indonesia.
tentang Penyusunan Pedoman ASEAN untuk Pedoman ini disetujui oleh perwakilan ACW dan
Pengumpulan dan Analisa Data tentang KTPAP, ACWC pada bulan April 2018.
diselenggarakan pada 15–16 Juni 2017 di
Bangkok, Thailand. Peserta pertemuan Konsultasi 1.3 Lingkup dan Tujuan Pedoman
Teknis merupakan perwakilan ACW, ACWC dan Data KTPAP ASEAN
ahli data KTPAP. Tujuan Konsultasi Teknis adalah
memberikan informasi kepada para pemangku Tujuan Pedoman Data KTPAP ASEAN adalah untuk
kepentingan isu KTPAP ASEAN mengenai jenis- memberikan pedoman kepada negara-negara
jenis utama data KTPAP dan tujuannya, serta anggota ASEAN agar lebih siap menghasilkan

28 | Ikhtisar Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
data dan bukti yang dapat diandalkan yang merupakan jenis paling umum dari data KTPAP
menginformasikan strategi nasional dan yang dikumpulkan dan digunakan. Akan tetapi
regional untuk mencegah dan merespon masih banyak pertanyaan seputar tujuan,
KTPAP serta membuat laporan sasaran dan metode, dan penggunaannya. Karena kurangnya
indikator SDG terkait pencegahan dan respon pedoman yang ada, Pedoman Data KTPAP ASEAN
KTPAP, termasuk indikator tentang KTPAP yang menawarkan penekanan khusus pada data
disepakati oleh negara-negara anggota ASEAN. administrasi tentang KTPAP. Namun, praktik baik
Selain itu, pedoman ini memberikan gambaran dan tantangan terkait data KTPAP masih perlu
umum tentang studi dan data terkini yang dipahami dan dianalisa secara lebih baik untuk
tersedia di negara-negara anggota ASEAN serta menghasilkan dan memperbaiki pedoman yang
penelitian dan metodologi yang diakui secara ada.
internasional. Dengan penjelasan tentang
mengapa dan bagaimana data sangat penting Dokumen ini bukan buku manual (how-to-
untuk menghapuskan semua bentuk KTPAP, manual), juga tidak memberikan petunjuk
pedoman ini dapat digunakan untuk memulai detail langkah demi langkah untuk melakukan
diskusi tentang data KTPAP, mengadvokasi penelitian dan memastikan praktik etis.
data yang lebih banyak dan lebih baik tentang Meskipun pedoman tidak dirancang sebagai
KTPAP dan untuk menginformasikan keputusan buku manual, pedoman ini memasukkan sumber
tentang pengumpulan dan penggunaan data utama dan merujuk pada pedoman detail yang
KTPAP. Pedoman ini akan menjadi langkah telah divalidasi dan diuji secara internasional.
untuk meningkatkan kebijakan dan program Pedoman ini tidak mencakup metodologi
pencegahan dan respon KTPAP berbasis bukti untuk menganalisa data karena analisis data
serta ketersediaan layanan yang berkualitas, memerlukan arahan lebih spesifik agar sesuai
perlindungan dan keadilan bagi perempuan yang dengan konteksnya, namun tersedia arahan
mengalami kekerasan. umum untuk makna yang diambil dari data.
Karena penelitian tentang KTPAP biasanya
Pedoman Data KTPAP ASEAN ini menghimpun mencakup kekerasan terhadap perempuan dan
informasi penting tentang pengumpulan dan anak perempuan dari usia 15 tahun ke atas,
penggunaan tiga jenis utama data KTPAP - data perempuan yang lebih muda dari usia 15 tahun
administrasi, data prevalensi dan data biaya. berada di luar lingkup pedoman ini. Data dari
Pedoman ini menawarkan sudut pandang, layanan informal dan kekerasan dalam situasi
sumber daya dan pedoman untuk memperkuat darurat berada di luar ruang lingkup dokumen ini,
kapasitas negara-negara anggota ASEAN tapi informasi tentang sistem manajemen data
dalam mengumpulkan dan menggunakan data yang dirancang untuk situasi darurat dibahas
administrasi, data prevalensi dan data biaya dalam pedoman ini.
secara sistematis. Pedoman ini juga menjelaskan
perbedaan tujuan, kekuatan dan batasan dari Pedoman Data KTPAP ASEAN akan lebih
ketiga jenis data. Pedoman ini menekankan bermanfaat jika direview dan diperbarui dalam
pertimbangan etis dan keamanan seputar lima tahun.
pengumpulan data KTPAP, termasuk masalah
keamanan dan pembagian data.
Pedoman ini mengeksplorasi data administrasi,
prevalensi, dan biaya karena jenis data ini

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 29
1.4 Penggunaan Pedoman Data
KTPAP ASEAN

Siapa yang menggunakan Pedoman Data KTPAP


ASEAN? Pedoman sukarela ini dapat digunakan
oleh pengelola dan analis data lembaga-lembaga
statistik, kementerian atau organisasi yang
menyediakan layanan dan akses pada keadilan
bagi perempuan dan anak perempuan yang
mengalami kekerasan.
Pedoman ini juga dapat digunakan oleh mereka
yang bertanggung jawab membuat keputusan
tentang alokasi anggaran dan meningkatkan
layanan penting bagi perempuan dan anak
perempuan yang mengalami kekerasan.

1. ASEAN, Declaration on the Elimination of Violence Against Women in the ASEAN Region (2004).
2. ASEAN, Declaration on the Elimination of Violence against Women and the Elimination of Violence against Children (2013).
3. ASEAN, ASEAN Regional Plan of Action on the Elimination of Violence against Women (2015).
4. UN General Assembly, Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) (1979).
5. The Fourth World Conference on Women, Beijing Declaration and Platform for Action (1995).
6. UN Economic and Social Council, Report of the Friends of the Chair of the United Nations Statistical Commission on Indicators on Violence
against Women (2011).
7. UN General Assembly, Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development, A/RES/70/1 (2015)
8. Parliamentary Assembly of the Council of Europe, Systematic collection of data on violence against women (Committee on Equality and
Non-Discrimination, (2016).
9. United Nations Population Fund (UNFPA), The Role of Data in Addressing Violence against Women and Girls (2013).

30 | Ikhtisar Pedoman Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
BAB 2

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


DAN ANAK PEREMPUAN DI NEGARA-
NEGARA ANGGOTA ASEAN

Foto: UN Women/Norman Gorecho

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 31
POIN UTAMA

• KTPAP merupakan pelanggaran hak • KTPAP menimbulkan biaya ekonomi luar


asasi manusia yang meluas dan menjadi biasa yang berdampak pada individu, rumah
wabah bagi kesehatan masyarakat global. tangga, komunitas, usaha, dan masyarakat
Karena prevalensi dan dampak serius yang pada umumnya. Dampak KTPAP meliputi
diakibatkannya, kekerasan menjadi salah satu hilangnya produktivitas, biaya untuk polisi dan
isu besar yang perlu segera ditangani. lembaga peradilan dan perawatan kesehatan,
perlindungan sosial, kesejahteraan dan sistem
• Secara global, data WHO menyebutkan pendidikan.
35 persen perempuan pernah mengalami
kekerasan fisik dan/atau seksual dalam • Agenda 2030 untuk Pembangunan
kehidupan mereka. Berkelanjutan mengakui KTPAP sebagai
hambatan utama bagi pembangunan sosial
• Menurut data di negara-negara anggota dan ekonomi; oleh karena itu, untuk pertama
ASEAN, proporsi perempuan yang mengalami kalinya, KTPAP dibahas dalam SDG 5: Mencapai
kekerasan fisik dan/atau seksual semasa kesetaraan gender dan memberdayakan semua
hidupnya dari pasangan intim mereka berkisar perempuan dan anak perempuan. KTPAP juga
antara 6 persen di Singapura hingga 34 persen menghambat pencapaian SDG.
di Vietnam dan 44 persen di Thailand.

• Pengumpulan data untuk berbagai bentuk dan


jenis KTPAP sangat penting dilakukan.

• KTPAP berakar kuat pada ketidaksetaraan


gender, diskriminasi, serta norma, praktik, dan
perilaku sosial budaya yang merugikan.

2.1 Masalah global kekerasan


terhadap perempuan dan anak 1993 tentang Penghapusan Kekerasan terhadap
perempuan Perempuan1 mendefinisikan KTP sebagai “setiap
tindak kekerasan berbasis gender yang berakibat,
KTPAP adalah pelanggaran berat hak asasi atau mungkin berakibat pada kesengasaraan
manusia, yang berupa kekerasan fisik, seksual, atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual
psikologis dan ekonomi, dan terjadi di ruang atau psikologis , termasuk ancaman-ancaman
publik dan privat. terhadap tindakan semacam itu, pemaksaan
atau perampasan kebebasan secara sewenang-
Sebagaimana diakui dalam RAR ASEAN tentang wenang, baik yang terjadi di depan umum
KTP, Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun maupun dalam kehidupan pribadi.”

32 | Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di negara-negara anggota asean


RAR ASEAN tentang KTP mengakui bahwa kekerasan terhadap perempuan meliputi
tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:

Kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi yang terjadi dalam keluarga seperti
menolak memberikan pasangan kontrol atas sumber daya dasar, pemukulan, pelecehan
seksual terhadap anak-anak perempuan dalam rumah tangga, perkosaan dalam
perkawinan, kekerasan yang berkaitan dengan mahar, pengrusakan alat kelamin perempuan
dan praktik-praktik tradisional lainnya yang berbahaya bagi perempuan, kekerasan di luar
hubungan suami isteri dan kekerasan yang terkait dengan eksploitasi;

Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam masyarakat umum, seperti
pemerkosaan, penyalahgunaan seksual, pelecehan seksual dan intimidasi di tempat kerja, di
lembaga pendidikan dan di tempat lain, perdagangan perempuan dan prostitusi paksa;

Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan (atau dilanggengkan) oleh negara
dan/atau entitas non-negara, di manapun terjadinya. (UNICEF, 2000 dan Beijing Platform for
Action, 1995).

Kekerasan fisik adalah penggunaan kekuatan fisik yang disengaja yang berpotensi mengakibatkan kematian, kecacatan, cedera,
atau bahaya. Kekerasan fisik termasuk, tetapi tidak terbatas pada, menyakar; mendorong; menyikut; melempar; mencengkram;
menggigit; mencekik; mengguncang; menampar; meninju; membakar; menggunakan senjata; dan menggunakan pengikat atau
menggunakan berat dan kekuatan tubuh untuk menyerang orang lain.

Kekerasan seksual adalah setiap tindakan seksual yang berupaya untuk memperoleh tindakan seksual, atau tindakan lain yang
ditujukan kepada seksualitas seseorang dengan menggunakan paksaan, dilakukan oleh siapa pun terlepas dari hubungannya
dengan korban, dan dalam situasi apapun. Termasuk pemerkosaan, yang didefinisikan sebagai penetrasi paksa secara fisik ke
dalam vagina atau anus dengan penis, bagian tubuh lain atau benda.

Pelecehan psikologis meliputi perilaku yang dimaksudkan untuk mengintimidasi dan menganiaya, yang berbentuk ancaman,
pengabaian atau pelecehan, penahanan di dalam rumah, pengawasan, ancaman untuk mengambil hak asuh anak, penghancuran
benda, pengasingan, agresi verbal dan penghinaan yang terus menerus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan ekonomi sebagai bentuk kekerasan kolektif, yang dilakukan oleh
kelompok yang lebih besar terhadap individu. Pelecehan ekonomi termasuk tindakan seperti penolakan memberikan dana,
penolakan untuk berkontribusi secara finansial, penolakan memberikan makanan dan kebutuhan dasar, dan mengendalikan akses
ke perawatan kesehatan, pekerjaan, dll.

RAR ASEAN tentang KTP mengakui bentuk-bentuk Bentuk-bentuk kekerasan khusus lainnya yang
lain dari KTP yang meliputi pernikahan dini dan terjadi di negara-negara anggota ASEAN termasuk
pernikahan paksa dan bentuk-bentuk praktik pembunuhan perempuan oleh pasangan intim
berbahaya lainnya yang mencakup kekerasan dengan alasan membela kehormatan (femicide),
terhadap perempuan atau berkontribusi perdagangan manusia dan kekerasan dengan
terhadap KTP. menggunakan zat asam. Perempuan dan anak
Pernikahan anak, pernikahan dini dan pernikahan perempuan yang terpinggirkan, karena identitas
paksa juga merupakan bentuk diskriminasi mereka yang tumpang tindih (intersectional
terhadap perempuan dan anak perempuan identity), memiliki risiko mengalami KTP lebih
yang berkaitan dengan tingkat kekerasan yang tinggi sebab status dan lokasi mereka di dalam
lebih tinggi yang dialami oleh perempuan dan komunitas dan masyarakat. Karena identitas
anak perempuan dalam perkawinan. Perlu yang tumpang tindih ini, perempuan dan anak
diakui terdapat bentuk-bentuk baru dari KTP perempuan lebih rentan terhadap diskriminasi
yang muncul, termasuk KTP yang timbul akibat dan kekerasan sosial dan ekonomi. Selain itu,
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi akses mereka kepada layanan pendukung serta
seperti pelecehan online, penyalahgunaan, sistem dan respon perlindungan dan peradilan
perundungan (bullying), menguntit dan terhadap KTPAP cenderung terbatas.
penyebarluasan gambar yang merendahkan.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 33
RAR ASEAN tentang KTP mengakui bahwa Data yang tersedia menunjukkan bahwa
beragam kelompok perempuan menderita kekerasan oleh pasangan intim (IPV), termasuk
berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan fisik, seksual, psikologis dan ekonomi,
ketidaksetaraan, dan membuat mereka rentan adalah salah satu bentuk KTPAP yang paling
terhadap kekerasan. Termasuk di dalamnya para meluas. Secara global, setidaknya 60 persen
penyandang disabilitas, perempuan yang hidup perempuan yang melaporkan insiden kekerasan
dengan dan terkena dampak HIV dan AIDS, fisik dan/atau seksual dalam hidup mereka
anak perempuan, perempuan yang lebih tua, mengalami abuse dari suami atau mantan suami
etnis minoritas dan/atau perempuan pribumi, atau pacar. 4 Di negara-negara di mana praktik-
perempuan yang berhadapan dengan hukum, praktik budaya mengharuskan perempuan
perempuan yang tinggal di daerah bencana meninggalkan tempat kelahiran dan keluarganya
atau yang terkena dampak konflik, perempuan untuk tinggal bersama suami dan keluarganya,
pengungsi dan terlantar, perempuan buruh perempuan mengalami keterasingan yang
migran legal dan ilegal, perempuan tanpa meningkatkan risiko terjadinya kekerasan. Dalam
kewarganegaraan, perempuan pejuang HAM/ situasi seperti itu, suami, ibu mertua dan ipar
pendukung kesetaraan gender, dan perempuan perempuan mungkin menjadi pelaku kekerasan.
yang diperdagangkan untuk kerja paksa atau Risiko kekerasan semakin besar terjadi dalam
eksploitasi seksual, dan lain-lain. sebuah keluarga di mana perempuan yang baru
menikah memiliki posisi terendah dalam keluarga
Penelitian internasional yang dilakukan selama besar. 5
dua dekade oleh United Nations Population
Fund(UNFPA), WHO dan lembaga lainnya KTPAP mencerminkan ketidakseimbangan
menunjukkan bahwa KTPAP adalah masalah kekuasaan yang ada antara laki-laki dan
serius yang terjadi di mana-mana, termasuk di perempuan di dalam masyarakat.6 Dengan kata
negara-negara Anggota ASEAN.Secara global, lain, KTPAP muncul dari dan melanggengkan
data WHO memperkirakan bahwa 35 persen ketidaksetaraan gender dan diskriminasi
perempuan mengalami kekerasan fisik dan/ atau terhadap perempuan dan anak perempuan.
seksual oleh pasangan intim atau kekerasan Secara global, KTPAP secara tegas didasarkan
seksual oleh non-pasangan selama masa pada hubungan kekuasaan yang tidak setara
hidup mereka. Lebih spesifik lagi, 30 persen antara perempuan dan laki-laki (ketidaksetaraan
perempuan yang pernah berpasangan mengalami gender) dan diperkuat oleh sikap, norma dan
kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan praktik yang diskriminatif dan bias gender
intim selama masa hidup mereka dan 7 persen
mengalami kekerasan seksual oleh non-pasangan
selama masa hidup mereka. 3

LEBIH DARI 1 Dari 3 PEREMPUAN DI


SELURUH DUNIA telah mengalami kekerasan
Banyak fisik dan / atau seksual oleh pasangan atau
perempuan kekerasan seksual oleh bukan pasangan.
& anak
perempuan
LEBIH DARI 1 DARI 5 ANAK
mengalami PEREMPUAN DI SELURUH DUNIA
kekerasan telah mengalami pelecehan seksual
di masa kecil.

34 | Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di negara-negara anggota asean


Penelitian lintas-budaya di banyak masyarakat Kotak 1: Terminologi
mengungkapkan baik laki-laki maupun
• Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
perempuan, tua dan muda, memiliki sikap
(KTPAP)i: “setiap tindak kekerasan berbasis gender yang
dan kepercayaaan yang sama pada norma- berakibat, atau mungkin berakibat pada kesengasaraan
norma sosial yang membenarkan pemukulan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau
terhadap istri. Laki-laki dan perempuan di psikologis , termasuk ancaman-ancaman terhadap
tindakan semacam itu, pemaksaan atau perampasan
banyak masyarakat percaya bahwa kekerasan kebebasan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi
oleh pasangan intim terhadap perempuan di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi.”
kadang-kadang dibenarkan, terutama untuk
• Kekerasan berbasis gender (GBV)ii : setiap tindakan
perilaku yang melanggar ekspektasi peran berbahaya yang dilakukan di luar kehendak orang lain
gender (misalnya, seorang istri membakar dan didasarkan pada perbedaan yang dibentuk secara
makanan, berdebat dengan suaminya, pergi sosial (gender) antara perempuan dan laki-laki.
keluar tanpa memberitahunya, mengabaikan
• Kekerasan oleh pasangan intimiii: Setiap perilaku
anak-anak atau menolak untuk berhubungan dalam hubungan intim yang menyebabkan gangguan
seks dengan suaminya). Ketika terjadi kekerasan fisik, psikologis atau seksual bagi mereka yang berada
oleh pasangan intim, 'dipastikan', perempuan di dalam hubungan tersebut. Contoh jenis perilaku ini
adalah tindakan kekerasan fisik, kekerasan seksual,
disalahkan atas pelecehan yang mereka alami. kekerasan emosional (psikologis) dan perilaku
Rasa malu dan stigma menyulitkan perempuan mengendalikan.
mencari bantuan dan perlindungan dari
• Kekerasan dalam rumah tanggaiii: Di banyak negara,
perlakuan kasar suami dan/atau mertuanya.
kekerasan dalam rumah tangga mengacu pada
kekerasan yang dilakukan oleh pasangan, tetapi juga
Kekerasan memiliki dampak negatif jangka dapat mencakup pelecehan terhadap anak atau orang
pendek maupun jangka panjang yang serius tua, atau pelecehan yang dilakukan oleh penghuni
rumah lainnya.
bagi perempuan dan anak perempuan, mulai
Sumber:
dari kesehatan, fisik, psikologis dan mental i. United Nations General Assembly, Declaration on the Elimination
of Violence against Women (Resolution 48/104, 1993).
dan masalah seksual dan reproduksi, yang ii. Inter-Agency Standing Committee, Guidelines for Integrating
dapat menghambat perempuan dan anak Gender-based Violence Intervention in Humanitarian Action (2015).
iii. WHO, Understanding and addressing violence against women
perempuan menyelesaikan pendidikan dan (2012)
sepenuhnya berpartisipasi dalam angkatan kerja,
perekonomian, komunitas dan masyarakat secara
luas. mengakses perawatan kesehatan, layanan
Perempuan yang mengalami kekerasan umumnya pendukung dan keadilan. Oleh karena itu, KTPAP
bekerja secara informal dan paruh waktu, dan sangat menghambat peluang kerja perempuan
cenderung mendapatkan upah lebih sedikit dan anak perempuan, termasuk kemampuan
daripada laki-laki. 7 Mereka sering kehilangan mendapatkan penghasilan dan perbaikan karir di
pendapatan dan menanggung biaya untuk tempat kerja.

INDIVIDU
Dampak
kekerasan Kehamilan yang Kondisi kesehatan
tidak diinginkan, mental
terhadap HIV/AIDS &
perempuan penyakit menular
seksual lainnya
Luka fisik, kematian
dan disabilitas
EKONOMI SOSIAL
& anak
Gangguan dalam
perempuan kehidupan Mobilitas/kebebasan
sangat besar keluarga, sosial
dan kerja
berkurang

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 35
Di masyarakat perempuan cenderung disalahkan Di antara negara-negara anggota ASEAN,
karena dianggap menyulut tindak kekerasan meskipun ada upaya untuk mengumpulkan data
dan ini menjadi stigma yang melekat pada dan bukti untuk menghapuskan KTPAP, data
perempuan. Karenanya, perempuan menjadi tentang proporsi perempuan yang mengalami
enggan berbicara tentang kekerasan yang dialami kekerasan psikologis dalam hubungan intim
dan enggan mencari bantuan dan perlindungan. masih sedikit; namun, prevalensi kekerasan
Perempuan yang mengalami pelecehan sering kali psikologis pada umumnya lebih tinggi daripada
tidak tahu harus kemana untuk mencari bantuan kekerasan fisik dalam masa hidup perempuan
dan perlindungan, terutama di masyarakat yang dan dalam 12 bulan terakhir. Di Vietnam, 54
sulit menerima perempuan yang memutuskan persen perempuan pernah mengalami kekerasan
meninggalkan suami atau pasangannya dan emosional dalam hubungan intim semasa
hidup sendiri. 8 Dalam masyarakat dengan tingkat hidupnya dan 25 persen pernah mengalami
kekerasan oleh pasangan intim tinggi, sejak kekerasan emosional dalam 12 bulan terakhir;
kecil anak perempuan belajar bahwa mereka bandingkan dengan 34 persen perempuan
harus mentolerir pelecehan dan kekerasan yang pernah mengalami kekerasan fisik semasa
melalui pengalaman pribadi dan menyaksikan hidupnya dan 9 persen dalam 12 bulan terakhir.
kekerasan yang dialami saudara perempuan, ibu
dan bibinya. Mereka juga belajar bahwa orang Penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas
lain tidak mau ikut campur atau melindungi perempuan yang mengalami kekerasan dalam
perempuan. 9 hubungan intim sering mengalami berbagai
bentuk kekerasan dan mengalami kekerasan
KTPAP masih menjadi hambatan terbesar berulang dari suami atau pasangan dan mantan
untuk menciptakan masyarakat yang aman suami atau mantan pasangan. Di Republik
dan damai di seluruh dunia. Dengan demikian, Demokratik Rakyat Laos, 15 persen perempuan,
menghapuskan KTPAP adalah salah satu area semasa hidupnya, mengalami kekerasan
prioritas global bagi Pemerintah, LSM, CSO, UN fisik dan/atau seksual, sedangkan 30 persen
Women dan sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa mengalami setidaknya satu dari tiga jenis
kekerasan: emosional, fisik dan/atau seksual
2.2 Prevalensi kekerasan terhadap dari pasangan intim. Proporsi perempuan yang
perempuan dan anak perempuan di mengalami kekerasan fisik, seksual dan/atau
negara-negara anggota ASEAN emosional sepanjang hidup mereka sebesar 58
persen, dan 27 persen perempuan mengalami
Pada 2017, delapan negara anggota ASEAN - ketiga jenis kekerasan dalam 12 bulan terakhir. 10
Kamboja, Indonesia, Republik Demokratik Rakyat
Laos, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Perempuan dan anak perempuan juga berisiko
Vietnam - menyelesaikan survei prevalensi KTPAP mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual
(lihat Lampiran A untuk ringkasan temuan dari oleh bukan pasangan. Hanya beberapa negara
masing-masing survei). Menurut data di negara- di ASEAN yang memiliki data tentang kekerasan
negara anggota ASEAN, proporsi perempuan yang seksual oleh bukan pasangan. Di Vietnam, 10
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual dari persen perempuan mengalami kekerasan fisik
pasangan intim dalam 12 bulan terakhir berkisar oleh bukan pasangan dan 2 persen mengalami
antara 1 persen di Singapura dan 22 persen di kekerasan seksual oleh orang lain selain suami,
Thailand. Dalam hal pengalaman IPV selama sejak usia 15 tahun. Pelaku kekerasan fisik oleh
masa hidup perempuan, presentasinya berkisar bukan pasangan, umumnya adalah anggota
dari 6 persen di Singapura hingga 44 persen di keluarga (65 persen), sedangkan pelaku kekerasan
Thailand (lihat Tabel 1). seksual adalah orang asing dan pacar. 11

36 | Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di negara-negara anggota asean


Di Republik Demokratik Rakyat Laos, prevalensi
kekerasan fisik oleh bukan pasangan yang dialami Tabel 1. Proporsi perempuan yang
mengalami kekerasan fisik dan / atau
perempuan semasa hidupnya adalah 5 persen kekerasan seksual oleh pasangan intim
dan prevalensi kekerasan seksual adalah 1 persen. dalam hidup mereka dan 12 bulan terakhir,
Pelaku kekerasan fisik yang bukan pasangan 2003-2017 (data terkini)
biasanya adalah anggota keluarga perempuan (35
persen), khususnya ibu atau ibu tiri (27 persen)
Seumur 12 bulan
serta teman dan kenalan perempuan (20 persen). Negara
hidup terakhir
Pelaku kekerasan seksual yang bukan pasangan
termasuk anggota keluarga laki-laki (24 persen) Kambojai 20,0% 7,7%
dan laki-laki lainnya (24 persen).12 Di Indonesia,
prevalensi kekerasan fisik dan/atau seksual Indonesia ii 18,3% 4,9%
selama masa hidup perempuan adalah 24 persen
dilakukan oleh bukan pasangan dan 18 persen Republik
oleh pasangan. 13 Demokratik 15,3% 6,0%
Rakyat Laos i
Pengalaman anak-anak perempuan dengan
Myanmar 17,3% 11,0%
kekerasan seksual sebelum usia 18 tahun juga
merupakan masalah serius. Menurut UNICEF, di Filipina 16,9% 7,1%
seluruh dunia, sekitar 15 juta remaja perempuan
berusia 15 hingga 19 tahun telah mengalami Thailand
44,0% 22,0%
seks paksa dalam hidup mereka. 14 Di Vietnam, 3 (di dua provinsi) i
persen perempuan mengalami pelecehan seksual
sebelum usia 15 tahun dan pelaku paling sering Singapura iii 6,1% 0,9%
orang asing, tetapi beberapa dari mereka adalah
Vietnam i 34,4% 9,0%
anggota keluarga. 15 Di seluruh dunia, menurut
laporan UNFPA, diperkirakan 50 persen kekerasan
seksual dilakukan terhadap anak-anak di bawah Sumber:

usia 15 tahun. 16 Perempuan yang mengalami i. UNFPA/kNOwVAWdata, Violence Against Women - Regional
Snapshot (2017). Available from http://asiapacific.unfpa. org/en/
kekerasan seksual di masa kanak-kanak sering publications/violence-against-women-regional- snapshot-2017
mengalami beberapa contoh kekerasan fisik dan ii. Indonesian National Women’s Life Experience Survey: Study on
Violence Against Women and Girls, 2016
seksual dalam hidup mereka, dan oleh banyak1718 iii. International Violence Against Women Survey, 2009.

Penelitian juga menemukan bahwa anak


perempuan yang mengalami kekerasan seksual
di masa kanak-kanak dan remaja berisiko tinggi
mengalami kekerasan seksual di masa dewasa. 19

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 37
Kekerasan oleh pasangan intim fisik dan / atau seksual seumur hidup di
Negara Anggota ASEAN

Laos
15,3 %

Vietnam
34,3 %

Filipina
Myanmar
16,9 %
17,3 %

Thailand
44 % Kamboja
20,9 %
Brunei
Tidak terdata

Malaysia
Tidak terdata

Singapura
6,1 %

Indonesia
6,1 %

Perempuan dan anak perempuan yang terbunuh (47 persen) dilakukan oleh anggota
mengalami kekerasan seringkali menderita luka keluarga atau pasangan intim, dibandingkan
yang berhubungan dengan kekerasan. Persentasi jumlah laki-laki (6 persen) yang terbunuh. 20
perempuan yang mengalami kekerasan oleh Pembunuhan perempuan dan anak perempuan
pasangan intim (IPV) dan cedera fisik berat yang berkaitan dengan gender merupakan
mencapai 48 persen perempuan di Kamboja dan bentuk dan dampak KTPAP. Pembunuhan ini
43 persen di Republik Demokratik Rakyat Laos. mengacu pada pembunuhan perempuan dan
Di Republik Demokrasi Rakyat Laos, 21 persen anak perempuan karena jenis kelamin mereka
perempuan mengalami cedera dua hingga lima perempuan, yang terjadi di tempat umum atau
kali, dan 20 persen mengalami cedera lebih privat. 21 Pada 2012, laporan dari Pelapor Khusus
dari lima kali. Di Filipina, sebanyak 65 persen PBB untuk KTP, penyebab dan dampaknya, 22
perempuan yang mengalami IPV menderita mengidentifikasi bentuk-bentuk pembunuhan
cedera fisik dan/atau psikologis. aktif atau langsung dari pembunuhan
yang berkaitan dengan gender, termasuk
Pada tahun 2012, UNODC mengungkapkan pembunuhan sebagai akibat dari pembunuhan
kekerasan oleh pasangan intim atau kekerasan oleh pasangan intim, pembunuhan yang terkait
yang berhubungan dengan keluarga adalah sihir atau tenung, pembunuhan demi membela
penyebab utama pembunuhan perempuan, kehormatan (honor killing), pembunuhan dalam
dengan hampir separuh perempuan yang konflik bersenjata, pembunuhan terkait mahar,

38 | Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di negara-negara anggota asean


identitas gender, pembunuhan terkait orientasi negara, Agenda 2030 adalah komitmen untuk
seksual dan pembunuhan terkait identitas suku tidak meninggalkan siapa pun di belakang. (lihat
asli dan etnik. Pembunuhan semacam ini terjadi Kotak 3).
di Asia dan Pasifik (lihat Kotak 2). Pelapor Khusus
telah mengusulkan pembentukan badan yang Kekerasan terhadap perempuan berdampak
mengawasi pembunuhan perempuan terkait pada pembangunan ekonomi dan pembangunan
gender (femicide) dan mempublikasikan setiap manusia di masyarakat. KTPAP menimbulkan
tahunnya jumlah pembunuhan dalam kategori biaya ekonomi luar biasa yang mempengaruhi
‘femicide oleh keluarga atau pasangan intim dan individu, rumah tangga, komunitas, organisasi,
bentuk femicide lainnya ’. 23 usaha, dan masyarakat. KTPAP juga menimbukan
biaya yang sangat tinggi untuk jasa polisi,
Kotak 2. Pembunuhan perempuan dan anak lembaga peradilan dan perawatan kesehatan,
perempuan yang terkait gender di sembilan perlindungan sosial/kesejahteraan dan sistem
negara di Asia
pendidikan.
• Pembunuhan oleh pasangan intim atau yang terkait
dengan keluarga mencapai 20,5 persen dari semua Menghapuskan KTPAP sangat relevan untuk
kasus pembunuhan. mewujudkan SDG 5, tetapi KTPAP mempengaruhi
• 55 persen pembunuhan terhadap perempuan dilakukan
oleh pasangan intim atau anggota keluarga mereka, hampir semua SDG dan merupakan penghalang
dibandingkan dengan 6 persen pembunuhan terhadap bagi realisasinya. KTPAP merongrong upaya
laki-laki. negara-negara untuk mengurangi dan
• Diperkirakan 19.700 perempuan meninggal pada 2012
dalam upaya pembunuhan oleh pasangan intim atau
memberantas kemiskinan dan merupakan
anggota keluarga. penghambat bagi pencapaian Agenda
2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Sumber: UNODC, Global Study on Homicide 2013- Trends, Context,
and Data (2014). Tersedia di https: // www.unodc.org/gsh/ Mengingat meluasnya kasus KTPAP, Agenda
Catatan: Data dari tahun 2012 atau tahun terakhir. 2030 mengakui KTPAP sebagai hambatan
utama bagi pembangunan sosial dan ekonomi.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
2.3. Kekerasan terhadap perempuan memutuskan untuk memerangi semua bentuk
dan anak perempuan dan Agenda KTPAP dan menerapkan CEDAW. Untuk pertama
2030 untuk Pembangunan kalinya, KTPAP dibahas dalam SDG 5: Mencapai
Berkelanjutan kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan.
Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan
adalah komitmen bagi semua negara dan Menghapuskan kekerasan terhadap perempuan
pemangku kepentingan untuk mengambil arah dan anak perempuan dipandang sebagai salah
baru menuju pembangunan berkelanjutan satu bidang kebijakan transformatif utama untuk
melalui tindakan universal yang lebih kuat, kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan
kemitraan baru, pendanaan yang memadai dan perempuan dan anak perempuan di Asia dan
pendekatan terpadu untuk pencapaian semua kawasan Pasifik. Hal ini menunjukkan adanya
tujuan. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sinergi dan integrasi yang kuat dari tujuan-tujuan
(SDGs) membahas kesetaraan gender sebagai dalam SDG, dan potensial dijadikan katalisator
prioritas utama melalui SDG 5 yang berdiri sendiri maupun perubahan dalam SDG kehidupan
dan mengarusutamakan kesetaraan gender perempuan dan anak perempuan, berdasarkan
di seluruh SDG. SDG tidak dapat sepenuhnya Gender Equality and the Sustainable Development
dicapai tanpa mempertimbangkan kesetaraan Goals in Asia and the Pacific: Baseline and
gender. Dengan mengakui berbagai dimensi Pathways for Transformative Change by 2030
ketidaksetaraan di dalam dan di antara negara- sebuah penerbitan regional yang dikembangkan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 39
bersama Bank Pembangunan Asia (ADB) dan tindakan untuk mencapai komitmen kesetaraan
UN Women (yang akan diterbitkan pada 2018). gender di kawasan Asia dan Pasifik. Penerbitan
Publikasi ini menyediakan data dasar untuk ini juga memberikan penilaian pertama untuk
memantau kemajuan kesetaraan gender sesuai Asia dan Pasifik tentang bagaimana Agenda 2030
indikator SDG, termasuk indikator yang terkait harus dicapai melalui kesetaraan gender dan
dengan KTPAP, dan mengidentifikasi prioritas pemberdayaan perempuan dan anak perempuan.

Kotak 3
2030 Agenda untuk pembangunan berkelanjutan - No one left behind (tidak ada yang
tertinggal)!

Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan juga berkomitmen untuk tidak meninggalkan siapa pun,
yang berarti memprioritaskan martabat manusia dan mengedepankan kemajuan masyarakat paling marjinal ,
dengan perempuan dan anak perempuan berada di urutan teratas. Hal ini juga memperkuat kebutuhan untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab struktural ketidaksetaraan dan marginalisasi yang mempengaruhi
perempuan dan anak perempuan. Peningkatan risiko kekerasan adalah salah satu dampak identitas persilangan
perempuan dan anak perempuan, termasuk usia, ras, etnis, kemiskinan, kelas, orientasi seksual, identitas gender,
kecacatan, agama, kebangsaan, dan faktor lainnya.

Tidak meninggalkan siapa pun di belakang (Leaving no one behinds) mewajibkan Negara Anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk menilai penanganan oleh penyedia layanan, polisi dan pejabat peradilan untuk perempuan
dan anak perempuan yang telah mengalami kekerasan. Identitas interseksional beberapa perempuan membuat
mereka semakin rentan terhadap kekerasan dan kurang mampu mengakses keadilan dan layanan.

Identitas interseksional beberapa perempuan membuat mereka semakin rentan terhadap kekerasan dan kurang
mampu mengakses keadilan dan layanan.

1. UN General Assembly, Declaration on the Elimination of Violence against Women (Resolution 48/104, 1993).
2. WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine and South African Medial Research Council, Global and Regional Estimates of
Violence against Women: Prevalence and Health Effects of Intimate Partner Violence and Non-Partner Sexual Violence (Geneva, 2013).
3. WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine and South African Medial Research Council, Global and Regional Estimates of
Violence against Women: Prevalence and Health Effects of Intimate Partner Violence and Non-Partner Sexual Violence (Geneva, 2013).
4. UNSD. The World’s Women 2015: Trends and Statistics, p. 150 (2015).
5. Claudia Garcia-Moreno and others, WHO Multi-Country Study on Women’s Health and Domestic Violence Against Women (Geneva, 2005);
Robin N. Haarr,“Wife Abuse in Tajikistan”, Feminist Criminology, vol. 2., No. 3 (2007).
6. UNSD, The World’s Women 2015: Trends and Statistics, p. 139 (2015). See also United Nations General Assembly, Declaration on the
Elimination of Violence against Women (Resolution 48/104, 1993).
7. UN General Assembly, Intensification of efforts to eliminate all forms of violence against women and girls: Domestic Violence (Resolution
71/170, 2016).
8. UNSD, The World’s Women 2015: Trends and Statistics, Chapter 6: Violence against Women (2015).
9. Robin N. Haarr,“Wife Abuse in Tajikistan”, Feminist Criminology, vol. 2., No. 3, p. 248 (2007).
10. Lao People’s Democratic Republic, National Commission for the Advancement of Women, Summary Report – A Study on Violence against
Women in Lao PDR: Lao National Survey on Women’s Health and Life Experiences 2014 (Vientiane, 2015).
11. UN Viet Nam, ‘Keeping silent is dying’ Results from the National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam (2010).
12. Lao People’s Democratic Republic, National Commission for the Advancement of Women, Lao National Survey on Women’s Health and Life
Experiences 2014: A study on Violence against Women (2015).
13. U(2N01F6P)A. AInvadiolanbelseiaf,ro20m16hItntpdso:n//eisniadnonNeastiiao.unnalfpWao.omrge/ns’sitLeisfe/dEexfpaeurlite/nficleesS/
upruvbey-p: Sdtfu/d20y 1o6n_VSPioHlePnNce_%ag2a8iVnAsWt W_Soumrevneya%n2d9G_Kirelsy–_FKienydFiningdsi1n_g0s.pdf (accessed
8 February 2018).
14. Retrieved on 11 February 2018 from: https://data.unicef.org/topic/child-protection/violence/sexual-violence/
15. UN Viet Nam, ‘Keeping silent is dying’ Results from the National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam (2010).
16. UNFPA, UNFPA and Young People: Imagine (New York, 2003), p. 3. Available from http://unfpa.org.br/Arquivos/unfpa_and_young_people.
pdf (accessed 8 February 2018).
17. Claudia Garcia-Moreno and others, WHO Multi-Country Study on Women’s Health and Domestic Violence against Women (Geneva, 2005).
18. WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine and South African Medial Research Council, Global and Regional Estimates of
Violence against Women: Prevalence and Health Effects of Intimate Partner Violence and Non-Partner Sexual Violence (Geneva, 2013).
19. Alessandra Guedes and others, Bridging the gaps: a global review of intersections of violence against women and violence against children,
Global Health Action (2016).
20. UNODC, Global Study on Homicide 2013 (2014), p. 53. Available from https://www.unodc.org/gsh/ (accessed 8 February 2018).
21. UNODC, Expert Group on Gender-Related Killing of Women and Girls, UNODC/CCPCJ/EG.8/2014/2 (2014).
22. UN Human Rights Council, Report of the Special Rapporteur on violence against women, its causes and consequences (A/HRC/20/16, 2012),
para. 16.
23. UN Human Rights Office of the High Commissioner, UN expert on violence against women urges worldwide adoption of Femicide Watch or
gender-related killings observatories (2017).

40 | Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di negara-negara anggota asean


BAB 3

DATA KEKERASAN TERHADAP


PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN

Foto: UN Women/Adrianus Mulya

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 41
POIN UTAMA

• Data KTPAP sangat penting untuk dapat • Di sebagian besar negara-negara anggota
mencegah dan merespon secara efektif KTPAP ASEAN, koordinasi lintas sektor, kapasitas
dengan cara menginformasikan kebijakan lembaga dan organisasi untuk berbagi dan
berbasis bukti dan perkembangan program. mengkompilasi data KTPAP masih terbatas.
Pendekatan berbeda dalam pengumpulan
• KTPAP tidak dapat ditangani tanpa data yang data dapat mengurangi aspek keterbandingan
bisa diandalkan untuk menginformasikan kumpulan data.
perencanaan, sumber daya dan penganggaran,
dan untuk mengukur dampak kebijakan dan • Ada tiga jenis utama data KTPAP - data
program untuk menghapuskan KTPAP. administrasi, data prevalensi dan data biaya
- yang biasanya dikumpulkan dan dihasilkan
• Hanya data berkualitas tinggi dan andal saja untuk mempelajari KTPAP.
yang relevan dan berguna.
• Prevalensi dan data administrasi dapat
• Budaya kebisuan dan stigma yang terkait digunakan untuk menginformasikan,
dengan KTPAP menghambat perempuan dan mengarahkan dan mendukung studi biaya
anak perempuan untuk melaporkan insiden; yang menyediakan cara untuk menentukan
dengan demikian, sebagian besar insiden dan menganalisis biaya moneter yang
KTPAP tidak dilaporkan ke layanan formal. ditimbulkan oleh KTPAP.
Kondisi ini menjadi penghalang utama untuk
mengumpulkan data tentang KTPAP. • Perlu dibuat perencanaan untuk
menyebarluaskan dan mengkomunikasikan
• Mempertimbangkan sifat KTPAP yang berisiko bukti dan statistik KTPAP dengan cara yang
tinggi, menghormati prinsip etika, keamanan, menarik ke berbagai pemangku kepentingan,
dan kerahasiaan sangat penting ketika termasuk pembuat kebijakan dan pembuat
mengumpulkan, berbagi, menyimpan, dan keputusan, kementerian, lembaga mitra
menganalisis data KTPAP untuk melindungi pembangunan, CSO, donor, outlet media dan
identitas para penyintas KTPAP dan tidak masyarakat.
menempatkan mereka pada risiko kekerasan
yang lebih tinggi.

3.1 Penggunaan data tentang sistematis, presentasi dan pelaporan, dan tentang
kekerasan terhadap perempuan dan cara menggunakan data untuk mendukung
anak perempuan pengembangan kebijakan dan program untuk
menghapuskan KTPAP. 1
Selama dekade terakhir, perhatian global telah
bergeser untuk mengumpulkan data dan KTPAP tidak dapat ditangani secara efektif dan
bukti yang lebih banyak dan lebih baik untuk efisien tanpa data yang bisa diandalkan2 data
mendukung upaya penghapusan semua bentuk tentang KTPAP merupakan titik awal untuk
KTPAP. Fokusnya adalah pada pengumpulan mengembangkan kebijakan dan program
data yang dapat digunakan untuk mendukung penghapusan KTPAP. Setelah kebijakan
pembuatan program berbasis bukti untuk dan program tersedia, data sangat penting
mencegah dan menangani KTPAP. Badan untuk melakukan lobi dan advokasi dalam
pembangunan internasional, pembuat kebijakan mengalokasikan sumber daya, implementasi yang
nasional, donor dan CSO yang fokus pada hak efektif dan untuk meningkatkan kualitas dan
asasi perempuan berupaya memahami hakikat ketersediaan layanan dasar, perlindungan dan
dan prevalensi KTPAP dan kemampuan orang keadilan bagi perempuan dan anak perempuan
yang mengalami kekerasan untuk mengakses yang telah mengalami kekerasan. Data
layanan penting, serta risiko dan faktor protektif tentang KTPAP dapat menunjukkan efektifitas
dan dampak KTPAP. Diperlukan pedoman pencegahan dan respon KTPAP.
mengenai pengumpulan dan analisis data yang

42 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Data dapat mengidentifikasi persamaan dan Data yang paling berguna dipilah berdasarkan
perbedaan pengalaman kekerasan perempuan faktor tambahan (seperti usia, ras atau etnis,
dan anak perempuan serta kemampuan mereka kuintil kekayaan, kelas, orientasi seksual,
mengakses layanan penting. identitas gender, disabilitas, agama, kebangsaan,
status migrasi dan faktor lain tergantung pada
konteksnya).

Pertemuan Kelompok Ahli PBB tentang indikator untuk mengukur kekerasan terhadap
perempuan3 merilis 12 bentuk KTPAP yang membutuhkan studi lebih lanjut dan
mengusulkan pengembangan metode pengumpulan data dan indikator untuk mengukur
bentuk-bentuk KTPAP.

• Pembunuhan perempuan oleh pasangan intim; • Femicide


• Kekerasan terkait mahar kawin; • Kejahatan yang dilakukan terhadap perempuan
• Pembunuhan anak/bayi perempuan; atas nama ‘kehormatan’;
• Eksploitasi seksual; • Perkawinan paksa;
• Ancaman kekerasan; • Kekerasan terhadap perempuan terkait krisis/
• Perdagangan manusia; konflik;
• Kekerasan ekonomi dan emosional/psikologis • Pelecehan seksual.
sebagai bagian dari kekerasan oleh pasangan
intim;

3.2 Tantangan terkait data data harus menghormati prinsip etika,


kekerasan terhadap perempuan keselamatan, dan kerahasiaan. Kemampuan
dan anak perempuan untuk mengumpulkan data yang berkualitas dan
dapat diandalkan juga membutuhkan pengumpul
Salah satu tantangan utama untuk data dan/atau pewawancara yang terlatih, dan
mengumpulkan data tentang KTPAP adalah analis data terampil yang dapat melaksanakan
budaya bisu dan stigma yang terkait dengan analisa dan interpretasi data KTPAP berdasarkan
KTPAP. Perempuan dan anak perempuan teori. Di sebagian besar negara-negara anggota
dihalangi untuk melaporkan insiden kekerasan, ASEAN, data tentang KTPAP dikumpulkan secara
sehingga jumlah kasus yang dilaporkan ke tidak merata dan tidak teratur dari semua
layanan formal (pengadilan, polisi, layanan sosial sektor, lembaga dan organisasi. Data yang
dan perawatan kesehatan) cenderung jauh lebih terkumpul seringkali kurang dikembangkan dan
rendah daripada prevalensi yang sebenarnya. dimanfaatkan untuk menginformasikan kebijakan
dan program KTPAP.
Relevansi dan kegunaan data tergantung pada
kualitas dan keandalan data. Kemampuan Kualitas dan keandalan data sangat bervariasi
negara-negara anggota ASEAN untuk mengingat definisi yang berbeda dari KTPAP
mengumpulkan data yang berkualitas dan yang diadopsi di seluruh sektor, lembaga dan
dapat diandalkan tergantung pada metode organisasi, serta inkonsistensi dalam pemilahan
pengumpulan data yang dimiliki yang selaras data KTPAP (jenis kekerasan, tingkat kekerasan,
dengan standar metodologi yang disepakati frekuensi kekerasan, lokasi kekerasan, hubungan
(menggunakan definisi KTPAP yang disepakati korban-pelaku dan karakteristik pribadi mereka).
secara internasional, survei KTPAP yang telah Definisi berbeda dari KTPAP dan inkonsistensi
teruji dan tervalidasi, pengumpulan data dan dalam memilah data KTPAP dapat mempengaruhi
formulir pendaftaran yang berkualitas) dan kompilasi dan perbandingan data KTPAP di semua
mode pengumpulan data. Metode pengumpulan sektor.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 43
Kotak 4.
Upaya untuk meningkatkan pengumpulan
data kekerasan terhadap perempuan dan anak
Di sebagian besar negara-negara anggota ASEAN,
perempuan di Indonesia.
koordinasi lintas sektor, lembaga dan organisasi
untuk mengkompilasi dan berbagi data KTPAP Di Indonesia, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
sangat kurang. Pendekatan pengumpulan data Perempuan (KOMNAS Perempuan) adalah lembaga
yang tidak konsisten dapat menyulitkan kompilasi independen yang didirikan berdasarkan Keputusan
data dan identifikasi pola. Karena keterbatasan Presiden untuk mempromosikan dan memantau hak
ini, lembaga pemerintah dan CSO telah berusaha asasi manusia perempuan dan KTPAP di Indonesia. Setiap
meningkatkan pengumpulan data terkait dengan tahun, komisi ini mengirimkan survei standar ke sekitar
KTPAP (lihat Kotak 4). Salah satu tantangan 700 hingga 1.000 lembaga pemerintah dan CSO nasional
terbesar adalah terbatasnya kapasitas nasional yang menyediakan layanan penting bagi perempuan dan
anak perempuan yang mengalami kekerasan. Komisi ini
dan regional untuk pengumpulan, penyimpanan,
mengumpulkan ringkasan data administrasi dari setidaknya
analisis, pembagian, dan penggunaan data
30 persen dari 700 hingga 1.000 lembaga pemerintah
(lihat Diagram 1). Pedoman data KTPAP ASEAN
dan CSO, menganalisis data survei menggunakan sistem
berupaya menyasar tantangan-tantangan itu.
berbasis komputer dan membuat laporan tahunan tentang
pelaporan KTPAP dan penyediaan layanan di Indonesia.
3.3 Jenis-jenis data kekerasan
terhadap perempuan dan anak
perempuan

Tiga jenis data utama - data administrasi, Tetapi, secara umum studi prevalensi KTPAP
data prevalensi dan data biaya umumnya mengumpulkan data dari sampel representatif
digunakan untuk memberikan sudut pandang populasi (nasional atau subnasional) sehingga
terhadap KTPAP. Jenis data ini dapat digunakan hasilnya dapat mewakili prevalensi kekerasan
untuk menginformasikan, mengarahkan dan yang sebenarnya terjadi dalam populasi tersebut.
mendukung studi biaya yang memperlihatkan Studi prevalensi memberikan informasi yang
biaya moneter dan dampak keuangan dari KTPAP. lebih rinci mengenai konteks di mana KTPAP
Masing-masing jenis data didefinisikan dalam terjadi, bagaimana KTPAP mempengaruhi
Kotak 5 dan dibahas secara lebih rinci dalam bab- perempuan dan anak perempuan dalam populasi
bab selanjutnya. umum, risiko dan faktor protektif serta perilaku
mencari bantuan. Studi prevalensi KTPAP
3.4 Hubungan antara data membantu mengembangkan baseline untuk
kekerasan terhadap perempuan dan membandingkan studi prevalensi KTPAP lainnya
anak perempuan untuk memantau perubahan dalam prevalensi
KTPAP dan faktor-faktor yang berkontribusi
Data administrasi dan data prevalensi berasal terhadap KTPAP dari waktu ke waktu.
dari sumber yang berbeda, memiliki tujuan
yang berbeda, dan merespon pertanyaan yang
berbeda. Secara keseluruhan, data administrasi
dan prevalensi meningkatkan pemahaman
tentang KTPAP. Data administrasi KTPAP dan data
prevalensi KTPAP diperlukan untuk studi biaya
KTPAP.

44 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Diagram 1. Diagram alur: pengumpulan, penyimpanan, analisa, pembagian (sharing), dan
penggunaan data

Data dapat mengungkapkan sifat dan prevalensi KTPAP di tingkat kabupaten,


provinsi dan nasional. Data merupakan input penting untuk pengambilan keputusan
Penggunaan data berbasis bukti mengenai kebijakan dan program untuk menghapus KTPAP, termasuk
pencegahan, intervensi, perlindungan, penyediaan layanan, akses pada keadilan dan
koordinasi.

Data dapat dikompilasi dari berbagai sumber dan dianalisis di tingkat antar-
lembaga. Berbagi data adalah langkah utama untuk memastikan pemahaman KTPAP
Pembagian data yang lebih komprehensif. Berbagi data dapat digunakan untuk menilai inisiatif
untuk mencegah KTPAP dan memastikan respon kordinasi multisektoral yang tepat
dan efektif bagi KTP dan penyintas.

Setelah terkumpul, data harus dianalisis. Analisa data memerlukan pemahaman


terhadap data, termasuk menganalisis frekuensi, korelasi dan hubungan antara
Analisis data variabel, pola dan tren bila memungkinkan. Data kualitatif dapat dianalisis dan
disajikan untuk melengkapi data kuantitatif, yang menawarkan pemahaman yang
lebih besar tentang KTPAP dan pengalaman para penyintas KTPAP. Analisis data
membutuhkan pemahaman tentang KTPAP dan teori KTPAP dan penyebabnya untuk
menyaring informasi yang bermanfaat. Kemudian observasi berdasarkan data dapat
dilakukan.

Karena sifat data KTPAP yang sensitif, semua data di sepanjang proses manajemen
Penyimpanan data informasi - termasuk pengumpulan, penyimpanan, analisis, dan pembagian -
harus disimpan dengan benar dengan menjamin kerahasiaan dan keamanan para
penyintas KTPAP dan mereka yang mengumpulkan data.

Proses saat data dikumpulkan atau diperoleh. Penyedia layanan, polisi dan
pejabat peradilan yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan data harus
Pengumpulan data mengutamakan kenyamanan kepada penyintas KTPAP dan menghormati prinsip
keselamatan dan kerahasiaan, termasuk dalam proses pengumpulan data. Proses
pengumpulan data yang sistematis perlu dikembangkan dan dijalankan agar
menghasilkan data KTPAP yang bermutu dan andal.

Catatan: Diagram alur ini memuat langkah-langkah umum terkait dengan pengumpulan data KTP; diagam ini bervariasi sesuai
dengan jenis datanya

Kotak 5. Jenis-jenis data kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan

Data administrasi, prevalensi dan biaya memiliki tujuan yang berbeda.

Data administrasi dikumpulkan secara rutin oleh penyedia layanan. Data berasal dari kasus KTPAP yang diidentifikasi
dan dilaporkan, terdaftar dan ditangani oleh pihak berwenang dan penyedia layanan, termasuk polisi, jaksa,
pengadilan, lembaga kesejahteraan sosial, layanan sosial, perlindungan anak, kesehatan dan pendidikan.

Data prevalensi berasal dari survei, termasuk survei demografi dan kependudukan. Data prevalensi menangkap
kejadian KTPAP untuk kelompok usia yang berbeda (termasuk di masa kanak-kanak, sebelum usia 15 tahun, dan usia
15+), faktor penentu dan faktor yang berkontribusi pada KTPAP, perilaku terhadap KTPAP, perilaku mencari bantuan,
deskripsi pelaku dan konsekuensi negatif dari KTPAP pada perempuan dan anak-anaknya.

Data pembiayaan berasal dari studi biaya. Studi biaya KTPAP menyediakan cara untuk menentukan dan menganalisis
perkiraan biaya moneter KTPAP dengan mengukur berbagai dampak KTPAP untuk individu, rumah tangga, dan
ekonomi nasional. Data biaya dapat memperkirakan dampak KTPAP serta memperkirakan biaya penyediaan layanan
penting bagi penyintas KTPAP, dengan menggunakan data prevalensi dan administrasi.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 45
Meskipun data administrasi KTPAP tidak Jumlah kasus KTPAP yang dilaporkan kepada
menangkap prevalensi KTPAP, data administrasi polisi lebih besar dari jumlah kasus yang diselidiki
KTPAP penting untuk menilai bagaimana dan oleh polisi (berdasarkan data administrasi
di mana perempuan dan anak perempuan dari polisi dan petugas pengadilan). Akhirnya,
mengakses perlindungan dan layanan serta jumlah kasus KTPAP yang dimejahijaukan lebih
bagaimana kementerian, lembaga dan penyedia sedikit dari jumlah yang diselidiki (berdasarkan
layanan merespon kebutuhan perempuan dan data administrasi jaksa dan/atau pengadilan).
anak perempuan yang mengalami kekerasan. Perbedaan antara prevalensi kekerasan yang
Data dapat menunjukkan pola dan tren dari sebenarnya dan kekerasan yang terungkap
waktu ke waktu dalam perilaku pencarian bervariasi tetapi perlu dipelajari untuk
bantuan, dan hasil dari kasus yang dilaporkan. memperkirakan besarnya biaya pencegahan,
respon dan penghapusan KTPAP, serta untuk
Studi biaya KTPAP menyediakan cara untuk perencanaan dan pengembangan kebijakan
menentukan dan menganalisis perkiraan dan program. Kotak 6 menjelaskan lebih lanjut
biaya moneter KTPAP dengan mengukur tentang berbagai tujuan data prevalensi,
dan menghitung berbagai konsekuensi administrasi dan biaya.
KTPAP terhadap individu, rumah tangga,
dan perekonomian nasional. Data biaya 3.5 Data kuantitatif dan kualitatif
dapat memperkirakan dampak KTPAP serta
memperkirakan biaya penyediaan layanan Bagian ini memperkenalkan istilah kunci terkait
penting bagi penyintas KTPAP, dengan dengan data (lihat Kotak 7) dan perbedaan antara
menggunakan data prevalensi dan administrasi. data kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya adalah
untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih
Prevalensi KTPAP dan data administrasi seringkali baik tentang sumber data yang dapat digunakan
memperlihatkan ‘efek corong’ terkait KTPAP dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
(lihat diagram 2). Kekerasan yang terungkap spesifik. Data adalah pengukuran kuantitas atau
biasanya jauh lebih sedikit daripada prevalensi pengamatan kualitas yang dikumpulkan sebagai
sebenarnya dalam suatu populasi. Dengan kata sumber informasi.
lain, prevalensi KTPAP di suatu negara jauh lebih
besar daripada jumlah perempuan dan anak Unit data adalah orang atau lembaga yang
perempuan yang mengungkapkan kekerasan menjadi objek pengumpulan data. Data
yang dialami dan mencari layanan perlindungan kuantitatif bersifat numerik dan mengukur
dan dukungan (berdasarkan data administrasi jumlah, sedangkan data kualitatif bersifat
dari penyedia layanan KTPAP). Karena itu, jumlah non-numerik dan deskriptif, yang mencakup
perempuan dan anak perempuan yang mencari kata-kata, narasi, foto, video dan rekaman audio.
layanan perlindungan dan dukungan lebih besar Baik data kuantitatif maupun kualitatif dapat
daripada jumlah kasus KTPAP yang dilaporkan dan dikumpulkan dari unit data yang sama.
dicatat oleh polisi (berdasarkan data administrasi
dari polisi).

46 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Diagram 2. Efek Corong Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan

Prevalensi KTPAP di masyarakat (data prevalensi)

Perempuan dan anak perempuan yang mengalami kekerasan dan


mengakses layanan perlindungan dan dukungan (data administrasi)

Kasus KTPAP yang dilaporkan dan dicatat oleh polisi


(data administrasi)

Kasus KTPAP yang diselidiki oleh polisi


(data administrasi)

Kasus KTPAP yang


dimejahijaukan
(data administrasi)

Sumber:
Robin N. Haarr, Endline Report of the UN Trust Fund-Supported Solomon Islands Joint Programme on Eliminating Violence against Women and
Girls – Keeping the Promise in the Solomon Islands: From Policy to Action, UN Women Multi-Country Office Pacific: Suva, Fiji (2018).

Catatan:
Diagram ini tidak dimaksudkan untuk menunjukan proporsi. Persentasi kasus KTPAP yang dilaporkan biasanya jauh lebih rendah dari prevalensi
KTPAP di suatu populasi.

Dengan menganalisa data kuantitatif dan Tabel 2. menyoroti beberapa perbedaan penting
kualitatif dapat menghasilkan pemahaman antara penelitian kuantitatif dan kualitatif serta
lebih dalam tentang sifat, prevalensi, penyebab metode pengumpulan data, terutama yang
dan konsekuensi KTPAP, serta menunjukkan berkaitan dengan maksud, tujuan penelitian,
dampak dari kebijakan dan program terkait. Data fokus, kelompok yang diteliti, variabel yang
kuantitatif dan kualitatif memiliki kelebihan dan diukur, bentuk data yang dikumpulkan, metode
keterbatasan, yang satu atau keduanya mungkin pengumpulan data, jenis analisis data dan hasil
sesuai, tergantung pada tujuannya, situasi penelitian.
pengumpulan data, dan desain atau pendekatan
dalam pengumpulan data.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 47
Kotak 6.
Perbedaan Tujuan data Kekerasan terhadap
Perempuan dan Anak Perempuan.
‘seberapa banyak (how many)’, ‘seberapa besar
(how much)’ dan/atau ’seberapa sering (how
Perbedaan antara data prevalensi KTPAP dan data
often)’. Metode pengumpulan data kuantitatif
administrasi KTPAP: Data administrasi KTPAP tidak dapat
digunakan sebagai pengganti data prevalensi KTPAP biasanya sangat terstruktur dan mencakup
karena data administrasi tidak menyediakan ukuran yang berbagai bentuk survei, seperti survei berbasis
akurat dari prevalensi KTPAP dalam suatu populasi. Data populasi, survei online, survei tatap muka, survei
administrasi tidak representatif karena sebagian besar telepon, studi longitudinal dan jajak pendapat
penyintas KTPAP tidak melaporkan kekerasan yang mereka online. Data kuantitatif tentang sifat dan
alami pada lembaga resmi atau penyedia layanan. prevalensi KTPAP dapat mencakup pertanyaan
Data prevalensi KTPAP dapat memperlihatkan proporsi tentang penyebab dan konsekuensi kekerasan,
perempuan dan anak perempuan yang mengalami sikap dan pendapat serta perilaku mencari
kekerasan, sementara data administrasi menunjukkan bantuan. Orang-orang yang termasuk dalam
jumlah pencari bantuan, penyedia layanan yang membantu
sampel survei harus dipilih dengan hati-hati
dan jumlah layanan yang dibutuhkan.
untuk memastikan mereka mewakili populasi.
Survei biasanya bergantung pada pertanyaan
Perbedaan antara data biaya KTPAP dan data prevalensi
tertutup yang menghasilkan data atau data
KTPAP: Data prevalensi KTPAP menunjukkan skala KTPAP
dalam populasi. Data biaya KTPAP memperkirakan numerik yang dapat dimasukkan ke dalam
dampak KTPAP terhadap individu, komunitas, usaha, dan kategori berkode numerik yang menghasilkan
perekonomian. data numerik yang dapat bersifat nominal atau
kategoris (misalnya, apa jenis kelamin Anda? 1
Data biaya KTPAP dan data administrasi: Data administrasi = perempuan, 2 = laki-laki), urutan ordinal atau
KTPAP menunjukkan permintaan layanan saat ini dan dapat peringkat (misalnya, 1 = sangat tidak setuju,
digunakan untuk memperkirakan biaya penyediaan layanan hingga 5 = sangat setuju; 1 = tidak pernah, hingga
KTPAP dan menginformasikan secara parsial dampak 5 = sangat sering) dan/atau data skala (misalnya,
ekonomi dari KTPAP. usia yang dicatat dalam rentang tahun). Data
kuantitatif bisa dengan mudah diubah menjadi
3.5.1 Data kuantitatif data statistik, seperti persentase dan perbedaan
rata-rata, dan mudah disajikan dalam tabel,
Data kuantitatif adalah ukuran nilai atau jumlah grafik, bagan, dan infografis.
yang dinyatakan sebagai angka (numerik).
Pengukuran kuantitatif sering difokuskan pada

Kotak 7. Istilah kunci data

Data adalah pengukuran atau pengamatan yang dikumpulkan sebagai sumber informasi.

Unit data adalah satu entitas (seperti orang atau agensi) dalam populasi yang sedang diteliti, yang menjadi objek
pengumpulan data.

Item data (variabel) adalah karakteristik (atau atribut) dari unit data yang diukur atau dihitung, seperti jenis kelamin (laki-
laki atau perempuan) dan usia.

Observasi adalah kemunculan item data spesifik yang dicatat tentang unit data. Pengamatan dapat berupa numerik
(kuantitatif) atau non-numerik (kualitatif)

Data set adalah koleksi lengkap dari keseluruhan pengamatan.

48 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Table 2. Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dan
metode pengumpulan data

Kriteria Penelitian Kualitatif Penelitian kuantitatif

Tujuan Penelitian digunakan untuk memperoleh Penelitian digunakan untuk mengukur,


pemahaman yang lebih dalam tentang menganalisa dan menginterpretasi
situasi sosial tertentu atau fenomena observasi untuk tujuan menemukan
sosial, seperti pengalaman, alasan, prevalensi, pola, hubungan di antara
sikap, pendapat, dan motivasi. Ini dapat variabel, dan klasifikasi jenis fenomena ,
membantu mengembangkan ide atau pola hubungan
hipotesis untuk penelitian kuantitatif dan
dapat digunakan untuk melengkapi data
numerik dari penelitian kuantitatif.

Objektif Jelajahi, temukan, gambarkan dan Gambarkan, jelaskan dan prediksikan


konstruksikan

Fokus Lensa sudut lebar dan memeriksa luas dan Lensa sudut sempit dan mengumpulkan
kedalaman topik informasi spesifik yang terkait dengan
suatu topik dan mungkin fokus pada
pengujian hipotesis dan teori yang terkait
dengan topik tertentu

Kelompok yang Kelompok orang yang lebih kecil dan Sampel yang lebih besar dari orang-
diteliti mereka sering dipilih berdasarkan orang yang sering dipilih secara acak atau
pengetahuan, pemahaman atau sengaja dipilih berdasarkan pengetahuan,
pengalaman mereka dengan situasi / pemahaman atau pengalaman mereka
fenomena sosial yang sedang dipelajari dengan situasi sosial / fenomena yang
sedang dipelajari

Variabel Kumpulkan informasi yang lebih luas Mempelajari variabel spesifik


terkait dengan keseluruhan situasi / menggunakan pertanyaan tertutup yang
fenomena sosial, tanpa tanggapan yang dirancang untuk mengukur variabel dan
ditentukan sebelumnya tanggapan tertentu

Bentuk-bentuk data Kata, gambar, dan benda Angka dan statistik


yang dikumpulkan

Metode pengumpulan Teknik tidak terstruktur atau semi-struktur Pengukuran yang tepat menggunakan
data dengan pertanyaan terbuka, seperti instrumen pengumpulan data terstruktur
wawancara, diskusi kelompok fokus, dan divalidasi, seringkali kuesioner dan
observasi partisipan, catatan lapangan dan survei menggunakan pertanyaan tertutup
refleksi

Jenis analisis data Interpretasi kata, gambar, dan objek Identifikasi frekuensi, prevalensi, korelasi
dengan fokus pada identifikasi tema umum atau hubungan antar variabel, dan
dan subtema, tanggapan, pola, dan fitur. penyebab dan efek

Hasil Temuan Hasil Temuan lebih dapat digeneralisasi Temuan dapat bersifat representatif dan
untuk situasi sosial atau fenomena sosial dapat digeneralisasi untuk populasi yang
yang sedang dipelajari lebih besar

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 49
Table 3. Kelebihan dan
Tabel 3 menyoroti beberapa kelebihan dan keterbatasan data kuantitatif
keterbatasan data kuantitatif. Dalam hal
kelebihan, data kuantitatif cenderung jelas dan Kekuatan Keterbatasan
spesifik, dan dapat akurat dan dapat diandalkan Jelas dan spesifik Metode pengumpulan
jika dikumpulkan dan dianalisis dengan tepat. data yang jelas dan
Juga, set data besar dapat dibuat dan dianalisis, spesifik memberi
responden opsi respons
dan dikembangkan dari waktu ke waktu ke dalam
yang ditentukan
set data longitudinal, untuk memungkinkan sebelumnya
perbandingan dari waktu ke waktu. Keterbatasan
Akurat dan andal jika Dapat memerlukan
data kuantitatif adalah bahwa pengumpulan dikumpulkan dan prosedur sampling yang
data mungkin memerlukan prosedur sampling dianalisis dengan benar kompleks terutama dalam
yang kompleks dan responden diberikan dengan survei berbasis populasi
jumlah terbatas opsi respon yang ditentukan Dapat dengan mudah Mungkin tidak secara
sebelumnya yang mungkin tidak secara akurat disajikan dalam tabel, akurat menggambarkan
bagan, dan grafik. situasi atau situasi yang
mengukur kompleksitas situasi. Data kuantitatif
kompleks yang hanya
juga memerlukan perangkat lunak analisis tersedia sedikit informasi
statistik dan keahlian untuk melakukan analisis
Dataset besar dapat Analisis data statistik
data statistik. dibuat, dianalisis membutuhkan perangkat
dan dikembangkan lunak dan keahlian khusus
dari waktu ke waktu untuk melakukan analisis
ke dalam set data data statistik
longitudinal

Tantangan
Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan tersebar di seluruh wilayah

25 - 60% 58%

Di Indonesia, laporan tentang laki- Di Vietnam, lebih dari 58% Di Laos, satu dari tiga perempuan
laki yang melakukan kekerasan fisik perempuan yang pernah menikah mengalami pelecehan fisik, seksual,
atau seksual terhadap pasangannya melaporkan telah mengalami atau emosional oleh pasangan. iii
berkisar antara 25 hingga 60%. i kekerasan fisik, seksual atau
emosional dalam hidup mereka. ii

Sumber: UN Women, The Ripple Effect - Sharing promising practices, innovations and evidence on ending violence against women and girls in
Southeast Asia (2016).

i. Partners for Prevention, Why Do Some Men Use Violence Against Women and How Can We Prevent It? Quantitative Findings from the United
Nations Multi-Country Study on Men and Violence in Asia and the Pacific., UNDP, UNFPA, UN Women and UNV. (2013), p. 29.
ii. Viet Nam and United Nations, National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam (Hanoi, 2010).
Lao People’s Democratic Republic, National Commission for the Advancement of Women, Lao National Survey on Women’s Health and Life
Experiences 2014: A study on Violence against Women (2015).

50 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan
3.5.2 Data kualitatif Data Kualitatif

Data kualitatif biasanya bersifat deskriptif atau Kelebihan Kekurangan


kontekstual (non-numerik), tetapi bisa lebih dari
Dapat memberikan Karena data dikumpulkan
sekadar ucapan atau narasi. Data kualitatif dapat pemahaman yang lebih dari populasi yang kecil,
mencakup foto, video, dan rekaman audio. Data detail dan kaya tentang data tidak mewakili
kualitatif memberikan pemahaman yang lebih pengalaman, perspektif populasi demografis yang
dan kebutuhan lebih besar.
dalam dan sudut pandang terhadap fenomena perempuan dan anak
sosial, seperti sikap, pendapat, praktik, alasan perempuan yang
dan motivasi. Data kualitatif dapat dikonversi pernah mengalami
kekerasan.
ke dalam bentuk kuantitatif. Sebagai contoh,
temuan kualitatif wawancara dapat diklasifikasi Dapat digunakan Analisis data dapat
berdasarkan tema dan hasilnya dapat dilaporkan untuk melengkapi memakan waktu dan
secara numerik. data kuantitatif mungkin memerlukan
karena data kualitatif keahlian untuk melakukan
bersifat deskriptif dan analisis data kualitatif,
Metode pengumpulan data kualitatif sangat dapat memberikan termasuk perangkat lunak
bervariasi, yang meliputi wawancara tidak kedalaman, penjelasan analisis data kualitatif
terstruktur, semi-terstruktur dan terstruktur, dan pemahaman untuk set data kualitatif
angka-angka besar
diskusi kelompok terarah, pengamatan, catatan
harian dan dokumentasi foto. Sumber informasi Pengumpulan dan
Dengan pertanyaan terbuka memungkinkan yang rinci atau kaya analisis bersifat subjektif,
lebih banyak tanggapan, sehingga responden yang dapat digunakan karenanya berpotansi
untuk memahami mengandung bias.
dapat menjawab sesuai yang mereka kehendaki pengalaman
dan dengan pilihan kata sendiri. Kelebihan dan perempuan dan anak
kekurangan data kualitatif dirangkum dalam perempuan yang
pernah mengalami
Tabel 4. kekerasan.

Kotak 8. Kutipan dari penelitian kualitatif

“Ketika kami tiba di rumah, saya tidak sempat berkata apapun, bahkan mematikan sepeda motor, namun dia datang
menghampiri dan memukul kepala saya dengan helm. Saat itu wajah saya semuanya memar dan saya tidak bisa pergi
untuk berjualan pakaian pada hari berikutnya. ”
(Perempuan dari Republik Demokratik Rakyat Laos yang pernah mengalami IPV). i

“Saya tidak meminta bantuan karena kalaupun saya meminta bantuan, tidak ada yang akan datang. Orang di sana
membenci saya, mereka menyakiti saya. Mereka membiarkan suami saya memukuli saya. Mereka tidak peduli ”

(Perempuan dari Vietnam yang pernah mengalami IPV). ii


“Kamu diperkosa karena cara kamu berpakaian; jika bukan oleh orang ini, kamu tetap akan diperkosa oleh orang
lain”(Pekerja sosial perempuan melaporkan sebuah pernyataan dari petugas polisi di Vietnam yang menangani kasus
seorang anak perempuan berusia 12 tahun yang telah diperkosa). iii

Sumber:
i. Lao People’s Democratic Republic, National Commission for the Advancement of Women, Lao National Survey
on Women’s Health and Life Experience 2014 (Vientiane, 2015).
ii. United Nations Viet Nam, ‘Keeping silent is dying’ Results from the National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam –
Summary Report (2010).
iii. UN Women, UNDP and UNODC, The Trial of Rape: Understanding the criminal justice system response to sexual violence in Thailand
and Viet Nam (2017).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 51
Data kualitatif dapat memasukkan kutipan dari nasional, seperti komisi nasional untuk KTPAP,
orang-orang yang pernah mengalami kekerasan, kelompok kerja (working group) untuk KTPAP,
sehingga menunjukkan dampak kekerasan atau keduanya, sehingga dapat diverifikasi
secara lebih kuat daripada sekedar angka. (lihat seberapa realistis data statistik tersebut dan
Kotak 8). Data kualitatif dapat membantu seberapa jauh interpretasinya. 5
menginformasikan pengembangan kebijakan dan
program untuk menghapus KTPAP dan berguna Perlu dibuat rencana untuk mengkomunikasikan
untuk memantau dan mengevaluasi intervensi statistik dan indikator KTPAP ke berbagai
yang bertujuan untuk meningkatkan layanan pemangku kepentingan, termasuk pembuat
serta persepsi ketersediaan, aksesibilitas dan kebijakan, pembuat keputusan, kementerian,
kualitas layanan untuk perempuan dan anak lembaga, mitra pembangunan, CSO, donor
perempuan yang mengalami kekerasan. 4 dan masyarakat. Selain itu juga penting untuk
melibatkan outlet media agar perhatian
Penelitian kualitatif biasanya meliputi terarah pada bukti, statistik dan indikator serta
pengumpulan data deskriptif atau kontekstual untuk memperluas jangkauan paparan dan
dari kelompok target dan sekelompok kecil persebarannya.
orang; namun, beberapa studi kualitatif ada
yang melakukan wawancara dengan ratusan Data harus disajikan dan disebarluaskan dengan
orang. Salah satu kekurangan data kualitatif cara yang menarik dan mudah digunakan. Istilah
adalah dibutuhkannya waktu lama untuk teknis perlu dihindari sebisa mungkin dan data
menganalisis, dan metode yang digunakan pun harus dipahami oleh pembuat kebijakan dan
berbeda dari metode untuk menganalisa data masyarakat umum untuk memaksimalkan
kuantitatif. Semua respon terhadap pertanyaan dampaknya, misalnya dengan memproduksi
terbuka harus dipilah dan disusun berdasarkan infografis dan memilih statistik atau kutipan yang
tema dan sub-tema. Analisa data kualitatif memiliki pesan kuat dan efektif.
juga membutuhkan pengetahuan ahli tentang
KTPAP dan deskripsi yang akurat tentang 3.7 Pedoman etis dan keamanan
tanggapan responden. Perlu kehati-hatian ketika data kekerasan terhadap
menganalisis data kualitatif untuk menghindari perempuan dan anak perempuan.
interpretasi yang kurang akurat.
Pengumpulan data KTPAP, apakah untuk data
3.6 Penyebaran data kekerasan prevalensi atau data administrasi, menimbulkan
terhadap perempuan tantangan etis dan keamanan, terutama dalam
dan anak perempuan melindungi identitas perempuan dan anak
perempuan yang mengalami kekerasan. Karena
Penyebarluasan data meliputi rilis statistik sifatnya yang berisiko tinggi, menghormati
dan bukti yang terkait dengan data prevalensi prinsip-prinsip etika keselamatan dan kerahasiaan
KTPAP, data administrasi dan studi biaya, serta sangat penting dalam mengumpulkan dan
indikator SDG melalui berbagai dokumen teknis menganalisa data KTPAP. Langkah-langkah
dan profesional serta publikasi media (media perlindungan data perlu ditetapkan untuk
outlet). Sebelum rilis resmi statistik dan indikator memastikan pengumpulan data yang etis yang
KTPAP, data harus diverifikasi untuk memastikan memegang prinsip kerahasiaan dan anonimitas
tidak ada data yang keliru. Rencana verifikasi identitas penyintas KTPAP. Dalam rangka
harus disiapkan terlebih dahulu dengan daftar memastikan keselamatan perempuan, prosedur
periksa kualitas data dan pemeriksaan konsistensi perlindungan data perlu ditetapkan dan diikuti.
internal. Proses ini melibatkan pakar materi 6 Dengan memastikan prinsip-prinsip etika dan
terkait yang berasal dari luar badan statistik kerahasiaan juga akan mendorong penyintas

52 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


KTPAP untuk melaporkan insiden kekerasan dan Kotak 9. Pendekatan berbasis hak asasi manusia - prinsip-
mencari bantuan dari layanan, sehingga prilaku prinsip PANEL
tidak melaporkan dan mengungkap insiden dapat Perlu pendekatan berbasis hak asasi manusia ketika
berkurang. berurusan dengan data kekerasan terhadap perempuan
agar hak asasi manusia diletakkan di pusat kebijakan
dan praktik. Pendekatan berbasis hak asasi manusia
Data yang dikumpulkan tanpa menghormati
fokus pada mereka yang paling terpinggirkan, dikucilkan
pertimbangan etis dan keamanan sangat atau didiskriminasi. Sebagian besar dari mereka
merugikan perempuan dan anak perempuan diantaranya adalah perempuan penyandang disabilitas,
perempuan dari masyarakat pribumi, perempuan lanjut
yang mengalami kekerasan, seperti menimbukan
usia, perempuan yang hidup dalam kemiskinan dan
stigmatisasi, pengucilan, balas dendam, pekerja seks. Pendekatan berbasis hak asasi manusia
kekerasan lanjutan, bahkan kematian.7 dapat memberdayakan orang agar mengetahui dan
Praktik pengumpulan data yang tidak aman menuntut hak-haknya. Pendekatan ini juga meningkatkan
kemampuan organisasi, lembaga dan bisnis publik untuk
juga dapat membuat penyedia layanan dan memenuhi kewajiban hak asasi manusia mereka. Prinsip-
pewawancara berisiko. Data administrasi KTPAP prinsip PANEL adalah salah satu cara untuk menjelaskan
mengandung risiko paling tinggi karena informasi pendekatan berbasis hak asasi manusia dalam praktiknya.
dan data korban biasanya dikumpulkan oleh
Partisipasi: Melibatkan orang dalam pengambilan
agen dan/atau penyedia layanan yang tidak keputusan yang mempengaruhi hak asasi manusia mereka.
cukup terlatih dan tidak sepenuhnya sadar akan Akuntabilitas: Pemantauan tentang bagaimana hak-hak
risiko. Karena itu, agen dan penyedia layanan orang terpengaruh, serta penyelesaian atas pelanggaran
hak asasi manusia.
perlu diberikan pelatihan agar dapat melakukan
pengumpulan data KTPAP dengan cara yang Non-Diskriminasi dan Kesetaraan: Larangan, pencegahan
etis dan aman, sehingga kerahasiaan dan dan penghapusan semua bentuk diskriminasi.
Memprioritaskan orang-orang yang paling rentan, seperti
perlindungan data terjamin. 8 perempuan yang terpinggirkan, yang menghadapi
hambatan terbesar untuk mewujudkan hak-hak mereka.
Praktik etis, keamanan dan kerahasiaan juga
Pemberdayaan: Setiap orang harus memahami
penting ketika merujuk perempuan dan anak
haknya dan sepenuhnya didukung untuk ikut serta
perempuan yang mengalami kekerasan ke dalam mengembangkan kebijakan dan praktik yang
berbagai sektor dan lembaga, seperti ke penyedia mempengaruhi kehidupan mereka.
layanan yang berbeda, polisi dan pegawai
Legalitas: Pendekatan dasar tentang hak hukum yang
pengadilan. Semua pengumpulan data tentang ditetapkan dalam hukum domestik dan internasional.
KTPAP harus dilakukan dengan menghormati hak
asasi manusia, keamanan dan kerahasiaan data
Sumber: Komisi Hak Asasi Manusia Skotlandia, A human rights-
(lihat Kotak 9). 9 based approach: an introduction. (2013).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 53
Ada kekhawatiran terhadap upaya pemerintah utama privasi dan kerahasiaan, pernyataan
belakangan ini yang mengembangkan sistem kesediaan (informed consent), keamanan dan
manajemen data nasional dan pengarsipan yang rujukan ke atau antar penyedia layanan bagi
mencakup data KTPAP dan menghubungkan data perempuan dan anak perempuan yang telah
tersebut ke nomor identifikasi warga. Praktik mengalami kekerasan.
semacam ini melanggar hak penyintas KTPAP
terhadap privasi dan kerahasiaan, khususnya Berikut ini adalah tiga dokumen kunci WHO yang
di negara-negara di mana akses ke sistem dan memberikan informasi dan arahan terperinci
registrasi data terbuka bagi banyak pengguna, mengenai perencanaan, implementasi, dan
sementara aturan untuk memastikan kerahasiaan diseminasi penelitian KTPAP untuk memastikan
dan perlindungan data belum memadai . tidak ada bahaya bagi responden.
Meskipun tidak ada pedoman global yang khusus Pedoman tentang cara-cara yang aman dan etis
mengenai pengumpulan data administrasi untuk mengumpulkan data tentang KTPAP juga
KTPAP, WHO memberikan rekomendasi etis dan tersedia melalui beragam pelatihan KTPAP dan
keamanan yang rinci untuk penelitian tentang pelatihan kekerasan berbasis gender (GBV) dan
kekerasan dalam rumah tangga terhadap manual manajemen kasus dari berbagai sektor
perempuan dan pengumpulan data yang etis dan (seperti kesehatan, polisi dan pengadilan). Berikut
aman tentang kekerasan seksual dalam keadaan ini beberapa contoh untuk isu kesehatan, polisi
darurat. Pedoman ini berlaku untuk pengumpulan dan pengadilan:
data administrasi KTPAP, termasuk prinsip-prinsip

WHO, Researching Violence Against WHO, Putting Women First: Ethical


Women: A Practical Guide for and Safety Recommendations for
Researchers and Activists (2005) 10 Research on Domestic Violence against
Women (2001) 11
Pedoman ini mengacu pada
pengalaman peneliti dari lebih 40 Dokumen ini memuat rekomendasi
negara dan menyajikan metode untuk yang dikembangkan WHO mengenai
melakukan survei dan penelitian masalah etika dan keamanan yang
kualitatif tentang KTPAP dalam situasi berkaitan dengan perencanaan dan
sumber daya rendah. pelaksanaan penelitian kekerasan
Pedoman ini mencakup keseluruhan dalam rumah tangga. Dokumen
aspek proses penelitian, desain studi ini dirancang untuk digunakan
hingga pelatihan pekerja lapangan. siapa pun yang ingin melakukan
Pedoman ini juga menjelaskan penelitian tentang kekerasan dalam
cara menggunakan temuan untuk rumah tangga terhadap perempuan
memengaruhi pembuat keputusan. (termasuk para penyelidik,
Yang paling penting, pedoman koordinator proyek, dan pihak lain
ini menyajikan arahan yang jelas yang menjalankan penelitian), serta
untuk meningkatkan keselamatan mereka yang menginisiasi atau
perempuan yang berpartisipasi dalam meninjau penelitian (seperti donor,
penelitian. komite etis penelitian, dll).

WHO, Responding to intimate partner


violence and sexual violence against
women – WHO clinical and policy
guidelines 12

Pedoman ini bertujuan memberikan


tuntunan berbasis bukti kepada
penyedia layanan kesehatan
tentang respon yang tepat untuk
kekerasan oleh pasangan intim (IPV)
dan kekerasan seksual terhadap
perempuan, termasuk pengumpulan
data yang sensitif.

54 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


UNDOC, Handbook on effective police UNDOC, Handbook on effective
responses to violence against women prosecution responses to violence
(2010) 13 dirancang untuk pemberi against women and girls (2014) ,14
respon pertama seperti polisi. memberikan pedoman untuk jaksa
Buku saku ini meliputi pedoman dalam mewawancarai korban kasus
untuk mengumpulkan data untuk KTPAP.
kasus-kasus KTP bagi polisi untuk
menghormati prinsip-prinsip privasi
dan kerahasiaan.

Kotak 10. Pendekatan yang berpusat pada perempuan - Dukungan Lapis Pertama

Pendekatan yang berpusat pada perempuan meliputi rancangan dan pengembangan program yang
memprioritaskan hak dan kebutuhan penyintas. Pendekatan ini bertujuan menciptakan lingkungan yang
mendukung penghormatan pada hak-hak para penyintas dan perlakuan yang bermartarbat dan penuh hormat
terhadap mereka.

Penyedia layanan memiliki peran untuk memberikan dukungan awal (first-line support) untuk merespon baik
kebutuhan emosional maupun praktis. Dukungan ini terangkum dalam 5 huruf: LIVES.

LISTEN Dengarkan perempuan dengan penuh empati dan tanpa menilai atau menghakimi.
INQUIRE ABOUT NEEDS and CONCERNS Analisa dan respon berbagai kebutuhan dan kekhawatirannya—
baik itu emosional, fisik, sosial, dan praktis (misalnya, penitipan anak).

VALIDATE Tunjukkan padanya bahwa anda memahami dan memercayainya. Yakinkan ia tidak salah.
ENHANCE SAFETY Diskusikan rencana untuk melindungi dirinya dari bahaya lebih lanjut jika kekerasan
terjadi lagi.

SUPPORT Dukung ia dengan membantunya terhubung ke informasi, layanan dan dukungan sosial.
Sumber: WHO, Health care for women subjected to intimate partner violence or sexual violence- a clinical handbook (2014).

1. UNFPA (2013). Role of Data in Addressing Violence Against Women and Girls, p. 2.
2. Parliamentary Assembly of the Council of Europe, Systematic collection of data on violence against women (Committee on Equality and
Non-Discrimination, (2016).
3. United Nations, Expert Group Meeting on Indicators to measure violence against women (2007).
4. UN Women, Conducting research, data collection and analysis (n.d.). Available from http://www.endvawnow.org/en/articles/322- conducting-
research-data-collection-and-analysis-.html (accessed 8 February 2018).
5. WHO, WHO Ethical and safety recommendations for researching, documenting and monitoring sexual violence in emergencies (2007).
6. WHO, Putting Women First: Ethical and Safety Recommendations for Research on Domestic Violence Against Women (2001).
7. WHO, WHO Ethical and safety recommendations for researching, documenting and monitoring sexual violence in emergencies (2007).
8. Ibid.
9. UNFPA, Measuring Prevalence of Violence Against Women: Survey Methodologies, kNOwVAWdata (2016).
10. WHO, Researching Violence Against Women: A Practical Guide for Researchers and Activists (2005).
11. WHO, Putting Women First: Ethical and Safety Recommendations for Research on Domestic Violence Against Women (2001).
12. WHO, Responding to intimate partner violence and sexual violence against women - WHO clinical and policy guidelines (2013).
13. UNDOC, Handbook on Effective police responses to violence against women (2010).
14. UNODC, Handbook on effective prosecution responses to violence against women and girls (2014).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 55
56 | Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan
BAB 4

DATA PREVALENSI KEKERASAN


TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
PEREMPUAN

Foto: UN Women/Niels den Hollander

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 57
POIN UTAMA

• Survei berbasis populasi merupakan satu- • Studi prevalensi KTPAP membantu


satunya cara untuk mendapatkan data, mengembangkan baseline yang dapat
statistik dan bukti yang dapat diandalkan digunakan untuk membandingkan studi
dan komprehensif yang merepresentasikan prevalensi lainnya dalam rangka memantau
besarnya suatu masalah dalam populasi perubahan prevalensi KTPAP, faktor yang
umum. berkontribusi pada KTPAP dan perilaku mencari
bantuan dari penyintas KTPAP.
• WHO, UNFPA dan UNSD telah
mengembangkan seperangkat alat yang • Studi prevalensi KTPAP juga dapat membantu
memberikan pedoman untuk membekali meningkatkan kesadaran tentang besarnya
Pemerintah dan badan statistik nasional untuk dampak kekerasan dan menjadi alat advokasi
melakukan studi prevalensi KTPAP berbasis yang kuat.
populasi, mengumpulkan dan menyusun data
dan menganalisa indikator tentang KTPAP. • Tantangan studi prevalensi KTPAP adalah biaya
yang mahal dan pelaksanaannya memerlukan
• Jenis-jenis KTPAP yang biasanya diteliti dalam investasi besar dalam sumber daya keuangan,
studi prevalensi KTPAP meliputi kekerasan fisik, teknis dan manusia, peralatan dan pelatihan.
seksual, psikologis, dan ekonomi.
• Delapan negara anggota ASEAN telah • Mengingat sifat KTPAP yang sensitif, studi
menyelesaikan studi prevalensi KTPAP. prevalensi perlu memasukkan standar
etika dan keamanan serta pelatihan untuk
pewawancara.

4.1 Data prevalensi kekerasan untuk merepresentasikan data prevalensi


terhadap perempuan dan anak nasional. Hanya survei dengan perwakilan sampel
perempuan dari seluruh populasi yang dapat memberikan
data prevalensi nasional. Data prevalensi juga
Mengingat sudah ada pedoman langkah demi dapat memberikan data tentang konteks di
langkah dan teruji tentang survei prevalensi yang mana KTPAP terjadi, dampak negatif KTPAP pada
kuat dan sebanding, bab ini mengurai singkat kesehatan dan kesejahteraan perempuan, dan
isu-isu utama dan mengacu pada pedoman yang perilaku perempuan dalam mencari bantuan. 1
diakui secara internasional.
Tingkat prevalensi KTPAP seumur hidup dan saat
Survei merupakan satu-satunya cara untuk ini (dalam 12 bulan terakhir) dapat membantu
mengumpulkan data tentang prevalensi KTPAP di pengambil keputusan dan pembuat kebijakan
negara atau wilayah yang dipilih. Data prevalensi memahami dampak dari inisiatif untuk
KTPAP dihasilkan dari survei berbasis populasi menghapuskan KTPAP. Jika tingkat prevalensi saat
yang mengumpulkan data dari sampel populasi ini jauh lebih rendah daripada tingkat prevalensi
yang besar dan representatif dari suatu wilayah seumur hidup, berarti menunjukkan dampak
yang ditentukan (nasional atau subnasional). positif inisiatif ini (misalnya, di Vietnam, 9 persen
Dengan mensurvei sampel yang representatif, perempuan mengalami IPV dalam 12 bulan
hasilnya memberikan perkiraan yang akurat dari terakhir dan 34 persen mengalami IPV selama
prevalensi KTPAP yang sebenarnya di seluruh masa hidup mereka); sementara, jika tingkat
populasi wilayah yang ditargetkan. Survei yang prevalensi saat ini tetap tinggi dalam kaitannya
dilakukan di tingkat sub nasional atau situasi dengan tingkat prevalensi seumur hidup, berarti
khusus hanya akan mewakili populasi dari situasi menunjukkan perlunya kebijakan dan inisiatif
spesifik tersebut dan tidak dapat digunakan yang lebih efektif (lihat Kotak 11).

58 | Data Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Kotak 11. Data prevalensi kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan

Data prevalensi KTPAP merujuk pada proporsi perempuan Survei berbasis kependudukan dapat meliputi
dan anak perempuan yang mengalami kekerasan
sebagai bagian dari total populasi perempuan dan anak survei khusus, yang fokus pada KTPAP, atau
perempuan. Perkiraan prevalensi IPV biasanya disajikan survei pada isu-isu yang lebih luas (seperti
sebagai persentase perempuan yang pernah berpasangan survei kesehatan, survei korban kejahatan)
yang mengalami kekerasan, di antara semua perempuan
yang mengintegrasikan modul spesifik atau
yang pernah berpasangan dalam kelompok usia yang sama.
pertanyaan terkait KTPAP. Untuk mendukung
Prevalensi KTPAP biasanya diukur untuk dua periode waktu dan memperkuat kapasitas regional dan
yang berbeda: nasional yang berkelanjutan dalam mengukur
• Kekerasan saat ini adalah kekerasan yang dialami KTPAP, UNFPA mengembangkan dokumen
selama 12 bulan terakhir.Tingkat kekerasan saat ini rinci melalui inisiatif kNOwVAWdata tentang
menunjukkan seberapa banyak perempuan yang saat keuntungan dan kerugian survei khusus
ini hidup dengan kekerasan. Data ini memberikan
informasi berguna untuk perencanaan layanan karena
versus modul dalam survei yang lebih besar.2
menunjukkan jumlah perempuan yang mungkin perlu kNOwVAWdata menyediakan dukungan teknis
mengakses layanan. dan pengembangan kapasitas pada survei dan
analisis KTPAP di kawasan Asia-Pasifik. Inisiatif
• Kekerasan masa hidup adalah kekerasan yang dialami
seseorang kapanpun dalam kehidupannya sejak usia 15 ini memperkuat kapasitas institusi nasional
tahun. untuk mengumpulkan dan menganalisis data
dengan menggunakan metodologi survei yang
Tingkat kekerasan masa hidup menunjukkan proporsi merupakan praktik terbaik yang diakui secara
perempuan yang pernah mengalami kekerasan dalam
hidup mereka, dan hidup dengan konsekuensi kekerasan. internasional.

Membandingkan prevalensi masa hidup dan prevalensi Inisiatif ini telah menghasilkan serangkaian
saat ini dapat menghasilkan informasi tentang efektivitas
dokumen tentang data KTP untuk meningkatkan
kebijakan dan program untuk mencegah dan merespon
KTPAP, apabila prevalensi kekerasan saat ini lebih rendah pemahaman istilah dan prinsip utama yang
daripada prevalensi masa hidup. berkaitan dengan data KTP, khususnya studi
prevalensi:
Sumber: UNFPA, Measuring Prevalence of Violence against Women:
Survey Methodolgies, kNOwVAWdata (2016).

UNFPA, Measuring UNFPA, Measuring UNFPA, Sources of Data UNFPA, Six golden principles
Prevalence of Violence Prevalence of Violence (2016) 5 merupakan for interviewing women
against Women-Key against Women-Survey leaflet yang menunjukkan who may have experienced
Terminology (2016) 3 Methodologies (2016) 4 perbedaan antara data violence (2016) 6
menguraikan definisi istilah menguraikan definisi istilah administrasi KTP dan data menjelaskan tentang enam
yang umum digunakan yang umum digunakan prevalensi. prinsip menyediakan
terkait dengan kekerasan terkait dengan kekerasan enam prinsip yang
terhadap perempuan dan terhadap perempuan dan harus dipertimbangkan
mengukur prevalensinya. mengukur prevalensinya. dalam pelatihan untuk
pewawancara.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 59
Apakah data dikumpulkan melalui survei 4.2.1 Sumber daya WHO
khusus atau melalui modul dalam survei yang
lebih besar tentang topik yang lebih luas, studi Pada tahun 2005, WHO merilis the WHO
prevalensi KTPAP meliputi wawancara satu Multi-Country Study on Women’s Health and
sampel yang representatif dari perempuan Domestic Violence against Women. 8 Laporan ini
dan anak perempuan dengan menggunakan menganalisa data yang dikumpulkan dari 24.000
kuesioner terstruktur. Survei berbasis populasi perempuan di 10 negara yang mewakili berbagai
yang mengukur prevalensi KTPAP membutuhkan budaya, letak geografis dan situasi perkotaan/
sampel perempuan yang besar dan acak, pedesaan: Bangladesh, Brasil, Ethiopia, Jepang,
mewakili populasi umum; dengan demikian, Namibia, Peru, Samoa, Serbia dan Montenegro,
pewawancara tidak tahu sebelumnya jika Tanzania dan Thailand. Penelitian WHO ini
perempuan yang akan diwawancarai pernah menggunakan pewawancara dan pengawas
mengalami kekerasan.Karena itu, sangat penting (supervisor) perempuan yang dipilih melalui
untuk melatih pewawancara tentang prinsip seleksi cermat dan mendapat pelatihan yang
etika dan keamanan dalam melakukan penelitian tepat.
tentang KTPAP.
Metodologi WHO mencakup modul survei
Survei berbasis populasi adalah satu-satunya untuk mengukur prevalensi KTPAP dan dampak
cara untuk menghasilkan statistik yang dapat kesehatannya, serta faktor-faktor mendasar yang
diandalkan dan komprehensif yang mewakili meningkatkan risiko kekerasan, konsekuensi
besarnya masalah dalam populasi umum, asalkan kekerasan untuk perempuan dan anak-anak,
survei dilakukan dengan benar. Namun, survei serta perilaku perempuan mencari bantuan.
berbasis populasi membutuhkan pelatihan dan Termasuk protokol standar untuk melakukan
sumber daya keuangan dan teknis yang tidak survei berbasis populasi, dan survei terstruktur
sedikit. 7 yang dapat diberikan dalam wawancara tatap
muka dengan sampel yang representatif dari
4.2 Sumber daya untuk memandu perempuan yang berusia 15–49 tahun (usia
survey prevalensi kekerasan reproduktif). Metodologi dan alat juga termasuk
terhadap perempuan dan anak komponen kualitatif diskusi kelompok terarah,
perempuan wawancara mendalam, dan wawancara informan
kunci. Etika dan prinsip kerahasiaan adalah
Ada seperangkat alat yang menyediakan komponen utama metodologi ini yang mencakup
pedoman langkah demi langkah untuk standar etika dan keamanan serta pedoman
mempersiapkan Pemerintah dan kantor statistik pelatihan untuk pewawancara. Metodologi yang
nasional melakukan studi prevalensi KTPAP dikembangkan untuk studi WHO kini diterima
berbasis populasi, mengumpulkan dan menyusun secara internasional sebagai praktik terbaik untuk
data dan menganalisis indikator tentang KTPAP. studi berbasis populasi nasional tentang KTPAP
Negara-negara yang tertarik melakukan studi yang telah direplikasi atau diadaptasi oleh sekitar
prevalensi KTPAP perlu meninjau masing-masing 20 negara di kawasan Asia-Pasifik, dan negara-
alat yang dijelaskan di bawah ini langkah demi negara lain di seluruh dunia.
langkah.

60 | Data Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Setiap negara yang tertarik untuk melakukan
survey demografi dan kesehatan harus meninjau
dan memahami masing-masing dokumen
ini, karena memberikan pedoman langkah
demi langkah tentang cara melakukan survei.
Dokumen-dokumen tersebut meliputi:
• DHS Fieldwork Manuals: DHS Survey
WHO, Full Report- Initial Results on Prevalence, health,
Organization Manual;13 Training Field Staff
outcomes and women’s responses (2005) 9 for DHS Surveys;14 DHS Interviewer’s Manual;
WHO, Summary Report-Initial result on prevalence health
15
DHS Supervisor’s and Editor’s Manual;16 and
outcomes and women’s responses (2005)10 DHS Biomarker Field Manual.17 DHS Sampling
Manual.18
WHO, Interviewer Training in the WHO Multi-Country Study on
Women’s Health and Domestic Violence (2004) 11 • Report Tabulation: Tabulation Plan for DHS Key
Indicators Report;19 Tabulation Plan for DHS
4.2.2 Sumber daya Program Survei Final Report.20
Demografi dan Kesehatan • Statistical and Methodological Documentation:
Guide to DHS Statistics;21 International
Program Survei Demografi dan Kesehatan (DHS) Indicators.22
12
dapat digunakan untuk mengumpulkan
dan menyebarluaskan data yang akurat dan 4.2.3 Sumber daya Divisi Statistik PBB
representatif secara nasional tentang berbagai (UNSD)
topik kesehatan, termasuk: kesehatan reproduksi, United Nation Statistic Division
kesehatan ibu dan anak, perilaku seksual dan gizi. (UNSD) mengembangkan
DHS memuat modul pilihan tentang kekerasan Guidelines for Producing
dalam rumah tangga, dengan pertanyaan- Statistics on Violence against
pertanyaan yang dimodifikasi dari kuesioner Women: Statistical Surveys
WHO, yang memungkinkan perbandingan antar (2014).23 Pedoman ini
negara. membantu lembaga statistik
nasional dalam melakukan
Secara tradisional, DHS fokus pada perempuan
berusia 15–49 tahun (usia reproduktif); penilaian atas ruang lingkup, prevalensi dan
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, UNFPA kejadian KTPAP. Pedoman ini membahas
memperluas DHS untuk perempuan berusia metodologi, sumber data, klasifikasi statistik yang
50 tahun ke atas. Lembaga Pembangunan relevan, output, rumusan pertanyaan dan semua
Internasional Amerika (USAID) dan UNFPA telah isu terkait lainnya yang perlu dipertimbangkan
mendukung DHS di negara-negara Asia dan ketika melakukan survei statistik tentang KTPAP.
Pasifik dan berpedoman pada prinsip etika Pedoman ini juga memberikan tuntunan
dan keamanan WHO. DHS biasanya dilakukan rinci tentang fitur-fitur penting dari survei
setiap lima tahun sekali, menghasilkan data dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
longitudinal sebanding sehingga memungkinkan merencanakan, mengelola dan melaksanakan
untuk menganalisa pola dan tren dari waktu ke survei, serta konsep-konsep yang penting untuk
waktu. memastikan pengukuran yang dapat diandalkan,
valid dan konsisten dari pengalaman perempuan
Situs Program DHS menyediakan dokumen- mengenai kekerasan. Pedoman ini menyediakan
dokumen dasar untuk melengkapi model lembaga statistik nasional arahan langkah demi
kuesioner, yang mencakup modul tentang langkah serta sebuah perencanaan tentang cara
pengukuran KTPAP. mengumpulkan, memproses, menganalisa dan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 61
menyebarluaskan data tentang KTPAP. Termasuk bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan
pedoman tentang peran survei statistik dalam selama masa hidup mereka dan dalam 12 bulan
memenuhi tujuan kebijakan yang terkait dengan terakhir.
KTPAP.
Data mengenai tempat perempuan mengalami
Pedoman UNSD harus digunakan bersama kekerasan juga perlu dikumpulkan, seperti di
dengan manual UNODC dan UNSD, yaitu: ruang publik (jalan, transportasi umum), ruang
• UNODC, Manual on Victimization Surveys pribadi (rumah, lembaga) dan lingkungan yang
(2010) yang memberikan pedoman tentang terkait dengan pekerjaan.
semua aspek terkait survei viktimisasi. 24
• UNSD, Designing Household Survey Samples: 4.4 Studi prevalensi kekerasan
Practical Guidelines (2008) adalah pedoman terhadap perempuan dan anak
praktis untuk desain sampel survei, perempuan yang dilakukan di
pengolahan data, dan analisis survei rumah negara anggota ASEAN
tangga skala besar.25
• UNSD, Household Sample Surveys in Developing Pada Desember 2017, delapan negara anggota
and Transition Countries (2005) mencakup ASEAN telah menyelesaikan studi prevalensi
aspek-aspek penting dalam melakukan KTPAP (lihat Tabel 5 dan Lampiran A untuk
survei rumah tangga, termasuk desain ringkasan temuan dari masing-masing studi).
sampel, pelaksanaan survei, kesalahan ketika Kamboja dan Filipina telah melakukan studi
pengumpulan data (non-sampling error), biaya prevalensi KTPAP secara berkala.
survei dan analisis data. 26

4.3 Jenis kekerasan terhadap


perempuan dan anak perempuan Tabel 5. Studi kekerasan terhadap
yang diukur dalam survei prevalensi perempuan dan anak perempuan
berdasarkan negara dan tahun
Survei tentang prevalensi KTPAP biasanya pelaksanaannya di lapangan
mencakup kekerasan fisik, seksual, psikologis
dan ekonomi (lihat Diagram 3). Penting
untuk memahami bahwa perempuan yang Studi Prevalensi KTP
Negara
mengalami kekerasan tidak selalu mengenali (Tahun Pelaksanaan)
pengalaman mereka sebagai sebuah kekerasan, Kamboja 2000, 2005, 2014 (CDHS)
dan kalaupun mereka mengenalinya, mereka dan 2015 (WHO)
biasanya tidak menyebutkan atau memberi Indonesia 2016 (WHO)
label pengalaman mereka dengan istilah seperti
Republik Demokratik 2014 (WHO)
'kekerasan' atau 'pelecehan'; karena itu, istilah- Rakyat Laos
istilah ini harus dihindari dalam survei. Agar
prevalensi KTPAP dapat diukur, pertanyaan Myanmar 2015–2016 (DHS)

survei harus mengeksplorasi berbagai perilaku Filipina 2008, 2013, 2017(NDHS)


spesifik yang dapat diukur secara sistematis Singapura 2009 (IVAWS)
dan terstandarisasi. Selain itu, perempuan yang
mengalami kekerasan, terutama dalam hubungan Thailand 2000 (WHO)

intim dan keluarga, sering mengalami lebih Vietnam 2010 (WHO)


dari satu bentuk kekerasan dan/atau beberapa
episode kekerasan; oleh karena itu, survei harus
memungkinkan pengumpulan data pada semua

62 | Data Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Diagram 3. Jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan yang diukur dalam
survei prevalensi

Kekerasan fisik
Definisi - Penggunaan kekuatan fisik yang disengaja yang berpotensi menyebabkan
kerusakan fisik, cedera, kecacatan, bahkan kematian.
Metode Pengukuran - Perempuan ditanya tentang tindakan spesifik kekerasan fisik yang
dialami sejak usia 15 dan dalam 12 bulan terakhir berupa bentuk kekerasan fisik sedang
sampai berat (misalnya, menampar, mendorong, menyikut, menarik rambut, menendang,
mencekik, membakar, dan kekerasan dengan menggunakan senjata)

Kekerasan Seksual
Definisi - Setiap tindakan seksual atau upaya untuk mendapatkan tindakan seksual, atau
komentar atau tindakan seksual yang tidak diinginkan, yang ditujukan untuk melawan
seksualitas perempuan dengan menggunakan paksaan atau kekuatan fisik, yang dilakukan
oleh siapa pun, terlepas dari hubungan mereka dengan korban, dan dapat terjadi di
manapun termasuk di rumah , di tempat kerja, dan di ruang publik.
Metode Pengukuran - Perempuan ditanya mengenai tindakan spesifik dari kekerasan
seksual yang dialami sejak usia 15 dan dalam 12 bulan terakhir, yang meliputi tiga jenis
kekerasan seksual:
1. Hubungan seksual karena terpaksa/dipaksa atau perkosaan, misalnya, berhubungan
seks karena diancam atau takut akan tindakan yang mungkin dilakukan pasangan
intimnya jika menolak.
2. Kekerasan seksual dengan kontak fisik, misalnya, sentuhan yang tidak diinginkan (tidak
termasuk hubungan seksual) dan tindakan seksual yang menghina dan merendahkan
perempuan.
3. Kekerasan seksual tanpa kontak fisik, misalnya, kekerasan seksual dengan
mengancam, eksibisionisme, pelecehan seksual verbal, dan penggunaan teks dan
gambar seksual pada ponsel dan media sosial elektronik.

Kekerasan Ekonomi
Definisi – Tindakan yang menolak akses dan kontrol perempuan atas sumber daya dasar
atau upaya yang menyebabkan seseorang menjadi tergantung secara finansial pada orang
lain, dengan menghambat akses atau kontrol mereka atas sumber daya dan/atau aktivitas
ekonomi yang mandiri.
Metode Pengukuran - Perempuan ditanya tentang tindakan spesifik yang merupakan
kekerasan ekonomi, seperti tidak mendapat akses kepada keuangan rumah tangga, suami
atau pasangan melarang untuk berkontribusi secara finansial terhadap rumah tangga,
membatasi makanan dan kebutuhan dasar, dan mengontrol akses kepada perawatan
kesehatan, pekerjaan atau akses kepada uang.

Kekerasan Psikologis
Definisi - Setiap tindakan atau penghilangan yang merusak harga diri, martabat,
identitas, atau perkembangan seorang perempuan. Termasuk, tetapi tidak terbatas pada,
menghina, mengancam hilangnya hak asuh anak, pengucilan dari keluarga atau teman,
mengancam untuk menyakiti orang atau seseorang yang mereka sayangi, sering berteriak
atau merendahkan, menakut-nakuti melalui kata-kata atau gerakan mengintimidasi,
mengendalikan perilaku dan merusak hak milik.
Metode Pengukuran - Perempuan ditanya tentang tindakan spesifik dari kekerasan
psikologis yang dialami sejak usia 15 dan dalam 12 bulan terakhir yang meliputi:
1. Mengontrol perilaku, misalnya, suami atau pasangan intim melarang bertemu teman,
membatasi komunikasi dengan keluarga, selalu memantau keberadaan setiap saat,
menyuruh untuk selalu minta izin jika hendak berobat.
2. Pelecehan emosional, misalnya, meremehkan, merendahkan, menghina, memanggil
dengan sebutan kasar, melakukan hal-hal yang membuat perempuan merasa takut
atau terintimidasi dan mengancam dengan kata-kata atau isyarat untuk menyakiti
perempuan atau orang yang dia sayangi.

Sumber: UNFPA, Mengukur Prevalensi Kekerasan terhadap Perempuan: Terminologi Kunci, kNOwVAWdata (2016)

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 63
Kamboja dan Filipina menggunakan modul KTPAP sehingga memungkinkan perbandingan di
kekerasan dalam rumah tangga DHS untuk seluruh Negara Anggota ASEAN secara periodik.
melakukan survei prevalensi KTPAP dan telah Terkadang, karena masalah metodologi dan
mereplikasi studi DHS secara betahap. Thailand komplikasi, survei prevalensi tidak berjalan
turut serta dalam WHO Multy-Country Study on seperti yang direncanakan. Namun, pelajaran
Domestic Violence against Women. yang didapat dari pengalaman ini berharga
Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos dan dapat dibagikan dengan negara-negara di
dan Vietnam mereplikasi metodologi yang kawasan.
dikembangkan untuk WHO Multy-Country
Study on Domestic Violence against Women, Karena adanya perbedaan metodologi,
yang menyediakan data sebanding antar pertanyaan survei, definisi KTPAP, ukuran dan
negara.Singapura menggunakan metodologi usia yang terpilah, maka survei antar negara
International Violence against Women Survey mungkin tidak dapat dibandingkan. Hanya survei
(IVAWS)27 untuk melakukan studi prevalensi. yang menggunakan metodologi, kuesioner
dan pemilahan data yang sama, yang dapat
Kamboja melakukan Survei Kesehatan Demografi dibandingkan.
Kamboja (CDHS) pada tahun 2000, 2005 dan
2014; 28 setiap CDHS menyertakan modul yang 4.5 Kelebihan studi prevalensi
berfokus pada pengalaman perempuan dengan kekerasan terhadap perempuan dan
kekerasan dalam rumah tangga.Hasilnya adalah anak perempuan
data jangka panjang yang sebanding selama 14
tahun mengenai pengalaman perempuan dengan Manfaat dari studi prevalensi KTPAP adalah studi
IPV selama masa hidup mereka dan dalam 12 ini memberikan perkiraan yang bisa diandalkan
bulan terakhir. Dengan melakukan survei yang mengenai prevalensi KTPAP dalam suatu populasi
sama secara reguler, data yang sebanding untuk dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko dan
memahami tren dan pola KTPAP di Kamboja dapat faktor-faktor yang berkontribusi terhadap KTPAP.
dihasilkan. Data menunjukkan bahwa dari tahun Studi prevalensi juga dapat menunjukkan sejarah
2000 hingga 2014, ada sedikit penurunan dalam kekerasan dalam kehidupan perempuan dan
proporsi perempuan yang pernah menikah yang anak perempuan, mengidentifikasi karakteristik
mengalami kekerasan fisik sejak usia 15 tahun. umum perempuan dan anak perempuan
Namun, terjadi penurunan yang lebih besar yang mengalami kekerasan, profil pelaku, dan
dalam proporsi perempuan yang mengalami faktor-faktor yang sejalan dengan perilaku
kekerasan fisik dalam 12 bulan sebelum survei mencari bantuan dari para penyintas KTPAP.
dilakukan. Pengurangan kekerasan saat ini dapat Temuan dari studi prevalensi KTPAP dapat
menunjukkan dampak program, kebijakan, dan digunakan untuk mengembangkan program
inisiatif KTPAP untuk mengurangi kekerasan pencegahan berdasarkan faktor-faktor risiko yang
terhadap perempuan di Kamboja. teridentifikasi, faktor-faktor yang berkontribusi,
faktor protektif dan konsekuensi.
Data KTPAP yang sebanding selama periode
waktu yang berbeda dan di seluruh negara, di Studi prevalensi KTPAP yang dilakukan secara
tingkat regional maupun global, dapat dihasilkan reguler dapat dibandingkan untuk memantau
melalui standarisasi survei dan metodologi perubahan dalam prevalensi KTPAP, faktor-faktor
prevalensi KTPAP. Thailand berencana untuk yang berkontribusi pada KTPAP dan perilaku
mengembangkan standard umum, termasuk penyintas KTPAP dalam mencari bantuan.
indikator dan ukuran yang terdefinisikan dengan Pola dan tren KTPAP dapat dianalisa, jika studi
jelas, yang dapat membantu memandu negara- prevalensi KTPAP direplikasi setiap 5–10 tahun.
negara sekitar untuk melakukan studi prevalensi Temuan terkait dengan tingkat IPV saat ini

64 | Data Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


(perempuan yang melaporkan mengalami IPV yang tepat sehingga data yang dikumpulkan
dalam 12 bulan terakhir) dapat menunjukkan valid dan dapat diandalkan serta mengikuti
status epidemi, dan dapat menginformasikan protokol etik dan keamanan untuk melindungi
pembuat kebijakan dan penyedia layanan perempuan dan anak perempuan yang bersedia
dalam perencanaan dan penganggaran ketika berpartisipasi dalam survei.
melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan Terakhir, metodologi yang tidak terstandarisasi
perempuan dan anak perempuan yang sedang dan divalidasi secara internasional dapat
mengalami kekerasan. Studi tentang prevalensi mengurangi validitas temuan survei sehingga
KTPAP mencakup pertanyaan tentang mengapa tidak dapat diperbandingkan dengan negara
perempuan mencari bantuan (atau tidak lain. Perbandingan antar negara penting untuk
mencari bantuan) dan dari mana bantuan menghasilkan data di tingkat regional dan global
diperoleh. Informasi ini dapat digunakan untuk sehingga upaya-upaya regional dan global dapat
meningkatkan penyediaan layanan dalam dipantau.
merespon pandangan para penyintas KTPAP.
Selain itu, informasi Ini juga dapat digunakan "Non-disclosure", suatu keadaan dimana orang
untuk mendukung upaya-upaya advokasi untuk menolak untuk berbicara tentang pengalaman
memberikan perhatian pada kebijakan dan mereka, dapat menjadi masalah dalam survei
program pencegahan dan respon KTPAP. prevalensi. Jumlah non-disclosure tidak
diketahui dan beragam, tetapi kondisi ini
Dalam banyak kasus, studi prevalensi adalah dapat membuat hasil studi prevalensi tentang
kesempatan pertama bagi banyak perempuan tingkat kekerasan menjadi rendah, namun
untuk berbicara dengan seseorang tentang tidak realistis. Temuan semacam ini berdampak
kekerasan yang dialaminya, untuk didengarkan negatif pada perencanaan, pengembangan
dan menyadari bahwa mereka mengalami kebijakan dan program, serta kualitas data
kekerasan, bahwa tindak kekerasan tidak bisa yang dapat diperbandingkan. Pelatihan
dibiarkan, serta perlunya mencari bantuan. pewawancara yang tepat dan sesuai serta
Dalam beberapa kasus, studi ini juga merupakan ukuran kerahasiaan dan keamanan selalu
kesempatan bagi pewawancara untuk diperlukan untuk meminimalkan situasi non-
merefleksikan dan mungkin bertindak atas disclosure dalam survei. Jika pewawancara
pengalaman kekerasan mereka sendiri. gagal menghormati prinsip-prinsip penting,
seperti kerahasiaan dan keamanan, perempuan
4.6 Tantangan studi prevalensi cenderung tidak percaya pewawancara sehingga
kekerasan terhadap perempuan mereka hanya mengungkapkan pengalaman
kekerasan mereka saja. Karena sifat KTPAP yang
Tantangan dari studi prevalensi KTPAP adalah sensitif, keselamatan peserta wawancara dan
biaya yang mahal dan pelaksanaannya pewawancara perlu diperhatikan. Pewawancara
membutuhkan investasi keuangan dan yang tidak berpengalaman dapat menempatkan
sumber daya manusia serta pelengkapan perempuan dan anak perempuan yang
yang tidak sedikit. Studi prevalensi KTPAP juga mengalami kekerasan dan diri mereka sendiri
membutuhkan pengembangan kapasitas, berisiko. Risiko bahaya meningkat ketika studi
keahlian teknis atau bantuan dan keterampilan prevalensi KTPAP dilakukan oleh lembaga yang
teknis khusus. Mengingat besarnya biaya tidak memiliki keahlian dan keterampilan teknis.
melakukan studi prevalensi KTPAP, negara pada
umumnya melakukan studi ini sebagai studi Studi prevalensi hanya menangkap beberapa
tunggal, atau setiap 5-10 tahun sekali. bentuk kekerasan. Studi prevalensi biasanya
Tantangan lain dari studi prevalensi KTPAP adalah memungkinkan pemahaman yang lebih
perlunya memastikan penerapan metodologi mendalam tentang kekerasan dalam rumah

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 65
tangga dan IPV tetapi tidak menjangkau yang telah diadaptasi dan divalidasi dalam
perempuan dan anak perempuan yang paling penelitian rumah tangga di lebih dari 20 negara)
terpinggirkan dan kasus yang paling parah, dan pertanyaan lain tentang sikap dan praktik
karena perempuan tersebut mungkin tidak laki-laki yang terkait dengan kesetaraan gender.
diidentifikasi atau berpartisipasi dalam survei.
Studi prevalensi tidak menangkap cerita Di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA),
perempuan yang terbunuh, didisiplinkan atau Promundo, UN Women dan peneliti lokal bermitra
dipenjara. untuk melakukan studi multi-negara terbesar
yang mengeksplorasi sikap dan praktik laki-laki
4.7 Studi berbasis populasi yang dan perempuan yang terkait dengan berbagai
mencakup penggunaan kekerasan isu utama yang terkait dengan kesetaraan
oleh laki-laki terhadap perempuan gender. Understanding Masculinities: Results
dan anak perempuan from the International Men and Gender Equality
Survey (IMAGES) - Middles East and North Africa
4.7.1 Survei lelaki dan kesetaraan gender (MENA)31 terdiri dari survei terhadap hampir
Internasional 10.000 laki-laki dan perempuan berusia 18-59
tahun, yang tinggal di daerah perkotaan dan
Survei Lelaki dan Kesetaraan
pedesaan (serta pemukiman pengungsi, jika
Gender Internasional/ The
ada) di Mesir, Lebanon, Maroko, dan Palestina.
International Men and Gender
Topiknya antara lain meliputi dukungan untuk
Equality Survey (IMAGES)29
kesetaraan gender, dukungan untuk kebijakan
adalah daftar kuesioner
hak-hak perempuan, pengambilan keputusan
rumah tangga tentang sikap
dalam rumah tangga, penggunaan berbagai
dan praktik laki-laki dan
bentuk kekerasan berbasis gender (GBV),
perempuan mengenai berbagai macam topik
partisipasi laki-laki dalam pengasuhan dan tugas-
terkait dengan kesetaraan gender.
tugas domestik, kerentanan kesehatan gender,
stres terkait pekerjaan, keamanan fisik dan
Data IMAGES memberikan wawasan tentang
kondisi hidup yang merugikan, dan masa kanak-
penggunaan kekerasan oleh laki-laki, pengalaman
kanak.
perempuan tentang IPV, partisipasi dalam
pengasuhan, sikap terhadap kebijakan kesetaraan
Studi ini menggunakan lensa perbandingan untuk
gender, dan topik lainnya. Data dan kesimpulan
memungkinkan perbandingan regional antara
yang dihasilkan dari studi IMAGES dapat
negara-negara kawasan MENA, dan memberikan
digunakan untuk menginformasikan kebijakan
analisis spesifik negara.
dan program untuk melibatkan laki-laki dalam
mewujudkan kesetaraan gender dan mencegah
KTPAP. Pada 2017, studi IMAGES telah dilakukan
di lebih dari 20 negara di seluruh dunia. Daftar
kuesioner IMAGES meliputi poin-poin pertanyaan
dari WHO Multi-Country Study on Women’s
Health and Domestic Violence against Women,
Demographic, and Health Survey (DHS), Gender
Equitable Men (GEM) Scale 30 (instrumen yang
divalidasi untuk menilai sikap tentang gender

66 | Data Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


4.7.2 Mitra untuk Sumber Daya Partners for Prevention
mengembangkan Toolkit
Pencegahan for Replicating the UN Multy
Melalui program gabungan Country Study on Men and
regional, “Partners for Violence: Understanding
Prevention”, UNDP, UNFPA, UN Why Some Men Use Violence
Women dan UN Volunteers against Women and How We
melakukan penelitian Why Do can Prevent It. 34 Buku ini
Some Men Use Violence against memberikan pedoman langkah demi langkah
Women and How Can We Prevent it? 32 Studi ini tentang bagaimana melakukan penelitian
mengumpulkan dan menganalisa data kuantitatif yang secara etis ketat mengenai penggunaan
dan kualitatif lebih dari 10.000 laki-laki dan kekerasan terhadap perempuan oleh laki-laki.
3.000 perempuan di sembilan lokasi di enam Buku ini mencakup pendekatan metodologis
negara di kawasan Asia-Pasifik (Bangladesh, berikut:
Kamboja, Cina, Indonesia, Papua Nugini dan • Survei rumah tangga perwakilan berbasis
Sri Lanka). Studi ini menghasilkan kumpulan populasi kuantitatif dengan laki-laki;
data terbesar dari berbagai negara tentang • Wawancara riwayat hidup kualitatif dengan
penggunaan kekerasan oleh laki-laki terhadap laki-laki yang menggunakan kekerasan dan
perempuan dan dapat menginformasikan mereka yang tidak melakukan kekerasan; dan
intervensi berbasis bukti untuk mencegah tindak • Politik gender dari riset kebijakan yang
kekerasan. Untuk memastikan kualitas data sosiologis dan etnografis
yang dapat diperbandingkan di seluruh lokasi,
penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur
terstandardisasi, yang diambil dari Study on Men’s
Health and Relationships, 33 WHO Multy-Country
Study on Women’s Health and Domestic Violence
against Women dan survei IMAGES. Penelitian ini
dapat digunakan untuk menginformasikan upaya
pencegahan kekerasan.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 67
1. UNFPA, Measuring Prevalence of Violence Against Women: Survey Methodologies, KNOwVAWdata (2016) available from http://asiapacific.
unfpa.org/site/default/files/pub-pdf/KNOwVAWdata%20Methodology.pdf
2. Ibid.
3. UNFPA, Measuring Prevalence of Violence against Women - Key Terminology, kNOwVAWdata (2016).
4. UNFPA, Measuring Prevalence of Violence against Women - Survey Methodologies, kNOwVAWdata (2016).
5. UNFPA, Sources of Data, kNOwVAWdata (2016).
6. UNFPA, Six golden principles for interviewing women who may have experienced violence, kNOwVAWdata (2016).
7. UN Women, Conducting research, data collection and analysis (n.d.). Available from http://www.endvawnow.org/en/articles/322- conducting-
research-data-collection-and-analysis-.html (accessed 8 February 2018).
8. WHO, WHO Multi-Country Study on Women’s Health and Domestic Violence against Women (2005). Available from: http://whqlibdoc.
who.int/publications/2005/924159358X_eng.pdf?ua=1
9. WHO, WHO multi-country study on women’s health and domestic violence against women - Report - Initial results on prevalence, health
outcomes and women’s responses (2005). Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/924159358X_eng. pdf?ua=1
10. WHO, WHO multi-country study on women’s health and domestic violence against women – Summary Report - Initial results on prevalence,
health outcomes and women’s responses (2005). Available from: http://apps.who.int/iris/ bitstream/10665/43310/1/9241593512_eng.pdf
11. Henrica A. F. M. Jansen and others, Interviewer Training in the WHO Multi-Country Study on Women’s Health and Domestic Violence, Violence
Against Women, Vol. 10 No. 7 (2004). Available from: http://cdrwww.who.int/gender/documents/Interviewer_training.pdf
12. https://dhsprogram.com/
13. The manual is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM10/DHS6_Survey_Org_Manual_7Dec2012_DHSM10.pdf
14. The manual is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM3/Training_Field_Staff_for_DHS_Surveys_Oct2009.pdf
15. The manual is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM1/DHS7-Interviewer’s-Manual-EN-12Jun2017-DHSM1.pdf
16. The manual is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM2/DHS7-Supervisor-Editor-Manual-EN-02May2017-DHSM2. pdf
17. The manual is available from https://www.dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM7/DHS6_Biomarker_Manual_9Jan2012.pdf
18. The manual is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM4/DHS6_Sampling_Manual_Sept2012_DHSM4.pdf
19. The manual is available from https://www.dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM5/Key_Indicators_Report_Tabulation_ Plan_20Mar2015_DHSM5.
pdf
20. The manual is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSM6/Final_Report_Tab_Plan_24Oct2014_DHSM6.pdf
21. The guide is available from https://www.dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSG1/Guide_to_DHS_Statistics_29Oct2012_DHSG1.pdf
22. The guide is available from https://dhsprogram.com/pubs/pdf/DHSG2/DHS_Intl_Indicators_9Jan2012.pdf
23. UNSD, Guidelines for Producing Statistics on Violence against Women: Statistical Surveys (2014) Available from https://unstats.un.org/ unsd/
gender/docs/Guidelines_Statistics_VAW.pdf
24. UNODC, Manual on Victimization Surveys (2010). Available from https://www.unodc.org/documents/data-and-analysis/Crime-
statistics/Manual_on_Victimization_surveys_2009_web.pdf
25. UNSD, Designing Household Survey Samples: Practical Guidelines (2008). Available from https://unstats.un.org/unsd/demographic/ sources/
surveys/Handbook23June05.pdf
26. UNSD, Household Sample Surveys in Developing and Transition Countries (2005). Available from https://unstats.un.org/unsd/
hhsurveys/pdf/Household_surveys.pdf
27. UN Division for the Advancement of Women, Economic Commission for Europe (ECE) and WHO, Expert Group Meeting on Violence against
women: a statistical overview, challenges and gaps in data collection and methodology and approaches for overcoming them (2005).
28. Cambodia, National Institute of Statistics and Directorate General for Health, Cambodia Demographic and Health Survey 2000, (Phnom Penh,
2001); and Cambodia Demographic and Health Survey 2005 (Phnom Penh, 2006). National Institute of Statistics, Directorate General for
Health and ICF International, Cambodia Demographic and Health Survey 2014 (Phnom Penh, 2015).
29. Promundo and the International Center for Research on Women (ICRW), The International Men and Gender Equality Survey (2015). Available
from: https://promundoglobal.org/wp-content/uploads/2015/02/IMAGES-Final-Background-and-Key-Headlines.pdf
30. UN Women, Measuring Gender Attitude: Using Gender-Equitable Men Scale (GEMS) in Various Socio-Cultural Settings (2013). Available from:
https://promundoglobal.org/wp-content/uploads/2015/01/Measuring-Gender-Attitude-Using-Gender-Equitable-Men-Scale. pdf
31. Promundo and UN Women, Understanding Masculinities: Results from the International Men and Gender Equality Survey (Images)
– Middle East and North Africa (MENA) (2017). Available from: http://www.unwomen.org/-/media/headquarters/attachments/
sections/library/publications/2017/images-mena-multi-country-report-en.pdf?la=en&vs=3602
32. Partners for Prevention, UN Multi-Country Study on Men and Violence in Asia and the Pacific (2013).
33. South African Medical Research Council, Understanding men’s health and use of violence: interface of rape and HIV in South Africa (2009).
34. Partners for Prevention, Toolkit for Replicating the UN Multi-Country Study on Men and Violence: Understanding Why Some Men Use Violence
against Women and How We Can Prevent It (2013).

68 | Data Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


BAB 5

DATA ADMINISTRASI TENTANG


KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DAN ANAK PEREMPUAN

Foto: UN Women / Panya Janjira

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 69
POIN UTAMA

• Data administrasi dikumpulkan secara teratur • Di banyak negara, kementerian dan lembaga
dan dikompilasi oleh penyedia layanan menghadapi tantangan dengan aliran data
(fasilitas perawatan kesehatan, layanan administrasi, termasuk: keterlambatan aliran
sosial, peradilan dan kantor polisi), lembaga data dari tingkat kecamatan ke kabupaten,
pemerintah dan departemen serta penyedia provinsi dan nasional; inkonsistensi dalam
layanan non-pemerintah. penggunaan sistem berbasis kertas dan
berbasis komputer di setiap tingkat di banyak
• Data administratif menunjukkan jumlah dan kementerian dan lembaga; fragmentasi data
jenis insiden KTPAP yang diidentifikasi dan di beberapa kementerian dan lembaga, dan
dilaporkan kepada pihak berwenang dan saluran berbagi data dan kompilasi yang
penyedia layanan, pintu masuk layanan dan rusak antara departemen di kementerian dan
intervensi dan intervensi, dan akses ke layanan lembaga.
perlindungan dan dukungan, dalam jangka
waktu tertentu dan di seluruh kabupaten, • Definisi yang berbeda dari KTPAP dan
provinsi dan wilayah. inkonsistensi dalam disagregasi data KTPAP
juga dapat mempengaruhi kemungkinan
• Data administrasi memiliki potensi untuk untuk mengkompilasi dan membandingkan
memahami pola hasil kasus dan dapat menjadi data KTPAP lintas sektor.
dasar untuk meningkatkan layanan bagi para
penyintas. • Pengumpulan data administrasi KTPAP sangat
penting, tetapi hanya sebagai pencatatan dan
• Karena data administrasi menunjukkan registrasi pada titik masuk, jadi sangat penting
penggunaan layanan oleh penyintas KTPAP, untuk memperbaiki sistem pendaftaran pada
data ini juga dapat digunakan untuk titik masuk.
mengeksplorasi pola dan tren dalam pelaporan
dan respon terhadap KTPAP, dan untuk • Data administrasi KTPAP tidak dianalisis secara
menginformasikan perencanaan program dan memadai karena kurangnya kemampuan
alokasi sumber daya untuk meningkatkan analisa dan pelaporan.
kualitas dan ketersediaan layanan.
• Untuk membuat data administrasi berguna,
• Kementerian dan lembaga menggunakan sangat penting bagi pembuat kebijakan,
berbagai jenis sistem pengelolaan data kementerian, lembaga dan organisasi untuk
untuk mengumpulkan dan menganalisis mengatasi kesenjangan dan tantangan dalam
data administrasi yang terkait dengan KTPAP, pengumpulan dan analisis data administrasi
termasuk registrasi berbasis-kertas atau sistem KTPAP.
pencatatan, sistem manajemen data berbasis
komputer, dan sistem manajemen kasus
berbasis komputer dan web.

5.1. Data Administrasi Kekerasan penting yang sering dapat diakses dengan
terhadap Perempuan dan Anak mudah dan digunakan untuk melengkapi studi
Perempuan prevalensi KTPAP, dengan memberikan informasi
tentang akses penyintas KTPAP ke layanan.
Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat Data administrasi juga dapat digunakan untuk
tingginya minat di kalangan Pemerintah dan mengukur kemajuan terhadap sasaran dan
mitra pembangunan untuk mengeksplorasi indikator SDG terkait yang tidak membutuhkan
cara menggunakan data administrasi yang ada data prevalensi. Data administrasi hanya dapat
untuk memantau dan melaporkan KTPAP. Data digunakan untuk melaporkan indikator SDG
administrasi adalah sumber data dan informasi 16.1.1: jumlah korban pembunuhan yang

70 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


disengaja per 100.000 penduduk, berdasarkan Singapura dikabarkan memiliki banyak saluran
jenis kelamin dan usia dan indikator 16.2.2: pelaporan KTPAP, baik yang formal maupun
jumlah korban perdagangan manusia per 100.000 informal. Misalnya, sekolah dan kepolisian
penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia, dan memiliki sistem pelaporan mereka sendiri untuk
bentuk eksploitasi. kasus-kasus kekerasan. Singapura juga memiliki
jaringan organisasi yang menangani semua jenis
Di banyak negara anggota ASEAN, data kekerasan.
administrasi KTPAP dikumpulkan dan dikompilasi
secara berkala di tingkat kecamatan, kabupaten, 5.2.Kelebihan data administrasi
provinsi dan nasional oleh lembaga dan
departemen pemerintah (kesejahteraan sosial, Memperkuat data administrasi tentang KTPAP
perlindungan anak, kesehatan, polisi, jaksa dan adalah investasi yang penting dan berguna.
pengadilan), penyedia layanan non-pemerintah Kekuatan data administrasi sangat besar.
dan fasilitas perawatan kesehatan publik dan Lembaga dan organisasi secara otomatis dan
swasta. teratur mengumpulkan data administrasi KTPAP
Di beberapa negara, sudah ada banyak informasi di titik masuk (yang berarti titik pertama di
tentang bagaimana perempuan dan anak mana perempuan dan anak perempuan yang
perempuan menggunakan layanan ketika telah mengalami kekerasan mengakses layanan,
mereka mengalami kekerasan, serta bagaimana perlindungan dan / atau keadilan), dan mereka
penyedia layanan merespon perempuan dan secara teratur mengumpulkan data ini di tingkat
anak perempuan ketika mereka mencari kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional
perawatan kesehatan, dukungan psiko-sosial, Data ini berbeda dari data survei prevalensi yang
bantuan hukum, tempat penampungan dikumpulkan secara berkala (setiap beberapa
sementara (shelter) dan keadilan (lihat diagram tahun), dan seringkali hanya sekali dalam satu
4). Namun, biasanya tujuan utama data waktu. Kekuatan data administrasi lainnya
administrasi bukan untuk mempelajari KTPAP, adalah ia dapat menangkap informasi yang
tetapi untuk memberikan informasi untuk terkait dengan siapa saja yang mengakses
keperluan administrasi (seperti beban kerja, layanan, termasuk perempuan dan anak
logistik, anggaran dan pelaporan) dan untuk perempuan dari populasi yang sulit dijangkau,
manajemen kasus. Seringkali data administrasi sedangkan pengalaman perempuan dan anak
tidak dikompilasi, dibagikan lintas sektor atau perempuan dari kelompok yang terpinggirkan
dianalisis dengan 'lensa KTPAP' atau digunakan mungkin tidak sepenuhnya tercermin dalam
untuk meningkatkan penyediaan layanan survei prevalensi KTPAP. Kelompok terpinggirkan
bagi para penyintas KTPAP. 'Lensa KTPAP' termasuk penduduk asli dan terlantar, dan
berarti mengumpulkan, menyusun, berbagi, kelompok minoritas budaya, agama dan etnis
menganalisis, dan menggunakan data yang serta ras. Namun, fakta mengenai kekuatan
dipandu oleh pengetahuan dan pemahaman data administrasi dan kelompok terpinggirkan
tentang teori dan literatur KTPAP dengan maksud di atas benar hanya jika perempuan dan anak
menggunakan data untuk lebih memahami perempuan dari populasi ini dapat mengakses
KTPAP dan untuk menginformasikan pendekatan layanan.
berbasis bukti dalam mencegah dan merespon
KTPAP, termasuk dalam meningkatkan kualitas Tujuan dari data administrasi KTPAP adalah
dan ketersediaan layanan bagi para penyintas untuk membantu penyedia layanan, lembaga
KTPAP. peradilan, pembuat kebijakan dan pembuat

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 71
Diagram 4. Sumber data administrasi kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan lintas sektor

Data administrasi mencakupi informasi tentang penyintas KTPAP yang


Kesehatan mengakses klinik kesehatan dan rumah sakit (umum dan swasta) untuk
kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan bentuk-bentuk
kekerasan lainnya.

Data administrasi termasuk informasi tentang para penyintas KTPAP


Kesejahteraan yang mengakses berbagai layanan dan tempat penampungan melalui
Sosial sistem kesejahteraan sosial

Data administrasi termasuk informasi tentang anak perempuan yang


Perlindungan mengalami kekerasan dan keluarga mereka, yang mengakses berbagai
anak layanan dukungan dan perlindungan, termasuk perawatan alternatif,
melalui sistem perlindungan anak.

Data administrasi termasuk informasi tentang para penyintas KTPAP


Serikat/asosiasi yang mengakses berbagai layanan pendukung, perlindungan dan
perempuan bantuan hukum melalui serikat atau asosiasi perempuan.

Data administrasi termasuk informasi tentang insiden kekerasan


Pendidikan terhadap anak perempuan di dalam dan di sekitar sekolah

Data administrasi termasuk informasi tentang insiden KTPAP yang


Kepolisian diidentifikasi dan dilaporkan kepada polisi, dan pemberitahuan
keamanan polisi dan / atau perintah perlindungan yang dikeluarkan
oleh polisi.

Data administratif termasuk informasi tentang insiden KTPAP yang


dilaporkan dan / atau dilimpahkan ke kantor penuntut umum untuk
Kejaksaan
penyelidikan dan / atau penuntutan, dan jumlah perlindungan dan /
atau perintah penahanan yang dicari melalui kejaksaan

Data administrasi termasuk informasi tentang kasus-kasus KTPAP


yang dituntut di pengadilan, jumlah perintah perlindungan dan / atau
Pengadilan perintah menjaga jarak, yang dikeluarkan oleh pengadilan atau hakim,
jumlah putusan yang dijatuhkan kepada pelaku (sesuai pelanggaran)
dan jumlah penyelesaian kasus.

Data administrasi mencakupi informasi tentang panggilan melalui


Layanan Bantuan saluran telepon / hotline terkait insiden KTPAP dan informasi atau data
Telepon (Helplines) apa pun yang terkait dengan manajemen kasus dan / atau rujukan
kasus KTPAP.

Data administrasi mencakupi informasi tentang penyintas KTPAP yang


Tempat mengakses perlindungan di tempat penampungan dan informasi rinci
penampungan tentang kasus mereka, termasuk akses ke polisi, lembaga peradilan dan
penyedia layanan lainnya

Data administratif meliputi informasi tentang penyintas KTPAP yang


CSO atau LSM mengakses CSO atau penyedia layanan LSM dan informasi rinci tentang
penyedia layanan kasus mereka, termasuk akses ke penyedia layanan lain, kepolisian dan
lembaga peradilan

72 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


keputusan memahami jumlah insiden KTPAP yang berbasis instansi bergantung pada kualitas sistem
dilaporkan dan ditanggapi, jumlah penyintas pendaftaran dan penyimpanan catatan lembaga,
KTPAP yang mengakses layanan, pintu-pintu dan sejauh mana data dapat digunakan untuk
masuk layanan (point of entry), layanan mana menjawab berbagai jenis pertanyaan (seperti,
yang mereka akses dan bagaimana layanan- berapa banyak perempuan dan anak perempuan
layanan tersebut merespon kebutuhan korban- yang menggunakan instansi dan layanan mereka?
korban yang selamat dari KTPAP, dalam jangka Bantuan seperti apa yang dibutuhkan perempuan
waktu tertentu dan di seluruh kabupaten, dan anak perempuan yang mengalami kekerasan?
provinsi dan wilayah. Data administrasi melacak Bantuan seperti apa yang ditawarkan instansi
layanan mana yang dicari oleh perempuan, pemerintah kepada para penyintas?). Data
seberapa sering dan untuk tujuan apa. Data ini administrasi juga dapat digunakan untuk
memberikan wawasan tentang kualitas layanan- mengevaluasi dan meningkatkan kualitas layanan
layanan tersebut, rujukan yang dibuat, dan hasil dan memperkirakan biaya layanan.
layanan. Pertanyaan-pertanyaan menyeluruh
yang dapat dijawab oleh data administrasi Catatan administrasi dapat menjadi sumber data
adalah: apakah layanan tersebut membantu yang baik di negara anggota ASEAN yang memiliki
perempuan menjadi lebih aman, sembuh, pulih, sistem pencatatan yang dibangun dengan baik.
dan dapat akses kepada keadilan? Apakah Dengan memperbaiki data administrasi secara
perempuan puas dengan layanan yang ada? lebih sistematis, keterbatasan dapat diidentifikasi
dan digunakan untuk menginformasikan
Data administrasi dapat digunakan untuk upaya memperkuat sistem pengumpulan data
mengeksplorasi pola dan tren historis dalam administrasi.
melakukan identifikasi, pelaporan, dan respon.
Pada tingkat praktis, data administrasi dapat 5.3. Konsekuensi dari tidak
digunakan untuk menginformasikan perencanaan melaporkan kekerasan terhadap
program umum dan alokasi sumber daya perempuan dan anak perempuan
karena data dapat menunjukkan penggunaan
layanan, termasuk layanan kesejahteraan sosial, Kurangnya laporan merupakan salah satu
perawatan kesehatan, polisi dan peradilan, masalah dalam data administrasi. Data
bersamaan dengan penggunaan layanan berbasis administrasi KTPAP bergantung pada penyintas
masyarakat. Di beberapa negara anggota ASEAN, KTPAP untuk melaporkan sendiri, namun
data administrasi mungkin merupakan satu- sebagian besar perempuan enggan melaporkan
satunya atau sumber terbaik data KTPAP yang pengalaman kekerasan mereka. Karena berbagai
tersedia, terutama di negara-negara di mana alasan, termasuk kurangnya kepercayaan atau
survei prevalensi kurang atau tidak diperbarui. ketakutan akan pembalasan dan rasa malu, atau
keyakinan bahwa kekerasan yang mereka alami
Dalam banyak kasus, data administrasi tidak serius, banyak perempuan tidak melapor
dikumpulkan dan digunakan untuk keperluan ke layanan resmi, dan pengalaman mereka tidak
internal, tetapi tidak perlu dikompilasi dan tercermin dalam data administrasi tentang KTPAP.
dilaporkan ke luar lembaga atau organisasi. Perempuan sering malu dan takut berbicara;
Jika data administrasi digunakan untuk tujuan mereka tidak ingin "menceritakan cucian kotor
pemantauan dan evaluasi atau tujuan eksternal, keluarga di depan umum", membuat malu
jenis data ini tidak dapat dengan mudah keluarga mereka, atau mungkin takut mengalami
digeneralisir ke populasi yang lebih besar, dan ini kekerasan lebih lanjut jika mereka melaporkan
membuatnya berbeda dari survei prevalensi. atau mencari bantuan (lihat Kotak 12).
Pada akhirnya, relevansi dan kegunaan data klien

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 73
Kotak 12. Mengapa begitu banyak perempuan
dan anak perempuan enggan melaporkan
kekerasan?
Karena penyintas KTPAP secara konsisten
Ada banyak alasan mengapa perempuan dan anak
melaporkan kekhawatiran ini, maka penyedia perempuan tetap diam atas kekerasan yang mereka alami
layanan perlu dilatih untuk memperlakukan dan tidak mencari bantuan atau melaporkan kekerasan
mereka secara hormat dan mendukung serta kepada penyedia layanan, misalnya:
memberdayakan mereka. Bila layanan KTPAP
• Banyak perempuan dan anak perempuan diancam
yang terpercaya, rahasia, dan aman tersedia dengan bentuk kekerasan yang lebih besar dan bahkan
bagi penyintas, mereka kemungkinan besar akan kematian, jika mereka berbicara atau memberi tahu
mengungkapkan kekerasan dan mencari bantuan. pihak berwenang mengenai pelaku kekerasan.
• Dalam banyak kasus, orang-orang yang telah melakukan
kekerasan memegang posisi kekuasaan dalam
Di seluruh sektor, kementerian dan lembaga, masyarakat dan tidak ingin identitas mereka terungkap
data biasanya dikumpulkan dan dicatat apabila atau reputasi mereka tercemar, sehingga mereka
membuat ancaman serius untuk membungkam orang-
penyintas KTPAP mengidentifikasi diri atau orang yang telah mengalami kekerasan.
mencari layanan. Di beberapa negara anggota • Kebanyakan perempuan dan anak perempuan yang
ASEAN, ada juga kelompok pengawas masyarakat pernah mengalami kekerasan melaporkan bahwa
mereka merasa sangat malu atas kekerasan yang
yang melaporkan insiden KTPAP yang menjadi
mereka alami, dan kuatir akan semakin malu jika
perhatian mereka. Penyedia layanan memiliki mereka memberi tahu orang-orang sehingga justru akan
mekanisme dan sistem untuk mencatat data memperkuat stigma.
tersebut dengan benar. Sayangnya, meskipun • Jika perempuan dan anak perempuan yang melaporkan
kekerasan diperlakukan dengan tidak hormat atau tidak
suatu lembaga atau organisasi sudah memiliki sopan, hal ini memberi kesan kuat kepada perempuan
sistem pendaftaran/pencatatan serta perempuan dan anak perempuan lain tentang konsekuensi jika
dan anak perempuan mau mengidentifikasi mereka tidak diam.
• Ketergantungan ekonomi dan kekerasan ekonomi
diri, tidak ada jaminan bahwa kasus tersebut
menghalangi perempuan untuk mau melaporkan dan
akan terdaftar atau tercatat. Misalnya, melarikan diri dari kekerasan domestik dan IPV.
ketika perempuan dan anak perempuan yang • Rasa cinta dan harapan bahwa pasangan akan berubah.
mengalami kekerasan mengakses perawatan • Kurangnya dukungan dari keluarga dan teman.
• Kekhawatiran terhadap anak-anak dan takut kehilangan
kesehatan dan mendaftarkan diri, petugas hak asuh jika terjadi perceraian.
kesehatan mungkin saja tidak mendaftarkan
kasus KTPAP karena takut terlibat dalam proses
hukum.
5.4. Jenis sistem manajemen data
Demikian pula, beberapa pejabat kepolisian administrasi
tidak selalu mendaftar atau mencatat KTPAP,
khususnya dalam kasus kekerasan domestik. Polisi Kementerian dan lembaga menggunakan
dapat mencegah perempuan membuat laporan beberapa jenis sistem manajemen data
resmi. Mereka mungkin menyalahkan para untuk mengumpulkan dan menganalisis data
perempuan, mencegah mereka melaporkan atau administrasi yang terkait dengan KTPAP. Termasuk
mendorong mereka untuk kembali dan berdamai di dalamnya sistem berbasis-kertas, sistem
dengan suami dan keluarga mereka. Berbagai berbasis komputer, dan sistem online.
upaya sedang dilakukan di banyak negara untuk
meningkatkan respon polisi, petugas kesehatan, • Sistem pendaftaran atau pencatatan berbasis
penyedia layanan dan petugas peradilan. kertas
Sementara itu, memastikan bahwa kasus yang Banyak kementerian, lembaga, dan organisasi
dilaporkan didaftarkan dengan benar masih non-pemerintah (LSM) bergantung pada
menjadi tantangan. sistem pendaftaran atau pencatatan tulisan

74 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


tangan berbasis kertas, seperti buku catatan, Sistem manajemen kasus terpadu dapat
file kasus dan formulir pelaporan. Sistem mengotomatiskan seluruh siklus klien, dari
berbasis kertas bersifat padat karya karena rujukan ke penyaringan, penilaian risiko atau
sistem ini membutuhkan banyak tenaga /staf kebutuhan, penyampaian layanan, pembebasan
untuk menghitung jumlah kasus dan informasi kasus, peninjauan kembali kasus (re-entry), dan
relevan lainnya yang terkandung dalam file penanganan (aftercare) sesudahnya. Sistem ini
untuk dapat menghasilkan laporan. Ada risiko meningkatkan identifikasi dan manajemen klien,
kesalahan yang tinggi dengan informasi dan menghasilkan profil kebutuhan dukungan dan
data penghitungan tangan dari sistem berbasis memprioritaskan akses ke sumber daya yang
kertas. tersedia. Sistem ini juga dapat menyertakan
modul perencanaan kasus untuk membuat tujuan
• Sistem manajemen data berbasis komputer klien dan memantau kemajuan, dan sistem
Sistem manajemen data berbasis komputer pengawasan, pemantauan dan pengawasan
adalah aplikasi perangkat lunak yang aman layanan, bahkan untuk layanan yang disediakan
yang dirancang untuk mengelola data oleh pihak ketiga. Sistem ini dapat memberikan
administrasi dan perangkat besar data tugas-tugas otomatis, alat pengingat dan
terstruktur, dan untuk menjalankan operasi penilaian. Setiap sistem data administrasi
dan analisis data yang diminta pengguna. nasional tentang KTPAP akan berbeda
berdasarkan tujuan sistem tersebut dibuat
• Sistem manajemen kasus daring (misalnya manajemen kasus, meningkatkan
Sistem manajemen kasus daring (online) atau layanan, atau informasi dan pelaporan), dan
aplikasi perangkat lunak dirancang untuk bisa bervariasi tergantung konteks. Sebelum
mendukung praktik terbaik manajemen kasus mengembangkan sistem data administrasi untuk
dan menawarkan banyak fitur, termasuk fungsi mengumpulkan data tentang KTPAP, penting
untuk pengguna di setiap tingkat organisasi untuk mendefinisikan tujuan pengumpulan data
(penyedia layanan garis depan, supervisor, tersebut dan jenis data yang harus dikumpulkan
manajer, dan pengambil keputusan). Setiap sesuai dengan konteks nasional, misi atau
kelompok pengguna akan dapat melihat tanggung jawab lembaga atau organisasi, dan
dan memperbarui informasi yang relevan rencana penggunaan data.
dengan pekerjaan yang mereka lakukan pada
sebuah kasus, dengan template yang dibuat Kotak 13 menyoroti Sistem Manajemen Informasi
sebelumnya yang terdiri dari komponen data Kekerasan Berbasis Gender (GBVIMS), sebuah
dan alur kerja proses untuk semua fungsi contoh sistem manajemen kasus terpadu, yang
umum manajemen kasus (klien atau orang diluncurkan pada 2006. Sistem ini dirancang
dan informasi rumah tangga; informasi untuk digunakan dalam situasi kemanusiaan dan
rujukan, laporan kasus (intake), penyaringan untuk mendukung pengumpulan data standar,
dan penilaian, catatan dan dokumen kasus, manajemen dan analisa kasus.
perencanaan layanan, pengukuran tujuan
dan hasil, rujukan eksternal, tugas dan
pemberitahuan, laporan operasional dan
manajemen, dan manajemen layanan dan
lokasi).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 75
Kotak 13. Sistem manajemen informasi menganalisis data, dan berbagi data insiden KTPAP
kekerasan berbasis gender (GBVIMS) yang dilaporkan dengan cara yang aman dan etis.

GBVIMS adalah kumpulan data standar, manajemen GBVIMS meliputi:


kasus, dan mekanisme analisis yang memperkenalkan • Alat klasifikasi GBV - definisi standar untuk enam
keamanan dan etika dalam pengumpulan data, dan jenis GBV / KTPAP dan proses klasifikasi insiden
mengatasi tantangan yang menghambat ketersediaan • Formulir pelaporan kasus (Intake) dan pernyataan
data penyediaan layanan secara khusus dalam situasi persetujuan - formulir pelaporan standar untuk
kemanusiaan. memastikan penyedia layanan mengumpulkan
seperangkat umum poin-poin data, sehingga
GBVIMS bersifat unik karena menstandardisasi perempuan dan anak perempuan berdaya untuk
pengumpulan data insiden dan terminologi KTPAP memutuskan informasi apa yang mereka ingin
di seluruh badan penyedia layanan, menghilangkan bagikan. Ketentuan ini membantu melindungi
nama dari data KTPAP yang disimpan dan berbagi hak-hak perempuan dan anak perempuan untuk
data dengan aman, serta secara otomatis membuat mengontrol data tentang suatu peristiwa dan
statistik tentang insiden KTPAP yang dilaporkan yang melindungi identitas mereka.
dapat digunakan untuk menentukan sasaran program, • Perekam persistiwa (Incident Recorder)- sebuah
mengungkapkan kesenjangan dan mengidentifikasi basis data yang dirancang untuk menyederhanakan
area untuk penelitian. dan meningkatkan pengumpulan data, kompilasi
dan analisis
GBVIMS dapat membantu penyedia layanan untuk • Kerangka Pedoman Berbagi Informasi GBV -
lebih memahami kasus KTPAP yang dilaporkan dan Prinsip-prinsip tentang berbagi data KTPAP yang
memungkinkan lembaga untuk berbagi data secara aman dan etis, serta praktik terbaik untuk diikuti
internal dan lintas sektor untuk meningkatkan ketika mengembangkan protokol berbagi informasi
manajemen kasus, koordinasi dan analisis tren. antar-lembaga.
GBVIMS menyediakan sistem sederhana bagi manajer
proyek KTPAP untuk mengumpulkan, menyimpan dan

Sumber: GBVIMS. Tersedia di: http://www.gbvims.com/

5.5. Sistem penyimpanan catatan mungkin masih bergantung pada dokumen


administrasi di negara-negara berbasis kertas. Demikian pula, kepolisian
anggota ASEAN mungkin memiliki sistem manajemen data
berbasis komputer di tingkat provinsi, tetapi di
Ketika menyangkut sistem pencatatan tingkat kabupaten banyak laporan kejahatan
KTPAP, tinjauan sebelumnya mengenai data didaftarkan dan dicatat di atas kertas, termasuk
administrasi KTPAP di negara-negara berkembang di buku harian kantor polisi. Sektor-sektor
menunjukkan berbagai variasi di seluruh peradilan juga cenderung lebih bergantung pada
sektor, kementerian, lembaga, dan negara. 1 catatan-catatan kertas, termasuk berkas-berkas
Kementerian dan lembaga cenderung memiliki kasus pengadilan.
registrasi berbasis kertas dan sistem pencatatan
di tingkat kabupaten dan provinsi. Komputer Di Filipina, formulir standar telah dikembangkan
digunakan biasanya untuk mengimpor data untuk mengumpulkan informasi tentang KTPAP,
yang dihitung secara manual ke dalam tabel termasuk jenis-jenis kekerasan, karakteristik
yang dikembangkan dalam perangkat lunak korban dan pelaku serta layanan yang dibutuhkan
pengolah kata (word processing software). dan diakses. Untuk mengurangi duplikasi dan
Lembaga kesejahteraan sosial dan perlindungan untuk memantau layanan yang diberikan
anak mungkin memiliki sistem manajemen kepada perempuan dan anak perempuan yang
kasus berbasis komputer yang beroperasi mengalami kekerasan, Komisi Perempuan Filipina
bahkan sampai ke tingkat distrik, tetapi petugas mengembangkan sistem manajemen data
kesejahteraan sosial dan perlindungan anak nasional KTPAP berbasis web. Untuk menjamin

76 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


kerahasiaan, sistem ini mengeluarkan nomor Komisi Filipina untuk Perempuan adalah
identifikasi unik untuk setiap orang (yang berbeda organisasi kecil dengan sumber daya terbatas
dari nomor identifikasi nasional), dan data yang untuk memelihara dan mengelola sistem
tertaut ke nomor itu. pengelolaan data KTPAP nasional dan
memastikan keamanannya. Sistem manajemen
Beberapa tantangan telah menghambat data KTPAP nasional mungkin rentan terhadap
penerapan penuh sistem manajemen data KTPAP peretasan atau pelanggaran keamanan data,
nasional dan mengurangi kualitas data yang dan Komisi Perempuan Filipina tidak memiliki
dikumpulkan. keahlian teknis untuk memastikan kerahasiaan
informasi pribadi.
Tantangan-tantangan ini meliputi:
• Perputaran personil yang tinggi, yang Di Indonesia, sedang dilakukan upaya
mengakibatkan kebutuhan berulang untuk untuk menerapkan sistem manajemen data
melatih staf baru; dan administrasi nasional yang dapat mengelola
• Tanpa pelatihan yang mencukupi, personil data yang dikumpulkan oleh berbagai sektor dan
tidak dapat mengisi formulir standar dengan lembaga, termasuk insiden kekerasan terhadap
benar; perempuan dan anak yang terdaftar (lihat Kotak 14)
• Konektivitas internet yang buruk di tingkat
kecamatan dan kabupaten merupakan kendala
untuk menggunakan sistem online.

Kotak 14. Sistem Manajemen Data cara yang sama. Beberapa pusat layanan bergantung
Administrasi PPA SIMFONI KPPPA pada dokumen berbasis kertas dan menyusun data
Indonesia secara manual, sedangkan yang lain memasukkan
data kasus ke dalam sistem manajemen data berbasis
Di Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan komputer yang memungkinkan mereka untuk
dan Perlindungan Anak (KPPPA) memiliki tugas utama mengkompilasi dan menganalisis data kasus dan
untuk membantu Presiden dalam merumuskan klien dengan menggunakan perangkat lunak berbasis
kebijakan dan meningkatkan koordinasi untuk komputer.
mendukung pemberdayaan perempuan dan untuk
menjamin kesejahteraan dan perlindungan anak. KPPPA menginvestasikan sumber daya keuangan
Kementerian berpartisipasi dalam program bersama dan manusia yang signifikan untuk membangun
dengan kementerian lain untuk menyediakan layanan dan meluncurkan SIMFONI PPA, sebuah sistem
terkoordinasi untuk perempuan dan anak, dan manajemen data online. Beberapa Pusat Layanan
berperan penting dalam mengeluarkan pedoman Terpadu mulai memasukkan data kasus dan klien
kebijakan untuk perlindungan sosial bagi pemerintah ke dalam sistem, tetapi yang lain tidak bersedia
daerah. memasukkan data kasus dan klien ke dalam sistem
karena memiliki kekhawatiran atas kerahasiaan klien,
Kementerian mengumpulkan data tentang kasus- perlindungan data dan keamanan. Berdasarkan input
kasus yang terdaftar dan dicatat oleh departemen data ke SIMFONI PPA, KPPPA dapat menghasilkan apa
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di yang disebut kompilasi dan analisis data real-time.
tingkat propinsi dan kabupaten, serta Pusat Layanan Sistem ini dapat melengkapi data KTPAP dengan
Terpadu untuk Perlindungan Perempuan dan Anak populasi provinsi dan kabupaten dan data komunitas
yang terkait dengan klien, kasus, layanan yang (data populasi, data tingkat kemiskinan dan data
disediakan, dan rujukan. Tidak semua Pusat Layanan pengangguran).
Terpadu mendaftar dan mencatat informasi dengan

Sumber: UNICEF, Review and Assessment of Sources of Administratif Data on Violence against Children (2017).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 77
Di negara-negara anggota ASEAN, beberapa • Nama Pelaku
kementerian dan lembaga (seperti polisi, • Jenis Kelamin Pelaku
penyedia layanan dan tempat penampungan) • Penggunaan senjata
memiliki sistem pendaftaran atau pencatatan • Jenis senjata
untuk insiden-insiden KTPAP yang teridentifikasi • Usia pelaku
dan dilaporkan, dan mereka secara teratur • Instansi pemerintah yang dirujuk
mengumpulkan data tentang KTPAP. Kementerian korban
dan lembaga lain umumnya tidak mengumpulkan • Layanan yang diberikan kepada korban
data tentang KTPAP (lembaga urusan perempuan, • Hubungan Korban-pelaku
rumah sakit, klinik kesehatan, sekolah dan • Penggunaan media sosial / internet
universitas). untuk melakukan kekerasan

Kementerian dan lembaga yang memiliki sistem


Untuk menghormati prinsip kerahasiaan dan
registrasi atau pencatatan KTPAP dan merupakan
keamanan, beberapa negara mungkin memilih
titik masuk (entry of point), cenderung
untuk tidak mengumpulkan nama korban tetapi
menyimpan catatan insiden yang dilaporkan.
untuk membuat nomor identifikasi, yang bukan
Kecamatan dan kabupaten (kecamatan atau
nomor identifikasi nasional, untuk dapat melacak
kantor polisi kabupaten) biasanya merupakan
kasus tersebut.
titik masuk; namun, terkadang, insiden KTPAP
dapat dilaporkan dan didaftarkan di tingkat
UNODC
provinsi (kantor polisi atau rumah sakit provinsi).
mengembangkan
International
Data administrasi akan baik jika sistem
Classification of Crime
pencatatan dan registrasi pada titik masuk baik,
for Statistical Purposes
sehingga memperbaiki sistem pendaftaran
(ICCS)/ Klasifikasi
dan memastikan pelatihan personil pada titik
internasional tentang
masuk sangat penting (lihat Lampiran B untuk
kejahatan untuk
formulir pendaftaran perkara yang dikembangkan
keperluan statistik 2 pada
oleh penyedia layanan di Kamboja). Termasuk
tahun 2016.
pentingnya memastikan informasi rinci tentang
(berbagai) insiden yang menimpa korban Kerangka ini menyediakan klasifikasi
didaftarkan dan dicatat. Kategori informasi yang internasional mengenai kejahatan untuk
harus dikumpulkan dalam data administrasi keperluan statistik, dengan beberapa elemen
yaitu: yang relevan untuk definisi dan pendefinisian
data administrasi KTPAP.
Hal ini didasarkan pada konsep, definisi dan
• Jenis kelamin korban prinsip yang disepakati secara internasional untuk
• Usia korban meningkatkan konsistensi dan perbandingan
• Insiden kekerasan tunggal atau statistik kejahatan internasional, dan
kekerasan berulang meningkatkan kemampuan analitis di tingkat
• Nama atau nomor identifikasi korban nasional dan internasional.
• Jenis kekerasan yang dialami (daftar
semua jenis kekerasan yang dialami) ICCS menyediakan kerangka kerja untuk secara
• Lokasi tempat insiden kekerasan terjadi sistematis menghasilkan dan membandingkan
• Kekerasan dalam rumah tangga data statistik dari berbagai lembaga peradilan
• Jenis-jenis cedera yang berhubungan pidana dan yurisdiksi yang berbeda. Di tingkat
dengan kekerasan internasional dan regional, ICCS dapat digunakan

78 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


untuk meningkatkan komparabilitas data lembaga dan penyedia layanan. Penting juga
kejahatan antar negara. Standarisasi konsep bahwa sistem pencatatan itu memungkinkan
dan definisi memungkinkan pengumpulan, data untuk dikompilasi secara berkala (bulanan
analisis dan penyebaran data secara sistematis. atau triwulanan) sehingga data dapat dianalisis
Di tingkat nasional, ICCS dapat digunakan secara teratur oleh kementerian dan lembaga.
sebagai model untuk membangun struktur dan Misalnya, di Malaysia, Kementerian Perempuan,
mengatur data statistik yang sering dihasilkan Keluarga, dan Pengembangan Masyarakat
sesuai dengan kategori hukum alih-alih kategori memiliki sistem pencatatan dan secara teratur
analitis. Selain itu, ICCS dapat menyelaraskan mengumpulkan data tentang KTPAP dalam
dan menstandardisasi data lintas lembaga yang format spreadsheet yang kemudian dicetak
memiliki sistem statistik atau kerangka hukum dalam bentuk buku saku sebagai catatan hard
yang berbeda dan di seluruh sumber data copy.
yang berbeda (catatan administrasi dan survei
prevalensi). Hambatan dan tantangan dalam pengumpulan
data sering kali ada karena masalah pada formulir
Dalam hal kementerian atau lembaga memiliki pendaftaran atau formulir entry data pada
sistem registrasi atau pencatatan berbasis titik masuk. Hal ini menunjukkan pentingnya
kertas atau berbasis komputer, atau keduanya, meningkatkan pengumpulan data di titik masuk.
yang perlu dipastikan adalah bahwa sistem Tabel 6 mengidentifikasi beberapa hambatan dan
pendaftaran atau pencatatan itu secara rutin tantangan pengumpulan data administrasi KTPAP
digunakan untuk mencatat semua insiden yang sering ada. Tabel ini juga merangkum solusi
KTPAP yang diidentifikasi dan dilaporkan kepada untuk tantangan tersebut.

Diagram 6. Hambatan/tantangan dan solusi untuk sistem pendaftaran/pencatatan insiden


kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan

Hambatan/Tantangan Solusi

Definisi KTPAP dan pemilahan jenis Gunakan definisi umum KTPAP dan cara-cara
KTPAP yang terbatas dan tidak konsisten serupa untuk memilah jenis-jenis KTPAP lintas
lintas sektor, kementerian dan lembaga sektor sesuai dengan definisi internasional dan/
menghambat kompilasi lintas sektor atau nasional dari KTPAP dan/ atau kejahatan
(kesehatan, kesejahteraan sosial, nasional yang berlaku (terutama untuk polisi dan
perlindungan anak, tempat penampungan, sistem peradilan).
bantuan jaringan telpon (helplines), polisi,
jaksa, pengadilan dan serikat pekerja Beberapa negara dapat memilih untuk
perempuan) membentuk kelompok kerja teknis (technical
working group) atau komite yang terdiri dari
perwakilan penyedia layanan KTPAP (kesehatan,
kesejahteraan sosial, perlindungan anak, tempat
penampungan, saluran bantuan, polisi, jaksa,
pengadilan, dan/atau serikat pekerja perempuan)
untuk membantu mengklarifikasi definisi umum
dari KTPAP dan pemilahan jenis KTPAP.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 79
Hambatan/Tantangan Solusi

Membuat pemilahan yang lebih besar dari masing-


masing jenis yang berbeda:
Pemilahan yang tidak mencukupi menurut • Kekerasan fisik (kekerasan fisik yang
jenis KTPAP ke dalam kategori yang terlalu mengakibatkan kerusakan organ tubuh atau
umum - kekerasan fisik, seksual, psikologis, cacat, kekerasan fisik dengan cedera, kekerasan
dan ekonomi. fisik tanpa cedera, kekerasan fisik dengan senjata
atau benda keras)
• Kekerasan seksual (kekerasan seksual,
pemerkosaan, pelecehan seksual)
• Kekerasan psikologis (perilaku mengendalikan,
mengancam melakukan kekerasan fisik,
meremehkan atau menghina)
• Kekerasan ekonomi (menolak memberi nafkah,
menolak berkontribusi secara finansial, menolak
menyediakan makanan dan kebutuhan dasar,
mengontrol akses ke perawatan kesehatan dan
pekerjaan).

Berikut adalah pengumpulan data yang perlu


dipertimbangkan
untuk pemilahan bentuk-bentuk lain dari
kekerasan:
• Femicide
• Perdagangan orang
• Eksploitasi seksual
• Pernikahan anak dan pernikahan dini
• Kekerasan menggunakan zat asam
• Pelecehan seksual

Pemilahan data yang terbatas dan tidak Data harus dikumpulkan dan dicatat berdasarkan
terlalu berguna adalah yang dilakukan usia sebenarnya berdasarkan tahun usia korban,
berdasarkan usia untuk perempuan dan untuk memungkinkan pemilahan berdasarkan
anak perempuan yang mengalami kekerasan kelompok usia.
(0-17 tahun, 10-19 tahun, 15-59 tahun) dan
pemilahan yang tumpang tindih (0–18 tahun Jika cara ini bukan pilihan, sebaiknya memisahkan
dan 18-25 tahun, karena perempuan yang anak perempuan (0-17 tahun) dari perempuan
berusia 18 tahun mungkin berada di salah dewasa (18 tahun ke atas). Pemilahan lebih
satu atau kedua kelompok). lanjut dapat mengikuti logika kenaikan (logical
increments) untuk anak perempuan (0–4 tahun, 5-9
tahun, 10-14 tahun, 15-17 tahun) dan peningkatan
10 tahun untuk perempuan dewasa (18-24 tahun,
25-29 tahun, 30-39 tahun, 40–49 tahun, 50–59
tahun, 60+ tahun).

Sumber: Diinformasikan oleh UNICEF, UNICEF Review and Assessment of Sources of Administrative Data on Violence against Children (2017)

80 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Hambatan/Tantangan Solusi

Kementerian, lembaga, dan organisasi harus


meninjau setiap tahun formulir pendaftaran
Registrasi berbasis kertas atau formulir atau pencatatan berbasis kertas dan sistem
penyimpanan catatan dan sistem manajemen manajemen berbasis-komputer untuk memastikan
berbasis komputer tidak diperbarui secara bahwa data-data yang tercatat sudah diperbarui
teratur untuk mencerminkan perubahan dan sudah menangkap bentuk-bentuk KTPAP
dalam undang-undang dan bentuk-bentuk yang tercantum dalam peraturan baru dan
kontemporer KTPAP (kategori kekerasan bentuk-bentuk KTPAP kontemporer yang sedang
yang terkait dengan kekerasan dalam diidentifikasi. Yang terbaik adalah mengumpulkan
rumah tangga, kekerasan seksual atau data tentang KTPAP dalam kategori khusus alih-alih
perkosaan, eksploitasi seksual, tindakan mengkategorikannya hanya sebagai ‘lain-lain’.
mengintai,tindakan mempermalukan di
media sosial (online shaming) ). Beberapa negara memilih untuk membentuk
kelompok kerja atau komite kerja lintas lembaga
Jika tidak diperbarui secara reguler, tindakan untuk mengumpulkan data KTPAP dan mereka
semacam ini dapat dikategorikan sebagai bertemu setiap tahun untuk mewujudkan maksud
'lain-lain' dalam formulir dan sistem data, ini; namun, perlu dipertimbangkan sejauh mana
sehingga data tentang bentuk-bentuk baru mereka dapat memengaruhi kementerian atau
KTPAP akan hilang. lembaga untuk memperbarui formulir dan sistem
manajemen data mereka.

Sistem pendaftaran atau pencatatan perlu


digunakan secara teratur untuk mencatat semua
insiden KTPAP yang teridentifikasi dan dilaporkan
Inkonsistensi dan penundaan waktu dalam
kepada lembaga dan penyedia layanan. Data harus
merekam dan mendaftarkan kasus KTPAP.
dicatat dan dimasukkan ke dalam sistem registrasi
atau pencatatan pada saat dilaporkan, tanpa
penundaan.

Semua formulir harus memiliki instruksi yang jelas


tentang tata cara mengisi semua kategori yang
berkaitan dengan orang yang mengalami atau
melakukan kekerasan, informasi kasus dan insiden,
dan layanan yang disediakan. Harus ada kategori
untuk informasi yang tidak diketahui pada setiap
Data tidak lengkap (formulir tidak lengkap,
kategori sehingga tidak ada ukuran atau kategori
data hilang)
yang dibiarkan kosong pada formulir.

Staf harus dilatih dan diinstruksikan untuk


mendokumentasikan semua insiden KTPAP
dan untuk melengkapi formulir registrasi atau
pencatatan KTPAP.

Sumber: Diinformasikan oleh UNICEF, UNICEF Review and Assessment of Sources of Administrative Data on Violence against Children (2017)

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 81
Hambatan/Tantangan Solusi

Pelatihan yang tepat untuk staf mencakup banyak


Kurangnya pelatihan untuk staf mengenai
aspek dari dampak kekerasan pada perempuan dan
sistem manajemen data berbasis kertas atau
anak perempuan, keluarga dan masyarakat.
berbasis komputer dan prinsip etika dan
Pelatihan harus mencakup penerimaan laporan
kerahasiaan pengumpulan data KTPAP.
dari pelapor perempuan dan anak perempuan,
Pengurangan staf yang terlatih dapat
melengkapi formulir pendaftaran atau pelaporan,
menjadi tantangan di beberapa kementerian
dan menghormati etika, kerahasiaan dan prinsip
atau lembaga (petugas kepolisian sering kali
keselamatan.
dirotasi).
Staf harus dilatih untuk secara sensitif
Transisi ke manajemen data berbasis
mempertanyakan dan mengumpulkan
komputer dan/atau sistem manajemen
informasi yang relevan dari para penyintas
kasus sering lambat dan penuh tantangan,
KTPAP, menghormati prinsip-prinsip penting
termasuk infrastruktur (listrik dan
dari kerahasiaan dan etika untuk memastikan
konektivitas internet), peralatan (komputer/
keamanan staf dan penyintas, dan mencegah
tablet dan internet), dan kapasitas manusia
munculnya trauma lama korban karena ada
(inkonsistensi antara staf dan supervisor yang
pertanyaan yang tidak peka.
ditugaskan melakukan transisi).

Sumber: Diinformasikan oleh UNICEF, UNICEF Review and Assessment of Sources of Administrative Data on Violence against Children (2017)

Ada kebutuhan untuk infrastruktur (listrik dan (tingkat menteri) (lihat diagram 5). Biasanya
koneksi internet), peralatan (komputer / tablet), di tingkat nasional data KTPAP dikumpulkan,
dan kapasitas manusia (staf dan pengawas dianalisis, dan dilaporkan setiap kuartal atau
terlatih dan diharuskan untuk menggunakan setiap tahun.
sistem berbasis komputer) untuk mendukung
transisi dari sistem berbasis kertas ke komputer di Penyedia layanan CSO dan LSM serta fasilitas
tingkat kabupaten, provinsi dan nasional. perawatan kesehatan swasta yang menyediakan
layanan bagi para penyintas KTPAP juga
Kementerian dan lembaga perlu memastikan mendaftarkan kasus dan mengumpulkan data
dukungan teknologi informasi sudah tersedia yang relevan. Di sebagian besar negara, data
dan dapat diakses oleh staf dan pengawas ketika administrasi yang dikumpulkan oleh CSO dan LSM
mereka mempelajari sistem berbasis komputer dikumpulkan dan disimpan secara terpisah dari
baru sehingga mereka dapat mengatasi masalah yang dikumpulkan Pemerintah. Data biasanya
teknologi dan sistem. tidak dibagikan dengan Pemerintah kecuali
dalam bentuk ringkasan, untuk memastikan
5.6 Alur data administrasi mengenai kerahasiaan. Ringkasan data administrasi yang
kekerasan terhadap perempuan dan dikumpulkan oleh CSO dan penyedia layanan
anak perempuan LSM dan fasilitas perawatan kesehatan swasta
perlu dibagi dengan kelompok kerja atau komite
Di sebagian besar negara anggota ASEAN, KTPAP nasional dan komisi nasional KTPAP, karena
lembaga pemerintah mengumpulkan data data ini memperlihatkan titik masuk (points of
administrasi KTPAP dan menyusun laporan secara entry) dan layanan yang diberikan kepada para
teratur (harian, mingguan, bulanan, dan/atau penyintas KTPAP, serta jumlah insiden KTPAP yang
kuartalan). Data mengalir dari titik pendaftaran teridentifikasi dan dilaporkan.
atau penyedia layanan ke tingkat nasional

82 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Penyintas KTPAP memiliki banyak kebutuhan, rumah tangga (Gambar 6) dan perempuan dan
termasuk akses ke perawatan kesehatan, anak perempuan yang mengalami pemerkosaan
dukungan psiko-sosial, bantuan hukum, atau kekerasan seksual (Diagram 7). Diagram
perlindungan dan keadilan. Setiap sektor, agensi, 6 dan 7 tidak dimaksudkan untuk digunakan
dan organisasi ini harus mengumpulkan data sebagai model untuk jalur rujukan.
tentang KTPAP, termasuk informasi tentang para Diagram ini menjelaskan tentang sumber
penyintas dan pelaku KTPAP dan rincian terkait pengumpulan data administrasi mengenai
dengan insiden tersebut. Dalam banyak kasus, insiden atau kasus kekerasan dalam rumah
data tentang KTPAP terfragmentasi di berbagai tangga, perkosaan atau kekerasan seksual,
sektor, lembaga dan organisasi, dan data ini serta betapa rumitnya aliran data di seluruh
tidak mengalir ke penyedia layanan kesehatan, penyedia layanan dan lembaga peradilan. Dengan
penyedia dukungan psiko-sosial, bantuan hukum, menggunakan pemetaan perjalanan aktual
perlindungan dan keadilan. Kalaupun informasi dari para penyintas KTPAP, Kamboja berupaya
dan data dibagikan, kemungkinan besar hanya menggunakan bukti untuk meningkatkan jalur
untuk memfasilitasi manajemen kasus internal. ini agar dapat merespon kebutuhan perempuan
Di Kamboja, ada kekurangan kapasitas untuk dan anak perempuan secara lebih baik. Dalam
sistem manajemen data berbasis komputer, dan kasus Kamboja, data administrasi telah terbukti
kerahasiaan tetap menjadi tantangan ketika penting untuk mendokumentasikan jenis-jenis
harus berbagi informasi tentang kasus dan layanan yang disediakan dan dirujuk. Data
korban KTPAP. Kamboja mengakui bahwa dengan administrasi KTPAP membantu memahami
memastikan kerahasiaan penyintas KTPAP, permintaan layanan dan mengidentifikasi
maka kemampuan dan kesediaan korban untuk hambatan dalam penggunaan layanan serta
mencari bantuan dan layanan dapat meningkat. memperkirakan biaya untuk penyediaan layanan.
Para peneliti memetakan jalur aktual (actual
pathway) melalui penyedia layanan dan lembaga
peradilan di Kamboja untuk perempuan dan anak
perempuan yang mengalami kekerasan dalam

Diagram 5. Alur data administrasi

Kementerian dan lembaga pemerintah

Kecamatan Kabupaten Provinsi Negara


Entitas non-pemerintah

Fasilitas
Penyedia perawatan
layanan CSO / kesehatan
LSM swasta

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 83
Diagram 6. Perjalanan korban kekerasan dalam rumah tangga di Kamboja

Kekerasan yang Perawatan medis


berakibat cedera darurat untuk cedera
dapat dirujuk untuk Pengadilan
intervensi lain paling sering
Mediasi biasa terjadi untuk menangani
Intervensi polisi
dalam kasus kekerasan perceraian (bukan
- mediasi atau
yang mengakibatkan tuduhan kriminal
rujukan untuk ke
cedera untuk kekerasan
pengadilan
dalam rumah
Penyintas mencari bantuan Layanan tangga)
dari sumber terdekat lainnya
Intervensi yang Layanan
paling umum penting lainnya
Keluarga terdekat Kepala Desa adalah mediasi. Tempat berlindung berdasarkan
atau tetangga Penyintas mencari bantuan Mediasi ada di yang aman ketersediaan dan
segera dalam hukum pengetahuan
Mencari bantuan untuk untuk 'kejahatan rujukan dari
Dukungan
intervensi segera kecil dan penyedia layanan
Mediasi adalah bentuk psiko-sosial
intervensi umum pelanggaran
ringan' Layanan hukum Jika sebuah LSM
atau jaringan
Kepala Dusun/Dewan Mediasi Bantuan materiil multi-sektoral
Dusun berulang beroperasi, rujukan
Dusun Mediasi 'tidak
Komite Untuk adalah hal biasa ke layanan penting
terselesaikan' Perawatan
Mediasi Perempuan dan rujukan lainnya lebih umum
di desa kesehatan lainnya
dan Anak-anak dan ke layanan dilakukan
kebutuhan darurat lain belum
(tempat tinggal, sistematis di
makanan, dll.) Kabupaten mediasi " tidak semua lokasi
terselesaikan" ditingkat dusun

Koordinasi

Sumber: UN Women, Cost Essential Services for Women Subjected to Intimate Partner and Sexual Violence in Cambodia (Phnom Penh, 2017)

Diagram 7. Perjalanan korban peristiwa perkosaan atau kekerasan seksual di Kamboja

Pihak berwenang
setempat merujuk
pada Polisi
Penyintas mencari
bantuan dari Pemerkosaan atau Layanan Lainnya
sumber terdekat kekerasan seksual
ditafsirkan sebagai Layanan penting
kriminal Tempat berlindung lainnya berdasarkan
Suatu penyelesaian ketersediaan dan
yang aman
keuangan biasanya pengetahuan
dinegosiasikan rujukan dari
Dukungan
Intervensi polisi oleh polisi atau penyedia layanan
psiko-sosial
otoritas lain. Jika
ini kasusnya, Jika sebuah LSM
Layanan hukum
tindakan pengadilan atau jaringan multi-
Rujukan untuk umumnya sektoral beroperasi,
Bantuan materiil
pemeriksaan dijatuhkan rujukan ke layanan
forensik Perawatan penting lainnya
kesehatan lainnya lebih umum

Rujukan ke
Pengadilan Jaksa

Sumber: UN Women, Cost of Essential Services for Women Subjected to Intimate Partner and Sexual Violence in Cambodia (Phnom Penh, 2017).

84 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Kotak 15. Contoh alur data administrasi tentang
kekerasan perempuan dan anak perempuan di
kementerian dan lembaga.
Di banyak negara anggota ASEAN, kementerian
dan lembaga menghadapi tantangan dari Tingkat kecamatan dan kabupaten
aliran data administrasi, beberapa di antaranya • Banyak kementrian dan lembaga menggunakan sistem
dijelaskan di bawah ini. pencatatan berbasis kertas.
• Penghitungan manual (perlu sumber daya besar dan
• Keterlambatan aliran data dari kecamatan> risiko kesalahan tinggi)
kabupaten > provinsi> sampai tingkat
nasional. Keterlambatan arus data dapat Tingkat provinsi
• Seringkali berbasis kertas, tetapi kadang dimasukkan ke
menjadi tantangan, terutama dari daerah
Excel (bervariasi di seluruh kementerian dan lembaga)
pedesaan dan daerah terpencil suatu • Penghitungan manual dengan sistem berbasis kertas
negara atau di negara-negara dengan zona (sumber daya besar dan risiko kesalahan tinggi)
konflik. Di beberapa negara, data tidak selalu • Ada upaya untuk dimasukkan ke dalam sistem
manajemen berbasis komputer di beberapa
mengalir melalui setiap tingkatan ini, karena kementerian dan lembaga
beberapa kabupaten tidak diwajibkan untuk
menyerahkan data ke tingkat pemerintah Level nasional
• Seringkali beralih dari sistem berbasis kertas ke sistem
provinsi, misalnya, di Indonesia. manajemen data berbasis komputer (bervariasi antar
kementerian dan lembaga)
• Inkonsistensi dalam penggunaan sistem • Beberapa kementerian dan lembaga memiliki sistem
manajemen data online atau sistem manajemen kasus
berbasis kertas dan berbasis komputer di
yang memungkinkan untuk input data yang lebih mudah
setiap tingkatan di banyak kementerian dan pada saat pendaftaran, dan data dapat diakses dan
lembaga. Beberapa lembaga menggunakan dianalisis mendekati real-time di tingkat nasional
sistem pendaftaran atau pencatatan berbasis
kertas dan tulisan tangan (misalnya, buku data tentang kasus-kasus KTPAP yang mereka
catatan, buku harian kantor polisi dan file tangani, sehingga data KTPAP terpecah di dua
kasus), di mana kompilasi data dilakukan unit kepolisian yang berbeda.
secara manual sebagai penghitungan. Praktik
semacam ini memerlukan sumber daya yang • Ada beberapa personel yang memiliki keahlian
besar dan mengandung risiko kesalahan dalam manajemen data dan keterampilan
yang tinggi dalam kompilasi data dan dapat analisis di kementerian dan lembaga,
menyebabkan keterlambatan pelaporan. Di khususnya di bidang KTPAP. Kementerian dan
beberapa kementerian dan lembaga, data lembaga membutuhkan personil yang memiliki
yang dikumpulkan dari tingkat kecamatan, keahlian dalam manajemen dan analisa data
kabupaten dan provinsi dimasukkan ke dalam di setiap tingkatan (kabupaten, provinsi dan
sistem berbasis komputer hanya di tingkat nasional), khususnya di tingkat nasional
nasional, sehingga membatasi jenis analisa di mana data dikumpulkan dan dianalisis
data yang dapat dilakukan untuk menghitung secara triwulanan dan / atau tahunan hingga
frekuensi. Analisis hubungan antar variabel laporan dihasilkan. Kurangnya keahlian dapat
tidak dapat dilakukan (lihat Kotak 15). berkontribusi pada penundaan, terutama
ketika personil memiliki keterbatasan waktu
• Data terfragmentasi di beberapa kementerian untuk mengelola dan mengkompilasi data.
dan lembaga. Misalnya, di beberapa lembaga
kepolisian, data KTPAP tidak dibagi antara divisi • Validasi data merupakan tantangan utama
investigasi kriminal kepolisian dan unit gender di banyak kementerian dan lembaga.
di kepolisian. Kasus-kasus KTPAP yang berat Kementerian dan lembaga harus memiliki
ditangani oleh divisi investigasi kriminal dan proses formal untuk memvalidasi data,
kasus KTPAP ringan ditangani oleh unit gender terutama ketika data dikompilasi dan
kepolisian, akan tetapi dua unit tersebut dibagikan dari tingkat kecamatan, kabupaten,
tidak selalu berbagi atau mengumpulkan provinsi dan nasional.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 85
5.7 Analisis dan pelaporan data memastikan semua bentuk kekerasan yang
administrasi mengenai kekerasan dialami perempuan didaftar dan dicatat pada
terhadap perempuan dan anak titik masuk (points of entry).
perempuan
• Kumpulkan dan analisis semua bentuk KTPAP
dan untuk kelompok sasaran tertentu. Bentuk-
Data administrasi KTPAP kurang dianalisa karena bentuk lain dari KTPAP, seperti pernikahan dini
kurangnya pengetahuan analisis dan pelaporan. dan anak, perdagangan perempuan, eksploitasi
Masalah yang dihadapi kementerian dan seksual, kekerasan dengan menggunakan zat
lembaga mencakup hal-hal berikut: asam (acid) dan femisida (femicide) , dapat
dikumpulkan, dikompilasi, dianalisis dan
• Kurangnya keterampilan analisis data dilaporkan secara terpisah untuk menyediakan
• Kurangnya pengetahuan dan pemahaman data dan informasi mengenai isu-isu spesifik
tentang teori dan literatur KTPAP yang harus ini. Karena sebagian perempuan lebih rentan
memandu analisis data terhadap kekerasan, data harus dikumpulkan
• Kurangnya pemahaman tentang penggunaan untuk kelompok sasaran tertentu, misalnya
data KTPAP(tujuan digunakannya data KTPAP perempuan migran, perempuan penyandang
dan siapa yang dapat menggunakannya) disabilitas, perempuan yang tinggal bersama
• Bagaimana secara tepat menyajikan dan dan terkena dampak HIV dan AIDS, anak
melaporkan data KTPAP berdasarkan target perempuan, perempuan lansia, etnis
audiens minoritas dan/atau perempuan pribumi,
perempuan yang memiliki masalah hukum,
Untuk menganalisis data ada beberapa perempuan yang tinggal di daerah yang
pertimbangan penting sebagai mana diuraikan di terkena bencana atau konflik, perempuan
bawah ini. pengungsi dan terlantar, perempuan migran
baik yang berdokumen (legal) maupun
• Analisa dan laporkan data administrasi yang tidak berdokumen (ilegal), perempuan
KTPAP dimana data dipilah berdasarkan jenis tanpa kewarganegaraan, pembela hak asasi
KTPAP (kekerasan fisik, seksual, psikologis, perempuan dan pendukung kesetaraan jender,
dan ekonomi). Menganalisis masing-masing dan perempuan yang diperdagangkan untuk
jenis KTPAP yang berbeda penting dilakukan, melakukan kerja paksa atau dieksploitasi
begitu pula menjumlahkannya berdasarkan secara seksual.
jenis-jenis kekerasan agar diperoleh jumlah
total kasus kekerasan yang dilaporkan atau • Analisa dan laporkan frekuensi dan persentase
didaftarkan menurut jenisnya. Misalnya, (proporsi) berdasarkan jumlah totalnya.
jumlah total semua kasus kekerasan fisik. Seperti ditunjukkan pada Tabel 7, frekuensi
Karena perempuan sering mengalami lebih dan persentase (proporsi) sebaiknya dihitung
dari satu jenis kekerasan, jumlah jenis KTPAP dan dilaporkan. Ketika hanya frekuensi
tidak boleh dibatasi hanya pada kekerasan yang dilaporkan (tanpa persentase), sulit
fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi; tetapi bagi pembaca untuk menentukan seberapa
dapat dikompilasi, misalnya, dalam kasus serius masalah tersebut jika dibandingkan
kekerasan fisik dan seksual yang dialami pada jumlah kasus yang dilaporkan dan terdaftar.
saat yang sama, dimana jumlahnya tidak akan Persentase (proporsi), karenanya, sangat
selalu mencapai total yang diinginkan (lihat penting untuk dilaporkan.
Tabel 7). Kementerian dan lembaga harus

86 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Tabel.7 Contoh analisa dan pemilahan data administrasi KTPAP untuk
kementrian dan lembaga

Kasus KTPAP Terdaftar N = 300

Jumlah Persentase

Kekerasan fisik 100 33,3

Kekerasan fisik yang mengakibatkan kerusakan organ


tubuh atau kecacatan 5 1.7

Kekerasan fisik dengan cedera 80 26.7

Kekerasan fisik tanpa cedera 15 5.0

Kekerasan fisik dengan senjata atau benda keras 35 11.7

Kekerasan seksual 60 20.0

Penyerangan seksual 30 10,0

Pemerkosaan 25 8.3

Pelecehan seksual 5 1.7

Kekerasan psikologis 150 50,0

Mengontrol perilaku 80 26.7

Ancaman yang membahayakan fisik 60 20.0

Meremehkan atau menghina 90 30,0

Kekerasan ekonomi 30 10,0

Catatan: Beberapa perempuan mengalami lebih dari satu jenis kekerasan, dan beberapa jenis kekerasan dapat dimasukkan dalam satu kasus
KTPAP yang terdaftar, sehingga persentasenya tidak dapat ditambahkan hingga 100. Tabel ini tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai
sebuah model pemilahan bentuk-bentuk kekerasan, karena akan bervariasi dari satu negara ke negara lain, berdasarkan hukum nasional dan
sistem data nasional.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 87
• Data administrasi tidak boleh disalahartikan
sebagai data prevalensi. Data administrasi bukan
data prevalensi. Data prevalensi mencerminkan
• Karena para penyintas KTPAP sering mengalami persentase perempuan dalam suatu populasi yang
lebih dari satu jenis kekerasan, ketika mengalami KTPAP sedangkan data administrasi hanya
mewakili kasus-kasus KTPAP atau insiden kekerasan
menjumlahkan berdasarkan jenis kekerasan, yang teridentifikasi, dilaporkan dan terdaftar. Hanya
hasilnya tidak akan selalu menambah perempuan dan anak perempuan yang datang mencari
jumlah total kasus KTPAP yang terdaftar, dan bantuan dari penyedia layanan formal (termasuk
tempat penampungan sementara, polisi, kesehatan,
persentase tidak akan selalu 100 persen. layanan hukum atau psikososial) yang termasuk dalam
Ketika menginterpretasi Tabel 7, penting untuk data administrasi. Peningkatan dan penurunan data
diingat bahwa, dalam tabel ini, persentase administrasi KTPAP dapat mencerminkan banyak
faktor yang berbeda. Misalnya, secara kontra-intuitif,
penyintas KTPAP yang mengalami kekerasan
peningkatan pelaporan ke penyedia layanan dapat
fisik, seksual, psikologis atau ekonomi dihitung menunjukkan perempuan dan anak perempuan lebih
berdasarkan jumlah total kasus KTPAP yang sadar tentang layanan dan cara mengaksesnya, adanya
terdaftar (N = 300). Sedangkan, persentase perubahan norma sosial terhadap pemberdayaan
perempuan dan anak perempuan untuk melaporkan
penyintas KTPAP yang mengalami satu atau insiden kekerasan, atau meningkatnya kualitas atau
lebih jenis kekerasan fisik dihitung berdasarkan aksesibilitas layanan. Meningkatnya pelaporan ke
jumlah total penyintas KTPAP yang mengalami layanan formal tidak memberikan informasi apa pun
tentang prevalensi KTPAP.
kekerasan fisik (n = 100). Demikian pula,
persentase penyintas dari KTPAP yang
mengalami satu atau lebih dari berbagai jenis • Analisis dan pelaporan data administrasi
kekerasan psikologis dihitung berdasarkan KTPAP untuk melacak dan menyajikan tren
jumlah total penyintas KTPAP yang mengalami dan pola dalam data dari tahun ke tahun.
kekerasan psikologis (n = 60). Ini membutuhkan data administrasi KTPAP
longitudinal dan presentasi data tahunan
• Analisis dan pelaporan data untuk berbagai secara berdampingan, bersamaan dengan
kategori berdasarkan data yang dikumpulkan, penghitungan perubahan persentase dari
tanpa membatasi analisa hanya pada jenis tahun ke tahun
kekerasan, usia dan/atau kabupaten/provinsi.
Semua variabel yang relevan harus dianalisis, 5.8 Penggunaan data administrasi
termasuk: jenis kelamin dan usia korban; jenis kekerasan terhadap perempuan dan
kekerasan yang dialami; jenis cedera terkait anak perempuan
kekerasan; penggunaan senjata; jenis senjata;
insiden kekerasan tunggal atau berulang; Di banyak negara anggota ASEAN, pemerintah,
lokasi di mana insiden kekerasan terjadi; kementerian dan lembaga menggunakan data
jenis kelamin dan usia pelaku; hubungan administrasi KTPAP dengan beragam tingkatan,
korban-pelaku; layanan yang diberikan sementara kecamatan, kabupaten dan provinsi
kepada perempuan dan anak perempuan yang mempunyai tantangan untuk memahami
mengalami kekerasan; dan lembaga yang bagaimana data administrasi KTPAP digunakan di
mereka rujuk. tingkat nasional. Pemahaman di tingkat nasional
sendiri terhadap penggunaan data administrasi
• Analisis dan pelaporan hubungan antara KTPAP sering kali terbatas. Selain itu, di tingkat
variabel yang relevan yang berkaitan dengan provinsi dan nasional, data administrasi KTPAP
KTPAP. Untuk lebih memahami KTPAP, penting jarang digunakan untuk pengambilan keputusan,
untuk menganalisis hubungan antar variabel. perencanaan atau pengembangan program.
Karenanya, analis data perlu memahami
teori dan konsep yang terkait dengan KTPAP, Kotak 16 menyoroti temuan-temuan dari
sehingga mereka tahu cara memeriksa data, penelitian di Thailand dan Vietnam yang fokus
serta variabel dan hubungan mana yang harus pada pemahaman tentang respon sistem
dianalisis. peradilan pidana terhadap kekerasan seksual.

88 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Penelitian ini menggunakan data administrasi Vietnam menggunakan temuan penelitian untuk
untuk memahami penarikan (attrition) kasus meningkatkan respon sistem peradilan pidana
kekerasan seksual. Baik Thailand maupun terhadap kekerasan seksual.

Kotak 16. Menggunakan data administrasi untuk memahami penarikan (attrition) kasus
kekerasan seksual di Thailand dan Vietnam
Publikasi pada 2017 berjudul, The Trial of Rape: Understanding the Criminal
Justice System Response to Sexual Violence in Thailand and Viet nam, menganalisis
bagaimana lembaga peradilan pidana di Thailand dan Vietnam merespon laporan
kasus perkosaan dan kekerasan seksual, dan mengidentifikasi faktor-faktor
institusional yang terkait dengan hasil kasus. Hal ini bertujuan untuk memahami
mengapa pencabutan/penangguhan kasus kekerasan seksual terjadi dan untuk
mengidentifikasi secara efektif cara untuk memperkuat administrasi peradilan
dalam kasus-kasus perkosaan dan kekerasan seksual. Penelitian ini dilakukan
antara 2013 dan 2014 dan menggunakan data kuantitatif dari data administrasi
terkait dengan KTPAP, termasuk file polisi dan pengadilan bersama dengan data
kualitatif (wawancara dengan aktor peradilan dan polisi serta penyintas KTPAP)
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau mencegah
kasus kekerasan seksual.
Temuan dari penelitian ini memiliki implikasi penting terkait dengan bagaimana sistem peradilan menangani
kejahatan seksual dan melakukan pendekatan kepada korban kekerasan seksual. Studi ini menemukan:

• Meluasnya mitos tentang perempuan dan anak perempuan, serta bagaimana kekerasan seksual dan
perkosaan terjadi, yang menghambat kemampuan perempuan dan anak perempuan untuk mencari keadilan
dan menyelesaikan kasus mereka secara serius.
• Hambatan hukum dan kelembagaan, pada gilirannya, dapat menghalangi pelaporan kekerasan seksual dan
mengurangi kemungkinan seorang perempuan bertahan dalam mencari ganti rugi melalui sistem peradilan
pidana.
• Di kedua negara, penangguhan/pencabutan kasus terjadi pada semua tahap proses peradilan pidana -
pelaporan/tahap kontak awal; tahap investigasi; tahap pra-uji coba; dan tahap uji coba.

Mengenai data KTPAP, penelitian ini menemukan bahwa polisi dan lembaga peradilan di Thailand dan Vietnam
memiliki data administrasi yang tidak memadai dan tidak lengkap mengenai kasus kekerasan seksual, data
terpilah terbatas pada karakteristik demografi orang yang mengalami atau melakukan kekerasan seksual
dan pencatatan yang buruk terkait dengan hasil penyelidikan polisi dan penuntutan. Pada saat penelitian
dilakukan, tidak ada negara yang memiliki data survei korban atau data prevalensi tentang kekerasan seksual,
dan keduanya memiliki sedikit informasi tentang biaya dan dampak dari kekerasan seksual. Tidak adanya data
administrasi yang konsisten dan lengkap tentang kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan
di kepolisian dan lembaga peradilan merupakan faktor yang berkontribusi terhadap pengurangan kasus
kekerasan seksual.

Studi ini juga menemukan kurangnya pemantauan dan evaluasi penanganan dan proses kasus-kasus
kekerasan seksual. Selain itu, menurut studi ini diperlukan banyak data dan bukti untuk menginformasikan
pengembangan strategi, kebijakan dan praktik untuk meningkatkan cara sistem peradilan pidana
memperlakukan perempuan dan anak perempuan yang telah mengalami kekerasan seksual serta menangani
dan memproses kasus kekerasan seksual.

Sebagai respon terhadap penelitian ini, Thailand dan Vietnam telah melakukan perubahan untuk meningkatkan
penanganan kasus kekerasan seksual. Vietnam merevisi UU Pidana mereka yang sebelumnya memuat definisi
sempit perkosaan yang tidak mencakup banyak bentuk kekerasan seksual. Sementara Thailand menciptakan tim
interdisipliner baru dan menyediakan pelatihan untuk polisi, jaksa dan personil pengadilan untuk memberikan
layanan yang lebih baik bagi perempuan dan anak perempuan yang telah mengalami kekerasan seksual.

Sumber: UN Women, UNDP dan UNODC, The Trial of Rape: Understanding the Criminal Justice System Response to Sexual
Violence in Thailand and Viet nam (2017).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 89
Data administrasi dimaksudkan untuk melacak 5.9 Kerahasiaan dan keamanan data
layanan mana yang dicari oleh perempuan, kekerasan terhadap perempuan dan
seberapa sering, dan untuk tujuan apa. Data ini anak perempuan serta pembagian
memberikan gambaran tentang kualitas layanan- data
layanan tersebut, rujukan yang dibuat, dan hasil
layanan. Secara umum pertanyaan-pertanyaan Menjaga keamanan dan kerahasiaan data
yang dijawab oleh data administrasi adalah merupakan salah satu kunci penyediaan layanan
“apakah layanan tersebut membantu perempuan yang berkualitas dan etis. Perempuan dan
menjadi lebih aman, pulih, bangkit, dapat anak perempuan yang mengalami kekerasan
mengakses keadilan? rentan mengalami kekerasan lanjutan jika
Apakah perempuan puas dengan layanannya? ”. informasi tentang mereka mencari bantuan
Data administrasi dapat memberikan informasi tersebar. Misalnya, para pelaku kekerasan dapat
tentang titik masuk dan akses ke layanan penting membalas dendam kepada perempuan dan
bagi para penyintas KTPAP. Ketika dikumpulkan anak perempuan yang melakukan pelaporan,
secara rutin, data administrasi juga dapat dengan cara mengancam dan mengintimidasi
memberikan pola dan tren penting dalam agar mereka diam. Karena itu, perempuan dan
pelaporan, respon,dan akses ke layanan penting. anak perempuan yang mengalami kekerasan
Hal ini memungkinkan Pemerintah dan penyedia merasa harus merahasikan kekerasan yang
layanan untuk memantau permintaan akan dialami. Bahaya lain dari rusaknya kerahasiaan
layanan penting dan bagaimana berbagai sektor data dan informasi adalah masyarakat di
merespon kebutuhan layanan. Data administratif sekitar perempuan dan anak perempuan yang
juga dapat mengungkapkan tingkat layanan mengalami kekerasan dapat mempermalukan
yang tersedia dalam suatu masyarakat dan dan menstigmatisasi korban dan menganggap
kesenjangan dalam layanan penting. mereka sebagai "barang rusak (damaged
goods)". Kondisi ini dapat meningkatkan atau
Pemerintah, kementerian dan lembaga dapat mengulang risiko kekerasan dan pelecehan lebih
menggunakan data administrasi KTPAP untuk lanjut. Selain itu, keamanan dan kerahasiaan
perencanaan, pengembangan program, data KTPAP sangat diperlukan untuk menjaga
pembuatan kebijakan, studi biaya, alokasi keamanan para penyedia layanan, karena mereka
anggaran dan anggaran yang responsif juga dapat menghadapi pembalasan, ancaman
gender (GRB). Pengumpulan dan analisis data dan kekerasan karena telah membela penyintas
administrasi yang baik dapat digunakan untuk KTPAP.
membuat penyediaan layanan menjadi lebih
efektif. Untuk meningkatkan penggunaan data Pada akhirnya, rusaknya kerahasiaan berarti
administrasi KTPAP, agensi dan organisasi harus rusak pula kepercayaan. Perempuan dan anak
terlebih dahulu meningkatkan praktik-praktik perempuan perlu mempercayai penyedia layanan
yang terkait dengan pembagian data administrasi sebelum mereka mau menceritakan pengalaman
KTPAP. kekerasan yang acap mereka anggap memalukan,
menyakitkan bahkan hina. Ketika kepercayaan
perempuan dan anak perempuan rendah, dan
mereka ragu privasi dan kerahasiaan mereka
dihormati, maka mereka akan memilih untuk
diam dan tetap berada dalam hubungan dan
situasi yang penuh kekerasan dan pelecehan.
Ketika para penyintas KTPAP akhirnya dapat
mencari dan meminta bantuan, tetapi kemudian

90 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Kotak 17. Keamanan data
malah ditanya mengapa mereka tidak mencari
bantuan atau melaporkan pelecehan lebih cepat, Keamanan data fisik membutuhkan:
banyak pelapor merasa malu dan takut, sehingga • Kontrol akses ke kamar dan bangunan di mana file, data,
dan komputer ditempatkan atau disimpan.
mereka tidak jadi melaporkan pelecehan dan • Melacak log yang mendokumentasikan akses ke dan/
kekerasan yang dialami. atau penghapusan data hardcopy dan digital
• Pemindahan data yang sensitif hanya dapat dilakukan
dalam keadaan luar biasa, atau untuk tujuan perbaikan,
Keamanan data fokus pada perlindungan data karena memberikan hard drive rusak yang berisi
pribadi agar informasi pribadi atau informasi data sensitif ke ahli teknologi informasi atau layanan
yang sensitif tetap aman. Data yang mengandung perbaikan komputer dapat berakibat pada pelanggaran
keamanan.
informasi pribadi harus diperlakukan dengan
tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada data Keamanan jaringan:
lainnya (seperti ringkasan statistik). Keamanan • Untuk tidak menyimpan data rahasia, termasuk data
data sangat penting mengingat sifat sensitif yang berisi informasi pribadi di server atau komputer
yang terhubung ke jaringan eksternal, terutama server
dari KTPAP dan risiko yang ada bagi perempuan yang menghosting layanan internet
dan anak perempuan jika privasi mereka • Perlindungan firewall dan upgrades terkait keamanan
tidak dilindungi. Perlu dilakukan upaya untuk serta perubahan (patches ) untuk mengoperasikan
sistem untuk menghindari virus dan bahaya peretasan.
memastikan keamanan data dan mencegah
akses yang tidak sah, pengungkapan rahasia, Keamanan sistem dan file komputer:
perubahan dan/atau perusakan data. Praktik • Mengunci sistem komputer dengan kata sandi dan
memasang sistem firewall.
keamanan harus mencakup informasi yang
• Melindungi server dengan sistem perlindungan arus
disimpan dalam sistem pendaftaran berbasis- listrik.
kertas, file kasus dan catatan pasien atau klien, • Terapkan perlindungan dengan kata sandi, dan akses
serta manajemen data dan sistem manajemen terkontrol ke file data (misalnya, tidak ada akses
(no access), hanya untuk dibaca (read only), untuk
kasus berbasis komputer dan web. Kotak 17 dibaca dan ditulis (read and write), atau izin khusus
menyediakan daftar periksa persyaratan untuk administrator)
memastikan keamanan fisik, keamanan jaringan • Kontrol akses ke material yang dibatasi dengan enkripsi
• Gunakan perjanjian non-disclosure untuk manajer atau
dan keamanan sistem komputer dan file.
pengguna data rahasia
• Melarang mengirim data pribadi atau rahasia melalui
Di beberapa negara, keamanan data berdasar email atau melalui File Transfer Protocol (FTP), lebih
pada undang-undang nasional yang menentukan baik mengirimkan sebagai data terenkripsi (encrypted
data).
bahwa data pribadi hanya boleh diakses oleh • Hapus/hancurkan data secara konsisten jika diperlukan.
orang yang berwenang, dan strategi untuk
keamanan data dan kerahasiaan informasi Sumber: Van den Eynden dan lain-lain, Managing
and Sharing Data, dan Berbagi Data. Arsip Data Inggris (University of
pribadi dijalankan berdasarkan pada kewajiban Essex, United Kingdom, 2011), hal. 19.
etis dan hukum dari penyedia layanan, polisi
dan lembaga peradilan. Peraturan perundangan memungkinkan pembagian data ke seluruh
juga mengharuskan klien atau pasien menerima penyedia layanan untuk memastikan manajemen
informasi tentang hal-hal berikut: bagaimana kasus dan penyediaan layanan yang efektif.
data atau data rahasia yang berisi informasi Komputer dan manajemen data berbasis web dan
pribadi disimpan, diperlakukan dan digunakan; sistem manajemen kasus dibatasi oleh peraturan
bagaimana menjaga kerahasiaan; dan praktik akses dan portal masuk pengguna (user sign-in
berbagi data. 3 portals). Pengguna data dan sistem manajemen
kasus juga harus terikat pada peraturan akses
Dalam kondisi tertentu, data yang sensitif dan sistem dan diperlukan untuk menandatangani
rahasia dapat dilindungi dengan mengatur perjanjian kerahasiaan (non-disclosure and
penggunaan atau membatasi akses ke confidentiality agreement), dan ketentuan
data tersebut, dan pada saat yang sama penggunaan. 4

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 91
Manajemen kasus dapat menjadi tantangan 5.10 Jaminan kualitas data
ketika memfasilitasi pembagian, transfer dan kekerasan terhadap perempuan dan
penyimpanan data di lintas sektor, lembaga anak perempuan
dan penyedia layanan. Sistem manajemen
kasus berbasis web relatif belum berkembang Tantangan lainnya yang dihadapi banyak
dan kurang dimanfaatkan di Negara Anggota kementerian, lembaga dan penyedia layanan
ASEAN dan membutuhkan sumber daya dan berkaitan dengan kualitas data KTPAP. Jaminan
keahlian teknis yang besar dalam pembuatan kualitas (quality assurance) data KTPAP
dan pemeliharaannya. Akibatnya, banyak membutuhkan pemantauan terhadap akurasi
kementerian, lembaga, dan penyedia layanan (ketepatan) dan keandalan (reliability) data
tidak nyaman dengan manajemen data dan secara reguler. Banyak negara kurang memiliki
sistem manajemen berbasis komputer dan mekanisme dan proses jaminan kualitas yang
web, dan mungkin masih mengandalkan email, dapat memverifikasi dan memvalidasi data
aplikasi jaringan sosial (seperti WhatsApp), dan administrasi terkait KTPAP. Selain itu, sistem
layanan berbagi file online untuk mentransfer pendaftaran dan pencatatan data serta sistem
informasi . Sayangnya, platform ini tidak manajemen data umumnya tidak memenuhi
disarankan untuk data yang bersifat rahasia standar minimum yang dapat diterima dalam
karena pengguna tidak memiliki kontrol terhadap pengumpulan data, termasuk standar yang
sistem penyimpanan data.5 terkait dengan akurasi, keandalan, dan presisi.

Mengingat pentingnya masalah privasi dan Komite pengawas atau kelompok kerja antar-
kerahasiaan terkait dengan data administrasi lembaga dapat memainkan peran penting
KTPAP, kementerian, lembaga dan organisasi dalam memantau akurasi dan reliabilitas data
perlu mengembangkan prosedur operasi dan KTPAP. Data KTPAP yang dikumpulkan dengan
protokol yang baik untuk pengelolaan data menggunakan mekanisme dan proses jaminan
administrasi dan pembagian data. Prosedur ini kualitas yang kuat terbukti sangat bermanfaat
harus mencakup praktik-praktik khusus untuk dalam menghasilkan praktik baik (best practices)
memastikan bahwa data administrasi menjamin dan pengalaman (lesson learned).
kerahasiaan dan perlindungan identitas dan
informasi perempuan yang mengalami kekerasan, 5.11 Memperkuat data administrasi
serta informasi identitas pelaku. Data KTPAP tentang kekerasan terhadap
tidak boleh terhubung dengan nomor identifikasi perempuan dan anak perempuan
nasional. Kata sandi manajemen data komputer
harus dijaga kerahasiaannya dan tidak boleh Meskipun memiliki kelebihan, data administrasi
dibagi secara sembarangan. Penyintas KTP KTPAP mempunyai batasan dan tantangan
harus diberitahu tentang hak mereka atas tertentu seperti dijelaskan di bawah ini.
kerahasiaan data, begitu pula penyedia layanan
harus menjelaskan sistem yang mereka gunakan • Banyak kementerian dan lembaga
untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan menghasilkan data administrasi KTPAP yang
data. (lihat Lampiran C ) untuk Persetujuan terbatas sehingga data tersebut tidak dapat
Memberikan Informasi pada Formulir Penyedia diandalkan. Data KTP sering tidak merata atau
Layanan Lain, yang dikembangkan dan digunakan dikumpulkan secara tidak teratur di berbagai
oleh penyedia layanan di Kamboja). Kotak 18 lintas sektor, kementerian dan lembaga.
memuat pertanyaan dan jawaban yang berguna Akibatnya, kualitas dan keandalan data sangat
mengenai pentingnya privasi dan kerahasiaan bervariasi. 6 Data yang ada mungkin tidak
bagi para penyintas KTPAP. memiliki data demografis tentang korban
dan pelaku dan / atau hubungan korban-

92 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


Kotak 18. Mengapa privasi dan kerahasiaan penting

Tanya: Mengapa privasi Tanya: Apa dampak Tanya: Haruskah ada Tanya: Bagaimana privasi
dan kerahasiaan penting? privasi untuk para pemberitahuan atau dan kerahasiaan individu
penyintas KTPAP? persetujuan untuk dapat dilindungi?
Jawab: Privasi sangat membuka informasi?
penting untuk Jawab: Setiap Jawab: Lembaga
keselamatan perempuan pengumpulan, Jawab: Paling tidak, dan organisasi harus
dan anak perempuan pembagian, dan/atau para penyintas KTPAP memiliki pedoman
yang mengalami publikasi data tentang harus diberitahu yang mendefinisikan
kekerasan karena paparan perempuan yang tentang pengumpulan cara mengumpulkan
informasi yang sensitif mengalami kekerasan data mereka dan siapa dan berbagi data dan
dapat menempatkan harus mencakup yang akan memiliki informasi yang dapat
mereka dalam bahaya, diskusi tentang potensi akses ke data tersebut. mengidentifikasi
bahkan kematian. Banyak pengumpulan data Kehidupan para penyintas penyintas KTPAP, serta
negara telah menetapkan korban, pembagian data, KTPAP sangat kompleks cara melindungi privasi
hukum nasional sehingga dan publikasi data untuk sehingga mereka dan kerahasiaan individu.
penyedia layanan memberi dampak pada lebih tahu apa yang Pedoman ini harus
memiliki kebijakan yang privasi dan keselamatan dapat membahayakan mencakup transparansi
jelas dalam menjaga korban. Para pakar privasi keselamatan mereka. kepada para penyintas
privasi dan kerahasiaan, untuk perempuan dan Praktik terbaik adalah KTPAP atas informasi yang
serta melarang anak perempuan yang dengan menyerahkan sedang dikumpulkan,
penyingkapan informasi mengalami kekerasan kepada individu untuk tujuan untuk
pribadi. Di era teknologi harus dilibatkan memutuskan informasi mengumpulkan informasi
yang canggih, di mana dalam diskusi ini agar apa, kepada siapa dan dan penggunaan
praktik pengumpulan pengalaman para kapan informasi dibagi. informasi tersebut.
dan pembagian data penyintas KTPAP dapat Praktik yang baik adalah
meningkat, memastikan dipastikan menjadi topik dengan membatasi
privasi dan kerahasiaan utama pembahasan. pengumpulan dan
informasi pribadi semakin Sebagian besar penggunaan data, sambil
sulit dilakukan. penyintas KTPAP perlu memastikan kualitas
memastikan keamanan dan integritas data.
dan kerahasiaan informasi Karenanya, protokol dan
mereka untuk alasan perlindungan keamanan
keamanan. data serta pedoman
Jika tahu privasi mereka yang jelas terkait
tidak terlindungi, mereka dengan pembagian data
akan memutuskan informasi yang menjamin
tidak mencari bantuan privasi, mendesak untuk
atau perlindungan atas dikembangkan.
kekerasan yang dialami

pelaku, sehingga sulit mengidentifikasi • Inkonsistensi pengumpulan data administrasi


jenis kekerasan tertentu (seperti, kekerasan sering terjadi. Pendaftaran, pencatatan,
oleh pasangan intim (IPV), kekerasan dalam dan kompilasi data administrasi di tingkat
rumah tangga, kekerasan oleh orang yang kecamatan, kabupaten, provinsi dan
baru dikenal, kekerasan oleh orang asing). nasional sering tidak konsisten. Kondisi ini
Sebagian besar kementerian dan lembaga menyebabkan inkonsistensi dalam hal akurasi,
tidak memiliki sistem pengumpulan data yang kelengkapan dan cakupan data administrasi.
melampaui kebutuhan administrasi internal Data hilang atau tidak lengkap, proses
organisasi mereka sendiri, sehingga sulit untuk penjaminan mutu tidak dan/atau kurang
membandingkan data lintas kementerian, konsisten, acap terjadi di banyak negara. Ini
lembaga dan organisasi. 7 karena pengumpulan data, serta pengumpulan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 93
data tentang KTPAP, dipandang bukan titik masuk sehingga tidak mencerminkan
tanggung jawab utama kementerian, lembaga besarnya masalah dalam populasi umum.
dan organisasi. Selain itu, permasalahan ini Data administrasi menghitung seberapa sering
disebabkan kapasitas, pelatihan dan sumber perempuan mengakses layanan dan mencatat
daya dari mereka yang mengumpulkan dan perbedaan layanan yang ada. Seorang
menganalisis data administrasi terkait KTPAP, perempuan penyintas yang mengakses layanan
tidak memadai. yang sama beberapa kali dapat menunjukkan
beragam insiden kekerasan, dan mereka
• Ada kekhawatiran akan terjadi "penghitungan sering memiliki berbagai kebutuhan secara
ganda" apabila penyintas kekerasan atau berkelanjutan yang memerlukan layanan
insiden kekerasan KTPAP didaftarkan oleh berbeda dan kadang beberapa kali
lebih dari satu lembaga atau organisasi. (lihat Kotak 19).
"Penghitungan ganda" tidak selalu menjadi
masalah dalam data administrasi. Data • Praktik pengumpulan dan penyimpanan
administrasi mempunyai tujuan yang berbeda data administrasi sering tidak sesuai dengan
dari data prevalensi. Data administrasi persyaratan perlindungan dan kerahasiaan
KTPAP mencerminkan jumlah insiden KTPAP data, termasuk aturan khusus untuk
yang dilaporkan dan direspon, serta jumlah keselamatan korban kekerasan.
penyintas KTPAP yang mengakses layanan di

Kotak 19. Kekhawatiran mengenai penghitungan ganda dalam data administrasi kekerasan
terhadap perempuan dan anak perempuan.

Meskipun sering ada ungkapan kekhawatiran tentang Pengada layanan, polisi dan lembaga peradilan
penghitungan ganda data KTPAP, namun hal ini tidak menghasilkan data administrasi dalam laporan mereka
selalu menjadi masalah dalam data administrasi tentang jumlah insiden KTPAP yang mereka respon,
karena data administrasi bukanlah data prevalensi. jumlah penyintas KTPAP yang dibantu dan layanan yang
Data administrasi mencerminkan jumlah insiden KTPAP disediakan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
yang dilaporkan dan frekuensi penyediaan layanan. data administrasi secara konsisten dikumpulkan dalam
Data administrasi melacak jenis layanan yang dicari kasus KTPAP di seluruh penyedia layanan, polisi, dan
perempuan penyintas, frekuensinya serta tujuan lembaga peradilan.
mencari layanan. Akibat insiden KTPAP, kunjungan
yang berulang dapat terjadi dan tidak dipandang Mengenai sistem manajemen kasus untuk melacak
sebagai “penghitungan ganda”. Laporan lembaga layanan yang diberikan kepada korban yang spesifik,
diharapkan mencakup data tentang perempuan dan lembaga kerap mengembangkan pengidentifikasi unik
anak perempuan yang telah mengakses layanan di dalam menemukan kasus secara rahasia pada saat
beberapa lokasi dan seberapa sering. Data administrasi korban mengakses berbagai sistem bantuan dan sistem
KTPAP membantu penyedia layanan, lembaga peradilan, peradilan. Sistem pelacakan manajemen kasus mengikuti
pembuat kebijakan dan pembuat keputusan memahami: kasus tunggal untuk memberikan kesinambungan
bantuan perawatan untuk kasus-kasus spesifik. Sistem
• Jumlah insiden KTPAP yang dilaporkan dan direspon pengumpulan data ini berbeda dari sistem pengumpulan
di seluruh lembaga dan organisasi. data administrasi negara bagian atau level nasional, yang
• Jumlah penyintas KTPAP yang mengakses layanan di melaporkan jumlah kasus yang dilaporkan dan dibantu di
tempat pengaduan pertama (point of entry). seluruh sektor pengada layanan.
• Jenis lembaga, organisasi, dan layanan yang dapat
diakses oleh penyintas KTPAP.
• Jenis lembaga dan organisasi yang merespon
kebutuhan para penyintas KTPAP.
• Kualitas layanan yang disediakan.
• Rujukan yang dibuat antar layanan.

94 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


5.12 Rekomendasi untuk perempuan, eksploitasi seksual, kekerasan
memperkuat data administrasi dengan menggunakan zat asam dan femicide
tentang kekerasan terhadap (pembunuhan karena kebencian terhadap
perempuan dan anak perempuan perempuan), dan kekerasan terhadap
perempuan marginal seperti diantaranya
Terlepas dari tantangan dan keterbatasan perempuan migran atau perempuan
yang teridentifikasi di atas, data administrasi penyandang disabilitas.
mungkin menjadi satu-satunya atau sumber data
terbaik yang ada mengenai KTPAP di beberapa • Mengembangkan pemahaman tentang
wilayah, terutama di negara-negara yang tidak konteks di mana data administrasi KTPAP
melakukan studi prevalensi KTPAP. Memperkuat dikumpulkan untuk meningkatkan kualitas
data administrasi KTPAP merupakan investasi dan komparabilitas data administrasi KTPAP di
sumber daya yang sangat penting karena data seluruh kementerian dan lembaga.
tersebut dapat digunakan untuk memantau
dan mengevaluasi dampak dan efektivitas • Memastikan data terpilah, sebagai persyaratan
kebijakan dan program untuk mencegah dan minimum, berdasarkan jenis kelamin dan
menanggapi KTPAP. Petanyaan utama yang perlu usia korban dan pelaku, jenis kekerasan yang
dijawab adalah apakah layanan yang ada sudah dialami, hubungan korban-pelaku, lokasi
memenuhi kebutuhan para korban. geografis insiden dan faktor terkait lainnya.

Beberapa rekomendasi ini diadaptasi dari • Mengembangkan protokol untuk menuntun


Administrative Data Collection on Violence kegiatan pengumpulan, kompilasi dan
against Women: Good Practices 8 , yang pembagian data administrasi.
dikembangkan oleh Lembaga Kesetaraan Gender
Eropa (European Institute for Gender Equality) • Menetapkan kesepakatan lintas sektor,
dan diinformasikan oleh UNICEF Review and lembaga dan organisasi mengenai misalnya
Assessment of Sources of Administrative Data on jenis data, data dan informasi terpilah
Violence against Children. 9 terkait KTPAP yang harus dikumpulkan agar
dapat dikompilasi dan diperbandingkan
Untuk menjadikan data administrasi lebih antar lembaga serupa (di tempat-tempat
berguna, pembuat kebijakan, kementerian, penampungan atau kantor polisi), tetapi tidak
lembaga, dan organisasi dapat mengatasi menyarankan untuk menggunakan formulir
kesenjangan dan tantangan berikut dalam yang sama atau standar untuk pengumpulan
pengumpulan dan analisis data administrasi data di semua sektor, lembaga dan organisasi.
KTPAP, dengan :
• Mendorong pengumpulan dan pemrosesan
• Membangun pemahaman umum tentang data administrasi secara elektronik yang
definisi, terminologi dan jenis-jenis KTP memerlukan manajemen data komputer dan /
di berbagai sektor dan organisasi untuk atau sistem manajemen kasus.
meningkatkan komparabilitas data
administrasi KTPAP. • Meningkatkan kesadaran tentang layanan
yang berpusat pada korban, sensitif dan
• Mengumpulkan dan menganalisa data tentang mendukung untuk meningkatkan pelaporan
semua bentuk KTPAP, selain kekerasan dalam dan pendaftaran KTPAP lintas sektor, lembaga,
rumah tangga dan kekerasan seksual seperti dan organisasi.
pernikahan dini dan anak, perdagangan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 95
• Memastikan bahwa upaya memperkuat dalam pengumpulan, pembagian, kompilasi,
pengumpulan data administrasi KTPAP adalah analisis dan diseminasi data administrasi
bagian dari semua rencana aksi nasional KTPAP, termasuk dalam menghormati prinsip
untuk menghapus KTPAP yang disertai dengan etika, keamanan dan kerahasiaan.
sumber daya keuangan khusus.
• Mendukung komitmen politik dan
• Memastikan bahwa sumber daya keuangan kelembagaan yang jelas dari otoritas regional,
dan manusia yang memadai dialokasikan nasional dan lokal untuk pengumpulan data
untuk mendukung pengumpulan, kompilasi administrasi tentang KTPAP.
dan analisis, serta penyebaran yang lebih luas
dari data administrasi. • Mendukung pendekatan sistematis,
terkoordinasi dan multisektoral dalam
• Memastikan bahwa pengumpulan data pengumpulan data KTPAP yang melibatkan
administrasi KTPAP sesuai dalam menghasilkan mereka yang bertanggung jawab
statistik dan pelaporan indikator SDGs yang mengumpulkan data administrasi di sektor
terkait dengan KTPAP serta dalam menilai peradilan, polisi, kesehatan, sosial dan lainnya,
dampak kebijakan dan program untuk CSO dan NGO.
mencegah dan menanggapi KTPAP, terutama
yang terkait dengan peningkatan ketersediaan, • Menunjuk atau menetapkan satu atau
aksesibilitas dan kualitas layanan penting bagi lebih badan resmi yang bertanggung jawab
penyintas. untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menyebarluaskan data administrasi KTPAP
• Memastikan bahwa pengumpulan data dari seluruh kementerian dan lembaga dan
administrasi KTPAP dan praktik penyimpanan untuk melakukan koordinasi, implementasi,
data memenuhi persyaratan perlindungan pemantauan dan evaluasi kebijakan dan
dan kerahasiaan data. Memastikan inisiatif untuk menghapus KTPAP dalam rangka
kementerian dan lembaga yang terlibat menjamin keberlanjutan dan pengumpulan
dalam pengumpulan data memiliki data KTPAP yang konsisten. CSO dan NGO
kebijakan perlindungan dan kerahasiaan harus diikutsertakan dan dilibatkan dalam
data serta adanya undang-undang nasional konsultasi sistem pengumpulan data nasional,
untuk memastikan hak warga negara dan karena mereka sering memberikan layanan
perlindungan data. kepada para penyintas KTPAP.

• Memberikan pelatihan khusus kepada semua


profesional yang berurusan dengan data KTPAP
mengenai isu-isu gender dan aturan dasar

1. R. Haarr, Review and Assessment of Sources of Administrative Data on Violence against Children (New York, UNICEF, 2017).
2. UNODC, International Classification of Crime for Statistical Purposes, Version 1.0 (2015).
3. Van den Eynden and others, Managing and Sharing Data. UK Data Archive (University of Essex, United Kingdom, 2011).
4. Ibid.
5. Ibid.
6. UNSD, The Guidelines for Producing Statistics on Violence against Women: Statistical Surveys (2014).
7. Council of Europe, Administrative data collection on domestic violence in Council of Europe member states, Directorate General of
Human Rights and Legal Affairs, Gender Equality and Anti-Trafficking Division (2008).
8. European Institute for Gender Equality, Administrative data collection on violence against women: Good practices (2016).
9. UNICEF, UNICEF Review and Assessment of Sources of Administrative Data on Violence against Children (2017).

96 | Data Administrasi Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan


BAB 6

Studi biaya terkait kekerasan


terhadap perempuan dan anak
perempuan

Foto: UN Women / Panya Janjira

UN Women/Pornvit Visitoran
Foto:

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 97
POIN UTAMA

• KTPAP menimbulkan biaya besar bagi menghilangkan KTPAP, termasuk perkiraan


masyarakat, termasuk biaya yang berdampak biaya yang terkait dengan implementasi
terhadap perempuan dan anak perempuan hukum dan kebijakan KTPAP, dan pemberian
yang mengalami kekerasan, keluarga mereka, paket minimum layanan penting untuk
usaha, organisasi, pemerintah dan masyarakat perempuan dan anak perempuan yang
luas, termasuk perawatan kesehatan, mengalami kekerasan.
dukungan sosial dan sistem kesejahteraan,
organisasi kepolisian, sistem hukum dan • Tiga metodologi utama biaya KTPAP digunakan
peradilan, dan pembangunan ekonomi dan di Asia dan Pasifik: pendekatan GRB,
manusia. metodologi biaya dampak dan metodologi
biaya unit.
• Biaya moneter dari KTPAP ditentukan dengan
mengukur berbagai konsekuensi dari KTPAP. • Kendala yang paling signifikan untuk
melakukan studi biaya KTPAP adalah
• Biaya KTPAP adalah cara untuk menentukan ketersediaan dan kualitas data.
dan menganalisis dampak dari KTPAP pada
level yang berbeda dan di berbagai sektor. • Tanpa mempertimbangkan kualitas data, studi
biaya KTPAP dapat menyoroti kesenjangan
• UN Women menyusun pedoman dan alat yang dalam data KTPAP, penyediaan dan koordinasi
sederhana untuk organisasi dan Pemerintah layanan penting, dan dapat membantu
melakukan studi biaya KTPAP dalam mendefinisikan paket minimum layanan
menghitung biaya KTPAP dan prasyarat sumber penting dan meningkatkan koordinasi lintas
daya dalam menanggapi KTPAP. sektor.

• Beberapa metodologi yang berbeda dapat


diterapkan dalam mengetahui dampak
biaya untuk mencegah, menanggapi dan

6.1 Jenis biaya yang terkait dengan


kekerasan terhadap perempuan
dan anak perempuan Biaya KTPAP berdampak pada sistem perawatan
kesehatan, dukungan sosial dan sistem
KTPAP menimbulkan biaya yang luar biasa bagi kesejahteraan, organisasi kepolisian, sistem
masyarakat, termasuk biaya yang berdampak hukum dan keadilan serta pembangunan
pada rumah tangga, perempuan dan anak ekonomi dan manusia. Biaya KTPAP dapat
perempuan yang mengalami kekerasan, dipahami dalam beberapa cara, seperti yang
Pemerintah, usaha, dan masyarakat luas. tercantum dalam Tabel 8.

Tabel 8. Biaya kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan

Biaya Deskripsi

Biaya langsung, tidak Biaya langsung adalah biaya yang terkait dengan penyediaan berbagai
langsung, dan biaya peluang fasilitas, sumber daya, dan layanan kepada penyintas sebagai akibat
dari pengalaman mereka mengenai kekerasan.Biaya ini termasuk
perawatan masa kritis, layanan hukum, layanan kesehatan dan medis,
tempat tinggal dan bantuan pendapatan.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang dipengaruhi oleh KTPAP,


meskipun tidak secara langsung, termasuk biaya penggantian barang-
barang rumah tangga yang hilang atau rusak, biaya partisipasi kerja
yang kurang dan beban sosial serta psikologis (luka batin, penderitaan
dan rasa takut dari korban dan anak-anaknya).

98 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan


Tabel 8. Biaya kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan

Biaya Deskripsi

Biaya langsung, tidak langsung, Biaya peluang merupakan nilai moneter dari hilangnya peluang
dan biaya peluang (seperti hilangnya pekerjaan, hilangnya peluang promosi dan
penurunan kualitas hidup).

Biaya nyata (real) dan biaya Biaya nyata menggunakan sumber daya 'nyata' (modal dan / atau
transfer tenaga kerja) dan mengurangi kapasitas keseluruhan ekonomi untuk
menghasilkan (atau mengkonsumsi) barang dan jasa.

Biaya transfer meliputi pembayaran untuk satu agen ekonomi ke agen


ekonomi lainnya, tetapi tidak menggunakan sumber daya 'nyata'
(Misalnya, jika seseorang kehilangan pekerjaannya atau produksinya
berkurang, maka ada pengurangan pendapatan dan pajak berkurang,
dan ada transfer biaya dari individu kepada Pemerintah).

Biaya ekonomi dan Biaya ekonomi termasuk hilangnya barang dan jasa yang memiliki nilai
non-ekonomi pasar atau nilai yang ditentukan oleh pengamat.

Biaya non-ekonomi termasuk biaya emosional untuk para korban


dan keluarganya, serta dampak jangka panjang pada anak-anak dan
rusaknya nilai-nilai sosial.

Biaya jangka pendek dan Biaya jangka menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan gangguan
jangka panjang jangka pendek terhadap kesehatan, pekerjaan, tatanan sosial dan
kehidupan keluarga perempuan sebagai akibat dari kekerasan.

Biaya jangka panjang menunjukkan dampak jangka panjang kumulatif


pada kesehatan perempuan, kesejahteraan dan kapasitas produktifnya
sebagai akibat dari kekerasan.

Efek multiplier sosial Efek multiplier sosial adalah dampak dari KTPAP pada hubungan
dan ekonomi interpersonal dan kualitas hidup, termasuk efek dari anak-anak
menyaksikan kekerasan, berkurangnya kualitas hidup dan kurangnya
partisipasi dalam proses demokrasi.

Efek multiplier ekonomi adalah efek ekonomi yang lebih luas dari
KTPAP, termasuk meningkatnya ketidakhadiran dan penurunan
partisipasi di pasar tenaga kerja, produktivitas, pendapatan, investasi,
tabungan dan produktivitas antar generasi.

Sumber: Access Economics Pty Ltd, The Cost of Domestic Violence to the Australian Economy: Part I (Commonwelath of Australia, 2004). N.
Duvvury, C. Grown dan J. Redner, Costs of Intimate Partner Violence at the Household and Community Levels: An Operational Framework for
Developing Countries ( Washington, D.C., International Centre for Research on Women, 2004).

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 99
6.2 Studi Dampak Kekerasan Anggaran yang memadai akan mendukung
terhadap Perempuan dan Anak pelaksanaan hukum dan kebijakan yang efektif
Perempuan untuk mencegah dan menanggapi KTPAP serta
penyediaan layanan berkualitas baik dengan
Biaya KTPAP adalah: “Penilaian finansial atas cakupan geografis dan populasi yang memadai.
meningkatnya sumber daya dan upaya moneter
dan non-moneter yang harus diinvestasikan 6.3 Studi Dampak Sumber Daya
untuk menerapkan hukum atau kebijakan Kekerasan terhadap Perempuan
dalam mengakhiri KTPAP; atau konsekuensi dan Anak Perempuan
biaya terhadap perekonomian jika hukum atau
kebijakan tidak diimplementasikan. UN Women mengembangkan serangkaian
pedoman sederhana, panduan dan alat untuk
Biaya KTPAP juga melibatkan proses teknis dan memperkirakan biaya KTPAP dan prasyarat
politis yang bertujuan mempengaruhi proses sumber daya untuk menanggapi KTPAP.
perencanaan dan penganggaran publik, yang juga UN Women, Manual for
dapat berkontribusi pada pengurangan KTPAP. ”1 Costing a Multidisciplinary
Biaya moneter dari KTPAP ditentukan dengan Package of Response
mengukur dan mengkuantifikasi berbagai Services for Women and
konsekuensi dari perempuan yang mengalami Girls Subjected to Violence
kekerasan, rumah tangga, organisasi, usaha dan (2013). 2
ekonomi nasional untuk menganalisis dampak
KTPAP di berbagai sektor. Pedoman ini menyajikan
metodologi yang berfokus
Sumber daya yang cukup harus tersedia untuk
pada biaya pelaksanaan layanan dan tanggapan
menerapkan undang-undang, kebijakan dan
untuk menangani KTPAP di suatu negara atau
rencana aksi yang terkait dengan penghapusan
wilayah untuk tujuan penganggaran publik.
KTPAP, termasuk undang-undang kekerasan
Pendekatan penganggaran yang responsif
domestik dan tindakan perlindungan keluarga,
Gender (GRB) yang dijelaskan dalam pedoman
dan untuk menyediakan layanan penting untuk
ini memungkinkan pemetaan kewajiban hukum
menanggapi beragam kebutuhan penyintas
dan kebijakan dari pemerintah nasional terhadap
KTPAP. Memperkirakan biaya penerapan hukum
alokasi anggaran, serta sumber daya dari aktor
dan kebijakan serta layanan pembuktian
lain untuk mencakup layanan yang terkait dengan
untuk penyintas KTPAP diperlukan untuk
KTPAP untuk para penyintas.
menginformasikan perencanaan anggaran.
Anggaran yang memadai akan mendukung
pelaksanaan hukum dan kebijakan yang efektif UN Women, Handbook
untuk mencegah dan menanggapi KTPAP serta on Costing Gender quality
penyediaan layanan berkualitas baik dengan (2015). 3
cakupan geografis dan populasi yang memadai.
Pada tahun 2015, UN
Memperkirakan biaya penerapan hukum Women mengembangkan
dan kebijakan dan layanan pembuktian pedoman sederhana
untuk penyintas KTPAP diperlukan untuk yang komprehensif untuk
menginformasikan perencanaan anggaran. menentukan prioritas

100 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
kesetaraan gender. Buku pegangan ini menyajikan UN Women, Estimating
metodologi konkret untuk memperkirakan Resource Requirements for
kesenjangan biaya dan prasyarat dalam Responding to Violence
perencanaan dan penganggaran yang responsif against Women in South-
gender dalam rangka mencapai komitmen East Asia: Synthesis of
kesetaraan gender. Buku ini mengacu pada Findings and Lessons
pengalaman dan pelajaran dari program global (2016). 5 Studi biaya ini
UN Women. menghasilkan sintesis
penelitian yang dilakukan
UN Women, A Costing
di Indonesia, Republik
Tool for Action: Estimating
Demokrasi Rakyat Laos, dan Timor-Leste dalam
Resource Requirements for
memperkirakan kebutuhan sumber daya untuk
Responding to Violence
MPES bagi perempuan dan anak perempuan yang
against Women in South-
mengalami kekerasan.
East Asia(2016). 4
UN Women, The Costs of
Buku praktis ini Violence: Understanding
menyediakan pedoman the costs of violence against
sederhana untuk memperkirakan kebutuhan women and girls and its
sumber daya dari Paket Minimum Layanan response: selected findings
Penting (MPES) bagi perempuan dan anak and lessons learned from
perempuan yang mengalami kekerasan. Asia and Pacific (2014). 6
Buku ini menguraikan langkah-langkah yang UN Women mendukung
diperlukan dalam menghitung biaya unit untuk beberapa studi di Asia
menyediakan prasyarat sumber daya, untuk dan Pasifik untuk membiayai dampak KTPAP,
menghitung biaya keseluruhan penyediaan MPES, dan sumber daya yang diperlukan untuk
dan untuk memproyeksikan biaya yang akan mengatasinya.
datang. Metode biaya yang digunakan dapat
diterapkan di berbagai layanan dan tidak terbatas Penelitian ini meliputi studi dampak sosial
pada layanan yang diilustrasikan dalam manual ekonomi untuk memperkirakan biaya kekerasan
ini. dalam rumah tangga di Vietnam dan studi biaya
yang menggunakan pendekatan GRB untuk
Alat ini dikembangkan untuk memberikan menentukan biaya penyediaan paket layanan
informasi kepada Pemerintah Indonesia, responsif multisektoral di Kamboja dan Indonesia.
Republik Demokrasi Rakyat Laos, dan Timor- Hasil dari upaya ini, kini terdapat berbagai
Leste mengenai sumber daya yang diperlukan informasi dan pengetahuan khusus tentang
untuk memastikan tanggapan multisektor yang teknik biaya KTPAP di kawasan ini.
komprehensif dalam memenuhi kebutuhan
perempuan yang mengalami kekerasan, sejalan Laporan ini menjadi katalog biaya KTPAP di Asia
dengan rencana aksi nasional atau undang- dan Pasifik dan menyoroti temuan, tantangan
undang tentang kekerasan terhadap perempuan. dan pelajaran dari penelitian. Laporan ini

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 101
Tabel 9. Studi biaya terkait kekerasan
membantu mengungkapkan secara mendalam
terhadap perempuan dan anak
dampak ekonomi KTPAP, dan mengidentifikasi
perempuan berdasarkan negara dan
tingkat sumber daya keuangan yang diperlukan
tahun pelaksanaan
untuk merealisasikan komitmen yang telah
dibuat oleh Pemerintah. Dalam pengertian ini, Studi Studi biaya
biaya dampak dapat berfungsi sebagai alat yang (tahun dilakukan)
efektif untuk menutup kesenjangan antara
kebijakan dan praktik dan memastikan penerapan Kamboja 2012, akan dilakukan pada 2018
hukum dalam mencegah dan menanggapi KTPAP. Indonesia 2012
Ketiga alat yang disebutkan di atas telah
Republik
digunakan di Kamboja, Indonesia, Republik
Demokratik Rakyat Laos dan Vietnam untuk Demokratik
menunjukkan bahwa penerapan MPES terjangkau Rakyat Laos 2016
sehingga manfaat dari pencegahan KTPAP dan
Myanmar sudah direncanakan
penghentian KTPAP secara lebih dini dapat
dirasakan perempuan, keluarga dan masyarakat. Filipina 1999
Tabel 9 mencantumkan Negara-negara Anggota Vietnam 2012
ASEAN yang telah melakukan studi biaya KTPAP
berdasarkan tahun. Lihat Lampiran D untuk Laporan UN Women tentang The Costs on Violence
ringkasan temuan-temuan studiKTPAP yang menganalisis studi biaya KTPAP dari Asia dan
dilakukan di Kamboja, Indonesia, Republik Pasifik. Laporan ini menyoroti tiga metodologi
Demokrasi Rakyat Laos, Filipina, dan Vietnam. untuk biaya: GRB, biaya dampak, dan biaya unit.

6.4 Metodologi biaya kekerasan • Penganggaran yang responsif gender (GRB) -


terhadap perempuan dan anak Metode menganalisis anggaran pemerintah
perempuan dan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
(siklus anggaran) untuk menetapkan dampak
Ada beberapa metodologi berbeda yang dapat gender dari keputusan anggaran. Penerapan
diterapkan untuk mengenali biaya KTPAP. metode ini memerlukan pengetahuan yang
Beberapa metodologi fokus pada biaya untuk komprehensif tentang proses penganggaran
individu, rumah tangga, masyarakat, usaha, nasional dan pengetahuan penuh
organisasi dan perekonomian nasional. Beberapa tentang layanan KTPAP yang tersedia atau
focus pada perkiraan biaya untuk menerapkan direncanakan sesuai dengan undang-undang
hukum dan kebijakan KTPAP secara penuh, dan dan/atau rencana aksi nasional. Pendekatan
yang lain fokus pada biaya penyediaan MPES ini lebih berfokus pada seluruh anggaran,
kepada perempuan dan anak perempuan yang ketimbang biaya layanan per unit, intervensi
mengalami kekerasan. pencegahan, dan/ atau penerapan upaya
hukum. Metodologi ini mencakup sebagai
Setiap metodologi memiliki kelebihan dan berikut: Meneliti kebijakan institusional dan
kekurangan, dan tidak ada metodologi "paling hukum (meneliti lingkungan); mengulas
baik" untuk studi biaya KTPAP. Beberapa penelitian sebelumnya tentang KTPAP di
metodologi ditentukan oleh fokus studinya, negara tersebut; memetakan alur perjalanan
apakah pada biaya menangani KTPAP atau biaya mengakses layanan bagi perempuan dan anak
untuk menghapuskan KTPAP. Pilihan metodologi perempuan yang mengalami kekerasan; dan
harus dipandu oleh pertanyaan penelitian yang analisis anggaran yang mencakup pencegahan,
harus dijawab oleh studi biaya. penyediaan layanan dan penuntutan. 7

102 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
• Metodologi biaya dampak - Metode ini pendekatan biaya berbasis aktivitas dan
adalah metodologi yang komprehensif yang mengukur serta memprediksi kebutuhan
menghitung dampak sepenuhnya dari aspek sumber daya untuk layanan yang berbeda,
sosio ekonomi KTPAP dalam hal moneter, yang bergantung pada biaya unit dalam
termasuk rentetan biaya berdasarkan dampak menyediakan layanan tunggal dan permintaan
kekerasan terhadap kehidupan perempuan dan untuk layanan tersebut. Proyeksi kebutuhan
anak perempuan yang mengalaminya, juga sumber daya di masa depan didasarkan pada
terhadap perekonomian nasional. asumsi indikator ekonomi makro, seperti
• Metodologi biaya unit - Metodologi ini tingkat inflasi dan perluasan tingkat layanan
bertujuan untuk memahami total biaya berdasarkan meningkatnya permintaan dan
penyediaan layanan atau paket layanan jangkauan. 8 Meskipun ketiga metodologi biaya
tertentu untuk perempuan dan anak memiliki fokus, pendekatan dan inputs yang
perempuan yang mengalami kekerasan berbeda, metodologi ini saling melengkapi dan
berdasarkan biaya barang dan jasa individu, dapat digunakan untuk menginformasikan
dan tingkat penggunaan. Metodologi biaya yang lain apabila memungkinkan. Tabel 11
unit dapat digunakan untuk memahami menjelaskan rincian ketiga metodologi biaya:
kebutuhan sumber daya untuk layanan yang GRB; biaya dampak; dan biaya unit.
ada dan untuk memperkirakan sumber daya
yang dibutuhkan untuk MPES bagi perempuan Ketidakpastian atau ketidaksempurnaan
yang mengalami kekerasan dan anak-anaknya data KTPAP dapat terjadi, tergantung pada
(lihat Tabel 10). tersedianya data administrasi dan data
MPES mencakup berbagai layanan multi-sektor prevalensi yang berkualitas dalam melakukan
seperti hotline (24 jam), pusat krisis satu atap, studi biaya. Kondisi ini dapat mempersulit
tempat penampungan, layanan konseling, perkiraan biaya layanan. Terlepas dari
jaringan rujukan, pengembangan kapasitas ketidakpastian dan ketidaksempurnaan data,
pemangku kepentingan dan pelatihan studi biaya KTPAP memungkinkan Pemerintah
penyedia layanan, sebagai contoh dari satu untuk mengidentifikasi data KTPAP yang hilang
paket layanan penting ( lihat Kotak 20). dan/atau tidak lengkap dan perlu diperkuat.

Berasal dari metodologi biaya unit untuk Proses ini juga dapat meningkatkan
menetapkan biaya MPES, Model kebutuhan pemahaman yang lebih baik dan mendorong
Sumber Daya (Resource Needs Model ), memberi para pemangku kepentingan kunci dan
panduan laporan tentang prasyarat sumber daya mitra yang relevan dari seluruh sektor untuk
MPES di Republik Demokratik Rakyat Laos dan membahas biaya KTPAP dan penganggarannya
Timor-Leste. dalam upaya menghilangkan KTPAP,
menyediakan layanan penting dan
• Model Kebutuhan Sumber Daya – adalah mengumpulkan data.
sebuah model yang digunakan untuk
mengukur dan memprediksi kebutuhan
sumber daya untuk intervensi yang bertujuan
menjangkau perempuan dan anak perempuan
yang mengalami kekerasan pada periode
saat ini dan masa mendatang, serta implikasi
sumber daya dari meluasnya intervensi dan
jangkauan. Model ini dibangun berdasarkan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 103
Tabel 10. Langkah-langkah dan tujuan dari studi biaya kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan untuk menghitung paket minimum layanan penting

Persyaratan Tujuan

Langkah 1 - mengembangkan dan Mengidentifikasi dan mendefinisikan MPES - Petakan apa yang
menguraikan elemen kunci MPES saat ini tersedia berdasarkan kewajiban dan komitmen dalam
kerangka hukum nasional, dan praktik baik internasional dalam
pemberian layanan

Langkah 2 - Memahami kebutuhan Pengumpulan data - Lakukan survei terhadap penyedia layanan
sumber daya untuk layanan yang ada yang ada di berbagai sektor, tentukan biaya unit dari penyediaan
layanan yang ada, berikan penilaian tentang rujukan.

Langkah 3 - Memperkirakan biaya sumber Tentukan metodologi yang tepat untuk menghitung biaya
daya untuk MPES keseluruhan MPES.

Kotak 20. Paket layanan penting

UN Women, UNFPA, WHO, dan UNODC, melalui the United Nations Joint Global
Programme on Essential Services for Women and Girls Subject to Violence (Program
Global Gabungan PBB tentang Layanan Penting untuk Perempuan dan Anak Perempuan
Korban Kekerasan) telah mengidentifikasi layanan penting yang akan diberikan
oleh sektor kesehatan, layanan sosial, polisi dan peradilan serta pedoman untuk
koordinasi layanan penting dan tata kelola proses dan mekanisme koordinasi. Pedoman
penyediaan layanan untuk elemen inti dari setiap layanan penting telah diidentifikasi
untuk memastikan pemberian layanan yang berkualitas tinggi bagi perempuan dan anak
perempuan yang mengalami kekerasan, terutama di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah.
Tujuan dari Paket layanan penting adalah untuk mendukung pemerintah dalam merancang, menerapkan dan
meninjau semua layanan untuk perempuan dan anak perempuan yang menjadi korban dan penyintas kekerasan,
di berbagai situasi dan kondisi. Paket ini adalah alat praktis untuk negara-negara dalam menetapkan peta jalan
(roadmap) yang jelas tentang bagaimana memastikan penyediaan dan koordinasi layanan berkualitas dari
semua sektor. Metode pelaksanaan penyediaan layanan penting akan bervariasi dari satu negara ke negara
lain. Beberapa negara mungkin sudah memiliki layanan seperti yang sudah dijelaskan; beberapa negara lainnya
mungkin perlu menyesuaikan layanan yang ada atau secara progresif menerapkan layanan baru, atau mengambil
langkah tambahan untuk memenuhi standar ini. Setiap negara perlu memiliki rencana untuk mencapai standar
yang ada dan untuk memastikan tersedianya proses dan mekanisme pengukuran dan akuntabilitas dalam
memastikan tersedianya layanan yang berkualitas.

Sumber: UN Women, UNFPA, WHO dan UNODC, Essential Services Package (2013). Tersedia di: https://goo.gl/pHnf4m

104 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
Tabel 11. Kekerasan terhadap metodologi biaya perempuan

Jenis biaya Persyaratan data Dampak potensial

Penganggaran yang responsif gender

Metode ini mempertimbangkan Informasi tentang layanan • Pendekatan GRB terhadap biaya dapat
empat pertanyaan penting: terkait KTPAP tersedia dan/ berfungsi sebagai alat yang efektif
atau direncanakan, serta untuk memfasilitasi pengarusutamaan
1. Kesenjangan apa yang ada hukum dan kebijakan KTPAP gender dalam anggaran pemerintah
dalam hukum dan kebijakan saat ini dan data anggaran dengan mengidentifikasi kesenjangan
KTPAP? yang relevan. dalam layanan dan / atau kebijakan
2. Berapa jumlah sumber daya terkait KTPAP, dan kelemahan atau
yang dialokasikan untuk tidak adanya layanan KTPAP.
berbagai layanan terkait KTPAP?
3. Darimana sumber • Pendekatan GRB bertujuan untuk
pendanaannya? membantu Pemerintah membuat
4. Apakah sumber daya ini keputusan dalam menyesuaikan
memadai? kebijakan dan mengalokasikan sumber
daya dalam mengatasi kesenjangan
dan ketidaksetaraan.

• Hasilnya mungkin akan sangat politis


karena menggambarkan kelemahan
dalam sistem, termasuk kurangnya
koordinasi di antara berbagai
pemangku kepentingan yang bekerja
untuk menangani KTPAP.

• Di negara-negara dimana data


anggaran tidak tersedia untuk umum
atau praktik berbagi informasi tidak
aktif, menerapkan pendekatan GRB
mungkin akan sulit.

Dampak biaya

Metode ini mengukur biaya Untuk menerapkan metode • Biaya Dampak sering digunakan
langsung dan tidak langsung, ini diperlukan statistik untuk tujuan advokasi dalam rangka
serta nyata dan tidak nyata prevalensi nasional, memobilisasi dukungan untuk
dari KTPAP bagi para penyintas informasi mengenai perubahan hukum dan kebijakan
dan keluarganya, komunitas, frekuensi KTPAP dan biaya dengan memperlihatkan efek dan
organisasi, usaha dan masyarakat unit akses ke berbagai kerugian kuantitatif (dan kualitatif)
luas (termasuk biaya pengeluaran layanan dari para penyintas dari KTPAP bagi seluruh masyarakat
sendiri, atau biaya untuk layanan KTPAP, yang tersedia dan negara.
pendukung, transportasi, dan dalam data administrasi.
/ atau tempat berlindung, Metode ini memerlukan • Bergantung pada ruang lingkupnya,
hilangnya penghasilan serta informasi tentang tingkat hasilnya dapat menjadi alat
ongkos dari pekerjaan yang tidak keseriusan dampak KTPAP, peningkatan kesadaran yang efektif
dibayar karena insiden KTPAP). bagaimana kehidupan para di kalangan audiensi baru atau
penyintas dipengaruhi oleh utama (seperti majikan dan/atau
perilaku kekerasan, prilaku kementrian kesehatan, tenaga kerja
dalam mencari bantuan, atau keuangan), dengan menunjukkan
ongkos yang ditanggung bahwa KTPAP adalah masalah sosial
agen, dan pengetahuan dan ekonomi.
tentang anggaran publik.
Metode ini memerlukan
data administrasi dan data
prevalensi.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 105
Jenis biaya Persyaratan data Dampak potensial

Biaya unit

Metode ini menghitung total Menerapkan metode ini tidak • Biaya unit memberikan gambaran
biaya langsung dan tidak memerlukan data nasional yang yang jelas tentang layanan yang ada
langsung dari barang atau akurat mengenai KTPAP, namun, dan kegunaannya, serta biaya untuk
jasa yang digunakan (atau membutuhkan informasi menyediakan layanan tersebut.
direncanakan untuk dgunakan mengenai layanan dan / atau
di masa mendatang) dalam kegiatan terkait KTPAP yang • Metodi ini menawarkan komponen
menangani KTPAP dengan sedang berlangsung, seberapa yang bermanfaat untuk metodologi
mengetahui biaya per unit sering mereka digunakan biaya lebih luas yang sedang
layanan tertentu terkait-KTPAP (jumlah unit yang dipakai), dan dijalankan, dan dapat menyediakan
dan mengalikannya dengan biaya layanan tersebut per unit. Pemerintah gambaran yang lebih
tingkat penggunaan. jelas tentang sumber daya apa
Informasi ini disediakan oleh yang diperlukan untuk menerapkan
data administrasi dan dapat hukum atau kebijakan KTPAP
dilengkapi dengan wawancara yang spesifik dan / atau untuk
kelompok target. menyediakan layanan penting bagi
para penyintas KTPAP.

• Dalam mengukur biaya, metodologi


ini tidak memperhitungkan kualitas
layanan yang disediakan dan terbatas
hanya pada biaya layanan yang sudah
ada.

Sumber: UN Women, The Costs of Violence, Understanding the costs of violence against women and girls and its response: selected findings
and lessons learned from Asia and the Pacific (UN Women Regional Office untuk Asia dan Pasifik, 2013). Tersedia di: https://goo.gl/JnSzVM

6.5 Kelebihan studi biaya kekerasan


terhadap perempuan Studi biaya KTPAP menumbuhkan pemahaman
bahwa KTPAP bukanlah 'masalah domestik',
Studi biaya KTPAP adalah alat advokasi kebijakan tetapi masalah hak asasi manusia dan masalah
berbasis bukti yang penting yang dapat pembangunan.
digunakan untuk:
Ada banyak manfaat dari studi biaya KTPAP
• Menginformasikan dialog kebijakan dan seperti yang dijelaskan di bawah ini.
meningkatkan kebijakan dan program yang
efektif • Dengan melakukan penghitungan biaya KTPAP
• Menilai dampak kebijakan dan program dapat menunjukkan dampak finansial bagi
• Mendukung pembuatan kebijakan berbasis para penyintas KTPAP dan anak-anaknya, serta
bukti orang-orang yang telah melakukan kekerasan,
• Memastikan akuntabilitas untuk pelaksanaan bagi keluarga, teman, usaha, organisasi,
• Mengadvokasi hukum, kebijakan, dan layanan pemerintah (termasuk di tingkat lokal,
yang secara komprehensif menanggapi kabupaten, provinsi dan nasional), komunitas,
kebutuhan penyintas KTPAP dan masyarakat luas. Misalnya, pada tahun
• Mendukung mobilisasi sumber daya 2012, UN Women mendukung studi dampak
• Berkontribusi untuk memperkuat komitmen dari biaya kekerasan dalam rumah tangga
nasional, regional, dan internasional terhadap perempuan di Vietnam.

106 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
Biaya dari tidak melakukan
tindakan (Costs of Inaction)
Di Vietnam
• Studi ini, Estimating the Costs of Domestic
Violence against Women in Vietnam 9, • Penyintas kekerasan dalam rumah
menunjukkan bahwa perempuan yang pernah tangga mendapatkan 35% lebih sedikit
daripada perempuan yang tidak
mengalami kekerasan dalam rumah tangga
mengalami kekerasan
mendapatkan penghasilan 35 persen lebih
rendah dibandingkan perempuan lain. Studi • Biaya kekerasan langsung = 21% dari
dampak juga menunjukkan bahwa kekerasan gaji bulanan perempuan

terhadap perempuan dalam rumah tangga • Kekerasan dalam rumah tangga


memiliki dampak langsung dan tidak langsung menyebabkan kerugian produktivitas
terhadap perekonomian, yang mencakup biaya total + biaya peluang potensial sebesar
3,19% dari PDB 2010
peluang (opportunity cost) sebesar 1,41 persen
dari Produk Domestik Bruto (GDB) 2010 (baik • Total biaya langsung / tidak langsung
dari pengeluaran sendiri maupun hilangnya dari kekerasan domestik = 1,4% dari
PDB 2010
penghasilan) dan 1,78 persen dari GDB dalam
keseluruhan produktivitas yang hilang. Sumber: UN Women, The Ripple Effect – Sharing promising
practices, innovations and evidence on ending violence against
Bahkan, negara-negara yang telah melakukan women and girls in Southeast Asia (2016), p. 5 and UN Women Viet
Nam, Estimating the Costs of Domestic Violence against Women in
studi biaya telah melihat peningkatan alokasi Viet Nam (2012).
anggaran untuk Pemerintah, CSO dan NGO
Sebagai contoh, di Timor-Leste, sebuah
studi biaya KTPAP telah berhasil digunakan yang lebih kuat antara layanan kesehatan,
untuk mengadvokasi pendanaan tempat kepolisian, layanan sosial, dan pengadilan
perlindungan. dalam kaitannya dengan penyediaan layanan
kepada para penyintas KTPAP. Koordinasi
• Biaya KTPAP memberikan bukti kepada biasanya akan membaik karena studi biaya
Pemerintah tentang sumber daya yang membuka dialog tentang lembaga penyedia
diperlukan untuk memastikan tanggapan layanan serta layanan yang kurang.
multisektoral yang komprehensif untuk
memenuhi kebutuhan para penyintas KTPAP, • Studi biaya mendukung upaya untuk
sejalan dengan undang-undang dan rencana memperkuat pelaksanaan hukum dan
aksi national. Studi biaya di wilayah tersebut kebijakan dalam mencegah dan menanggapi
menunjukkan terjangkaunya penerapan KTPAP. Hal ini karena studi biaya menganalisis
layanan dasar dan manfaat menghentikan bagaimana undang-undang dan kebijakan
KTPAP secara dini sangat penting bagi KTPAP diterapkan, dan ini menunjukkan
perempuan dan anak perempuan, keluarga besarnya sumber daya khusus yang diperlukan
mereka, dan masyarakat. Jika membandingkan untuk melaksanakan secara penuh undang-
biaya KTPAP dengan biaya penyediaan layanan, undang dan kebijakan. Pendekatan inovatif
maka mencegah dan menanggapi KTPAP untuk pendanaan diperlukan untuk menutup
merupakan investasi terbaik. kesenjangan sumber daya, meningkatkan
upaya untuk mencapai kesetaraan gender
• Studi biaya memfasilitasi koordinasi lintas dan memberdayakan perempuan dan anak
sektor yang lebih baik untuk mencegah perempuan sebagai bagian penting untuk
dan menanggapi KTPAP karena studi ini mencapai SDG.
mendokumentasikan dampak finansial
dari KTPAP pada berbagai sektor dan • Studi biaya berkontribusi untuk memperkuat
memperlihatkan berbagai pengeluaran untuk perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan
mencegah dan menanggapi KTPAP. Memahami komitmen kebijakan nasional yang berbasis
biaya KTPAP dapat memfasilitasi koordinasi bukti untuk mencegah dan menanggapi KTPAP.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 107
Biaya penyediaan paket minimum layanan Angka-angka ini tampak kecil jika
penting untuk perempuan dan anak dibandingkan dengan dampak kekerasan:
perempuan yang mengalami kekerasan sebuah penelitian di Vietnam menunjukkan
sebesar: bahwa total hilangnya produktivitas dan
biaya peluang potensial yang terkait dengan
kekerasan tersebut sebesar:

0,25% 0,3%
GDP Laos PDB Vietnam

Memberikan layanan pendukung utama sangat terjangkau dan menghentikan


kekerasan lebih dini sangat besar manfaatnya bagi perempuan, keluarganya, dan
masyarakat secara umum.

Sumber: UN Women, Memahami Biaya Kekerasan terhadap Perempuan.Kantor Regional UN Women untuk Asia dan Pasifik:Bangkok,
Thailand (20 17). Tersedia di http: // asiapatio fi c.unwomen.org/en/digital-library/ publikasi / 2016/11 / biaya-kekerasan

Bagaimana data biaya kekerasan terhadap perempuan digunakan?

$$
$$ $$

Alokasi anggaran Koordinasi yang lebih besar antar Menerapkan hukum dan kebijakan
sektor
Studi biaya kekerasan terhadap Dengan mempelajari biaya
perempuan dapat memperkuat Memahami biaya kekerasan terhadap kekerasan terhadap perempuan
upaya untuk memprioritaskan perempuan dapat memfasilitasi dapat mendukung upaya untuk
bantuan dan layanan dalam koordinasi yang lebih baik antara melaksanaakan undang-undang
menangani kekerasan terhadap layanan kesehatan, kepolisian, dan kebijakan tentang kekerasan
perempuan pada alokasi anggaran layanan sosial, dan peradilan, dalam terhadap perempuan. Penelitian
pemerintah. Negara-negara yang memberikan layanan kepada para dimulai dengan memahami undang-
telah melakukan studi biaya penyintas. Karena dengan melakukan undang dan kebijakan yang ada dan
menyaksikan peningkatan alokasi penelitian dapat membuka dialog kemudian menganalisis bagaimana
anggaran untuk pemerintah dan tentang lembaga penyedia layanan mereka diimplementasikan. 80%
masyarakat sipil. serta layanan yang kurang. negara di kawasan Asia-Pasifik kini
memiliki undang-undang tentang
kekerasan dalam rumah tangga.

Sumber: UN Women (2017). Understanding the Costs of Violence against Women. Tersedia di: https://goo.gl/U6YD1C
i. United Nations Secretary General, Database on VAW. Tersedia di: http://evaw-global-database.unwomen.org/

108 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
6.6 Tantangan studi biaya studi biaya KTPAP. Tantangan lain adalah
kekerasan terhadap perempuan mendapatkan informasi yang akurat.
dan anak perempuan Perbandingan antara biaya pencegahan utama
dengan biaya menanggapi KTPAP juga masih
Tantangan yang paling besar dari studi biaya menjadi persoalan.
KTPAP berkaitan dengan ketersediaan dan
kualitas data yang diperlukan untuk studi Dalam rangka meletakkan dasar kerja untuk
biaya KTPAP, yang biasanya merupakan data studi biaya KTPAP, Pemerintah Kamboja
administrasi terkait dengan KTPAP. Memiliki menyelenggarakan empat kunjungan lapangan
data yang dapat diandalkan dari penyedia untuk melihat cara mengimplementasikan
layanan yang relevan merupakan langkah utama MPES dan mengevaluasi dampak KTPAP bagi
menghitung biaya penyediaan layanan yang perempuan dalam hal biaya yang dikeluarkan
memadai bagi perempuan dan anak perempuan sendiri (untuk transportasi dan akomodasi),
yang mengalami kekerasan dan anggota dan jumlah kunjungan ke penyedia layanan.
keluarganya. Survei semua NGO dan penyedia layanan
pemerintah di tingkat kabupaten di dua
Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya provinsi sasaran dilakukan untuk menghitung
data administrasi dan data prevalensi untuk biaya layanan KTPAP dan koordinasi
membuat penghitungan dampak ekonomi multisektoral.
dari KTPAP serta biaya penyediaan layanan
bagi perempuan dan anak perempuan yang Fokusnya juga pada mengeksplorasi cara-cara
mengalami kekerasan. Memperoleh informasi melembagakan koordinasi multisektor dan
detail mengenai biaya dalam hal besarnya dan untuk menyediakan informasi penting yang
cakupan geografis untuk layanan, penyediaan diperlukan untuk melakukan studi biaya KTPAP.
layanan tahunan, input yang diperlukan untuk
setiap aktivitas dan layanan di MPES, bisa • Di Filipina, sebuah studi biaya yang diterbitkan
menjadi tantangan tersendiri. Tantangan lainnya pada tahun 1999 berusaha mengidentifikasi
adalah studi biaya membutuhkan ongkos mahal dan mengukur biaya ekonomi KTP. Biaya
dan waktu yang lama. Ekonomi Kekerasan Terhadap Perempuan11
hanya mencakup biaya yang dilaporkan oleh
Berikut ini adalah beberapa contoh tantangan para korban dan penyedia layanan, seperti
yang dihadapi oleh Negara-Negara Anggota biaya pengobatan untuk pengobatan kasus
ASEAN terkait studi biaya KTPAP. KTPAP dan pengeluaran pemerintah yang
terkait dengan KTPAP untuk departemen
• Di Kamboja, ada upaya untuk memperbaiki kesejahteraan sosial, kesehatan dan polisi.
respons terhadap KTPAP, termasuk penyediaan
layanan penting dari Pemerintah, CSO dan • Di Indonesia, keragaman medan dan
NGO; Namun, tidak jelas berapa banyak yang keragaman budaya masing-masing provinsi
dibelanjakan untuk layanan KTPAP. Rencana merupakan tantangan utama untuk
untuk melakukan studi biaya KTPAP untuk melakukan studi biaya KTPAP. Pada 2015,
MPES dimasukkan dalam Rencana Aksi studi biaya KTPAP dilakukan tetapi hanya
Nasional kedua untuk kekerasan terhadap mencakup dua wilayah. 12 Pada 2017, Indonesia
perempuan dan latihan biaya diperkirakan mempertimbangkan melakukan studi biaya
akan selesai pada 2018. Tantangannya, KTPAP baru skala nasional; namun, diperlukan
Kamboja adalah negara berpenghasilan komitmen dari masing-masing provinsi
rendah dan tidak memiliki data administrasi sebelum studi biaya dapat dilakukan.
yang sistematis yang diperlukan untuk

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 109
• Myanmar memiliki rencana untuk • Di Thailand, belum ada studi biaya KTPAP.
melakukan studi biaya KTPAP dan mengakui Tetapi Thailand memiliki data administrasi
kebutuhan dalam meningkatkan kapasitas dan data prevalensi KTPAP untuk mendukung
mengumpulkan data administrasi dan studi biaya KTPAP. Thailand membutuhkan
prevalensi KTPAP dan untuk meningkatkan pengembangan kapasitas untuk melibatkan
ketersediaan dan kualitas data KTPAP. jajaran kementerian dalam membantu mereka
Pengumpulan data KTPAP sangat rumit di memahami pentingnya studi biaya KTPAP.
Myanmar karena keragaman negara dan
budaya tutup mulut seputar KTPAP. Namun • Di Malaysia, belum ada studi biaya KTPAP.
demikian, meningkatkan ketersediaan data Situasi ini menghambat advokasi berbasis
KTPAP adalah bagian dari Rencana Aksi bukti mengenai dampak sosial dan ekonomi
Nasional untuk menghapuskan kekerasan dari KTPAP dan manfaat mengalokasikan
terhadap perempuan. Ini sekarang masuk anggaran untuk mengatasi KTPAP. Untuk
dalam Rencana Strategis Nasional Myanmar mendapatkan anggaran menangani KTPAP,
untuk Kemajuan Perempuan mengembangkan organisasi hak-hak perempuan di Malaysia
studi biaya. perlu menunjukkan manfaat mengalokasikan
dana; sayangnya, ini tidak bisa dilakukan tanpa
data biaya KTPAP.

6.7 Pelajaran yang didapat dari • Definisikan tujuan, hasil yang diharapkan,
studi biaya terkait kekerasan ruang lingkup dan parameter penelitian
terhadap perempuan dan anak sejak awal.Mendefinisikan ruang lingkup
perempuan di Asia dan Pasifik berarti menguraikan pertanyaan-
pertanyaan yang ingin dijawab oleh studi
biaya, seperti siapa target audiensnya
UN Women, The Costs of dan untuk apa hasilnya. Menetapkan
Violence: Understanding parameter akan memberikan kejelasan
the costs of violence sekitar metodologi mana yang paling
against women and girls tepat untuk mencapai hasil yang
and its response: selected diharapkan dan akan memastikan dasar
findings and lessons yang kuat untuk penelitian.
learned from Asia and
the Pacific (2014) 13 berisi Menerapkan studi atau latihan pembiayaan
serangkaian pembelajaran dan rekomendasi KTPAP:
berdasarkan pengalaman studi biaya di Asia • Gunakan data kualitatif untuk
dan Pasifik. melengkapi data kuantitatif. Studi biaya
dapat dilakukan bahkan tanpa data
Merancang atau latihan studi biaya: kuantitatif yang dapat diandalkan, yaitu
• Sesuaikan metodologi dengan kebutuhan dengan menggunakan data kualitatif.
spesifik, sesuai dengan konteks negara, Wawancara dengan korban dan
data yang tersedia dan kapasitas penyedia layanan dapat dilakukan untuk
penelitian. Merancang dan menerapkan mendapatkan informasi tentang konteks
studi biaya tergantung pada konteks dan dan sifat dari biaya-biaya ini.
tujuan penelitian.

110 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
• Investasi dalam proses partisipatif. • Pertimbangkan biaya yang keluar
Kepemilikan nasional dan hubungan atas nama atau oleh pelaku dengan
bersama mitra selama proses studi biaya, memasukkan pelaku dalam survei atau
terutama pada penyelesaian penelitian, wawancara untuk memberikan gambaran
sangat penting untuk keberhasilan yang lebih komprehensif tentang biaya
penelitian. terkait dengan KTPAP.

• Masukkan upaya pencegahan dalam • Lihat pengalaman spesifik perempuan


studi biaya untuk menyusun bukti dan anak perempuan yang terpinggirkan.
seputar efektivitas biaya intervensi
pencegahan KTPAP. Menyebarkan dan memanfaatkan temuan:
• Pastikan menerapkan strategi komunikasi
• Studi yang menggunakan analisis dan media yang kuat dalam pelaksanaan
biaya-manfaat untuk menunjukkan dan publikasi penelitian. Ini dapat
penghematan biaya dari upaya mendukung advokasi yang efektif dan
mengurangi KTPAP juga memperlihatkan meningkatkan kesadaran kritis.
bahwa pencegahan tidak hanya
keharusan moral dan hukum tetapi juga • Bingkai upaya pencegahan versus biaya
penting untuk pembangunan sosial dan respon dan biaya tidak bertindak.
ekonomi yang lebih luas. Pencegahan KTPAP adalah komponen
penting dari respon yang efektif dan
• Pertimbangkan aspek-aspek kualitatif harus dipertimbangkan dalam studi
dari rasa sakit dan penderitaan, seperti biaya, karena investasi dalam upaya
efek negatif pada kesehatan mental pencegahan secara bertahap akan
penyintas dan dampak antar generasi mengarah pada penghematan terkait
dari kekerasan tersebut. Hal ini juga dengan pencegahan insiden kekerasan
untuk menangkap dimensi kualitatif baru.
karena perhitungan kuantitatif murni
cenderung diremehkan.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 111
1. Original definition of“costing gender equality policies” in UNDP, Costing of Social and Equality Policies in Latin America and the Caribbean
Concept Note (2013). Amended for the purposes of this report.
2. UN Women, Handbook on Costing Gender quality (2015).
3. UN Women, A Costing Tool for Action: Estimating Resource Requirements for Responding to Violence against Women in South-East Asia
(2016). Available from: http://www2.unwomen.org/-/media/field%20office%20eseasia/docs/publications/2016/06/a- costing-tool-for-action.
pdf?la=en&vs=591
4. UN Women, Estimating Resource Requirements for Responding to Violence against Women in South-East Asia: Synthesis of Findings and
Lessons (2016). Available from: http://www2.unwomen.org/-/media/field%20office%20eseasia/docs/publications/2016/06/ estimating-cost-
requirements-vaw-r3.pdf?la=en&vs=802
5. UN Women, The Costs of Violence, Understanding the costs of violence against women and girls and its response: selected findings and
lessons learned from Asia and the Pacific (2013). Available from: http://asiapacific.unwomen.org/~/media/Field%20Office%20 ESEAsia/Docs/
Publications/2014/1/UNW_The_Costs_of_Violence_FINAL%20pdf.pdf
6. Sinéad Ashe and others, Methodological Approaches for Estimating the Economic Costs of Violence against Women and Girls, What Works
to Prevent Violence (UK Aid, 2009), p. 12.
7. UN Women, Estimating Resource Requirements for Responding to Violence against Women in Southeast Asia: Synthesis of Findings and
Lessons (2016).
8. UN Women, The Costs of Violence, Understanding the costs of violence against women and girls and its response: selected findings and
lessons learned from Asia and the Pacific (2013).
9. UN Women, Estimating the Costs of Domestic Violence against Women in Viet Nam (2012). Available from http://www.unwomen. org/-/media/
headquarters/attachments/sections/library/publications/2013/2/costing-study-viet-nam%20pdf.pdf?vs=1456
10. UN Women, Estimating Resource Requirements for Responding to Violence against Women in Southeast Asia: Synthesis of Findings and
Lessons (2016).
11. Ermi Amor T. Figueroa Yap, The Economic Costs of Violence Against Women (National Commission on the Role of Filipino Women and
UNFPA, 1999).
12. UN Women, Costing a Multidisciplinary Package of Response Services for Women and Girls Subjected to Violence: A Gender Budgeting
Approach – The Case of Indonesia (2012).
13. UN Women, The Costs of Violence, Understanding the costs of violence against women and girls and its response: selected findings and
lessons learned from Asia and the Pacific (2013).

112 | Studi biaya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan
BAB 7

MENGGUNAKAN DATA KEKERASAN TERHADAP


PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN UNTUK
MELAPORKAN INDIKATOR DAN PENCAPAIAN
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Foto: UN Women/Staton Winter

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 113
POIN UTAMA

• Mengakhiri KTPAP adalah sasaran paling jelas • Ketika melaporkan SDG, penting untuk
dari SDG 5, tetapi KTPAP juga merupakan menggunakan data dan definisi indikator yang
penghambat dalam mencapai hampir semua sudah diselaraskan dan disetujui, yang telah
SDG. dikumpulkan sesuai dengan metodologi dan
standar yang disepakati secara internasional.

7.1 Kekerasan terhadap perempuan


dan anak perempuan dan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDG)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Mengakhiri KTPAP adalah komponen penting


mengakui bahwa memiliki data terpilah yang dari SDG 5: Mencapai kesetaraan gender dan
berkualitas, dapat diakses, tepat waktu dan dapat memberdayakan semua perempuan dan anak
diandalkan sangat penting untuk membantu perempuan. Selain itu KTPAP mempengaruhi
mengukur kemajuan dan memastikan bahwa hampir semua SDG sehingga mencegah KTPAP
tidak ada yang tertinggal. dapat memberi kontribusi besar dalam capaian
Dalam mengadopsi SDG, Negara Anggota SDG.
mendorong penguatan pengumpulan data dan Diagram 8 menunjukkan pentingnya upaya
kapasitas statistik di tingkat nasional dan untuk penghapusan KTPAP dalam mencapai setidaknya
mengembangkan titik pijak (baseline) jika belum enam dari 17 SDG.
ada.

Diagram 8. Kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan merupakan penghalang bagi
terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan /
KTP menyebabkan KTP membatasi
anak perempuan
kematian, KTP mengurangi mobilitas KTP sering
Biaya KTP negara- menghadapi
kecacatan dan akses perempuan perempuan dan dilakukan dengan
negara $ miliar kekerasan ketika
kesehatan yang ke pendidikan penggunaan ruang impunitas
mengakses air dan
buruk publik yang aman
sanitasi

Sumber: The Equality Institute (2016).

114 | Menggunakan Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan Untuk Melaporkan Indikator Dan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan
7.2 Indikator SDG terkait kekerasan Semua indikator SDGs diklasifikasikan oleh IAEG-
terhadap perempuan dan anak SDGs menjadi tiga tingkatan sesuai dengan tingkat
perkembangan metodologinya dan ketersediaan
perempuan
data di tingkat global sebagai berikut:

Indikator merangkum Tingkat 1: Indikator secara konseptual jelas,


data yang kompleks metodologi dan standar yang disepakati tersedia
menjadi data dan data diproduksi secara teratur oleh negara.
sederhana yang
dapat digunakan oleh Tingkat 2: Indikator secara konseptual jelas,
pembuat kebijakan, metodologi dan standar yang disepakati tersedia,
dan dapat dipahami tetapi data tidak diproduksi secara teratur oleh
oleh praktisi dan negara.
masyarakat secara
umum. Tujuan dari Tingkat 3: Indikator tidak memiliki metodologi
indikator adalah dan standar yang disepakati atau metodologi dan
memberikan ringkasan standar sedang dikembangkan atau diuji.
sederhana dari gambaran yang kompleks, seperti Tautan berikut menyediakan pedoman dan sumber
‘seberapa besar’, ‘seberapa banyak’ dan ‘sejauh daya yang relevan terkait dengan proses pelaporan
mana’. pada SDG:

• Indikator mengukur kemajuan yang dihasilkan Tautan berikut menyediakan pedoman dan sumber
terhadap sasaran terkait kesetaraan gender daya yang relevan terkait dengan proses pelaporan
dan KTPAP. pada SDG:
• Indikator dapat digunakan untuk memantau
dampak kebijakan, rencana aksi dan program. 1. Informasi tentang IAEG-SDGs:
• Indikator adalah sarana untuk mengubah https://unstats.un.org/sdgs/iaeg-sdgs/
data menjadi statistik yang relevan yang
mengisahkan kehidupan perempuan dan 2. Daftar indikator SDG yang resmi:
dapat digunakan oleh otoritas nasional untuk https://unstats.un.org/sdgs/indicators/
mengembangkan legislasi, kebijakan, dan indicators-list/
mekanisme untuk membantu perempuan dan
anak perempuan yang mengalami kekerasan. 3. Tingkatan indikator dan lembaga penanggung
jawab:
Kelompok Ahli Antar-Lembaga untuk Indikator https://unstats.un.org/sdgs/iaeg-sdgs/tier-
SDG (IAEG-SDGs), yang terdiri dari Negara-Negara classification/
Anggota dan lembaga-lembaga regional dan
internasional sebagai pengamat, didirikan untuk 4. Penyimpanan data untuk indikator tingkat
mengembangkan dan mendukung pelaksanaan 1 dan tingkat 2 (definisi indikator, alasan,
kerangka indikator global untuk SDG dan target keterbatasan, metode penghitungan,
Agenda 2030. IAEG-SDGs mengidentifikasi disagregasi, perlakuan terhadap nilai yang
satu (beberapa) lembaga penanggung jawab hilang, sumber data, ketersediaan data):
(custodian) dan lembaga mitra lain (biasanya https://unstats.un.org/sdgs/metadata/
dari sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk
setiap indikator dalam pelaporan global dan 5. Rencana kerja untuk indikator tingkat 3:
pengembangan indikator.
https://unstats.un.org/sdgs/tierIII-indicators/

Ketika melaporkan SDG, penting untuk


6. Database global indikator SDG (platform ini
menggunakan definisi indikator dan data yang
menyediakan akses ke data resmi untuk semua
diselaraskan dan disetujui yang dikumpulkan
indikator SDG untuk data yang tersedia):
sesuai dengan metodologi dan standar yang
https://unstats.un.org/sdgs/indicators/
disepakati secara internasional.
database/

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 115
7.2.1 Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan

Tujuan 5 fokus pada pencapaian kesetaraan gender dan memberdayakan


semua perempuan dan anak perempuan. Tujuan 5 mencakup empat sasaran
dan enam indikator spesifik yang terkait dengan KTPAP. Setiap sasaran dan
indikator disorot pada Diagram 9, bersama dengan kebutuhan data untuk
setiap indikator.

Diagram 9. Target Tujuan 5 terkait dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan,
indikator dan kebutuhan data

Indikator 5.1.1: Ketersediaan kerangka


Target 5.1: Penghapusan segala bentuk
hukum untuk mempromosikan,
diskriminasi terhadap perempuan dan Membutuhkan analisis dan peninjauan
menegakkan, dan memantau
anak perempuan di mana pun kerangka hukum
kesetaraan dan non-diskriminasi atas
dasar seks

Indikator 5.2.1: Proporsi perempuan


yang pernah berpasangan dan anak Membutuhkan data prevalensi KTPAP
perempuan berusia 15 tahun atau yang dikumpulkan melalui survei
lebih yang mengalami kekerasan fisik, prevalensi berbasis populasi dari
seksual, atau psikologis oleh pasangan perempuan yag pernah berpasangan
saat ini atau mantan pasangan intim dan anak perempuan yang berusia 15
dalam 12 bulan terakhir, berdasarkan tahun atau lebih
Target 5.2: Penghapusan segala bentuk bentuk kekerasan dan usia.
kekerasan terhadap perempuan dan
anak perempuan di ruang publik dan
privat, termasuk perdagangan dan
eksploitasi seksual serta jenis lainnya. Membutuhkan data administrasi
Indikator 5.2.2: Proporsi perempuan
yang dapat menangkap kasus-
dan anak perempuan berusia 15
kasus pembunuhan yang disengaja
tahun atau lebih yang mengalami
berdasarkan jenis kelamin dan
kekerasan seksual oleh orang-orang
berdasarkan usia.
selain pasangan intim dalam 12 bulan
terakhir, berdasarkan usia dan tempat
terjadinya.

Indikator 5.3.1: Proporsi perempuan


berusia 20-24 tahun yang pernah menikah Membutuhkan data prevalensi yang
atau hidup bersama sebelum usia 15 dikumpulkan melalui survei prevalensi
tahun dan sebelum usia 18 tahun berdasarkan populasi perempuan dan
anak perempuan yang berusia 15-24
Target 5.3: Penghapusan semua praktik
tahun (di beberapa negara sensus juga
berbahaya, seperti pernikahan anak,
menyediakan data pada indikator ini)
pernikahan dini dan paksa, serta Indikator 5.3.2: Proporsi anak
pemotongan alat kelamin perempuan perempuan dan perempuan berusia Membutuhkan data prevalensi
(FGM). 15-49 tahun yang pernah mengalami FGM/ C yang dikumpulkan melalui
pemotongan alat kelamin perempuan survei prevalensi berdasarkan populasi
(FGM /C), berdasarkan usia - tidak perempuan dan anak perempuan yang
relevan untuk semua negara. berusia 15–49 tahun.

116 | Menggunakan Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan Untuk Melaporkan Indikator Dan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan
Target 5.6: Jaminan akses
universal terhadap kesehatan dan
Indikator 5.6.1: Proporsi perempuan Membutuhkan data prevalensi
reproduksi seksual dan hak-hak
berusia 15-49 tahun yang membuat terkait dengan kesehatan seksual dan
reproduksi sebagaimana disepakati
keputusan mereka sendiri tentang reproduksi dan pengambilan keputusan
dalam Program Aksi Konferensi
hubungan seksual, penggunaan melalui survei prevalensi berdasarkan
Internasional tentang Kependudukan
kontrasepsi, dan perawatan kesehatan populasi perempuan dan anak
dan Pembangunan serta Platform
reproduksi. perempuan yang berusia 15–49 tahun.
Aksi Beijing dan dokumen hasil
peninjauan konferensi.

Data prevalensi KTPAP sangat penting untuk melaporkan SDG 5. Data administrasi tidak
dapat digunakan untuk melaporkan indikator yang disebutkan di atas.

7.2.2 Tujuan 11: Kota dan komunitas yang berkelanjutan

Tujuan 11 fokus pada pembangunan kota dan pemukiman manusia yang


inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Tujuan 11 mencakup satu sasaran
dan satu indikator yang terkait dengan KTPAP. Sasaran dan indikator ini
disorot pada Diagram 10, bersama dengan kebutuhan data untuk indikator.

Diagram 10. Target tujuan 11 terkait dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan,
indikator dan kebutuhan data

Membutuhkan data prevalensi terkait


Target 11.7: Hingga 2030, jaminan Indikator 11.7.2: Proporsi korban
dengan pelecehan fisik dan / atau
akses universal ke ruang-ruang publik pelecehan fisik atau seksual
seksual melalui survei prevalensi
yang hijau, mudah diakses, inklusif dan berdasarkan jenis kelamin, usia,
berdasarkan populasi orang (dibedakan
aman, khususnya untuk perempuan kondisi dengan kebutuhan khusus
berdasarkan jenis kelamin, usia, kondisi
dan anak-anak, orang tua serta orang dan tempat kejadian, dalam 12
dengan kebutuhan khusus dan tempat
berkebutuhan khusus. bulan terakhir.
kejadian)

Data administrasi KTPAP tidak dapat digunakan untuk melaporkan indikator SDG 11.7.2.

7.2.3 Tujuan 16: Perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat

Tujuan 16 fokus pada mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif


untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses ke keadilan untuk
semua dan membangun lembaga yang efektif, bertanggung jawab dan
inklusif di semua tingkatan, membangun kota dan pemukiman yang inklusif,
aman, tangguh dan berkelanjutan. Tujuan 16 mencakup tiga sasaran dan lima
indikator terkait dengan KTPAP. Masing-masing sasaran dan indikator disorot
pada Diagram 11, bersama dengan kebutuhan data untuk setiap indikator.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 117
Diagram 11. Target tujuan 16 terkait dengan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan,
indikator dan kebutuhan data

Indikator 16.1.1: Jumlah korban Memerlukan data administrasi


pembunuhan yang disengaja per yang dapat menangkap kasus-
100.000 penduduk, berdasarkan jenis kasus pembunuhan yang disengaja
kelamin dan usia. berdasarkan jenis kelamin dan
Target 16.1: Segala bentuk kekerasan berdasarkan usia.
dan tingkat kematian akibat tindak
kekerasan secara signifikan berkurang. Membutuhkan data administrasi
Indikator 16.1.3: Proporsi penduduk yang dapat menangkap kasus-
yang mengalami kekerasan fisik, kasus pembunuhan yang disengaja
psikologis, atau seksual dalam 12 bulan berdasarkan jenis kelamin dan
terakhir berdasarkan usia.

Membutuhkan data administrasi yang


Indikator 16.2.2: Jumlah korban
dapat menangkap jumlah korban
perdagangan manusia per 100.000
perdagangan manusia, berdasarkan
penduduk berdasarkan jenis kelamin,
jenis kelamin, usia dan bentuk
usia, dan bentuk eksploitasi.
Target 16.2: Penghapusan pelecehan, eksploitasi.
eksploitasi, perdagangan, dan segala
bentuk kekerasan dan penyiksaan Membutuhkan data prevalensi
terhadap anak-anak. Indikator 16.2.3: Proporsi perempuan
kekerasan seksual sebelum usia 18
dan lelaki berusia 18-29 tahun yang
tahun melalui survei berbasis populasi
mengalami kekerasan seksual sebelum
perempuan dan lelaki berusia 18-29
usia 18 tahun.
tahun, berdasarkan jenis kelamin

Indikator 16.3.1: Proporsi korban


Membutuhkan data prevalensi dari
kekerasan dalam 12 bulan terakhir
Sasaran 16.3: Mendukung aturan hukum orang-orang yang mengalami kekerasan
yang melaporkan kasus mereka
di tingkat nasional dan internasional dan dan melaporkan kasus mereka kepada
kepada pihak berwenang yang
memastikan akses yang sama terhadap pihak berwenang yang kompeten atau
kompeten atau mekanisme
keadilan untuk semua mekanisme penyelesaian konflik yang
penyelesaian konflik lainnya yang
diakui secara resmi lainnya.
diakui secara resmi

Data administrasi dapat digunakan untuk melaporkan indikator 16.1.1 dan indikator
16.2.2. Data Prevalensi dapat digunakan untuk melaporkan indikator 16.1.3, indikator
16.2.3 dan indikator 16.3.1.

118 | Menggunakan Data Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Perempuan Untuk Melaporkan Indikator Dan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan
Lampiran A
Ringkasan temuan dari survei prevalensi kekerasan terhadap
perempuan dan anak perempuan di Negara-Negara Anggota
ASEAN

Data berikut dipilih dari studi prevalensi untuk 20 persen mengalami kekerasan fisik dan 8
menggambarkan temuan dan tidak memberikan persen melaporkan kekerasan fisik terjadi dalam
analisis komprehensif atau ringkasan prevalensi 12 bulan terakhir. Di antara semua perempuan,
KTPAP di Negara-Negara Anggota ASEAN. 6 persen mengalami kekerasan seksual dalam
hidup mereka dan 3 persen dalam 12 bulan
Kamboja terakhir.

Mengenai prevalensi kekerasan fisik oleh


Survei Demografi dan Kesehatan Kamboja
pasangan intim, CDHS 2000 menemukan
(CDHS) pada 2000, 2005, 2010 dan 2014 16 persen perempuan yang pernah menikah
Survei Demografi dan Kesehatan Kamboja mengalami kekerasan fisik oleh suami sejak
(CDHS) 2000 1, 2005 2 dan 2014 3 mencakup usia 15 tahun, dan 15 persen dalam 12 bulan
modul tentang pengalaman perempuan dengan terakhir sebelum survei. Demikian pula, CDHS
kekerasan dalam rumah tangga. 1 CDHS 2010 4 2005 menemukan 13 persen perempuan yang
tidak memasukkan modul yang berkaitan dengan pernah menikah mengalami kekerasan fisik
kekerasan dalam rumah tangga, meskipun oleh suami sejak usia 15 dan 8 persen dalam 12
survey tersebut mengukur sikap perempuan dan bulan terakhir sebelum survey. Pada 2014, CDHS
laki-laki terhadap pemukulan istri. Pada tahun menemukan 16 persen perempuan yang pernah
2005, 2010 dan 2014, modul kekerasan dalam menikah mengalami kekerasan fisik oleh suami
rumah tangga menyertakan pertanyaan tentang sejak usia 15, dan 9 persen pada dua belas bulan
pengalaman kekerasan perempuan sejak usia terakhir sebelum survei dilakukan. Dari 2000-
15 yang dilakukan oleh pasangan intim (suami 2014, ada penurunan jumlah perempuan yang
atau pasangan) dan oleh orang lain. Pertanyaan- mengalami kekerasan fisik pada 12 bulan terakhir
pertanyaan tentang kekerasan oleh pasangan sebelum survei.
intim saat ini atau sebelumnya mengukur hal-
hal berikut: jenis-jenis kekerasan yang dialami; Mengenai jenis-jenis kekerasan terhadap
frekuensi dan waktu terjadinya kekerasan; perempuan yang pernah menikah yang dilakukan
kekerasan selama kehamilan; perilaku mencari oleh suami, menurut CDHS 2000, 18 persen
bantuan. perempuan yang pernah menikah mengalami
kekerasan emosional, 16 persen mengalami
Setiap putaran survei diberikan kepada sampel kekerasan fisik (13 persen kekerasan ringan dan
orang dewasa yang berusia 15-49 tahun yang 4 persen berat) dan 4 persen pernah mengalami
representatif secara nasional. CDHS 2000 kekerasan seksual oleh suami dalam hidup
diberikan kepada 15.351 perempuan. Dalam mereka. Demikian pula, CDHS 2005 menemukan
rangka memastikan bahwa hasil survei dapat di antara perempuan yang pernah menikah,
menunjukkan penghitungan untuk 24 provinsi di 19 persen mengalami kekerasan emosional,
negara ini, sampel mencakup 12 satuan provinsi 13 persen mengalami kekerasan fisik (7 persen
dan lima kelompok provinsi. Pada tahun 2005 ringan dan 6 persen berat ) dan 3 persen pernah
dan 2014 sampel meliputi 14 satuan provinsi dan mengalami kekerasan seksual dari suami dalam
lima kelompok provinsi. CDHS 2005 mengelola hidup mereka. Beberapa perempuan yang pernah
sampel untuk 16.823 perempuan dan 6.731 laki- menikah mengalami berbagai bentuk kekerasan
laki. Sementara, CDHS 2010 mengelola sampel dalam masa pernikahan mereka.
untuk 17.578 perempuan dan 5.190 laki-laki.
Faktanya, 14 persen perempuan yang pernah
Pada tahun 2014, CDHS menemukan bahwa 22 menikah mengalami kekerasan fisik atau seksual
persen dari semua perempuan telah mengalami dan 22 persen mengalami kekerasan fisik, seksual
kekerasan fisik atau seksual dalam hidup mereka, atau emosional dari suami dalam hidup mereka.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 119
CDHS 2014 menemukan sebanyak 25 persen dimana 44 persennya mengalami luka, memar,
perempuan yang pernah menikah mengalami atau nyeri. Selain itu, 22 persen mengalami
kekerasan emosional, 18 persen mengalami cedera mata, keseleo, dislokasi, atau luka bakar,
kekerasan fisik dan / atau seksual, 16 persen dan 5 persen mengalami luka dalam, patah
mengalami kekerasan fisik dan 6 persen tulang, patah gigi, atau cedera serius lainnya.
mengalami kekerasan seksual oleh pasangan Bagi sebagian besar perempuan di Kamboja,
intim dalam hidup mereka. Selain itu, 29 persen kekerasan biasanya terjadi di awal pernikahan.
mengalami kekerasan fisik, seksual dan / atau CDHS 2000 dan 2005 menemukan bahwa dalam
emosional dari pasangan intim saat ini dalam 28 persen pernikahan, kekerasan terjadi dalam
hidup mereka dan 20 persen dalam 12 bulan dua tahun pertama pernikahan. CDHS 2000
terakhir sebelum survei. menemukan bahwa kekerasan telah terjadi
dalam lima tahun pertama pernikahan untuk
Dari segi pelaku kekerasan yang paling umum, tiga perlima pernikahan; sedangkan, CDHS 2005
di antara perempuan yang pernah menikah yang menemukan kekerasan telah terjadi dalam lima
mengalami kekerasan fisik, pelaku yang paling tahun pertama pernikahan untuk dua pertiga
umum adalah suami atau pasangan mereka saat pernikahan (penurunan kecil).
ini (75 persen pada 2000, 65 persen pada 2005,
56 persen pada 2014), ibu atau ibu tiri (23 persen Dalam hal perilaku mencari bantuan, CDHS 2000
pada 2014) dan mantan suami atau mantan mengungkapkan di antara semua perempuan
pasangan (11 persen pada 2005, 20 persen yang telah melaporkan kekerasan fisik atau
pada 2014). CHDS 2014 menemukan bahwa di seksual oleh siapa pun, 20 persen dari mereka
antara perempuan yang belum pernah menikah meminta bantuan orang lain. Perempuan
yang mengalami kekerasan fisik, pelaku paling kemungkinan besar mencari bantuan dari
umum adalah ayah atau ayah tirinya (37 persen), keluarga (63 persen), dari kerabat atau teman
saudara perempuan atau laki-laki (31 persen), (44 persen) atau dari mertua (12 persen). Hanya
dan ibu atau ibu tiri (26 persen). Menurut CHDS 1 persen mencari bantuan dari tenaga medis.
2014, di antara perempuan yang pernah menikah Kemungkinan perempuan mencari bantuan
yang mengalami kekerasan seksual, pelaku sangat kecil sekali jika pelaku kekerasan adalah
kemungkinan besar adalah suami atau pasangan suami mereka saat ini (15 persen). CDHS 2005
mereka saat ini (61 persen), diikuti oleh mantan mengungkapkan hanya 31 persen dari semua
suami atau pasangan (23 persen). perempuan yang pernah mengalami kekerasan
fisik atau seksual, meminta bantuan orang
Perempuan yang mengalami kekerasan lain. Dari mereka yang mencari bantuan, 51
sering menderita cedera terkait kekerasan. persennya mencari bantuan dari keluarga dan
CDHS 2000 menemukan bahwa 37 persen 46 persen dari sumber lain. Perempuan paling
perempuan yang pernah menikah, yang pernah kecil kemungkinannya mencari bantuan jika
mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pelaku adalah orang lain selain suami (23 persen);
suami, melaporkan mengalami memar atau sedangkan, 38 persen perempuan mencari
sakit di masa hidup mereka dan 31 persen bantuan jika mengalami kekerasan dari suami.
mengalami memar atau sakit pada tahun lalu Di antara perempuan yang mengalami kekerasan
akibat perlakuan suami. Di antara perempuan oleh mantan suami, 53 persennya mencari
yang pernah menikah yang pernah mengalami bantuan.
kekerasan fisik atau seksual oleh suami, 6
persen pernah mengunjungi fasilitas kesehatan Perempuan cenderung mencari bantuan jika
akibat perlakuan kekerasan suami. Pada 2005, frekuensi kekerasan yang dialami meningkat.
41 persen perempuan yang pernah menikah, Misalnya, CDHS 2005 menemukan 31 persen
yang mengalami kekerasan fisik atau seksual perempuan yang mengalami kekerasan fisik atau
oleh suami, melaporkan mengalami memar seksual dalam 12 bulan terakhir mencari bantuan,
atau sakit di masa hidup mereka dan 30 persen dibandingkan dengan 52 persen perempuan
mengalami memar dan sakit pada tahun lalu yang mengalami kekerasan fisik atau seksual
karena perlakukan kekerasan oleh suami. Di empat kali atau lebih pada periode yang sama.
antara perempuan yang pernah menikah, yang Meningktanya perilaku mencari bantuan dari
mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh tahun 2000 hingga 2005 dapat mencerminkan
suami, 6 persen pernah mengunjungi fasilitas terjadi penundaan aturan mengenai kekerasan
kesehatan karena perlakukan kekerasan oleh dalam rumah tangga selama periode ini. Terakhir,
suami. Terakhir, CDHS 2014 menemukan 48 CDHS 2014 menemukan terdapat 43 persen
persen perempuan yang pernah mengalami perempuan yang pernah mengalami kekerasan
kekerasan fisik atau seksual, mengalami cedera, fisik atau seksual, mencari bantuan; 38 persen

120 | Lampiran
perempuan tidak pernah mencari bantuan dan yang pernah mengalami IPV dilaporkan pernah
tidak pernah memberi tahu siapa pun; 19 persen mengalami kekerasan fisik dan seksual dalam
tidak pernah mencari bantuan tetapi memberi hidup mereka dan 15 persen dalam 12 bulan
tahu seseorang. Perempuan yang mengalami terakhir.
kekerasan fisik atau seksual paling sering mencari
bantuan dari keluarga mereka sendiri (59 persen), Mengenai perilaku mencari bantuan, studi ini
diikuti oleh tetangga (29 persen), lainnya (16 mengungkapkan bahwa 49 persen perempuan
persen) dan polisi (12 persen). yang pernah mengalami IPV belum memberi tahu
Mengenai sikap terhadap pemukulan istri, CDHS siapa pun tentang kekerasan yang dialami dari
menemukan, pada 2010, sebanyak 35 persen pasangan mereka. Jika mereka memberi tahu
perempuan setuju dengan alasan tertentu yang seseorang tentang kekerasan itu, perempuan
membenarkan seorang suami memukul istrinya, paling sering pertama-tama memberitahukan
sebanyak 55 persen di tahun 2005, 46 persen kepada orang tua (25 persen) lalu kedua kepada
pada 2010 dan 50 persen pada 2014. Sebagai tetangga (22 persen) dan saudara kandung
perbandingan, CDHS 2010 menemukan 22 persen (21 persen). Hanya 7 persen perempuan yang
laki-laki percaya bahwa seorang suami boleh melapor ke polisi, dan 5 persen menyebutkan
memukuli istrinya karena setidaknya memiliki bahwa polisi telah mencoba membantu.
satu alasan tertentu.
Pengalaman Perempuan tentang Kekerasan
CDHS 2014 menemukan 7 persen perempuan Dalam Rumah Tangga dan Bentuk Kekerasan
yang pernah menikah mengatakan bahwa suami Lainnya - Laporan analisis data sekunder dari
atau pasangan mereka pernah menunjukkan tiga CDHS 2014
atau lebih perilaku yang bersifat mengendalikan.
Perilaku mengontrol dari suami atau pasangan Pada tahun 2016, Institut Statistik Nasional
yang dialami perempuan misalnya adalah sikap dan Kementerian Kesehatan berkolaborasi
cemburu atau marah jika mereka berbicara untuk melakukan analisis sekunder CDHS 2000,
dengan laki-laki lain (23 persen) sehingga dituduh 2005 dan 2014 dan Survei Nasional tentang
tidak setia (12 persen). Kesehatan dan Pengalaman Hidup Perempuan
Sekitar 4-5 persen perempuan pernah mengalami di Kamboja. Laporan ini, Women’s Experience of
masing-masing perilaku mengendalikan ini dari Domestic Violence and Other Forms of Violence-
suami. Secondary Data Analysis Report of CDHS 2014, 6
meneliti tren dan pola KTPAP dari waktu ke waktu
Survei Nasional tentang Kesehatan dan di Kamboja dan memberikan perbandingan
Pengalaman Hidup Perempuan di Kamboja hasil dari berbagai survei prevalensi. Studi ini
menganalisis dampak kebijakan dan program
Pada tahun 2015, Pemerintah Kerajaan pencegahan kekerasan untuk menginformasikan
Kamboja melakukan Survei Nasional tentang pengembangan kebijakan dan rencana strategis
Kesehatan dan Pengalaman Hidup Perempuan untuk pencegahan KTPAP yang lebih efektif.
di Kamboja5 dengan dukungan WHO dan UN Penelitian menemukan bahwa lebih dari 30
Women. Kuesioner Studi Kamboja didasarkan persen perempuan Kamboja pernah mengalami
pada metodologi WHO, yang dikembangkan IPV fisik, seksual, emosional atau ekonomi dalam
untuk Studi Multi-Negara tentang Kesehatan hidup mereka.
Perempuan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
terhadap Perempuan. Kuesioner mencakup Studi ini menyoroti tingginya kesalingsinggungan
pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman berbagai bentuk IPV, dengan mayoritas
kekerasan perempuan, karakteristik sosio- perempuan yang mengalami IPV seksual
demografi, pengalaman terkait kesehatan, mengalami baik IPV fisik maupun seksual.
strategi mencari bantuan serta strategi Mengenai perilaku mencari bantuan, studi ini
mengatasinya. Sebanyak 3.075 perempuan mengungkapkan bahwa perempuan paling sering
berusia 15-64 tahun diwawancarai. mencari dan menerima bantuan dari anggota
Studi ini menemukan bahwa 21 persen keluarga, teman dan tetangga, daripada layanan
perempuan yang pernah menjalin hubungan formal.
pernah mengalami kekerasan fisik dan / atau
seksual oleh pasangan intim. Penelitian ini
menyoroti kesalingsinggungan berbagai bentuk
IPV. Secara keseluruhan, 21 persen perempuan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 121
Indonesia Kementerian Kehakiman, dan Kementerian
Keamanan Publik, dengan dukungan dari
Pada tahun 2016, Indonesia melakukan studi UNFPA dan UN Women. Studi ini memiliki dua
prevalensi KTPAP nasional pertama, yang berjudul komponen: survei kuantitatif terhadap 2.997
Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional perempuan berusia 15-64 tahun, mewakili
Indonesia, 7 dari 8.757 perempuan berusia 15-64 populasi umum; dan komponen kualitatif yang
tahun di 83 kabupaten di 24 provinsi. Survei ini terdiri dari wawancara mendalam dengan
diamanatkan oleh Kementerian Pemberdayaan perempuan yang pernah mengalami IPV, diskusi
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan kelompok fokus dengan perempuan dan laki-laki,
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dengan dan wawancara informan kunci.
bantuan dari UNFPA. Mengenai IPV, survei menemukan bahwa di
antara perempuan yang pernah berpasangan, 12
Survei ini menggunakan metodologi yang persen pernah mengalami kekerasan fisik dalam
dirancang UNFPA untuk mengumpulkan hidup mereka dan 4 persen dalam 12 bulan
informasi sensitif tentang KTPAP, dan terakhir, 7 persen pernah mengalami kekerasan
pewawancara dilatih untuk melakukan seksual dalam hidup mereka dan 3 persen
wawancara tatap muka dan untuk menghormati dalam 12 bulan terakhir, dan 26 persen pernah
prinsip-prinsip keamanan dan kerahasiaan. mengalami kekerasan emosional dalam hidup
Survei ini mengamati empat jenis kekerasan yang mereka dan 11 persen dalam 12 bulan terakhir
berbeda: fisik, seksual, emosional dan ekonomi. oleh suami atau pasangan mereka. Berkenaan
Penemuan awal mengungkapkan bahwa 42 dengan jenis-jenis IPV yang tumpang tindih, 15
persen perempuan yang pernah berpasangan persen perempuan mengalami kekerasan fisik
pernah mengalami setidaknya untuk salah satu dan / atau seksual dalam hidup mereka dan 6
dari empat jenis kekerasan dalam hidup mereka persen dalam 12 bulan terakhir.
dan 16 persen dalam 12 bulan terakhir. Di antara
perempuan yang pernah berpasangan, 33 persen Di antara perempuan yang pernah mengalami
mengalami kekerasan fisik dan / atau seksual IPV fisik dan / atau seksual dalam hidup mereka,
dalam hidup mereka dan 9 persen dalam 12 bulan 43 persen mengalami cedera terus-menerus
terakhir. Mengenai kekerasan seksual dan / atau dan 20 persen terluka lebih dari lima kali.
fisik oleh pasangan intim, 18 persen perempuan Perempuan yang mengalami kekerasan fisik
yang pernah berpasangan mengalami kekerasan dan / atau seksual oleh pasangan mereka juga
fisik dan / atau seksual oleh pasangan mereka dilaporkan memiliki kesehatan yang buruk (22
dalam hidup mereka dan 5 persen dalam 12 bulan persen) sementara 15 persen perempuan yang
terakhir. tidak pernah mengalami IPV dilaporkan memiliki
kesehatan yang buruk.
Survei ini juga mengungkapkan informasi tentang
profil perempuan yang mengalami kekerasan; Survei menemukan prevalensi kekerasan fisik
khususnya, kasus-kasus kekerasan fisik dan / seumur hidup oleh bukan pasangan sejak usia
atau seksual paling tinggi di antara perempuan 15 sebesar 5 persen. Pelaku kekerasan fisik yang
dengan tingkat sekolah menengah atas atau latar bukan pasangan kemungkinan besar adalah
belakang pendidikan yang lebih tinggi, serta di anggota keluarga perempuan (35 persen),
antara perempuan yang menganggur dan mereka khususnya ibu atau ibu tiri (27 persen), teman-
yang tinggal di daerah perkotaan. teman dan kenalan perempuan (20 persen).
Pelaku yang bukan pasangan juga termasuk
anggota keluarga laki-laki (24 persen) dan laki-
Republik Demokratik Rakyat Laos laki lain (24 persen).
Pada tahun 2014, Republik Demokrasi Rakyat Laos Prevalensi seumur hidup dari kekerasan seksual
melakukan studi perwakilan nasional pertamanya oleh bukan pasangan adalah 5 persen, dan total
tentang KTPAP. Survei Nasional Laos tentang prevalensi seumur hidup dari hubungan seksual
Kesehatan dan Pengalaman Hidup Perempuan secara paksa adalah 1 persen.
2014: Sebuah studi tentang Kekerasan terhadap
Perempuan 8 mengadopsi metodologi Studi Multi- Di antara perempuan yang mengalami IPV
Negara WHO tentang Kesehatan Perempuan fisik dan / atau seksual, 43 persen tidak
dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap pernah memberi tahu siapa pun. Perempuan
Perempuan. Survei ini hasil kolaborasi antara yang memberi tahu seseorang kemungkinan
Komisi Nasional untuk Kemajuan Perempuan besar mencari bantuan dari anggota keluarga,
dan Biro Statistik Laos, berkoordinasi dengan termasuk saudara kandung (36 persen) dan
Serikat Perempuan Laos, Kementerian Kesehatan,

122 | Lampiran
orang tua (34 persen), diikuti oleh teman (20 hamil, 3 persen melaporkan pernah mengalami
persen). Terutama sebagian besar perempuan kekerasan fisik selama kehamilan mereka.
(71 persen) yang mengalami kekerasan fisik dan Ada variasi penting berdasarkan negara bagian
/ atau seksual oleh suami atau pasangan tidak dan wilayah. Wilayah Tanintharyi dan Negara
mencari bantuan dari otoritas lokal. Di antara Bagian Rakhine memiliki persentase perempuan
mereka yang mencari bantuan dari otoritas lokal, tertinggi yang pernah mengalami kekerasan
19 persen menghubungi seorang pemimpin lokal, fisik (masing-masing 30 persen dan 27 persen).
12 persen menghubungi unit mediasi. Hanya 4 Persentase perempuan yang pernah mengalami
persen menghubungi polisi dan kurang dari 1 kekerasan seksual berkisar dari yang tertinggi
persen menghubungi pengadilan. Alasan utama sebesar 10 persen di Negara Bagian Kayah dan
perempuan mencari bantuan adalah karena 9 persen di Negara Bagian Rakhine, hingga yang
mereka tidak lagi mampu menanggung kekerasan terendah masing-masing 1 persen di Wilayah
(64 persen) dan karena mereka didorong oleh Yangon dan Wilayah Mandalay.
keluarga atau teman untuk mencari bantuan
(40 persen). Pada saat yang sama, alasan utama Di antara perempuan yang pernah menikah yang
perempuan tidak mencari bantuan disebabkan pernah mengalami kekerasan fisik sejak usia
oleh rasa malu (37 persen) dan karena mereka 15 tahun, 67 persen melaporkan pelaku adalah
pikir kekerasan itu tidak serius (35 persen). suami saat ini dan 24 persen melaporkan mantan
suami sebagai pelaku. Di antara perempuan
Survei ini juga mengukur sikap terhadap faktor- yang pernah menikah yang pernah mengalami
faktor mendasar yang berkontribusi terhadap kekerasan seksual, 56 persen melaporkan suami
IPV, dan sebanyak 36 persen perempuan percaya mereka saat ini dan 43 persen melaporkan
'istri yang baik harus patuh pada suami, meskipun mantan suami sebagai pelaku, sementara 1
dia tidak setuju', 29 persen menerima bahwa persen melaporkan orang asing sebagai pelaku
'seorang istri wajib berhubungan seks dengan kekerasan seksual.
suami, dan 23 persen sependapat bahwa 'seorang Survei menemukan bahwa 21 persen perempuan
pria harus menunjukkan bahwa dia adalah yang pernah menikah mengalami setidaknya satu
pemimpin'. bentuk kekerasan oleh pasangan dalam hidup
mereka; jenis kekerasan oleh pasangan yang
Myanmar paling umum adalah kekerasan fisik (15 persen),
diikuti oleh kekerasan emosional (14 persen) dan
Survei Demografi dan Kesehatan Myanmar kekerasan seksual (3 persen).
2015–16 2015-16 (2015-16 MDHS) 9 adalah DHS
pertama yang dilakukan di Myanmar. MDR 2015– Namun, 38 persen perempuan yang pernah
16 diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan mengalami kekerasan fisik dan seksual tidak
dan Olahraga, dengan tujuan menyediakan data pernah mencari bantuan dan tidak pernah
yang andal, akurat, dan terkini untuk negara memberi tahu siapa pun tentang kekerasan
tersebut. Kelompok sasaran adalah perempuan tersebut. Hanya 28 persen yang mencari bantuan
dan laki-laki berusia 15–49 tahun yang tinggal di untuk menghentikan kekerasan dan 34 persen
rumah tangga yang dipilih secara acak di seluruh tidak pernah mencari bantuan tetapi memberi
negeri. Secara keseluruhan, 12.500 rumah tangga tahu seseorang tentang kekerasan itu. Di antara
diwawancarai dengan 12.885 perempuan dan perempuan yang mengalami kekerasan fisik dan
4.737 laki-laki. seksual dan mencari bantuan, sumber bantuan
yang paling umum adalah keluarga mereka
MDHS 2015–16 mencakup sebuah modul tentang sendiri (43 persen), diikuti oleh tetangga (40
kekerasan dalam rumah tangga dan serangkaian persen) dan teman-teman (22 persen). Hanya 1
pertanyaan tentang sikap terhadap pemukulan persen perempuan mencari bantuan dari polisi.
istri. Secara keseluruhan, 51 persen perempuan Hanya 3 persen mencari bantuan dari seorang
dan 49 persen laki-laki setuju bahwa pemukulan pengacara dan dari organisasi pekerjaan sosial.
istri dibenarkan setidaknya untuk satu alasan
tertentu.
Filipina
Survei menemukan bahwa 15 persen perempuan
pernah mengalami kekerasan fisik sejak usia 15 Setiap lima tahun sejak 1968, Filipina melakukan
dan 9 persen dalam 12 bulan terakhir, 3 persen NDHS untuk memantau dan mengevaluasi
perempuan pernah mengalami kekerasan seksual dampak dari program populasi yang dilaksanakan.
dalam hidup mereka dan 2 persen dalam 12 NDHS 2008, 2013, dan 2017 mencakup modul
bulan terakhir. Di antara perempuan yang pernah yang dirancang untuk menentukan tingkat KTPAP.

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 123
Ini termasuk data dan bukti tentang pengalaman dalam hidup mereka. 55 persen perempuan
kekerasan fisik dan seksual, pelaku kekerasan yang pernah menikah melaporkan bahwa pelaku
fisik dan seksual, usia pertama kali mengalami adalah suami / pasangan mereka saat ini dan 42
kekerasan seksual, kekerasan pasangan, persen perempuan yang tidak pernah menikah
kekerasan selama kehamilan, cedera terkait melaporkan bahwa pelaku adalah pacar saat
kekerasan dan perilaku perempuan mencari ini / mantan pacar. Menurut Laporan Indikator
bantuan. Kunci NDHS 2017, 5 persen perempuan yang
pernah menikah mengalami kekerasan seksual
Modul Keselamatan Perempuan NDHS 2008 oleh suami atau pasangan mereka dalam hidup
diterapkan kepada sampel yang mewakili secara mereka.
nasional dari 9.316 perempuan berusia 15–49
tahun dari perdesaan dan perkotaan di seluruh Mengenai IPV, NHDS 2008 menemukan bahwa
Filipina. 14 persen perempuan yang pernah menikah
mengalami kekerasan fisik, 8 persen mengalami
Pada tahun 2013, Modul Keselamatan Perempuan kekerasan seksual dan 23 persen mengalami
NDHS diberikan kepada sampel yang mewakili kekerasan emosional dan kekerasan dalam
secara nasional dari 10.963 perempuan berusia bentuk lain oleh suami dalam hidup mereka.
15–49 tahun dari 14.804 rumah tangga. Untuk Secara keseluruhan, 29 persen perempuan yang
NDHS 2017, 25.074 perempuan berusia 15–49 pernah menikah pernah mengalami setidaknya
diwawancarai dari 27.496 rumah tangga. satu jenis kekerasan oleh suami atau pasangan
Mengenai kekerasan fisik, NDHS 2008 dalam hidup mereka dan 19 persen dalam 12
menemukan bahwa 20 persen dari semua bulan terakhir sebelum survei. Demikian pula,
perempuan mengalami kekerasan fisik sejak usia NHDS 2013 menemukan bahwa 13 persen
15 tahun. perempuan yang pernah menikah mengalami
kekerasan fisik, 5 persen mengalami kekerasan
Di antara perempuan yang pernah menikah, seksual dan 22 persen mengalami kekerasan
pelaku yang paling umum adalah suami mereka emosional oleh suami atau pasangan saat ini
saat ini (55 persen). Di antara perempuan yang atau terakhir dalam hidup mereka.
tidak pernah menikah, pelaku yang paling
umum adalah ibu/ibu tiri (35 persen). Di antara Mengenai persentasi saat ini, dalam 12 bulan
perempuan yang pernah hamil, 4 persen terakhir, 5 persen perempuan yang pernah
melaporkan bahwa mereka pernah mengalami menikah mengalami kekerasan fisik, 3 persen
kekerasan fisik selama setidaknya pada satu mengalami kekerasan seksual, 13 mengalami
kehamilan. kekerasan emosional oleh suami atau pasangan
saat ini atau terakhir. Secara keseluruhan, 26
NDHS 2013 menemukan bahwa 20 persen dari persen perempuan yang pernah menikah, pernah
semua perempuan mengalami kekerasan fisik. mengalami kekerasan dalam bentuk apa pun oleh
Di antara perempuan yang pernah menikah, 44 suami atau pasangan saat ini atau terakhir dalam
persen melaporkan bahwa pelaku adalah suami hidup mereka dan 16 persen dalam 12 bulan
mereka saat ini dan 42 persen perempuan yang terakhir sebelum survei.
tidak pernah menikah melaporkan bahwa pelaku
adalah ibu / ibu tiri mereka. NDHS 2008 juga menemukan bahwa semakin
banyak suami atau pasangan perempuan
4 persen perempuan yang pernah hamil yang mengonsumsi alkohol, semakin besar
mengalami kekerasan selama kehamilan. NDHS kemungkinan dia mengalami segala bentuk
2017 menemukan bahwa 14 persen perempuan kekerasan. Untuk kekerasan fisik, 44 persen
yang pernah menikah pernah mengalami perempuan yang pernah menikah dan pernah
kekerasan fisik dalam hidup mereka. Mengenai mengalami kekerasan fisik dalam hidup mereka
kekerasan seksual, NDHS 2008 menemukan melaporkan bahwa suami mereka sangat sering
bahwa 9 persen dari semua perempuan mabuk, sementara 8 persen melaporkan bahwa
mengalami kekerasan seksual dalam hidup suami mereka tidak minum minuman keras.
mereka. 61 persen perempuan yang pernah
menikah melaporkan bahwa pelaku adalah Dalam hal sikap atas pemukulan terhadap istri,
suami / pasangan mereka saat ini dan 58 NDHS 2008 menemukan 14 persen perempuan
persen perempuan yang tidak pernah menikah berusia 15-49 tahun setuju bahwa seorang suami
melaporkan bahwa pelaku adalah pacar saat ini/ boleh memukul istrinya setidaknya untuk satu
mantan pacar. NDHS 2013 menemukan bahwa 6 alasan tertentu. Demikian pula, NDHS 2013
persen perempuan mengalami kekerasan seksual menemukan bahwa 13 persen perempuan setuju

124 | Lampiran
bahwa seorang suami boleh memukul istrinya sejak usia 16 tahun. Dalam hidup mereka, 7
setidaknya untuk satu alasan tertentu. persen perempuan mengalami kekerasan fisik
Dalam hal konsekuensi IPV, NDHS 2008 dan 4 persen mengalami kekerasan seksual.
menemukan bahwa 63 persen perempuan Ancaman kekerasan fisik adalah pengalaman
yang pernah menikah yang pernah mengalami yang paling umum, diikuti dengan didorong atau
kekerasan fisik atau seksual oleh suami atau diseret, lengan dipelintir atau rambut dijambak,
pasangan mereka dalam hidup mereka dilaporkan ditampar, ditendang, dipukul, ditinju, dan
mengalami satu atau lebih konsekuensi fisik atau dilempar benda. Bentuk kekerasan seksual yang
psikologis. 30 persen perempuan yang pernah paling umum adalah sentuhan seksual yang tidak
menikah yang pernah mengalami kekerasan fisik diinginkan.
atau seksual dalam hidup mereka mengalami
luka, memar atau nyeri, dan 11 persen berusaha Dalam hal IPV, 6 persen perempuan yang pernah
bunuh diri. Sebagai perbandingan, NDHS 2013 berpasangan mengalami setidaknya satu bentuk
menemukan bahwa 59 persen perempuan kekerasan oleh pasangan intim mereka dalam
yang pernah menikah yang pernah mengalami hidupnya. Lebih spesifik lagi, 6 persen mengalami
kekerasan fisik atau seksual oleh suami mereka kekerasan fisik dan 1 persen mengalami
dalam hidup mereka mengalami cedera kekerasan seksual oleh pasangan intim pada
psikologis atau fisik. Lebih spesifik lagi, 35 persen masa dewasa.
mengalami luka, memar atau nyeri dan 12 persen
berusaha bunuh diri. Di antara perempuan yang mengalami kekerasan,
22 persen melaporkan bahwa pelaku adalah
Dalam hal perilaku mencari bantuan, NDHS mantan pasangan dan 2 persen adalah pasangan
2008 menemukan bahwa 18 persen perempuan saat ini. Di antara perempuan yang mengalami
mencari bantuan dari seseorang untuk kekerasan kekerasan oleh pasangan mereka saat ini, 50
fisik atau seksual dalam hidup mereka, dimana persen mengalami cedera fisik dan 44 persen
45 persennya pergi ke keluarga mereka sendiri, 29 khawatir akan hidup mereka dalam insiden
persen pergi ke teman / tetangga dan 15 persen kekerasan yang terakhir.
mencari bantuan dari keluarga suami. NDHS
2013 menemukan bahwa sebanyak 38 persen Dalam hal kekerasan bukan oleh pasangan, 5
perempuan tidak pernah mencari bantuan dan persen perempuan mengalami segala bentuk
tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang kekerasan oleh seorang laki-laki selain pasangan
kekerasan fisik atau seksual, sementara 27 persen intim pada masa dewasa mereka. Pelaku
tidak pernah mencari bantuan, tetapi memberi kekerasan bukan oleh pasangan kemungkinan
tahu seseorang. Namun, 30 persen mencari besar adalah orang asing (3 persen), anggota
bantuan untuk menghentikan kekerasan. Dari keluarga atau kerabat (2 persen) dan teman-
jumlah ini, 59 persennya mencari bantuan kepada teman dan kenalan (1 persen). Kekerasan seksual
keluarga dan 17 persennya kepada teman. adalah bentuk kekerasan yang paling umum oleh
Proporsi perempuan yang mencari bantuan atas orang asing (2 persen) dan teman atau kenalan
kekerasan yang dialami dalam hidup, meningkat (1 persen); sedangkan, anggota keluarga atau
tajam dari tahun 2008 hingga 2013. kerabat cenderung menggunakan kekerasan fisik.
Terkait dengan cedera yang berhubungan dengan
Singapura kekerasan oleh bukan pasangan, 26 persen
perempuan mengalami luka fisik selama insiden
Pada tahun 2009, Singapura melakukan kekerasan terbaru, di mana 85 persen melaporkan
penelitian prevalensi VAW menggunakan Survei memar dan bengkak dan 39 persen mengalami
Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional luka, goresan atau luka bakar. 22 persen
(IVAWS). IVAWS dikembangkan pada akhir perempuan melaporkan cedera cukup serius
1990-an oleh Institut Eropa untuk Pencegahan untuk memerlukan perawatan medis.
dan Pengendalian Kejahatan, United Nations Juga, 34 persen perempuan merasa hidup mereka
Interregional Crime and Justice Institute dan dalam bahaya selama insiden kekerasan terakhir
Statistik Kanada. Berdasarkan sampel dari 2.006 oleh bukan pasangan.
perempuan yang berusia 18-69 tahun, dan
menggunakan sampel acak rumah tangga di Mengenai persepsi kekerasan, sekitar 60 persen
Singapura, International Violence Against Women dari semua perempuan yang mengalami
Survey: Final Report on Singapore 13 : kekerasan menganggap kekerasan itu serius,
menemukan bahwa 10 persen perempuan terlepas dari siapa pelakunya; namun, perempuan
mengalami setidaknya satu insiden kekerasan yang pernah mengalami kekerasan oleh bukan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 125
pasangan (44 persen) dua kali lebih cenderung tahun di ibu kota Bangkok dan di kota pedesaan,
menganggap kekerasan oleh bukan pasangan Nakhonsawan (provinsi).
sebagai kejahatan, dibandingkan dengan Sebanyak 1.536 perempuan diwawancarai di
perempuan yang pernah mengalami IPV (20 Bangkok dan 1.282 perempuan diwawancarai di
persen). Bahkan, 59 persen perempuan yang Nakhonsawan.
pernah mengalami kekerasan dan menganggap Mengenai IPV seumur hidup, temuan utama
insiden kekerasan sebagai kejahatan, pernah menunjukkan 23 persen perempuan yang pernah
diserang oleh orang asing. Dalam hal tanggapan berpasangan mengalami kekerasan fisik oleh
terhadap kekerasan, IVAWS menemukan bahwa pasangan intim dalam hidup mereka di kota
13 persen perempuan yang pernah mengalami dan 34 persen di provinsi. 30 persen perempuan
IPV dan 1 persen perempuan yang pernah yang pernah berpasangan mengalami kekerasan
mengalami kekerasan bukan oleh pasangan, seksual oleh pasangan intim dalam hidup
menghubungi lembaga bantuan korban. mereka di kota dan 29 persen di provinsi. Di
Mayoritas perempuan mencari bantuan dari provinsi tersebut, 47 perempuan yang pernah
keluarga dan teman. 25 persen perempuan yang berpasangan mengalami kekerasan fisik dan
mengalami IPV dan 22 persen perempuan yang / atau seksual dalam hidup mereka, dan 41
mengalami kekerasan bukan oleh pasangan, persen di kota. Mengenai IPV saat ini, 8 persen
melaporkan kejadian tersebut ke polisi. (kota) hingga 13 persen (provinsi) perempuan
Perempuan sebenarnya melaporkan insiden yang pernah nikah mengalami kekerasan fisik,
kekerasan fisik (28 persen) ke polisi lebih 17 persen (kota) hingga 30 persen (provinsi)
sering daripada kekerasan seksual (17 persen). mengalami kekerasan seksual dan 21 persen
Perempuan yang pernah mengalami kekerasan (kota) untuk 23 persen (provinsi) mengalami
lebih mungkin melaporkan insiden kekerasan kekerasan fisik dan / atau seksual oleh pasangan
kepada polisi jika mereka terluka, merasa intim dalam 12 bulan terakhir sebelum survei.
hidup mereka dalam bahaya, menganggap Prevalensi kekerasan fisik dan seksual oleh bukan
insiden itu serius dan / atau menganggapnya pasangan lebih rendah daripada IPV. Penelitian
sebagai kejahatan. Alasan utama untuk WHO menemukan bahwa 8 persen (kota)
tidak menghubungi polisi karena sudah hingga 10 persen (provinsi) perempuan pernah
diatasi keluarga (52 persen) atau perempuan mengalami kekerasan fisik, 3 persen (provinsi)
menganggapnya insiden kecil (38 persen). hingga 6 persen (kota) pernah mengalami
kekerasan seksual dan 11 persen (provinsi) untuk
IVAWS menyimpulkan 12 persen tindakan IPV 12 persen (kota) pernah mengalami kekerasan
yang dilaporkan kepada polisi diadili; fisik dan / atau seksual oleh bukan pasangan
sedangkan untuk tindakan kekerasan bukan sejak usia 15 tahun. Di antara mereka yang
oleh pasangan sebesar 9 persen. Akhirnya, pernah mengalami kekerasan seksual bukan
IVAWS menemukan hubungan yang kuat antara oleh pasangan, 47 persen responden di Bangkok
viktimisasi di masa kanak-kanak (sebelum usia dan 18 persen responden di provinsi tersebut
16) dan viktimisasi di masa dewasa. Perempuan menjawab bahwa pelaku betul-betul orang asing.
yang mengalami pelecehan di masa kanak-kanak
sekitar enam kali lebih mungkin mengalami Studi ini menghitung 5 persen (provinsi) hingga
kekerasan di masa dewasa (48 persen) 9 persen (kota) perempuan dilecehkan sebelum
dibandingkan mereka yang tidak pernah menjadi usia 15 tahun. Di ibu kota, 58 persen perempuan
korban di masa kanak-kanak (8 persen). Juga yang mengalami pelecehan seksual sebelum
ditemukan bahwa sebagian besar perempuan usia 15 tahun melaporkan pelaku adalah orang
(14 persen) yang mengalami kekerasan oleh asing dan 8 persen melaporkan pelaku adalah
pasangan di masa dewasa, pernah menyaksikan anggota keluarga. Sebagai perbandingan, 30
kekerasan dalam rumah tangga di masa kanak- persen perempuan yang mengalami pelecehan
kanak, daripada yang tidak pernah menyaksikan seksual sebelum usia 15 tahun dan yang tinggal
kekerasan orangtua di masa kecil (4,5 persen). di provinsi melaporkan pelaku adalah orang asing
dan 22 persen melaporkan pelaku adalah anggota
Thailand keluarga. Di antara para pelaku yang merupakan
keluarga korban, anggota keluarga laki-laki selain
Thailand adalah salah satu negara yang terpilih ayah dan ayah tiri adalah yang paling umum.
untuk berpartisipasi dalam Studi Multi-Negara
WHO 2005 tentang Kesehatan Perempuan Studi ini juga menemukan bahwa 4 persen
dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap perempuan yang pernah hamil di Thailand pernah
Perempuan. 14 Penelitian WHO adalah survei mengalami kekerasan fisik selama kehamilan.
cross-section terhadap perempuan berusia 15–49 Persentase ini secara signifikan lebih tinggi ketika

126 | Lampiran
perempuan mengalami kekerasan fisik sebelum pasangan untuk kekerasan fisik sebagian besar
kehamilan. 18 persen perempuan di kota dan adalah anggota keluarga (65 persen); sedangkan,
11 persen perempuan di provinsi yang pernah pelaku kekerasan seksual adalah orang asing dan
mengalami kekerasan fisik melaporkan bahwa pacar, jarang anggota keluarga. Studi ini juga
kekerasan berlanjut selama kehamilannya. menemukan 3 persen perempuan mengalami
pelecehan seksual sebelum usia 15 tahun, dan
Vietnam pelaku paling sering orang asing, dan beberapa
adalah anggota keluarga dan lainnya.
Studi Nasional tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga terhadap Perempuan di Vietnam Dalam hal konsekuensi kekerasan, 26 persen
dilakukan oleh 15 Kantor Statistik Umum Vietnam perempuan yang mengalami kekerasan fisik
pada tahun 2009. Studi ini dilakukan sebagai atau seksual oleh suami mereka, melaporkan
bagian dari Program Bersama Perserikatan mengalami luka terkait kekerasan, dimana 60
Bangsa-Bangsa-Vietnam tentang Kesetaraan persen terluka lebih dari sekali dan 17 persen
Gender, dengan dukungan teknis yang disediakan terluka berkali-kali. Perempuan yang mengalami
oleh WHO. Studi ini mereplikasi metodologi IPV cenderung melaporkan kesehatannya 'buruk'
yang dikembangkan untuk Penelitian Multi- atau sangat buruk. Mereka cenderung mengalami
Negara WHO tentang Kesehatan Perempuan dan kesulitan berjalan dan melakukan kegiatan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sampel meliputi sehari-hari, mereka menderita sakit dan hilang
perwakilan nasional dari 4.838 perempuan ingatan serta mengalami tekanan emosional.
berusia 18-60 tahun. Survei menunjukkan kekerasan terhadap anak-
anak memiliki hubungan erat dengan kekerasan
Mengenai IPV, studi ini menemukan bahwa terhadap perempuan oleh pelaku yang sama.
proporsi perempuan yang pernah menikah Di antara para perempuan dengan anak berusia
yang mengalami kekerasan fisik, seksual, dan kurang dari 15 tahun, 24 persen melaporkan anak
/ atau emosional dalam hidup mereka sebesar mereka pernah mengalami penyiksaaan secara
58 persen, dengan 27 persen perempuan yang fisik oleh suami. Perempuan dengan suami yang
pernah menikah yang mengalami salah satu jenis kasar memiliki kecenderung dua kali lebih besar
kekerasan dalam 12 bulan terakhir. untuk melaporkan bahwa anak-anak mereka
turut menjadi korban kekerasan. Terlebih bila
Dalam hal kekerasan fisik IPV, 32 persen suami melakukan kekerasan dengan intensitas
perempuan yang pernah menikah mengalami yang lebih tinggi pada istri. Perempuan yang
kekerasan fisik oleh suami dalam hidup mereka, mengalami kekerasan oleh pasangan cenderung
dan 6 persen dalam 12 bulan terakhir sebelum memiliki ibu yang sering dipukuli dibandingkan
survei. Lima persen perempuan yang pernah dengan perempuan lain. Mereka juga mungkin
hamil mengalami kekerasan fisik oleh suami memiliki pasangan yang ibunya pernah dipukuli
setidaknya selama satu kehamilan. Kekerasan atau dirinya sendiri dipukuli ketika masih kecil.
fisik biasanya dimulai pada awal hubungan
dan berkurang seiring bertambahnya usia. Dalam hal membantu perilaku mencari bantuan,
Selain itu, 10 persen perempuan yang pernah 87 persen perempuan yang mengalami kekerasan
menikah mengalami kekerasan seksual oleh fisik atau seksual oleh suami mereka tidak pernah
suami dalam hidup mereka, dan 4 persen dalam mencari bantuan dari layanan resmi atau pihak
12 bulan terakhir. 34 persen perempuan yang berwenang, dan 50 persen tidak pernah memberi
pernah menikah mengalami kekerasan fisik tahu siapa pun tentang peristiwa kekerasan itu.
dan / atau seksual oleh suami dalam hidup Jika perempuan memberi tahu seseorang, 43
mereka, dan 9 persen dalam 12 bulan terakhir. persen perempuan bercerita kepada anggota
Proporsi perempuan yang pernah menikah yang keluarga, 20 persen memberi tahu tetangga
mengalami kekerasan emosional oleh suami dan 17 persen memberi tahu teman. Ini terlepas
dalam hidup mereka sebesar 54 persen dan 25 dari fakta bahwa 60 persen perempuan yang
persen dalam 12 bulan terakhir sebelum survei. mengalami kekerasan oleh suami mengatakan
Juga sebanyak 9 persen perempuan mengalami pernah mendengar tentang hukum kekerasan
kekerasan ekonomi dalam hidup merek dalam rumah tangga.

Dalam hal kekerasan terhadap perempuan oleh


pelaku selain suami, studi ini menemukan 10
persen perempuan mengalami kekerasan fisik
dan 2 persen mengalami kekerasan seksual oleh
selain suami sejak usia 15 tahun. Pelaku bukan

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 127
1. Cambodia, National Institute of Statistics and Directorate General for Health, Cambodia Demographic and Health Survey 2000, (Phnom Penh,
2001)
2. Cambodia, National Institute of Statistics and Directorate General for Health, Cambodia Demographic and Health Survey 2005(Phnom Penh,
2006)
3. National Institute of Statistics, Directorate General for Health and ICF International, Cambodia Demographic and Health Survey 2014 (Phnom
Penh, 2015).
4. National Institute of Statistics, Directorate General for Health and Directorate General for Health, Cambodia Demographic and Health Survey
2010 (2011)
5. Cambodia, Ministry of Women’s Affairs, National Survey on Women’s Health and Life Experiences in Cambodia (2015).
6. Cambodia, Ministry of Women’s Affairs, Women’s Experience of Domestic Violence and Other Forms of Violence – Secondary data analysis
report of CDHS 2015 (Phnom Penh, 2016).
7. UNFPA Indonesia, 2016 Indonesian National Women’s Life Experience Survey (2016 SPHPN): Study on Violence Against Women and Girls–
Key Findings. Available from https://indonesia.unfpa.org/sites/default/files/pub-pdf/2016_SPHPN_%28VAW_Survey%29_Key_ Findings1_0.pdf
8. Lao People’s Democratic Republic, National Commission for the Advancement of Women, Lao National Survey on Women’s Health and Life
Experiences 2014: A study on Violence against Women (Vientiane, 2015).
9. Myanmar, Ministry of Health and Sports of the Republic and ICF, 2015-16 Myanmar Demographic and Health Survey (2015-16 MDHS)(2017).
10. Philippines, National Statistics Office and ICF Macro, National Demographic and Health Survey 2008 (Calverton, Maryland, NationalStatistics
Office and ICF Macro, 2009).
11. Philippine Statistics Authority and ICF International, Philippines National Demographic and Health Survey 2013 (Manila, PSA andRockville,
Maryland, ICF, 2014).
12. Philippine, Statistics Authority and ICF. Philippines National Demographic and Health Survey 2017: Key Indicators (Quezon City, Philippines,
and Rockville, Maryland, USA: PSA and ICF, 2018).
13. Bouhours, B., C. Wing Cheong, B. Bong and S. Anderson, International Violence Against Women Survey: Final Report on Singapore (2013).
14. WHO, WHO Multi-Country Study on Women’s Health and Domestic Violence against Women (2005).
15. United Nations Viet Nam, ‘Keeping silent is dying’ Results from the National Study on Domestic Violence against Women in Viet Nam (2010).

128 | Lampiran
Lampiran B
Formulir Pendaftaran Kasus Kamboja

Formulir Pendaftaran Kasus ini telah dimasukkan atas permintaan peserta untuk konsultasi pengembangan pedoman ke-2 dan tidak
dimaksudkan untuk digunakan sebagai model, tetapi hanya untuk menunjukkan contoh Formulir Pendaftaran Kasus.
Kerahasiaan, mohon tidak membagikan dokumen ini; buat saja salinan formulir ini untuk layanan penerima
(File No: __________________________________)

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 129
130 | Lampiran
Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 131
Sumber: Manajemen Kasus dengan Perempuan penyintas kekerasan Berbasis Gender: Pedoman untuk Penyedia Layanan
(Phnom Penh, 2017).

132 | Lampiran
Bagian II: Panduan Perencanaan Penilaian, Layanan, dan Rujukan
Layanan atau tindakan apa yang dia (perempuan) butuhkan atau inginkan? Bicarakan berbagai opsi untuk tindakan / layanan (Gunakan halaman tambahan jika diperlukan untuk layanan lebih
lanjut)

133
Jika Perlu Rujukan - kepada siapa

|
Tindakan yang Direncanakan Anda akan merujuk? Harap berikan Catatan, Komentar Penyintas,

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan
(tanggal formulir ini) informasi terinci dan lengkapi formulir Keadaan untuk Tindak Lanjut, Dll
Kebutuhan Penyintas Saat Ini Cek jika dia perlu rujukan
Menyediakan Rujukan ke pihak
lain
Kesehatan
Perawatan Darurat untuk Cedera
Uji Forensik
Hukum
Konsultasi hukum
Kuasa hukum
Pengajuan Laporan
Lainnya (Daftar)
Rencana Keselamatan (Gunakan Panduan
Penilaian Risiko dan Panduan Perencanaan
Keselamatan)
Tempat berlindung yang aman
Pusat Drop-in
Lainnya (daftar)
Konseling
Konseling Primer
Konseling jangka panjang
Lainnya (Daftar)
Ekonomi
Pertolongan darurat
Bimbingan Kerja
Pelatihan Kejuruan
Layanan lain (daftar)
Disiapkan oleh:
Manajer kasus / Penanggung jawab / pewawancara Tanggal:
Dikonfirmasi oleh:
Nama dan tanda tangan klien Tanggal:
Lampiran C
Izin Kamboja untuk Menyampaikan Informasi ke Penyedia
Layanan Lain

Formulir Persetujuan ini telah dimasukkan atas permintaan peserta untuk konsultasi kedua untuk pengembangan pedoman dan tidak
dimaksudkan untuk digunakan sebagai model, tetapi hanya untuk menunjukkan contoh Lembar persetujuan.

Nama Korban / Penggugat: ____________________________________ Nomor ID: _______________________


Penyedia layanan: ___________________________ Lokasi: ________________________________________
Formulir ini harus dibacakan kepada korban / penggugat atau wali dalam bahasa pertamanya. Itu harus dijelaskan dengan jelas bahwa
dengan menandatangani pemeriksaan / daftar penyedia layanan apa pun itu berarti memberikan izin untuk membagikan informasi ini
seperti yang dijelaskan di bawah. Korban / penggugat dapat memilih salah satu atau tidak ada opsi yang terdaftar. Jika penyintas tidak dapat
membaca atau menulis, konselor harus meminta persetujuan verbal dan membuat catatan atas namanya.

Saya, _________________________________, berikan izin saya untuk _______________________________

Penyedia Layanan Penyintas / Pelapor

untuk membagikan informasi tentang insiden yang telah saya laporkan seperti yang dijelaskan di bawah ini:
• Saya mengerti bahwa dalam memberikan otorisasi saya di bawah ini, saya memberikan izin kepada penyedia layanan ini untuk
membagikan informasi kasus spesifik dari Formulir Pendaftaran Kasus saya dengan penyedia layanan yang saya telah sebutkan agar
saya dapat menerima bantuan terkait kebutuhan saya akan keselamatan, kesehatan, psikososial, dan / atau bantuan hukum.
• Saya memahami bahwa informasi yang dibagikan akan dijaga kerahasiaannya dan diperlakukan dengan rasa hormat, dan hanya
dibagikan jika diperlukan untuk memberikan bantuan yang saya minta.
• Saya memahami bahwa merilis informasi ini berarti seseorang dari agensi atau layanan sebagaimana dicentang di bawah mungkin
datang untuk berbicara dengan saya. Pada titik tertentu, saya memiliki hak untuk mengubah pikiran saya tentang berbagi informasi
dengan agen / focal point yang ditunjuk di bawah ini.
• Saya memberi izin untuk merilis informasi sebagai berikut:

(Centang semua yang berlaku, dan tentukan nama, fasilitas, dan agen / organisasi sebagaimana berlaku)

Ya Tidak

Otoritas Lokal (sebutkan)

Polisi (sebutkan)

Layanan Kesehatan / Medis (sebutkan)

Akomodasi aman / Shelter (sebutkan)

Bantuan Hukum (sebutkan)

Konseling (sebutkan)

Layanan Mata Pencaharian (sebutkan)

Lainnya (sebutkan)

Lainnya (sebutkan)

Lainnya (sebutkan)

Tanda Tangan / Cap Jempol Korban / Keluhan: ________________________________________________


(atau orang tua / wali jika korban berusia di bawah 18 tahun)
Tandatangan manajer kasus / Penanggung Jawab / pewawancara ___________________ Tanggal: ___________________

Sumber: Manajemen Kasus dengan Perempuan penyintas kekerasan Berbasis Gender: Pedoman untuk Penyedia Layanan (Phnom Penh, 2017).

134 | Lampiran
Lampiran C
Ringkasan temuan dari studi pembiayaan KTPAP di Negara
Anggota ASEAN

Data berikut ini dipilih dari studi pembiayaan dan lapangan di komunitas di dua provinsi -
tidak memberikan analisis komprehensif atau Battambang dan Kampong Cham.
ringkasan studi pembiayaan KTPAP di Negara
Anggota ASEAN. Keterbatasan data anggaran menjadi kendala
dalam studi ini. Di semua tingkat pemerintahan
Kamboja ada keengganan untuk membagi informasi
Studi UN Women Tentang Biaya KTP anggaran. Di tingkat pusat, data anggaran
negara sangat bersifat agregat sesuai dengan
Temuan-temuan kunci kategori belanja ekonomi (seperti personel dan
• Kompleksitas aliran pendanaan, sulit untuk operasi),alih-alih menurut fungsi atau kegiatan.
• melihat langsung pendanaan pemerintah
untuk KTP Arsip dan catatan keuangan yang tidak lengkap
• Kurangnya koordinasi pendanaan dalam merupakan situasi umum di kantor-kantor
menangani KTPAP melalui respon layanan pemerintah.
• Rencana perjalanan seorang penyintas KTP di
Kamboja Hampir semua pejabat di tingkat masyarakat
menggunakan catatan administrasi berbasis
Pada tahun 2012, Kantor Regional UNWomen kertas. Data tentang donor dan anggaran
untuk Asia dan Pasifik (ROAP) dan UN Women NGO dikelompokkan berdasarkan proyek,
Kamboja, bekerja sama dengan Gender dan sehingga catatan dan sistem klasifikasi tidak
Pembangunan untuk Kamboja, melaksanakan memungkinkan para peneliti untuk menyusun
studi pembiayaan KTP menggunakan pendekatan daftar proyek lengkap terkait dengan gender
penganggaran yang responsif gender (GRB) atau KTP. Di tingkat subnasional dan tingkat
untuk menentukan biaya paket layanan respons lokal, pendanaan untuk kegiatan yang terkait
multisektoral untuk perempuan yang pernah dengan gender dan KTP berasal dari beberapa
mengalami kekerasan. saluran yang menimbulkan fragmentasi dalam
manajemen data.
Laporan studi ini berjudul Costing a
Multidisiplinary Package of Response Services for Laporan dari studi pembiayaan KTP menunjukkan
Women and Girls Subjected to Violence: A Gender hal-hal berikut:
Budgeting Approach – The Case of Cambodia. 1 “ Anggaran negara yang secara eksplisit
dialokasikan untuk layanan menanggapi KTP
Pendekatan GRB terhadap penetapan biaya sangat terbatas. Dukungan untuk sektor gender
dikembangkan oleh UN Women secara paralel secara umum juga terbatas dan tersebar. Bukti
dengan elaborasi studi, yang memanfaatkan data dari kerja lapangan mendukung kesimpulan
dari berbagai sumber, termasuk Komite Nasional tersedianya beberapa layanan untuk korban
untuk Pembangunan Demokrasi Subnasional, kekerasan terhadap perempuan; namun, layanan
lembaga pembangunan internasional dan basis dan biaya tertentu untuk setiap penerima manfaat
data NGO, serta anggaran dan kebijakan dari tidak terpilah sehingga biaya tidak dapat dihitung
berbagai sumber dan kebijakan dari kementerian secara akurat. ”2
terkait. Data juga dikumpulkan selama kerja

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 135
Di Kamboja, NGO dan CSO adalah penyedia Studi Prevalensi dan Pembiayaan CARE mengenai
layanan utama, yang didanai donor internasional. pelecehan seksual di industri garmen
Meskipun penyedia layanan resmi oleh Pada 2017, CARE International di Kamboja
Pemerintah masih kurang, perlu dicatat bahwa menerbitkan sebuah laporan yang berjudul
"pemerintah daerah dan aktor lokal sering I Know I cannot Quit: The Prevalence and
memberikan layanan rujukan dan mediasi Productivity Cost of Sexual Harassment to the
informal meskipun sarana mereka terbatas, Cambodian Garment Industry. 4 Wawancara
yang sering kali dengan biaya sendiri." Bahkan, dengan 1.287 pekerja garmen (1.085 perempuan
temuan dari studi pembiayaan mengungkapkan dan 198 pria) di 52 pabrik menunjukkan
kepedulian dan perdebatan penting terkait pelecehan seksual merupakan masalah serius
dengan biaya terkait dengan pemrosesan kasus- dan kerap menimpa perempuan yang bekerja di
kasus KTP dan layanan koordinasi, termasuk industri garmen Kamboja.
transportasi, bagi perempuan yang pernah
mengalami kekerasan. Mengingat kurangnya Pada saat studi, perempuan yang mewakili 85
anggaran, perempuan seringkali harus membayar persen pekerja industri garmen dan 29 persen
sendiri biaya layanan dasar, termasuk biaya tidak pekerja pabrik garmen, telah mengalami
resmi dan biaya transportasi. pelecehan seksual di tempat kerja dalam 12
bulan terakhir. Studi ini juga menemukan bahwa
Satu-satunya lembaga pemerintah yang pelecehan seksual memiliki dampak ekonomi
memiliki anggaran besar yang didedikasikan yang signifikan terhadap pabrik-pabrik garmen
untuk intervensi sosial adalah Departemen dalam hal biaya produktivitas; khususnya, studi
Kesehatan; namun, tidak ada protokol etis ini menghitung biaya keuangan untuk industri
formal atau standar untuk melayani perempuan garmen adalah US $ 89 juta per tahun. Penelitian
yang pernah mengalami kekerasan. Akibatnya, ini juga menggunakan data sumber daya manusia
standar perawatan sangat beragam di kalangan untuk memeriksa biaya keluar masuk pekerja,
masyarakat, meskipun pemerintah lokal ketidakhadiran dan kehadiran di antara sampel
menyadari itu adalah tanggung jawab dan yang mewakili 546.467 pekerja di industri garmen
kewajiban mereka untuk menanggapi kasus- Kamboja.
kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Hal ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual
Namun, kesadaran akan hukum dan kebijakan merupakan penghalang untuk partisipasi
terkait dengan kekerasan domestik tidak meluas, yang setara dalam pekerjaan berbayar dan
sehingga polisi dan pemerintah lokal sering menghambat terwujudnya partisipasi setara
melakukan intervensi dengan menyediakan perempuan di tempat kerja. Kondisi Ini juga
mediasi dan rujukan informal. mengurangi produktivitas pekerja yang
berdampak pada penurunan produktivitas usaha.
Studi pembiayaan menemukan bahwa
strategi jangka pendek paling baik dalam • 29 persen pekerja pabrik garmen perempuan
meningkatkan layanan penting bagi perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di
yang mengalami kekerasan adalah “dengan tempat kerja dalam 12 bulan terakhir.
mengalokasikan sebagian anggaran rutin • Biaya keuangan untuk industri garmen adalah
untuk mendukung kegiatan yang secara khusus US $ 89 juta per tahun.
ditujukan untuk menghapus kekerasan terhadap • Pelecehan seksual menjadi penghalang
perempuan, sambil terus mendukung anggaran untuk partisipasi yang sama dalam pekerjaan
yang responsif gender di semua sektor kegiatan”.3 berbayar dan menghambat partisipasi setara
Temuan dari studi pembiayaan memperkuat perempuan di tempat kerja.
kebutuhan untuk standar kualitas minimum • Kondisi ini juga mengurangi produktivitas
dan protokol etis, beserta sumber daya untuk pekerja yang berdampak pada penurunan
pengembangan kapasitas. produktivitas usaha.

136 | Lampiran
Studi Pembiayaan Terkait KTP di kebijakan tentang perlindungan perempuan
Indonesia dan anak-anak sebagai prioritas nasional, ada
Pada tahun 2012, UN Women ROAP, UN Women tantangan ketika sampai pada pelaksanaan
Indonesia dan Pusat Studi Kependudukan kebijakan karena kurangnya mekanisme
dan Kebijakan di Universitas Gadjah penegakan dan infrastruktur pendukung, serta
Mada berkolaborasi untuk melaksanakan dana untuk layanan pendukung.
studi pembiayaan KTP skala kecil dengan
menggunakan pendekatan GRB. Lebih jauh lagi, tidak jelas lembaga pemerintah
mana yang memiliki otoritas untuk melaksanakan
Laporan studi pembiayaan KTP berjudul Costing a kebijakan tersebut. Undang-undang
Multidisciplinary Packages of Response Services for desentralisasi mengatur bahwa kebijakan dibuat
Women and Girls Subjected to Violence: A Gender di tingkat pemerintahan yang lebih tinggi, dan
Budgeting Approach – Case Study of Indonesia. 5 implementasi layanan KTP dilakukan oleh tingkat
pemerintahan yang lebih rendah. Namun, dana
Temuan kunci untuk layanan langsung di tingkat pemerintahan
• Anggaran yang terdesentralisasi membuat yang lebih rendah tidak cukup untuk memenuhi
aliran pendanaan menjadi rumit, tetapi secara kebutuhan perempuan yang mengalami
keseluruhan investasi KTPAP rendah. kekerasan dan melatih staf untuk memberikan
• KTPAP dikeluarkan dari upaya layanan. Juga tidak ada standar minimum untuk
pengarusutamaan gender penyediaan layanan bagi perempuan yang pernah
• Peran NGO yang signifikan dalam memberikan mengalami kekerasan. 7
layanan dan kurangnya koordinasi di antara
para pemberi layanan utama Studi ini juga memperlihatkan bahwa sistem
rujukan dan layanan terpadu yang dikembangkan
Metodologi untuk studi pembiayaan ini dituntun oleh Kementerian Sosial tidak dilaksanakan
oleh Manual for Costing a Multidisiplinary secara efektif. Tidak ada mekanisme rujukan
Package of Response Services for Women and yang jelas antar unit layanan, termasuk lembaga
Girls Subjected to Violence 6 yang dikembangkan pemerintah, dan penyedia layanan CSO atau NGO,
Kantor Regional UN Women untuk Asia dan sementara anggaran untuk mengembangkan
Pasifik untuk digunakan di Kamboja dan sistem rujukan biasanya disalurkan ke lembaga
Indonesia. Komponen penelitian meliputi: analisis pemerintah.
dokumen sistematis (termasuk dokumen hukum,
administratif, dan kebijakan) dan pemetaan Untuk penyedia layanan, biaya pemberian
lingkungan umum untuk memajukan pendekatan layanan jauh lebih tinggi daripada anggaran
multidisipliner atau holistik dalam mencegah dan mereka. 8
memberantas KTP, analisis anggaran kegiatan
yang ditetapkan oleh undang-undang dan / Studi pembiayaan KTP ini mengategorikan alokasi
atau strategi dan rencana nasional mengenai anggaran untuk layanan KTP dalam tiga cara.
kekerasan dalam rumah tangga dengan anggaran Pertama, alokasi sumber daya yang tidak
dan rencana kerja pemerintah, kerja lapangan memadai mengakibatkan rendahnya kualitas
dan pengumpulan data di 46 institusi. DKI Jakarta layanan bagi perempuan yang pernah mengalami
(Daerah Khusus Ibukota Jakarta) dan Yogyakarta kekerasan.
(DIY - Daerah Istimewa Yogyakarta) dipilih sebagai
lokasi penelitian karena provinsi-provinsi ini Kedua, tidak ada alokasi anggaran kongkrit untuk
memiliki banyak layanan bagi perempuan yang layanan KTP yang mengakibatkan layanan tidak
pernah mengalami kekerasan dalam rumah tersedia. Ketiga, layanan KTP tidak dianggarkan
tangga, dibandingkan dengan provinsi lain. dengan benar, sehingga biaya hanya bersifat
Studi pembiayaan KTP menemukan bahwa, asumsi dari penyedia layanan dan bahkan dari
meskipun Pemerintah Indonesia membuat perempuan yang mengakses layanan. 9

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 137
Rekomendasi umum dari studi pembiayaan
meliputi kebutuhan akan lingkungan yang Studi ini menemukan biaya paket minimum
mendukung pengembangan layanan terpadu layanan dasar bagi perempuan yang mengalami
bagi perempuan yang pernah mengalami kekerasan akan mencapai 0,25 persen dari PDB
kekerasan. Hal ini membutuhkan reformasi untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, yang
perundang-undangan untuk memastikan hukum sebagian kecil biaya KTP ditanggung oleh
dan kebijakan terkait dengan KTP diselaraskan keluarga, masyarakat setempat dan masyarakat
dengan layanan, dan GRB mendukung luas. 13
layanan KTP. 10 Direkomendasikan juga untuk
mengembangkan kapasitas lembaga-lembaga Sebagai kesimpulan, paket minimum layanan
pemerintah dan non-pemerintah yang diberi penting dinilai layak dan masuk akal untuk
mandat untuk menangani kekerasan domestik dicapai sebagai bagian dari komitmen negara
dan untuk mendukung perempuan yang mengakhiri KTPAP.
mengalami kekerasan. NGO dan CSO akan
diminta terlibat sepenuhnya sebagai mitra
dalam memberikan saran kepada Pemerintah
mengenai rencana aksi nasional terkait dengan Studi Pembiayaan KTP di Filipina
rumusan layanan dan masalah implementasi, Pada tahun 1999, Komisi Nasional untuk Peran
dan mengkoordinasikan proses implementasi Perempuan Filipina melakukan penelitian tentang
dengan mempertimbangkan keterbatasan biaya ekonomi KTP dengan dukungan dari Dana
anggaran Pemerintah. Direkomendasikan pula Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
untuk mengadvokasi keterlibatan NGO dan CSO The Economic Costs of Violence against Women14
yang lebih kuat dalam sistem rujukan KTP formal, meliputi biaya untuk perempuan yang
dengan pendanaan tambahan untuk logistik mengalami kekerasan, biaya untuk lembaga yang
terkait layanan KTP. 11 menyediakan perawatan medis bagi perempuan
yang mengalami kekerasan dan anggaran
Studi Pembiayaan KTP Republik institusional dari departemen sosial, departemen
Rakyat Laos kesehatan dan lembaga penegak hukum.
Pada 2016, UN Women mendukung studi
pembiayaan KTP di Republik Demokratik Rakyat Penghitungan terbatas pada insiden kekerasan
Laos, Estimating Resource Requirements for Responding yang dipilih yang dilaporkan ke lembaga penegak
to Violence against Women in Southeast Asia: Syhthesis hukum, rumah sakit dan / atau penyedia layanan.
of Findings and Lessons. 12 Studi dimulai dengan Biaya hukum, emosional, fisik dan sosial lainnya
analisa lingkungan, tinjauan praktik-praktik tidak dimasukkan dalam komponen penelitian.
baik internasional dan lokakarya konsultatif Kerangka kerja untuk menganalisis biaya ekonomi
dengan pemangku kepentingan utama. Studi KTP berada pada penghitungan pengeluaran
pembiayaan KTP memetakan layanan yang ada, lembaga dan organisasi swasta dan publik untuk
mengidentifikasi kesenjangan dalam penyediaan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan,
layanan dan prioritas yang ditetapkan. Ada pengobatan, dan pemantauan KTP. Biaya ekonomi
tantangan besar dalam mencapai tingkat detail KTP dibagi menjadi tiga kelompok utama: biaya
yang diperlukan untuk penetapan biaya, terutama yang ditanggung Pemerintah; biaya bagi orang
dalam hal cakupan geografis untuk layanan yang yang pernah mengalami kekerasan; dan biaya
diinginkan, peluncuran layanan, dan rincian input bagi masyarakat. Menurut penelitian, pada tahun
untuk paket minimum layanan penting. Data 1997, Pemerintah menghabiskan setidaknya 3,7
untuk biaya unit dikumpulkan melalui survei miliar peso Filipina (sekitar US $ 125 juta) untuk
penyedia layanan di berbagai sektor, termasuk kegiatan yang berkaitan dengan gender dan
organisasi kesehatan, kepolisian, peradilan, dan pembangunan.
organisasi perempuan. Sebanyak 82 fasilitas
disurvei dari enam provinsi dan di Vientiane.

138 | Lampiran
Di tingkat individu, sekitar 19 juta peso (sekitar dan IPV dan memperkirakan biaya penyediaan
US $ 645.000) dilaporkan merupakan kerugian layanan termasuk layanan kesehatan, kepolisian,
yang diderita oleh perempuan yang mengalami keadilan dan layanan sosial bagi perempuan yang
kekerasan. Selain itu, sekitar 48 juta peso (sekitar mengalami kekerasan.
US $ 1,6 juta) adalah biaya yang dikeluarkan
untuk perawatan medis dan psikiatri di tempat Studi ini menggunakan pendekatan metode
penampungan.15 Biaya pengeluaran terkait campuran, termasuk survei terhadap 1.053
lainnya tidak dihitung. perempuan (541 dari pedesaan, 512 dari
perkotaan) mengenai pengalaman kekerasan
Penelitian ini diakhiri dengan rekomendasi untuk dalam rumah tangga dan biayanya di tingkat
mencegah insiden KTP dan untuk mengurangi rumah tangga. Penelitian ini mempertimbangkan
biaya ekonomi bagi masyarakat. Rekomendasi dua elemen dari biaya ekonomi kekerasan rumah
tersebut meliputi: pengumpulan dan pencatatan tangga: 1) pengeluaran aktual yang ditanggung
data yang sistematis; kebijakan yang jelas oleh perempuan untuk mengakses perawatan
dan konsisten dalam pemidanaan KTP dan medis, bantuan polisi, bantuan hukum, bantuan
pemenuhan anggaran gender dan pembangunan konseling dan peradilan; dan 2) pengeluaran
serta Seruan Bertindak melawan Kekerasan tambahan yang ditanggung sendiri yang
Domestik; dan keterlibatan unit pemerintah merupakan biaya sekolah yang hilang jika anak-
daerah dan lainnya dalam menanggapi KTP. anak tidak masuk sekolah karena kekerasan
dalam rumah tangga yang dialami oleh ibu
Dilaporkan terdapat kerugian sebesar 19 juta mereka. Ditemukan bahwa unsur utama biaya
peso (sekitar US $ 645.000) akibat perempuan ekonomi adalah hilangnya pendapatan karena
mengalami kekerasan. kehilangan pekerjaan, termasuk kehilangan
pekerjaan yang dibayar dan pekerjaan rumah
Selain itu, dibutuhkan biaya sekitar 48 juta peso tangga. 17
(sekitar US $ 1,6 juta) untuk perawatan medis dan
psikiatri di tempat penampungan. Studi ini mendokumentasikan tingginya biaya
kekerasan dalam rumah tangga bagi perempuan
di Vietnam. Biaya perawatan kesehatan saja
Selain itu, dibutuhkan biaya sekitar 48 juta peso (termasuk mengakses perawatan kesehatan,
(sekitar US $ 1,6 juta) untuk perawatan medis dan transportasi dan obat-obatan) mencapai biaya
psikiatri di tempat penampungan. rata-rata 804.000 dong Vietnam (VND) per
insiden, atau sekitar 28 persen dari penghasilan
Studi Pembiayaan KTP di Vietnam bulanan rata-rata seorang perempuan.
Pada 2012, UN Women mendukung pelaksanaan Biaya lain termasuk mengganti barang-barang
studi dampak sosial ekonomi mengenai biaya yang rusak, mencari perlindungan dan mencari
kekerasan dalam rumah tangga di Vietnam. bantuan dari polisi, pengadilan dan pihak
Studi ini dilaksanakan oleh UN Women ROAP, UN berwenang lainnya.
Women Vietnam, Universitas Nasional Irlandia
- Galway dan Institut untuk Studi Keluarga dan Secara total, rata-rata biaya unit di semua
Gender untuk memberikan perkiraan yang dapat kategori diperkirakan berjumlah VND 600.000
diandalkan tentang biaya ekonomi kekerasan atau 21 persen dari pendapatan rata-rata
dalam rumah tangga di Vietnam. bulanan untuk perempuan di Vietnam. Namun
demikian, karena perempuan yang mengalami
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekerasan cenderung memiliki penghasilan lebih
kesadaran mengenai biaya yang muncul jika rendah dari rata-rata, konsekuensi keuangan dari
tidak ada tindakan yang diambil terhadap KTP kekerasan domestik dan IPV menimbulkan beban
bagi pembuat kebijakan, NGO dan masyarakat lebih besar.
umum. 16 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperkirakan biaya kekerasan rumah tangga

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 139
Biaya penting lainnya adalah penghasilan
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk
yang hilang karena kehilangan pekerjaan.
memperkirakan biaya makro dari kekerasan
Hilangnya penghasilan per insiden diperkirakan
domestik terhadap perempuan. Untuk ekonomi
sebesar VND382,234 dong atau 13 persen
secara keseluruhan, potensi biaya peluang,
dari penghasilan bulanan rata-rata seorang
termasuk pengeluaran yang ditanggung sendiri,
perempuan.
hilangnya penghasilan dan nilai pekerjaan
rumah yang tidak dapat dilakukan, diperkirakan
Perempuan juga melaporkan kehilangan 33 jam
berjumlah 1,41 persen dari PDB pada tahun 2010.
pekerjaan rumah tangga. Meskipun pekerjaan
Kerugian produktivitas potensial diperkirakan
ini tidak dibayar, nilai ekonominya sebesar
mencapai 1,78 persen dari PDB. 20
VND 501,525 atau 18 persen dari penghasilan
bulanan rata-rata seorang perempuan. Laki-laki
Biaya kekerasan dalam rumah tangga di Vietnam:
juga kehilangan penghasilan setara dengan
• 28 persen penghasilan rata-rata bulanan
VND 305,984 atau 8 persen dari pendapatan
perempuan
bulanan rata-rata untuk pria di Vietnam.
• 21 persen dari pendapatan rata-rata bulanan
Secara keseluruhan, total biaya per insiden dari
perempuan di Vietnam
pendapatan rumah tangga diperkirakan 11
• 11 persen dari pendapatan rata-rata bulanan
persen dari pendapatan bulanan rata-rata rumah
rumah tangga
tangga. 18
• Perempuan yang mengalami kekerasan
mendapatkan penghasilan 35 persen lebih
Temuan utama dari studi ini adalah kekerasan
sedikit dibandingkan perempuan lain
rumah tangga dan IPV terhadap perempuan
• Untuk ekonomi secara keseluruhan, potensi
memiliki dampak signifikan pada penghasilan.
biaya peluang diperkirakan berjumlah 1,41
Selain itu, perkiraan penurunan produktivitas
persen dari PDB pada tahun 2010
akibat kekerasan menunjukkan bahwa
• Kerugian produktivitas potensial diperkirakan
perempuan yang mengalami kekerasan
mencapai 1,78 persen dari PDB
mendapatkan penghasilan 35 persen lebih sedikit
daripada perempuan lain, dan ini menunjukkan
kerugian besar lainnya pada perekonomian
nasional. 19

1. UN Women, Costing a Multidisciplinary Package of Response Services for Women and Girls Subjected to Violence: A Gender Budgeting
Approach – The Case of Cambodia (Phnom Pehn, 2012), p. 15.
2. Ibid, p. 10.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. CARE, I know I cannot quit: The Prevalence and Productivity Cost of Sexual Harassment to the Cambodian Garment Industry (2017).
6. UN Women, Costing a Multidisciplinary Package of Response Services for Women and Girls Subjected to Violence: A Gender Budgeting
Approach – The Case of Indonesia (2012).
7. Ibid, p. 62.
8. Ibid.
9. Ibid.
10. Ibid, p. 63.
11. Ibid, p. 64.
12. UN Women, Estimating Resource Requirements for Responding to Violence against Women in Southeast Asia: Synthesis of Findings and
Lessons (2016). p. 8.
13. Ibid, p. 3.
14. Ermi Amor T. Figueroa Yap, The Economic Costs of Violence Against Women (National Commission on the Role of Filipino Women and
UNFPA, 1999).
15. Currency as of 2000, $1=29.41P.
16. UN Women, Estimating the Costs of Domestic Violence against Women in Viet Nam (2012). Available from: http://www.unwomen. org/-/media/
headquarters/attachments/sections/library/publications/2013/2/costing-study-viet-nam%20pdf.pdf?vs=1456
17. Ibid, pp. 2-3.
18. Ibid, p. 81.
19. Ibid.
20. UN Women, The Costs of Violence, Understanding the costs of violence against women and girls and its response: selected findings and
lessons learned from Asia and the Pacific (UN Women Regional Office for Asia and the Pacific, 2013). Available from: http://asiapacific.
unwomen.org/~/media/Field%20Office%20ESEAsia/Docs/Publications/2014/1/UNW_The_Costs_of_Violence_FINAL%20pdf.pdf

140 | Lampiran
Lampiran F
Daftar Hadir Peserta Konsultasi Pengembangan Pedoman

Brunei Darussalam Singapura


H.E Hajah Misnah binti Haji Bolhassan Mr. Kok Tong Richard Tan
Ms. Nurul Nazurah binti Jaya Ms. Nurul Fitrah Abd Rashid
Ms. Misnah Bolhasan
Thailand
Kamboja Ms. Samorn Srisiri
H.E Nhean Sochetra Ms. Raporn Pongpanitanon
Ms. Chhy Ratha Ms. Krissadee Boonsuaykwan
Ms. Sar Sineth Ms.Vorada Charoensuk
Mr. Phon Puthborey Ms. Piyatida Suwanthawee
Ms. Nith Sreya Ms.Tassanee Sushevagul
Mr. Sokha Te Dr. Ratchada Jayagupta
Mr. Vutha Phon Ms. Sirinan Asingsamanan
Ms. Robin Mauney
Vietnam
Indonesia Ms. Truong Ngoc Anh
Ms. Tri Endah Widianti Ms. Nga Nguyen Thi Viet
Ms. Indah Lukitasari Ms. Sirinan Asingsamanan
Ms. Betty Ratnasari Mdm Kanda Vajraphaya
Ms Lily Purba Ms. Tran Thi Bich Loan
Ms.Yuniyanti Chuzaifah Ms. Nguyen Van Trang

Republik Demokratik Rakyat Laos DFAT


Ms. Sisavanh Detvongsone Ms. Helen Cheney
Ms. Bounleua Chanthaphomma Ms. Katherine Pohl
Ms. Malaykhan Keopmounty
Ms. Soukphaphone Phanit ASEAN Secretariat
Ms. Chaleunnith Phanit Mr. Miguel Musngi
Ms. Ajeng Purnama
Myanmar
Ms.Than Than Win UNFPA
Ms. Yuzana Kyin Dr. Henrica A.F.M. (Henriette) Jansen
Ms. Khin Khin Mra
UN Women
Malaysia Ms. Melissa Alvarado
Mr. Mohd Khairul Zamalluddin Prof. Robin Haarr, Ph.D.
Ms. Lai Keng Yap Ms. Andrea Nyberg
Ms. Sae’dah Md Saleh Ms.Varisa Sinthusake
Ms. Norazimah Zakaria Ms. Marie Palitzyne
Ms.Younghwa Choi
Filipina Biro Statistik Australia
Mr. Anastacio Jr. Lagumbay Mr. Will Milne
Ms. Miriam Navarro
Prof. Lourdesita Sobrevega- Chan
Ms. Anita Baleda
Mr. Raymond Mazo

Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 141
142 | Lampiran
Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 143
144 | Lampiran
Panduan Regional ASEAN tentang Pengumpulan dan Penggunaan Data Terkait Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan | 145
Kantor Regional UN Women
untuk Asia dan Pasifik
5th Floor Block B, UN Building
Rajdamnern Nok Avenue
Bangkok 10200, Thailand
Website: http://asiapacific.unwomen.org

146 | Lampiran

Anda mungkin juga menyukai