Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN HASIL KEGIATAN PENGAMATAN GIZI

KESEHATAN MASYARAKAT

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT


MEMPENGARUHI DISFUNGSI EREKSI PADA REMAJA
PUTRA”

Disusun Oleh:

Kelompok 3 Kelas A

Herlisya Pangari 210305502103

Ainur Halizah 210350502067

Misriani 210305502049

Irene Glory F 210305502091

Aprily 210305502097

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan WHO 11
4.1 Karakteristik Sampel terkait faktor-faktor yang mempengaruhi 24
penyakit disfungsi ereksi pada remaja putra
4.2 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan 27
Status Gizi
4.3 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Riwayat 28
Merokok
4.4 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan 29
Konsumsi Rokok Perhari
4.5 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Psikis 29
4.6 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Insomnia 30
4.7 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Riwayat 30
Penyakit
4.8 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alkohol 31
4.9 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan 31
Riwayat Konsumsi Obat
4.10 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Aktivitas 32
Seksual
4.11 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Hasrat 32
Seksual

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
2.1 Kerangka Pikir 17
3.1 Alur Penelitian 22

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner 37
A.1 Kuesioner Faktor-faktor yang mempengaruhi 37
terjadinya penyakit disfungsi ereksi pada remaja
putra.
Lampiran B Data dan Analisis Penelitian 31
B.1 Analisis Univariat 31
B.2 Analisis Bivariat 43
Lampiran C Dokumebtasii 51
C.1 Dokumentasi pada saat turun lapangan 51

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah serta nikmat-Nya, khususnya bagi kami yang telah menyelesaikan
Laporan Kegiatan Tururn Lapangan terkait “Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Putra”
Dalam penulisan laporan ini, alhamdulillah kami masih bisa
menyelesaikan laporan ini meskipun ada sedikit kendala dalam pengerjaannya.
Selain itu, ucapan terimakasih kepada segala pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Apabila terdapat kekurangan dalam laporan ini, maka dengan senang hati
kami menerima masukan, kritik, dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, agar laporan ini dapat menjadi lebih baik kedepannya. Semoga apa
yang kami harapkan dapat tercapai.

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi remaja diartikan sebagai kondisi sehat secara
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang termasuk didalamnya kesehatan
mental, sosial dan juga kultural. Masa remaja merupakan masa peralihan dan
masa kritis dalam rentang sikulus kehidupan. remaja mengalami perubahan
sosial yang cepat yakni dari kondisi masyarakat tradisional dan modern.
Remaja yang sebelumnya terjaga oleh sistem keluarga yang kuat, budaya dan
adat istiadat di lingkungan akan rentan mengalami efek urbanisasi dan
industrialisasi. Remaja merupakan aset negara yang perlu mendapat perhatian
khusus. Menurut Jarssa, Lodebo, Suloro bahwa sekitar 16,8% populasi
penduduk di dunia adalah remaja yang paling banyak berada di negara
berkembang sekitar 80%. Data Sakernas menerangkan bahwa 62,89% remaja
Indonesia berusia 15-19 tahun yang masih berstatus anak sekolah. Data
tersebut menghasilkan sebuah proyeksi populasi yang akan terjadi lonjakan
pada tahun 2030 dan saat itu remaja berada pada masa usia reproduksi (Silvia
Mareti, 2022).
Organ reproduksi merupakan hal yang sangat vital, maka perlu
dijaga kesehatannya. Terlebih lagi apabila kita masih di usia remaja,
menjaga kesehatan organ reproduksi sangatlah penting. Sebab, masa
remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik menjaga
kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang. Tak hanya untuk
menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar
terhadap hal ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal hal yang
tidak diinginkan. Masalah kesehatan reproduksi dapat berpengaruh pada
kemampuan seseorang dalam memiliki keturunan. Baik menyebabkan
gangguan pada performa seksualnya, gangguan kesuburan, atau berisiko
berkembang menjadi penyakit kronis yang berbahaya (Aryanti Wardiyah,
2022).

1
Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia
antara lain kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi serta masalah
pergeseran perilaku seksual remaja. Hal tersebut didukung dengan hasil
penelitian Irawan yang menjelaskan bahwa hampir seluruh responden
memiliki pengetahuan sedang terhadap kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian lainnya Wahyuningsih dan Nurhidayati(6) bahwa pengetahuan
kesehatan reproduksi pada remaja menengah pertama cenderung masih kurang
yakni sekitar 57,58% bagi remaja laki-laki dan 62,85% pada remaja
perempuan (Silvia Mareti, 2022).
Remaja masih kurang memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi.
Hal tersebut berdasarkan penelitian Violita dan Hadi yang menjelaskan bahwa
masih rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi oleh remaja
yakni hanya sekitar (24,3%) di Kota Makassar tahun 2018. Faktor utama yang
mendorong remaja memanfaatkan layanan tersebut adalah pengetahuan
tentang layanan yang tersedia apa saja. Beberapa siswa remaja yang memang
mendapatkan informasi hampir dua kali lebih mungkin untuk memanfaatkan
layanan kesehatan reproduksi remaja setelah mendapat dukungan dari
keluarga dan teman sebaya. Penyedia layanan juga seharusnya menyediakan
sarana sosialisasi bagi siswa dan orang tua secara teratur, serta dapat
menggunakan jejaring sosial untuk menyebarluaskan informasi, dan bisa juga
melakukan pelatihan sebaya setiap sekolah (Silvia Mareti, 2022).
Salah satu jenis masalah kesehatan reproduksi pria yang paling
umum adalah disfungsi seksual. Bentuk-bentuk disfungsi seksual yang dapat
terjadi pada pria, yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini, ejakulasi tertunda
atau terhambat, hingga libido rendah (Aryanti Wardiyah, 2022). Adapun
salah satu penyakit yang kita ambil pada tugas turun lapangan kesehatan
reproduksi pada remaja putra yaitu disfunsi ereksi.
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk memuaskan kinerja seksual. Dua
aspek utama ereksi adalah ereksi refleks dan ereksi psikogenik. Ereksi refleks
dicapai dengan menyentuh penis secara langsung dan berada dibawah kendali

2
saraf perifer dan tulang belakang (S2-4 dan Th12-L2). Ereksi psikogenik
dicapai dengan rangsangan erotis atau emosional, dan menggunakan sistem
limbic otak. Tingkatan keparahan disfungsi ereksi digambarkan dengan
derajatnya ereksinya, apakah normal, ringan, sedang ataupun berat (Joko
Susanto, 2021).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada laporan penelitian ini yaitu apa saja faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit disfungsi ereksi pada
remaja putra serta bagaimana hubungan pola makan dan faktor-faktor tersebut
terhadap kejadian disfungsi ereksi pada remaja putra .

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya penyakit disfungsi ereksi pada remaja putra
serta bagaimana hubungan Pola makan, Status gizi dan faktor-faktor
tersebut terhadap kejadian disfungsi ereksi pada remaja putra.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
penyakit disfungsi ereksi.
b. Untuk mengetahui Hubungan Pola Makan, Status Gizi, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit disfungsi
ereksi.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengambil manfaat yang mendalam pada
kegiatan ini yaitu mengetahui lebih jauh terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit disfungsi ereksi sehingga
masyarakat akan lebih mampu mengidentifikasi gejala dan risiko yang
terkait dengan disfungsi ereksi pada remaja putra.

3
2. Bagi Mahasiswa
Kegiatan ini memiliki manfaat yang signifikan pada kepada
Mahasiswa yaitu dapat memperluas pemahamannya terkait faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap disfungsi ereksi pada remaja putra.
Hal ini akan memperkaya pengetahuan dalam bidang kesehatan
reproduksi dan memungkinkan untuk memiliki wawasan yang lebih
baik tentang penyakit disfungsi ereksi ini.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Defenisi Kesehatan Reproduksi

Istilah reproduksi berasal dari kata "re" yang artinya kembali dan
kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang
disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia.
Definisi kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat
sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem,
fungsi serta proses reproduksi.
Berdasarkan Uraian diatas kesehatan reproduksi merupakan
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial, yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya
kondisi bebas dari penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat
memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum
menikah dan sesudah menikah.
Adapun ruang lingkup kesehatan reproduksi yang sangat luas,
sesuai dengan definisi yang tertera di atas, karena mencakup
keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam uraian
tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci

5
digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga
diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
Untuk kepentingan Indonesia saat ini, secara nasional telah
disepakati ada empat komponen prioritas kesehatan reproduksi, yaitu:
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
b. Keluarga Berencana,
c. Kesehatan reproduksi remaja,
d. Pencegahan dan penanganan penyakit menular seksual,
termasuk HIV/AIDS.
Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
b. Keluarga Berencana,
c. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR ), termasuk PMS-HIV/AIDS
d. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi,
e. Kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan
infertilitas,
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis,
g. Berbagi aspek kesehatan reproduksi lain misalnya kanker
serviks, mutilasi genitalia, fistula, dill (Dr. dr. Jeini Ester
Nelwan, 2019).
1. Disfungsi Ereksi
Setiap orang tentunya ingin memiliki kehidupan dengan
kualitas yang baik. Kualitas hidup yang baik juga ditentukan oleh
kualitas aktivitas seksual yang baik. Aktivitas seksual yang baik
adalah hubungan seksual tanpa adanya gangguan secara fisik maupun
psikologis. Salah satu hal yang menjamin aktivitas seksual berjalan
dengan memuaskan adalah fungsi seksual yang baik. Namun, jika
terdapat gangguan dalam aktivitas ini, maka timbul suatu gangguan
yang disebut gangguan fungsi seksual atau disfungsi seksual. Pada
laki-laki normal terdapat empat tahap dalam proses fungsi seksual

6
yaitu gairah, ereksi, ejakulasi dan detumescence yaitu penurunan penis
setelah ejakulasi.
Disfungsi seksual pada laki-laki dapat terjadi pada salah satu
atau lebih dari proses fungsi seksual tersebut. Disfungsi ereksi
merupakan salah satu bagiannya. Disfungsi ereksi merupakan
ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang
cukup untuk memuaskan kinerja seksual. Dua aspek utama ereksi
adalah ereksi refleks dan ereksi psikogenik. Ereksi refleks dicapai
dengan menyentuh penis secara langsung dan berada dibawah kendali
saraf perifer dan tulang belakang (S2-4 dan Th12-L2). Ereksi
psikogenik dicapai dengan rangsangan erotis atau emosional, dan
menggunakan sistem limbic otak. Tingkatan keparahan disfungsi
ereksi digambarkan dengan derajatnya ereksinya, apakah normal,
ringan, sedang ataupun berat.
Disfungsi ereksi (DE) adalah bentuk klinis yang ditandai
dengan ketidakmampuan secara persisten atau berulang untuk
mencapai dan mempertahankan kualitas ereksi penis untuk
memungkinkan aktivitas seksual yang memuaskan selama tiga bulan.
Disfungsi ereksi dapat menjadi salah satu penyebab penting dalam
penurunan kualitas hidup laki-laki. Efek psikologis yang buruk dapat
terjadi pada penderita DE misalnya depresi, penurunan harga diri,
citra diri yang buruk, stress bahkan terancamnya hubungan
kebahagiaan yang telah ada. Disfungsi ereksi terjadi pada 10 sampai
20 juta laki-laki di Amerika Serikat.
Peningkatan DE seiring dengan bertambahnya usia. Survei di
Australia menyebutkan bahwa setidaknya ada satu dari lima laki-laki
berusia 40 tahun mengalami gangguan ereksi. Disfungsi ereksi
dipengaruhi oleh beberapa etiologi dan faktor risiko diantaranya yaitu
faktor organik, psikogenik, atau campuran. Faktor organik dibagi
menjadi vaskulogenik, hormonal dan neurogenik, dimana faktor
vaskulogenik merupakan faktor penyebab terbesar DE yaitu sekitar

7
60%. Faktor vaskulogenik berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular dan gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol
serta pengetahuan (Geitha Puspita Darmi, 2020).
2. Remaja Putra
Masa remaja merupakan individu yang berada pada masa
peralihan, kelompok yang bukan lagi anak-anak dan belum dewasa.
Masa ini ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik,
intelektual maupun psikologis disertai dengan pematangan seksual
sehingga ketertarikan seksual terhadap lawan jenis cukup besar.
Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu di mana
terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada
masa transisi pada masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai
mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih
berbeda (Kusmiran, E. 2013). Remaja merupakan masa yang paling
rawan akan pengaruh dari lingkungan. Pergaulan mempengaruhi
seseorang dan berkaitan dengan kebiasaan merokok. Pengaruh teman
dan kelompok sangat kuat bagi seorang remaja memutuskan merokok
atau tidak. Remaja akan berusaha mengikuti kebiasaan dari kelompok
atau teman agar diterima di kelompok tersebut. Hal ini juga dapat
disebabkan rasa percaya diri yang rendah sehingga cenderung
mengadopsi kebiasaan yang berlaku seperti kebiasaan merokok
(BPOM RI, 2011). Menurut Wong (2015), masa remaja terbagi
menjadi 3 tahap, yaitu remaja awal, remaja menengah dan remaja
akhir.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja Putra
a. Status Gizi
Status gizi mengacu pada kondisi kesehatan yang tercermin
dari pola makan dan penyerapan zat gizi di dalam tubuh. Ini
melibatkan penilaian berat badan, tinggi badan, dan indeks massa
tubuh untuk menilai keberadaan kekurangan, kelebihan, atau status
gizi yang baik pada individu. Kualitas pangan serta asupan gizi

8
memiliki dampak pada status gizi seseorang. Wanita dewasa juga
rentan terhadap masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan,
dan asupan gizi yang seimbang sangat penting untuk kesehatan dan
pencegahan penyakit.
1) Gizi Seimbang Gizi seimbang merujuk pada pola makan
sehari-hari yang memenuhi kebutuhan tubuh akan jenis dan
jumlah zat gizi, sambil mengamati perbedaan dalam pola
makan, aktivitas tubuh, kebersihan dan pencapaian berat badan
ideal. Prinsip Gizi Seimbang (PGS) disesuaikan dengan
budaya dan pola makan lokal, seperti Tumpeng Gizi Seimbang
(TGS) di Indonesia, yang bertujuan membantu memilih
makanan sesuai dengan berbagai kebutuhan usia (dari bayi
hingga lansia) dan kondisi kesehatan (kehamilan, menyusui,
aktivitas fisik, kondisi sakit).
2) Gizi Kurang Gizi kurang terjadi saat ketidakseimbangan antara
jumlah energi yang dikonsumsi dan kebutuhan gizi yang
diperlukan akan berdampak pada gangguan pertumbuhan,
produktivitas, konsentrasi, struktur dan fungsi otak, daya tahan
tubuh, serta perilaku. Penilaian menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) menunjukkan kondisi gizi kurang jika skornya
berada di rentang 17 hingga 18,5, dan kurang dari 17.
3) Gizi Lebih Obesitas, yang disebabkan oleh pola makan
berlebihan, adalah penimbunan lemak tubuh secara berlebihan.
Dilihat dari patogenesisnya, obesitas dapat dibedakan menjadi
dua jenis utama: regulasi (terkait dengan pusat pengaturan
makanan) dan metabolisme (terkait dengan kelainan biokimia
tubuh). Obesitas merupakan keadaan di mana tubuh
mengalami akumulasi lemak berlebihan, dan kondisi ini bisa
dilihat sebagai kelainan atau gangguan yang ditandai dengan
penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh.

9
1. Pengukuran Status Gizi
Penilaian status gizi melalui pengukuran langsung mencakup
berbagai metode seperti antropometri, biokimia, klinis, dan
biofisik. Penlitian ini menggunakan metode pengukuran
antropomteri yaitu Berat Badan dan tinggi Badan. Berikut
adalah pengukuran status gizi dengan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT):
Berat Badan(kg)
IMT =
¿¿
Sumber: Kemenkes, 2018
Indeks Massa Tubuh (IMT) dipakai sebagai instrumen untuk
mengawasi keseimbangan zat gizi pada orang dewasa yang
terkait dengan masalah berat badan yang berlebihan atau
kekurangan.
Salah satu metode antropometri yang umum digunakan
adalah:
a) Berat Badan Berat badan mencerminkan kandungan
protein, lemak, air, dan mineral dalam tubuh serta menjadi
indikator utama karena memiliki tingkat akurasi yang baik
serta dapat mencerminkan perubahan yang relatif cepat
akibat perubahan kesehatan dan pola makan Pengukuran
berat badan telah menjadi standar antropometri yang luas
digunakan di Indonesia karena kemudahan pengukurannya
dan tidak terlalu dipengaruhi oleh tingkat keahlian
pengukur.
b) Tinggi Badan Tinggi badan juga memiliki peran penting
dalam mengevaluasi status gizi karena pengukuran berat
badan yang relatif terhadap tinggi badan tidak terkait
dengan usia seseorang. Terlepas dari berat badantidak
bergantung pada usia seseorang. Selain berat badan,
pengukuran tinggi badan juga penting untuk memahami

10
kondisi masa lalu dan saat ini serta dapat dihubungkan
dengan berat badan. penyakit kardiovaskular karena lokasi
perut yang lebih dekat dengan jantung.

Tabel 2. 1 Status Gizi Berdasarkan WHO


Indeks Kategori status gizi IMT

Indeks Massa Tubuh Berat Badan Kurang <18,5


(Underweight)
Berat Badan Normal 18.5 – 22.9
Kelebihan Berat badan 23 – 24.9
(overweight) dengan risiko
Obesitas 1 25. 29.9
Obesitas 2 >-30
Sumber : WHO Western Pacific Region, 2000
b. Merokok
Merokok merupakan kegiatan yang sangat umum
dijumpai dalam masyarakat dunia termasuk Indonesia, bahkan
setiap harinya sering ditemukan perokok di kalangan masyarakat.
Efek menenangkan dan meningkatkan konsentrasi yang
ditimbulkan oleh merokok mengakibatkan banyak orang termasuk
pegawai menggunakannya untuk meningkatkan produktivitas
kerja. Tipe perokok ada tiga yaitu perokok ringan, sedang, dan
berat. Seseorang disebut perokok ringan jika menghisap rokok 1
sampai 10 batang per hari, perokok sedang jika menghisap rokok
11 sampai 24 batang per hari dan disebut perokok berat jika
seseorang menghisap rokok lebih dari 24 batang per hari.
Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja
cenderung ingin bertualang menjelajah segala sesuatu dan
mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya dan juga
didorong oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan

11
remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering di lakukan oleh
orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-
sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat
orang dewasa melakukannya.
Pada masa remaja awal, persentase yang mengenal rokok
mungkin lebih kecil dibandingkan dengan remaja menengah dan
akhir, tetapi masa remaja awal inilah yang sangat menentukan
remaja dalam mengenal hingga mengambil tindakan merokok
karena pengaruh adaptasi, dan lain-lain. Pada periode ini
pengaruh teman sebaya pada sikap, minat dan perilaku lebih besar
daripada pengaruh keluarga.
Remaja mulai merokok karena berbagai alasan, seperti
meniru perilaku orang dewasa, tekanan dari teman sebaya, dan
meniru sifat orang yang terkenal yang biasanya merokok. Perilaku
merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat di berbagai
tempat, misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju
sekolah, halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan di
lingkungan rumah. Hal ini sudah menjadi pemandangan yang
biasa dan jarang mendapat perhatian masyarakat, padahal perilaku
tersebut berbahaya bagi remaja dan orang di sekitarnya
c. Keadaan Psikis
Keadaan psikis merujuk pada keadaan jiwa seseorang
pada suatu waktu terntentu. hal tersebut mencakup beberapa
aspek mental, emosional,dan psikologis individu.keadaan psikis
seseorang dapat bervariasi dari satu saat ke saat yang
berikutnya.Keadaan psikis seseorang dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu:
1) Stress
Tekanan dan tuntutan hidup sehari-hari dapat menyebabkan
stres, yang dapat memengaruhi keadaan psikis. Stres yang

12
berkepanjangan atau tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan masalah kesehatan mental.
2) Trauma
Pengalaman traumatis, seperti kecelakaan, kehilangan orang
yang dicintai, atau pelecehan, dapat memiliki dampak yang
signifikan pada keadaan psikis seseorang.
3) Kesehatan Mental
Gangguan mental seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, dan
gangguan mental lainnya dapat mempengaruhi keadaan psikis
seseorang.
4) Faktor Genetik
Ada juga faktor genetik yang dapat memengaruhi keadaan
psikis. Riwayat keluarga dengan gangguan mental tertentu
dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi
serupa.
5) Lingkungan Sosial
Hubungan sosial, dukungan dari keluarga dan teman, serta
kondisi lingkungan sekitar dapat memainkan peran penting
dalam keadaan psikis seseorang.
6) Penggunaan Zat
Penyalahgunaan zat seperti alkohol atau obat-obatan terlarang
dapat memiliki dampak negatif pada keadaan psikis
7) Kondisi Kesehatan Fisik
Kondisi kesehatan fisik yang buruk juga dapat berdampak pada
keadaan psikis. Misalnya, penyakit kronis atau kondisi
neurologis tertentu dapat mempengaruhi kesejahteraan mental.
d. Riwayat Penyakit
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah
gambaran tentang perjalanan waktu dan perkembangan
penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan
dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti

13
kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu
intervensi preventif maupun terapetik sehingga penyakit terjadi
secara natural.
e. Alkohol
Perilaku konsumsi minuman alkohol saat ini merupakan
permasalahan yang cukup berkembang didunia remaja dan
menunjukan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke
tahun, akibatnya mereka melakukan bentuk kenakalan-
kenakalan, perkelahian, geng-geng remaja, perbuatan asusila
dan maraknya premanisme pada kalangan remaja.Minuman
alkohol adalah segala jenis minuman yang memabukan,
sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadaranya,
yang termasuk minuman alkohol seperti arak, wine, whisky,
brandy, sampagne,malaga dan lain lain. (1) Alkohol adalah
salah satu obat psikoaktif yang saling sering disalahgunakan
atau dikonsumsi oleh anak-anak dan remaja. Konsumsi alkohol
di usia muda digambarkan sebagai faktor resiko untuk
kecanduan alkohol kemudian hari. Konsumsi alkohol baik
dikalangan remaja maupun dikalangan pemuda adalah sebuah
masalah kesehatan yang sangat serius, meminum alkohol
dibawah umur beresiko negative bagi kesehatan dan sosial
seperti gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi
kosentrasi pada saat belajar sehingga prestasi akademis
menjadi buruk, bunuh diri dan depresi. Kehilangan memori
dan resiko tinggi terhadap perilaku seksual, kecanduan serta
menyebabkan kekerasan terhadaporang disekitanya, dan
kecelakaan saat berkendara (2)
f. Obat-Obatan
Obat adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi proses hidup
dan suatu senyawa yang digunakan untuk mencegah,
mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau

14
menimbulkan suatu kondisi tertentu.Obat dapat untuk
mengobati penyakit, mengurangi gejala atau memodifikasi
proses kimia dalam tubuh.Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang bisa dimiliki oleh
manusia.Pengetahuan dapat diartikan sebagai pemahaman atau
kesadaran yang dimiliki seseorang tentang fakta, informasi,
konsep, keterampilan, atau prinsip-prinsip tertentu. Ini
mencakup berbagai bidang, mulai dari pengetahuan ilmiah dan
teknis hingga pengetahuan sehari-hari tentang dunia sekitar.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman, pendidikan
formal, pengamatan, belajar dari orang lain, dan berbagai
sumber lainnya. Pengetahuan juga dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, seperti pengetahuan factual (fakta dan
informasi konkret), pengetahuan konseptual (konsep dan
prinsip), dan pengetahuan prosedural (keterampilan dan
langkah-langkah untuk melakukan sesuatu).
h. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual seringkali salah diartikan sebagai hubungan
seksual oleh sebagian banyak orang. Perilaku seksual
ditanggapi sebagai sesuatu hal yang negatif Padahal tidak
demikian halnya, perilaku seksual merupakan perilaku yang
didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk
mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai
perilaku. Aktivitas seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai

15
dari berdandan, mejeng, ngerling, merayu, menggoda hingga
aktifitas dan hubungan seksual . Aktivitas seksual adalah
segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik
yang dilakukan sendiri dengan lawan jenis maupun sesama
jenis.(3) Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjadikan
kasehatan reproduksi dan seksualitas menjadi isu prioritas
kesehatan remaja. Aktivitas seksual yang dilakukan remaja
dipengaruhi oleh pengetahuan remaja, keterpaparan media
serta self estreem dari remaja itu sendiri. Perilaku seksual
remaja berisiko dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya
karena faktor individu itu sendiri. Usia remaja 15-16 tahun
sangat rawan melakukan perilaku seksual berisiko, karena
remaja berada pada tahap perkembangan emosional yang
belum matang. Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh
langsung terhadap perilaku seksual. Remaja laki-laki
berpeluang 1,4 kali lebih berisiko untuk melakukan perilaku
seksual.

16
B. Kerangka Pikir

(Faktor 1)
Status Gizi

(Faktor 2)
Merokok
(Faktor 2)
Merokok

(Faktor 2)
Merokok

(Faktor 2)
Merokok
Pengetahuan Disfungsi
Ereksi
(Faktor 2)
Merokok

(Faktor 2)
Merokok

(Faktor 2)
Merokok

(Faktor 2)
Merokok

(Faktor 2)
Merokok

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Hipotesis penelitian (H1) merupakan jawaban

17
sementara. Berdasarkan masalah yang ada pada peneitian dan
menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Berdasarkan kerangka pikir, hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

H0: Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi ereksi


pada remaja putra.

H1: Tidak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi


ereksi pada remaja putra.

18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian deskriptif observasional, guna mengetahui apakah
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian disfungsi ereksi pada
remaja putra.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan
Kesehartan Universitas Negeri Makassar, Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Dengan waktu penelitian pada bulan November 2023.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja putra yang
berada di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas
Negeri Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
2. Sampel
Sampel merupakan salah satu dari beberapa atribut yang ada
pada kelompok individu yang dipilih untuk tujuan penelitian. Metode
yang dipakai untuk menyeleksi sampel dalam penelitian ini adalah
simple random sampling. Simple random sampling merujuk pada
pengambilan sampel secara acak dari anggota populasi tanpa
memperhatikan strata yang mungkin ada di dalam populasi tersebut.
Sample pada penelitian ini yaitu mahasiswa remaja putra di Fakultas
Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Makassar.
D. Defenisi Operasional
1. Status Gizi
Status gizi dapat menggambarkan status kesehatan dari
seseorang yang dihasilkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat
gizi dan kebutuhan tubuh terkait dengan zat gizi tertentu. Status gizi
merupakan kondisi yang disebabkan oleh asupan gizi dari makanan

19
dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh yang diukur
dengan cara menghitung indeks massa tubuh yaitu berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Berdasarkan klasifikasi IMT menurut
WHO terbagi menjadi beberapa bagian yaitu berat badab jurang
(underweight) (<18,5) , berat badan normal (18,5-22,9), kelebihan
berat badan (23-24,9), Obesitas I (25-29,9), dan Obesitas II (≥30).
2. Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan yang persisten dalam
mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk melakukan
hubungan seksual yang memuaskan. Disfungsi ereksi dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, termasuk, masalah hormon, trauma fisik, dan
masalah psikologis seperti kecemasan dan alkohol.
3. Perilaku merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas membakar dan menghisap
tembakau yang dicampur tar dan nikotin dalam kertas atau pipa.
Perilaku merokok dalam penelitian ini diukur berdasarkan skor dari
skala berapa jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari seperti
paling seedkiti 0=1-10 batang perhari dan paling banyak lebi dari 30
batang perhari
4. Psikis
Keadan psikis merujuk pada kondisi mental, emosi, dan
perilaku seseorang yang terpengaruh oleh berbagai faktor seperti
lingkungan, cara berpikir, pendidikan.Keadan psikis ini mempengaruhi
bagaimana individu menangani situasi dalam kehidupan dan dapat
mempengaruhi kepribadian setiap individu. Pada penelitian ini
keadaan psikis individu diukur melalui hasil pengisian kuesioner.
5. Riwayat Penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit diketahui melalui
pengisian kuesioner, dengan skala 0= ya ( memiliki penyakit) dan 1=
Tidak ( tidak memiliki penyakit).
6. Alkohol

20
Konsumsi alkohol baik dikalangan remaja maupun dikalangan
pemuda adalah sebuah masalah kesehatan yang sangat serius,
meminum alkohol dibawah umur beresiko negative bagi kesehatan dan
sosial seperti gangguan perkembangan otak sehingga mempengaruhi
kosentrasi pada saat belajar sehingga prestasi akademis menjadi buruk,
bunuh diri dan depresi. Kehilangan memori dan resiko tinggi terhadap
perilaku seksual, kecanduan serta menyebabkan kekerasan terhadap
orang disekitanya, dan kecelakaan saat berkendara bermotor maupun
mobil (cedera dan menyebabkan kematian). Kriteria pada riwayat
konsumsi alkohol dalam penelitian ini yaitu apakah pernah, kadang-
kadang, atau tidak pernah konsumsi alkohol.
7. Obat-obatan
Obat-obatan merupakan zat yang digunakan untuk
menyembuhkan, mencegah, atau meringankan, serta mengobati
beberapa gangguan kecemasan. Pada penelitian ini diketahui riwayat
obat-obat yang dikonsumsi yaitu apakah pernah mengkonsumsi obat-
obatan seperti obat antidepresan atau tidak.
8. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual merupakan bentuk kegiatan seksual yang
dilakukan oleh responden. Definisi ini diamati dengan melihat
karakteristik aktivitas seksual yang dialami oleh responden, mencakup
perilaku seksual yang dilakukan dan intensitas.

21
E. Alur Penelitian

Pembuatan Kuesioner

Mencari Responden

Pengisian Kuesioner

Pengolahan Data

Interpretasi

Hasil Penelitian

Ada Pengaruh Tidak Ada Pengaruh

Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

22
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dan informasi untuk penelitian ini diperoleh melalui
penggunaan kuesioner serta pengukuran antropometri (berat badan dan
tinggi badan) oleh remaja putra di Fakultas Ilmu Kolahragaan dan
Kesehatan, Universitas Negeri Makassar.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini terdiri dari peralatan yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang akan digunakan
pada penelitian ini meliputi:
1. Kuisoner campuran yang berisikan daftar pertanyaan untuk
mengetahui apakah terdapat fakktor-faktor yang mempenaruhi
disfungsi ereksi pada remaja putra
2. Alat ukur tinggi badan yaitu Stature meter
3. Alat ukur berat badan yaitu timbangan untuk orang dewasa

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Univariat
Hasil analisis data menggunakan uji distribusi frekuensi dan persentase
dengan analisis univariat pada faktor-faktor terhadap kejadian penyakit
disfungsi ereksi pada remaja putra dapat dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit disfungsi ereksi pada remaja putra
Variabel n %
Merokok Tidak 1 5
Kadang 6 30
Ya 13 65
TOTAL 20 100
Batang Roko 1-10 batang 13 65
11-20 batang 5 25
>30 1 5
TOTAL 19 95
Cemas Ya 3 15
Kadang 14 70
Tidak 3 15
TOTAL 20 100
Insomnia Ya 5 25
Kadang 11 55
Tidak 4 20
TOTAL 20 100
Penyakit Ya 6 30
Tidak 14 70
TOTAL 20 100
Alkohol Ya 14 70
Kadang 3 15

24
Tidak 3 15
TOTAL 20 100
Obat Ya 2 10
Tidak 18 90
TOTAL 20 100
Pengetahuan Ya 2 10
Kadang 6 30
Tidak 12 20
TOTAL 20 100
Aktivitas Seksual Hampir 8 40
Tidak
Beberapa 4 20
Kali
Kadang 6 30
Sering 2 10
TOTAL 20 100
Hasrat Seksual Hampir 3 15
Tidak
Beberapa 5 25
Kali
Kadang 10 50
Sering 1 5
Hampir 1 5
Selalu
TOTAL 20 100
Status Gizi Kurang 2 10
Normal 16 80
Overweight 2 10
TOTAL 20 100
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkasrkan Tabel Varibel di atas terdapat responden dengan riwayat
merokok dimana terdapat responden yang tidak merokok sebanyak 1 (5%), untuk
responden yang kadang-kadang merokok sebanyak 6 (30%), dan responden yang
merokok sebanyak 13 (65%). Bagi responden yang memiliki riwayat merokok
biasanya menghabiskan rokok 1-10 batang , 11-20 batang atau >30 batang
perharinya setelah dilakukan penyuluhan mengenai Kebiassaan Merokok,

25
sebanyak 13 (65%) responden yang biasanya menghabiskan rokok sebanyak 1-10
batag perharinya, sebanyak 5 (25%), responden yang biasannya menghabiskan
rokok sebanyak 11-20 batang perharinya dan sebanyak 1 (5%) responden yang
biasanya menghabiskan rokok sebanyak >30 batang perharinya. Dari data di atas
terdapat total keseluruhan responden yang memiliki riwayat merokok yaitu,
sebanyak 19 (95%).
Selanjutnya terapat responden dengan riwayat tingkat kecemasan sebanyak
3 (15%), dan untuk responden yang kadang-kadang mengalami riwayat tingkat
pengetahuan sebanyak 14 (70%), sedangkan responden yang tidak pernah
mengalami riwayat tingkat kecemasan sebanyak 3 (15%). Dari data di atas
terdapat total keseluruhan responden sebanyak 20 (100%).
Terdapat responden yang mengalami riwayat insomnia sebanyak 5 (25%),
dan untuk responden yang kadang-kadang mengalami insomnia sebanyak 11
(55%), sedangkan reponden yang tidak pernah mengalami insomnia sebanyak 4
(20%). Dari data di atas terdapat total kesluruhan responden sebanyak 20 (100%).
Responden yang memiliki riwayat penyakit sebanyak 6 (30%), dan untuk
responden yang tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 14 (70%). Dari data di
atas terdapat total keseluruhan responden sebanyak 20 (100%).
Responden yang sering mengkonsumsi alkohol sebanyak 14 (70%), dan
untuk responden yang kadang-kadang mengkonsumsi alkohol sebanyak 3 (15%),
sedangkan responden yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol sebanyak 3
(15%). Dari data di atas terdapat total keseluruhan rsponden sebanyak 20 (100%).
Responden yang pernah mengkonumsi obat-obatan belakangan ini
sebanyak 2 (10%), dan untuk responden yang tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan sebanyak 18 (90%). Dari data di atas terdapat total keseluruha responden
sebanyak 20 (100%).
Pengetahuan responden tentang penyakit Disfungi Ereksi.Responde yang
memiliki pengetahuan tentang peyakit disfungsi ereksi sebanyak 2 (10%), dan
untuk repsponden yang kadang-kadang atau pernah mendengar tentang penyakit
disfungsi ereksi sebanyak 6 (30%), sedangkan responden yang tidak tahu tengan

26
penyakit disfungsi ereksi sebanyak 12 (20%). Dari data di atas terdapat total
keselurhan responden sebanyak 20 (100%).
Responden yang hampir tidak pernah mengalami ereksi saat melakukan
aktivitas seksual sebanyak 8 (40%), untuk responden yang beberapa kali
mengalami ereksi saat melakukan aktivitas seksual sebanyak 4 (20)%, dan
responden yang kadang-kadang mengalami ereksi saat melakukan aktivitas
seksual sebanyak 6 (30%), sedangkan responden yang sering mengalami ereksi
saat melakukan aktivtas seksual ssebanyak 2 (10%). Dari data di atas terdapat
total keseluruhan responden sebanyak 20 (100%).
Responden yang hampir tidak merasakan hasrat seksual sebanyak 3 (15%),
untuk responden yang beberapa kali merasakan hasrat seksual sebanyak 5 (25%),
dan responden yang kadang-kadang merasakan hasrat seksual sebanyak 10 (50%),
sedangkan responden yang sering dan hampir selalu merasakan hasrat seksual
sebanyak 1 (5%). Dari data di atas terdapat total keseluruhan responden sebanyak
20 (100%).
Adapun respoden dengan status gizi kurang sebanyak 2 (10%), dan untuk
responden denga status gizi normal sebanyak 16 (80%), sedangkan responden
dengan status gizi overweight sebanyak 2 (10%). Dari data di atas terapat total
keseluruhan responden sebanyak 20 (100%).
2. Ananlisis Bivariat
Tabel 4.2 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Status Gizi
Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Status Gizi
Kurus 2(10%) 0(0%) 0(0%) 2 0.000
Normal 0(0%) 6(30%) 10(50%) 16
Ya 0(0%) 0(0%) 2(10%) 2
Sumber: Data Primer, 2023

27
Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square antara pengetahuan dengan
Status gizi responden diperoleh p-value 0.000, dimana nilai signifikan lebih kecil
dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan
antara pengetahuan terkai penyakit disfungsi ereksi dengan status gizi pada remaja
putra di FIKK UNM.

Tabel 4.3 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Riwayat


Merokok

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Merokok
Tidak 1(5.26%) 0(0%) 0(0%) 1 0.000
Kadang 1(5.26%) 5(26.3%) 0(0%) 6
Ya 0(0%) 1(5.26%)12(63.1%) 13
Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tabel 4.3 diatas yaitu antara
pengetahuan dengan riwayat merokok responden diperoleh p-value 0.000, dimana
nilai signifikan lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terkait penyakit disfungsi
ereksi dengan riwayat merokok pada remaja putra di FIKK UNM.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Geitha Puspita Darmi, 2020) yang
mengatakan bahwa Hasil uji statistik data penelitian diperoleh nilai p adalah 0,032
dan 95% IK adalah 1,014-2,944 yang menunjukan ada hubungan bermakna antara
merokok dengan terjadinya DE. Nilai p yang kurang dari 0,05 berarti kedua
variabel mempunya hubungan bermakna. Hal ini berarti risiko perokok lebih
besar menderita DE daripada seseorang yang telah berhenti merokok dan bukan
perokok ditandai oleh dilatasi arteri yang menyebabkan korpora kavernosa dan
korpora spongiosum dari penis terisi oleh darah dan secara bersamaan otot
iskhiokavernosus dan bulbospongiosum menekan vena pada korpora kavernosa
sehingga mencegah aliran darah pergi.

28
Tabel 4.4 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Konsumsi
Rokok Perhari

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Konsumsi
Jumlah
Rokok
1-10 2(10.5%) 6(31.5%) 5(26.3%) 13 0.305

11-20 0(0%) 0(0%) 5(26.3%) 5

>30 0(0%) 0(0%) 1(5.26%) 1


Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square pada tabel 4.4 di atas yaitu
antara pengetahuan dengan konsumsi rokok perhari diperoleh p-value 0.305,
dimana nilai signifikan lebih besar dari 0.05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan
terkait disfungsi ereksi dengan konsumsi rokok perhari pada remaja putra di FIKK
UNM.

Tabel 4.5 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Psikis

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Psikis
Ya 2(10%) 1(5%) 0(0%) 3 0.005
Kadang 0(0%) 5(25%) 9(45%) 14
Tidak 0(0%) 0(0%) 3(15%) 3
Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square pada tabel 4.5 diatas yaitu antara
pengetahuan dengan kondisi psikis responden diperoleh p-value 0.005, dimana
nilai signifikan lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

29
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terkait disfungsi ereksi
dengan kondisi psikis pada remaja putra di FIKK UNM.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Geitha Puspita Darmi, 2020) yang
mengatakan bahwa Hasil uji statistik data penelitian diperoleh nilai p adalah 0.03
yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara disfungsi ereksi dengan depresi.

Tabel 4. 6 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Insomnia


Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Insomnia
Ya 2(10%) 3(15%) 0 5 0.011
Kadang 0(0%) 3(15%) 8(40%) 11
Tidak 0(0%) 0(0%) 4(20%) 4

Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square pada tabel 4.6 diatas yaitu antara
pengetahuan dengan insomnia responden diperoleh p-value 0.011, dimana nilai
signifikan lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terkait disfungsi ereksi
dengan insomnia pada remaja putra di FIKK UNM.

Tabel 4. 7 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Riwayat


Penyakit

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Insomnia
Ya 2(10%) 4(20%) 0(0%) 6 0.001
Tidak 0(0%) 2(10%) 12(60%) 14

Sumber: Data Primer 2023

30
Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square pada tabel 4.7 diatas yaitu antara
pengetahuan dengan riwayat penyakit responden diperoleh p-value 0.001, dimana
nilai signifikan lebih kecil dari 0.005. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terkait disfungsi
ereksi dengan riwayat penyakit pada remaja putra di FIKK UNM.

Tabel 4.8 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alkohol

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Alkohol
Ya 2(10%) 6(30%) 6(30%) 5 0.222
Kadang 0(0%) 0(0%) 3(15%) 11
Tidak 0(0%) 0(0%) 3(15%) 4
Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tabel 4.8 diatas yaitu antara
pengetahuan dengan konsumsi alkohol responden diperoleh p-value 0.222,
dimana nilai signifikan lebih besar dari 0.05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terkait
penyakit disfungsi ereksi dengan konsumsi alkohol pada remaja putra di FIKK
UNM.

Tabel 4. 9 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Riwayat


Konsumsi Obat

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Obat
Ya 2(10%) 0(0%) 0(0%) 2 0.000
Tidak 0(0%) 6(30%) 12(60%)

Sumber: Data Primer 2023

31
Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tabel 4.9 diatas yaitu antara
pengetahuan dengan riwayat konsumsi obat responden diperoleh p-value 0.000,
dimana nilai signifikan lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terkait disfungsi
ereksi dengan riwayat konsumsi obat pada remaja putra di FIKK UNM.

Tabel 4.10 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Aktivitas


Seksual

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Aktvitas
Seksual
Hampir 2(10%) 6(30%) 0(0%) 8
Tidak
Beberapa 0(0%) 0(0%) 4(20%) 4 0.003
Kali
Kadang 0(0%) 0(0%) 6(30%) 6
Sering 0(0%) 0(0%) 2(10%( 2
Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tabel 4.10 yaitu antara pengetahuan
dengan aktivitas seksual responden diperoleh p-value 0.003, dimana nilai
signifikan lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi alkohol
pada remaja putra di FIKK UNM.

Tabel 4. 11 Analisis Faktor Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Hasrat


Seksual

Pengetahuan
Variabel Total P Value
Ya Kadang Tidak
Hasrat
Seksual
Hampir 2(10%) 1(5%) 0(0%) 3

32
Tidak
Beberapa 0(0%) 5(25%) 0(0%) 5 0.000
Kali
Kadang 0(0%) 0(0%) 10(50%) 10
Sering 0(0%) 0(0%) 1(5%) 1
Selalu 0(0%) 0(0%) 1(5%) 1

Sumber: Data Primer 2023

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tabel 4.11 yaitu antara pengetahuan
dengan hasrat seksual responden diperoleh p-value 0.000, dimana nilai signifikan
lebih besar dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terkait penyakit disfungsi ereksi
dengan hasrat seksual pada remaja putra di FIKK UNM.

33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

34
DAFTAR ISI
Dr. dr. Jeini Ester Nelwan, M. (2019). Epidemiologi kesehatan reproduksi.
Manado: Cv Budi Utama.

Geitha Puspita Darmi, M. O. (2020). Hubungan merokok dengan kejadian


disfungsi ereksi pada pegawai laki-laki di fakultas kedokteran universitas
udayana. Jurnal Medika Udayana.

Wanda, L. P. (2021). Teori tentang pengetahuan perespan obat. Jurnal Medika


Hutama, 2(04 Juli), 1036-1039.

Darsini, D., Fahrurrozi, F., & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan; Artikel


Review. Jurnal Keperawatan, 12(1), 13-13.

Aryanti Wardiyah, L. A. (2022, April). Penyuluhan kesehatan tentang pentingnya


menjaga kesehatan alat reproduksi. Journal Of Public Health Concerns,
2(1), 41-53.

Joko Susanto, A. P. (2021, April). Pengaruh kegel exercise terhadap disfungsi


ereksi klien post turp. Jurnal Kesehatan Mesenchepalon, 7(1), 12-18.

Silvia Mareti, I. N. (2022, Juli). Tingkat pengetahuan remaja terkait tentang


Kesehatan Reproduksi di Kota Pangkalpinang. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, 9(2), 25-32.

Suri, M., Putri, V. S., & Lastari, T. H. (2023). Hubungan pengetahuan tentang
bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja putra di SMPN 06
Kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 12(1), 139-148.

Wondal, R., Mahmud, N., Purba, N., Budiarti, E., Arfa, U., & Oktaviani, W.
(2023). Deskripsi status gizi balita, serta partisipasi orang tua pada masa
pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
7(1), 345-357.

Wisnusakti, K., & Putra, Y. K. Y. (2022). Hubungan citra tubuh dengan pola
makan pada remaja putri: Literatur Review. Humantech: Jurnal Ilmiah
Multidisiplin Indonesia, 1(9), 1210-1220.

Harari, T., Zahra, A., Lailan, N. F., Rahman, I., & Sahrul, M. (2023). Analisis
perencanaan intervensi sosial oleh pekerja sosial terhadap klien pecandu
alkohol. khidmat sosial: Journal of Social Work and Social Services, 4(1),
9-15.

Kusumawardhani, A. R., Pratiwi, E. W. G., Alfiah, M., & Hidayat, S. (2023).


Hubungan efek samping penggunaan obat antihipertensi terhadap
disfungsi ereksi pada pria. Journal of Pharmaceutical and Sciences, 464-
469.

35
Solina, S., Arisdiani, T., & Widiastuti, Y. P. (2019). Hubungan peran orang tua
dengan perilaku konsumsi minuman alkohol pada remaja laki-laki. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(1), 36-45.

Paat, R. M., Lesawengen, L., & Mumu, R. (2023). Penyalahgunaan minuman


alkohol (captikus) terhadap remaja di Kelurahan Ranotana Weru
Kecamatan Wanea Kota Manado. JURNAL ILMIAH SOCIETY, 3(2).

Khasana, U. (2022). Analisis factor yang berhubungan dengan niat melakukan


aktivitas seksual terhadap remaja disekitar eks lokalisasi (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Umaroh, A. K., Prastika, C., Herawati, H., Chalada, S., & Pratomo, H. (2023,
January). Kajian perilaku seksual pada remaja selama Pandemi Covid-19.
In Prosiding University Research Colloquium (pp. 201-213).

Dr. dr. Jeini Ester Nelwan, M. 2019. Epidemiologi kesehatan reproduksi.


Manado: Cv Budi Utama.

Geitha Puspita Darmi, M. O. 2020. Hubungan merokok dengan kejadian disfungsi


ereksi pada pegawai laki-laki di fakultas kedokteran universitas udayana.
Jurnal Medika Udayana.

Ronitawati, P. &. 2018. Analisis perbedaan zat gizi berdasarkan statuz gizi
wanita. NutrireDiaitta.

36
LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner
Lampiran A.1 Kuesioner Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
disfungsi ereksi pada remaja putra.
NAMA :
TANGGAL LAHIR :
ALAMAT :
BB :
TB :
Mohon untuk menjawab pertanyaan dengan jujur!
Beri lingkaran pada keterangan yang sesuai dengan anda!!!
1. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok atau pernah merokok?
0 = Tidak pernah
1 = Pernah merokok
2 = Merokok
2. Berapa batang per hari anda merokok
0 = 1-10 batang
1 = 11-20 batang
2 = 21-30 batang
3 = >30 batang
3. Apakah terdapat perasaan cemas pada diri anda (merasa khawatir, firasat
buruk, takut akan pikiran sendiri, lekas marah atau mudah tersinggung)?
0 = Ya
1 = Kadang-kadang
2 = Tidak
4. Apakah anda mengalami insomnia (kesulitan tidur, tidur tidak
memuaskan, merasa lelah saat bangun, mimpi buruk, terbangun tengah
malam)?
0 = Ya

37
1 = Kadang-kadang
2 = Tidak
5. Apakah anda memiliki riwayat penyakit? Jika Ya sebutkan penyakitnya
0 = Ya
1 = Tidak
Jenis Penyakit :
6. Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?
0 = Pernah
1 = Kadang-kadang
2 = Tidak pernah
7. Apakah belakangan ini anda pernah mengkonsumsi obat-oabtan seperti
antidepresan, antipsikotik atau obat lain? Jika ya sebutkan nama obatnya
0 = Ya
1 = Tidak
Jenis Obat :
8. Apakah anda mengetahui atau pernah mendengar apa yang di maksud
dengan Disfungsi Ereksi?
0 = Ya , Tahu
1 = Pernah mendengar
2 = Tidak tahu
9. Seberapa sering anda bisa ereksi saat melakukan aktivitas seksual?
0 = Hampir tidak pernah atau tidak pernah
1 = Beberapa kali (kurang dari separuh waktu)
2 = Kadang-kadang (sekitar separuh waktu)
3 = Sering kali (lebih dari separuh waktu)
4 = Hampir selalu atau selalu
10. Seberapa sering anda merasakan hasrat seksual?
0 = Hampir tidak pernah atau tidak pernah
1 = Beberapa kali (kurang dari separuh waktu)
2 = Kadang-kadang (sekitar separuh waktu)
3 = Sering kali (lebih dari separuh waktu)

38
4 = Hampir selalu atau selalu
Lampiran B Data dan Analisis Penelitian
Lampiran B.1 Analisis Univariat
Frequency Table
Merokok

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Tidak 1 5.0 5.0 5.0

Kadan
6 30.0 30.0 35.0
g

Ya 13 65.0 65.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Jumlah Batang Rokok

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid 1 5.0 5.0 5.0

1-10 13 65.0 65.0 70.0

11-20 5 25.0 25.0 95.0

>30 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

39
Psikis
Frequen Percen Valid Cumulative
cy t Percent Percent

Valid Ya 3 15.0 15.0 15.0

Kadan
14 70.0 70.0 85.0
g

3.00 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Insomnia

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Ya 5 25.0 25.0 25.0

Kadan
11 55.0 55.0 80.0
g

2.00 4 20.0 20.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Penyakit

Freque Perce Valid Cumulativ


ncy nt Percent e Percent

Valid .00 6 30.0 30.0 30.0

Ya 14 70.0 70.0 100.0

Tota
20 100.0 100.0
l

40
Alkohol

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Ya 14 70.0 70.0 70.0

Kadan
3 15.0 15.0 85.0
g

Tidak 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Obat

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Ya 2 10.0 10.0 10.0

1.00 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Ya 2 10.0 10.0 10.0

Kadan
6 30.0 30.0 40.0
g

Tidak 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

41
Aktivitas

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Hampir
8 40.0 40.0 40.0
Tidak

Beberap 4 20.0 20.0 60.0

Kadang 6 30.0 30.0 90.0

Sering 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Hasrat

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Hampir
3 15.0 15.0 15.0
Tidak

Beberapa 5 25.0 25.0 40.0

Kadang 10 50.0 50.0 90.0

Sering 1 5.0 5.0 95.0

Hampir
1 5.0 5.0 100.0
Selalu

Total 20 100.0 100.0

42
SG

Frequenc Valid Cumulative


y Percent Percent Percent

Valid Kurus 2 10.0 10.0 10.0

Normal 16 80.0 80.0 90.0

Overweig
2 10.0 10.0 100.0
ht

Total 20 100.0 100.0

Lampiran B.2 Analisis Bivariat


Pengetahuan * Merokok Crosstabulation

Merokok

Tidak Kadang Ya Total

Pengetahuan Ya 1 1 0 2

Kadang 0 5 1 6

Tidak 0 0 12 12

Total 1 6 13 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 24.274a 4 .000

Likelihood Ratio 23.460 4 .000

N of Valid Cases 20

43
Jumlah Batang Rokok * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Br 0 0 1 1

1-10 2 6 5 13

11-20 0 0 5 5

>30 0 0 1 1

Total 2 6 12 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 7.179a 6 .305

Likelihood Ratio 9.597 6 .143

N of Valid Cases 20

Psikis * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Cemas Ya 2 1 0 3

Kadang 0 5 9 14

3.00 0 0 3 3

Total 2 6 12 20

44
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 15.040a 4 .005

Likelihood Ratio 13.850 4 .008

Linear-by-Linear Association 6.130 1 .013

N of Valid Cases 20

Insomnia * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Insomnia Ya 2 3 0 5

Kadang 0 3 8 11

2.00 0 0 4 4

Total 2 6 12 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 13.091a 4 .011

Likelihood Ratio 16.297 4 .003

Linear-by-Linear Association 9.966 1 .002

N of Valid Cases 20

45
Penyakit * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Penyakit .00 2 4 0 6

Ya 0 2 12 14

Total 2 6 12 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 13.651a 2 .001

Likelihood Ratio 16.796 2 .000

Linear-by-Linear Association 12.566 1 .000

N of Valid Cases 20

Alkohol * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Alkohol Ya 2 6 6 14

Kadang 0 0 3 3

Tidak 0 0 3 3

Total 2 6 12 20

46
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 5.714a 4 .222

Likelihood Ratio 7.799 4 .099

Linear-by-Linear Association 3.904 1 .048

N of Valid Cases 20

Obat * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Obat Ya 2 0 0 2

1.00 0 6 12 18

Total 2 6 12 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 20.000a 2 .000

Likelihood Ratio 13.003 2 .002

Linear-by-Linear Association 10.556 1 .001

N of Valid Cases 20

47
Aktivitas * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Aktivitas Hampir Tidak 2 6 0 8

Beberap 0 0 4 4

Kadang 0 0 6 6

Sering 0 0 2 2

Total 2 6 12 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 20.000a 6 .003

Likelihood Ratio 26.920 6 .000

Linear-by-Linear Association 11.718 1 .001

N of Valid Cases 20

48
Hasrat * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

Hasrat Hampir Tidak 2 1 0 3

Beberapa 0 5 0 5

Kadang 0 0 10 10

Sering 0 0 1 1

Hampir Selalu 0 0 1 1

Total 2 6 12 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 31.111a 8 .000

Likelihood Ratio 32.099 8 .000

Linear-by-Linear Association 13.587 1 .000

N of Valid Cases 20

SG * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Ya Kadang Tidak Total

SG Kurus 2 0 0 2

Overweight 0 6 10 16

Overweight 0 0 2 2

Total 2 6 12 20

49
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 21.250a 4 .000

Likelihood Ratio 14.748 4 .005

Linear-by-Linear Association 8.444 1 .004

N of Valid Cases 20

50
Lampiran C Dokumentasi
Lampiran C.1 Dokumentasi pada saat turun lapangan

51

Anda mungkin juga menyukai