Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

CHAPTER I
REVIEW ARTIKEL PILIHAN
1.1. Abstrak ....................................................................................................... 2
1.2. Metodologi ................................................................................................. 2
1.3. Hasil Penelitian ........................................................................................... 3
1.4. Kesimpulan Artikel ..................................................................................... 3

CHAPTER II
KRITIK DAN MASUKKAN TERHADAP ARTIKEL
2.1. Kekuatan Penelitian .................................................................................. 5
2.2. Kelemahan Penelitian ............................................................................... 5
2.3. Saran dan Masukan .................................................................................. 5

CHAPTER III
STUDI LITERATURE SEJENIS
3.1. Penelitian Sejenis ...................................................................................... 7
3.2. Perkembangan Hasil dan Temuan Penelitian .......................................... 9
3.3. Hipotesis dan Teori Yang Digunakan ........................................................ 10
3.4. Metodologi Yang Telah Digunakan ........................................................... 10
3.5. Tantangan Dalam Penelitian ...................................................................... 12

CHAPTER IV
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN STATUS GIZI DI INDONESIA
4.1. Perkembangan Status Gizi di Indonesia................................................... 13
4.2. Tantangan Pemberdayaan Perempuan dan Malnutrisi di Indonesia...... 14
4.3. Kebijakan Pemberdayaan Perempuan dan Malnutrisi di Indonesia ....... 16
4.4. Kelemahan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan dan Malnutrisi di Indonesia
..................................................................................................................... 18
4.5. Kesimpulan ................................................................................................. 20
4.6. Daftar Referensi.......................................................................................... 23

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 1


CHAPTER I
RESUME ARTIKEL PILIHAN

Global Health Research and Policy


Article number: 1 (2020)
https://doi.org/10.1186/s41256-019-0129-8

What does women’s empowerment have to do with malnutrition in Sub-Saharan


Africa? Evidence from demographic and health surveys from 30 countries

Sanni Yaya1,2*, Emmanuel Kolawole Odusina3 , Olalekan A. Uthman4 dan Ghose Bishwajit1

Keywords: Women’s empowerment, Stunting, Underweight, Childhood nutrition, Global health, Sub
Saharan Africa

1.1 Abstrak
Latar belakang penelitian ini berfokus pada eksplorasi hubungan antara
pemberdayaan perempuan dan status gizi anak di negara-negara Afrika sub-Sahara.
Berbagai penelitian telah meneliti faktor-faktor seperti kekayaan rumah tangga,
pendidikan, pengambilan keputusan, sikap terhadap kekerasan, dan pengalaman
kekerasan untuk mengukur pemberdayaan perempuan dan dampaknya terhadap
malnutrisi anak. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dapat
membantu mengurangi malnutrisi pada anak dengan mengubah norma dan sikap yang
melanggengkan subordinasi perempuan. Penelitian ini menggunakan data dari Survei
Demogra dan Kesehatan dan menyoroti pentingnya memasukkan intervensi
pemberdayaan perempuan dalam program-program yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil gizi anak di wilayah tersebut.

1.2 Metodologi
Kerangka kerja metodologis penelitian ini melibatkan analisis data dari Survei
Demogra dan Kesehatan (DHS) dari 30 negara Afrika sub-Sahara untuk menguji
hubungan antara pemberdayaan perempuan dan status gizi anak. Penelitian ini
menggunakan bobot sampling untuk memperhitungkan variasi tingkat respons di

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 2


antara kelompok populasi yang berbeda dan menerapkan penyesuaian matematis
untuk mengoreksi kekurangan dan kelebihan sampling. Analisis data dilakukan pada
tingkat univariat, bivariat, dan multivariat, dengan uji chi-square, Ranksum, dan uji
Kruskal Wallis yang digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antara hasil, variabel
eksposur, dan kovariat. Studi ini mengukur pemberdayaan perempuan menggunakan
indeks yang terkait dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga, sikap
terhadap kekerasan, dan pengalaman kekerasan. Pertimbangan etis telah
diperhitungkan, dengan data sekunder dari kumpulan data DHS yang digunakan
setelah mendapatkan izin dan persetujuan dari para peserta. Penelitian ini
menggunakan model regresi untuk menyelidiki efek independen dari pemberdayaan
perempuan terhadap status gizi anak dengan mengendalikan berbagai faktor
demogra dan sosioekonomi.

1.3 Hasil Penelitian


Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan secara
independen terkait dengan status gizi anak di negara-negara Afrika sub-Sahara.
Penelitian ini mengungkapkan variasi dalam pemberdayaan perempuan dan status gizi
anak di berbagai negara di wilayah tersebut. Faktor-faktor seperti pengambilan
keputusan, sikap terhadap kekerasan, dan pengalaman kekerasan ditemukan
berhubungan dengan status gizi anak, dengan hubungan positif yang diamati untuk
dua faktor terakhir dan hubungan negatif untuk pengambilan keputusan. Penelitian ini
menyoroti kompleksitas pemberdayaan perempuan dan dampaknya terhadap
kesejahteraan dan status gizi anak, serta menekankan pentingnya otonomi perempuan
dalam membuat perubahan positif dalam rumah tangga. Namun, penelitian ini
mencatat bahwa meskipun ada hubungan independen antara pemberdayaan
perempuan dan hasil kesehatan anak, hubungan sebab-akibat tidak dapat ditentukan
secara pasti karena sifat data yang bersifat cross-sectional.

1.4 Kesimpulan Artikel


Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan independen antara status
gizi anak dan pemberdayaan perempuan di negara-negara Afrika sub-Sahara.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 3


Pemberdayaan perempuan, yang diukur melalui pengambilan keputusan, sikap
terhadap kekerasan, dan pengalaman kekerasan, ditemukan berhubungan dengan
status gizi anak. Penelitian ini menyarankan bahwa kebijakan dan program yang
bertujuan untuk mengurangi malnutrisi pada anak di Afrika Sub-Sahara harus
mencakup intervensi yang dirancang untuk memberdayakan perempuan.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 4


CHAPTER II
KRITIK DAN MASUKAN TERHADAP ARTIKEL

2.1 Kekuatan Penelitian


Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis komprehensif terhadap
hubungan antara pemberdayaan perempuan dan status gizi anak di negara-negara
Afrika sub-Sahara. Penelitian ini menggunakan data dari 30 negara, sehingga
memberikan perspektif yang luas tentang masalah ini. Dengan menggunakan indikator
seperti pengambilan keputusan, sikap terhadap kekerasan, dan pengalaman
kekerasan untuk mengukur pemberdayaan perempuan, penelitian ini menawarkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang berperan. Selain itu,
penggunaan model regresi dan kumpulan data yang representatif secara nasional
meningkatkan kekuatan temuan penelitian ini. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya
memasukkan intervensi pemberdayaan perempuan dalam program-program yang
bertujuan untuk mengurangi malnutrisi pada anak, sehingga memberikan implikasi
praktis bagi kebijakan dan praktik di wilayah tersebut.

2.2 Kelemahan Penelitian


Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya pertimbangan
terhadap pengaruh agama terhadap pemberdayaan perempuan, karena agama telah
terbukti berhubungan dengan pemberdayaan perempuan di Afrika (Agadjanian and
Yabiku, 2016; Njoh & Akiwumi, 2012; Seguino, 2011). Selain itu, desain cross-sectional
dari penelitian ini membatasi kemampuan untuk membangun hubungan sebab akibat
antara pemberdayaan perempuan dan status gizi anak. Penggunaan survei yang
dilakukan pada tahun yang berbeda di berbagai negara juga dapat menimbulkan
potensi bias ketika membandingkan hasil (Yaya et al., 2019; Yaya & Ghose, 2019).

2.3 Saran dan Masukkan


Penelitian lebih lanjut diharapkan agar dapat mempertimbangkan untuk
memasukkan pengaruh agama terhadap pemberdayaan perempuan di sub-Sahara
Afrika untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai faktor-faktor

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 5


yang berperan. Selain itu, penelitian longitudinal dapat dilakukan untuk membangun
hubungan sebab akibat antara pemberdayaan perempuan dan status gizi anak, untuk
mengatasi keterbatasan desain cross-sectional yang digunakan dalam penelitian ini.
Membandingkan hasil survei yang dilakukan pada tahun yang sama di berbagai negara
juga dapat membantu mengurangi potensi bias dalam penelitian di masa depan.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 6


CHAPTER III
STUDI LITERATURE SEJENIS

3.1 Penelitian Sejenis


Pemberdayaan perempuan telah ditemukan memiliki dampak signi kan terhadap
kekurangan gizi. Penelitian-penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa
memberdayakan wanita mengarah pada perbaikan nutrisi ke arah yang lebih baik
untuk anak-anak dan ibu. Di Tunisia, pemberdayaan perempuan ditemukan memiliki
efek positif pada keragaman makanan rumah tangga dan keragaman makanan
responden perempuan (Kruse, 2019). Demikian pula, di India, pemberdayaan
perempuan dikaitkan dengan peningkatan status gizi anak-anak dan penurunan
ketidaksetaraan gizi dalam rumah tangga (Siswati et al., 2022). Di Bangladesh,
rendahnya tingkat pemberdayaan perempuan dikaitkan dengan kekurangan gizi ibu
dan bayi dengan berat lahir rendah (Kabir et al., 2020). Di Bihar, India, status sosial
perempuan ditemukan mempengaruhi tinggi badan anak-anak, yangmenunjukkan
bahwa pemberdayaan perempuan sangat penting untuk peningkatan status gizi anak
(Pinki Kumari, 2020).
Pemberdayaan perempuan telah diidenti kasi sebagai faktor penting dalam
mengatasi malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak. Studi yang dilakukan di daerah
pedesaan di Ethiopia dan India menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan,
termasuk faktor-faktor seperti pengetahuan gizi, kekuatan pengambilan keputusan,
dan sikap terhadap kekerasan dalam rumah tangga, dikaitkan dengan status gizi yang
lebih baik untuk anak-anak (Bhagowalia et al., 2010; Melesse, 2020). Di Ethiopia,
interaksi antara pengetahuan gizi dan pemberdayaan perempuan ditemukan memiliki
kekuatan penjelasan tambahan dalam mengurangi stunting pada anak (Melesse,
2020). Di daerah pedesaan Bangladesh, pemberdayaan perempuan, yang diukur
melalui sekolah dan lembaga, ditemukan memiliki hubungan positif dengan keragaman
pola makan di kalangan perempuan (Sinharoy et al., 2018). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan keragaman pola makan, yang sangat

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 7


penting untuk gizi yang baik. Namun, hubungan antara pemberdayaan perempuan dan
gizi perempuan sangat kompleks dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Pemberdayaan perempuan juga telah dikaitkan dengan hasil kesehatan jangka
panjang bagi anak-anak. Sebuah penelitian di Kamboja menemukan bahwa
pemberdayaan perempuan, yang diukur dengan Survey-Based Women's
Empowerment Index (SWPER), memiliki pengaruh yang signi kan dan positif terhadap
status gizi jangka pendek dan jangka panjang anak-anak (Chea & Sar, 2023). Namun,
tidak semua penelitian menemukan hubungan yang signi kan antara pemberdayaan
perempuan dan malnutrisi, yang mengindikasikan kompleksitas hubungan ini (Chea &
Sar, 2023).
Selain dampak langsung dari pemberdayaan perempuan terhadap gizi, faktor-
faktor lain seperti akses air dan pengambilan keputusan rumah tangga juga
memainkan peran penting. Sebuah studi di Afrika menemukan hubungan negatif yang
signi kan antara waktu yang dihabiskan untuk mengambil air dan berbagai faktor
seperti pemberdayaan perempuan, status gizi ibu, dan indikator antropometri anak
(Ahmadi et al., 2017). Hal ini menyoroti pentingnya mengatasi masalah yang lebih luas
seperti akses air dalam upaya peningkatan gizi. Selain itu, pengambilan keputusan di
dalam rumah tangga telah diidenti kasi sebagai faktor penentu penting dari hasil
kesehatan dan gizi anak (Moore et al., 2022). Pemberdayaan perempuan, termasuk
kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan membeli
makanan, telah terbukti berkaitan dengan status gizi anak yang lebih baik dalam jangka
panjang (Bhagowalia et al., 2010). Namun, ada beberapa tantangan dan keterbatasan
dalam mempelajari hubungan antara pemberdayaan perempuan dan gizi. Hal ini
mencakup kesulitan dalam interpretasi dan perumusan respons, kebutuhan akan
instrumen survei yang akurat dan sensitif, keterbatasan dalam analisis statistik, serta
isu-isu yang lebih luas seperti kemiskinan dan kerawanan pangan (Bhagowalia et al.,
2010; Hannan et al., 2020).
Sebagai kesimpulan, literatur yang ada menunjukkan bahwa pemberdayaan
perempuan memainkan peran penting dalam mengatasi malnutrisi di kalangan
perempuan dan anak-anak. Namun, hubungan antara pemberdayaan perempuan dan
gizi sangat kompleks dan memiliki banyak sisi, sehingga membutuhkan penyelidikan

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 8


dan penyempurnaan alat ukur yang berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk mengeksplorasi jenis-jenis intervensi dan tindakan kebijakan yang dapat secara
efektif memberdayakan perempuan dan meningkatkan hasil gizi.

3.2 Perkembangan Hasil dan Temuan Penelitian


Pemberdayaan perempuan telah terbukti memiliki dampak yang signi kan dalam
mengurangi malnutrisi pada anak. Di pedesaan Ethiopia, pengetahuan gizi dan
pemberdayaan perempuan ditemukan memiliki efek yang kuat dan signi kan dalam
mengurangi stunting pada anak, dengan interaksi antara pengetahuan gizi dan
pemberdayaan perempuan yang memiliki kekuatan penjelasan tambahan (Melesse,
2020). Demikian pula, di masyarakat pedesaan dan suku di India, pemberdayaan
perempuan dikaitkan dengan status gizi jangka panjang yang lebih baik pada anak-
anak, dengan sikap terhadap kekerasan dalam rumah tangga, mobilitas, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk membeli makanan yang
menjadi pengaruh penting terhadap keragaman makanan (Bhagowalia et al., 2010).
Selain itu, status pendidikan dan pekerjaan ibu, sebagai indikator pemberdayaan
perempuan, berhubungan negatif dengan malnutrisi anak, sedangkan ukuran rumah
tangga memiliki hubungan positif dengan malnutrisi anak (Sha q et al., 2019). Di
Kamboja, pemberdayaan perempuan, yang diukur dengan Survey-Based Women's
emPowERment Index (SWPER), ditemukan memiliki pengaruh yang signi kan dan
positif terhadap status gizi jangka pendek dan jangka panjang anak (Chea & Sar, 2023).
Hubungan antara pemberdayaan perempuan dan gizi perempuan juga didukung oleh
penelitian di daerah pedesaan Bangladesh, di mana pemberdayaan perempuan, yang
diukur melalui sekolah dan lembaga, ditemukan memiliki jalur yang mengarah pada
peningkatan keragaman pola makan di kalangan perempuan (Sinharoy et al., 2018).
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan
memainkan peran penting dalam meningkatkan gizi anak dan mengurangi malnutrisi.
Upaya untuk mendorong pemberdayaan perempuan, seperti meningkatkan
pengetahuan gizi, mengatasi ketidaksetaraan gender, dan meningkatkan kekuatan
pengambilan keputusan, harus diprioritaskan dalam program dan intervensi yang peka

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 9


terhadap gizi (Bhagowalia et al., 2010; Chea & Sar, 2023; Melesse, 2020; Sethuraman
et al., 2006; Sha q et al., 2019; Sinharoy et al., 2018).

3.3 Hipotesis dan Teori Yang Telah Digunakan


Beberapa hipotesis dan teori telah diajukan mengenai hubungan antara
pemberdayaan perempuan dan malnutrisi. Sebuah penelitian yang dilakukan di India
menemukan bahwa variabel pemberdayaan perempuan secara signi kan terkait
dengan gizi anak dan menjelaskan 5,6% dari varians dalam sampel (Sethuraman et al.,
2006). Studi lain di Ethiopia menemukan bahwa pengetahuan dan pemberdayaan gizi
perempuan memiliki pengaruh yang kuat dan signi kan terhadap penurunan stunting
pada anak (Melesse, 2020). Selain itu, sebuah penelitian di Bangladesh
mengungkapkan bahwa pemberdayaan perempuan, yang diukur melalui domain
seperti solidaritas sosial, pengambilan keputusan, dan suara dengan suami, secara
positif terkait dengan keragaman pola makan di kalangan perempuan (Sinharoy et al.,
2018). Selain itu, penelitian di masyarakat suku di India menunjukkan hubungan
terbalik bersyarat antara malnutrisi anak dan pemberdayaan perempuan (Debnath &
Bhattacharjee, 2016). Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua penelitian
menemukan hubungan yang signi kan antara pemberdayaan perempuan dan
malnutrisi. Sebuah penelitian di Kamboja tidak menemukan hubungan antara
pemberdayaan perempuan dan malnutrisi pada anak (Chea & Sar, 2023). Secara
keseluruhan, meskipun terdapat bukti yang menunjukkan hubungan positif antara
pemberdayaan perempuan dan hasil gizi yang lebih baik, penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk sepenuhnya memahami dinamika kompleks yang terjadi (Bhagowalia
et al., 2010).

3.4 Metodologi Yang Telah Digunakan


Pemberdayaan perempuan telah dipelajari dalam kaitannya dengan dampaknya
terhadap malnutrisi dalam berbagai karya ilmiah. Sebuah penelitian yang dilakukan di
daerah pedesaan Karnataka, India, menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif
untuk mengeksplorasi hubungan antara pemberdayaan perempuan, status gizi ibu,
dan status gizi anak-anak mereka yang berusia 6 hingga 24 bulan. Studi ini

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 10


menemukan bahwa beberapa tingkat kekurangan gizi terlihat pada 83,5% anak-anak
dan 72,4% ibu dalam sampel (Sethuraman et al., 2006). Penelitian lain yang dilakukan
di Ethiopia meneliti dampak pengetahuan dan pemberdayaan gizi ibu terhadap hasil
gizi anak. Dengan menggunakan pendekatan variabel instrumental, studi ini
menemukan bahwa pengetahuan dan pemberdayaan gizi perempuan memiliki efek
yang kuat dan signi kan dalam mengurangi stunting pada anak (Melesse, 2020).
Sebuah penelitian yang mengkaji hubungan antara ketidaksetaraan gender dan
gizi menemukan bahwa tingkat pemberdayaan perempuan yang lebih tinggi dikaitkan
dengan status gizi anak yang lebih baik dalam jangka panjang. Sikap terhadap
kekerasan dalam rumah tangga, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan
kemampuan untuk membeli makanan diidenti kasi sebagai pengaruh penting
terhadap keragaman makanan (Bhagowalia et al., 2010). Sebuah penelitian yang
dilakukan di pedesaan Bangladesh bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara
pemberdayaan perempuan dan keragaman makanan. Studi tersebut menemukan
bahwa pemberdayaan perempuan, yang diukur dengan sekolah dan lembaga, memiliki
efek positif pada keragaman pola makan di kalangan perempuan (Sinharoy et al.,
2018). Namun, tidak semua penelitian menemukan kesimpulan yang jelas mengenai
dampak pemberdayaan perempuan terhadap status gizi anak. Sebuah penelitian yang
dilakukan di Mozambik dengan menggunakan pendekatan multidimensi untuk
mengevaluasi pemberdayaan perempuan tidak menemukan kesimpulan yang jelas
mengenai dampaknya terhadap status gizi anak (Deutsch & Silber, 2019).
Singkatnya, berbagai metodologi telah digunakan untuk mempelajari dampak
pemberdayaan perempuan terhadap malnutrisi. Beberapa penelitian menemukan
hubungan positif antara pemberdayaan perempuan dan peningkatan gizi anak,
sementara penelitian lainnya belum menemukan kesimpulan yang jelas. Faktor-faktor
seperti pengetahuan gizi perempuan, sikap terhadap kekerasan dalam rumah tangga,
partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk membeli makanan
telah diidenti kasi sebagai pengaruh penting terhadap keanekaragaman makanan dan
hasil gizi anak. (Bhagowalia et al., 2010; Deutsch & Silber, 2019; Melesse, 2020;
Sethuraman et al., 2006; Sinharoy et al., 2018).

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 11


3.5 Tantangan dalam Penelitian
Tantangan dan keterbatasan utama dalam mempelajari topik pemberdayaan
perempuan dan hubungannya dengan gizi dan kesehatan termasuk kesulitan dalam
interpretasi dan formulasi respons, serta peserta terkadang merespons bagian
pertanyaan yang salah atau tidak memahami frasa kunci (Hannan et al., 2020). Selain
itu, mungkin terdapat ketidaknyamanan dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu, yang
dapat memengaruhi keakuratan respons (Hannan et al., 2020). Tantangan lainnya
adalah perlunya instrumen survei yang secara akurat menilai indikator pemberdayaan
perempuan dan gizi, serta perlunya instrumen yang sensitif terhadap perubahan
pemberdayaan selama masa intervensi (Hannan et al., 2020).
Selain itu, terdapat keterbatasan dalam hal analisis statistik, karena statistik
deskriptif, analisis bivariat, dan analisis regresi logistik biner biasanya digunakan tetapi
mungkin tidak dapat menangkap seluruh kompleksitas hubungan antar variabel
(Ahmadi et al., 2017). Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk menginformasikan
desain dan implementasi intervensi, serta tindakan kebijakan yang dapat
memberdayakan perempuan dan mengatasi hubungan antara pemberdayaan dan gizi
(Bhagowalia et al., 2010). Selain itu, terdapat tantangan dan keterbatasan yang lebih
luas terkait pemberdayaan perempuan dan gizi, seperti prevalensi kemiskinan,
pernikahan dini, malnutrisi, dan kurangnya layanan kesehatan selama kehamilan, yang
berkontribusi pada berat badan lahir rendah dan hasil kesehatan yang buruk (Waris &
Viraktamath, 2013). Status sosial-politik dan pemberdayaan perempuan bervariasi di
berbagai negara bagian, yang mengindikasikan adanya ketidaksetaraan dalam
pemberdayaan perempuan (Singh et al., 2017). Kerawanan pangan juga merupakan
faktor utama yang berkontribusi terhadap status gizi yang buruk, terutama di wilayah
yang sangat rawan pangan (Emerson et al., 2017).
Secara keseluruhan, tantangan dan keterbatasan dalam mempelajari
pemberdayaan perempuan dan hubungannya dengan gizi dan kesehatan mencakup
kesulitan dalam interpretasi dan perumusan respons, kebutuhan akan instrumen survei
yang akurat dan sensitif, keterbatasan dalam analisis statistik, kebutuhan akan
penelitian lebih lanjut dan tindakan kebijakan, serta isu-isu yang lebih luas seperti
kemiskinan dan kerawanan pangan.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 12


CHAPTER IV
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN MALNUTRISI DI INDONESIA

4.1 Perkembangan Status Gizi di Indonesia


Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan,
terdapat empat permasalahan gizi balita di Indonesia. Di antaranya stunting, wasting,
underweight, dan overweight. Stunting atau ukuran badan pendek merupakan salah
satu masalah gizi yang menjadi perhatian pemerintah dan publik karena prevalensinya
kini masih cukup tinggi, mencapai 21,6% pada 2022. Angka tersebut melebihi ambang
batas yang ditetapkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20%. Ini
mengindikasikan bahwa stunting di Indonesia masih tergolong kronis.

Tabel Permasalahan Status Gizi di Indonesia


Sumber : (Mutia, 2023)
Meski demikian, prevalensi 2022 telah turun 2,8 poin dari 2021 yang sebesar
24,4%. Bahkan dibandingkan 2019, prevalensi balita stunting Indonesia telah menurun
sebanyak 6,1 poin, yang saat itu mencapai 27,7%. Permasalahan gizi lainnya, wasting
atau kurus. Menurut SSGI 2022, prevalensi balita wasting di Indonesia naik 0,6 poin
dari 7,1% menjadi 7,7% pada tahun lalu. Kemudian, prevalensi balita underweight atau
gizi kurang sebesar 17,1% pada 2022 atau naik 0,1 poin dari tahun sebelumnya. Di sisi
lain, prevalensi balita overweight atau kegemukan badan sebesar 3,5% pada 2022 atau
turun 0,3 poin dari tahun sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah
melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia.
Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting
dilakukan adalah pemberian edukasi dan pemberdayaan kepada ibu tentang cara

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 13


pemberian makanan yang baik untuk anak. Hal ini bertujuan untuk mengejar target
pemerintah terkait penurunan angka stunting hingga 14% pada 2024. Dan peningkatan
status gizi di Indonesia.

4.2 Tantangan Pemberdayaan Perempuan Dan Malnutrisi Di Indonesia


Pemberdayaan perempuan tidak hanya memberikan manfaat kepada perempuan
semata karena perempuan yang berdaya dan memiliki kemampuan ekonomi tentunya
akan memberikan kekuatan dan perlindungan bagi keluarganya, terutama anak-anak.
Potensi luar biasa yang ditunjukkan oleh perempuan secara ekonomi dapat menjadi
amunisi dalam upaya penurunan stunting yang membutuhkan intervensi dari berbagai
sektor. Pemerintah Indonesia sangat serius dalam upaya penurunan prevalensi
stunting di Indonesia sebagaimana tercantum dalam strategi nasional percepatan
pencegahan anak kerdil (Stranas Stunting). Target penurunan prevalensi stunting di
Indonesia selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu
penghapusan segala bentuk kekurangan gizi pada 2030 mendatang. Meskipun
berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong pemberdayaan perempuan dan
mengatasi malnutrisi di Indonesia, masih terdapat beberapa masalah dan tantangan
yang dihadapi. Beberapa tantangan utama dalam pemberdayaan perempuan dalam
rangka menanggulangi malnutrisi di Indonesia dijabarkan sebagai berikut :
1) Ketidaksetaraan Gender: Ketidaksetaraan gender masih menjadi tantangan yang
signi kan di Indonesia. Norma-norma sosial yang mengakar, praktik-praktik
budaya, dan sikap diskriminatif membatasi akses perempuan terhadap
pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi. Kesenjangan gender
dalam hal sumber daya, kekuasaan pengambilan keputusan, dan norma sosial
menghambat upaya pemberdayaan perempuan dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk mengatasi malnutrisi.
2) Terbatasnya Akses Pendidikan: Terbatasnya akses terhadap pendidikan yang
berkualitas merupakan penghalang bagi pemberdayaan perempuan dan
kemampuan mereka untuk mengatasi malnutrisi secara efektif. Anak perempuan,
terutama di daerah pedesaan dan masyarakat yang terpinggirkan, mungkin
menghadapi tantangan seperti kurangnya infrastruktur pendidikan, pernikahan

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 14


dini, dan bias budaya yang memprioritaskan pendidikan anak laki-laki. Tanpa
pendidikan, perempuan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terbatas
untuk membuat keputusan yang tepat terkait gizi dan kesehatan.
3) Ketidakberdayaan Ekonomi: Ketidakberdayaan ekonomi merupakan hambatan
yang signi kan terhadap kemampuan perempuan untuk memerangi malnutrisi.
Perempuan di Indonesia sering kali menghadapi keterbatasan kesempatan kerja,
kesenjangan upah berdasarkan gender, dan kurangnya akses terhadap kredit
dan sumber daya keuangan. Hal ini membatasi kemampuan mereka untuk
menyediakan makanan bergizi bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
4) Terbatasnya Kekuatan Pengambilan Keputusan: Keterbatasan perempuan dalam
mengambil keputusan di dalam rumah tangga dan masyarakat menghambat
kemampuan mereka untuk mengatasi malnutrisi secara efektif. Peran gender
tradisional dan struktur pengambilan keputusan yang didominasi oleh laki-laki
menghalangi perempuan untuk bersuara dalam hal-hal yang berkaitan dengan
gizi, perawatan kesehatan, dan alokasi sumber daya. Suara dan perspektif
mereka sering kali terpinggirkan, sehingga menghambat kemajuan dalam
mengatasi malnutrisi.
5) Kurangnya Kesadaran dan Pengetahuan: Kesadaran dan pengetahuan yang
terbatas tentang gizi, kesehatan, dan praktik pengasuhan anak yang tepat
menimbulkan tantangan bagi pemberdayaan perempuan dan upaya untuk
memerangi malnutrisi. Banyak perempuan, terutama di daerah pedesaan,
mungkin kurang memiliki akses terhadap informasi dan kampanye kesadaran
tentang gizi. Tanpa pengetahuan yang memadai, perempuan mungkin tidak dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai gizi mereka sendiri dan gizi anak-anak
mereka.
6) Tantangan Sistem Kesehatan: Sistem kesehatan di Indonesia menghadapi
tantangan dalam menyediakan layanan yang mudah diakses dan berkualitas
tinggi, terutama di daerah terpencil dan kurang terlayani. Terbatasnya akses ke
fasilitas kesehatan, infrastruktur yang tidak memadai, dan kurangnya tenaga
kesehatan dapat menghambat kemampuan perempuan untuk mendapatkan

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 15


layanan kesehatan yang tepat waktu dan tepat guna, termasuk layanan yang
berhubungan dengan gizi.
7) Perubahan Iklim dan Pertanian: Perubahan iklim berdampak pada pertanian,
yang dapat berdampak buruk pada ketahanan pangan dan gizi. Perempuan, yang
sering memainkan peran penting dalam kegiatan pertanian, dapat menghadapi
tantangan seperti perubahan pola cuaca, kegagalan panen, dan berkurangnya
akses ke sumber daya air. Tantangan-tantangan ini dapat memperburuk
malnutrisi dan melemahkan upaya pemberdayaan perempuan.
8) Data dan Pemantauan: Data dan sistem pemantauan yang tidak memadai
menimbulkan tantangan dalam menilai dampak intervensi pemberdayaan
perempuan dan malnutrisi. Tanpa data yang dapat diandalkan dan mutakhir, sulit
untuk mengukur kemajuan, mengidenti kasi kesenjangan, dan membuat
keputusan berbasis bukti untuk perencanaan kebijakan dan implementasi
program yang efektif.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan pendekatan komprehensif
yang melibatkan reformasi kebijakan, pelibatan masyarakat, intervensi yang
ditargetkan, dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan. Sangat penting untuk
mempromosikan kesetaraan gender, meningkatkan akses terhadap pendidikan dan
layanan kesehatan, meningkatkan peluang ekonomi bagi perempuan, meningkatkan
kesadaran tentang gizi, dan memperkuat sistem kesehatan untuk memastikan
kemajuan yang berkelanjutan dalam pemberdayaan perempuan dan pengurangan
malnutrisi di Indonesia.

4.3 Kebijakan Pemberdayaan Perempuan Dan Malnutrisi Di Indonesia


Di Indonesia, telah ada upaya untuk mengimplementasikan kebijakan
pemberdayaan perempuan dan intervensi malnutrisi untuk mengatasi masalah
malnutrisi dan meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak. Berikut ini adalah
beberapa kebijakan dan intervensi utama di Indonesia:
a) Strategi Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Stranas PK):
Strategi ini, yang diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia, bertujuan
untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 16


yang rentan, termasuk perempuan dan anak-anak. Strategi ini mencakup
berbagai program dan intervensi yang berkaitan dengan pendidikan,
kesehatan, gizi, dan pemberdayaan ekonomi.
b) Program Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu):
Posyandu adalah program berbasis masyarakat yang menyediakan layanan
kesehatan terpadu, termasuk konseling gizi, pemantauan pertumbuhan, dan
imunisasi, yang terutama menyasar ibu hamil dan anak balita. Layanan-layanan
ini sangat penting dalam mengatasi kekurangan gizi dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.
c) Program Bantuan Tunai Bersyarat:
Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan program bantuan tunai
bersyarat, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), yang memberikan
bantuan keuangan kepada rumah tangga berpenghasilan rendah, terutama
menargetkan perempuan sebagai penerima manfaat. Program-program ini
bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan
kesehatan, termasuk layanan yang berhubungan dengan gizi, bagi perempuan
dan anak-anak.
d) Buku Panduan Kesehatan Ibu dan Anak:
Pemerintah telah memperkenalkan Buku Pegangan Kesehatan Ibu dan Anak,
yang memberikan informasi penting tentang kesehatan ibu dan anak, termasuk
gizi. Buku panduan ini dibagikan kepada ibu hamil dan ibu untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran mereka akan praktik gizi yang tepat untuk diri
mereka sendiri dan anak-anak mereka.
e) Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan:
Berbagai program dan inisiatif telah dilaksanakan untuk mendorong
pemberdayaan ekonomi perempuan, seperti program pelatihan, akses
keuangan mikro, dan dukungan bagi wirausaha perempuan. Program-program
ini bertujuan untuk meningkatkan peluang peningkatan pendapatan dan
kemandirian ekonomi perempuan, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan gizi keluarganya.
f) Kampanye Pendidikan Gizi dan Perubahan Perilaku:

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 17


Kampanye kesadaran publik dan program pendidikan telah dilakukan untuk
mempromosikan pendidikan gizi dan perubahan perilaku di tingkat masyarakat.
Kampanye-kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
praktik-praktik gizi yang baik, termasuk pemberian ASI, makanan pendamping
ASI, dan pentingnya pola makan yang seimbang.
g) Program Gizi Berbasis Masyarakat:
Program gizi berbasis masyarakat melibatkan partisipasi aktif masyarakat
setempat, termasuk kelompok perempuan dan petugas kesehatan masyarakat.
Program-program ini berfokus pada promosi praktik gizi yang optimal,
mengatasi malnutrisi, dan meningkatkan akses terhadap makanan bergizi di
tingkat masyarakat.
Penting untuk dicatat bahwa efektivitas kebijakan dan intervensi ini dapat
bervariasi, dan pemantauan serta evaluasi yang berkelanjutan sangat penting untuk
menilai dampaknya dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Selain itu, kolaborasi
dan koordinasi antara lembaga pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan
masyarakat memainkan peran penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan
pemberdayaan perempuan dan intervensi malnutrisi di Indonesia.

4.4 Kelemahan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan Dan Malnutrisi Di


Indonesia
Meskipun Indonesia telah menerapkan kebijakan dan intervensi untuk
mendorong pemberdayaan perempuan dan mengatasi malnutrisi, terdapat beberapa
kelemahan yang perlu diketahui dan diatasi. Berikut adalah beberapa kelemahan
kebijakan dalam pemberdayaan perempuan dan intervensi malnutrisi di Indonesia:
1. Kesenjangan Implementasi:
Salah satu kelemahan yang signi kan adalah kesenjangan antara perumusan
kebijakan dan implementasi yang efektif. Kebijakan dan intervensi mungkin ada
di atas kertas, tetapi pelaksanaan dan penegakannya di tingkat akar rumput
dapat menjadi tantangan. Sumber daya yang tidak memadai, kurangnya
koordinasi antara berbagai lembaga pemerintah, dan terbatasnya kapasitas di

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 18


tingkat lokal dapat menghambat keberhasilan implementasi program
pemberdayaan perempuan dan malnutrisi.
2. Fokus yang Terbatas pada Keterkaitan:
Upaya pemberdayaan perempuan dan intervensi malnutrisi sering kali gagal
mengatasi sifat interseksional dari ketidaksetaraan gender dan malnutrisi.
Kelompok-kelompok yang terpinggirkan seperti perempuan pedesaan,
perempuan dari etnis minoritas, dan perempuan penyandang disabilitas
menghadapi hambatan dan kerentanan tambahan. Kebijakan dan intervensi
perlu dirancang dengan lensa lintas sektoral untuk memastikan inklusivitas dan
memenuhi kebutuhan spesi k kelompok-kelompok yang terpinggirkan ini.
3. Penargetan Wilayah Perdesaan yang Tidak Memadai:
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi malnutrisi dan
memberdayakan perempuan, sering kali terdapat kesenjangan antara
pedesaan dan perkotaan dalam pelaksanaan intervensi. Daerah pedesaan, di
mana tingkat malnutrisi seringkali lebih tinggi, mungkin menerima perhatian dan
sumber daya yang terbatas. Kebijakan harus memprioritaskan untuk
menjangkau masyarakat di daerah terpencil dan pedesaan, di mana akses
terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan peluang ekonomi terbatas.
4. Pemantauan dan Evaluasi yang Tidak Memadai:
Sistem pemantauan dan evaluasi yang lemah menghambat penilaian dampak
dan efektivitas intervensi pemberdayaan perempuan dan malnutrisi.
Pengumpulan data yang tidak memadai, kurangnya indikator standar, dan
sumber daya yang terbatas untuk pemantauan dan evaluasi menghambat
pengambilan keputusan berbasis bukti dan menghambat penyesuaian
kebijakan berdasarkan kesenjangan dan tantangan yang teridenti kasi.
5. Keterlibatan Organisasi Masyarakat Sipil yang Terbatas:
Keterlibatan organisasi masyarakat sipil (OMS) sangat penting untuk
implementasi dan pemantauan yang efektif terhadap intervensi pemberdayaan
perempuan dan malnutrisi. Namun, keterlibatan OMS dalam pengembangan
kebijakan, implementasi program, dan proses pemantauan masih terbatas.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 19


Memperkuat kemitraan dengan CSO dan mendorong keterlibatan aktif mereka
dapat meningkatkan efektivitas intervensi dan memastikan akuntabilitas.
6. Alokasi Anggaran yang Tidak Memadai:
Alokasi anggaran yang tidak memadai untuk pemberdayaan perempuan dan
intervensi malnutrisi merupakan tantangan yang signi kan. Sumber daya
keuangan yang terbatas dapat membatasi skala dan efektivitas program,
menghambat upaya peningkatan kapasitas, dan membatasi jangkauan
intervensi ke populasi yang paling rentan dan terpinggirkan.
7. Kurangnya Keberlanjutan Jangka Panjang:
Banyak intervensi yang berfokus pada solusi jangka pendek daripada
mengatasi penyebab utama ketidakberdayaan dan malnutrisi perempuan.
Keberlanjutan jangka panjang membutuhkan pendekatan komprehensif yang
mengatasi masalah struktural seperti ketidaksetaraan gender, kemiskinan, dan
kurangnya akses terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan. Diperlukan
kebijakan yang memprioritaskan pembangunan berkelanjutan dan memastikan
kesinambungan di luar siklus proyek.

4.5 Kesimpulan
Terdapat hubungan yang kuat antara pemberdayaan perempuan dan gizi anak.
Memberdayakan perempuan telah terbukti berdampak positif pada status gizi dan
kesejahteraan anak. Beberapa aspek kunci dari hubungan tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Peningkatan Pengambilan Keputusan:
Ketika perempuan diberdayakan, mereka sering kali memiliki kekuatan
pengambilan keputusan yang lebih besar di dalam rumah tangga, termasuk
keputusan yang berkaitan dengan makanan, nutrisi, dan perawatan kesehatan.
Penelitian telah menemukan bahwa pemberdayaan perempuan dikaitkan dengan
keragaman makanan yang lebih baik dan praktik pemberian makan yang lebih
baik untuk anak-anak. Perempuan yang berdaya lebih mungkin untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi tentang jenis makanan yang diberikan kepada
anak-anak mereka, yang mengarah pada hasil gizi yang lebih baik.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 20


2. Akses ke Sumber Daya:
Pemberdayaan perempuan berkaitan dengan peningkatan akses terhadap
sumber daya seperti pendidikan, pendapatan, dan kesempatan kerja. Dengan
akses yang lebih besar terhadap sumber daya, perempuan dapat menafkahi
keluarga mereka dengan lebih baik, termasuk berinvestasi pada makanan bergizi
dan perawatan kesehatan untuk anak-anak mereka. Perempuan yang berdaya
lebih mungkin memiliki sarana untuk mengakses dan membeli makanan
berkualitas, yang mengarah pada peningkatan gizi anak.
3. Pengetahuan Kesehatan dan Gizi:
Pemberdayaan perempuan sering dikaitkan dengan peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan dan gizi. Perempuan yang berdaya lebih
mungkin memiliki akses terhadap pendidikan dan informasi terkait menyusui,
makanan pendamping ASI, praktik kebersihan, serta pencegahan dan
pengobatan penyakit anak. Pengetahuan ini diterjemahkan ke dalam praktik
pemberian makan yang lebih baik, kebersihan yang lebih baik, dan peningkatan
pemanfaatan layanan kesehatan, yang semuanya berkontribusi pada hasil gizi
anak yang lebih baik.
4. Keteladanan dan Pengasuhan:
Perempuan yang berdaya sering kali menjadi panutan positif bagi anak-
anak mereka. Mereka lebih cenderung terlibat dalam praktik pengasuhan yang
responsif, termasuk menyusui, menyiapkan makanan yang tepat, dan kebiasaan
kebersihan. Praktik-praktik ini berdampak langsung pada gizi anak dan
mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
5. Memutus Siklus Malnutrisi Antargenerasi:
Pemberdayaan perempuan memainkan peran penting dalam memutus
siklus malnutrisi antargenerasi. Ketika perempuan diberdayakan dan memiliki
hasil gizi yang lebih baik, mereka cenderung melahirkan bayi yang lebih sehat
dan memberikan nutrisi yang optimal selama kehamilan dan masa pertumbuhan.
Hal ini akan menjadi fondasi positif bagi kesehatan jangka panjang anak dan
mengurangi risiko malnutrisi dan masalah kesehatan terkait di generasi
mendatang. Untuk meningkatkan gizi anak, sangat penting untuk

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 21


memprioritaskan dan berinvestasi pada pemberdayaan perempuan. Kebijakan
dan program yang berfokus pada peningkatan pendidikan perempuan, peluang
ekonomi, akses ke layanan kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan
dapat memberikan manfaat yang luas bagi gizi anak dan kesejahteraan secara
keseluruhan. Dengan memberdayakan perempuan, masyarakat dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung gizi yang optimal dan perkembangan
yang sehat bagi anak-anak.

Untuk mengatasi masalah malnutrisi di Indonesia, pemerintah dan stakeholder


terkait perlu mengadopsi strategi dan kebijakan yang mendukung pemberdayaan
perempuan, khususnya dalam konteks gizi anak. Beberapa langkah yang dapat diambil
antara lain:
1. Peningkatan Akses ke Pendidikan:
Meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan, khususnya pendidikan
gizi dan kesehatan, akan membantu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam mengelola gizi keluarga.
2. Peningkatan akses Terhadap Layanan Kesehatan:
Meningkatkan akses perempuan terhadap layanan kesehatan, termasuk
pelayanan antenatal dan pelayanan gizi anak yang baik, serta memastikan
adanya layanan yang terjangkau dan berkualitas.
3. Pemberdayaan Ekonomi:
Mendorong kesetaraan gender dalam akses terhadap kesempatan kerja dan
sumber daya ekonomi, seperti pelatihan keterampilan dan pembiayaan usaha,
akan membantu meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan. Hal ini dapat
berdampak positif pada kemampuan mereka untuk membeli makanan bergizi
dan memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4. Penguatan Kelembagaan dan Kebijakan:
Meningkatkan perlindungan hak-hak perempuan dalam konteks gizi anak
melalui kebijakan dan regulasi yang memadai. Misalnya, mendorong adopsi
kebijakan perusahaan yang mendukung ibu bekerja, termasuk fasilitas
menyusui dan cuti melahirkan yang memadai.

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 22


5. Program Pendidikan dan Kesadaran:
Melakukan program pendidikan dan kesadaran yang menyasar perempuan
tentang pentingnya gizi dan praktik pemberian makan yang baik untuk anak-
anak. Program ini dapat dilakukan melalui media, kampanye informasi, dan
pelatihan.
Dengan menerapkan strategi ini, diharapkan pemberdayaan perempuan dapat
membantu mengatasi masalah malnutrisi di Indonesia, memperbaiki status gizi anak,
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

4.6 Daftar Referensi


Agadjanian and Yabiku. (2016). Religious Belonging, Religious Agency, and Women’s
Autonomy. Physiology & Behavior, 176(1), 139–148.
https://doi.org/10.1111/jssr.12210.Religious
Ahmadi, D., Sinclair, K., Melgar-Quinonez, H., & Cortbaoui, P. (2017). Water access,
women’s empowerment, sanitation and children’s anthropometric status: A
study of Ethiopian mothers with children under ve. WIT Transactions on
Ecology and the Environment, 220, 163–174. https://doi.org/10.2495/WRM17161
Bhagowalia, P., Menon, P., Quisumbing, A. R., & Soundararajan, V. (2010).
Unpacking the Links Between Women’s Empowerment and Child Nutrition:
Evidence Using Nationally Representative Data From Bangladesh Priya
Bhagowalia * , Purnima Menon ** , Agnes R.Quisumbing + , Vidhya
Soundararajan §. AgEcon Search.
Chea, V., & Sar, S. (2023). Women’s Empowerment as a Determinant of Child’s
Nutrition: Evidence from a Cambodia Demographic and Health Survey. Journal
of Demography, 39(1), 1–18.
Debnath, A., & Bhattacharjee, N. (2016). Understanding Malnutrition of Tribal
Children in India: The Role of Women’s Empowerment. Ecology of Food and
Nutrition, 55(6), 508–527. https://doi.org/10.1080/03670244.2016.1223652
Deutsch, J., & Silber, J. (2019). Women’s Empowerment and Child Malnutrition: The
Case of Mozambique. South African Journal of Economics, 87(2), 139–179.
https://doi.org/10.1111/saje.12223
Emerson, J. A., Strong, J., Colantuoni, E., Caul eld, L. E., & Doocy, S. (2017).
Women’s Empowerment, Prevention of Malnutrition in Children under 2
Approach, and Agricultural Interventions Improved Household Dietary Diversity
and Household Food Insecurity in South Kivu, DR Congo. The FASEB Journal,
31(S1), 791.31-791.31.
https://doi.org/https://doi.org/10.1096/fasebj.31.1_supplement.791.31
Hannan, A., Heckert, J., James-Hawkins, L., & Yount, K. M. (2020). Cognitive
interviewing to improve women’s empowerment questions in surveys:
Application to the health and nutrition and intrahousehold relationships modules
for the project-level Women’s Empowerment in Agriculture Index. Maternal and

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 23


Child Nutrition, 16(1), 1–13. https://doi.org/10.1111/mcn.12871
Kabir, A., Rashid, M. M., Hossain, K., Khan, A., Sikder, S. S., & Gidding, H. F. (2020).
Women’s empowerment is associated with maternal nutrition and low birth
weight: Evidence from Bangladesh Demographic Health Survey. BMC Women’s
Health, 20(1), 1–12. https://doi.org/10.1186/s12905-020-00952-4
Kruse, M. (2019). Assessing the Role of Women Empowerment for Food Security and
Nutrition: Empirical Evidence from Tunisia and India. May.
Melesse, M. B. (2020). Effect of Nutrition Knowledge and Women’s Empowerment on
Nutrition Outcomes of Children in Rural Ethiopia. African Economic Research
Consortium, 1–51. https://www.africaportal.org/publications/effect-nutrition-
knowledge-and-womens-empowerment-nutrition-outcomes-children-rural-
ethiopia/
Moore, E. V., Singh, N., Serra, R., & McKune, S. L. (2022). Household decision-
making, women’s empowerment, and increasing egg consumption in children
under ve in rural Burkina Faso: Observations from a cluster randomized
controlled trial. Frontiers in Sustainable Food Systems, 6.
https://doi.org/10.3389/fsufs.2022.1034618
Mutia, cindy annur. (2023). Masalah Gizi yang Dialami Balita Indonesia Menurut
SSGI (2019-2022). Katadata.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/03/selain-stunting-ini-
deretan-masalah-gizi-yang-kerap-dialami-balita-di-indonesia
Njoh, A. J., & Akiwumi, F. A. (2012). The Impact of Religion on Women Empowerment
as a Millennium Development Goal in Africa. Social Indicators Research, 107(1),
1–18. https://doi.org/10.1007/s11205-011-9827-4
Pinki Kumari. (2020). Importance of Women’s Status for Child Nutrition in India.
7(10), 1352–1357. www.jetir.org
Seguino, S. (2011). Help or hindrance? Religion’s impact on gender inequality in
attitudes and outcomes. World Development, 39(8), 1308–1321.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2010.12.004
Sethuraman, K., Lansdown, R., & Sullivan, K. (2006). Women’s empowerment and
domestic violence: The role of sociocultural determinants in maternal and child
undernutrition in tribal and rural communities in South India. Food and Nutrition
Bulletin, 27(2), 128–143. https://doi.org/10.1177/156482650602700204
Sha q, A., Hussain, A., Asif, M., Hwang, J., Jameel, A., & Kanwel, S. (2019). The
effect of “women’s empowerment” on child nutritional status in Pakistan.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(22), 1–9.
https://doi.org/10.3390/ijerph16224499
Singh, S. K., Srivastava, S., Gudakesh, Vaidehi, Y., & Gupta, and J. (2017). Whether
Recent Upswing in Women’s Empowerment has a Potential to Address
Malnutrition among Women and Children? Evidence from Fourth Round of
Indian Demographic Health Survey. International Journal of Women’s Health
Care, 2(2), 1–16. https://doi.org/10.33140/ijwhc/02/02/00003
Sinharoy, S. S., Waid, J. L., Haardörfer, R., Wendt, A., Gabrysch, S., & Yount, K. M.
(2018). Women’s dietary diversity in rural Bangladesh: Pathways through
women’s empowerment. Maternal and Child Nutrition, 14(1).
https://doi.org/10.1111/mcn.12489

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 24


Siswati, T., A ati, S. N., & Alit Gunawan, I. M. (2022). Pemberdayaan Perempuan
Melalui Pelatihan Pengolahan Makanan Untuk Mengatasi Stunting Balita Di
Daerah Perdesaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 10(2), 244–248.
https://doi.org/10.14710/jkm.v10i2.32841
Waris, A., & Viraktamath, B. C. (2013). Gender gaps and Women’s Empowerment in
India – Issues and Strategies. International Journal of Scienti c and Research
Publications, 3(9), 2250–3153. www.ijsrp.org
Yaya, S., Buh, A., & Bishwajit, G. (2019). Satisfaction with job and family life, and
association with smoking and alcohol drinking behaviors among young men in
Malawi: Analysis from a multiple indicator survey. BMC Research Notes, 12(1),
1–5. https://doi.org/10.1186/s13104-019-4096-4
Yaya, S., & Ghose, B. (2019). Trend in overweight and obesity among women of
reproductive age in Uganda: 1995–2016. Obesity Science and Practice, 5(4),
312–323. https://doi.org/10.1002/osp4.351

Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 25


Pemberdayaan Sumber Daya Ekonomi 26

Anda mungkin juga menyukai