Anda di halaman 1dari 2

Insentif untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat dan Kemudahan KITE

Menteri Keuangan kembali mengeluarkan beleid insentif tambahan untuk perusahaan. Insentif
tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.04/2020 tentang Insentif
Tambahan untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat dan/atau Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Virus Corona (Corona Virus Disease
2019/COVID-19) (PMK No. 31/2020).
Beleid tersebut ditujukan untuk menangani dampak COVID-19 yang mengakibatkan gangguan
rantai pasok dalam negeri di mana hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang
semakin terhambat. Kawasan Berikat sendiri didefinisikan sebagai tempat penimbunan berikat
untuk menimbun barang impor dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean guna diolah atau digabungkan sebelum diekspor atau diimpor untuk dipakai.
Berdasarkan beleid ini, pengeluaran hasil produksi kawasan berikat ke tempat lain dalam daerah
pabean tidak akan mengurangi kuota penjualan hasil produksi ke tempat lain dalam daerah pabean
di tahun berjalan. Pemeriksaan fisik atas pemasukan dan/atau pengeluaran barang ke dan dari
kawasan berikat ini sendiri tetap efektif diberlakukan, baik secara langsung maupun dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang sudah tersedia. Apabila lokasi tempat penimbunan berikat
ditetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka tempat tersebut dapat diberikan
persetujuan untuk melakukan pelayanan mandiri.
Selanjutnya, pengusaha di kawasan berikat tersebut juga dapat memasukkan beberapa barang ke
dalam wilayah ini. Adapun barang yang masih dimaksud antara lain disinfektan, masker, alat
pelindung diri, alat pengukur suhu tubuh, dan/atau barang lain yang diperlukan untuk penanganan
COVID-19. Barang yang dimasukkan tersebut dapat berasal dari luar daerah pabean dan tempat
lain dalam daerah pabean.
Terhadap pemasukan barang yang berasal dari luar daerah pabean, pemerintah kemudian
memberikan penangguhan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor. Sementara
itu, untuk barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean ke dalam kawasan berikat,
pemerintah memberikan insentif berupa pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) yang tidak dipungut.
Beleid ini juga mengatur terkait barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang
dimasukkan oleh perusahaan yang memperoleh fasilitas kemudahan impor untuk tujuan ekspor
(KITE). Beleid yang mulai diberlakukan per 13 April 2020 tersebut mengatur insentif untuk tiga
jenis KITE, yakni KITE Pembebasan, KITE Pengembalian, dan KITE untuk Industri Kecil dan
Menengah (KITE IKM).
Melalui beleid ini, barang yang diolah lebih lanjut atau digabungkan dengan hasil produksi
diberikan insentif berupa tidak dipungut PPN atau PPnBM. Insentif tersebut hanya diberikan
terhadap perusahaan KITE pembebasan atau perusahaan KITE IKM di mana hasil produksinya
digunakan 100% untuk ekspor.
Dengan demikian, pengusaha kena pajak (PKP) yang menyerahkan barang kena pajak tersebut
wajib membuat faktur pajak yang diberikan keterangan ‘PPN tidak dipungut’. Akan tetapi,
perusahaan tidak dapat menggunakan faktur pajak gabungan.
Perusahaan KITE pembebasan atau Perusahaan KITE IKM yang melakukan pemasukan barang
kemudian dapat menggunakan surat serah terima barang (SSTB) sebagai bentuk pembuktian.
Selanjutnya, barang bersangkutan harus melalui proses final dengan cara diolah, dirakit, dan/atau
dipasang untuk ekspor. Perusahaan juga wajib melakukan ekspor atas hasil olah, rakit, dan/atau
pasang paling lambat dua belas bulan sejak dilakukan pemasukkan.
Sebagai tambahan, batas waktu tersebut dapat diperpanjang apabila terjadi 3 hal. Pertama,
terdapat penundaan ekspor dari pembeli. Kedua, terdapat pembatalan ekspor atau penggantian
pembeli. Ketiga, terdapat kondisi kahar (force majeure), seperti peperangan, bencana alam, atau
kebakaran. Lebih lanjut, laporan realisasi ekspor harus dilaporkan paling lambat 30 hari sejak
berakhirnya batas waktu ekspor. Apabila barang yang dimasukkan tidak difinalisasi prosesnya
sebagaimana dijelaskan di atas, perusahaan KITE pembebasan atau Perusahaan KITE IKM wajib
melunasi PPN atau PPnBM yang semula tidak dipungut.
Pemerintah juga memberikan penangguhan bea masuk dan tidak dipungut PPN atau PPnBM atas
penyerahan atas hasil produksi. Insentif ini diberikan kepada perusahaan KITE pembebasan dan
perusahaan KITE pengembalian apabila penyerahan hasil produksi ke kawasan berikat diolah lebih
lanjut atau digabungkan dengan hasil produksi Kawasan Berikat. Sementara itu, bagi perusahaan
KITE pembebasan yang melakukan penyerahan hasil poduksi ke perusahaan KITE IKM untuk
diolah lebih lanjut atau digabungkan dengan hasil produksinya, penyerahannya kemudian
diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN dan PPnBM.
Kedua jenis perusahaan ini juga diperbolehkan melakukan penjualan ke pihak lain dalam daerah
pabean dengan jumlah paling banyak 50% dari realisasi. Atas penjualan ke pihak lain tersebut,
perusahaan kemudian wajib membayar bea masuk serta melunasi PPN dan PPnBM yang semula
tidak dipungut. Sebagai gantinya, perusahaan dapat memungut PPN dan PPnBM kepada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai