A. PENDAHULUAN
Sesuai dengan tujuan pengenaan cukai atas barang yang memiliki sifat atau
karakteristik diantaranya ditujukan untuk tujuan pembatasan yaitu pengendalian konsumsi,
pengawasan peredaran, dan juga untuk maksud mengurangi dampak negatif terhadap
masyarakat atau lingkungan hidup. Adanya sifat dan karakteristik yang khusus tersebut
mendorong pemerintah untuk melakukan pengawasan atas kegiatan penimbunan,
pemasukan, pengeluaran dan pengangkutan BKC, baik yang cukainya masih terutang
maupun telah dilunasi. Terutama terhadap BKC berupa etil alkohol dan MMEA, mengingat
kedua BKC tersebut memiliki tingkat kerawanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
tembakau, maka meskipun cukainya sudah dilunasi, sudah berada di peredaran bebas,
pengangkutannya tetap diawasi.
Serupa dengan pengusaha pabrik skala kecil, terhadap barang kena cukai yang
ditimbun di dalam Pabrik BKC milik Pengusaha Pabrik yang telah ditetapkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, mempunyai kewajiban:
1) menyelenggarakan pencatatan atas pemasukan, penimbunan, dan pemakaian
barang kena cukai tersebut sesuai dengan ketentuan pembukuan di bidang cukai;
2) menempatkan sedemikian rupa barang kena cukai tersebut dan hasil produksinya
di dalam tempat atau ruangan sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah barang
kena cukai yang belum dilunasi cukainya yang dipergunakan sebagai bahan baku
atau bahan penolong;
3) membuat laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai setiap bulan dengan
menggunakan formulir laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai (LACK-
1); dan
4) menyerahkan laporan sebagaimana dimaksud pada poin (3) kepada Direktur
Jenderal melalui kepala Kantor yang mengawasi Pabrik dalam jangka waktu paling
lama pada hari kesepuluh bulan berikutnya.
2. Pemasukan dan Pengeluaran BKC
Terkait dengan mutasi BKC, pengertian kegiatan pemasukan dan pengeluaran
BKC adalah pemasukan atau pengeluaran ke/dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan.
Atas kegiatan tersebut Pejabat bea dan cukai dapat melakukan pengawasan langsung
terhadap pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai, dalam hal:
1) pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol ke atau dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
2) pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa MMEA dengan kadar
berapapun ke atau dari Pabrik;
3) Pejabat bea dan cukai dapat mengawasi pemasukan atau pengeluaran BKC berupa
Hasil Tembakau ke atau dari pabrik.
Atas kegiatan pemasukan atau pengeluaran BKC ke atau dari pabrik/tempat
penyimpanan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap pemasukan dan pengeluaran BKC ke dan dari pabrik atau tempat
penyimpanan wajib diberitahukan oleh pengusaha pabrik atau pengusaha tempat
penyimpanan kepada kepala kantor dengan menggunakan Pemberitahuan Mutasi
Barang Kena Cukai (CK-5);
2) Setiap pengeluaran BKC asal impor dari kawasan pabean di pelabuhan
pemasukan, importir wajib melampirkan Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai
(CK-5) dari kantor yang mengawasi pabrik, tempat penyimpanan, atau importir.
3) Dikecualikan dari penggunaan dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai
(CK-5) dalam hal BKC berupa Hasil tembakau yang sudah dilunasi cukainya.
Jadi, dalam hal ini Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai atau PMBKC (CK-
5) adalah dokumen cukai yang berfungsi sebagai dokumen pelindung pemasukan atau
pengeluaran BKC kea tau dari pabrik atau tempat penyimpanan.
Pengawasan langsung dalam kegiatan pemasukan dan pengeluaran adalah
penempatan petugas bea dan cukai di lokasi pabrik atau tempat penyimpanan yang
menjadi objek pengawasan. Pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran
barang kena cukai dilakukan berdasarkan perintah kepala Kantor yang mengawasi
Pabrik atau Tempat Penyimpanan. Dalam hal pemasukan atau pengeluaran barang
kena cukai dilakukan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai, yang menjadi dasar
untuk membukukan dalam Buku Rekening Barang Kena Cukai (BRCK-1 atau BRCK-2)
adalah yang didapati oleh pejabat bea dan cukai yang bersangkutan.
Atas pengeluaran BKC, Pejabat Bea dan Cukai dapat tidak melakukan
pengawasan langsung, dalam hal:
a. Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan memiliki risiko
rendah; atau
b. Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan yang memiliki risiko
sedang sepanjang pengeluaran barang kena cukai ke Pabrik atau Tempat
Penyimpanan masih dalam wilayah pengawasan Kantor Bea dan Cukai yang
sama.
Pejabat Bea dan Cukai dapat tidak melakukan pengawasan langsung terhadap
pemasukan barang kena cukai, dalam hal:
a. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, Penyalur,
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran, atau Pengusaha penerima fasilitas
cukai yang memiliki risiko rendah;
b. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, Penyalur,
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran, atau Pengusaha penerima fasilitas
cukai yang memiliki risiko sedang sepanjang pemasukan barang kena cukai
berasal dari Pabrik, Tempat Penyimpanan, Tempat Usaha Importir, Tempat
Usaha Penyalur, Tempat Penjualan Eceran, atau Pabrik penerima fasilitas
cukai dalam wilayah pengawasan Kantor Bea dan Cukai yang sama.
c. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, Penyalur,
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran, atau Pengusaha penerima fasilitas
cukai memenuhi ketentuan: memiliki Sistem Informasi Persediaan Berbasis
Komputer (IT Inventory) yang dapat diakses secara real time dan Online
ketika dibutuhkan serta menunjukkan keterkaitan dengan dokumen cukai,
telah mendayagunakan Closed Circuit Television (CCTV) yang dapat
diakses dari Kantor secara realtime dan Online serta memiliki data rekaman
paling sedikit selama 7 (tujuh) hari sebelumnya, yang dapat memberikan
gambaran mengenai pemasukan dan pengeluaran barang, telah
mendayagunakan segel elektronik sehingga atas pengeluaran dan
pengangkutan barang kena cukai dapat dipantau oleh Pejabat Bea dan
Cukai secara realtime dan Online, atau berdasarkan pertimbangan lain yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai yang mengawasi.
Dalam kondisi darurat, misalnya karena kebakaran, banjir, atau bencana alam
lainnya, sehingga tidak memungkinkan pengusaha pabrik atau pengusaha tempat
penyimpanan memenuhi kewajiban menyampaikan PMBKC (CK-5), maka :
1) Pemindahan atau pengangkutan BKC yang belum dilunasi cukainya tersebut wajib
diberitahukan secara tertulis kepada kepala kantor yang mengawasi paling lambat
6 (enam) hari kerja setelah dimulai kegiatan pengeluaran atau pemindahan
tersebut;
2) Pemindahan atau pengangkutan BKC yang belum dilunasi cukainya dari atau ke
pabrik atau tempat penyimpanan atau ke tempat lainnya tanpa dilindungi dokumen
Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5).
PMBKC atau CK-5 digunakan sebagai dokumen pelindung pengangkutan BKC yang
belum dilunasi cukainya, baik BKC yang sudah dikemas dalam kemasan penjualan eceran,
maupun curah atau yang dikemas bukan untuk penjualan eceran, Pengangkutan BKC yang
belum dilunasi cukainya, mencakup kegiatan berikut:
1. Pengangkutan BKC dengan fasilitas tidak dipungut cukai, yaitu:
a. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan ke pabrik atau
tempat penyimpanan lainnya;
b. Pengangkutan BKC dari Kawasan Pabean, TPS, atau TPB ke pabrik atau
tempat penyimpanan;
c. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk
diekspor;
d. Pengangkutan Hasil Tembakau dari tempat pembuatan di luar pabrik ke dalam
pabrik atau sebaliknya;
2. Pengangkutan BKC dengan fasilitas pembebasan cukai :
a. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan ke TPB;
b. Pengangkutan BKC dari Kawasan Pabean, TPS, atau TPB ke TPB;
c. Pengangkutan EA dari Kawasan Pabean, TPS, TPB, Pabrik, atau Tempat
Penyimpanan untuk digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk
pembuatan barang hasil akhir bukan BKC;
d. Pengangkutan EA yang telah dirusak sehingga tidak baik untuk diminum dari
Pabrik;
e. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan fasilitas
pembebasan cukai untuk:
▪ Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
▪ Keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan azas timbal balik;
▪ Keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi internasional di Indonesia;
▪ Tujuan sosial;
▪ Dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang berangkat
langsung ke luar Daerah Pabean;
f. Pengangkutan BKC dari Kawasan Pabean atau TPS, dengan fasilitas
pembebasan cukai untuk:
▪ Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; dan
▪ Tujuan sosial
g. Pengangkutan BKC dari TBB dengan fasilitas pembebasan cukai untuk:
▪ Keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan asas timbal balik
▪ Keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi internasional di Indonesia.
h. Pengangkutan BKC berupa MMEA dan/atau HT dari Kawasan Pabean atau
TPS yang diimpor oleh importir atas pesanan dari pengusaha pengangkutan
atau pengusaha jasa boga (catering) untuk dikonsumsi oleh penumpang dan
awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke luar Daerah Pabean.
Penjelasan :
1) Pengajuan CK-5 online
Untuk pengajuan CK-5, pengusaha mengakses menu portal pengguna jasa di
alamat web : www.beacukai.go.id . Selanjutnya login dan masuk ke menu EXSIS.
Data CK-5 diisi dengan lengkap dan benar pada lembar pengisian CK-5 online dan
kemudian disubmit. Apabila CK-5 telah mendapat nomor pendafataran, selanjutnya
pengusaha mempersiapkan barang yang akan dikeluarkan.
2) Validasi data CK-5 oleh EXSIS
EXSIS akan melakukan validasi data CK-5 yang dikirim oleh pengusaha. EXSIS
akan menolak data CK-5 dengan mengirimkan respon penolakan, dalam hal :
a. data NPPBKC pengusaha tujuan tidak benar, masa berlaku NPPBKC
kadaluwarsa, NPPBKC dibekukan/dicabut;
b. pengusaha mencantumkan Nomor Pokok Pengguna pembebasan (NPPP)
dan/atau alamat pengusaha tujuan yang mendapat fasilitas yang tidak benar;
c. penetapan tarif sudah tidak berlaku lagi
d. untuk BKC HT tujuan ekspor, merek yang direkam tidak berlaku lagi
Apabila data telah lengkap dan benar, EXSIS akan memberikan nomor pendaftaran
CK-5 dan mengirimkan respon nomor pendaftaran CK-5 kepada pengusaha.
Apabila pengeluaran BKC diwajibkan pelunasan cukai, maka setelah mendapat
nomor CK-5 dan Kode billing pelunasan, pengusaha dapat menyelesaiakan
kewajiban pembayaran melalui Bank/Pos Persepsi (lihat penjelasan Sistem Aplikasi
Billing).
3) Penelitian dan Penetapan jangka waktu pengangkutan
Pejabat pada Kantor Bea dan Cukai pengawasan tempat kegiatan cukai akan
meneliti dan menetapkan jangka waktu pengangkutan.
4) Printout CK-5 dan penunjukan pemeriksa BKC
CK-5yang telah mendapat nomor pendaftaran dicetak dan pejabat BC menunjuk
pemeriksa atau mengirimkan CK-5 kepada pejabat Pemeriksa Barang dan/atau
penyegelan dan/atau pengawasan pengeluaran.
Apabila barang telah dikeluarkan, selanjutnya pejabat Kantor BC asal memonitor
jangka waktu pengangkutan yang dihitung sejak tanggal pengeluaran.
5) Pemeriksaan, Penyegelan dan Pengawasan Pengeluaran
Pejabat pemeriksa melakukan pemeriksaan BKC yang akan dikeluarkan. Dalam
hal pengeluaran BKC yang masih terhutang cukai akan dilakukan penyegelan.
Selanajutnya proses pengeluaran BKC diawasai oleh pejabat pemeriksa. Hasil
kegiatan pemeriksaan, penyegelan dan pengawasan pengeluaran dituangkan ke
dalam lembar printout CK-5 dan pemeriksa melakukan perekaman pada EXSIS-
online.
6) Pengangkutan BKC ke tempat Tujuan dan Info ke Kantor BC Tujuan
Pengusaha tujuan setelah kedatangan BKC wajib memberitahukan perihal
kedatangan BKC kepada Kantor BC yang mengawasi.
7) Pengawasan kedatangan BKC oleh Kantor Bea dan Cukai tujuan
Kantor BC tujuan memonitor CK-5 dengan aplikasi EXSIS yang masuk ke wilayah
pengawasannya. Apabila informasi kedatangan BKC telah diterima, CK-5
diprintout dan dikirimkan kepada pejabat yang mengawasi pemasukan BKC
8) Penyampaian Printout Ck-5 kepada Pemeriksa BKC
Print-out CK-5 disampaikan kepada pemeriksa BC yang akan mengawasi
pemasukan dan/atau pembukaan segel dan/atau pemeriksaan BKC
9) Pengawasan pemasukan oleh pemeriksa BC
Pada saat kedatangan dan akan dimasukan ke dalam tempat kegiatan pejabat
pemeriksa Bea dan Cukai melakukan pengawasan pemasukan dan/atau
pembukaan segel dan/atau pemeriksaan BKC.