Anda di halaman 1dari 14

MUTASI BARANG KENA CUKAI

Desak Ketut Juniari Cameng


E LEARNING PENGANTAR CUKAI LANJUTAN
Tahun 2020
MUTASI BARANG KENA CUKAI

A. PENDAHULUAN
Sesuai dengan tujuan pengenaan cukai atas barang yang memiliki sifat atau
karakteristik diantaranya ditujukan untuk tujuan pembatasan yaitu pengendalian konsumsi,
pengawasan peredaran, dan juga untuk maksud mengurangi dampak negatif terhadap
masyarakat atau lingkungan hidup. Adanya sifat dan karakteristik yang khusus tersebut
mendorong pemerintah untuk melakukan pengawasan atas kegiatan penimbunan,
pemasukan, pengeluaran dan pengangkutan BKC, baik yang cukainya masih terutang
maupun telah dilunasi. Terutama terhadap BKC berupa etil alkohol dan MMEA, mengingat
kedua BKC tersebut memiliki tingkat kerawanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
tembakau, maka meskipun cukainya sudah dilunasi, sudah berada di peredaran bebas,
pengangkutannya tetap diawasi.

B. Lingkup Kegiatan Mutasi Barang Kena Cukai


Pengertian mutasi BKC adalah kegiatan penimbunan, pemasukan, pengeluaran dan
pengangkutan barang kena cukai baik yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong untuk menghasilkan BKC atau non BKC, maupun sebagai barang jadi yang siap
untuk dikonsumsi yang masih terutang cukai dan juga pengangkutan BKC tertentu yang telah
dilunasi cukainya di peredaran bebas. Ketentuan tentang mutasi BKC diatur di dalam Pasal
24 sampai dengan Pasal 28 Undang-undang Cukai. Yang kemudian aturan pelaksanaannya
dirumuskan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK,04/2014 tentang
Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai, Peraturan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Per-02/BC/2015 sebagaimana telah diubah dengan
Per-16/BC/2018.

1. Penimbunan Barang Kena Cukai


Pengertian penimbunan dalam konteks mutasi barang kena cukai adalah kegiatan
menimbun barang kena cukai yang belum dilunasi cukainya, baik yang berasal dari impor
maupun yang dibuat di dalam negeri untuk tujuan ekspor dapat ditimbun di Tempat
Penimbunan Sementara (TPS) atau Tempat Penimbunan Berikat (TPB). Atas kegiatan
penimbunan BKC yang berasal dari proses impor maupun tujuan ekspor, maka mekanisme
yang harus dipenuhi adalah sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
kepabeanan dan dilindungi dengan dokumen cukai.
Tempat lain yang dapat digunakan untuk menimbun BKC yang belum dilunasi
cukainya selain di TPS atau TPB, adalah di pabrik BKC dalam hal BKC tersebut akan
dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk memproduksi BKC lain.
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengusaha pabrik yang menimbun BKC yang
belum dilunasi cukainya yang akan dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong untuk memproduksi BKC lain, dlam hal pengusaha pabrik tersebut termasuk
kategori pengusaha pabrik skala kecil, adalah:
1) menyelenggarakan pencatatan atas pemasukan, penimbunan, dan pemakaian
BKC pada catatan sediaan (CSCK-7);
2) menempatkan sedemikian rupa barang kena cukai dan hasil produksinya di dalam
tempat atau ruangan sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah barang kena cukai
yang belum dilunasi cukainya yang dipergunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong;
3) membuat laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai setiap bulan dengan
menggunakan formulir laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai (LACK-
1); dan
4) menyerahkan laporan sebagaimana dimaksud pada poin (3) kepada Direktur
Jenderal melalui kepala Kantor yang mengawasi Pabrik dalam jangka waktu paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

Serupa dengan pengusaha pabrik skala kecil, terhadap barang kena cukai yang
ditimbun di dalam Pabrik BKC milik Pengusaha Pabrik yang telah ditetapkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, mempunyai kewajiban:
1) menyelenggarakan pencatatan atas pemasukan, penimbunan, dan pemakaian
barang kena cukai tersebut sesuai dengan ketentuan pembukuan di bidang cukai;
2) menempatkan sedemikian rupa barang kena cukai tersebut dan hasil produksinya
di dalam tempat atau ruangan sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah barang
kena cukai yang belum dilunasi cukainya yang dipergunakan sebagai bahan baku
atau bahan penolong;
3) membuat laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai setiap bulan dengan
menggunakan formulir laporan penggunaan/persediaan barang kena cukai (LACK-
1); dan
4) menyerahkan laporan sebagaimana dimaksud pada poin (3) kepada Direktur
Jenderal melalui kepala Kantor yang mengawasi Pabrik dalam jangka waktu paling
lama pada hari kesepuluh bulan berikutnya.
2. Pemasukan dan Pengeluaran BKC
Terkait dengan mutasi BKC, pengertian kegiatan pemasukan dan pengeluaran
BKC adalah pemasukan atau pengeluaran ke/dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan.
Atas kegiatan tersebut Pejabat bea dan cukai dapat melakukan pengawasan langsung
terhadap pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai, dalam hal:
1) pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa etil alkohol ke atau dari
Pabrik atau Tempat Penyimpanan;
2) pemasukan dan pengeluaran barang kena cukai berupa MMEA dengan kadar
berapapun ke atau dari Pabrik;
3) Pejabat bea dan cukai dapat mengawasi pemasukan atau pengeluaran BKC berupa
Hasil Tembakau ke atau dari pabrik.
Atas kegiatan pemasukan atau pengeluaran BKC ke atau dari pabrik/tempat
penyimpanan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap pemasukan dan pengeluaran BKC ke dan dari pabrik atau tempat
penyimpanan wajib diberitahukan oleh pengusaha pabrik atau pengusaha tempat
penyimpanan kepada kepala kantor dengan menggunakan Pemberitahuan Mutasi
Barang Kena Cukai (CK-5);
2) Setiap pengeluaran BKC asal impor dari kawasan pabean di pelabuhan
pemasukan, importir wajib melampirkan Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai
(CK-5) dari kantor yang mengawasi pabrik, tempat penyimpanan, atau importir.
3) Dikecualikan dari penggunaan dokumen Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai
(CK-5) dalam hal BKC berupa Hasil tembakau yang sudah dilunasi cukainya.

Jadi, dalam hal ini Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai atau PMBKC (CK-
5) adalah dokumen cukai yang berfungsi sebagai dokumen pelindung pemasukan atau
pengeluaran BKC kea tau dari pabrik atau tempat penyimpanan.
Pengawasan langsung dalam kegiatan pemasukan dan pengeluaran adalah
penempatan petugas bea dan cukai di lokasi pabrik atau tempat penyimpanan yang
menjadi objek pengawasan. Pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran
barang kena cukai dilakukan berdasarkan perintah kepala Kantor yang mengawasi
Pabrik atau Tempat Penyimpanan. Dalam hal pemasukan atau pengeluaran barang
kena cukai dilakukan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai, yang menjadi dasar
untuk membukukan dalam Buku Rekening Barang Kena Cukai (BRCK-1 atau BRCK-2)
adalah yang didapati oleh pejabat bea dan cukai yang bersangkutan.
Atas pengeluaran BKC, Pejabat Bea dan Cukai dapat tidak melakukan
pengawasan langsung, dalam hal:
a. Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan memiliki risiko
rendah; atau
b. Pengusaha pabrik atau pengusaha tempat penyimpanan yang memiliki risiko
sedang sepanjang pengeluaran barang kena cukai ke Pabrik atau Tempat
Penyimpanan masih dalam wilayah pengawasan Kantor Bea dan Cukai yang
sama.

Pejabat Bea dan Cukai dapat tidak melakukan pengawasan langsung terhadap
pemasukan barang kena cukai, dalam hal:
a. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, Penyalur,
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran, atau Pengusaha penerima fasilitas
cukai yang memiliki risiko rendah;
b. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, Penyalur,
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran, atau Pengusaha penerima fasilitas
cukai yang memiliki risiko sedang sepanjang pemasukan barang kena cukai
berasal dari Pabrik, Tempat Penyimpanan, Tempat Usaha Importir, Tempat
Usaha Penyalur, Tempat Penjualan Eceran, atau Pabrik penerima fasilitas
cukai dalam wilayah pengawasan Kantor Bea dan Cukai yang sama.
c. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Importir, Penyalur,
Pengusaha Tempat Penjualan Eceran, atau Pengusaha penerima fasilitas
cukai memenuhi ketentuan: memiliki Sistem Informasi Persediaan Berbasis
Komputer (IT Inventory) yang dapat diakses secara real time dan Online
ketika dibutuhkan serta menunjukkan keterkaitan dengan dokumen cukai,
telah mendayagunakan Closed Circuit Television (CCTV) yang dapat
diakses dari Kantor secara realtime dan Online serta memiliki data rekaman
paling sedikit selama 7 (tujuh) hari sebelumnya, yang dapat memberikan
gambaran mengenai pemasukan dan pengeluaran barang, telah
mendayagunakan segel elektronik sehingga atas pengeluaran dan
pengangkutan barang kena cukai dapat dipantau oleh Pejabat Bea dan
Cukai secara realtime dan Online, atau berdasarkan pertimbangan lain yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai yang mengawasi.

Dalam kondisi darurat, misalnya karena kebakaran, banjir, atau bencana alam
lainnya, sehingga tidak memungkinkan pengusaha pabrik atau pengusaha tempat
penyimpanan memenuhi kewajiban menyampaikan PMBKC (CK-5), maka :
1) Pemindahan atau pengangkutan BKC yang belum dilunasi cukainya tersebut wajib
diberitahukan secara tertulis kepada kepala kantor yang mengawasi paling lambat
6 (enam) hari kerja setelah dimulai kegiatan pengeluaran atau pemindahan
tersebut;
2) Pemindahan atau pengangkutan BKC yang belum dilunasi cukainya dari atau ke
pabrik atau tempat penyimpanan atau ke tempat lainnya tanpa dilindungi dokumen
Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5).

3. Pengangkutan Barang Kena Cukai


Pengertian pengangkutan adalah perpindahan dengan menggunakan sarana
pengangkut atas barang kena cukai yang masih terutang cukai maupun yang cukainya
telah dilunasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pada prinsipnya pengangkutan BKC
yang belum dilunasi cukainya harus dilindungi dengan dokumen cukai yaitu PMBKC
(CK-5). Tujuan keharusan memenuhi kewajiban menggunakan PMBKC (CK-5) adalah
untuk mencegah pelarian cukai dan penyalahgunaan pemakaian barang kena cukai,
pengangkutan barang kena cukai, baik dalam keadaan telah dikemas dalam kemasan
untuk penjualan eceran maupun dalam keadaan curah atau dikemas dalam kemasan
bukan untuk penjualan eceran.
Sedangkan, pengangkutan BKC tertentu, yaitu EA dan MMEA, berdasarkan
pertimbangan tingkat kerawanannya yang tinggi, meskipun cukainya telah dilunasi
tetap harus dilindungi dengan dokumen cukai. Dokumen cukai yang dipergunakan
untuk melindungi pengangkutan EA atau MMEA yang telah dilunasi cukainya adalah
CK-5 atau CK-6. Perbedaan penggunaan kedua dokumen cukai tersebut akan dibahas
dalam sesi selanjutnya.
Dalam dokumen cukai yang berfungsi sebagai dokumen pelindung pengangkutan
ditetapkan jangka waktu berlakunya atau jangka waktu sejak saat pengangkutan
sampai BKC sampai di tujuan. Hal tersebut dimaksudkan agar Barang Kena Cukai yang
diangkut tersebut sejak saat pengangkutan sampai tujuan harus dalam jangka waktu
yang ditetapkan.
Namun, karena dalam pengangkutan kemungkinan terjadi hambatan yang
menyebabkan tidak dapat dipenuhinya jangka waktu yang telah ditetapkan dalam
dokumen cukai (CK-5 atau CK-6) yang bersangkutan, maka ketentuan dalam pasal 28
UU Cukai memberi kemudahan bagi pengangkut untuk melaporkan kepada Kepala
Kantor yang mengawasi wilayah tempat Barang Kena Cukai berada untuk
mendapatkan perpanjangan jangka waktu dokumen cukai yang bersangkutan.
Dikecualikan dari kewajiban dilindungi dengan Dokumen Cukai, yaitu terhadap
pengangkutan barang kena cukai berupa:
1) tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang tidak
dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran dengan
bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan, apabila dalam
pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal dari
luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil
tembakau dan/atau pada kemasannya ataupun tembakau irisnya tidak dibubuhi
merek dagang, etiket, atau yang sejenis itu; dan
2) minuman yang mengandung etil alkohol hasil peragian atau penyulingan yang
dibuat oleh rakyat di Indonesia secara sederhana, semata-mata untuk mata
pencaharian dan tidak dikemas untuk penjualan eceran.

C. Mekanisme Mutasi BKC


1. Dokumen CK-5 sebagai Pelindung Pemasukan, Pengeluaran, dan
Pengangkutan
Ketentuan pasal 25 ayat (1) Undang-undang Cukai mengatur mengenai
kewajiban penggunaan dokumen cukai sebagai berikut: “Pemasukan atau Pengeluaran
barang kena cukai ke atau dari pabrik atau tempat penyimpanan wajib diberitahukan
kepada Kepala kantor dan dilindungi dokumen cukai”.
Sebagai tindak lanjut atas kewajiban penggunaan dokumen cukai tersebut, sejak
pemberlakuan Undang-undang Cukai pada tahun 1996, DJBC telah menyusun
berbagai bentuk dan format dokumen cukai sebagai dokumen pelindung pemasukan
atau pengeluaran.
Sebelum amandemen Undang-undang Cukai pada tahun 2007, DJBC pernah
menggunakan dokumen cukai dalam jenis dan variasi dokumen yang cukup banyak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 247/KMK.05/1996, setidaknya
terdapat 20 jenis dokumen cukai yang digunakan sebagai dokumen pesanan pita cukai,
dokumen pemasukan dan pengeluaran, dokumen penimbunan dan dokumen
pengangkutan. Hal ini masih ditambah lagi dengan penggunaan dokumen pelaporan
yang jumlahnya sekitar 9 jenis (LACK-1 sampai dengan LACK-9). Namun dirasakan
bahwa penggunaan dokumen cukai yang sangat bervariasi membuat kesan bahwa
sistem administrasi di bidang cukai sangat kompleks dan tidak sederhana. Sejalan
dengan perkembangan pelaksanaan di lapangan, tuntutan untuk menyederhanakan
sistem administrasi di bidang cukai semakin menguat.
Pemberlakuan Undang-undang nomor 39 tahun 2007 sebagai perubahan atas
Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai telah mendorong pemerintah
untuk menciptakan sistem administrasi cukai yang lebih sederhana. Berkaitan dengan
kebijakan penyederhanaan sistem administrasi di bidang cukai, pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penimbunan, Pemasukan,
Pengeluaran dan Pengangkutan BKC.
Bentuk dan format dokumen pelindung pemasukan dan pengeluaran BKC
mengakomodasi hampir seluruh kegiatan pemasukan, pengeluaran, dan pengangkutan
BKC ke atau dari pabrik atau tempat penyimpanan. Format baru dokumen pemasukan,
pengeluaran, dan pengangkutan BKC ke atau dari pabrik atau tempat penyimpanan
tersebut sebagaimana tertuang dalam PMBKC atau CK-5.
Dokumen CK-5 digunakan sebagai dokumen pelindung pemasukan dan
pengeluaran BKC, antara lain sebagai berikut:
a. Setiap pemasukan BKC ke dalam pabrik atau tempat penyimpanan wajib
disampaikan kepada Kepala Kantor Bea cukai yang mengawasi pabrik atau tempat
penyimpanan dengan menggunakan CK-5;
b. Setiap pengeluaran BKC dari pabrik atau tempat penyimpanan wajib disampaikan
kepada Kepala Kantor Bea cukai yang mengawasi pabrik atau tempat
penyimpanan dengan menggunakan CK-5
c. Atas pengeluaran BKC asal impor dari kawasan pabean, maka importir wajib
melampirkan CK-5 yang diterbitkan oleh Kantor Bea Cukai pengawasan pabrik,
tempat penyimpanan atau importir BKC;
d. Kewajiban menyampaikan CK-5 dikecualikan atas pengeluaran HT dari kawasan
pabean di Pelabuhan pemasukan dalam hal HT sudah dilunasi cukainya.
e. Kewajiban menyampaikan CK-5 dikecualikan dalam hal pengeluaran BKC dari
pabrik atau tempat penyimpanan dikarenakan kondisi darurat karena ada
kebakaran, banjir, atau bencana alam lainnya. Atas pengeluaran atau pemindahan
BKC tersebut wajib diberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor yang
mengawasi pabrik atau tempat penyimpanan paling lambat enam hari kerja setelah
hari dimulainya pengeluaran atau pemindahan BKC tersebut.

PMBKC atau CK-5 digunakan sebagai dokumen pelindung pengangkutan BKC yang
belum dilunasi cukainya, baik BKC yang sudah dikemas dalam kemasan penjualan eceran,
maupun curah atau yang dikemas bukan untuk penjualan eceran, Pengangkutan BKC yang
belum dilunasi cukainya, mencakup kegiatan berikut:
1. Pengangkutan BKC dengan fasilitas tidak dipungut cukai, yaitu:
a. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan ke pabrik atau
tempat penyimpanan lainnya;
b. Pengangkutan BKC dari Kawasan Pabean, TPS, atau TPB ke pabrik atau
tempat penyimpanan;
c. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan tujuan untuk
diekspor;
d. Pengangkutan Hasil Tembakau dari tempat pembuatan di luar pabrik ke dalam
pabrik atau sebaliknya;
2. Pengangkutan BKC dengan fasilitas pembebasan cukai :
a. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan ke TPB;
b. Pengangkutan BKC dari Kawasan Pabean, TPS, atau TPB ke TPB;
c. Pengangkutan EA dari Kawasan Pabean, TPS, TPB, Pabrik, atau Tempat
Penyimpanan untuk digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong untuk
pembuatan barang hasil akhir bukan BKC;
d. Pengangkutan EA yang telah dirusak sehingga tidak baik untuk diminum dari
Pabrik;
e. Pengangkutan BKC dari Pabrik atau Tempat Penyimpanan dengan fasilitas
pembebasan cukai untuk:
▪ Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
▪ Keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan azas timbal balik;
▪ Keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi internasional di Indonesia;
▪ Tujuan sosial;
▪ Dikonsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang berangkat
langsung ke luar Daerah Pabean;
f. Pengangkutan BKC dari Kawasan Pabean atau TPS, dengan fasilitas
pembebasan cukai untuk:
▪ Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; dan
▪ Tujuan sosial
g. Pengangkutan BKC dari TBB dengan fasilitas pembebasan cukai untuk:
▪ Keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan asas timbal balik
▪ Keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau
organisasi internasional di Indonesia.
h. Pengangkutan BKC berupa MMEA dan/atau HT dari Kawasan Pabean atau
TPS yang diimpor oleh importir atas pesanan dari pengusaha pengangkutan
atau pengusaha jasa boga (catering) untuk dikonsumsi oleh penumpang dan
awak sarana pengangkut yang berangkat langsung ke luar Daerah Pabean.

Dokumen CK-5 berlaku sebagai dokumen pelindung pengangkutan BKC


berupa EA atau MMEA yang sudah dilunasi cukainya dan untuk pengangkutan BKC
yang sudah dilunasi cukainya untuk dimusnahkan atau diolah kembali, meliputi:
a. pengangkutan BKC berupa EA dari Pabrik, Tempat Penyimpanan, Kawasan
Pabean, TPS, atau TPB;
b. pengangkutan BKC berupa MMEA dari Pabrik, TPS, atau TPB;
c. pengangkutan BKC dari peredaran bebas ke pabrik untuk dimusnahkan atau
diolah kembali;
d. pengangkutan BKC dari peredaran bebas ke tempat lain di luar pabrik untuk
dimusnahkan dalam rangka pengembalian cukai.

2. Dokumen CK-6 sebagai Pelindung Pengangkutan BKC


Barang kena cukai berupa etil alkohol dan MMEA, mengingat kedua BKC
tersebut memiliki tingkat kerawanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
tembakau, maka meskipun cukainya sudah dilunasi, dan sudah berada di
peredaran bebas, pengangkutannya tetap harus dilindungi dengan menggunakan
dokumen CK-6. Pengangkutan yang wajib dilindungi CK-6, meliputi:
a. Pengangkutan MMEA golongan A, B, maupun C dalam jumlah lebih dari enam
liter, dari penyalur ke tempat lain di peredaran bebas;
b. Pengangkutan dari tempat penjualan eceran ke tempat lain di peredaran bebas,
yang terdiri :
▪ EA dalam jumlah lebih dari 6 (enam) liter;
▪ MMEA dengan kadar lebih dari 5% (lima perseratus) dalam jumlah lebih
dari 6 (enam) liter
Pengangkutan tersebut wajib dilaporkan kepada kepala kantor yang
mengawasi setiap bulan paling lambat hari kesepuluh bulan berikutnya dengan
formulir laporan laporan pengangkutan EA/MMEA yang sudah dilunasi cukainya di
peredaran bebas. Dalam hal pejabat Bea dan Cukai menemukan jumlah dan/atau jenis
BKC yang berbeda antara CK-6 dengan yang sebenarnya pada proses kegiatan
pengangkutannya, selisih lebihnya dianggap tidak dilindungi dokumen cukai.
D. Cara Penyampaian dokumen CK-5 dan CK-6
Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) dan CK-6 disampaikan dalam
bentuk :
1. tulisan di atas formulir; atau
2. dalam bentuk data elektronik. Hasil pencetakan dokumen CK-5 (dilakukan setelah
penetapan jangka waktu oleh pejabat Bea dan Cukai) dan pencetakan CK-6
(dilakukan setelah mendapat nomor pendaftaran) digunakan untuk melindungi
pengangkutan.
Dalam hal terdapat hambatan yang menyebabkan pengangkutan tidak selesai
dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam CK-5, pengusaha dapat meminta
perpanjangan jangka waktu kepada kepala kantor setempat dengan menyebutkan
alasannya. Persetujuan perpanjangan tersebut harus diberiitahukan ke kantor tempat
pengajuan CK-5 paling lambat 5 (lima) hari kerja.
Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) harus diselesaikan pada
EXSIS atau diterima kembali kantor asal paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
jangka waktu pengiriman berakhir. Pelanggaran atas penyelesaian ini mengakibatkan
tidak dilayaninya pengajuan Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5)
berikutnya
Penyampaian dokumen CK-5 secara manual dilaksanakan dengan
menyerahkan dokumen CK-5 dalam bentuk tulisan di atas formulir kepada pejabat Bea
dan Cukai di kantor Bea dan Cukai yang mengawasi lokasi kegiatan pengusaha. Cara
penyampaian seperti ini dilakukan apabila pada Kantor Bea dan Cukai belum
menerapkan EXSIS. Terhadap pelayanan pemberitahuan mutasi barang kena cukai,
dalam hal Kantor Tujuan dan/atau Kantor Singgah belum menerapkan EXSIS, maka
proses perekaman penyelesaian CK-5 dilakukan di Kantor asal. Dalam hal EXSIS-S
tidak dapat digunakan dalam kurun waktu 4 (empat) jam, untuk kelancaran pelayanan,
Kepala Kantor dapat melaksanakan pelayanan secara manual.
Penyampaian dokumen CK-5 secara elektronik dilakukan dengan mengakses
Sistem Aplikasi Cukai online yang tersedia pada portal pengguna jasa (CEISA).
Aplikasi CK-5 Online ini adalah perangkat lunak berbasis web yang diakses dari
server DJBC melalui web browser di komputer pengguna. Sederhananya, sistem
aplikasi ini dapat diakses dengan web browser standar seperti halnya ketika Anda
membuka internet.
Tatacara Mutasi BKC dengan CK-5 Online

Penjelasan :
1) Pengajuan CK-5 online
Untuk pengajuan CK-5, pengusaha mengakses menu portal pengguna jasa di
alamat web : www.beacukai.go.id . Selanjutnya login dan masuk ke menu EXSIS.
Data CK-5 diisi dengan lengkap dan benar pada lembar pengisian CK-5 online dan
kemudian disubmit. Apabila CK-5 telah mendapat nomor pendafataran, selanjutnya
pengusaha mempersiapkan barang yang akan dikeluarkan.
2) Validasi data CK-5 oleh EXSIS
EXSIS akan melakukan validasi data CK-5 yang dikirim oleh pengusaha. EXSIS
akan menolak data CK-5 dengan mengirimkan respon penolakan, dalam hal :
a. data NPPBKC pengusaha tujuan tidak benar, masa berlaku NPPBKC
kadaluwarsa, NPPBKC dibekukan/dicabut;
b. pengusaha mencantumkan Nomor Pokok Pengguna pembebasan (NPPP)
dan/atau alamat pengusaha tujuan yang mendapat fasilitas yang tidak benar;
c. penetapan tarif sudah tidak berlaku lagi
d. untuk BKC HT tujuan ekspor, merek yang direkam tidak berlaku lagi

Apabila data telah lengkap dan benar, EXSIS akan memberikan nomor pendaftaran
CK-5 dan mengirimkan respon nomor pendaftaran CK-5 kepada pengusaha.
Apabila pengeluaran BKC diwajibkan pelunasan cukai, maka setelah mendapat
nomor CK-5 dan Kode billing pelunasan, pengusaha dapat menyelesaiakan
kewajiban pembayaran melalui Bank/Pos Persepsi (lihat penjelasan Sistem Aplikasi
Billing).
3) Penelitian dan Penetapan jangka waktu pengangkutan
Pejabat pada Kantor Bea dan Cukai pengawasan tempat kegiatan cukai akan
meneliti dan menetapkan jangka waktu pengangkutan.
4) Printout CK-5 dan penunjukan pemeriksa BKC
CK-5yang telah mendapat nomor pendaftaran dicetak dan pejabat BC menunjuk
pemeriksa atau mengirimkan CK-5 kepada pejabat Pemeriksa Barang dan/atau
penyegelan dan/atau pengawasan pengeluaran.
Apabila barang telah dikeluarkan, selanjutnya pejabat Kantor BC asal memonitor
jangka waktu pengangkutan yang dihitung sejak tanggal pengeluaran.
5) Pemeriksaan, Penyegelan dan Pengawasan Pengeluaran
Pejabat pemeriksa melakukan pemeriksaan BKC yang akan dikeluarkan. Dalam
hal pengeluaran BKC yang masih terhutang cukai akan dilakukan penyegelan.
Selanajutnya proses pengeluaran BKC diawasai oleh pejabat pemeriksa. Hasil
kegiatan pemeriksaan, penyegelan dan pengawasan pengeluaran dituangkan ke
dalam lembar printout CK-5 dan pemeriksa melakukan perekaman pada EXSIS-
online.
6) Pengangkutan BKC ke tempat Tujuan dan Info ke Kantor BC Tujuan
Pengusaha tujuan setelah kedatangan BKC wajib memberitahukan perihal
kedatangan BKC kepada Kantor BC yang mengawasi.
7) Pengawasan kedatangan BKC oleh Kantor Bea dan Cukai tujuan
Kantor BC tujuan memonitor CK-5 dengan aplikasi EXSIS yang masuk ke wilayah
pengawasannya. Apabila informasi kedatangan BKC telah diterima, CK-5
diprintout dan dikirimkan kepada pejabat yang mengawasi pemasukan BKC
8) Penyampaian Printout Ck-5 kepada Pemeriksa BKC
Print-out CK-5 disampaikan kepada pemeriksa BC yang akan mengawasi
pemasukan dan/atau pembukaan segel dan/atau pemeriksaan BKC
9) Pengawasan pemasukan oleh pemeriksa BC
Pada saat kedatangan dan akan dimasukan ke dalam tempat kegiatan pejabat
pemeriksa Bea dan Cukai melakukan pengawasan pemasukan dan/atau
pembukaan segel dan/atau pemeriksaan BKC.

Alur Proses CK-6 Online


Kegiatan mutasi BKC berupa EA atau MMEA dalam jumlah dan
kadar tertentu yang sudah dilunasi cukai dari suatu tempat (contoh: TPE)
ke tempat lainnya (contoh: konsumen terakhir), wajib dilindungi dengan
dokumen CK-6. Kewajiban atas dokumen CK-6 ini berlaku terhadap
importir MMEA dan EA, Pengusaha TPE MMEA dan EA serta Penyalur
MMEA.
Alur proses kegiatan CK-6 menggunakan aplikasi cukai online
cukup simpel. CK-6 berfungsi sebagai dokumen pelindung pengangkutan
dan terhadap BKC ini tidak dilakukan pengawasan fisik secara langsung.
Unit pengawasan DJBC akan melakukan pengawasan

Tatacara Pengajuan CK-6 Online

Anda mungkin juga menyukai