Sejarah Psikologi Klinis
Sejarah Psikologi Klinis
Pendekatan yang pertama kali dilakukan oleh Witmer adalah dengan assesmen (menilai) masalah
Charles disusul menyusun rangkaian pengobatan yang tepat. Penilaian psikologis menunjukkan
bahwa Charles mengalami kerusakan visual, baik dalam hal membaca dan masalah mengingat.
Hal tersebut diberi istilah oleh Witmer dengan "amnesia verbal-visual, atau sekarang disebut
disleksia. Witmer menggunakan tutorial yang intensif guna membantu si anak dalam mengenal
kata tanpa terlebih dahulu mengejanya. Cara ini berhasil sehingga Charles bisa kembali normal
membaca.
Tidak semua yang dilakukan oleh Witmer berpengaruh secara merata, artinya bisa diterapkan di
segala umur, akan tetapi ada beberapa aspek klinis terbarunya yang diperuntukkan untuk
pekerjaan klinis berikutnya:
1. Kebanyakan kliennya adalah anak-anak, perkembangan natural sejak Witmer menawarkan
kursus tentang psikologi anak, telah mempublikasikan karyanya di jurnal pediatris, dan telah
menarik minat guru yang memperhatikan masalah siswa mereka.
2. Rekomendasinya guna membantu para klien didasari oleh asesmen diagnostik
3. Dia tidak bekerja sendiri, akan tetapi dengan pendekatan tim yang merekrut anggotanya dari
berbagai profesi, saling berkonsultasi dan berkolaborasi dalam kasus-kasus tertentu.
4. Ada penekanan yang jelas pada pencegahan masalah mendatang melalui diagnosa dan
pengobatan awal.
5. Dia menekankan bahwa psikologi klinis harus dibangun di atas prinsip yang ditemukan atas
dasar psikologi ilmiah.
Pada tahun 1897, ada klinik baru yang menawarkan kursus 4 pekan pada musim panas. Kursus
ini menawarkan presentasi kasus, instruksi tes diagnosa, dan teknik demonstrasi pengobatan.
Pada tahun 1900, sebanyak 3 anak per hari diberikan oleh staf klinis. Selama tahun akademik
1904-1905, Universitas Pensylvnia menawarkan program psikologi klinis di bawah pengawasan
Witmer.
Akan tetapi, pengaruh klinik Witmer, sekolah, jurnal, dan pelatihan-pelatihan menjadi terbatas.
Witmer merasa bahwa psikologi klinis berputar-putar saja, stagnan. Akan tetapi Witmer
memiliki sedikit hal yang telah dilakukannya dan kemudian mengendalikannya. Itu semua
disebabkan karena ia mengabaikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi di kemudian
hari. Sebagai contoh, Witmer mengabaikan tes intelijensi Binet dan Skala Binet-Simon ketika
keduanya diperkenalkan di Amerikan Serikat. Seperti tes Binet terdahulu, instrumen ini
dirancang untuk mengukur proses mental yang rumit, bukan untuk mengukur mental biasa yang
dilakukan oleh Witmer. Walaupun Binet mengingatkan bahwa alatnya tidak menyediakan
pengukuran objektif keseluruhan intelijensi, tetapi tes Binet-Simon ini mencuri perhatian banyak
kalangan.
Pada akhirnya Witmer tidak bergabung dengan ahli klinis lain dalam praktek psikoterapi atau
dalam mengadopsi pendekatan Freudian dalam menangani kasus gangguan. Pendekatan Freud
menjadi terkenal di kalangan psikologi melalui perkumpulan psikiater di rumah sakit jiwa serta
Klinik bimbingan pertama ditemukan di Chicago pada 1909 oleh seorang psikiater bernama
William Healy. Dia mempunyai banyak kesamaan dengan Witmer. Hanya saja dia lebih fokus
pada kasus-kasus perilaku menyimpang anak-anak yang disebabkan oleh otoritas sekolah, polisi
Pada tahun 1946, barulah psikoterapi menjadi aktivitas profesional yang tetap bagi psikolog
klinis. Sejak 1970-an, kebanyakan psikolog klinis melakukan kegiatan psikoterapi, sementara
kegiatan asesmen atau diagnosis hanya menyita 10% saja dari keseluruhan waktu praktik yang
digunakan.
Dalam kegiatan praktisnya, psikolog klinis lebih sedikit mirip psikolog pada umumnya dari pada
pendeta atau manager persoalia atau dokter. Yang sama diantara mereka adalah evaluasi individu
pada waktu dan pada perangkat lingkungan tertentu. Tugas utamanya adalah memahami individu
secara lebih mendalam sebagai landasan untuk penanganan berikut keperluan tertentu yang telah
dirancang.
Oleh karena psikologi klinis tidak mempunyai pendidikan dasar kedokteran, maka hak seorang
psikolog klinis untuk memberikan psikoterapi sekiar tahun 1950-1980 seringkali
dipermasalahkan. Istilah psikoterapi hanya dapat dilakukan oleh psikiaer. Ada pendidikan fomal
yang biasanya dilakukan di universitas untuk tujuan memperoleh gelar, dan ada
pendidikanpreaktik yang dilakukan dalam nstitusi untuk menujang ketrampilan-ketrampilan
khusus yang terkait dengan psikologi dan asrsmen psikologik. Untuk pendidikan praktik, yang
berperan penting ialah organisasi profesi.
Yap Kie Hien (1968) mengemukakan beberapa istilah lain untuk “Psikologi klinis.” Istilah-
istilah ini tidak sepenuhnya memeliki arti yang sama karena tiap istilahmewakili aliran berbeda-
beda. Istilah-istilah tersebut adalah psikopatologi, psikologi abnormal, psikologi medis, pato
psikologi dan psikologi mental health.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa psikologi klinis mencakup nasesmen, intervensi dan
penelitian. Di luar negri kemantapan psikologi klinis sebagai suatu profesi dalam praktik
psikologi klinis didukung oleh organisasi profesi psikologi klinis, diterbitkan jurnal yang
memuat penelitian-penelitian psikologi klinis, didirikannya program study untuk psikologi klinis
yang didukung organisasi profesi dan lain-lain.
1. Psikologi Klinis di Tengah Perang Dunia II
Ketika Amerika memasuki PD I, militer dalam jumlah besar direkrut dan harus diklasifikasikan
menjadi orang yang punya intelektual dan orang yang stabil psikologisnya. Tidak ada teknik
yang digunakan untuk melakukan hal ini. Kemudian pihak militer meminta Robert Yerkes (yang
kemudian menjadi presiden APA) untuk memimpin komite psikolog eksperimental yang
berorientasi pada asesmen yang mengembankan pengukuran yang tepat. Untuk mengukur
kemampuan mental, komite tersebut mengeluarkan tes intelejensi Army Alpha dan Army Betha,
dan untuk membantu mendeteksi gangguan perilaku. Selain itu, ini juga merekomendasikan
penemuan Psychoneurotic Robert Woodworth's. Pada tahun 1918, para psikolog telah
mengevaluasi hampir 2 juta orang.
Ahli klinis menggunakan variasi yang lebih luas mengenai tes intelijensi untuk anak dan dewasa
dan menambah pengukuran baru tentang kepribadian, minat, kemampuan khusus, emosi, dan
perilaku. Mereka mengembangkan alat tes sendiri, sambil mengadopsi dari alat tes lain yang
diambil dari psikiater Eropa yang orientasinya psikoanalisis. Beberapa tes yang familiar pada
masa ini adalah Jung's Association Test (1919), Roschach Inkblot Test (1921), the Miller
Analogies Test (1926), the Goodenough Draw-A-Man Test (1926), the Strong Vocationl Interest
Test (1927), the Thematic Apperception Test (TAT) (1935), the Bender-Gestalt Test (1938), dan
the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (1939).
Pada 1930-an akhir, psikologi klinis tidak hanya dikenal sebagai profesi. Pada permulaan PD II,
masih tidak terdapat program training untuk ahli klinis, hanya sedikit sekali yang
menyelenggarakan program doktoral, M.A dan paling banyak pada program B.A. Untuk
mendapatkan pekerjaan sebagai psikolog klinis, dibutuhkan beberapa keahlian tentang tes,
psikologi abnormal, perkembangan anak, dan juga tertarik dengan orang banyak. Departemen-
departemen psikologi Universitas enggan untuk mengembangkan program pascasarjana dalam
psikologi klinis karena fakultas mereka mempertanyakan penerapan psikologi dan mereka
khawatir dengan biaya pelatihan klinis yang cukup mahal.
Seluruh materi pokok psikologi klinis modern telah diadakan. Enam fungsinya – asesment,
treatment, research, teaching, consultation, dan administrasi – sudah bermunculan. Psikologi
klinis telah berkembang melalui klinik-klinik aslinya serta melalui rumah sakit, penjara dan
setting-setting lainnya. Parktisinya pun pada saat itu bekerja dengan anak-anak dan orang
dewasa.
2. Alfred Adler
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang
pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan
pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan
bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual
(Idividual Psychology).
a. Konsep-konsep psychology individual
1) Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak
berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan
ketergantungab kepada orang lain.
2) Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan
bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan
jiwanya.
b. Dua dorongan pokok
1) Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar
belakangi segala perilakunya, yaitu :
2) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;
3) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.
c. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior
Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior.
Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada
inferioritasnya.
d. Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun
setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda.
Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu
di mana dia berada (Alwisol, 2005 : 97).
e. Minat sosial (social interest)
Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran
yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu
berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Bahwa
semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut Adler,
terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
3. Carl Gustav Jung
Dikenal mengmbangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan
keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya
renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang
ketidak sadaran. Meskipun keduanya menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku
menusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini) tapi mereka berbeda posisi tentang asal
ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsure seksual adalah factor utama dan dominant
dalam ketidaksadaran, sementara Jung sangat tidak setuju dengan pandangan ini dan menyatakan
bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya social dan
tergantung ras.
Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah seorang pendeta dan unsure religius nantinya banyak
berperan dalam pemkiran-pemikirannya. Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan
konsep utamanya, collective unconcious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada peda seluruh
manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective
unconcious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai
pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatan buas, dan lain-lain.
Collective unconcious menjadi dasar kepribadian manusia karena di dalamnya terkandung nilai
dan kebijaksanaan yang dianut manusia.
Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari
pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar
pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective
unconciousness.
Evaluasi Jung:
Jung memasukkan unsure budaya dalam aliran psikoanalisa sehingga teorinya juga menjangkau
bidang luas, seperti sejarah, seni dan lain-lain. Berdasarkan teori Jung, para ahli tes psikologi
seperti Eysenck dan Cattell menyusun tes kepribadian setelah menguji validitas teori Jung secara
statistic.