Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Psikologi Klinis dan Pendekatan Psikodinamika

A. Sejarah Psikologi Klinis


Selang waktu antara tahun 1896 dan 1946 merupakan tahun-tahun penting dalam Psikologi
Klinis. Pada kurun waktu tersebut, praktik maupun wacana tentang psikologi klinis mendominasi
wacana psikologi pada umumnya. Penggabungan istilah “psikologi” yang terkait dengan istilah
“klinik” yang artinya tempat orang berobat, pertama kali dilakukan oleh L.Witmer (Arieti,1959
& Phares, 1993. Psikologi Klinis adalah gabungan dari Psikologi Medis (yang merupakan
perkembangan dari psikiatri), dan “University Clinicss” yang didirikan oleh L. Witmer yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari mental tests dan psikologi eksperimental, atau sering
juga disebut psikologi “akademik”, psikologi sebagai ilmu.
Ditelisik dari sisi sejarah, psikologi klinis ditemukan oleh pria berkebangsaan Amerika, Lightner
Witmer. Lightner Witmer pada tahun 1896 mendirikan Klinik Psikologis atau “Psychologocal
Clinic” yang pertama di Universitas Pensylvania. Oleh karena itu, tahun 1896 dianggap sebagai
tahun penemuan psikologi klinis sebagai profesi. Pada klinik ini tugas psikolog ialah memeriksa
anak-anak yang mengalami kesulitan menerima pelajaran. Klinik psikologi pada waktu itu tidak
bergerak seagai adan pel;ayanan bagi orang sakit atau orang-orang yang mengalami gangguan
penyesuaian diri. Di Universitas lain, pendirian klinik psikologis seperti itu kemusian
bermunculan, antara lain klinik psikologi yang dibangun oleh Carl E. Seashore di Universitas
IOWA. Pada tahun 1914 telah tercatat 19 klinik psikologi yang dibangun, dan jumlahnya
meningkat tajam pada tahun 1935 hingga menjadi 87 buah klinik (Louttit, 1939).
Dimulai ketika ada seorang guru sekolah bernama Margareth Maguire yang meminta Witmer
untuk membantu salah seorang muridnya- Charles Gilman- yang didiagnosa mengalami
kesulitan dalam mengeja. Witmer kemudian menerima tawaran tersebut. Tak disangka, hal ini
menghantarkan dia sebagai psikolog klinis pertama, dan pada saat yang sama, ia memulai usaha
untuk mendirikan klinik psikologi pertama di dunia.

Pendekatan yang pertama kali dilakukan oleh Witmer adalah dengan assesmen (menilai) masalah
Charles disusul menyusun rangkaian pengobatan yang tepat. Penilaian psikologis menunjukkan
bahwa Charles mengalami kerusakan visual, baik dalam hal membaca dan masalah mengingat.
Hal tersebut diberi istilah oleh Witmer dengan "amnesia verbal-visual, atau sekarang disebut
disleksia. Witmer menggunakan tutorial yang intensif guna membantu si anak dalam mengenal
kata tanpa terlebih dahulu mengejanya. Cara ini berhasil sehingga Charles bisa kembali normal
membaca.

Tidak semua yang dilakukan oleh Witmer berpengaruh secara merata, artinya bisa diterapkan di
segala umur, akan tetapi ada beberapa aspek klinis terbarunya yang diperuntukkan untuk
pekerjaan klinis berikutnya:
1. Kebanyakan kliennya adalah anak-anak, perkembangan natural sejak Witmer menawarkan
kursus tentang psikologi anak, telah mempublikasikan karyanya di jurnal pediatris, dan telah
menarik minat guru yang memperhatikan masalah siswa mereka.
2. Rekomendasinya guna membantu para klien didasari oleh asesmen diagnostik
3. Dia tidak bekerja sendiri, akan tetapi dengan pendekatan tim yang merekrut anggotanya dari
berbagai profesi, saling berkonsultasi dan berkolaborasi dalam kasus-kasus tertentu.
4. Ada penekanan yang jelas pada pencegahan masalah mendatang melalui diagnosa dan
pengobatan awal.
5. Dia menekankan bahwa psikologi klinis harus dibangun di atas prinsip yang ditemukan atas
dasar psikologi ilmiah.

Pada tahun 1897, ada klinik baru yang menawarkan kursus 4 pekan pada musim panas. Kursus
ini menawarkan presentasi kasus, instruksi tes diagnosa, dan teknik demonstrasi pengobatan.
Pada tahun 1900, sebanyak 3 anak per hari diberikan oleh staf klinis. Selama tahun akademik
1904-1905, Universitas Pensylvnia menawarkan program psikologi klinis di bawah pengawasan
Witmer. 
Akan tetapi, pengaruh klinik Witmer, sekolah, jurnal, dan pelatihan-pelatihan menjadi terbatas.
Witmer merasa bahwa psikologi klinis berputar-putar saja, stagnan. Akan tetapi Witmer
memiliki sedikit hal yang telah dilakukannya dan kemudian mengendalikannya. Itu semua
disebabkan karena ia mengabaikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi di kemudian
hari. Sebagai contoh, Witmer mengabaikan tes intelijensi Binet dan Skala Binet-Simon ketika
keduanya diperkenalkan di Amerikan Serikat. Seperti tes Binet terdahulu, instrumen ini
dirancang untuk mengukur proses mental yang rumit, bukan untuk mengukur mental biasa yang
dilakukan oleh Witmer. Walaupun Binet mengingatkan bahwa alatnya tidak menyediakan
pengukuran objektif keseluruhan intelijensi, tetapi tes Binet-Simon ini mencuri perhatian banyak
kalangan.

Pada akhirnya Witmer tidak bergabung dengan ahli klinis lain dalam praktek psikoterapi atau
dalam mengadopsi pendekatan Freudian dalam menangani kasus gangguan. Pendekatan Freud
menjadi terkenal di kalangan psikologi melalui perkumpulan psikiater di rumah sakit jiwa serta
Klinik bimbingan pertama ditemukan di Chicago pada 1909 oleh seorang psikiater bernama
William Healy. Dia mempunyai banyak kesamaan dengan Witmer. Hanya saja dia lebih fokus
pada kasus-kasus perilaku menyimpang anak-anak yang disebabkan oleh otoritas sekolah, polisi

Pada tahun 1946, barulah psikoterapi menjadi aktivitas profesional yang tetap bagi psikolog
klinis. Sejak 1970-an, kebanyakan psikolog klinis melakukan kegiatan psikoterapi, sementara
kegiatan asesmen atau diagnosis hanya menyita 10% saja dari keseluruhan waktu praktik yang
digunakan.
Dalam kegiatan praktisnya, psikolog klinis lebih sedikit mirip psikolog pada umumnya dari pada
pendeta atau manager persoalia atau dokter. Yang sama diantara mereka adalah evaluasi individu
pada waktu dan pada perangkat lingkungan tertentu. Tugas utamanya adalah memahami individu
secara lebih mendalam sebagai landasan untuk penanganan berikut keperluan tertentu yang telah
dirancang.
Oleh karena psikologi klinis tidak mempunyai pendidikan dasar kedokteran, maka hak seorang
psikolog klinis untuk memberikan psikoterapi sekiar tahun 1950-1980 seringkali
dipermasalahkan. Istilah psikoterapi hanya dapat dilakukan oleh psikiaer. Ada pendidikan fomal
yang biasanya dilakukan di universitas untuk tujuan memperoleh gelar, dan ada
pendidikanpreaktik yang dilakukan dalam nstitusi untuk menujang ketrampilan-ketrampilan
khusus yang terkait dengan psikologi dan asrsmen psikologik. Untuk pendidikan praktik, yang
berperan penting ialah organisasi profesi. 
Yap Kie Hien (1968) mengemukakan beberapa istilah lain untuk “Psikologi klinis.” Istilah-
istilah ini tidak sepenuhnya memeliki arti yang sama karena tiap istilahmewakili aliran berbeda-
beda. Istilah-istilah tersebut adalah psikopatologi, psikologi abnormal, psikologi medis, pato
psikologi dan psikologi mental health.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa psikologi klinis mencakup nasesmen, intervensi dan
penelitian. Di luar negri kemantapan psikologi klinis sebagai suatu profesi dalam praktik
psikologi klinis didukung oleh organisasi profesi psikologi klinis, diterbitkan jurnal yang
memuat penelitian-penelitian psikologi klinis, didirikannya program study untuk psikologi klinis
yang didukung organisasi profesi dan lain-lain.
1. Psikologi Klinis di Tengah Perang Dunia II
Ketika Amerika memasuki PD I, militer dalam jumlah besar direkrut dan harus diklasifikasikan
menjadi orang yang punya intelektual dan orang yang stabil psikologisnya. Tidak ada teknik
yang digunakan untuk melakukan hal ini. Kemudian pihak militer meminta Robert Yerkes (yang
kemudian menjadi presiden APA) untuk memimpin komite psikolog eksperimental yang
berorientasi pada asesmen yang mengembankan pengukuran yang tepat. Untuk mengukur
kemampuan mental, komite tersebut mengeluarkan tes intelejensi Army Alpha dan Army Betha,
dan untuk membantu mendeteksi gangguan perilaku. Selain itu, ini juga merekomendasikan
penemuan Psychoneurotic Robert Woodworth's. Pada tahun 1918, para psikolog telah
mengevaluasi hampir 2 juta orang.
Ahli klinis menggunakan variasi yang lebih luas mengenai tes intelijensi untuk anak dan dewasa
dan menambah pengukuran baru tentang kepribadian, minat, kemampuan khusus, emosi, dan
perilaku. Mereka mengembangkan alat tes sendiri, sambil mengadopsi dari alat tes lain yang
diambil dari psikiater Eropa yang orientasinya psikoanalisis. Beberapa tes yang familiar pada
masa ini adalah Jung's Association Test (1919), Roschach Inkblot Test (1921), the Miller
Analogies Test (1926), the Goodenough Draw-A-Man Test (1926), the Strong Vocationl Interest
Test (1927), the Thematic Apperception Test (TAT) (1935), the Bender-Gestalt Test (1938), dan
the Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (1939).

Pada 1930-an akhir, psikologi klinis tidak hanya dikenal sebagai profesi. Pada permulaan PD II,
masih tidak terdapat program training untuk ahli klinis, hanya sedikit sekali yang
menyelenggarakan program doktoral, M.A dan paling banyak pada program B.A. Untuk
mendapatkan pekerjaan sebagai psikolog klinis, dibutuhkan beberapa keahlian tentang tes,
psikologi abnormal, perkembangan anak, dan juga tertarik dengan orang banyak. Departemen-
departemen psikologi Universitas enggan untuk mengembangkan program pascasarjana dalam
psikologi klinis karena fakultas mereka mempertanyakan penerapan psikologi dan mereka
khawatir dengan biaya pelatihan klinis yang cukup mahal. 

Seluruh materi pokok psikologi klinis modern telah diadakan. Enam fungsinya – asesment,
treatment, research, teaching, consultation, dan administrasi – sudah bermunculan. Psikologi
klinis telah berkembang melalui klinik-klinik aslinya serta melalui rumah sakit, penjara dan
setting-setting lainnya. Parktisinya pun pada saat itu bekerja dengan anak-anak dan orang
dewasa.

2. Pasca Perang Dunia


Pasca perang dunia II pengenalan hukum psikologi klinis sebagai profesi tumbuh dengan baik.
Pada masa pasca perang, hukum menyediakan lisensi atau sertifikasi bagi para ahli klinis yang
punya kualifikasi tinggi, dan APA membuat grup sertifikat mandiri untuk mengidentifikasi
individu yang telah mencicipi banyak pengalaman dan mengusai banyak keahlian.
Penelitian klinis juga meluas setelah PD II dan menghasilkan banyak kesimpulan negatif pada
ketidakmanfaatan tes kepribadian, nilai keputusan diagnostik dibandingkan dengan keputusan
yang statistik, dan efektifitas psikoterapi tradisional. Penelitian ini membuat ketidakpuasan
terhadap metode standar penilaian klinis dan ini termotivasi oleh perkembangan pendekatan-
pendekatan baru untuk merawat, termasuk pendekatan humanistik dan behavioral.
Pada tahun 1980, hampir seluruh yng berkaitan dengan psikologi klinis sebelum PD II telah
berubah. Psikolog klinis sebelum PD merupakan ahli diagnosa yang kliennya adalah anak-anak.
Setelah 1945, fungsi, setting, dan klien dari psikologi klinis berubah drastis. Sekarang, ahli klinis
bisa menikmati jangkauan yang lebih luas tentang pendekatan teori dan alat-alat praktek untuk
melakukan asesemen dan untuk merubah prilaku manusia.

3. Psikologi Klinis pada abad -21


Perjalanan sejarah psikologi klinis mengalami kemajuan pesat selama lebih dari 100 tahun, akan
tetapi baik perkembangannya maupun pengujiannya belum sempurna. Ketika memasuki abad 21,
psikologi klinis banyak menemui hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Termasuk cara
melatih siswa, layanan yang disediakan ahli klinis, seting yang digunakan, cara pembayaran, dan
teori yang membimbing mereka serta perawatan gangguan psikologis.
(Disarikan dari Nietzel et.al) 

4. Perkembangan Psikologi Klinis di Indonesia


Di Indonesia sendiri pendidikan psikologi dipelopori oleh Slamet Iman Santoso.
Awal dari pendidikan psikologi dilakukan di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh Teutelink
yang kemudian menjadi program stiudy psikologi yang pernah bernaung di bawah brbagai
fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh
rekomendasi dari oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang Himpsi. Izin
diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan rencananya akan dikeluarkan oleh
Himpsi sendiri.
Di Indonesia pendidikan profesi spesialis psikologi klinis secara formal belum diadakan, padahal
sebenarnya sudah cukup banyak pakar yang berpengalaman di berbagai bidang psikologi klinis
seperti terapi tingkahlaku, family therapy, counseling. Upaya untuk membuka jalur pendidikan
spesialistik-profesional semestinya didukung oleh organisasi profesi (ISPSI/HIMPSI) karena
pihak pemerintah – yakni Direktorat Pendidikan Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih
mengutamakan pendidikan akademik S1, S2, dan S3.
B. Pendekatan Psikodinamika
Bentuk teori kepribadian dan terapi ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa
klinisi menangani patologi. Freud menyebut pendekatan ini psikoanalisis, tetapi istilah
psikodinamika lebih banyak digunakan karena dapat mencakup psikoanalisis dan berbagai
macam pendekatan yang muncul berdasarkan pemikiran Freud, yang semuanya menekankan
pada pentingnya ketidaksadaran. Kata dinamik dimaksudkan sebagai istilah psikologis yang
paralel dengan dinamika fisik, yang berhubungan dengan berbagai kekuatan yang mengubah
sebuag benda dari inertia (kelembaman ) dan equilibrium (kesetimbangan) yang terus –menerus.
Psikoterapis psikodinamika tertarik dengan kekuatan-kekuatan perubahan, terutama emosi,
insting, motif, dan konflik. 
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah
bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk
memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber
terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran
psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut
memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl
Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric
Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena
masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit. (Alwisol, 2005 :
3-4).
Adapun tokoh- tokoh pendekatan psikodinamika adalah 
1. Sigmund Freud
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai
teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak
berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Struktur Kepribadian 
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an,
teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923
a. Das Es (the Id)
Menurut Freud, das Es berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle),
munculnya dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi das Es, adalah dalam rangka
membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini terpenuhi maka rasa puas atau senang
akan diperoleh.
Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut The Id adalah aspek kepribadian yang dimiliki
individu sejak lahir. Jadi das Es merupakan factor pembawaan. Das Es merupakan aspek biologis
dari kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif yang fungsinya untuk
mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh
membutuhkan makanan dan minuman. Dengan munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha
mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan
minuman..
b. Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The Ego merupakan aspek kepribadian yang
diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud, das Ich
merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas
atas dasar prinsip realitas (reality principle). 
c. Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa
nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk
melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi
individu. Fungsi das Ueber Ich adalah: 
1) Sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas
yang dapat diterima masyarakat;
2) Mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral; 
3) Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau nurani dan ego
ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi dari peri-ngatan
dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan
kepada anak-anak.

2. Alfred Adler 
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang
pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan
pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan
bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual
(Idividual Psychology).
a. Konsep-konsep psychology individual
1) Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak
berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan
ketergantungab kepada orang lain.
2) Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan
bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan
jiwanya.
b. Dua dorongan pokok
1) Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar
belakangi segala perilakunya, yaitu :
2) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;
3) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.
c. Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior
Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior.
Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada
inferioritasnya.
d. Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun
setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda.
Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu
di mana dia berada (Alwisol, 2005 : 97).
e. Minat sosial (social interest)
Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran
yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu
berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Bahwa
semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut Adler,
terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
3. Carl Gustav Jung
Dikenal mengmbangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan
keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya
renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang
ketidak sadaran. Meskipun keduanya menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku
menusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini) tapi mereka berbeda posisi tentang asal
ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsure seksual adalah factor utama dan dominant
dalam ketidaksadaran, sementara Jung sangat tidak setuju dengan pandangan ini dan menyatakan
bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya social dan
tergantung ras.
Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah seorang pendeta dan unsure religius nantinya banyak
berperan dalam pemkiran-pemikirannya. Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan
konsep utamanya, collective unconcious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada peda seluruh
manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective
unconcious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai
pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatan buas, dan lain-lain.
Collective unconcious menjadi dasar kepribadian manusia karena di dalamnya terkandung nilai
dan kebijaksanaan yang dianut manusia.
Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari
pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar
pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective
unconciousness.
Evaluasi Jung:
Jung memasukkan unsure budaya dalam aliran psikoanalisa sehingga teorinya juga menjangkau
bidang luas, seperti sejarah, seni dan lain-lain. Berdasarkan teori Jung, para ahli tes psikologi
seperti Eysenck dan Cattell menyusun tes kepribadian setelah menguji validitas teori Jung secara
statistic.

Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi Psikodinamika


1. Konflik intrapsikis dan tak sadar sangat penting bagi perkembangan manusia.
2. Pertahanan berkembang dalam struktur internal untuk menghindari konsekuensi konflik ynag
tidak menyenangkan; terapis mengeksplorasi berbagai upaya untuk menghindari topic-topik atau
aktivitas-aktivitas yang menghalangi kemajuan terapi.
3. Psikopatologi berkembang terutama dari pengalaman masa kanak-kanak awal.
4. Representasi internal dari pengalaman diorganisasikan di seputar hubungan interpersonal
denagn orang lain.
5. Diharapkan bahwa isu-isu dan dinamika-dinamika kehidupan yang signifikan akan muncul
kembali dalam hubungan ynag dibentuk pasien denagn terapis, yang menghasilkan
transferansi(perasaan terhadap terapis) kontratransferensi (persaan terapis terhadap pasien), yang
masing-masing dapat bersifat positif atau negative.
6. Asosiasi bebas adalah metode utama untuk mengungkap konflik-konflik dan maslah-masalah
internal, terutama melalui eksplorasi keinginan, mimpi, dan fantasi.
7. Interpretasinya difokuskan pada transferensi, mekanisme pertahanan, dan gejala-gejala saat
ini, serta penyelesaian masalh-masalah ini.
8. Insight merupakan aspek sentral atau paling tidak sangat diharapkan untuk keberhasilan terapi,
bukan hanya katarsis atau pengekspresian perasaan.
C. Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Psikodinamika
Pada teknik psikodinamika, meskipun sebagian psikoanalis terus mempraktikan psikoanalis
tradisional dengan cara yang sama dengan Freud, Kelemahan psikoanalisis tradisonal yakni:
1. Bentuk yang lebih singkat dan kurang intensif
2. Klien dan treapis umunya duduk berhadapan
3. Terapis tidak memberikan interpretasi secara berkala, melainkan terlibat dalam pertukaran
verbal yang lebih sering dengan klien.
Kelebihan psikodinamika (psikoanalitik/terapi psikodinamika)baru:
1. Bentuk penanganan yang lebih singkat dan murah atau lebih intensif
2. Bertujuan mengungkapkan motif-motif bawah sadar dan menghancurkan resistansi dan
pertahanan psikologis
3. Fokusnya lebih pada hubungan klien

Anda mungkin juga menyukai