Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TUTORIAL

RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS


REVIEW PART 3 ACCELERATECHAPTER 9 “BATCH”

Disusun oleh:
Intan Salva Anggraeni 185040101111078
Suhaiba Fahliza 185040101111081
Gusti Ayu Devina Marsheila 185040101111089

Kelompok 7
Kelas F

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
PART 3 ACCELERATE
CHAPTER 9 “BATCH”
Pendekatan satu amplop dalam satu waktu ini disebut dengan single-piece
flow. Single-piece flow adalah prinsip aliran produksi yang berjalan satu per satu,
sehingga tidak terdapat produk work-in-process pada lantai produksi (Dolcemascolo,
2006). Kelebihan utama dalam bekerja menggunakan batch kecil yaitu dapat
mengidentifikasi permasalahan kualitas lebih cepat, sehingga dapat mengurangi
pengeluaran dalam hal waktu, uang dan usaha yang biasanya terbuang percuma.
Pendekatan produksi batch kecil dapat menghasilkan produk jadi dalam beberapa
detik, sedangkan pendekatan produksi batch besar harus mengirimkan semua
produk sekaligus.
Dalam ekonomi pasca Perang Dunia II, perusahaan Toyota tidak dapat
bersaing dengan pabrik besar seperti Amerika yang menggunakan teknik produksi
massal. Mereka akan menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk membeli mesin
yang dapat memproduksi ribuan suku cadang dapat satu waktu. Hal ini sangat tidak
mungkin melihat krisis ekonomi yang sedang dialami oleh Jepang. Dengan latar
belakang inilah, para innovator seperti Taiichi Ohno, Shigeo Shingo dan lainnya
menemukan cara sukses dalam menerapkan pendekatan produksi batch kecil.
Mereka berfokus pada “changover time” sehingga mampu memproduksi seluruh
mobil dengan batch kecil selama proses berlangsung.
Pergantian mesin yang cepat ini bukanlah hal yang mudah, Shigeo Shingo
menciptakan konsep SMED (Single-Minute Exchange of Die). SMED (Single Minute
of Exchange Die) adalah metodologi dasar yang digunakan untuk mereduksi waktu
set up, dari hitungan jam menjadi kurang dari sepuluh menit (Supriyanto, 2018).
Karena ukuran batch yang lebih kecil, Toyota mampu menciptakan keragam produk
yang lebih besar, sehingga mampu melayani pasarnya yang lebih kecil, lebih
terfragmentasi dan masih bersaing dengan produsen massal. Hal inilah yang
menjadikan Toyota sebagai pembuat mobil terbesar di dunia pada tahun 2008.
Small-Batch at IMVU
Di IMVU, mereka berusaha merancang, mengembangkan dan mengirimkan
produk dengan fitur baru satu-per satu dengan memanfaatkan kekuatan batch kecil.
Sistem kekebalan di IMVU diprogram untuk mendeteksi konsekuensi bisnis . ketika
sistem kekebalan mendeteksi suatu masalah, sejumlah hal-hal terjadi segera:
1. Perubahan yang rusak segera dihapus secara otomatis
2. Setiap orang di tim yang relevan diberitahu tentang masalah tersebut
3. Tim dilarang memperkenalkan perubahan lebih lanjut, mencegah masalah
menjadi lebih parah di masa depan hingga akar penyebab masalahnya
ditemukan dan diperbaiki
CONTINUOUS DEPLOYMENT BEYOND SOFTWARE
Terdapat tiga cara bagaimana penerapan berkelanjutan di luar perangkat lunak
dapat terjadi, yaitu:
1. Hardware menjadi software. Seperti kita tahu ponsel dan komputer saat ini
nilainya ditentukan oleh software yang dimiliki. Apa yang dapat dibangun dari
perangkat lunak dapat banyak dimodifikasi lebih cepat daripada perangkat
fisik atau mekanis.
2. Perubahan produksi yang cepat. Perusahaan dapat menawarkan banyak
pilihan produk kepada pelanggan dan mereka pun mendapatkan respon
yang lebih cepat pula tentang versi terbaru.
3. Pencetakan 3D dan alat pembuatan prototype cepat. Misalnya, sebagian
besar produk dan suku cadang yang biasanya terbuat dari plastic, kini
diproduksi menggunakan teknik yang disebut cetakan injeksi. Proses ini tentu
sangat mahal dan membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi setelah aktif
berproduksi dapat menghasilkan ribuan item identik dengan harga yang
sangat rendah. Namun, hal ini umumnya hanya dilakukan oleh perusahaan
besar yang mampu membuat produk baru dalam jumlah besar. Dengan
adanya teknologi saat ini juga tidak menutup kemungkinan jika
wirausahawan dapat memproduksi barang serupa dengan kualitas yang
sama.
SMALL BATCHES IN ACTION
Sebuah perusahaan di Boise, Idaho, memanggil SGW Designworks untuk
membangun sistem sinar X lapangan yang kompleks mendeteksi bahan peledak
dan perangkat perusak lainnya di perlintasan perbatasan dan di zona perang.
Secara konseptual, sistem terdiri dari head unit yang canggih membaca x-ray Film,
beberapa panel x-ray film, dan kerangka kerja untuk pegang panel saat film terbuka.
Berikut merupakan Garis Waktu dalam pembuatan proyek:
GARIS WAKTU PROYEK
Desain dan rekayasa prototipe virtual 1 hari
Produksi dan perakitan prototipe 3 hari
Desain iterasi dan dua siklus tambahan 5 hari
Proses produksi awal dan perakitan empat puluh unit 15 hari
1. Desain dan rekayasa prototipe virtual
SGW segera mulai membuat file prototipe visual dengan menggunakan desain
dibantu komputer 3D (CAD) perangkat lunak. Model 3D berfungsi sebagai alat
komunikasi cepat antara klien dan tim SGW untuk membuat desain awal keputusan.
Tim dan klien menetapkan desain yang menggunakan engsel penguncian canggih
untuk menyediakan kolapibilitas yang diperlukan mengorbankan stabilitas.
Desainnya juga terintegrasi dengan suction mekanisme cangkir / pompa untuk
memungkinkan pemasangan yang cepat dan berulang panel x-ray.
2. Produksi dan perakitan prototipe
Tim SGW menyerahkan fisik pertama prototipe ke klien. Prototipe telah dikerjakan
dari mesin aluminium langsung dari model 3D, menggunakan teknik yang disebut
computer numerical control (CNC) dan dirakit dengan tangan tim SGW. Klien segera
membawa prototipe ke kontak militernya untuk diteliti kembali.
3. Desain iterasi dan dua siklus tambahan
Siklus penuh lainnya iterasi desain, pembuatan prototipe, dan tinjauan desain telah
selesai oleh klien dan SGW.
4. Proses produksi awal dan perakitan empat puluh unit
Proses produksi pertama dari empat puluh selesai unit siap untuk dikirim tiga
setengah minggu setelah inisiasi proyek pembangunan.
Tim menggunakan hal yang sama proses untuk merancang dan mengirimkan
delapan produk, melayani berbagai fungsi, dalam periode dua belas bulan. Separuh
dari produk tersebut adalah menghasilkan pendapatan hari ini, dan sisanya
menunggu pesanan awal, semua berkat kekuatan bekerja dalam kelompok kecil.
SMALL BATCHES IN EDUCATION
Sejumlah pekerjaan yang signifikan mungkin diperlukan untuk itu
memungkinkan inovator untuk bereksperimen dalam kelompok kecil. untuk
perusahaan mapan yang ingin mempercepat tim inovasi mereka, membangun
platform ini untuk eksperimen adalah tanggung jawab manajemen senior. Contohnya
saja Di School of One, seorang guru mencoba bereksperimen dengan kurikulum.
Setiap siswa mengerjakannya dengan kecepatannya sendiri. Oleh sebab itu
diperlukan alat agar guru dapat bekerja dalam kelompok yang jauh lebih kecil, untuk
keuntungan murid mereka. (Dan, saat alat mencapai adopsi skala luas, berhasil
eksperimen oleh masing-masing guru dapat diluncurkan kabupaten-, kota-, atau
bahkan nasional.)
THE LARGE-BATCH DEATH SPIRAL
Dari sudut pandang efisiensi individu, bekerja di batch besar masuk akal. Ini juga
memiliki manfaat lain: mempromosikan pengembangan keterampilan, membuatnya lebih
mudah untuk menahan kontributor individu akuntabel, dan, yang paling penting,
memungkinkan para ahli untuk bekerja sama gangguan keluar. Untuk meminimalisir
pengerjaan ulang, pekerjaan tambahan dan meminimalisir overhead maka hal yang
seharusnya dilakukan pemprioritasan oleh manajer.
Contohnya saja apotek rumah sakit yang sring memberikan obat dalam jumlah
besar. Tetapi banyak dari obat-obatan tersebut dikembalikan ke apotek akibat dari pesanan
pasien yang berubah. Hal iini menyebabkan pengerjaan dan pemprosesan ulang. Oleh sebab
itu, mengirim batch yang lebih kecil setiap empat jam sekali dapat megurangi total beban
kerja untuk apotek dan memastikan bahwa obat yang diberikan tepat sesuai dengan
kebutuhan
PULL, DONT PUSH
Perusahaan berusaha untuk menghindari kehabisan stok dengan
menyimpan persediaan yang cukup besar sehingga perusahaan memungkinkan
untuk menawarkan produk yang tepat bagi setiap pelanggan. Namun, persediaan
yang besar memerlukan biaya yang besar pula dan ada kemungkinan besar produk
cacat, dapat dikatakan bahwa perusahaan melakukan pemborosan. Dalam
memecahkan masalah pemborosan atau waste, perusahaan dapat beralih pada
jenis produksi lean manufacturing dengan sistem tarik (pull system). Lean
manufacturing ialah suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
pemborosan (waste) atau aktivitas yang tidak bernilai tambah melalui peningkatan
terus menerus dengan cara mengalirkan produk dan informasi menggunakan sistem
tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan
dan kesempurnaan dalam industri (Adrianto dan Kholil, 2015). Lean manufacturing
merupakan metode produksi Toyota yang terkenal. Dengan penggunaan metode ini,
jumlah persediaan work in progress menyusut. Sistem tarik (pull system) digunakan
untuk memastikan proses produksi disesuaikan dengan tingkat permintaan
pelanggan, sehingga produk tidak melebihi maupun tidak mengurangi permintaan.
Jadi, Startup Toyota dalam membangun produk, perusahaan perlu melakukan
eksperimen yang dapat membantu untuk mempelajari cara membangun bisnis yang
berkelanjutan, kebalikan dari metode Build Measure Learn.
Selain itu, startup Alphabet Energy melakukan metode hipotesis. Alphabet Energy
mengembangkan produk yang dapat menghasilkan listrik dari limbah panas
menggunakan bahan termoelektrik. Sisi unik dari startup ini mereka telah membuat
keputusan cerdas sejak awal proses penelitian yaitu mendasarkan penelitian mereka
pada wafer silikon karena merupakan infrastruktur semikonduktor bebiaya rendah.
Padahal banyak perusahaan rintisan Clean Tech harus melakukan investasi awal
yang besar. Namun, Alphabet berawal dari mengkonsep produk menjadi memegang
versi fisik hanya dalam 6 minggu. Metode yang Alphabet gunakan yaitu Build
Measure Learn dimana melakukan hipotesis, lalu perusahaan akan mulai menguji
hipotesis dalam kelompok kecil. Menurut Afdi dan Purwanggono (2017), Build
Measure Learn merupakan sebuah hipotesis, membangun sebuah produk yang
dapat menguji hipotesis tersebut, lalu mempelajari apa yang terjadi dan
menyesuaikan.

Menurut Toyota, Lean Startup hanya berfungsi jika perusahaan mampu membangun
organisasi yang dapat beradaptasi dan cepat dalam menghadapi tantangan yang
ada. Dalam piramida, akuntabilitas adalah fondasinya. Akuntabilitas perlu ada dalam
perilaku manusia untuk mendukung pelaksanaan proses pada suatu organisasi.
Apabila dalam proses sering ditemukan hal-hal positif berarti dapat membangun
budaya yang sehat di dalam organisasi, sehingga menciptakan motivasi untuk
menjalankan pekerjaannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, W., Kholil, M. 2015. Analisis Penerapan Lean Production Process Untuk
Mengurangi Lead Time Process Perawatan Engine (Studi Kasus Pt.Gmf
Aeroasia). Jurnal Optimasi Sistem Industri 14(2) : 299-309
Afdi, Z., Purwanggono, B. 2017. PERANCANGAN STRATEGI BERBASIS
METODOLOGI LEAN STARTUP UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN RINTISAN BERBASIS TEKNOLOGI DI INDONESIA. Industrial
Engineering Online Journal 6(4) : 1-13
Ciandt. The Startup Way: Conquistando Inovação E Agilidade Em Escala.
br.ciandt.com/blog/the-startup-way-inovacao-agilidade-em-escala. Diakses
pada 24 September 2020
Dolcemascolo, D. 2006. Improving the Extended Value Stream (Lean for the Entire
Supply Chain). New York: Productivity Press
Supriyanto. 2018. Otimasi Waktu/Proses Produksi Di Pt. Sumiden Sintered
Component Indonesia Dengan Teknik Analisa Network/Pert Dan Metode
Smed. J. PASTI. 8(3): 362-398

Anda mungkin juga menyukai