Mkdu4110 PDF
Mkdu4110 PDF
Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Juli 2008 Cetakan kedelapan belas, November 2014
Cetakan ketiga, Mei 2009 Cetakan kesembilan belas, Desember 2015
Cetakan kelima, Maret 2010 Cetakan kedua puluh, Januari 2016
Cetakan kedelapan, November 2010 Cetakan kedua puluh satu, Februari 2016
Cetakan kesepuluh, April 2011 Cetakan kedua puluh dua, Mei 2016
Cetakan keempat belas, November 2012 Cetakan ke dua puluh tiga, September 2016
Cetakan keenam belas, November 2013 Cetakan kedua puluh empat, September 2016
499.221
MAT MATERI pokok bahasa Indonesia; 1 – 9/ MKDU4110/
3 sks/ B. Esti Pramuki [et.al.]. -- Cet.24; Ed .1 --
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
375 hal: ill; 21 cm.
ISBN: 978-979-011-341-1
1. bahasa indonesia
I. Pramuki, Esti [et al.]
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam IPTEK dan IPTAK ........ 1.17
Latihan …………………………………………............................... 1.22
Rangkuman ………………………………….................................... 1.23
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.25
Kegiatan Belajar 2:
Keterampilan Berbahasa Indonesia ................................................... 2.20
Latihan …………………………………………............................... 2.31
Rangkuman ………………………………….................................... 2.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.33
iv
Kegiatan Belajar 2:
Menyimak Informatif ......................................................................... 3.24
Latihan …………………………………………............................... 3.29
Rangkuman ………………………………….................................... 3.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.30
Kegiatan Belajar 2:
Hakikat Karya Ilmiah dan Karya Ilmiah Populer .............................. 4.26
Latihan …………………………………………............................... 4.35
Rangkuman ………………………………….................................... 4.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.36
v
Kegiatan Belajar 2:
Menilai Isi Bacaan .............................................................................. 5.26
Latihan …………………………………………............................... 5.39
Rangkuman ………………………………….................................... 5.40
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.42
Kegiatan Belajar 2:
Berbicara Formal ............................................................................... 6.17
Latihan …………………………………………............................... 6.31
Rangkuman ………………………………….................................... 6.31
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.32
vi
Kegiatan Belajar 2:
Pengembangan Paragraf ..................................................................... 7.17
Latihan …………………………………………............................... 7.32
Rangkuman ………………………………….................................... 7.34
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.34
Kegiatan Belajar 2:
Menulis Resensi ................................................................................. 8.26
Latihan …………………………………………............................... 8.35
Rangkuman ………………………………….................................... 8.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.37
vii
Kegiatan Belajar 2:
Menulis Makalah ................................................................................ 9.14
Latihan …………………………………………............................... 9.32
Rangkuman ………………………………….................................... 9.35
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.36
mengalami kesulitan, Anda harus bertanya kepada orang yang Anda anggap
menguasai masalah yang Anda hadapi atau bertanyalah kepada tutor Anda.
Kami sarankan juga agar Anda mengikuti tutorial online (Tuton) yang
disediakan oleh UT. Anda dapat mendaftar menjadi peserta Tuton di UPBJJ
terdekat.
Pet a Ko m pe ten si
Bahasa Indonesia/MKDU4110/3 sks
Modul 1
PE N D A HU L UA N
S eperti kita ketahui bersama bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang
digunakan oleh rakyat Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia
menjadi identitas bangsa di tengah-tengah bangsa lain di dunia. Sebelum
resmi menjadi bahasa nasional, bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa
Melayu. Sejak tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia dipakai resmi
oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Modul pertama ini secara umum akan membahas materi Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia. Sementara itu, kajian khusus dalam modul
ini meliputi: (1) perkembangan bahasa Indonesia; (2) kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan; dan (3) menjelaskan
peran dan fungsi bahasa Indonesia dalam pembangunan bangsa.
Apabila berbagai tujuan di atas sudah dapat Anda pahami, mulailah
mempelajari modul ini dengan memahami uraian pada setiap kegiatan
belajar. Langkah berikutnya ialah mengerjakan latihan yang ada pada setiap
akhir kegiatan belajar sesuai petunjuk yang ada. Apabila Anda mengalami
kesulitan, bacalah Petunjuk Jawaban Latihan yang tersedia pada setiap
kegiatan belajar. Dengan bantuan petunjuk itu silakan Anda kembali
mengerjakan latihan sampai dapat terselesaikan semua. Apabila Anda dapat
mengerjakan dengan benar sebanyak 80% dari bahan latihan yang tersedia,
lanjutkan kegiatan Anda dengan mengerjakan tes formatif yang ada di
bawahnya. Setelah semua nomor tes formatif dapat Anda kerjakan, cocokkan
jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang tersedia pada akhir
modul. Jika hasil pekerjaan Anda yang benar mencapai 80% atau lebih Anda
dapat melanjutkan untuk mempelajari kegiatan belajar berikutnya. Jika hasil
yang Anda capai kurang dari 80%, pelajari kembali materi yang belum Anda
1.2 Bahasa Indonesia
Kegiatan Belajar 1
B ahasa Indonesia yang kini kita gunakan sebagai bahasa resmi di negara
kita berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang kita gunakan
tersebut merupakan bahasa Melayu tua yang sampai sekarang masih dapat
kita selidiki sebagai peninggalan masa lampau. Penelitian lebih lanjut yang
dilakukan oleh para ahli, bahkan menghasilkan penemuan bahwa bahasa
Austronesia itu juga mempunyai hubungan kekeluargaan dengan bahasa-
bahasa yang dipergunakan di daratan Asia tenggara.
Bukan baru sekarang bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu
digunakan sebagai bahasa penghubung di beberapa negara Asia Tenggara.
Sudah sejak dulu kala, bahasa Indonesia atau bahasa Melayu itu dikenal oleh
penduduk daerah yang bahasa sehari-harinya bukan bahasa Indonesia atau
Melayu. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya beberapa prasasti yang
ditemukan di daerah-daerah yang bahasa sehari-hari penduduknya bukan
bahasa Indonesia atau Melayu. Tentu saja ada juga ditemukan di daerah yang
bahasa sehari-hari penduduknya sudah menggunakan bahasa Indonesia atau
Melayu. Sejarah perkembangan bahasa ini dapat dibuktikan dengan adanya
prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuo (684 M), Kota Kapur (686 M),
Karah Barahi (686 M).
Ketika bangsa Eropa pertama kali datang ke Indonesia, bahasa Melayu
sudah mempunyai kedudukan yang luar biasa di tengah-tengah bahasa-
bahasa daerah di Nusantara ini. Pigafetta yang mengikuti perjalanan
Magelhaen mengelilingi dunia, ketika kapalnya berlabuh di Tidore pada
tahun 1521 menuliskan kata-kata Melayu. Itu merupakan bukti yang jelas
bahwa bahasa Melayu yang berasal dari bagian barat Indonesia pada zaman
itu pun sudah menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada jauh di
sebelah timur.
Demikian juga menurut Jan Huygen van Lischoten, pelaut Belanda yang
60 tahun kemudian berlayar ke Indonesia, mengatakan bahwa bahasa Melayu
bukan saja sangat harum namanya tetapi juga dianggap bahasa yang
terhormat di antara bahasa-bahasa negeri timur. Hal tersebut dapat
dibandingkan dengan orang yang tidak dapat atau tidak tahu bahasa
1.4 Bahasa Indonesia
Indonesia, seperti orang yang tidak tahu dan tidak dapat berbahasa Prancis di
Negeri Belanda pada zaman itu. Berarti hal tersebut menunjukkan bahwa
bahasa Indonesia sudah demikian terkenal dan terhormat pada masa itu.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Nama bahasa Indonesia tersebut sifatnya
adalah politis, karena setujuan dengan nama negara yang diidam-idamkan
yaitu Bangsa Indonesia. Sifat politik ditimbulkan karena keinginan agar
bangsa Indonesia mempunyai semangat juang bersama-sama dalam
memperoleh kemerdekaan agar lebih merasa terikat dalam satu ikatan: Satu
Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diikrarkan melalui butir-butir
Sumpah pemuda sebagai berikut.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan ikrar antara ikrar ketiga
dengan ikrar pertama dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung.
Ikrar pertama dan kedua menyatakan ”mengaku bertumpah darah yang satu
dan mengaku berbangsa yang satu”. Artinya, tanah air dan bangsa kami
hanya satu yaitu Indonesia. Berbeda dengan ”menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang digunakan dalam mempersatukan bangsa Indonesia.
Tidak berarti bahwa, bahasa daerah dihapuskan. Bahasa daerah tetap harus
dijaga dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Jadi, sangatlah
keliru jika ada warga daerah yang malu menggunakan bahasa daerahnya
dalam berkomunikasi.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan diartikan sebagai bahasa
yang digunakan di dalam kegiatan berkomunikasi yang melibatkan banyak
tokoh atau masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Itulah
sebabnya bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa
persatuan.
MKDU4110/MODUL 1 1.5
Sehubungan dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas
kerelaan mereka membelakangkan bahasa ibunya demi cita-cita yang lebih
tinggi, yakni cita-cita nasional. Tiga bulan menjelang Sumpah Pemuda,
tepatnya 15 Agustus 1926, Soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa
perbedaan bahasa di antara suku bangsa Indonesia tidak akan menghalangi
persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu (bahasa Indonesia) itu tersebar,
makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud.
Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei
1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua di
samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama
di dalam sidang Dewan rakyat. Sayangnya, anggota bumiputra tidak banyak
yang memanfaatkannya.
Masalah bahasa resmi muncul lagi dalam Kongres Bahasa Indonesia
pertama di Solo pada tahun 1938. Pada kongres itu ada dua hal hasil
keputusan penting yaitu bahasa Indonesia menjadi (1) bahasa resmi dan
(2) bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan dan perundang-
undangan.
Demikianlah ”lahir”nya bahasa Indonesia bukan sebagai sesuatu yang
tiba-tiba jatuh dari langit, tetapi melalui perjuangan panjang disertai
keinsafan, kebulatan tekad, dan semangat untuk bersatu. Api perjuangan itu
berkobar terus untuk mencapai Indonesia merdeka yang sebelum itu harus
berjuang melawan penjajah.
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat
menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh
MKDU4110/MODUL 1 1.7
Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945). Dalam UUD 1945, Bab XV,
Pasal 36 tercantum ”Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”.
sebagai alat pengungkapan perasaan. Jika beberapa tahun yang lalu masih
ada orang yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum sanggup
mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, maka sekarang dapat kita lihat
dalam kenyataan bahwa seni sastra, baik yang tertulis maupun lisan, serta
dunia perfilman kita telah berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa
perasaan yang betapa halus pun dapat diungkapkan dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Kenyataan tersebut tentulah menambah tebalnya rasa
bangga kita akan kemampuan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
2) Bangsa Eropa yang menemukan bukti pada tahun 1521 bahwa bahasa
Indonesia/Melayu yang berasal dari bagian barat Kepulauan Indonesia
sudah menyebar sampai ke bagian Indonesia yang berada jauh di sebelah
timur adalah ....
A. Magelhaen
B. Pigafetta
C. Jan Huygen
D. Van Lischoten
MKDU4110/MODUL 1 1.15
3) Seorang ulama terkenal yang sudah menetap di Aceh pada tahun 1617
bernama Ar-Raniri berasal dari negara ....
A. Malaysia
B. Arab
C. Persia
D. India
Kegiatan Belajar 2
Seperti kita ketahui bersama, bahwa dewasa ini bahasa Indonesia banyak
dipergunakan dalam aktivitas keagamaan sebagai alat/sarana komunikasi
untuk menginformasikan pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat. Hal
tersebut sudah terjadi sejak negara maritim Sriwijaya yang beribu kota di
Sumatra pernah menjadi pusat pengajian dan penyiaran agama Budha.
I Tsing, musafir dari Cina, memperdalam pengetahuannya tentang agama
Budha di ibu kota Sriwijaya tersebut. Dengan bahasa, apa lagi agama Budha
kala itu dipelajari dan disebarkan dari ibu kota Sriwijaya kalau tidak dengan
bahasa wilayah itu juga, bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Sriwijaya,
MKDU4110/MODUL 1 1.19
Melayu. Agama yang dikaji dan disiarkan tersebut adalah agama Hindu,
Budha, Kristen, dan Islam.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
3) Salah satu syarat untuk membiasakan diri untuk bersikap ilmiah yaitu
dengan cara ....
A. selalu berbahasa Indonesia
B. akrab dengan buku-buku ilmiah
C. membaca majalah
D. ikut organisasi
10) Kata pinjaman dalam bidang agama seperti surga, neraka, dewa berasal
dari bahasa....
A. Arab
B. India
C. Urdu
D. Sanskerta
MKDU4110/MODUL 1 1.27
Tes Formatif 1
1) A. Talang Tuo ditemukan pada tahun 684 M, Kota Kapur tahun 686 M,
sedangkan Karah Barahi pada tahun 686 M.
2) B. Magelhaen adalah pelaut yang mengelilingi dunia, sedangkan
Pigafetta adalah pengikut Magelhaen yang berlabuh di Tidore dan
menuliskan kata-kata Melayu.
3) D. Ar-Raniri ulama berasal dari India yang pada tahun 1617 sudah
menetap di Aceh dan menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
4) A. Sebagai bahasa negara bahasa Indonesia digunakan dalam kegiatan-
kegiatan yang bersifat kenegaraan atau bersifat resmi.
5) C. Dengan perannya sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa,
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional.
6) C. Derajat pemakai atau pengguna bahasa tidak menjadi faktor penentu
penting tidaknya suatu bahasa.
7) B. Kedudukan bahasa Indonesia yang diikrarkan melalui Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah sebagai bahasa
nasional.
8) D. Kedudukan bahasa Indonesia yang diatur sesuai dengan ketentuan
yang tertera di dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV,
Pasal 36 adalah sebagai bahasa negara.
Tes Formatif 2
1) A. Jawaban yang benar adalah opsi A, karena bahasa Indonesia bukan
sebagai alat pengembangan bahasa daerah.
2) A. Opsi A benar, karena bahasa adalah kunci untuk membuka khasanah
pengetahuan.
3) B. Jawaban yang benar adalah opsi B, karena selalu akrab dengan
karya-karya ilmiah akan membantu seseorang dalam bersikap
ilmiah.
4) A. Bahasa Indonesia sudah dipergunakan sebagai aktivitas keagamaan
sebagai alat/sarana komunikasi untuk menginformasikan pesan-
pesan keagamaan kepada masyarakat sejak Sriwijaya menjadi pusat
pengajian dan penyiaran agama Budha.
5) C. Jawaban yang benar adalah opsi C yaitu bahasa Melayu.
MKDU4110/MODUL 1 1.29
Daftar Pustaka
Bakry, Oemar. (1981). Bunga Rampai Sumpah Pemuda. Satu Bahasa, Bahasa
Indonesia. Jakarta: Mutiara.
Hakikat Bahasa
Dra. Lis Setiawati, S. Pd., M. Pd.
PE N D A HU L UA N
Selamat Belajar!
MKDU4110/MODUL 2 2.3
Kegiatan Belajar 1
A. HAKIKAT BAHASA
Pada hakikatnya bahasa adalah bunyi ajar atau lisan. Hal ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan fakta sejarah bahwa orang atau kelompok
orang (masyarakat) sejak dahulu kala telah dapat melakukan komunikasi
dengan menggunakan bahasa yang telah disepakati bersama secara lisan.
Bahasa tulis baru datang kemudian setelah muncul para ahli linguis yang
2.4 Bahasa Indonesia
Contoh:
1. "Jika saya punya komputer, saya tidak perlu membayar orang untuk
mengetikkan makalah ini." Ungkapan ini diujarkan seseorang kepada
MKDU4110/MODUL 2 2.5
B. SIFAT-SIFAT BAHASA
b. Morfem
1) Morfem bebas: misal morfem `ajar' dapat dibentuk menjadi kata
ajaran; belajar; pelajar; pelajaran; pengajar; mengajar; mengajarkan.
2) Morfem terikat: misal prefik 'meN-' dapat membentuk kata mencari;
mencuci; menyapu; mengapur; mengecat; dan lain-lain.
c. Kalimat
Susunan kalimat 'Kami pagi ini membaca koran.' dapat diubah
susunannya menjadi sebagai berikut.
1) Membaca koran kami pagi ini.
2) Pagi ini kami membaca koran.
3) Kami membaca koran pagi ini.
Tabel 2.1.
Perubahan Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Ejaan
No.
Vanopusen Suwandi EYD
1. Soerabaja Surabaja Surabaya
2. Boedjangan Budjangan Bujangan
3. Mentjoetji Menyuci Mencuci
Tabel 2.2.
Perubahan makna
Makna
Kata
Dahulu Sekarang
Sarjana orang yang cerdik pandai lulusan perguruan tinggi
Canggih cerewet sangat rumit; sangat hebat
Perubahan dalam bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik pada
tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik, terutama pada
penambahan kosakata baik yang muncul dari sumber dalam yaitu kosakata
yang berasal dari bahasa daerah di Indonesia maupun muncul dari sumber
luar yaitu kosakata yang berasal dari bahasa asing. Kosakata baru ini disebut
sebagai kata-kata serapan. Kata-kata serapan ini diperoleh melalui beberapa
cara, misalnya dengan cara adopsi yaitu diambil secara utuh atau dengan cara
adaptasi yaitu melakukan penyesuaian.
Berikut ini contoh kata-kata baru yang diserap dari bahasa daerah dan
bahasa asing yang dilakukan baik secara adopsi maupun adaptasi.
Tabel 2.3a.
Kata-kata Baru berasal dari Bahasa Daerah
Tabel 2.3b.
Kata-kata Baru Berasal dari Bahasa Asing
Tabel 2.4.
Contoh Penerapan Sifat Arbitrer dalam Bahasa
B. FUNGSI BAHASA
LAT IH A N
1) Kaitkan jawaban dengan asal mula bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi.
2) a. Kaitkan jawaban dengan paduan-paduan bunyi pada bahasa.
b. Kaitkan jawaban dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
ejaan dan makna-makna kata.
c. Pahami pengertian istilah arbitrer.
d. Kaitkan dengan produktivitas yang dapat dikaitkan oleh unsur-unsur
bahasa.
3) Kaitkan jawaban dengan fungsi-fungsi bahasa yang dikemukakan
Halliday.
MKDU4110/MODUL 2 2.17
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
4) Cap cip cup terbang kuncup; Beli kecap buat bang Ucup.
Permainan kata seperti contoh di atas memperlihatkan sifat bahasa
yaitu ....
A. dinamis
B. manusiawi
C. variatif
D. indah
C. heuristik
D. imajinatif
10) Fungsi bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan diri adalah ....
A. regulatori
B. interaksional
C. heuristik
D. personal
Kegiatan Belajar 2
A. PENGERTIAN
Tabel 2.5.
Sifat Keterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa
Sifat
Lisan Tulis
Menyimak Membaca Reseptif
Berbicara Menulis Produktif
B. KETERAMPILAN RESEPTIF
1. Menyimak
Menyimak atau dalam kurikulum sekolah digunakan istilah
mendengarkan adalah kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan
yang disampaikan pembicara. Dapat disimpulkan bahwa menyimak berbeda
dengan mendengar.
Setiap orang yang memiliki alat pendengaran yang sehat pasti dapat
mendengar segala macam bunyi dan suara dengan baik, artinya alat dengar
berfungsi membantu setiap makhluk (manusia dan hewan) mendengar bunyi-
bunyi yang keluar dari berbagai sumber dan Arab. Jika ada bunyi benda
meledak tidak hanya manusia yang dapat mendengar, hewan yang ada di
sekitar benda yang meledak tersebut pun dapat mendengar bunyi ledakan itu.
Suara kicau burung di hutan tidak hanya dapat didengar oleh manusia, hewan
lain pun dapat mendengar kicauan burung tersebut.
Demikian pula halnya dengan mendengar bahasa, jika seseorang hanya
mendengar ujaran orang lain, artinya dia hanya mendengar bunyi-bunyi ujar
tersebut tanpa tahu maksud atau makna yang terkandung di dalamnya. Lalu
apa bedanya dengan menyimak atau mendengarkan?
Menyimak atau mendengarkan memang menggunakan alat yang sama
yaitu alat dengar, namun seperti yang diungkapkan di atas bahwa menyimak
memiliki tujuan sedangkan mendengar tidak. Tarigan (1980) mencontohkan
ungkapan tentang menyimak "Tuhu ngeibegina, tapi labo idengkehkenna"
yang artinya "Memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya." Para orang tua
pun sering menasihati putra-putrinya sebagai berikut "kalau orang tua sedang
berbicara jangan hanya sekadar didengar, masuk telinga kiri keluar telinga
kanan." Artinya, jika orang tua memberi nasihat diperhatikan dan diterapkan.
Penjelasan di alas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang mendasar
antara mendengar dan mendengarkan atau menyimak. Dalam bahasa Inggris,
padanan mendengar adalah to hear, sedangkan menyimak adalah to listen
atau hearing dan listening.
Di dalam menyimak orang tidak hanya mengaktifkan pendengarannya,
tetapi juga haus berkonsentrasi serta menggunakan sikap-sikap positif, baik
terhadap pembicara maupun bahan pembicaraan. Sikap positif terhadap
bahan simakan atau pembicaraan akan membantu penyimak berkonsentrasi
dalam memahami simakan. Jika sebelum menyimak seseorang sudah tidak
menyenangi topik pembicaraan, ia tidak akan melakukan kegiatan menyimak
2.22 Bahasa Indonesia
2. Membaca
Sebagaimana menyimak, membaca adalah kegiatan berbahasa dalam
rangka memahami pesan. Jika pada menyimak pesan yang berusaha dipahami
disampaikan secara lisan, maka pesan yang dipahami oleh pembaca adalah
pesan yang disampaikan melalui tulisan. Artinya, keterampilan membaca
tergolong ke dalam keterampilan berbahasa tulis.
Banyak keterampilan membaca yang dapat dimiliki oleh setiap orang,
namun pada mata kuliah ini keterampilan yang akan Anda pelajari dan Anda
latih adalah keterampilan yang sesuai dengan yang Anda butuhkan, yaitu
keterampilan membaca pemahaman.
Bloom (2001) menerjemahkan pemahaman sebagai suatu proses dalam
rangka mengetahui isi sebuah komunikasi atau gagasan yang
dikomunikasikan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Di dalam
pemahaman terdapat unsur tujuan, sikap, dan respon yang dapat mewakili
sesuatu pengertian dari pesan yang disampaikan. Smith dalam Solkhan
MKDU4110/MODUL 2 2.23
C. KETERAMPILAN PRODUKTIF
1. Berbicara
Saudara, kegiatan berbicara yang dimaksudkan di sini berkaitan dengan
kegiatan ilmiah, bukan berbicara sebagaimana orang-orang berbicara dalam
situasi nonformal seperti mengobrol atau kongko-kongko kata orang Jakarta.
Berbicara yang diuraikan pada bahan ajar ini adalah kegiatan berbicara dalam
rangka memperoleh dan menyampaikan pengetahuan dalam rangka
mempraktikkan keterampilan berbahasa.
Jenis-jenis kegiatan berbicara yang biasa dilakukan pelajar/mahasiswa
adalah diskusi, seminar, memberi sambutan atau pidato, melakukan
wawancara untuk memperoleh informasi, dan lain-lain.
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain
(penyimak) dengan media bahasa lisan. Suhendar (1992: 20) mendefinisikan,
berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud
ujaran.
Sebagai suatu proses tentu banyak alat dan cara yang diperlukan dalam
melakukan kegiatan berbicara. Alat utama yang digunakan orang dalam
melakukan kegiatan berbicara adalah alat-alat ucap yang meliputi seluruh
bagian mulut (bibir, lidah, langit-langit keras, langit-langit lunak, gigi,
tenggorokkan, anak tekak, pita suara), paru-paru, dan juga hidung. Jika satu
dari sekian alat-alat ucap tersebut ada yang tidak sehat akan mengganggu
pelafalan atau ujaran pembicara.
Kegiatan berbicara yang baik dilakukan dengan melalui tahapan-
tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada
tahap persiapan, pembicara harus melakukan kegiatan menentukan tujuan,
mengumpulkan referensi, menyusun kerangka, dan melakukan latihan. Pada
tahap pelaksanaan, pembicara melalui tahapan membuka pembicaraan,
menyampaikan gagasan, dan menutup pembicaraan. Evaluasi dapat
dilakukan dengan cara mendengarkan kembali kegiatan berbicara jika dibuat
rekaman ketika berbicara atau meminta masukan dari pendengar, khususnya
teman yang mendengarkan apa dan bagaimana kita berbicara.
Keterampilan berbicara sama dengan keterampilan berbahasa yang lain
(menyimak, membaca, dan menulis) yang memerlukan pengetahuan,
2.24 Bahasa Indonesia
2. Menulis
Menulis adalah keterampilan berbahasa kedua yang bersifat produktif.
Jika pada keterampilan berbicara orang menyampaikan pesan, gagasan, atau
buah pikiran dengan menggunakan bahasa lisan, dalam menulis pesan
disampaikan penulis melalui bahasa tulis. Seperti halnya pada berbicara,
menulis juga memerlukan proses. Untuk memperoleh tulisan yang baik
penulis juga harus melalui tahapan-tahapan, yaitu tahap pra penulisan, tahap
penulisan, dan tahap pasca penulisan.
Tahap pra penulisan atau tahap persiapan, pada tahap ini penulis harus
melakukan kegiatan menentukan topik, mengorganisasikan tulisan,
menentukan sasaran atau pembaca, mengumpulkan informasi, dan menyusun
kerangka karangan. Pada tahap penulisan, penulis mulai menyusun tulisan
atau melakukan kegiatan menulis. Tulisan penulis pada tahap ini masih
dalam bentuk draf atau buram. Setelah tulisan dianggap selesai, penulis
masuk pada tahap pasca penulisan, yaitu membaca ulang tulisan,
memperbaikinya dengan cara menambah atau mengurangi dan memperbaiki
tulisan yang bersifat mekanis sampai dianggap tulisan benar-benar final.
Haffemian dan Lincoln berpendapat bahwa "Menulis merupakan suatu
proses. Pada waktu menulis seseorang memerlukan lebih banyak waktu untuk
berpikir, menuangkan ide-idenya di atas kertas dengan cara mengembangkan
topik, memilih kata-kata, membaca kembali apa yang ditulisnya,
memikirkannya, mempertimbangkannya, dan memperbaikinya."
Saudara, keterampilan menulis tidak didapatkan seseorang dengan cara
yang mudah atau sekali jadi. Richek, dkk. (1997) mengungkapkan bahwa:
"Penulis yang baik tidak menghasilkan tulisan dengan cam yang mudah atau
sekali jadi, melainkan melalui tahapan-tahapan yang panjang." Penyataan
yang sama juga diungkapkan oleh Hock (1999): "Menulis atau mengarang
adalah suatu kemahiran yang berbeda dengan kemahiran berbahasa yang lain
MKDU4110/MODUL 2 2.25
Contoh.
Indonesia, negara besar di dunia. Indonesia berada di atas bumi
yang kekayaannya sangat melimpah. Seni dan budayanya beraneka
ragam jenis dan bentuknya. Jumlah penduduknya nomor tiga terbanyak
MKDU4110/MODUL 2 2.27
Tabel 2.6.
Hubungan Keterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa
Sifat
Lisan Tulis
Menyimak Membaca Reseptif
pembicara karena dibantu oleh ekspresi dan media atau alat bantu yang
digunakan pembicara.
Sumbangan keterampilan menyimak; pengetahuan yang diperoleh
seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara
yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik.
Perhatikan tanda panah pada tabel antara menyimak dan berbicara (↓).
Sebagaimana menyimak dan berbicara, keterampilan membaca dan
menulis juga dapat berganti peran. Anda ingat ketika Anda menerima dan
menulis surat untuk teman atau keluarga Anda yang berada jauh dari tempat
tinggal Anda. Ketika Anda menerima sepucuk surat, Anda membaca surat
tersebut maka Anda menjadi pembaca. Ketika Anda menulis surat balasan
maka Anda menjadi penulis. Hal ini juga merupakan kelebihan bahasa ragam
tulis, yaitu mengatasi kesulitan berkomunikasi jarak jauh. Tidak mungkin dua
orang yang berada di tempat yang berjauhan melakukan kegiatan berbahasa
dengan ragam lisan.
Sumbangan keterampilan/membaca; pengetahuan seseorang yang
diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau
meningkatkan keterampilan menulis. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi
penulis yang baik, orang harus memiliki keterampilan membaca yang baik.
Perhatikan tanda panah pada tabel antara membaca dan menulis (↓).
Bagaimanakah hubungan keterampilan berbahasa dari segi sifat?
Keterampilan berbahasa yang memiliki sifat sama pasti memiliki hubungan
yang erat. Keterampilan menyimak dan membaca keduanya bersifat reseptif.
Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui kegiatan menyimak akan
menjadi skemata yang akan membantunya ketika memahami isi bacaan,
demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil
membaca akan menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi
simakan. Artinya, kedua keterampilan berbahasa reseptif ini selalu saling
mendukung. Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil membaca
juga terampil menyimak atau sebaliknya.
Jika antarketerampilan berbahasa reseptif memiliki hubungan yang erat,
maka dapat diasumsikan bahwa antarketerampilan berbahasa produktif juga
memiliki hubungan yang erat. Pada sebuah kegiatan seminar, penyaji tidak
mungkin langsung berbicara di hadapan peserta seminar. Jauh hari sebelum
kegiatan seminar berlangsung penyaji sudah menyiapkan makalah sebagai
bahan seminar. Ini artinya, seorang pembicara yang baik juga adalah seorang
2.30 Bahasa Indonesia
penulis yang baik atau sebaliknya, penulis yang baik juga seorang pembaca
yang baik. Anda dapat membuktikan hal ini dengan cara memperhatikan
seorang penulis pada waktu dia berbicara di sebuah pertemuan ilmiah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa hubungan antarketerampilan
berbahasa pada ragam yang sama dan pada sifat yang sama memiliki
hubungan yang sangat erat. Pertanyaan berikutnya, apakah keterampilan
berbahasa pada ragam dan sifat yang berbeda juga memiliki hubungan. Mari
kita kaji.
Apakah terdapat hubungan antara keterampilan menyimak (lisan
reseptif) dengan keterampilan menulis (tulis produktif)? Ide, gagasan, atau
pesan yang akan disampaikan melalui bahasa tulis dapat diperoleh seseorang
(penulis) melalui kegiatan membaca dan juga menyimak. Artinya,
keterampilan menyimak yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk
memperoleh atau meningkatkan keterampilan menulisnya. Dengan demikian
terdapat hubungan antara keterampilan menyimak dengan keterampilan
menulis.
Hal yang sama juga dimiliki oleh keterampilan membaca dan berbicara.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang dari membaca dapat digunakannya
ketika ia mengemukakan gagasan pada kegiatan berbicara. Artinya
keterampilan membaca yang dimiliki seseorang dapat meningkatkan
keterampilan berbicaranya.
Demikian uraian tentang hubungan antarketerampilan berbahasa baik
dilihat dari segi ragam maupun sifat keterampilan tersebut. Kesimpulannya
adalah setiap keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan satu
dengan yang lainnya dan saling mendukung. Tidak akan seseorang yang
hanya memiliki satu keterampilan berbahasa saja, misal orang yang terampil
menulis tetapi tidak terampil membaca atau terampil membaca tetapi tidak
terampil berbicara. Namun demikian untuk memperoleh keterampilan
tersebut tidak bias tidak harus melalui latihan yang berkesinambungan.
MKDU4110/MODUL 2 2.31
LAT IH A N
Karena bencana, kita tidak boleh saling menyalahkan. Dari bencana, kita
bersama-sama mengambil pelajaran. Ketika bencana bertubi-tubi datangnya,
baik bencana alam maupun bencana buatan manusia, kita tidak bisa berbuat
lain kecuali bertanya pada diri sendiri. Apa makna dari semua ini?
Benarkah bencana alam dan bencana buatan manusia datang bertubi-tubi
menimpa dan membelenggu kita, bangsa Indonesia? Sepertinya, iya, dari
bencana alam seperti gempa, gelombang tsunami, kekeringan, wabah
penyakit, sampai bencana kekerasan. Kita lebih cenderung asyik dengan
urusan masing-masing. Hal itu membuat bencana terasa lebih dahsyat dari
kemauan dan kemampuan kita untuk menghadapinya.
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) A. Bunyi ujar berbentuk bahasa lisan.
2) B. Segala sesuatu yang disusun secara teratur dan bermakna artinya
memiliki sistem.
3) B. Berbahasa dengan orang lain artinya berkomunikasi.
4) D. Persamaan bunyi tersebut menimbulkan keindahan.
5) B. Produktif artinya menghasilkan dalam hal ini bahasa dapat
mengembangkan diri dengan bunyi-bunyi yang dimilikinya.
6) C. Arbitrer bermakna suka-suka.
7) C. Instrumen bermakna alat, jadi bahasa dijadikan alat untuk
memenuhi kebutuhan diri.
8) C. A. Regulatori, fungsi untuk mengontrol atau mengendalikan orang
lain. B. Interaksional, fungsi untuk menjalin hubungan dengan orang
lain. D. Imajinatif, fungsi untuk mencipta.
9) D. Perhatikan kunci jawaban nomor 8.
10) D. Personal berarti perorangan, fungsi personal dalam bahasa berarti
menggunakan bahasa untuk kepentingan perorangan atau pribadi.
Tes Formatif 2
1) C. Reseptif bersifat menerima, dalam keterampilan berbahasa
memahami pesan yang disampaikan baik secara lisan maupun tulis.
2) C. Produktif artinya mampu menghasilkan, dalam keterampilan
berbahasa menghasilkan atau menyampaikan ide atau pemikiran.
3) C. A dan B kegiatan menyimak satu arah, D. Kegiatan membaca
4) A Bunyi-bunyi bahasa tergolongkan ke dalam bahasa lisan (berbicara).
5) B. A. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar, C. Keterampilan
yang diperoleh melalui latihan secara berkesinambungan,
D. Pengetahuan yang luas yang diperoleh dari berbagai sumber.
6) D. Soal ini mengaitkan hubungan antar keterampilan berbahasa yang
satu dengan yang lain. Jawaban A. Dapat dilakukan secara tatap
muka, B. Kedua keterampilan berbahasa ini tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang sama, demikian pula dengan C.
7) C. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif,
sangat membutuhkan keterampilan berbahasa reseptif yaitu
menyimak dan membaca.
2.36 Bahasa Indonesia
Glosarium
Daftar Pustaka
Pusat Bahasa. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Menyimak
Nunung Supratmi, S.Pd.
PE N D A HU L UA N
Saudara, modul ini juga dilengkapi dengan media audio yang berbentuk
kaset rekaman yang berguna untuk melatih keterampilan menyimak Anda.
Oleh sebab itu, sebelum mempelajari modul ini, Anda siapkan tape recorder
untuk menyetel kaset rekaman tersebut. Siapkan alat tulis untuk mencatat
hal-hal penting yang Anda temukan ketika Anda berlatih menyimak.
Kerjakan dengan sungguh-sungguh seluruh latihan menyimak dalam modul
ini agar kemampuan menyimak Anda semakin baik. Kerjakan pula tes
Formatif 1 dan 2 sebagai alat mengukur seberapa besar pemahaman Anda
terhadap uraian materi yang terdapat dalam modul ini dan juga untuk
mengukur seberapa besar kemampuan Anda dalam menyimak.
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Menyimak
Gambar 3.1
Gambar 3.2.
sedang berbicara padanya, ia juga akan terlihat tersenyum atau tertawa ketika
kita berbicara sambil tersenyum atau tertawa padanya. Hal ini menunjukkan
adanya kegiatan menyimak yang dilakukan seorang bayi. Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak adalah
keterampilan berbahasa yang pertama kali dimiliki oleh manusia dan sudah
dimiliki sejak dalam kandungan.
Sudah Anda jawab seluruh pertanyaan di atas? Bila jawaban Anda ya,
berarti Anda adalah penyimak yang baik. Bila jawaban Anda tidak, berarti
Anda belum dikatakan sebagai penyimak yang baik.
Ketidakmampuan Anda dalam menyimak mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan. Nah, pertanyaan
berikutnya yang akan kita bahasa adalah:
itu, penyimak yang baik adalah penyimak yang mampu menarik kesimpulan
dari isi pembicaraan. Sering kali pembicara menyampaikan kesimpulan
secara eksplisit tugas menyimaklah yang merumuskan kesimpulan dari
sebuah pembicaraan.
Seorang dapat menyimak dengan baik bila penyimak memahami bahasa
yang digunakan oleh si pembicara. Selain itu, untuk memahami suatu
pembicara, penyimak juga harus memiliki intelegensi yang tinggi. Tanpa
memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan intelegensi yang tinggi maka
si penyimak akan kesulitan menangkap isi pembicaraan.
Untuk memperoleh sebuah keterampilan yang baik maka kita harus
selalu berlatih, begitu juga dengan menyimak yang merupakan salah satu
keterampilan berbahasa. Dengan berlatih secara terus menerus maka
keterampilan menyimak yang kita miliki akan semakin baik.
Selamat berlatih
MKDU4110/MODUL 3 3.13
Sudah Anda tulis maksud kalimat yang telah Anda dengar tadi
pada tabel di atas? Bagus bila sudah. Sekarang, cocokan jawaban
Anda dengan kunci jawaban latihan menyimak ini yang terdapat
pada lampiran. Jika jawaban Anda benar semua dapat dikatakan
bahwa Anda telah memiliki keterampilan menyimak yang baik. Jika
belum, Anda ulangi latihan menyimak ini sampai jawaban Anda
benar semua.
MKDU4110/MODUL 3 3.15
Selamat berlatih!
MKDU4110/MODUL 3 3.17
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
10) Untuk ukuran pot biasa, berapa banyak irisan daun-daun muda
digunakan sebagai pupuk?
A. Satu genggam tangan
B. dua genggam tangan
C. tiga genggam tangan
D. empat genggam tangan
Kegiatan Belajar 2
Menyimak Informatif
Jenis-jenis Menyimak
A. MENYIMAK EKSTENSIF
1. Menyimak Sekunder
Menurut Tarigan (1993:38), menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan (casual listening) dan ekstensif (extensive
listening). Menyimak sekunder memiliki kesamaan dengan mendengarkan.
Mengapa demikian, karena kegiatan menyimak sekunder dilakukan ketika
seseorang melakukan pekerjaan lain atau dilakukan bersamaan dengan
kegiatan lain. Untuk lebih memahami bagaimana menyimak sekunder itu,
perhatikan ilustrasi berikut.
2. Menyimak Pasif
Menyimak pasif memiliki kemiripan dengan menyimak sekunder. Di
mana letak persamaannya? Yaitu melakukan kegiatan sambil melakukan
pekerjaan lain. Lalu apa perbedaannya? Pada menyimak pasif, perhatian
dapat beralih sepenuhnya dari satu kegiatan lain yang lebih menarik perhatian
penyimak. Pernahkah Anda belajar sambil mendengarkan musik? Ketika
musik yang Anda dengar tersebut lebih menarik perhatian Anda dan Anda
lebih memilih mendengarkan musik tersebut maka Anda sudah dikatakan
sebagai penyimak pasif.
3. Menyimak Estetis
Menyimak estetis disebut juga menyimak apresiatif. Jika Anda
melakukan kegiatan menyimak ini maka imajinasi Anda harus ikut terlibat
agar Anda dapat merasakan, melakukan, dan mengalami apa yang dilakukan
oleh tokoh cerita yang Anda simak. Contohnya adalah ketika Anda menonton
sebuah pagelaran drama atau sinetron, atau menyimak sandiwara radio, atau
menyimak pembacaan cerita pendek, atau menyimak pembacaan sebuah
puisi maka Anda harus menyimak sungguh-sungguh agar Anda dapat
merasakan kegembiraan, kesedihan, atau kecemasan yang digambarkan
dalam cerita yang Anda simak. Jelasnya, kegiatan menyimak estetis adalah
kegiatan menyimak yang bahan simakannya berupa karya-karya sastra.
Selamat berlatih.
B. MENYIMAK INTENSIF
1. Menyimak Kritis
Menurut Bustanul Arifin, dkk (2007: 2.20) menyimak kritis adalah
kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan, serta kekurangan-kekurangan bahasa simakan. Kegiatan
MKDU4110/MODUL 3 3.27
2. Menyimak Kreatif
Menurut Bustanul Arifin, dkk (2007) menyimak kreatif adalah kegiatan
menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara
menceritakan kembali isi simakan dengan bahasa sendiri, mengubah puisi
yang disimak menjadi sebuah cerpen; mengubah suatu informasi menjadi
sebuah puisi, cerita, artikel, dan sebagainya.
Saudara, untuk melatih kemampuan menyimak kreatif Anda, simaklah
baik-baik rekaman pembacaan sebuah berita. Setelah Anda menyimak
pembacaan berita tersebut, cobalah Anda buat sebuah puisi yang
menggambarkan tentang peristiwa yang terjadi dalam berita tersebut.
Selamat berlatih.
3. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif memiliki kesamaan dengan kegiatan menelaah.
Kegiatan menyimak ini memerlukan konsentrasi yang tinggi agar informasi
yang diperoleh dapat dipahami dan diikuti dengan baik. Berikut ini yang
termasuk kegiatan menyimak konsentratif adalah:
a. Menyimak sebuah petunjuk kemudian mengikutinya.
b. Menyimak pembicaraan.
c. Menyimak sebuah wacana/berita untuk mendapatkan butir-butir
informasi tertentu yang dibutuhkan.
d. Menyimak sebuah wacana/berita/yang dibacakan atau menyimak
pembicaraan untuk memahami urutan ide-ide.
Saudara, untuk melatih menyimak konsentratif, simaklah baik-baik
rekaman petunjuk menggunakan losion berikut ini. Konsentrasilah dalam
menyimak agar informasi yang diungkapkan dalam rekaman tersebut dapat
Anda pahami dan ikuti dengan baik. Selamat berlatih.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
C. menyimak interaktif
D. menyimak kreatif
Tes Formatif 1
1) D. Kegiatan menyimak sudah terdapat unsur kesengajaan, tujuan, dan
pemahaman.
2) A. Kegiatan berbahasa yang paling sering digunakan dalam aktivitas
komunikasi adalah kegiatan yaitu sebesar 45%, sedangkan kegiatan
berbicara sebesar 30%, membaca 16% dan menulis 9%.
3) C. Di dalam ilustrasi tersebut sudah terdapat unsur kesengajaan tetapi
tidak sampai pada tahap pemahaman.
4) D. Di dalam ilustrasi tersebut sudah terdapat unsur kesengajaan, tujuan,
dan pemahaman.
5) A. Strategi menyimak bukan termasuk faktor-faktor menyimak.
6) A. Di dalam wacana tersebut membicarakan tentang cara membuat dan
menggunakan pupuk daun muda.
7) A. Dalam waktu satu minggu setelah diberikan pupuk daun muda,
tanaman akan mengeluarkan akar dan daun.
8) B. Auksin adalah nama latin dari hormon perangsang terbentuknya
akar dan daun.
9) C. Sesuatu yang diberikan secara berlebihan mengakibatkan efek yang
kurang baik pula. Begitu juga dengan pupuk daun muda, bila
diberikan secara berlebihan akar yang terbentuk akan banyak dan
mengganggu media tanam.
10) A. Tanaman yang ditanam menggunakan pot ukuran sedang cukup
diberikan pupuk daun muda sebanyak satu genggam tangan.
Tes Formatif 2
1) B. Menyimak apresiatif sama artinya dengan menyimak estetis.
2) A. Meresensi drama panggung yang ditonton adalah memberikan
evaluasi terhadap kelebihan dan kekurangan pertunjukkan drama
tersebut. Untuk dapat memberikan penilaian dibutuhkan kegiatan
menyimak kritis.
3) A. Kegiatan menyimak interaktif adalah kegiatan menyimak secara
bergantian dan salah satu contoh kegiatan menyimak interaktif
adalah kegiatan menyimak yang dilakukan pada saat percakapan
tatap muka.
MKDU4110/MODUL 3 3.33
Daftar Pustaka
Hartono, Santi. (2005). Losion Sepele tapi Perlu. Nakita No. 331/VII/6
Agustus 2005. Angkasa Bandung.
Lampiran
I. Kegiatan Belajar 1
A. Naskah Audio latihan membedakan fonem dalam konteks
buku sejarah
sakit
Bandung bulan
Tuti : Aku kemarin jatuh dari sepeda motor, ada orang menyarankan
agar aku memakan bawang putih. Apa tidak salah?
Nina : Tidak. Bawang putih dapat digunakan sebagai obat antibakteri,
antijamur, dan agen antivirus
Tuti : Banyak juga fungsi bawang putih, ya Nin!.
Nina : Ya. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bawang putih
dapat menurunkan glukosa darah, mencegah kanker lambung
dan kanker usus.
Tuti : aku baru dengar sekarang. Hebat sekali khasiat bawang putih ya!
3.38 Bahasa Indonesia
Begitu selesai menanam tanaman hias dalam pot atau di halaman rumah,
kita Cuma rutin menyirami, tapi sering lupa merawat dengan memberinya
pupuk. Entah mungkin karena merasa jijik berurusan dengan pupuk hewan
atau enggan membeli pupuk buatan.
Jika ingin tanaman menjadi sehat tanpa pupuk kandang atau pupuk buatan,
cobalah tips berikut ini.
1. Ambil daun-daun muda dari tanaman apa saja (lebih baik jika berasal
dari tanaman berdaun lebar), lalu iris-iris daun-daun itu.
2. Letakkan rajangan daun itu di bagian atas media tanaman yang ingin
dipupuk.
3. Siram setiap hari.
Hanya perlu waktu seminggu untuk bisa melihat hasilnya. Perakaran akan
berkembang, begitu juga dengan daunnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Pada bagian pucuk-pucuk daun muda terdapat hormon pertumbuhan yang
bernama auksin. Hormon inilah yang berperan merangsang terbentuknya
nodus (bakal) akar dan daun.
Namun, pemberian daun-daun muda itu tidak boleh terlalu banyak atau
terlalu sering. Sebab, akan menyebabkan akar yang terbentuk menjadi
sangat banyak dan malah mengganggu media tanam, terutama jika
tanaman diletakkan di dalam pot. Untuk ukuran pot biasa, cukuplah
dengan segenggam tangan saja.
MKDU4110/MODUL 3 3.41
Jadi
PE N D A HU L UA N
Selamat belajar!
4.4 Bahasa Indonesia
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Membaca
A. KONSEP MEMBACA
B. TINGKATAN-TINGKATAN MEMBACA
1. Membaca Intensif
a. Hakikat Membaca Intensif
Apa sesungguhnya membaca intensif itu? Membaca intensif adalah
kegiatan membaca yang dilakukan secara cermat untuk memperoleh
pemahaman terhadap teks bacaan secara tepat dan akurat. Tarigan (1979)
lebih memfokuskan kegiatan membaca intensif untuk pembelajaran di dalam
kelas. Menurutnya, membaca intensif (intensive reading) adalah studi
seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam
kelas terhadap tugas-tugas pendek, kira-kira dua sampai empat halaman
setiap hari. Teks-teks yang biasa dibaca secara intensif antara lain dokumen-
dokumen resmi, dokumen-dokumen kontrak, buku-buku pelajaran, teks-teks
hukum, karya ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, dan lain-lain. Kemampuan
membaca intensif ditandai oleh kemampuan memahami detil-detil informasi
secara lengkap, akurat, dan kritis terhadap fakta-fakta, konsep, gagasan, ide,
pengalaman, pesan, dan perasaan yang tertuang dalam bahasa tulis.
Untuk sampai pada kemampuan tersebut, Munby (dalam Grellet)
mengajukan sejumlah keterampilan mikro yang harus dimiliki pembaca
dalam melakukan kegiatan membaca intensif. Keterampilan-keterampilan
dimaksud meliputi kemampuan:
1) mengenali lambang-lambang tulis suatu bahasa;
2) memahami dan menggunakan butir-butir leksikal yang tak dikenal;
3) memahami informasi tersurat;
4) memahami fungsi komunikatif kalimat dan ujaran;
5) memahami makna-makna konseptual;
6) memahami hubungan antarkalimat dalam paragraf;
7) memahami hubungan antarparagraf dalam bacaan;
MKDU4110/MODUL 4 4.7
2) Interpretasi
Pemahaman kategori atau tingkat kedua ini adalah pemahaman yang
melibatkan keterampilan berpikir yang diperlukan pembaca untuk
mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan
dalam teks. Untuk dapat menemukan makna yang implisit ini, keterampilan
berpikir pembaca meliputi kemampuan menggeneralisasi, menemukan
hubungan sebab akibat, mengidentifikasi motif-motif, menemukan hubungan
antarbagian teks, memprediksi kesimpulan, dan membuat perbandingan.
Kita gunakan lagi contoh wacana di atas (pemahaman literal). Pembaca
yang berada pada kategori pemahaman interpretasi akan menggunakan
keterampilan berpikirnya, menggunakan pengetahuannya tentang masalah
negara yang berkaitan dengan TKI (menggeneralisasi), kesulitan yang
dihadapi para TKI di negara orang (hubungan sebab akibat), karakter orang
Indonesia baik TKI maupun oknum penyalur tenaga kerja (mengidentifikasi
motif), menemukan ide pokok antarkalimat dan antarparagraf (menemukan
hubungan antarparagraf), dan menyimpulkan serta membuat perbandingan
jika ada.
Pembaca dengan tingkat pemahaman interpretasi akan menjelaskan
makna teks di alas bukan hanya sebagai suatu keberhasilan pemerintah
mengatasi masalah TKI, pembaca pada tingkat ini akan menggunakan
MKDU4110/MODUL 4 4.9
Pembaca pada tingkat ini akan menganalisis isi wacana kalimat demi
kalimat. Pembaca juga akan membandingkan keberhasilan pemerintah dalam
menertibkan para TKI dan agen pengirimnya dengan profesi TKI. Pembaca
akan dapat menangkap makna implisit yang dikemukakan penulis, bahwa
dengan mengirimkan tenaga kerja pembantu rumah tangga dan pekerja kasar
ke negara tetangga bukanlah sesuatu yang membanggakan tetapi mungkin
justru sangat menyedihkan, karena bangsa kita tetap saja menjadi budak atau
lebih halus disebut buruh di negara orang.
Demikian saudara, bahwa untuk menjadi pembaca pada kategori
interpretasi orang harus memiliki pengetahuan yang sesuai dengan gagasan
yang terdapat dalam bacaan atau yang disebut dengan istilah skemata dan
harus mampu menggunakan berbagai keterampilan berpikir. Keterampilan
membaca tingkat ini dapat dimiliki setiap orang yang mau berlatih yaitu
dengan cara banyak membaca dengan berbagai jenis bacaan.
3) Pemahaman Kritis
Keterampilan membaca dengan pemahaman kritis adalah keterampilan
membaca yang dimiliki oleh pembaca yang tidak hanya mampu memaknai
bacaan secara literal dan menginterpretasikannya. Pembaca pada kategori ini
juga mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu menilai secara
kritis gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan juga kesahihan apa
yang dibacanya.
Masih dengan contoh teks yang sama di atas. Pembaca kritis pasti
memahami atau mampu menangkap isi teks secara literal atau apa adanya.
Pembaca kritis juga mampu menangkap makna implisit atau makna yang
terkandung di balik teks tersebut atau disebut makna tersirat. Lebih dan itu
pembaca kritis juga mampu menilai teks tersebut secara keseluruhan. Misal,
pembaca dapat menilai kesahihan atau keabsahan teks tersebut, artinya
pembaca mengetahui betul bahwa teks laporan reporter tersebut benar adanya
yaitu ada fakta bahwa seluruh TKI yang berangkat ke negara tetangga
dibekali dengan berkas-berkas administrasi yang cukup atau legal. Benar
4.10 Bahasa Indonesia
bahwa ada 3500 TKI yang akan menjadi pekerja baru di negara-negara
tetangga.
Pembaca kritis juga mampu menilai kebermanfaatan teks atau baik atau
buruk teks tersebut bagi pembaca. Misal, pembaca berpendapat bahwa
komentar pelapor yang menanyakan pemirsa tentang apakah informasi
tersebut menjadi sesuatu yang membanggakan atau menyedihkan merupakan
suatu gagasan yang sangat baik, karena merangsang pembaca untuk berpikir.
Jadi pembaca kritis adalah pembaca yang menggunakan lebih banyak
kemampuan berpikirnya, pengetahuan, dan pengalamannya.
4) Pemahaman Kreatif
Keterampilan membaca dengan pemahaman kreatif merupakan
keterampilan membaca yang berada pada tingkat paling tinggi. Di samping
memiliki kemampuan yang dimiliki oleh pembaca tingkat pemahaman literal,
interpretasi, dan kemampuan berpikir kritis, pembaca kategori ini mampu
menerapkan gagasan-gagasan yang ada pada teks atau bacaan ke situasi baru;
mengombinasikan gagasan yang dimiliki pembaca dengan gagasan yang
dalam teks serta mampu memperluas konsep-konsep yang ada dalam teks
dibacanya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembaca kreatif berusaha
secara kreatif menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan gagasan-gagasan
yang ada dalam teks.
Berikut ini contoh pembaca yang kreatif yang membuat tulisan
berdasarkan kemampuannya memahami, menginterpretasi, dan menilai teks
yang dibacanya. Berikut ini gagasan baru yang dituliskannya.
Suatu kemajuan telah dicapai oleh pemerintah kita dalam hal mengatasi
masalah tenaga kerja Indonesia yang telah bertahun bahkan berpuluh
tahun tidak dapat diselesaikan. Tahun ini merupakan tahun cemerlang
bagi departemen tenaga kerja yang telah mampu menumpas oknum-
oknum pengiriman TKI ke luar negeri. Tiga ribu lima ratus tenaga kerja
telah disebar ke berbagai negara tetangga, suatu kemajuan yang sangat
luar biasa. Negara kita juga menjadi bersih dari orang-orang rakus yang
mementingkan diri sendiri, tidak peduli dengan kesulitan dan
penderitaan orang lain.
Apakah pengiriman tiga ribu lima ratus orang Indonesia bekerja di
negara orang sebagai pembantu rumah rangga, tukang kebun, supir, kuli
bangunan, dapat dikatakan sebagi suatu kebanggaan? Bukankah jenis
pekerjaan itu merupakan suatu pekerjaan yang tidak beda dengan
pesuruh pada tingkat yang paling rendah? Apakah mereka, tenaga-
tenaga kerja itu lebih merasa terhormat jika bekerja dengan bangsa
lain dibandingkan dengan bangsanya sendiri?
MKDU4110/MODUL 4 4.11
tema atau topik disiplin ilmu; (2) skemata formal berkaitan dengan bentuk
penyampaian pesan, seperti puisi, prosa fiksi, prosa nonfiksi, dll.; dan
(3) skemata linguistik berkaitan dengan kompetensi bahasa dan berbahasa.
Pemanfaatan skemata untuk memprediksi apa yang dibaca mencerminkan
model membaca top-down. Pembaca yang mengandalkan informasi dari teks
dalam proses membacanya tergolong bergaya bottom-up. Model membaca
yang memadukan kedua model tersebut disebut model interactice. Model
membaca interaktif akan mengaktifkan struktur kognitif (skemata), baik
sebelum, selama, maupun sesudah kegiatan membaca dilakukan.
Selanjutnya, mari kita bicarakan teknik-teknik membaca intensif yang
prosedur pelaksanaannya berlandaskan pada teori membaca interaktif dari
Rumelhart. Teknik-teknik dimaksud lazim digunakan untuk kepentingan
studi, yakni SQ3R (SURTABAKU menurut istilah Tampubolon), KWLH,
dan CATU.
buku. Hal-hal yang harus anda cermati pada saat survei adalah hal-hal
berikut:
(1) bagian pendahuluan, meliputi: halaman cover luar (judul buku,
pengarang, penerbit, tempat dan tahun terbit, edisi, cetakan), daftar isi,
daftar tabel, daftar grafik/gambar, kata pengantar, abstrak;
(2) bagian isi, meliputi urutan dan tata penyajian isi buku, dan
(3) bagian akhir/penutup, meliputi: bagian kesimpulan dan rekomendasi,
biografi penulis, apendiks, daftar pustaka.
Catatan: Pertanyaan-pertanyaan pemandu yang bisa anda ajukan pada
saat survei ini berkenaan dengan gambaran umum isi buku,
kebermanfaatannya, kemenarikan, letak-letak informasi fokus
yang diperlukan, otoritas dan kredibilitas pengarang,
keorisinilan dan aktualitas tema tulisan, kemutakhiran dan
kelengkapan sumber-sumber rujukan, kelogisan dan
kesistematisan sajian, dan lain-lain.
b) Question (Bertanya)
Setelah memperoleh gambaran umum mengenai buku yang akan
dibacanya, langkah berikutnya adalah mengajukan sejumlah pertanyaan
mengenai buku itu. Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin berkenaan dengan
apa yang ingin Anda ketahui, apa yang seharusnya anda ketahui, atau apa
yang anda ragukan. Mula-mula anda akan mencatat pertanyaan apapun
yang muncul dalam benak Anda tanpa mempedulikan payung-payung
temanya. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan itu harus dikelompokkan
berdasarkan payung-payung temanya. Pertanyaan-pertanyaan yang anda buat
akan memandu kegiatan baca anda secara aktif untuk mencari jawaban,
membuktikan jawaban, menolak, mengkritiki, atau mengukuhkan gagasan
pengarangnya.
c) Read (Membaca)
Langkah berikutnya adalah kegiatan membaca. Terdapat beberapa
teknik membaca yang bisa anda gunakan, misalnya skimming, scanning,
membaca cepat pola vertikal, pola diagonal, pola wig-zag, pola blok, pola
spiral, pola horizontal, dan lain-lain. Dengan berpedoman pada pertanyaan
yang anda rumuskan, kegiatan membaca yang anda lakukan akan bersifat
fleksibel, yakni kegiatan membaca yang disesuaikan dengan bahan, jenis,
tingkat kesulitan bahan, tujuan, keperluan, dari pembacanya. Tidak semua
4.14 Bahasa Indonesia
bahan bacaan akan dihadapi dengan cara yang sama, baik dalam tempo,
kecepatan, teknik dan strategi baca yang anda terapkan.
Melalui kegiatan membaca, anda akan memperoleh beberapa alternatif
simpulan: (1) pertanyaan terjawab, (2) pertanyaan tidak terjawab,
(4) pertanyaan terjawab tetapi tidak puas dan tidak lengkap,
(4) memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, (5) menolak gagasan penulis,
(6) mengukuhkan gagasan penulis, dan lain-lain.
d) Recite (Menceritakan)
Setelah kegiatan membaca dilakukan, langkah berikutnya adalah
mengecek hasil baca tersebut melalui langkah penceritaan kembali.
Maksudnya, setelah kegiatan membaca selesai dilakukan anda akan
menginternalisasikannya ke dalam sistem memori anda guna meyakinkan
perolehan informasi yang anda dapatkan dengan menggunakan kata-kata
sendiri. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan orang dalam langkah ini.
Ada yang memadukannya dengan kegiatan membuat ikhtisar bacaan,
mencatat butir-butir penting bacaan, membuat peta konsep hasil bacaan,
membuat bagan atau skema, dan lain-lain.
2) Teknik KWLH
Teknik ini sebagaimana teknik SQ3R juga cocok digunakan untuk
kepentingan studi. KWLH merupakan singkatan dari Know, Want, Learned,
dan How. Melihat deretan kata-kata yang terbentuk dari singkatan itu, teknik
KWLH hendak menuntun pembaca pada kegiatan membaca selektif sesuai
dengan kebutuhan dan keperluan.
MKDU4110/MODUL 4 4.15
3) Teknik CATU
CATU merupakan kependekan dari Cari, Tulis-kembali, dan Uji. Teknik
ini lebih cocok digunakan untuk membaca karya-karya ilmiah yang lebih
pendek mengenai suatu topik tertentu, misalnya pada artikel-artikel ilmiah,
bab-bab atau sub-subbab sebuah buku, atau mungkin catatan-catatan kuliah.
Sama seperti halnya dengan teknik SQ3R dan KWLH, singkatan yang
menamai teknik ini juga mencerminkan prosedur atau langkah-langkah
kegiatan membaca yang harus ditempuh pembacanya.
MKDU4110/MODUL 4 4.17
2. Membaca Ekstensif
a. Hakikat Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif lebih ditujukan untuk membaca secara komprehensif
dengan cakupan bahan bacaan yang lebih luas. Jenis membaca ini
dipergunakan untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya dari beragam
bacaan dengan cepat. Membaca ekstensif bukan untuk kepentingan
pendalaman informasi, melainkan untuk perluasan informasi.
Sementara ahli menyebutkan bahwa membaca ekstensif sering
dimanfaatkan untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca.
Kegiatan membaca dipandang sebagai kebutuhan rohani yang harus selalu
dipenuhi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
C. recite
D. review
9) Membaca dan menulis memiliki hubungan yang erat. Hal ini tercermin
dari pernyataan berikut ....
A. kegiatan membaca dan menulis tergolong ke dalam komunikasi tulis
B. kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi oleh faktor bakat
C. membaca dan menulis tergolong keterampilan reseptif
D. kualitas tulisan tidak dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
membaca
10) Jika anda mencari pengertian suatu istilah tertentu dalam waktu yang
cepat, sebaiknya menyurveinya pada bagian ....
A. daftar pustaka
B. indeks
C. daftar isi
D. apendiks
Kegiatan Belajar 2
K
1.
ita sudah sangat sering mendengar istilah "ilmiah". Ungkapan-
ungkapan berikut sudah sering kita dengar.
"Pembicaraanmu itu sama sekali tidak ilmiah, mana mungkin manusia
bisa terbang", kata seorang pemuda kepada temannya.
2. Para mahasiswa sering diminta membuat karya ilmiah sebagai salah
satu tugas akhir perkuliahannya.
3. “Rasanya, saya lebih bisa memahami tulisan ilmiah populer daripada
tulisan ilmiah murni", aku Rini.
pengungkapan itu. Lebih khusus lagi pembahasan kita diarahkan pada jenis
karya ilmiah.
Ada orang yang berpendapat bahwa karya ilmiah adalah karya tulis yang
didasarkan atas karya penelitian yang saksama. Ali Sastrohoetomo
(1977:11), misalnya, memberikan batasan karya ilmiah (beliau memakai
istilah karangan ilmiah) sebagai suatu karangan yang ditulis berdasarkan
kenyataan ilmiah yang didapat dari penyelidikan-penyelidikan, seperti
penyelidikan pustaka, laboratorium, atau penyelidikan lapangan.
Benarkah demikian? Umar Kayam dengan tegas menjawab "tidak
seluruhnya benar". Beliau mengilustrasikan hal tersebut dengan mengambil
contoh novel Shogun karya James Clavell yang menghebohkan itu, yang
ditulis pengarangnya berdasarkan serangkaian penelitian (baik penelitian
lapangan maupun studi pustaka) terlebih dahulu yang memakan waktu
berbulan-bulan. Konon, pengarang Jepang tersebut telah membentuk tim
kecil (tim peneliti) yang dibiayainya secara pribadi untuk mengumpulkan
data yang akurat tentang Jepang dan zaman pra-Tokugawa. Di samping itu,
telah pula dilakukan observasi dan wawancara, baik langsung maupun tidak
langsung, yang dilakukan sendiri oleh pengarangnya. Namun, setelah pada
akhirnya karya tersebut terlahir menjadi sebuah novel yang diberinya judul
Shogun, tampaknya tidak seorang pun berani mengatakan bahwa karya
James Clavel tersebut sebagai sebuah karya ilmiah. la hanyalah sebuah
karya sastra. Artinya suatu karya rekaan, karya fiksi. Data serta informasi
faktual yang dikumpulkan oleh penulisnya berfungsi untuk menghidupkan
serta meyakinkan latar dan dunia rekaan yang dijalin oleh sang novelis
tersebut itu.
Lebih lengkap Umar Kayam mencontohkan karya-karya jurnalis besar
seperi Times Out of Hands karya Robert Shaplen. Tulisan tersebut terlahir
atas dasar hasil penelitian yang saksama, pengamatan yang cermat, serta hasil
wawancara yang akurat. Akan tetapi, orang menyebut karya Shaplen ini
bukan karya ilmiah, melainkan karya jurnalistik yang cemerlang atau
mungkin sering diistilahkan dengan karya ilmiah populer.
Seorang ahli bernama Jones (I960) membedakan kedua istilah tersebut
dari sasaran pembacanya. Menurutnya, karya ilmiah ditujukan untuk
masyarakat pembaca tertentu (profesional); sedangkan karya ilmiah populer
ditujukan untuk masyarakat (pembaca) umum.
Slamet Suseno (1980) memberikan batasan tulisan ilmiah populer
sebagai sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi sekaligus juga ditulis
4.28 Bahasa Indonesia
1. Laporan
Yang dimaksud dengan laporan di sini adalah tulisan yang dimaksudkan
untuk melaporkan hasil kegiatan ilmiah yang berupa penelitian atau
percobaan, baik di laboratorium, di lapangan, atau penelitian kepustakaan.
MKDU4110/MODUL 4 4.29
Oleh karena itu, istilah laporan ini diberi istilah yang lebih operasional sesuai
dengan objek kajiannya. Jika karya ilmiah ini dimaksudkan untuk
melaporkan hasil penelitian/praktik di laboratorium, maka karya tulisnya
disebut laporan praktikum. Jika tulisan tersebut digali dari hasil penelitian
lapangan, maka disebut laporan praktik. Jika tulisan merupakan hasil dari
kajian pustaka, tulisan itu disebut laporan buku. Perlu diingat bahwa tulisan
ilmiah jenis ini masih dalam lingkup yang sangat terbatas yang memerlukan
pengkajian teori dan kajian pustaka yang lengkap dan luas. Kadang-kadang,
praktik semacam ini tidak menambah atau menghasilkan suatu penemuan
baru, melainkan mempraktikkan teori yang sudah ada. Karena keterbatasan
lingkup penelitiannya tersebut, maka tulisan ilmiah jenis ini dibedakan dari
tulisan sebagai hasil dari suatu penelitian yang dapat menghasilkan simpulan-
simpulan yang relatif baru. Jenis tulisan seperti itu layak ditempuh oleh para
cendekiawan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar akademik tertentu.
Karya ilmiah seperti itu, misalnya kita kenal sebagai skripsi, tesis, atau
disertasi.
sejenis serta hasil kajian terhadapnya secara mendalam. Ada ahli lain yang
mengistilahkan term-paper ini sebagai naskah berkala.
Working-paper atau kertas kerja berisi prasaran, pendapat, gagasan-
gagasan yang di dalamnya membahas suatu pokok persoalan untuk disajikan
dalam sebuah seminar, lokakarya, simposium, dan lain-lain. Working-paper
memiliki jangkauan pembahasan yang lebih luas dari term-paper. Pada
working-paper, si penulis tidak hanya sekedar menyarikan suatu teori tertentu
dari pustaka yang dibacanya, melainkan menyodorkan gagasan sebagai hasil
dari pemahaman, penafsiran, dan internalisasinya terhadap bacaan yang
dibacanya.
3. Skripsi
Skripsi merupakan tulisan ilmiah sebagai hasil dari kerja ilmiah berupa
penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan. Karya
ilmiah ini biasanya dijadikan persyaratan akademis untuk mencapai gelar
sarjana strata-1 (S-l) yang dalam pembuatannya memerlukan pembimbingan
dari dosen yang dianggap berkualifikasi dalam bidangnya. Karya ilmiah ini
harus dipertanggungjawabkan si pembuatnya di hadapan dewan penguji.
Dibandingkan dengan makalah, skripsi yang merupakan laporan hasil
penelitian relatif lebih panjang dengan uraian lebih mendalam. Tidak ada
ketentuan yang baku tentang panjang tulisan dari sebuah skripsi. Namun,
pada umumnya minimal lebih kurang 50 halaman; sedangkan batas jumlah
halaman maksimalnya akan sangat bergantung pada permasalahan yang
ditelitinya.
Secara umum, unsur kerangka karya ilmiah yang lengkap (skripsi atau
tesis, misalnya) adalah: (a) pembuka (preliminaries), terdiri atas: halaman
judul,lembar pernyataan khusus (bersifat manasuka), kata pengantar, ucapan
terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel/gambar/diagram; (b) isi (batang
tubuh), terdiri atas: pendahuluan (introduction), induk tulisan (main body)
terdiri atas: bahan (kajian teori) dan metodologi, data hasil penelitian,
diskusi/pembahasan hasil analisis, kesimpulan/saran; (c) penutup terdiri atas:
daftar pustaka, lampiran, indeks, curriculum vitae (riwayat hidup).
4. Tesis
Pada dasarnya tesis tidak jauh berbeda dengan skripsi. Perbedaan utama
terletak pada kedalaman dan ketajaman pengkajian serta kadar kompleksitas
masalahnya. Masalah yang diajukan dalam tesis hendaknya memperlihatkan
MKDU4110/MODUL 4 4.31
5. Disertasi
Dalam hal tertentu, disertasi merupakan lawan dari skripsi. Jika skripsi
merupakan karya akademik pertama yang mengawali karier kesarjanaan
seseorang, maka disertasi merupakan karya akademik terakhir sebagai karya
puncak dari perjalanan akademik seseorang di bangku kuliah. Disertasi
merupakan laporan penelitian yang jauh lebih mendalam dan tajam dari
skripsi dan tesis. Karya ini merupakan persyaratan untuk mencapai gelar
doktor (S-3).
Penulis disertasi disebut promovendus. Di bawah beberapa orang guru
besar sebagai promotornya, promovendus harus mempertahankan dan
mempertanggungjawabkan disertasinya di hadapan dewan penguji.
Perbedaan yang menonjol dari karya ilmiah dan karya ilmiah populer
terletak pada penggunaan istilah ‘populer’ itu sendiri. Jika ditelusuri dari segi
esensi materi sajian, kedua bentuk tulisan itu sama-sama berlandaskan pada
dua ciri di atas, yakni keobjektifan dan kedalaman. Perbedaan yang paling
jelas terletak pada penggunaan bahasa sajian. Bahasa yang digunakan dalam
kupasan tulisan ilmiah populer lebih cair, tidak kaku, enak dibaca, menarik,
dan mudah dipahami, tetapi juga bukan berarti mencerminkan penggunaan
bahasa yang ceroboh dan tidak beretika.
Penggunaan kosakata dan istilah dipilih sesuai dengan perkembangan
dan dinamika perbendaharaan kosakata dan istilah yang terjadi dan berlaku
secara umum di masyarakat pada saat itu. Penggunaan kosakata dan istilah
yang terlalu teknis dan hanya berlaku di lingkungan tertentu yang terbatas
akan menyulitkan pembacanya. Meskipun begitu, tidak berarti juga penulis
boleh menggunakan kosakata atau istilah yang tidak mewakili makna secara
tepat. Pertimbangan ketepatan dan kesesuaian makna yang diusung dalam
menggunakan kosakata dan istilah harus tetap diprioritaskan.
MKDU4110/MODUL 4 4.33
itu, isi tulisan juga berisi penjelasan yang berkenaan dengan pertanyaan
mengapa (sesuatu itu seperti itu) dan bagaimana (sesuatu itu bisa terjadi
seperti itu).
Kembali kepada contoh kita tentang ‘ikan hias’ tadi. Untuk tulisan
ilmiah populer bentuk kedua, selain akan dijelaskan dan dideskripsikan jenis,
ciri, karakteristik, keunikan, dan kelemahan dari masing-masing jenis ikan
hias, juga akan dipaparkan secara khusus salah satu jenis ikan hias tertentu
secara lebih mendetil dan mendalam. Tulisan itu akan menyajikan informasi
ihwal riwayat penemuannya, asal atau tempat penemuan, bagaimana proses
perkembangbiakannya, bagaimana cara pemeliharaan dan perawatannya,
berikut alasan-alasan mengapa harus diperlakukan seperti itu.
Tulisan ilmiah populer bentuk kedua ini sering kita dapati pada koran-
koran yang bertaraf nasional, misalnya Kompas, majalah Intisari, Tempo,
Matra, Trubus, dan lain-lain. Bentuk-bentuk tulisan ini tidak sekedar dapat
memenuhi rasa ingin tahu pembaca, namun juga dapat merangsang
kepenasaranan dan keingintahuan mengenai sesuatu secara lebih lanjut.
Deskriptif-argumentatif akan menambah penjelasan dari kedua bentuk
tadi dengan penyodoran masalah yang diikuti dengan cara pemecahan
masalahnya. Topik tulisan tentang ikan hias tadi jika disertai dengan sajian
masalah pelestarian ekosistem di tempat asal ditemukannya, faktor-faktor
perusak ekosistem yang mengancam kepunahan ikan dimaksud yang disertai
beberapa bukti (hasil pengamatan atau hasil penelitian), serta solusi-solusi
yang ditawarkan guna mempertahankan ekosistem dan melindungi ikan
tersebut dari kepunahan akan menjadi sebuah tulisan yang lebih mendalam.
Solusi-solusi yang ditawarkan penulis, bukan sekedar harus bernalar tetapi
juga harus kritis-analitis yang bersandar pada temuan empiris atau kajian
teoretis.
Tulisan bentuk ketiga ini tidak hanya sekedar merangsang
keingintahuan, tetapi juga merangsang pemikiran. Tulisan-tulisan ini sering
kita dapati dalam berbagai jurnal yang secara spesifik menangani disiplin
ilmu tertentu. Misalnya saja pada majalah Medika, Prisma, jurnal
Masyarakat Linguistik Indonesia, dan lain-lain.
MKDU4110/MODUL 4 4.35
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
4) Karya ilmiah yang baik harus memenuhi 5 syarat metode ilmiah, seperti
yang dikemukakan John Dewey. Jika ditinjau dari unsur kerangka, lima
syarat ini ada pada ....
A. pengantar
B. pembuka
C. isi
D. penutup
5) Sebuah karya ilmiah dikatakan memiliki penalaran yang logis, jika ....
A. tidak menyimpan banyak pertanyaan
B. pembahasan dikaji dengan tuntas
C. tidak mempedulikan unsur emosi peneliti
D. sesuai dengan alur penalaran deduktif atau induktif
Tes Formatif 1
1) B. Pada kegiatan membaca lanjut, sasaran utamanya adalah melek
huruf, artinya lambang-lambang bunyi bahasa bukan hanya sekedar
dikenali dan bisa dibunyikan, melainkan yang lebih penting adalah
dipahami dan di mengerti makna dan maksudnya.
2) A. Pernyataan B, C, dan D benar. Pernyataan A tidak benar, karena
kecepatan membaca untuk pembaca fleksibel tidaklah konstan. Ada
kalanya pembaca dituntun untuk membaca dengan kecepatan tinggi,
sedang, atau bahkan lambat, bergantung pada tujuan dan jenis bahan
bacaannya.
3) C. Pengklasifikasian intensif dan ekstensif dalam membaca lebih
didasarkan pada cakupan bahannya. Semakin sempit dan spesifik
bahan bacaan, semakin menuntut keintensifan membaca.
Sebaliknya, jika cakupan bahannya banyak dan luas, kegiatan
membacanya dilakukan secara ekstensif.
4) A. Pemahaman literal merupakan tingkatan pemahaman yang paling
dasar, yakni pemahaman atas informasi-informasi tersurat yang
secara eksplisit dinyatakan dalam bacaan.
5) D. Pernyataan A, B, dan C benar; sedangkan teknik Suferficial Reading
(membaca dangkal), merupakan teknik membaca ekstensif.
6) C. Recite artinya menceritakan. Dalam teknik SQ3R, recite merupakan
langkah keempat, setelah kegiatan read (membaca) yang
dimaksudkan untuk mengecek atau mengukur perolehan hasil
bacanya.
7) C. Untuk kepentingan belajar lebih tepat menggunakan jenis membaca
intensif
8) B. Bahan spesifik, pemahaman mendalam, jenis bacaan tidak ringan
merupakan ciri membaca intensif; sedangkan pemahaman yang
komprehensif (banyak tapi tidak mendalam) merupakan ciri dari
membaca ekstensif.
9) A. Keterampilan membaca (reseptif) dan menulis (produktif) bukan
bawaan. Kualitas dan kuantitas membaca seseorang akan
mempengaruhi produksi tulisannya. Kedua keterampilan ini
digunakan dalam komunikasi tulis.
4.40 Bahasa Indonesia
Tes Formatif 2
1) A. Karya ilmiah disajikan dengan mengikuti konvensi ilmiah yang
sudah baku, bukan rumit, dilakukan melalui proses ilmiah, dan pada
umumnya ditujukan untuk kalangan pembaca tertentu. Meskipun
begitu, kalangan umum yang berminat dapat juga membaca karya
tersebut.
2) A. Laporan penelitian meliputi skripsi, tesis, disertasi; makalah
meliputi artikel, kertas kerja, dan lain-lain. Featur bukan karya
ilmiah, karya ilmiah berbeda pula dengan karya ilmiah populer.
3) C. Fakta dalam karya ilmiah tidak harus selalu digali dari pengalaman
empiris penulisnya. Fakta bisa diambil dari penelitian pustaka, hasil
penelitian orang lain, penelitian lapangan, dan sebagainya. Fakta
yang disajikan dalam karya tulis belum tentu untuk kajian analisis.
Penulis mungkin memanfaatkannya untuk kepentingan sokongan
argumentasinya agar lebih kuat dan meyakinkan. Oleh karena itu,
fakta harus objektif, harus dapat dibuktikan kebenarannya.
4) C. Bagian isi itu adalah batang tubuhnya sebuah karya ilmiah. Bagian
pengantar, pembuka, dan penutup bukan merupakan inti dari sebuah
tulisan, melainkan berfungsi sebagai pelengkap yang dapat
memperjelas inti tulisan yang diketengahkan pada bagian isi (batang
tubuh) tulisan.
5) C. Yang dimaksud dengan penalaran yang logis adalah tulisan yang
dihasilkan dari proses berpikir ilmiah yang menggunakan
kemampuan berpikir dan bernalar, bukan berdasarkan perasaan dan
pendapat pribadi yang bersifat subjektif. Proses penalarannya itu
sendiri dapat dilakukan secara induktif ataupun deduktif.
6) C. Disertasi ditulis oleh mahasiswa S-3; sedangkan skripsi dan tesis
masing-masing ditulis oleh mahasiswa S-l dan S-2. Jurnal ilmiah
dapat ditulis oleh siapa saja yang memiliki minat yang tinggi
terhadap suatu permasalahan dari disiplin ilmu tertentu.
7) A. Paper terbagi ke dalam dua bentuk, yakni working-paper dan term-
paper (cukup jelas).
MKDU4110/MODUL 4 4.41
Glosarium
Daftar Pustaka
Kana, Niko L, dkk. (1985). Metode dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.
PE N D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
A. KEMAMPUAN MEMBACA
3. Kasus yang sama terjadi di sebuah SMA. Salah seorang murid yang
duduk di bangku kelas 11 (kelas 2 ) dapat membacakan (secara nyaring)
sebuah teks bahasa Inggris dengan lancar dan lafal yang baik, namun
tidak memahami apa yang dibacanya. Inilah rekaman percakapannya!
Siswa A : (Membacakan sebuah teks bahasa Inggris dengan lancar dan
lafal yang baik).
Guru : “Bagus, pelafalanmu bagus sekali. Nah... coba sekarang
kamu ceritakan maksud teks yang kamu baca itu dengan
bahasamu sendiri!”
Siswa A : (Diam sejenak, lalu menggelengkan kepala). “Saya tidak
tahu, Pak! Saya tidak mengerti”.
membaca untuk kelompok pemula sama dengan melek huruf, yakni dapat
mengenal lambang-lambang tulis dan membunyikannya dengan lafal yang
benar. Sementara kemampuan membaca untuk kelompok pembaca lanjut
adalah melek wacana, yakni dapat mengenali lambang-lambang tulis dan
memahami arti/makna/maksud di balik lambang-lambang itu, baik makna
tersurat, makna tersirat, bahkan makna tersorot.
Dalam modul ini, kemampuan membaca yang dimaksud adalah
kemampuan membaca yang identik dengan melek wacana. Bahkan
kemampuan membaca dapat ditolokukuri oleh dua kemampuan utama, yakni
(1) kemampuan visual dan (2) kemampuan kognisi. Yang dimaksud dengan
kemampuan visual adalah kemampuan mata melihat dan menangkap
lambang-lambang tulis secara cepat. Sementara kemampuan kognisi adalah
kemampuan otak memahami makna dan maksud lambang-lambang secara
tepat. Berdasarkan patokan kedua komponen tadi, yakni kecepatan mata
melihat lambang dan ketepatan otak memaknai lambang merupakan
cerminan dari kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan itu
sering juga disebut kemampuan (ada juga yang menyebutnya kecepatan)
efektif membaca atau populer dengan istilah KEM. Jadi, KEM itu adalah
perpaduan antara kemampuan visual (kecepatan mata melihat lambang) dan
kemampuan kognisi (ketepatan otak memaknai lambang). Dengan demikian,
semakin cepat orang membaca dan semakin banyak informasi bacaan yang
dapat dipahaminya, maka semakin bagus/tinggi KEM-nya. Sebaliknya,
semakin lambat membaca dan semakin sedikit informasi yang dapat
dipahami dari teks yang dibacanya, maka semakin jelek/kecil KEM-nya.
Untuk mencapai KEM yang tinggi terdapat dua aspek yang perlu
mendapat perhatian, yaitu kecepatan membaca dan ketepatan memahami isi
bacaan. Untuk mencapai kecepatan membaca dimaksud, pembaca perlu
menguasai berbagai strategi membaca cepat, seperti skimming dan scanning.
Kegiatan membaca dimaksud dilakukan dalam hati secara senyap. Untuk
mencapai tingkat pemahaman yang tinggi, pembaca perlu mengerahkan
segenap konsentrasi dan menerapkan berbagai strategi membaca yang
disesuaikan dengan karakteristik bahan bacaan dan tujuan membaca. Pada
umumnya, untuk kepentingan studi dan perluasan informasi kita sering
berhubungan dengan wacana-wacana informatif. Pada kegiatan belajar ini,
anda akan saya ajak untuk mengenali jenis wacana dimaksud dan cara
membacanya.
5.6 Bahasa Indonesia
1. Membaca Memindai
Ketika mengunjungi perpustakaan, sering kali kita perlu membaca
dengan cepat judul-judul buku dalam kartu-kartu katalog serta kode-kode
buku yang terpanjang di rak sebelum memutuskan mengambil salah satu di
antaranya. Demikian juga ketika kita akan makan di restoran, kita kadang-
kadang merasa perlu membaca menu makanan dan minuman dengan cepat
sebelum memutuskan memesan makanan dan minuman yang kita inginkan.
Dengan kata lain, kita perlu memindai judul-judul buku dalam kartu katalog
dan kode-kode buku di rak sebelum memutuskan mengambil satu atau dua
buah buku dari suatu rak, dan kita perlu memindai daftar makanan dan
minuman di sebuah restoran sebelum memutuskan memesan makanan dan
minuman. Jenis kegiatan membaca seperti ini disebut membaca memindai,
yang sering pula disebut membaca scanning (Mikulecky, 1990:138).
Setelah menemukan judul buku yang kita cari di sebuah rak
perpustakaan, misalnya kita bertanya-tanya apakah buku tersebut memang
sesuai dengan kebutuhan kita. Lalu, kita pun berupaya melakukan survei
terhadap buku tersebut. Dengan cepat kita baca identitas buku pada halaman-
halaman depan, daftar isi, daftar indeks, dan beberapa halaman bagian dalam
buku tersebut. Setelah itu, baru kita mengambil kesimpulan bahwa buku
MKDU4110/MODUL 5 5.7
tersebut sesuai dengan kebutuhan kita atau tidak. Jenis kegiatan membaca
tersebut dapat disebut juga membaca memindai, yaitu membaca dengan cepat
sesuatu bahan bacaan untuk mendapatkan sesuatu kesan awal atau untuk
menemukan sesuatu yang kita cari yang mungkin terdapat di dalamnya.
Sebagian pakar menamakan kegiatan membaca demikian dengan istilah
membaca skimming (Mikulecky, 1990:138).
Kedua jenis kegiatan membaca ini sangat penting bagi kita. Oleh karena
itu, di samping kita perlu berlatih agar menguasai kedua jenis keterampilan
membaca tersebut, para murid pun perlu kita latih agar dapat memanfaatkan
kedua jenis keterampilan membaca tersebut.
a. Scanning
Mikulecky (1990:49-51) memberikan penjelasan mengenai jenis
kegiatan membaca yang disebut scanning, seperti berikut. Scanning adalah
keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan
sangat cepat. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca jenis ini kita tidak
perlu membaca kata demi kata dan tidak perlu membaca secara teliti
keseluruhan bahan bacaan yang kita hadapi guna menemukan informasi
khusus yang kita butuhkan. Yang kita perlukan adalah kemampuan mata kita
menjangkau kelompok-kelompok kata sebanyak-banyaknya secara sekaligus
dan kemampuan berpindah dari satu jangkauan pandangan ke jangkauan
pandangan berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus
yang kita cari.
Keterampilan membaca scanning hanya dapat diperoleh dengan
melakukan latihan-latihan. Kita harus berlatih memperluas jangkauan
pandangan mata kita terhadap kelompok-kelompok kata dan berpindah
dengan cepat. Misalnya, dengan berlatih menemukan suatu kata dalam
kamus, menemukan informasi mengenai harga emas dalam sebuah koran.
Dalam melakukan scanning, kita hanya perlu menangkap kata kunci
yang menandai informasi yang kita cari. Misalnya, kita ingin menemukan
berita mengenai masalah pendidikan dalam suatu surat kabar, kita tinggal
memindai judul-judul berita pada halaman-halaman surat kabar tersebut
dengan berbekal kata kunci pendidikan. Bahkan, dalam mencari kata tertentu
dalam kamus atau ensiklopedia, kita hanya perlu memindai huruf pertama,
kemudian huruf kedua, dan huruf berikutnya dari kata yang kita cari daftar
kata yang ada dalam kamus ensiklopedia. Kita akan melewati dengan sangat
5.8 Bahasa Indonesia
cepat kata yang memiliki huruf pertama yang berbeda dengan huruf awal
kata yang kita cari, sampai menemukan kata yang kita cari tersebut.
Tentu saja latar belakang pengetahuan pembaca turut menentukan
kecepatan seseorang dalam membaca skimming. Misalnya, seseorang yang
ingin menemukan iklan baris mengenai penjualan rumah, sebelumnya ia telah
mengetahui bahwa iklan tersebut terletak pada halaman 11 surat kabar yang
dibacanya, kemudian iklan jenis tersebut berkemungkinan akan dapat
membaca scanning dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki pengetahuan mengenai letak iklan yang dimaksud
itu sebelumnya bila luas jangkauan pandangan mata dan kecepatan berpindah
pandangan mereka relatif sama.
Untuk tingkat permulaan, kita dapat melatih murid kita membaca
scanning melalui perlombaan antarkelompok murid atau antarmurid dalam
menemukan informasi khusus yang kita tentukan dalam sebuah bacaan.
Misalnya, kita sediakan daftar acara televisi yang biasa dimuat di koran-
koran. Lalu, kita minta murid menemukan acara tertentu dan kita hitung
kecepatan membacanya. Kemudian, berdasarkan kecepatan mereka
menemukan yang dicari, kita tentukan pemenang 1 sampai 3 di antara para
murid.
Untuk tingkat selanjutnya, latihan membaca scanning dapat ditingkatkan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak dan bervariasi
kepada murid. Kegiatan ini pun dapat diperlombakan. Misalnya, kita
sediakan daftar iklan baris yang berisi lowongan kerja yang kita ambil dari
sebuah koran. Kemudian, kita ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk
diperebutkan.
1) Iklan lowongan kerja jenis apa yang mensyaratkan pelamarnya memiliki
kemampuan menggunakan program auto card?
2) Jenis lowongan kerja apa yang mensyaratkan pelamarnya jujur dan mau
bekerja keras?
3) Jenis-jenis lowongan kerja apa saja yang mensyaratkan pelamarnya
berijazah minimal SMA?
4) Jenis pekerjaan apa yang mensyaratkan pelamarnya memiliki SIM C?
Untuk setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 25.
Yang memiliki skor tertinggi merupakan pemenang lomba. Kita pun masih
perlu terus berlatih membaca scanning guna meningkatkan kecepatan kita
dalam membaca. Dalam berlatih, kita dapat meminta bantuan teman untuk
MKDU4110/MODUL 5 5.9
b. Skimming
Menurut Fry dalam Mikulecky (1990:138), skimming memiliki
kesamaan dengan scanning, yaitu memerlukan kecepatan membaca yang
tinggi. Namun, skimming memiliki perbedaan dengan scanning. Scanning
merupakan jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi
khusus dalam suatu teks, Sedangkan skimming menuntut pembaca memiliki
kemampuan memproses teks dengan cepat guna memperoleh gambaran
umum mengenai teks tersebut. Dalam hal ini, melalui skimming pembaca
memperoleh kesan umum mengenai bentuk dan isi teks, yaitu mengenai
organisasi, gaya, dan fokus tulisan, gagasan-gagasan utama yang
disampaikan dan sudut pandang penulis, termasuk mengenai kaitan teks
dengan kebutuhan dan minat pembaca.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui skimming, pembaca dapat
mengambil keputusan apakah akan terus membaca bahan bacaan tersebut
secara keseluruhan atau cukup membaca bagian tertentu saja yang sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Selain itu, skimming juga bermanfaat
sebagai review terhadap teks yang sudah dibaca sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa skimming menuntut
pembaca sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan mengenai organisasi
teks, pengetahuan leksikal, terutama kata-kata yang menyatakan suatu
petunjuk (lexsical clues), dan kemampuan menemukan ide pokok dari suatu
bacaan. Dengan demikian, pembaca diharapkan memiliki kemampuan
jangkauan mata yang luas dan beralih dengan cepat dari bagian demi bagian
teks yang penting dibaca, berdasarkan pengetahuan mengenai organisasi teks
dan pengetahuan mengenai kata-kata petunjuk teks. Seseorang baru dapat
dikatakan sebagai pembaca skimming yang baik bila dapat memproses teks
yang berisi sekitar 800 kata dalam satu menit.
Skimming sangat bermanfaat bagi kita dalam kehidupan, misalnya dalam
mengambil keputusan berkenaan dengan hal berikut ini.
1) Kita akan membeli sebuah buku mengenai cara mengajar membaca
permulaan. Di toko buku terdapat empat buah buku yang ditulis oleh
pengarang yang berbeda mengenai subjek itu. Kita harus memilih satu di
antara keempat buku tersebut.
5.10 Bahasa Indonesia
2. Membaca Pemahaman
Dalam modul ini kita menggunakan istilah membaca pemahaman guna
merujuk kepada jenis kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan untuk
memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca. Tarigan
(1993) menyebut jenis kegiatan membaca ini dengan istilah membaca teliti.
Namun, kita tidak menggunakan istilah membaca teliti mengingat ada kesan
bahwa membaca teliti selalu dilakukan dengan lambat. Padahal, dalam
membaca pemahaman kecepatan membaca yang kita gunakan mungkin
bervariasi, tergantung pada bahan bacaan yang kita baca. Bila bahan yang
dibaca itu berisi penjelasan mengenai ciri-ciri negara demokrasi, misalnya
kita akan membaca bagian itu berisi detail data berupa angka-angka
(misalnya) mungkin kecepatan kita dalam membaca agak berkurang. Selain
itu, cakupan konsep membaca pemahaman ini tidak sama persis dengan
cakupan konsep membaca dalam hati yang dikemukakan oleh Tarigan
(1993).
a. Prabaca (previewing)
Guna mendapatkan gambaran umum mengenai bahan bacaan yang akan
kita baca, kita hendaknya melakukan kegiatan prabaca (previewing).
Kegiatan prabaca akan memberikan pemahaman awal kepada kita mengenai
bahan bacaan yang dihadapi. Selain itu, menurut Mikulecky (1990:33),
kegiatan prabaca dapat mengaktifkan pengetahuan yang telah kita miliki
sebelumnya berkenaan dengan bahan bacaan yang akan kita baca.
Kegiatan prabaca (previewingi) yang perlu kita lakukan ketika akan
membaca sebuah buku, antara lain berikut ini.
MKDU4110/MODUL 5 5.11
samping itu, pembaca juga akan dapat memanfaatkan waktu tempuh bacanya
dengan lebih cepat.
Ketiga, kegiatan prabaca dapat menumbuhkan kesadaran pembaca
bahwa untuk memahami isi/maksud sebuah bacaan, proses membaca tidak
harus dilakukan secara kata demi kata yang disisir habis, namun dapat
dilakukan secara terpilih dengan melewati bagian-bagian yang dianggap tidak
perlu atau bagian yang dianggap sudah tersedia dalam bank pengetahuan siap
kita (Mikulecky, 1990: 35-38).
b. Pendugaan (predicting)
Setelah selesai atau selama melakukan prabaca (previewing), sebaiknya
pembaca melakukan dugaan terhadap kemungkinan isi/maksud bacaan dari
bacaan yang dihadapinya. Sebagai contoh, ketika anda membaca sebuah
judul buku yang berbunyi Sejarah Pendidikan Indonesia (karangan Prof. Dr.
Nasution, M.A.) mungkin kita menduga bahwa salah satu informasi yang
akan kita peroleh dari buku itu antara lain informasi tentang perkembangan
pendidikan di Indonesia, sejak masa sebelum, semasa, dan sesudah
kemerdekaan, bahkan hingga saat buku itu ditulis. Dugaan-dugaan mengenai
isi bacaan terus kita lakukan ketika atau setelah mengamati ilustrasi berupa
gambar, diagram, dan informasi lain yang diperoleh ketika melakukan
prabaca (previewing). Ketika melakukan dugaan, kita berupaya mendapatkan
informasi:
1) jenis bahan bacaan yang akan kita baca, apakah berupa laporan
penelitian buku pelajaran, artikel, cerita, iklan atau lainnya;
2) apa yang sudah dan apa yang belum kita ketahui mengenai isi bacaan;
3) seberapa teliti kita harus membaca suatu bacaan. Apakah kita perlu
mengingat bagian-bagian tertentu dari bahan bacaan, bagian mana saja
kita perlu melakukan scanning untuk mendapatkan informasi tertentu?
Berikut ini disediakan beberapa teks informatif. Silakan Anda baca teks
dimaksud dengan menerapkan berbagai strategi membaca cepat seperti yang
telah dijelaskan di muka. Setiap kali hendak memulai kegiatan membaca,
lihatlah jam tangan Anda, lalu catat waktu mulai membaca. Misalnya mulai
membaca pk. 10.03. Demikian juga ketika selesai membaca, catat pula
waktunya. Dengan demikian, Anda akan mengetahui berapa lama waktu
yang Anda gunakan untuk membaca teks tersebut!
Teks 1
Mulai membaca pukul: .....
RADAR KELELAWAR DETEKSI TUMOR
Para ilmuwan di Skotlandia berharap radar mimik kelelawar dapat
mengetahui lokasi dan mengidentifikasi tumor yang tersembunyi dalam
tubuh. Tim peneliti dari Universitas Strathclyde telah mengembangkan
sebuah teknik diagnosis yang sama dengan teknik beberapa binatang dalam
mendeteksi objek atau targetnya.
Navigasi kelelawar dan serangga pemburu yang menggunakan indra
penglihatan dan pendengaran dengan memanfaatkan gema coba
dikembangkan saat ini. Tim ini sedang melihat penggunaan prinsip yang
sama untuk menemukan tumor yang tersembunyi dalam tubuh seseorang
dengan menggunakan ultrasuara itu.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh majalah Engineer edisi 12
November 2007, penelitian ini sedang memfokuskan pada cara pendeteksian
dengan menggunakan panduan kemampuan kelelawar, lumba-lumba, dan
ikan paus dalam menangkap mangsanya. Ketiga jenis hewan ini memang
terkenal memiliki kemampuan canggih untuk menangkap mangsanya dengan
menggunakan sinyal ultrasuara yang dikeluarkannya.
“Kode akustik” ini digunakan untuk mengidentifikasi objek yang
berbeda-beda. Seekor kelelawar sebagai contohnya, pancaran ultrasuara
dari bunyi “citcit” hewan ini diyakini digunakan untuk menangkap
mangsanya. Gema yang dihasilkan dari seekor kelelawar berfungsi untuk
mendeteksi sebuah serangga yang sedang terbang, yang kemudian akan
membimbingnya menangkap mangsanya itu.
“Kelelawar, ikan lumba-lumba, dan ikan paus menggunakan perangkat
akustik yang kompleks dalam mengidentifikasi dan membimbing dalam
MKDU4110/MODUL 5 5.15
Pertanyaan Teks 1:
1. Binatang apa yang diduga para ilmuwan Skotlandia dapat
mengidentifikasi lokasi tumor dalam tubuh manusia?
2. Mengapa serangga pemburu yang menggunakan indra penglihatan dan
pendengaran dipilih untuk proyek penelitian pendeteksian lokasi tumor?
3. Di samping kelelawar, binatang apa lagi yang menggunakan sinyal
ultrasuara dalam menangkap mangsanya?
4. Bagaimana cara kerja kelelawar dalam menangkap mangsanya?
Jelaskan!
5. Apa yang dimaksud dengan “kode akustik”?
6. Siapakah Prof. Gordon Hayward itu?
7. Adakah kaitan antara kode akustik pada kelelawar dengan sel kanker?
8. Dengan cara bagaimana kode akustik kelelawar dalam menangkap
mangsa ditemukan?
9. Jika penelitian ini berhasil, apa sumbangsihnya bagi militer?
10. Coba kemukakan cara kerja suara ultra pada penelitian kanker!
5.16 Bahasa Indonesia
Dengan data jumlah kata yang dibaca, waktu yang diperlukan untuk
membaca, dan skor jawaban yang benar, Anda dapat menghitung banyaknya
skor KEM. Untuk mengukur KEM seseorang/Anda perlu dilakukan hal-hal
berikut ini.
KB PI
KEM = × KPM
SM:60 100
Keterangan:
KM = Kemampuan Membaca
KB = Jumlah Kata dalam Bacaan
SM = Jumlah Sekon (detik) Membaca
PI/100 = Persentase Pemahaman Isi
KEM = Kemampuan Efektif Membaca
KPM = Jumlah Kata per Menit
1000 80
KEM = × KPM = 400KPM
120:60 100
Pendidikan KEM
SD/SMP 200 Kata per menit
Kelas I 60−80 kata per menit
Kelas 2 90−110 kata per menit
Kelas 3 120−140 kata per menit
Kelas 4 150−160 kata per menit
Kelas 5 170−180 kata per menit
Kelas 6 190−250 kata per menit
SMA 250 kata per menit
Mahasiswa 325 kata per menit
Karya siswa (pascasarjana) 400 kata per menit
Orang dewasa(tidak sekolah) 200 kala per menit
Akan tetapi, tidak semua jenis bacaan harus dibaca secara cepat.
Pembaca yang efisien mempunyai kecepatan membaca sesuai dengan bahan
yang dihadapi dan tujuan membacanya. Soedarso (1991) membaginya
sebagai berikut.
a. Membaca secara skimming dan scanning (kecepatan lebih dari 1.000
KPM) digunakan untuk:
1) mengenali bahan yang akan dibaca;
2) mencari jawaban atas pertanyaan tertentu;
3) mendapatkan struktur dan organisasi bacaan serta menemukan
gagasan bacaan.
b. Membaca dengan kecepatan yang tinggi (500 − 800 KPM) digunakan
untuk:
1) membaca bahan-bahan yang muda dan tidak dikenal;
2) membaca novel ringan untuk mengikuti jalan cerita.
c. Membaca secara cepat (350 − 500 KPM) digunakan untuk:
1) membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskriptif dan bahan-
bahan nonfiksi lain yang bersifat informatif;
5.18 Bahasa Indonesia
Teks 2
Mulai membaca pukul: .....
RAHASIA KHASIAT BAWANG PUTIH
Bawang putih memang dikenal sebagai bahan pangan penghasil bau
menyengat. Tapi, jangan sekali-kali menyepelekan khasiatnya. Para peneliti
Inggris telah berhasil mengungkap misteri penyebab makan bawang putih
bisa membantu menjaga kesehatan jantung. Kuncinya adalah allicin, yang
diuraikan menjadi senyawa sulfat sangat berbau yang mencemarkan bau
nafas. Senyawa ini bereaksi dengan darah merah dan menghasilkan sulfida
hidrogen yang merenggangkan saluran darah dan membuat darah mudah
mengalir.
MKDU4110/MODUL 5 5.19
Pertanyaan Teks 2:
1. Siapakah yang pertama kali menguak misteri khasiat bawang putih?
2. Mengapa bawang putih diyakini dapat menjaga kesehatan jantung?
3. Pada kondisi bagaimanakah bawang putih dapat menimbulkan efek
samping?Mengapa?
4. Bagaimana cara kerja para peneliti dari Universitas Alabama dalam
membuktikan hasil temuannya? Jelaskan!
5. Bagaimana reaksi dari pencelupan pembuluh darah tikus pada larutan
ekstrak bawang putih yang diremukkan?
6. Menurut teks di atas, bawang putih dapat berkhasiat dapat pula
berakibat. Coba Anda jelaskan, kapan bawang putih berkhasiat dan
kapan berakibat?
7. Daerah manakah yang diperkirakan tingkat terjadinya kardiovaskulernya
rendah? Berikan alasannya!
8. Siapakah Judy O’Sulivan itu?
9. Bagaimana pendapat Judy O’Sulivan tentang bawang putih?
10. Bawang putih bisa mengobati penyakit jantung. Apakah pernyataan itu
sesuai dengan isi teks di atas? Berikan alasan Anda! Seperti halnya pada
teks 1 di atas, pada teks 2 ini pun Anda dipersilakan untuk menghitung
persentase kebenaran jawaban Anda dan menghitung KEMnya.
Selanjutnya, silakan hitung KEM Anda jika jumlah kata teks tersebut
276.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
3) Jika hendak mencari makna suatu kata tertentu dari kamus, sebaiknya
menggunakan strategi membaca ....
A. skimming
B. scanning
C. intensif
D. ekstensif
7) Jika seseorang bisa membaca 3000 kata dalam waktu 6 menit dengan
pemahaman 70%, maka KEM pembaca itu sebesar ....
A. 300 kpm
B. 350 kpm
C. 420 kpm
D. 500 kpm
Kegiatan Belajar 2
4. Kemampuan menganalisis
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat
komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan.
Kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, pernyataan-
pernyataan, simpulan-simpulan, dan sebagainya.
Pembaca kritis diharapkan melihat fakta-fakta, detil-detil penunjang,
atau unsur pembentuk yang lain yang tidak disebutkan secara eksplisit.
Sebuah teks bacaan pada dasarnya merupakan sebuah kesatuan gagasan yang
bulat dan utuh. Setiap penulis memiliki gaya yang berbeda dalam menyajikan
dan mengungkapkan gagasannya itu. Ada yang jelas tersurat, samar tersirat,
atau jauh tersorot.
Kemampuan menganalisis bacaan ditandai oleh kemampuan-
kemampuan berikut:
a. mengidentifikasi ide pokok bacaan;
b. menentukan kalimat utama paragraf;
c. membedakan fakta dan opini;
d. mengidentifikasi jalan pikiran penulis.
Beberapa manfaat yang bisa Anda petik dari kegiatan membaca kritis
adalah sebagai berikut:
1. pemahaman yang mendalam dan komprehensif terhadap materi bacaan;
2. kemampuan mengingat yang lebih kuat dan lama sebagai hasil dari
usaha memahami berbagai hubungan antarfakta dalam bahan bacaan,
antar fakta di luar bacaan, dan hubungan dengan pengalaman personal;
3. kepercayaan diri yang mantap dalam memberikan pendapat tentang isi
bacaan.
Pendahuluan
Dalam paragraf-paragraf pembukaan, biasanya penulis akan
memperkenalkan subjek/fokus/tema tulisan beserta pendekatan khusus untuk
mengupas hal itu. Penulis sering kali menunjukkan secara singkat pokok-
pokok penting cakupan tulisan secara garis besar dan menetapkan aspek-
aspek masalah apa yang akan dimasukkan atau dikeluarkan. Di samping itu,
sering pula dia menjelaskan maksud penulisan artikel itu, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada paragraf-paragraf pembukaan itu juga
akan tersirat karakteristik dan nada artikel tersebut, misalnya berat atau
ringan, harfiah atau satiris, serius atau humor, dan sebagainya.
Pembaca yang seksama akan mencermati indikasi-indikasi dimaksud
untuk memudahkannya membaca dengan pemahaman yang lebih tinggi serta
mendalam, dan menilai karya itu secara lebih jujur.
Isi
Artikel-artikel yang baik dapat menjelaskan di mana pendahuluan
berakhir, dan di mana pula isi artikel itu bermula. Biasanya isi suatu uraian
terdiri atas beberapa bagian. Bagian ini merupakan ruang bagi penulis untuk
mengutarakan gagasan-gagasannya segamblang mungkin. Kadang-kadang
kita dapat menemui petunjuk-petunjuk tipografi mengenai bagian-bagian
penting itu, misalnya penggunaan angka Romawi, judul-judul bercetak tebal,
kata-kata/frase-frase bercetak miring, atau spasi-spasi terbuka. Kadang-
kadang kita juga mendapati kata-kata petunjuk konteks yang mengacu pada
langkah-langkah. Kata-kata seperti pertama, kedua, lebih lanjut, akhirnya,
dan sebaliknya menunjukkan langkah-langkah dalam suatu uraian yang
tersusun secara logis. Jika tanda-tanda itu tidak muncul, kita harus mencari
kalimat-kalimat, klausa-klausa atau frase-frase tradisional yang menunjukkan
perubahan atau perpindahan perkembangan pikiran. Penulis yang cermat
akan membuatnya semudah mungkin agar para pembacanya dapat mengikuti
kecenderungan pikirannya. Pada saat tersebut, kita mungkin menemukan
bantuan dan harus menyandarkan diri pada pembacaan teliti kita sendiri
untuk memperhatikan bagian-bagian uraian itu. Dalam setiap kasus, tugas
kita sebagai pembaca yang cerdas adalah menemukan organisasi dasar
pengarang, rangka dasarnya, dan memanfaatkannya untuk mencapai
pemahaman.
5.34 Bahasa Indonesia
Kesimpulan
Pada akhir tulisan, para penulis biasanya mulai mengalihkan perhatian
dari apa yang sedang dikatakan menuju apa yang telah dikatakannya. Inilah
suatu pertanda bagi kita bahwa dia akan menutup atau menyimpulkan
tulisannya itu. Penulis yang seksama kerapkali menegaskan kembali apa-apa
yang telah dikatakannya pada paragraf-paragraf pembukaan mengenai
pokok-pokok penting dari perkembangannya. Kita hendaknya memperguna-
kan bantuan-bantuan serupa itu untuk menolong kita meresensi atau
meninjau kembali keseluruhan penyajian tersebut. Andaikata sang penulis
tidak memberikan bantuan-bantuan tersebut kepada kita, maka seyogianyalah
kita berhenti sejenak setelah menyelesaikan artikel tersebut, dan meninjau
kembali dalam hati apa-apa yang telah dikatakannya tadi. Kemudian cobalah
menilai sampai di mana keberhasilannya dalam menyajikan pokok masalah
tulisannya itu secara jelas, dalam upaya pencapaian maksud serta tujuannya.
Para pembaca yang teliti dan cermat, para penjaga yang bertanggung jawab,
akan tetap waspada baik terhadap indikasi-indikasi yang eksplisit maupun
yang implisit dari tema, maksud, ruang, lingkup, dan organisasi umum sang
penulis. Kerapkali pula, para pembaca yang kurang berpengalaman gagal
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bantuan yang beraneka ragam yang
disajikan oleh pengarang. (Albert, etal, 1961:9-10).
3. Posisi (position)
Posisi dan panjangnya suatu artikel berita kerap kali mencerminkan
skema nilai para editor (redaktur). Semua pertanyaan serta petunjuk di atas
akan membantu kita dalam membangun sikap waspada dan kehati-hatian
terhadap segala pendapat dan sumber informasi. Sikap kritis kita dalam
menghadapi bacaan akan membentur media antara penerimaan atau
penolakan tak berdasar dengan penerimaan atau penolakan yang berdasar
(Albert, et al; 1961-b:17-19).
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
2) Berpikir dan bersikap kritis ditandai oleh hal-hal berikut, kecuali ....
A. kemampuan menafsirkan
B. kemampuan menerapkan
C. kemampuan mengoreksi kesalahan
D. kemampuan mengorganisasikan
7) Dalam Tajuk Rencana sebuah harian surat kabar biasanya dapat kita
temukan informasi-informasi berikut, kecuali ....
A. topik aktual yang dibicarakan surat-surat kabar pada umumnya
B. sikap penerbit itu terhadap pokok masalah yang disoroti
C. kecenderungan-kecenderungan surat kabar terhadap pokok masalah
D. fakta-fakta objektif mengenai suatu pokok masalah
8) Untuk menilai kualitas sebuah surat kabar dapat dilakukan dengan cara
berikut, kecuali ....
A. memberikan perhatian khusus terhadap rubrik Tajuk Rencana
B. membacanya secara teratur dan kontinu
C. membanding-bandingkan pemberitaan topik sejenis dengan koran
lain
D. meneliti jenis kertas dan kuantitas iklan yang dapat dimuatnya
Tes Formatif 1
1) A. Melek huruf, artinya pengenalan terhadap lambang bunyi dan
pelafalannya dengan benar disertai pemahaman awal pada tingkat
dasar.
2) D. Paduan kemampuan visual dan kemampuan kognisi, yakni paduan
antara ke kecepatan rata-rata membaca sebagai hasil kerja fisik
organ mata dan ketepatan rata-rata memahami isi bacaan sebagai
hasil kerja otak.
3) B. Scanning digunakan jika informasi yang hendak dicari telah
ditentukan sebelum kegiatan membaca dilakukan.
4) C. Untuk mencari informasi khusus lebih tepat digunakan teknik
scanning dari pada skimming, karena skimming lebih ditujukan
untuk mendapatkan gambaran/kesan umum sebuah bacaan.
5) A. Menyurvei bacaan merupakan bagian dari penjajagan gambaran
umum sebuah bacaan, bukan bagian dari scanning.
6) B. Kecepatan rata-rata membaca dapat diketahui dengan jalan
membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh. Namun,
kemampuan ini bukanlah kemampuan membaca yang sesungguhnya
karena baru mengukur satu sisi dari kegiatan membaca.
7) B. 350 kpm (3000/6) x (70/100).
8) C. Fleksibilitas membaca itu ialah kemampuan mengatur dan
menggunakan kecepatan baca secara variatif sesuai dengan
keperluan dan bahan bacaan, bukan kecepatan yang konstan.
9) C. Tahap previewing itu merupakan tahap penjajagan sebelum kegiatan
membaca yang sesungguhnya dilakukan.
10) D. Menduga jawaban atas beberapa pertanyaan saat membaca
merupakan aktivitas prediksi; sedangkan memeriksa daftar isi,
indeks, glosarium, halaman-halaman bacaan merupakan kegiatan
previewing.
5.46 Bahasa Indonesia
Tes Formatif 2
1) C. Mencari dan memperbaiki kesalahan penulis bukanlah ciri dari
membaca kritis.
2) C. Kemampuan mengoreksi kesalahan bukanlah ciri dari sikap kritis.
3) A. Tersurat, artinya dapat menyebutkan kembali informasi-informasi
yang diterakan secara jelas dalam bacaan.
4) B. Dapat mengikuti petunjuk artinya sama dengan dapat mengaplikasi
konsep-konsep.
5) B. Pertanyaan tersebut mempertimbangkan kualifikasi penulisnya.
6) D. Pada bagian pendahuluan (paragraf-paragraf awal) biasanya penulis
mengetengahkan pokok masalah tulisan, tujuan, pendekatan yang
digunakan, dan lain-lain.
7) A. Setiap surat kabar memiliki kecenderungan tertentu terhadap topik
aktual yang hendak disorotinya. Jadi, tidak mungkin seragam.
8) D. Kualitas sebuah pemberitaan lebih berorientasi pada isi dari pada
fisik, meskipun masalah fisik bukan berarti tidak penting. Jenis
kertas merupakan masalah fisik dan kuantitas iklan lebih bersifat
komersial.
9) B. Position itu berkenaan dengan pengaturan lokasi, panjang-pendek,
tata letak dan tata sajian sebuah tulisan.
10) D. Apa ide pokok paragraf pertama teks di atas? Pertanyaan tersebut
menuntut pembaca untuk melakukan kerja analisis.
MKDU4110/MODUL 5 5.47
Glosarium
Daftar Pustaka
Berbicara
Asep Supriyana, S.S.
PE N D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Berbicara
A. PENGERTIAN BERBICARA
1. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah menyampaikan informasi berupa
gagasan-gagasan kepada pendengar. Secara khusus, berbicara memiliki
banyak tujuan. Tujuan tersebut antara lain untuk memberi informasi,
menyatakan diri, mencapai tujuan, berekspresi, menghibur, dan lain-lain.
Berbicara dengan tujuan memberi informasi. Dalam kegiatan berbicara
ini pembicara memiliki informasi-informasi yang akan disampaikan kepada
pendengar. Contoh berbicara dengan tujuan memberi informasi misalnya,
kegiatan berbicara seorang guru kepada para siswanya di dalam kelas,
seorang penyaji dalam kegiatan seminar, seorang dai dalam kegiatan
pengkajian Al-Quran, atau pembicara dalam kegiatan-kegiatan pelatihan.
Berbicara dengan tujuan menyatakan diri. Contoh kegiatan berbicara
dengan tujuan menyatakan diri berupa kegiatan berbicara yang dilakukan
seseorang ketika memperkenalkan diri atau ketika menyampaikan
argumentasi dalam suatu masalah.
Berbicara dengan tujuan mencapai tujuan adalah kegiatan berbicara yang
dilakukan untuk memperoleh sesuatu. Contoh kegiatan berbicara dengan
tujuan antara lain berbicara dalam mempresentasikan program dalam rangka
memperoleh jabatan, berbicara dalam kampanye, berbicara dalam rangka
memperoleh pinjaman, menawarkan barang dagangan, dan lain-lain.
Berbicara dengan tujuan berekspresi. Kegiatan berbicara dengan tujuan
berekspresi biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang karya sastra. Contohnya, ketika mendongeng, menyatakan perasaan
kepada orang lain, dan berbicara berdasarkan empati.
6.6 Bahasa Indonesia
2. Jenis Berbicara
Jenis berbicara dalam pembahasan ini mengacu pada situasi. Situasi
yang dimaksud adalah situasi yang berkaitan dengan tujuan berbicara, di
mana, kapan, dan dengan siapa orang berbicara. Berdasarkan situasi tersebut,
berbicara dikelompokkan ke dalam dua situasi yaitu berbicara dalam situasi
nonformal dan berbicara dalam situasi formal.
Berbicara dalam situasi nonformal tidak terikat oleh aturan-aturan seperti
yang ada dalam berbicara dalam situasi formal. Berbicara dalam situasi
formal sama artinya dengan berbicara formal. Berbicara yang berlangsung
dalam situasi formal, terikat oleh aturan-aturan tertentu dan berlangsung
melalui tahapan-tahapan tertentu.
b. Konteks pembicaraan
Dalam Kamus Linguistik, Kridalaksana mengemukakan bahwa konteks
mempunyai dua pengertian. Pertama, konteks adalah aspek-aspek lingkungan
fisik atau sosial yang kait-mengait dengan ujaran tertentu. Kedua, konteks
adalah pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar
sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara. (2001: 120)
Seorang pembicara ketika akan menyampaikan sesuatu secara verbal
kepada orang lain terlebih dahulu harus mempertimbangkan kesepahaman
konteks, agar pendengar dapat mengerti secara jelas apa yang
disampaikannya. Konteks dapat berupa aspek-aspek lingkungan fisik dan
sosial yang harus diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
berbicara, sehingga mereka dapat saling memahami tentang sesuatu yang
menjadi pokok pembicaraan.
Lebih luas dari yang dikemukakan oleh Kridalaksana, Mulyana (2001:
69-70) mengemukakan bahwa konteks wacana menyangkut segala aspek di
luar pelaku komunikasi. Aspek-aspek tersebut adalah:
a. aspek yang bersifat fisik, seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk
ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, dan jumlah peserta
komunikasi;
b. aspek psikologis, seperti sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi
para pelaku komunikasi;
c. aspek sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik
budaya;
d. aspek waktu, seperti hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, dan malam.
“Aku sedang mengagumi bangunan yang indah dan besar ini,” jawab
Nasrudin dengan tak acuh.
“Ini tempat penggilingan tepung,” pembantu rumah itu berkelakar.
“Tentu hewan yang tinggal dan bekerja di sini juga besar-besar, ya?”
kata Nasrudin.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Berbicara Formal
A. FAKTOR KEBAHASAAN
1. Pengucapan Fonem
Fonem dalam bahasa terdiri atas fonem vokal dan konsonan. Kesalahan
dalam pengucapan fonem baik vokal maupun konsonan akan mengganggu
kelancaran komunikasi antara pembicara dan pendengar. Artinya, kesalahan
pengucapan fonem dapat membuat pendengar salah menafsirkan isi
pembicaraan. Sebagai contoh perhatikan ujaran berikut ini.
”Mereka memang bukan dari keluarga mampu, tetapi mereka adalah
orang-orang yang memiliki semangat hidup yang tinggi. Pernah
beberapa kali pindah tempat tinggal, pada tahun tujuh puluhan mereka di
6.18 Bahasa Indonesia
2. Penerapan Intonasi
Intonasi adalah unsur bahasa yang tergolong ke dalam suprasegmental,
yaitu unsur bahasa yang dapat membedakan makna yang disebabkan oleh
tinggi rendah, tekanan, dan jeda atau persendian. Perhatikan contoh perapan
persendian atau jeda pada ujaran berikut ini. Ujaran ini diucapkan pembicara
yang sedang memberi penjelasan kepada guru-guru senior tentang bagaimana
meningkatkan kualitas pembelajaran.
”Seorang guru baru/dikatakan profesional jika mampu memperlihatkan
pembelajaran yang berkualitas. Kualitas pembelajaran baru/dapat
diperoleh dengan cara guru selalu mau belajar untuk mengetahui/
perubahan-perubahan yang ada dalam dunia pendidikan”.
Mendengar ujaran ini, para guru (senior) pasti akan bingung, kepada
siapa sebenarnya ujaran ini ditujukan, karena yang hadir pada saat itu tidak
ada guru baru. Demikian pula halnya dengan kalimat 2, kualitas
pembelajaran baru itu seperti apa?
Jika ujaran tersebut diperbaiki, orang yang mendengarkan akan menjadi
lebih mengerti. Berikut perbaikan penerapan jeda pada kalimat tersebut.
”Seorang guru/baru dikatakan profesional jika mampu memperlihatkan
pembelajaran yang berkualitas. Kualitas pembelajaran/baru dapat di-
peroleh dengan cara guru selalu mau belajar/untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang ada dalam dunia pendidikan”.
MKDU4110/MODUL 6 6.19
3. Pilihan Kata
Keterampilan memilih dan menentukan kata yang akan digunakan dalam
kegiatan berbicara sangat penting bagi pembicara. Sama halnya dengan
penguasaan terhadap pelafalan fonem dan penerapan intonasi, pilihan kata
yang salah ketika melakukan kegiatan berbicara pun akan menimbulkan
dampak yang sama yaitu, gangguan atau kekeliruan komunikasi. Perhatikan
contoh berikut ini.
”Bapak-bapak dan Ibu-ibu, masalah keluarga selalu ada di setiap rumah
tangga. Suami dan istri harus selalu saling menghormati dan tenggang
rasa. Artinya, seorang istri harus memahami bagaimana kerjanya seorang
suami dalam mencari nafkah? Suami pun harus bisa mengerti bagaimana
lelahnya ketika istri dalam kandungan. Oleh sebab itu, suami dan istri
harus selalu bekerja sama dan saling membantu”
Kata ’dalam kandungan’ sangat tidak tepat, bagaimana mungkin ada istri
di dalam kandungan. Kata apakah yang tepat untuk mengganti kata-kata
tersebut. Perhatikan perbaikan ujaran tersebut.
”Bapak-bapak dan Ibu-ibu, masalah keluarga selalu ada di setiap rumah
tangga. Suami dan istri harus selalu saling menghormati dan tenggang
rasa. Artinya, seorang istri harus memahami bagaimana lelahnya
seorang suami dalam mencari nafkah? Suami pun harus bisa mengerti
bagaimana lelahnya ketika istri sedang mengandung. Oleh sebab itu,
suami dan istri harus selalu bekerja sama dan saling membantu”
Apakah Anda dapat melihat kejanggalan ujaran di atas? Mari kita lihat
konstituen-konstituen kalimat tersebut.
Dalam rapat yang dihadiri oleh semua anggota DPR = keterangan
membahas = predikat
masalah Nanggroe Aceh Darussalam = objek
B. FAKTOR NONKEBAHASAAN
1. Keberanian
Keberanian dalam kegiatan berbicara tidak hanya dibutuhkan untuk
mengatasi demam panggung. Keberanian di sini menyangkut keberanian
dalam mengemukakan pendapat dan keberpihakan terhadap gagasan yang
diyakini kebenarannya. Pendapat yang harus dikemukakan kadang-kadang
bersifat kontroversial. Tidak banyak pembicara yang berani mengemukakan
pendapat seperti ini. Mereka lebih cenderung mencari aman, lebih-lebih jika
pendapat tersebut menyangkut dengan kepentingan pihak yang sedang
berkuasa.
2. Kelancaran
Kelancaran berbicara sangat ditunjang oleh penguasaan materi yang
baik. Kurangnya menguasai materi akan menyebabkan kebingungan
menentukan kata dan kalimat apa yang harus diungkapkan, sehingga kalimat-
kalimat yang keluar banyak diselingi bunyi-bunyi yang tidak bermakna.
Nurgiantoro (1988: 261) mengungkapkan beberapa hal yang
menunjukkan ketidaklancaran berbicara, yaitu
a. pembicaraan selalu terhenti dan terputus-putus;
b. pembicaraan sangat lambat;
c. pembicaraan sering tampak ragu, dan kalimat yang diucapkan tidak
lengkap;
d. pengelompokan kata kadang-kadang tidak tepat;
e. masih terdengar bunyi-bunyi yang tidak bermakna.
6.22 Bahasa Indonesia
3. Kenyaringan Suara
Penjelasan yang dikemukakan harus juga ditunjang oleh suara yang
nyaring dan jelas. Kenyaringan di sini tidak berarti keras, tetapi didasarkan
kepada apakah orang yang paling jauh dari pembicara dapat mendengar
dengan jelas suara pembicara. Oleh karena itu, suara yang dikeluarkan tidak
harus keras, tetapi secara efektif suara yang dikeluarkan dapat didengar jelas.
4. Pandangan Mata
Pandangan mata sebaiknya diarahkan ke lawan bicara. Jika pembicaraan
ini dilakukan dengan melibat pendengar banyak (misalnya seminar, pidato,
ceramah), pandangan mata hendaknya secara teratur dan proporsional
diarahkan ke segala arah.
Kadang-kadang seorang pembicara hanya mengarahkan pandangan
hanya ke satu arah, bahkan ada juga yang menunduk atau menengadah. Arah
pandangan mata seperti ini tentunya tidak mendukung keefektifan berbicara,
sementara kontak mata dengan pendengar sangat mendukung hubungan
psikologis antara pembicara dengan pendengar.
6. Penalaran
Penalaran juga cukup menunjang efektivitas berbicara. Materi yang
diungkapkan harus ditunjang data-data atau argumen-argumen yang masuk
akal. Begitu pun susunan kalimat yang diungkapkan harus logis. Jangan
sekali-kali mengungkapkan fakta yang tidak jelas sumbernya. Bila perlu
setiap argumen yang dikemukakan disebutkan sumbernya yang autentik.
MKDU4110/MODUL 6 6.23
a. Penentuan tujuan
Sebelum kegiatan berbicara dilakukan, harus diperjelas dulu tujuan Anda
berbicara. Jangan sampai kegiatan berbicara dilakukan tanpa tujuan yang
jelas. Banyak tujuan yang dapat dicapai melalui kegiatan berbicara, seperti
yang telah diuraikan dalam Kegiatan Belajar 1.
Penentuan tujuan berbicara berkaitan dengan komponen acara atau
kegiatan dan masalah pembicaraan. Komponen acara misalnya, seminar,
ceramah agama, upacara proklamasi, dan lain-lain. Masalah pembicaraan
berkaitan dengan topik. Jika dalam seminar misalnya, tentu ada masalah yang
akan dibahas. Seminar ekonomi misalnya, aspek atau masalah ekonomi
bidang apa yang akan dibahas, apakah pemasaran, produksi, teknologi
produksi, atau yang lain. Jadi dalam menentukan tujuan pembicaraan bukan
keinginan pembicara yang dimunculkan, melainkan dalam rangka apa
pembicaraan dilakukan dan apa masalah yang akan dibicarakan.
b. Penguasaan topik
Topik pembicaraan harus betul-betul dikuasai oleh seorang pembicara.
Pembicara yang menguasai topik dengan baik akan membantu penguasaan
terhadap unsur-unsur lain, seperti kelancaran berbicara, mengatasi
kegugupan, dan menumbuhkan keberanian.
Sehubungan dengan penentuan topik, Maidar dan Mukti U.S. (1986: 3.9)
mengungkapkan beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan
sebagai berikut.
1) Topik harus menarik; kemenarikan sebuah topik harus diukur dari sudut
pembicara dan pendengar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan
agar topik yang dipilih itu menarik, adalah:
a) berisi masalah yang menyangkut persoalan bersama;
b) berisi pemecahan masalah yang sedang dihadapi masyarakat;
c) tidak terlalu sulit atau terlalu mudah bagi daya tangkap pendengar;
d) bersifat aktual, sedang menjadi pembicaraan dalam waktu yang
relevan;
e) mengandung nilai manfaat;
2) Topik tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.
3) Topik yang dipilih hendaklah belum banyak diketahui pendengar.
4) Topik yang dipilih juga hendaklah jangan yang tidak Anda ketahui dan
kurang didukung bahan dari sumber-sumber yang cukup.
MKDU4110/MODUL 6 6.25
c. Pengumpulan referensi
Banyak sumber informasi yang dapat dijadikan referensi atau pendukung
kegiatan berbicara, misalnya media cetak, media elektronik, buku, dan
internet. Ini dapat diperoleh di banyak tempat dengan mudah. Satu hal yang
harus menjadi pegangan seorang pembicara dalam mencari referensi adalah
keautentikan referensi yang dijadikan pendukung dalam berbicara.
Keautentikan referensi menjadi bahan pertimbangan agar uraian-uraian
pembicaraan dapat dipertanggungjawabkan. Jika ada tanggapan dari
pendengar, walaupun tanggapan tersebut menyalahkan uraian pembicara,
pembicara dapat menunjukkan bahwa referensi yang digunakan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam berbicara, referensi dapat berfungsi untuk memperkuat gagasan
atau dapat juga dijadikan untuk mementahkan opini-opini yang berkembang
di masyarakat. Hal tergantung dari tujuan berbicara yang dilakukannya. Jika
berbicara ditujukan untuk memperluas wawasan pendengar, tentunya
referensi yang digunakan adalah referensi yang bersifat informatif. Jika
berbicara untuk tujuan meyakinkan, tentunya harus didukung oleh banyak
referensi yang bersifat argumentatif.
d. Penyusunan kerangka
Kerangka dalam kegiatan berbicara berfungsi untuk membimbing arah
pembicaraan. Dengan kerangka ini, pembicara dapat mengatur keluasan dan
kedalaman gagasan yang diuraikannya, sehingga uraiannya terfokus pada
satu pokok pembicaraan.
Topik yang telah ditentukan dengan segala pertimbangannya dipecah-
pecah menjadi beberapa subtopik yang menunjukkan hubungan bagian.
Subtopik-subtopik tersebut harus menunjukkan bagian dari topiknya.
Misalnya, Anda menentukan topik “Peranan Orang Tua dalam Membina
Hubungan Harmonis Antaranggota Keluarga” dalam kegiatan ceramah, maka
kerangka yang dapat disusun seperti contoh berikut ini.
1) Mukadimah.
2) Pendahuluan.
3) Bila perlu, uraian-uraian pemikat (dapat berupa puisi, lagu, atau cerita
anekdot).
4) Uraian pokok:
a) fungsi orang tua dalam keluarga,
b) jenis-jenis hubungan yang perlu dibangun dalam sebuah keluarga,
6.26 Bahasa Indonesia
e. Berlatih
Berlatih merupakan tahapan terakhir dalam persiapan. Berlatihlah dalam
kualitas dan kuantitas yang mendukung dan terarah. Banyak cara dapat
dilakukan dalam berlatih. Latihan dapat dilakukan dengan cara sendiri atau
meminta bantuan pihak lain.
Secara mandiri, cobalah berlatih di depan cermin agar segala gerak-gerik
tubuh dari atas sama bawah dapat diamati. Dengan cara seperti ini, Anda
sebagai pembicara berfungsi ganda, yaitu sebagai pembicara dan pengamat.
Amatilah setiap gerakan dan ucapan yang Anda lakukan. Berilah penilaian
yang jujur.
Jika dengan cara mandiri dirasakan kurang memungkinkan karena akan
membuyarkan konsentrasi Anda, latihan dapat dilakukan dengan meminta
bantuan orang lain. Orang lain dapat berperan sebagai pengamat atau
pendengar (dilakukan dengan cara simulasi). Mintalah masukan dari mereka.
Jika perlu siapkanlah lembar pengamatan yang dapat diisi oleh “pendengar”
Anda, agar pengamatan terfokus pada hal-hal yang memang perlu mendapat
perhatian lebih.
Jika proses ini sudah Anda lakukan, siapkanlah mental dan fisik Anda,
agar pada saat melakukan kegiatan berbicara yang sesungguhnya dapat
berjalan seperti yang telah direncanakan.
a. pembuka
Pembuka berisi tentang pengantar sebelum masuk ke pembahasan
pokok. Dalam bagian ini biasa beriris tentang:
1) doa pembuka (jika kegiatan berbicara berkaitan dengan masalah
keagamaan);
2) latar belakang masalah yang berkaitan dengan pembahasan;
3) tujuan pembahasan.
b. Pembahasan Pokok
Bagian ini merupakan inti dari pembicaraan. Bagian ini menuntut
banyak persiapan pembicara, karena di bagian inilah kemampuan
pembicara yang sesungguhnya dalam berbicara di uji. Bukan berarti
bagian lain tidak penting. Bagian lain pun sama menuntut keterampilan
khusus, tetapi pada bagian inilah seorang pembicara betul diuji
kemampuannya sebagai pembicara profesional.
c. Penutup
Bagian ini merupakan akhir dari seluruh kegiatan berbicara. Oleh karena
itu, hal-hal yang diungkapkan adalah simpulan dari seluruh uraian.
3. Evaluasi
Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang
kegiatan berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan
tersebut seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya.
Sesuatu yang masih kurang dapat segera diperbaiki, sedangkan yang sudah
bagus harus dipertahankan kualitasnya, bahkan kalau mungkin lebih
diperbagus lagi.
Sama halnya dengan ketika berlatih, penilaian dapat dilakukan baik
secara mandiri maupun bantuan orang lain. Secara mandiri, penilaian dapat
6.28 Bahasa Indonesia
dibantu dengan alat perekam, baik rekaman auditif maupun rekaman audio-
visual. Rekaman ini dapat saja dilakukan atas permintaan pembicara sendiri
dan dengan perlengkapan yang disediakannya sendiri. Hasil rekaman diputar
ulang, lalu amatilah setiap segmen-segmen yang dilakukan. Dengan
demikian, Anda dapat memberukan penilaian terhadap kualitas Anda
berbicara.
Selain itu, penilaian pun dapat dilakukan dengan minta bantuan orang
lain, baik itu orang yang diminta secara khusus oleh pembicara maupun
pendengar. Mintalah masukan dari mereka. Masukkan tersebut dapat saja
berupa masukan yang kurang baik, yang baik, bahkan mungkin saja yang
menyudutkan. Jadikanlah semua itu sebagai bahan untuk memperbaiki diri,
agar kemampuan berbicara Anda menjadi kompetensi yang banyak
diperhitungkan orang.
1. Wawancara
Wawancara merupakan bagian dari aktivitas seorang mahasiswa.
Wawancara sebagai salah satu bentuk kegiatan berbicara digunakan
mahasiswa sedalam keperluan penelitian. Sebagai seorang mahasiswa,
tentunya penelitian bukan merupakan sesuatu yang aneh. Ada sepuluh tujuan
wawancara menurut Tubbs dan Moss, yaitu mendapatkan informasi, memberi
informasi, membujuk, memecahkan masalah, konsultasi, mencari kerja,
menerima keluhan, meninjau kinerja, memperbaiki atau memperingatkan,
mengukur stres (2000: 41-42).
a. mendapatkan informasi
Wawancara dengan tujuan mendapatkan informasi dapat dilakukan
mahasiswa untuk keperluan penelitian, misalnya penitian untuk tugas
akhir atau penelitian-penelitian lainnya. Dalam hal ini, pewawancara
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan fakta, pendapat, atau
sikap dari responden.
b. memberi informasi
Dalam hal ini, pewawancara menyajikan fakta, pendapat, atau sikap
untuk ditanggapi oleh responden. Jadi, fakta, pendapat, sikap merupakan
rangsangan bagi responden agar respon yang diberikan sesuai dengan
yang diharapkan pewawancara. Wawancara dengan tujuan seperti ini
dapat dilakukan dalam penelitian yang berkaitan dengan sikap manusia
MKDU4110/MODUL 6 6.29
Contoh:
Pewawancara : Seperti yang Saudara ketahui, manusia modern
mempunyai kecenderungan untuk menyikapi
pengaruh budaya asing dengan anggapan bahwa
penyesuai sikap hidup dengan budaya asing
merupakan sebuah keharusan dalam kehidupan
modern saat ini. Bagaimana pendapat Saudara
tentang pendapat seperti?
Responden : Maaf, perlu kami katakan bahwa pendapat
semacam itu menunjukkan bahwa orang tersebut
tidak mempunyai daya saring yang baik terhadap
budaya asing. Mereka menganggap bahwa semua
budaya yang berasal dari barat itu baik. Itu
pendapat yang keliru, dan kami merasa
berkewajiban untuk meluruskan sikap seperti itu.
c. membujuk
Wawancara semacam ini dilakukan dengan tujuan mempengaruhi orang
lain agar orang tersebut mau mengubah perilaku atau sikapnya.
Misalnya, seorang mahasiswa mengadakan suatu pembicaraan dengan
seorang dosen untuk membujuk dosen agar diberi kesempatan untuk
diberi ujian perbaikan. Walaupun tidak berlangsung dalam wawancara
formal, mahasiswa melakukannya dengan pola-pola wawancara.
d. memecahkan masalah
Wawancara yang bertujuan untuk memecahkan masalah dapat dilakukan
oleh mahasiswa jika mereka ini mencari jalan keluar dari sebuah
masalah dihadapi. Misalnya, secara bersama mahasiswa dan dosen
mencari pemecahan masalah yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar. Masing-masing pihak memberikan masukan berdasarkan
sudut pandangnya masing-masing. Mahasiswa dapat saja memberi
masukan tentang cara-cara yang dilakukan dosen dalam mengajar kurang
menggunakan metode yang bervariasi. Sebaliknya, dosen dapat
mengungkapkan bahwa mahasiswa harus mempunyai inisiatif sendiri
6.30 Bahasa Indonesia
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) C. Berbicara pada hakikatnya adalah kegiatan menuangkan gagasan,
perasaan, pengalaman dengan menggunakan media bahasa lisan
2) A. Kata Ekspresi bermakna mengungkapkan perasaan atau isi hati.
3) D. Orang yang berbicara melakukan kegiatan mengolah lambang-
lambang bahasa yang menghasilkan ide atau hasil pemikiran yang
dapat dikonsumsi atau dipahami orang lain/pendengar.
4) C. Orang yang ketika menunggu sesuatu mengisi waktu luang.
5) D. Guru, ahli pemasaran, dan dokter tidak berbicara dengan tujuan
menghibur.
6) A. Petunjuk yang diberikan seorang dokter kepada pasiennya
merupakan informasi.
7) C. Dasar pemilahan jenis kegiatan berbicara menjadi berbicara
nonformal dan berbicara formal situasi.
8) D. Aturan berbicara nonformal tidak seketat aturan pada berbicara
formal.
9) A Menurut Kridalaksana aspek fisik, psikis, sosial, dan aspek waktu
termasuk ke dalam konteks berbicara.
10) B. Berhubungan dengan tahapan-tahapan berbicara, kegiatan berbicara
nonformal adalah kegiatan berbicara yang mewajibkan adanya
persiapan atau perencanaan.
Tes Formatif 2
1) B. A, C, dan D merupakan unsur-unsur nonkebahasaan.
2) D. A, B, dan C merupakan unsur-unsur kebahasaan. dalam kegiatan
berbicara.
3) B. Jika pembicara salah mengucapkan/melafalkan fonem akan terjadi
gangguan terhadap komunikasi atau pemahaman terhadap
pembicaraan.
4) B. Keberanian diperlukan oleh seorang pembicara dalam dapat
mengatasi demam panggung sekaligus keberanian mengemukakan
dan mempertahankan pendapat.
5) B. Jelas.
6.36 Bahasa Indonesia
Daftar Pustaka
Albernathy, Rob dan Mark Reardon. (2001). Dua Puluh Lima Kiat Dahsyat
menjadi Pembicara Hebat. Bandung: Kaifa.
Carnegie, Dale. (2000). Cara Cepat dan Mudah Berbicara Efektif. Jakarta:
Pustaka Delapratasa.
Hakikat Menulis
Dra, Yeti Mulyati, M. Pd.
Neneng Sri Wulan, S. Pd.
PE N D A HU L UA N
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi dalam modul ini. Oleh karena
itu, kejujuran dan kesungguhan Anda untuk tidak melihat Kunci Jawaban Tes
Formatif sebelum Anda selesai mengerjakan Tes Formatif, akan sangat
menentukan kualitas pemahaman Anda. Cobalah untuk belajar jujur dan
sungguh-sungguh. Anda pasti akan berhasil! Bila Anda berhasil, tentu Anda
pun akan merasa puas, bukan?
Selamat belajar!
7.4 Bahasa Indonesia
Kegiatan Belajar 1
A. KONSEP MENULIS
mengenali arah tulisannya yang meliputi topik atau masalah yang akan
disajikan, tujuan, dan manfaat yang bisa dipetik, cara pemecahan masalah
yang ditawarkan, dan lain-lain. Pendek kata, pada bagian pendahuluan ini
penulis berusaha mengantarkan pembaca pada inti persoalan dari tulisan yang
hendak disajikannya pada bagian isi.
Pada bagian isi, barulah penulis memaparkan pokok-pokok inti tulisan
yang hendak disajikannya itu melalui penataan payung-payung masalah
dengan jelas dan gamblang. Pada bagian penutup, penulis biasanya
menyodorkan simpulan, keinginan-keinginan, atau harapan-harapan yang
ingin dicapainya melalui tulisan itu.
B. JENIS-JENIS TULISAN
Secara garis besar tulisan dikelompokkan menjadi dua, yaitu fiksi dan
nonfiksi.
Tulisan fiksi adalah tulisan yang bersifat imajinatif. Artinya, penulis atau
pengarang tulisan fiksi menggunakan kekuatan atau daya imajinasinya ketika
menulis. Namun demikian, bukan berarti seluruh isi tulisan fiksi merupakan
khayalan pengarang.
Pada umumnya tulisan atau karya tulis imajinasi yang baik adalah karya
tulis yang didasari oleh fakta/data yang ada. Fakta dan data ini diolah dengan
sangat cermat, menggunakan gaya bahasa yang sangat menarik, sehingga
menjadi bumbu-bumbu penyedap atau tambahan yang bersifat imajinatif.
Contoh tulisan fiksi antara lain; cerita pendek, novel, drama, dan jenis karya
sastra yang lain.
Tulisan nonfiksi adalah tulisan yang bersifat faktual. Fakta dan data pada
tulisan nonfiksi harus akurat. Di samping itu, penulis tulisan jenis nonfiksi
tidak diperkenankan menyertakan/menggunakan daya imajinasinya. Penulis
justru harus bersifat objektif, menggunakan bahasa formal atau baku, tidak
menggunakan gaya bahasa sastra. Contoh tulisan nonfiksi antara lain; artikel,
resensi, laporan, karya ilmiah, dan sejenisnya.
C. KALIMAT EFEKTIF
maksud tulisan kita. Apakah kalimat-kalimat yang kita buat dapat dipahami
pembaca dengan baik? Dengan kata lain, apakah kalimat-kalimat yang kita
buat cukup efektif dalam mengusung maksud si pembuatnya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya mari kita kenali dan
pahami dulu mengenai konsep kalimat efektif itu sendiri. Apa yang dimaksud
dengan kalimat efektif itu?. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu
menyampaikan informasi dari penulis kepada pembaca secara tepat,
sehingga pembaca bisa memahami informasi yang tersaji dalam kalimat itu
secara tepat pula. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti
apa yang ada dalam pikiran penulisnya.
Agar kalimat yang kita tulis dapat memberikan informasi kepada
pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulisnya, perlu
diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif. Ciri-ciri
dimaksud meliputi: (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk, (3)
penekanan, (4) kehematan, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat.
subjek dan fungsi predikat. Pengacauan unsur fungsi subjek tampak juga
dalam kalimat berikut.
4. *Kepada para mahasiswa harap berkumpul di depan aula.
5. *Di dalam rapat itu memutuskan beberapa keputusan penting.
Perhatikan pemakaian kata kepada dan di dalam, pada kedua kalimat di
atas. Pemakaian kedua kata itu mengacaukan fungsi subjek. Jika keduanya
dihilangkan, kalimat itu menjadi efektif dengan unsur fungsi yang jelas serta
menunjukkan hubungan yang jelas pula.
Pemakaian konjungsi (kata penghubung) yang tidak tepat juga sering
kali mengaburkan fungsi-fungsi kalimat. Konjungsi terbagi ke dalam dua
kategori, yakni (1) konjungsi intra kalimat yang berfungsi menghubungkan
kata dengan kata lain dalam sebuah frase atau menghubungkan satu klausa
dengan klausa lain dalam sebuah kalimat, dan (2) konjungsi antarkalimat
yang berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya
dalam sebuah paragraf.
Mari kita amati penggunaan konjungsi dalam dua kalimat berikut ini.
6. Siswa putri membersihkan kelas, sedangkan siswa putra
membersihkan halaman.
7. Anda akan berhasil dalam ujian jika seluruh materi modul dikuasai.
Konjungsi sedangkan pada kalimat 6 tidak dapat diletakkan di bagian
awal kalimat karena jika hal itu dilakukan akan merusak makna dan keutuhan
kalimat. Sementara konjungsi jika dalam kalimat 7 dapat menduduki posisi
di awal kalimat tanpa merusak makna kalimatnya. Keefektifan sebuah
kalimat menjadi rusak akibat pemakaian dan penempatan konjungsi yang
keliru. Ada beberapa konjungsi yang tidak bisa menempati posisi di awal
kalimat, misalnya sedangkan, sehingga, dan, kalau.
Coba saja, apa yang terjadi pada kalimat-kalimat berikut? Efektifkah?
8. *Sedangkan kami bekerja, dia bermalas-malasan.
9. *Dan mereka pun siap mengikuti ujian.
10. *Sehingga kecelakaan itu tak terelakkan.
2. Kesejajaran Bentuk
Yang dimaksud dengan kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah
penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang
sama yang dipakai dalam susunan serial.
7.8 Bahasa Indonesia
3. Penekanan Kalimat
Setiap kalimat memiliki fokus informasi/maksud kalimat. Fokus
informasi/maksud inilah yang biasanya ingin ditekankan oleh penulisnya.
Terdapat beberapa cara yang dapat dipergunakan penulis untuk memberikan
penekanan maksud dalam kalimat. Cara-cara dimaksud meliputi; (a) posisi
dalam kalimat, (b) urutan yang logis, dan (c) pengulangan/repetisi.
c. Pengulangan kata
Penegasan terhadap bagian yang dipentingkan dapat pula menggunakan
repetisi. Pemakaian repetisi sebagai gaya bahasa dalam upaya menekankan
bagian yang dipentingkan tidak dianggap sebagai pemborosan.
Perhatikanlah contoh berikut ini!
17. Kemajuan yang harus dicapai bangsa yang sedang berkembang
seperti bangsa kita meliputi kemajuan ekonomi, kemajuan politik,
dan kemajuan hankam.
4. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam
pemakaian kata, frase, atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan,
baik yang berkaitan dengan aspek gramatikal bahasa maupun aspek makna.
Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam memenuhi prinsip kehematan
adalah hal-hal berikut.
b. Hiponimi
Hiponimi adalah kata yang ruang lingkup maknanya mencakup hal-hal
umum dan menyangkut aspek-aspek yang lebih luas.
Perhatikanlah contoh berikut ini.!
19. Ia pergi hari Kamis kemarin.
20. Tukang cat itu turun ke bawah melalui tangga darurat.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan mengurangi kata hari dan
ke bawah.
LAT IH A N
2) Tulisan yang baik itu adalah tulisan yang “organ tubuh” tulisannya
lengkap.
3) Kaitkan jenis tulisan dengan imajinatif.
4) Kesepadanan dan kesatuan dalam sebuah kalimat erat hubungannya
dengan jabatan kata (fungsi kalimat) dan susunan kata dalam kalimat.
Hubungan antara unsur yang satu dengan yang lainnya saling menunjang
dan merupakan kesatuan bentuk yang membangun kepaduan makna.
Contoh: Kami selalu ingin menambah ilmu (S-P-O)
*Kami yang selalu ingin menambah ilmu (Hanya unsur S saja)
5) Bila ingin mencapai kesejajaran (paralelisme) dalam sebuah kalimat, kita
harus mempergunakan bentuk-bentuk bahasa yang sama.
Contoh:
Kita harus segera melakukan perencanaan dengan matang, penggantian
pengurus, dan melaksanakan program kerja. (tidak paralel)
Kita harus segera melakukan perencanaan dengan matang, mengganti
pengurus, dan melaksanakan program kerja. (paralel)
6) Penekanan maksud kalimat menitikberatkan pada posisi penempatan
kata dalam kalimat. Sesuatu yang dipentingkan diletakkan di bagian
awal kalimat.
Contoh:
Kami akan mendiskusikan materi-materi sulit hari ini. (tekanan pada S)
Hari ini, kami akan mendiskusikan materi-materi sulit. (tekanan pada
Ket.)
7) Dalam hal ini, sebuah kalimat sebaiknya tidak menghambur-hamburkan
kata.
Jika ada pemakaian kata secara berulang namun tidak memperjelas
maksud kalimat, hal itu dianggap sebagai pemborosan kata.
Contoh:
Anak-anak yang tergolong cerdas diberi materi pengayaan setelah
mereka berhasil menyelesaikan materi pokok.
8) Kevariasian berkaitan dengan usaha penulis untuk menarik perhatian
pembaca melalui variasi penggunaan kalimat pembuka, panjang-pendek
kalimat, ragam kalimat, jenis kalimat, bentuk kalimat, dan pemakaian
kalimat langsung tak langsung Anda baru saja menyelesaikan soal-soal
latihan pada Kegiatan Belajar 2 dari modul ini. Sebelum Anda
melanjutkan kegiatan belajar pada kegiatan belajar berikutnya,
MKDU4110/MODUL 7 7.13
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
2) Bagan atau pola tulisan yang baik ditandai oleh hal-hal berikut,
kecuali ….
A. isi tulisan penting dan bermanfaat bagi pembaca
B. tulisan disajikan dengan bagan pembuka, isi, dan penutup yang padu
C. menggunakan ragam bahasa santai
D. bisa memanfaatkan grafik, skema, dan diagram untuk memperjelas
tulisan
5) Berikut ini merupakan beberapa contoh jenis tulisan nonfiksi, kecuali ....
A. laporan penelitian
B. skenario sinetron
C. skripsi
D. tesis
MKDU4110/MODUL 7 7.15
Petunjuk: Pilihlah
A. jika (1) dan (2) benar
B. jika (1) dan (3) benar
C. jika (2) dan (3) benar
D. jika (1), (2), dan (3) benar
9) Gadis yang mengenakan kebaya warna merah muda itu, sangat cantik
sekali. Paragraf di atas dapat diefektifkan dengan menghilangkan
kata ….
(1) muda
(2) warna
(3) sangat
10) Cara yang dapat digunakan bila kita ingin memberi penekanan dalam
kalimat adalah ….
(1) adanya repetisi dalam kalimat
(2) menggunakan urutan yang logis
(3) memosisikan bagian yang penting di awal kalimat
7.16 Bahasa Indonesia
Kegiatan Belajar 2
Pengembangan Paragraf
A. PENGERTIAN
Pada malam yang dingin itu, Aji kembali menjadi raja jalanan
bersama si Hijau, motor barunya. Dia melajukan si Hijau dengan
kecepatan yang hanya bisa disaingi kencangnya angin. Si Hijau
meraung hingga suaranya sampai memekakkan telinga. Aji terus
melaju tanpa memedulikan apapun. Bahkan kedipan lampu merah di
pertigaan pun tak dihiraukannya. Dia menerobosnya. Tiba-tiba,
muncul sebuah truk dari arah yang berlawanan. Aji mencoba
menghentikan si Hijau, namun terlambat. Si Hijau dan truk itu tak
dapat menghindari tabrakan, maka terjadilah sebuah kecelakaan
tragis malam itu. Aji tewas seketika.
Selanjutnya, mari kita bandingkan lagi dengan contoh tulisan berikut ini!
tawar. Tentu saja, kesadaran ini harus dimulai dari diri kita sendiri.
Bukankah, budaya sadar hukum itu akar dari keamanan,
ketenteraman, dan kenyamanan?
Dari contoh di atas, kita bisa melihat bahwa tulisan persuasi berisi hal-
hal yang sifatnya bisa mempengaruhi pembaca. Hal itu bisa berupa ajakan,
himbauan, atau seruan untuk melakukan sesuatu.
Dengan pengenalan dan pemahaman akan kelima jenis paragraf di atas,
semoga Anda mempunyai bekal untuk menuangkan gagasan ke dalam media
tulis. Tentu saja, semua jenis tulisan memiliki karakteristik dan kekhasan
masing-masing sesuai dengan keperluannya. Mau menjadi penulis? Cobalah
dari yang ringan-ringan! Manfaatkan pengetahuan Anda tentang berbagai
jenis tulisan di atas untuk kepentingan tulisan Anda. Selamat mencoba!
a. Kesatuan (Kohesi)
Sebuah paragraf dianggap memiliki kesatuan bila semua kalimat yang
ada di dalamnya berfokus pada topik atau ide pokok paragraf. Semua kalimat
yang membangun paragraf itu saling berkaitan antara satu dengan lainnya
membentuk sebuah keutuhan. Jika terdapat satu kalimat saja yang
MKDU4110/MODUL 7 7.23
menyimpang dari ide pokoknya, kesatuan paragraf itu akan menjadi rusak.
Kalimat yang demikian harus dikeluarkan dari paragraf itu, lalu membangun
paragraf baru yang sehaluan dan seide pokok dengannya. Kesatuan dalam
paragraf lebih berkaitan dengan muatan isi yang ditandai oleh ketaatan
pikiran-pikiran penjelas dalam membantu menjabarkan dan memperjelas ide
pokoknya.
Mari kita perhatikan contoh berikut!
Dokumen-dokumen, keputusan-keputusan, serta surat menyurat yang
dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, ditulis
dalam bahasa Indonesia (1). Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan,
ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia (2). Kita memiliki
lembaga formal yang mengurusi masalah bahasa (3). Hanya dalam
keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi antarbangsa kadang-
kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing,
terutama bahasa Inggris (4). Demikian juga pemakaian bahasa
Indonesia oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan (5).
b. Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan dalam sebuah paragraf dititikberatkan pada hubungan antar-
kalimat dalam membangun sebuah paragraf. Antara kalimat yang satu dengan
kalimat lainnya terjalin dengan padu. Jika kesatuan berorientasi pada
gagasan pokok, kepaduan lebih berorientasi pada struktur dan sarana
kebahasaannya. Oleh karena itu, sarana-sarana kebahasaan ini sering kali
dijadikan indikator untuk menentukan kepaduan-ketidakpaduan sebuah
paragraf.
Kepaduan (koherensi) dalam paragraf dapat dibangun dengan
memperhatikan: (1) unsur kebahasaan, dan (2) penguraian isi paragraf.
Sarana kebahasaan yang dapat membingkai kepaduan paragraf adalah
pemakaian:
7.24 Bahasa Indonesia
Kepaduan paragraf juga dapat dilihat dari proses penguraian isi paragraf.
Penguraian isi paragraf dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) urutan kronologis: mengikuti alur urutan waktu
2) urutan logis: mengikuti alur hubungan sebab-akibat, akibat-sebab,
khusus-umum, dan atau umum-khusus.
3) urutan ruang (spasial)
4) urutan proses
5) urutan sudut pandang
c. Kelengkapan
Sebuah paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup menunjang kalimat inti. Sebaliknya, paragraf dikatakan tidak
lengkap bila tidak dikembangkan dengan baik. Paragraf yang miskin dengan
ide-ide atau kalimat-kalimat penjelas menunjukkan ketidaklengkapan.
1. Secara alamiah
Dalam pola pengembangan ini, penulis menggunakan pola yang sudah
ada pada objek yang dibicarakan. Pola ini mengikuti susunan logis objek
yang ditulis. Ada dua macam urutan logis dalam pola pengembangan ini,
yakni urutan spasial yang membawa pembaca dari satu titik ke titik
berikutnya dalam suatu ruang dan urutan waktu yang menggambarkan proses
terjadinya suatu peristiwa.
9. Klasifikasi
Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk
mengelompokkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan
tertentu. Sebab itu klasifikasi bekerja dua arah yang berlawanan, yaitu
pertama, mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok, dan kedua,
memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain.
LAT IH A N
Bila Anda sudah selesai mengerjakan latihan di atas, dan merasa puas
dengan hasil yang telah Anda capai, maka silakan Anda baca rangkuman
berikut ini!
7.34 Bahasa Indonesia
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
3) Pencabangan suatu bahasa menjadi dua bahasa baru atau lebih, serta
setiap bahasa baru itu dapat bercabang pula dan seterusnya, dapat
disamakan dengan pencabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu
batang pohon tadi mengeluarkan cabang-cabang baru: tiap cabang
kemudian bertunas dan bertumbuh menjadi cabang-cabang baru.
Cabang-cabang yang baru ini kemudian mengeluarkan ranting-ranting
yang baru. Demikian seterusnya. Begitu pula pencabangan pada
bahasa.
Paragraf di atas dikembangkan dengan pola pengembangan…
A. definisi Luas
B. contoh-contoh
C. klasifikasi
D. analogi
C. d- f- b- c- e- a
D. c- e- d- a- f- b
7) Putu Wijaya lahir di Tabanan, Bali, pada tanggal 11 April 1944. Dalam
menulis drama, Putu Wijaya sudah sering memenangkan sayembara
penulisan lakon drama yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta
sejak tahun 1972. Demikian juga dalam sayembara penulisan cerpen,
roman, dan esai, ia berkali-kali menjadi pemenang. Bersama beberapa
sastrawan Indonesia lain, Putu Wijaya pernah mengikuti International
Writing Program di Iowa, Amerika Serikat. Ia juga pernah bergabung
dengan sebuah kelompok teater profesional di Jepang, pernah pula
menetap di Wisconsin AS, dan menjadi dosen tamu di Universitas
Wisconsin AS.
Paragraf di atas dikembangkan dengan pola pengembangan .…
A. induktif
B. deduktif
C. alamiah
D. klimaks-antiklimaks
kecil, yang diperoleh pun adalah SDM dengan mutu yang kurang
memadai. Hal ini akan berpengaruh pada proses pendidikan SDM
berikutnya.
Gagasan utama paragraf di atas .…
A. Pertumbuhan otak berkaitan erat dengan kecerdasan
B. SDM bermutu memerlukan anggaran besar
C. Anggaran Negara sangat kecil
D. Hal ini berpengaruh pada proses pendidikan SDM
10) Dari hasil evaluasi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas kami, diperoleh
data sebagai berikut: 20 siswa mendapat nilai 9; 11 siswa mendapat
nilai 8; 9 siswa mendapat nilai 7. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa
kelas kami memiliki kemampuan yang membanggakan.
Dilihat dari cara bernalar, paragraf di atas dikembangkan dengan
teknik .…
A. induktif
B. deduktif
C. alamiah
D. antiklimaks-klimaks
Tes Formatif 1
1) C. Menulis adalah kegiatan menyampaikan pendapat atau ide dengan
media tulisan bukan lisan.
2) B. Tulisan yang baik adalah tulisan yang mengandung pembuka, isi,
dan penutup, dan ketiga elemen itu mengandung koherensi.
3) B. Menulis pada hakikatnya adalah mengekspresikan apa yang hendak
disampaikan.
4) A. Karya sastra pada umumnya digolongkan ke dalam tulisan fiksi
dengan baik.
5) B. Laporan penelitian, skripsi, dan tipis tergolong jenis tulisan nonfiksi.
6) D. Ketiga kalimat tersebut tidak efektif.
7) D. Semua pilihan merupakan ciri-ciri kalimat efektif.
8) B. Kalimat kedua mengandung ketidaksejajaran dalam kalimat.
9) C. Kata warna dan sangat membuat kalimat menjadi tidak efektif.
10) D. Jawaban yang benar.
Tes Formatif 2
1) A. Paragraf ini termasuk deduktif, jadi gagasan utamanya berada di
awal paragraf.
2) B. Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya berada di
akhir paragraf.
3) D. Analogi adalah paragraf yang isinya membandingkan suatu hal
dengan hal yang lain yang lebih umum/lebih dikenal, untuk melihat
persamaannya sebagai bahan ilustrasi.
4) B. Sebuah paragraf yang baik biasanya hanya memiliki satu gagasan
utama dan beberapa gagasan penjelas.
5) D. Tentukan kalimat topiknya dan kaitkan dengan kalimat lain sebagai
kalimat penjelas.
6) B. Paragraf definisi berisi keterangan atau arti dari suatu hal.
7) C. Paragraf yang berisi riwayat hidup biasanya dikembangkan dengan
cara alamiah urutan waktu.
8) D. Paragraf analogi biasanya membandingkan suatu hal dengan hal
yang lain yang lebih dikenal, sebagai bahan ilustrasi.
9) A. Paragraf ini termasuk paragraf deduktif, jadi gagasan utamanya
berada di awal paragraf.
10) A. Gagasan utama paragraf ini berada di bagian akhir paragraf.
MKDU4110/MODUL 7 7.39
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Razak, Abdul. (1985). Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta:
Gramedia.
PE N D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Menulis Ringkasan
A. PENGERTIAN
Istilah ringkasan dan meringkas bukan hal yang asing bagi kita. Dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan akademis, para guru dan
siswa sudah sangat akrab dengan istilah ini. Di samping istilah tersebut, kita
juga sering mendengar istilah-istilah lain yang tampak berkerabat dengan
istilah "ringkasan". Istilah-istilah tersebut antara lain ikhtisar, sinopsis, dan
abstrak.
Apa persamaan dan perbedaan dari keempat istilah tersebut dengan
"ringkasan". Mari kita perhatikan ilustrasi berikut.
1. "Ibu Gina tidak bisa masuk kelas hari ini," demikian jelas ketua kelas
III-A salah sebuah SLTP di pinggiran kota Cianjur kepada teman-teman
sekelasnya. "Beliau meminta kita untuk meringkas bacaan yang terdapat
dalam Buku Paket dari halaman 25-30. Tulis hasil pekerjaan kita dalam
buku tugas bahasa Indonesia, lalu kumpulkan di meja Bu Gina di ruang
guru. Oya, beliau berpesan agar ringkasan yang kita buat tidak lebih dari
satu halaman. Demikian pesannya, tambah Gumelar, sang ketua kelas,
mengakhiri pengumuman untuk teman-temannya.
2. Senin 12 Juni 2007.
Jika sedang musim hujan seperti ini, rasanya waktu begitu cepat
berlalu. Tiga buku acuan untuk bahan ujian besok belum sempat
kusentuh. Padahal buku yang sedang ku pelajari sekarang pun baru
seperempatnya saja. Akhirnya aku mengambil jalan pintas. Keempat
buku acuan ini berhasil ku pelajari seluruhnya hanya dengan jalan
membaca bagian-bagian ikhtisarnya saja. Kebetulan buku-buku tersebut
menyajikan ikhtisar pada setiap akhir bab dari buku tersebut. (Catatan
harian seorang gadis).
3. Dalam suatu diskusi kelas, Pak Adi, salah seorang guru bahasa
Indonesia, sedang mengadakan perbincangan dengan para siswanya di
seputar masalah-masalah karya prosa, khususnya novel-novel yang
termasuk ke dalam angkatan 70-an. Saat itu, beberapa orang anak
diminta menceritakan jalan cerita satu-dua buah contoh novel yang
pernah dibacanya. Di luar dugaan Pak Adi, Orin, salah seorang muridnya
yang agak pendiam, mengetahui tokoh-tokoh dan jalan cerita hampir
8.4 Bahasa Indonesia
Istilah lain yang berkerabat dengan ringkasan adalah abstrak. Istilah ini
biasa digunakan dalam konteks tulisan ilmiah, seperti tulisan-tulisan dalam
jurnal ilmiah, skripsi, disertasi, dan lain-lain. Abstrak merupakan intisari dari
sebuah tulisan dalam bentuk mini. Parera (1982) mengartikan intisari atau
abstrak ini sebagai bentuk rangkuman yang sangat ketat dan dipergunakan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan industri.
Abstrak lebih banyak dipergunakan secara profesional sebagai satu
panduan untuk mengetahui informasi-informasi baru dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Sebagai contoh, di Indonesia LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) sering menerbitkan abstrak dari buku-buku baru
dalam disiplin ilmu tertentu. Informasi singkat dan padat mengenai isi buku
itu biasanya sangat bermanfaat untuk para pembaca, terutama para
8.6 Bahasa Indonesia
1. Contoh 1
Langkah-langkah dan Contoh Membuat Ikhtisar Bacaan
a. Langkah 1: Membaca teks asli
Silakan Anda baca contoh bacaan berikut!
malu-malu dan suka mengasingkan diri. la menjadi anak yang periang dan
disukai teman-temannya dalam pergaulan.
Banyak contoh yang dapat kita kemukakan bahwa anak-anak yang kurang
baik penguasaan bahasanya bukanlah semata-mata disebabkan oleh
kebodohannya, tetapi mungkin pula disebabkan oleh kesalahan
pengajaran bahasa yang diberikan kepadanya. Kesalahan pelaksanaan
pengajaran bahasa yang diterimanya menyebabkan ia benci kepada mata
pelajaran itu. la menjadi berputus asa dan akibatnya ia tidak
memperoleh penguasaan bahasa yang baik. Kekurangmampuan berbahasa
ini berakibat pula terhadap mata-mata pelajaran lainnya, sehingga ia
sering gagal dalam mengikuti pelajaran dan akhirnya tertinggal dari
teman-temannya.
Kembali kepada contoh bacaan kita di atas, selanjutnya mari kita tandai
bacaan tersebut berdasarkan kriteria ide pokok dan ide penjelas yang benar-
benar memberikan sokongan kuat terhadap ide pokoknya. Pengetahuan
tentang bagaimana cara mencari ide pokok suatu paragraf telah Anda pelajari
dalam modul Keterampilan Membaca. Jika Anda lupa, Anda dapat membaca
ulang modul tersebut untuk menyegarkan kembali ingatan Anda. Sekarang,
mari kita perhatikan paragraf pertama dari bacaan itu.
Paragraf ketiga
Paragraf terakhir
ide dimaksud, Anda akan dapat menilai ketepatan dan kecocokan ikhtisar
tersebut dengan pikiran-pikiran penulis aslinya.
Saudara, ada suatu hal penting yang harus selalu diingat, yaitu jangan
sekali-kali Anda memasukkan pemikiran-pemikiran Anda terhadap kerangka
ide yang telah Anda buat. Jika hal ini Anda lakukan, yang terjadi Anda bukan
membuat ringkasan tetapi membuat tulisan baru.
2. Contoh 2
Langkah-langkah dan Contoh Membuat Sinopsis
Seperti telah dijelaskan pada bagian awal modul ini bahwa "sinopsis"
pada dasarnya merupakan suatu istilah yang berkerabat dengan "ringkasan",
namun dipakai dalam pengertian yang lebih khusus. Istilah ini sering
digunakan untuk pembuatan ringkasan atau ikhtisar dari sebuah karya
sastra yang berbentuk prosa (cerpen dan novel) dan drama.
Langkah-langkah umum yang ditempuh untuk membuat sinopsis sama
seperti halnya prosedur umum pembuatan sebuah ringkasan. Secara khusus,
langkah-langkah pembuatan sinopsis hendaknya mengikuti langkah-langkah
berikut.
I. IDENTITAS BUKU
Judul novel : Raumanen
Pengarang : Marianne Katopo
Penerbit : FT Gaya Favorit Press, Jakarta
Tahun terbit : 1977
Cetakan/Edisi : II (1986)
Tebal halaman : 95 halaman
Harga : Rp 1.900,00
MKDU4110/MODUL 8 8.13
III. SINOPSIS
Novel Raumanen karya Marianne Katopo yang berhasil meraih
hadiah harapan pada Sayembara Penulisan Novel yang
diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1975 ini
mengisahkan tokoh utama yang bernama Raumanen (Manen) dan
Hamonang Pohan (Monang). Manen seorang gadis Manado berumur
18 tahun. la dikenal sebagai gadis cantik yang lugu, aktif dalam
berbagai kegiatan organisasi. Dalam suatu kegiatan yang diikutinya,
dia bertemu dengan Ir. Monang, seorang pemuda Batak lulusan ITB.
Pertemuan itu berbuntut terus. Hubungan yang semula
dianggapnya sebagai "persahabatan" berlanjut pada hubungan
sepasang kekasih. Meskipun begitu, Manen tidak terlalu merisaukan
peringatan teman-temannya akan bahaya "menjadi mangsa si perebut
hati wanita", karena pada pandangannya Monang lebih
memperlakukannya sebagai "adik" daripada sebagai kekasih.
Dalam perkembangan selanjutnya, hubungan mereka semakin
mesra. Seiring itu pula, ayah, ibu, serta teman-teman Manen tak
bosan-bosannya memperingatkan gadis lugu itu pada sebuah falsafah
Batak yang juga pasti dianut keluarga Monang. Putra laki-laki sulung
Batak harus kawin dengan gadis sesukunya. Peringatan tersebut tidak
membuat Manen memutuskan hubungannya dengan Monang, malah
tali kasihnya semakin kuat. Hubungan kedua insan itu menyadarkan
dirinya masing-masing. Monang bagi Manen merupakan cinta
pertamanya; sedangkan Manen bagi Monang merupakan satu-satunya
gadis yang mampu menaklukkan petualangan cintanya selama ini.
Kemesraan kedua insan itu pada akhirnya sampai jua pada titik
yang melampaui batas. Sebuah bungalow di Cibogo merupakan awal
bencana bagi keduanya. Monang berjanji akan bertanggung jawab dan
mengawini Manen. "Kalau cuma itu sebabnya hingga kau mau kawin
denganku ... kurasa lebih baik kau lupakan saja," kata Manen (hlm.
48). Gadis itu tak mau kawin dengan lelaki yang bermaksud
menikahinya hanya karena terpaksa. Tetapi demikianlah yang
sesungguhnya. Monang begitu mencintai gadis itu, sayang
keluarganya tak merestuinya. Ibu Monang telah menjodohkan
MKDU4110/MODUL 8 8.15
3. Contoh 3
Langkah-langkah dan Contoh Membuat Abstrak
Abstrak merupakan salah satu bentuk ringkasan yang biasa dilakukan
terhadap karya-karya ilmiah, seperti skripsi (S-1), tesis (S-2), disertasi (S-3),
dan karya-karya eksposisi formal lainnya, misalnya artikel-artikel dalam
jurnal ilmiah, dan rekaman peristiwa pengadilan yang berkenaan dengan
8.16 Bahasa Indonesia
ABSTRAK
RELEVANSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DALAM BUKU TEKS PELENGKAP UNTUK SMU
DENGAN KURIKULUM/GBPP 1994 BAHASA INDONESIA
Jika kita perhatikan contoh abstrak di atas, kita akan mendapatkan empat
ide pokok dari abstrak tersebut.
a. Ide pokok paragraf pertama berkenaan dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian.
b. Paragraf kedua berkenaan dengan penggunaan metode dan teknik
penelitian.
c. Paragraf ketiga berkenaan dengan hasil penelitian
d. Paragraf terakhir berkenaan dengan saran-saran sebagai tindak lanjut
dari hasil penelitian tadi.
D. MENILAI RINGKASAN
LAT IH A N
Dewasa ini sepatu yang terbuat dari kanvas niaupun kulit, serta barang
jadi kulit lainnya menjadi komoditi nonmigas Indonesia yang andal.
Meskipun jumlah ekspor sepatu masih relatif kecil dalam pasaran
international, namun tahap-tahap pemantapan penguasaan daerah
pemasaran dan konsumen, cukup menjanjikan harapan yang gemilang pada
MKDU4110/MODUL 8 8.21
masa depan. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah yaitu
dengan dikeluarkannya serangkaian paket deregulasi dan debirokrasi, serta
pengaturan tata niaga ekspor kulit yang lebih menguntungkan.
Pemerintah memandang industri sepatu kulit maupun kanvas
mempunyai keterikatan kuat untuk mendukung perekonomian nasional.
Selama ini bahan baku sepatu, seperti kulit dan karet, banyak sekali diekspor
dalam bentuk asal atau bahan baku mentah. Hal ini membuat kita hanya
menikmati nilai dasarnya dan tidak memperoleh nilai tambah yang banyak.
Dengan demikian, keuntungan banyak dinikmati oleh negara-negara yang
mengimpor bahan mentah tersebut dari Indonesia. Mereka memperoleh
trilyunan rupiah dari hasil impor sektor industri sepatu, padahal mereka
tidak menghasilkan bahan mentah.
Investasi pendirian pabrik sepatu olah raga akhir-akhir ini menunjukkan
grafik yang meningkat tajam. Permohonan pendirian pabrik sepatu olah
raga yang diterima oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
hampir setiap minggu. Investor-investor ini kebanyakan berasal dari Taiwan,
Korea Selatan, dan Hongkong. Ada beberapa alasan mengapa mereka
mengalihkan investasinya ke Indonesia. Pertama, murahnya tenaga kerja di
Indonesia. Kedua, tersedianya bahan baku yang cukup. Ketiga, kondisi
politik dalam negeri Indonesia yang mantap selama ini.
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
(3) Tentu saja jika penerapan kaidah dimaksud sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(4) Hal ini terutama sangat membantu pembaca dalam upaya
memahami maksud pengarangnya.
6) Ide pokok dari keempat kalimat acak yang terdapat pada soal no. 5
tersebut, tercermin dalam kalimat ke-....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
Kegiatan Belajar 2
Menulis Resensi
Secara umum, tulisan resensi (dalam hal ini difokuskan terhadap resensi
buku) terdiri atas dua bagian penting. Pertama, ia menceritakan isi buku
yang di resensinya. Kedua, resensi berisi kupasan dan bahasan akan isi buku
itu sebagai hasil dari kerja analisis-kritis yang dilengkapi dengan
perbandingan-perbandingan dengan karya lain.
Penyuguhan gambaran umum isi buku yang di resensi itu penting
mengingat dua hal, yakni (1) pembaca belum tentu pernah membaca buku itu
(meskipun buku itu sudah terbit lama, terlebih-lebih untuk buku yang relatif
8.28 Bahasa Indonesia
baru atau baru akan terbit), (2) pembaca harus mendapatkan keputusan untuk
membaca atau tidak membaca buku itu. Bahkan cukup banyak orang
mengandalkan resensi karena memang tak mau atau tak bisa membaca buku
aslinya.
Kualitas kupasan dan bahasan atas buku yang di resensi terletak pada
ketajaman analisis dan tingkat kekritisan si peresensinya. Tentu saja,
kemahiran menulis resensi tidak bisa diperoleh secara serta-merta.
Keterampilan itu membutuhkan proses. Keterampilan itu membutuhkan
intensitas dan kemauan. Keterampilan itu memerlukan pelatihan.
Buku yang bagaimanakah yang sebaiknya menjadi objek resensi?
Berikut ini akan diberikan beberapa kriterium yang dapat Anda gunakan
untuk mempertimbangkan buku sebagai bahan resensi.
1. Buku yang mau di resensi untuk konsumsi media massa sebaiknya buku
baru yang aktual.
2. Buku yang di resensi merupakan buku yang cukup baik, bermanfaat,
dan layak baca.
3. Buku yang mau di resensi memuat informasi penting untuk diketahui
pembaca/masyarakat.
4. Topik/tema buku yang di resensi relevan dengan konteks situasi dan
kondisi saat itu, baik konteks nasional maupun konteks internasional.
Ada tiga macam teknik meresensi buku yang dapat Anda lakukan, yakni
(1) teknik "cutting and glueing", (2) teknik "focusing", dan (3) teknik
"comparing". Ketiga teknik dimaksud mencerminkan tahapan dalam berlatih
menulis resensi. Penjelasan selengkapnya dapat Ada baca dalam uraian
berikut.
1. Teknik Cutting and Glueing
Secara harfiah, cutting berarti "memotong" dan glueing berarti
"merekatkan". Meresensi buku dengan teknik ini berarti merekatkan
8.30 Bahasa Indonesia
2. Teknik Focusing
Teknik ini berkaitan dengan kegiatan "memusatkan perhatian" kepada
satu aspek tertentu yang disajikan dalam objek resensi. Pemusatan perhatian
itu harus tetap berpangkal pada sesuatu yang menonjol, yang eye catching,
dan yang memang sangat menarik perhatian.
Bagian-bagian yang dianggap menonjol itu bisa terletak pada aspek
tema, metode pembahasan yang digunakan penulis, sampul luar, sosok
pengarang, gaya penyajian, atau latar belakang penerbitan buku tersebut.
Pendek kata, apa saja yang dianggap menonjol dapat diangkat dalam tulisan
resensi. Jika aspek-aspek yang menarik perhatian Anda begitu banyak, Anda
dapat memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang paling menonjol dan
paling menarik perhatian Anda.
MKDU4110/MODUL 8 8.31
3. Teknik Comparing
Teknik ketiga dinamai teknik "comparing". Teknik ini mengajak seorang
peresensi untuk melakukan pembandingan-pembandingan atas hal-hal yang
terdapat dalam objek resensi dengan sumber lain mengenai topik sejenis..
Pembandingan itu dapat dilakukan atas dasar topik atau tema yang sama dari
pengarang yang berbeda atau pengarang yang sama mengenai topik-topik
lain yang berbeda.
Teknik comparing tidak mungkin dilakukan tanpa kegiatan membaca.
Peresensi wajib membaca beberapa sumber yang berbeda. Semakin kaya
bacaan peresensi, maka semakin kaya pula wawasan yang dapat dijadikan
input bagi ketajaman dan kedalaman pembandingannya. Peresensi dapat
menemukan kelebihan ataupun kekurangan yang terdapat di dalam sebuah
buku. Oleh karena itu, membaca beberapa sumber bacaan itu menjadi sesuatu
yang sangat penting dalam menentukan kualitas resensi Anda.
Satu hal penting lain yang harus selalu dicamkan adalah bahwa menulis
itu merupakan keterampilan. Demikian juga dengan menulis resensi. Artinya,
keterampilan ini bukanlah sesuatu yang bersifat bawaan, melainkan sesuatu
yang bisa diperoleh siapa saja yang mau belajar dan mau berlatih, termasuk
Anda. Nah, berikut ini ada beberapa tips agar Anda piawai menulis resensi.
1. Tulisan resensi yang menggambarkan sinopsis sebuah buku atau film
harus sesuai dengan isi buku/film utuhnya. Oleh karena itu, syarat
pertama untuk meresensi sebuah buku/film adalah peresensi terlebih
dahulu membaca/menonton dan memahami buku/film yang akan di
resensinya itu secara cermat.
2. Lakukan analisis secara tajam dan bernalar. Pertama-tama, coba Anda
cermati kebermanfaatannya. Apakah buku itu bermanfaat bagi
pembacanya? Pada bagian mana buku itu dapat memberikan manfaat
untuk pembacanya. Tunjukkan dan sertakan bukti dan alasannya.
Bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan buku itu? Tunjukkan dan
sertakan pula bukti dan alasannya! Untuk memperkuat bukti dan alasan,
Anda dapat menyodorkan kutipan atau nukilan bagian buku yang
dipandang mendukung kupasan Anda. Pada bagian ini, sebaiknya Anda
mengaitkan kupasan Anda dengan masalah sejenis dari sumber lain yang
berbeda sebagai pembanding. Pada kesempatan ini pula, Anda
berpeluang untuk menyampaikan gagasan Anda mengenai masalah yang
disajikan buku. Di sinilah tempat bertemunya masalah yang disodorkan
penulis buku dengan gagasan Anda sebagai penulis resensi. Tentu saja
Anda boleh bersetuju dan boleh tidak bersetuju dengan penulis buku.
Apapun pendapat Anda tentang buku itu, yang terpenting adalah
bagaimana Anda sendiri menawarkan dan menyodorkan argumen untuk
mendukung pendapat Anda tersebut.
3. Gunakan bahasa yang terstruktur, lugas, dan jelas sehingga memudahkan
pembaca memahami tulisan Anda. Hindari kalimat-kalimat kompleks
yang terlalu sarat dengan muatan ide. Penggunaan kalimat yang panjang
dan bertele-tele dapat mengaburkan pesan yang akan disampaikan.
Kalimat-kalimat yang terlalu panjang sebaiknya dipecah-pecah ke dalam
kalimat-kalimat yang lebih sederhana. Jangan lupa, pilih kata-kata yang
tepat dan sesuai untuk merangkai tulisan resensi Anda. Dengan cara ini,
niscaya pembaca akan gampang memahami maksud tulisan Anda. Tidak
sulit, bukan? Cobalah!
MKDU4110/MODUL 8 8.33
Hal-hal apa saja yang selayaknya dinilai dalam resensi buku? Secara
garis besar terdapat dua aspek penting yang harus dicermati, yakni aspek
luar (penampilan) dan aspek dalam (isi).
Aspek luar meliputi perwajahan buku atau kulit muka buku yang akan
di resensi. Pertanyaan-pertanyaan pemandu yang dapat Anda ajukan adalah:
1. Apakah tata wajah kulit muka buku enak dipandang dan menarik?
2. Bagaimana dengan ukuran buku dan ketebalannya, apakah ukuran buku
itu terlalu besar atau justru terlalu kecil? Apakah terlalu berat, terlalu
tebal, atau terlalu ringan dan tipis?
3. Apakah desain halaman dalamnya menarik atau membosankan?
4. Apakah jenis kertas yang digunakan (kertas koran, HVS, art paper,
kertas daur ulang, dan sebagainya) berwarna terang atau suram? Apakah
jenis kertasnya tergolong kuat atau rapuh?
5. Apakah jenis huruf yang digunakan terlalu kecil, sehingga menyulitkan
pembaca, atau justru terlalu besar sehingga memboroskan halaman?
Apakah tipografinya memudahkan pembacaan atau malah menyulitkan?
6. Bagaimana dengan kelengkapan dan kejelasan ilustrasinya? Apakah foto
dan gambar yang dipasang itu cukup jelas dan sesuai dengan muatan
informasinya? Apakah grafik dan tabel cukup efektif dan efisien dalam
memperjelas informasi?
8.34 Bahasa Indonesia
Aspek isi meliputi paparan isi buku, gagasan, konsep, fakta, informasi,
esensi keilmuan. Pertanyaan-pertanyaan pemandu yang dapat Anda ajukan
adalah:
1. Apa gagasan pokok yang diajukan penulis? Apakah data dan argumen
yang ia ajukan untuk mendukung gagasan pokok tersebut cukup lengkap,
kuat, dan orisinal?
2. Pendekatan atau metodologi apa yang ia gunakan dalam membahas
masalah dan pokok pikiran dalam buku itu? Adakah unsur, pendekatan,
perspektif atau pengetahuan baru, yang bisa diperoleh dengan membaca
buku ini atau sama saja dengan buku-buku lain yang sudah lebih dulu
beredar?
3. Apakah isinya relevan dengan konteks situasi dan kondisi yang dihadapi
masyarakat dewasa ini?
4. Apakah buku itu memberikan kontribusi dan sumbangsih dalam
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang terkait dengan tema buku
ini?
5. Apakah buku itu disusun secara cermat, teliti, mendalam, atau terkesan
ceroboh dan tergesa-gesa?
6. Adakah kesalahan fakta, data, atau analisis, dalam buku ini? Apakah
datanya valid? Apakah penulis cenderung subjektif dalam melihat per-
masalahan?
7. Apakah si pengarang memiliki kompetensi yang cukup untuk menulis
buku itu sesuai dengan keahliannya?
8. Apakah sistematika pembahasan dan penulisan buku itu logis dan
sistematis sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya, atau
justru sebaliknya terasa rumit dan membingungkan?
9. Apa tujuan penulisan buku itu sudah tercapai dengan terbitnya buku
tersebut?
Demikian, beberapa tips yang bisa Anda ikuti dan terapkan dalam belajar
menulis resensi. Tips menulis dan menilai resensi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam menghasilkan sebuah resensi yang baik.
MKDU4110/MODUL 8 8.35
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Ada tiga macam teknik meresensi buku, yakni (1) teknik cutting and
glueing, (2) teknik focusing, dan (3) teknik comparing. Ketiga teknik
dimaksud mencerminkan tahapan dalam berlatih menulis resensi.
Resensi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni resensi
berjenis (a) informatif, menekankan aspek informasi mengenai isi buku;
(b) deskriptif, menekankan ulasan detail dan rinci untuk setiap bagian
atau bab dari buku yang di resensi dan (c) kritis, menekankan aspek
penilaian secara kritis dan objektif atas isi buku.
Secara garis besar terdapat dua aspek penting yang harus dicermati
dalam menilai resensi, yakni aspek luar (penampilan) dan aspek dalam
(isi). Aspek luar meliputi perwajahan buku atau kulit muka buku yang
akan di resensi. Aspek isi meliputi paparan isi buku, gagasan, konsep,
fakta, informasi, esensi keilmuan.
TE S F OR M AT IF 2
4) Analisis sebuah buku yang disertai bukti dan alasan dalam sebuah
resensi diletakkan pada bagian ....
A. perwajahan
B. pembahasan
C. pembukaan
D. penutup
8.38 Bahasa Indonesia
Tes Formatif 1
1) A. Istilah yang biasa digunakan secara spesifik untuk ikhtisar/
ringkasan fiksi-prosa adalah sinopsis.
2) C. Setiap bentuk penyederhanaan suatu bentuk tulisan biasanya
menuntut peringkasan dan pemadatan konsep/informasi sehingga
menjadi ringkas namun bentuk penyederhanaan dalam parafrase
bukan terletak pada keringkasan dan kehematan wujud tulisan,
melainkan dalam hal kejelasan makna dan maksud, sehingga bentuk
parafrasenya mungkin lebih panjang dari bentuk aslinya.
3) B. Si penulis sinopsis pada umumnya bukanlah penulis karya aslinya.
Oleh karena itu, dia berada di luar cerita buku itu. Penulis sinopsis
bertindak sebagai pencerita.
4) C. Lihat penjelasan no.2, meskipun mengubah bentuk tulisan termasuk
ke dalam prinsip pembuatan parafrase, namun prinsip tersebut juga
merupakan prinsip umum bagi kegiatan mereproduksi tulisan.
5) D. Penggunaan kalimat yang diawali dengan kata jika tidak, tentu saja,
dan hal ini tidak mungkin diletakkan di awal paragraf. Dengan
demikian, paragraf tersebut pasti dimulai dengan kalimat (2),
kemudian disusul oleh kalimat yang dianggap paling dekat
menjelaskan kalimat tersebut.
6) B. Sebagai konsekuensi dari penjelasan no.5 di atas, sudah barang
tentu, kalimat (2) tadi merupakan cerminan dari ide pokok paragraf
tersebut.
7) B. Abstrak tidak selalu ditulis oleh orang lain, melainkan mungkin juga
ditulis oleh si penulis karyanya sendiri; sedangkan sinopsis,
parafrase, dan rangkuman pada umumnya ditulis oleh seseorang
yang bukan penulisnya, kecuali untuk maksud-maksud tertentu.
8) A. Sinopsis memberikan kebebasan kepada penulisnya untuk mengutip
bagian-bagian dari tulisan aslinya yang dianggap mendukung
kejelasan informasi sinopsis yang dibuatnya. Oleh karena itu,
pernyataan-pernyataan yang berupa kutipan kalimat langsung
dibenarkan dalam sinopsis.
MKDU4110/MODUL 8 8.41
Tes Formatif 2
1) C. (sinopsis, featur, dan tajuk lebih bersifat informatif, tidak berisi
penilaian dan timbangan penulisnya).
2) D. (menyuguhkan kelemahan buku yang di resensi hanyalah salah satu
aspek dari resensi, bukan tujuan utama).
3) A. (Pernyataan B dan C mengusung fungsi komersial, butir D
mengusung fungsi informatif, pernyataan A mengusung fungsi
akademik).
4) B. (Perwajahan mengupas identitas buku yang di resensi, pembukaan
mengupas gambaran umum isi buku, penutup mengetengahkan
kesimpulan; sedangkan sungguhan analisis berikut buktinya
diletakkan pada bagian pembahasan).
5) A. (Kebenaran pernyataan itu bisa dilacak dari makna harfiah masing-
masing istilah. Cutting and glueing berarti menggunting dan
menempel, writing bermakna menulis, focusing berarti pemusatan,
dan comparing berarti perbandingan).
6) C. (Deskriptif mengandung makna penggambaran atau penulisan
secara detil).
7) D. (Buku, drama, film merupakan objek resensi; sedangkan laporan
faktual tidak perlu diulas ke dalam sebuah resensi).
8) D. (Kelengkapan data dan argumen merupakan bukti dari kualitas isi
tulisan resensi).
9) B. (Buku yang di resensi harus aktual, penting, bermanfaat, sesuai
dengan konteks zaman, meskipun bukan karya pengarang dunia
yang terkenal).
10) A. (Tulisan resensi yang baik bersifat kritis, analitis, logis, sistematis,
objektif, lengkap dengan bukti dan fakta, tidak subjektif).
8.42 Bahasa Indonesia
Glosarium
Daftar Pustaka
Jassin, H.B. (1996). Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45. Jakarta: Gramedia.
Jassin, H.B. (1983). Tifa Penyair dan Daerahnya. Jakarta: Gunung Agung.
Menulis Makalah
Dra. Yeti Mulyati, M.Pd.
Indra Nugrahayu Taufik, S.Pd.
PE N D A HU L UA N
Selamat belajar!
MKDU4110/MODUL 9 9.3
Kegiatan Belajar 1
Rancangan Karangan
direncanakan dalam sebuah kerangka (otline) yang jelas dan struktur yang
teratur.
Kerangka karangan merupakan tahapan prapenulisan yang harus kita
lalui sebelum melakukan kegiatan penulisan. Melalui kerangka karangan, kita
akan memetakan dan mengorganisasikan ide, gagasan, pikiran yang akan
dituangkan ke dalam tulisan jadi. Pemetaan gagasan-gagasan melalui
kerangka karangan akan menuntun penulis pada pengembangan karangan
yang tersusun dengan baik, teratur, logis, dan meminimalisasi
penyimpangan-penyimpangan ide yang tidak mendukung tema tulisan yang
hendak dikembangkan.
Mengingat besarnya manfaat yang bisa dipetik dari tahapan ini dalam
proses menulis, sebaiknya Anda tidak melewatkan tahapan ini dalam
kegiatan tulis-menulis. Mulailah dari tulisan-tulisan ringan yang berbasiskan
MKDU4110/MODUL 9 9.5
Sekedar contoh, mari kita lihat sebuah kerangka kegiatan yang dibuat
oleh sebuah organisasi mahasiswa dalam merencanakan sebuah kegiatan.
Mula-mula ditampilkan kerangka kasarnya, selanjutnya dijabarkan lagi ke
dalam kerangka jadi.
a. Kerangka Kasar
Topik: Kegiatan Bakti Sosial bagi Korban Gempa Hima Satrasia FPBS-
UPI Rencana Kegiatan:
I. Kegiatan Perencanaan.
II. Kegiatan Pengumpulan Dana.
III. Kegiatan Pelaksanaan Bakti Sosial.
9.6 Bahasa Indonesia
I. .................................................................................
A. ............................................................................
1. ...........................................................................
2. .............................................................................
B. ............................................................................
1. ...............................................................................
2. ...............................................................................
C. ..............................................................................
II. ....................................................................
A. ...............................................................
1. ...........................................................................
2. .............................................................................
B. ...............................................................
1. ...........................................................................
2. .............................................................................
Dst.
1. ..................................................................................................
a. ............................................................................................
1) ......................................................................................
2) ....................................................................................
b. .............................................................................................
1) ....................................................................................
2) .....................................................................................
2. ....................................................................................................
a. ..............................................................................................
1) .....................................................................................
2) ...................................................................................
b. .............................................................................................
1) .................................................................................
2) ...............................................................................
MKDU4110/MODUL 9 9.9
1. ...........................................................................................
a. ...........................................................................................
1) .....................................................................................
2) .....................................................................................
3) .....................................................................................
b. ............................................................................................
1) .....................................................................................
2) .....................................................................................
2. .............................................................................................
a. ............................................................................................
b. ............................................................................................
c. ............................................................................................
LAT IH A N
1) Tahapan persiapan itu ada. Hanya saja tahapan tersebut tidak selalu
disadari silakan Anda identifikasi komponen yang ada pada setiap
tahapan yang anda alami.
9.10 Bahasa Indonesia
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 1
C. melakukan penyuntingan
D. menentukan rincian-rincian gagasan
Kegiatan Belajar 2
Menulis Makalah
A. HAKIKAT MAKALAH
Contoh:
Siswa kelas II Sekolah Dasar idealnya sudah mampu untuk menulis
huruf abjad dari A sampai dengan Z dan menulis angka dari 1 sampai dengan
10. tetapi Anda menemukan hal yang berbeda di sekolah Anda (lapangan).
Ada beberapa siswa yang masih kurang mampu untuk menuliskan huruf-
huruf abjad dan angka-angka. Hal tersebut bisa dijadikan topik.
2. Menentukan Tujuan
Setelah menentukan topik, langkah selanjutnya adalah menentukan
tujuan. Tujuan itu bermacam-macam dalam menulis makalah, seperti untuk
presentasi tentang suatu bidang ilmu oleh seorang pakar atau hanya untuk
memenuhi salah satu tugas dari sebuah mata kuliah /mata pelajaran yang
dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa.
akan ditulis berdasarkan hasil tulisan yang ada pada bagian pendahuluan dan
isi dari makalah.
Contoh:
Keraf, Gorys 1998. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah
Teknik notasi ilmiah dalam makalah hampir sama dengan teknik notasi
ilmiah pada teknik notasi ilmiah karya ilmiah populer. Pembahasan mengenai
notasi ilmiah dalam makalah tidak jauh beda seperti diuraikan dalam teknik
notasi ilmiah populer.
Dalam penulisan karya ilmiah dikenal konvensi notasi ilmiah. Salah satu
jenis notasi ilmiah itu ialah catatan kaki. Catatan kaki berisi keterangan
tambahan yang tidak dicantumkan dalam uraian. Alasan pemindahan
keterangan dari uraian ke dalam catatan kaki adalah karena adanya
kekhawatiran keterangan tambahan tersebut akan merusak atau mengganggu
konsentrasi pembaca dari topik pembicaraan yang pokok. Namun, keterangan
itu sangat diperlukan bagi pembaca untuk memperluas cakrawala dan
MKDU4110/MODUL 9 9.17
a. Catatan
Yang dimaksud dengan catatan adalah keterangan tambahan tentang
suatu fakta, teori, atau pernyataan yang terdapat dalam uraian. Catatan itu
sendiri terbagi ke dalam dua macam, yakni (a) catatan pustaka, dan
(b) catatan kaki.
b. Catatan Pustaka
Catatan pustaka merupakan keterangan tambahan yang diambil dari
sumber yang berupa buku, majalah, surat kabar, dan sejenisnya. Catatan
pustaka biasanya dicantumkan di dalam uraian teks. Untuk catatan jenis ini
tidak digunakan istilah-istilah ibid, op.cit, ataupun loc.cit. Istilah-istilah
tersebut biasanya digunakan untuk keterangan tambahan yang diletakkan di
bagian bawah halaman kertas dan terpisah dari uraian teks. Keterangan
tambahan semacam itu biasa disebut catatan kaki.
Untuk memperoleh kejelasan ihwal catatan pustaka, mari kita perhatikan
contoh berikut ini.
Contoh 1
Bloomfield (1969) menjelaskan linguistik sebagai ...
Contoh 2
Surachmad (1977:423) mengatakan bahwa metode penyajian grafik kini
telah menjadi suatu alat komunikasi.
9.18 Bahasa Indonesia
Contoh 3
... Karena itu dalam belajar membaca, siswa harus dibina dengan metode
pengalaman bahasa, yaitu ...(Oka, 1983:42).
Contoh 4
Hukum yang didapat oleh seseorang dengan ijtihad dinamakan mazhab
(Rasjid, 1954).
Contoh 5
Tarigan (1983a) berpendapat bahwa keterampilan berbahasa ....
Pendapatnya itu dipertegas dengan mengatakan bahwa ... (Tarigan, 1983b).
Contoh 6
... validitas dapat dihitung dengan cara mengetahui korelasi ... (Subino,
Tanpa tahun:25).
4. Pada contoh 5 kita dapati tahun terbit yang diikuti oleh penandaan abjad
menggunakan huruf kecil secara alfabetis. Model pencatatan pustaka
contoh 5 dilakukan Jika kita mengambil sumber rujukan dari
pengarang yang sama dengan tahun penerbitan buku yang sama
pula. Sebagai ciri pembeda bahwa kita mengambil rujukan dari
pengarang yang sama, namun dengan judul buku yang berbeda, maka
buku-buku dimaksud diberi kode dengan menggunakan huruf (a, b, c,
dst.) secara alfabetis. Cara peletakan dan penulisan catatan pustakanya
dapat mengikuti contoh 1, 2, 4, atau 5, sesuai dengan selera dan
kondisi/persyaratan seperti yang dijelaskan pada butir c) di atas.
6. Bagaimana jika kita mengambil sumber rujukan dan buku yang ditulis
oleh dua orang pengarang atau bahkan lebih? Untuk rujukan yang
diambil dari buku yang ditulis dua orang pengarang, nama kedua
pengarang itu harus dicantumkan dan di antara keduanya kita gunakan
kata dan. Hal-hal lainnya sama seperti ketentuan-ketentuan terdahulu.
Sementara, jika pengarangnya lebih dari dua orang, sebaiknya digunakan
singkatan dkk. (dan kawan-kawan) yang diletakkan di belakang nama
penulis pertama, setelah tanda koma.
atau
Sudjana dan Ibrahim (1990) menegaskan bahwa guru dituntut untuk
selalu membuat persiapan mengajar sebelum ....
Contoh 8
Harjasujana, dkk. (1988:111) menjelaskan bahwa pada abad
informasi ini keterampilan membaca di kalangan siswa ...
atau
... Seorang mahasiswa dituntut untuk memiliki KEM sekurang-
kurangnya 350 kpm (Harjasujana, dkk., 1988:78).
Contoh 9
Kalimat utama merupakan suatu pernyataan yang berisi gagasan
utama pada sebuah paragraf (Weaver, 1957; Chaplen, 1974;
Ruggiero, 1981; McCrimmon, 1984).
Contoh 10
Alisjahbana (19571) menjelaskan bahwa bahasa terdiri atas dua
bagian, yakni bagian isi dan bentuk.
D. KUTIPAN
1. Kutipan Langsung
Seperti telah diuraikan di atas, apabila seorang penulis mengungkapkan
suatu pernyataan/pendapat yang digali dari sumber lain dengan tidak
mengubah apa pun yang ada, apa adanya, disebut kutipan langsung.
Suatu karya ilmiah yang terlalu sarat dengan kutipan langsung dapat
berdampak negatif terhadap penilaian orang atas karya tersebut. Karya yang
demikian berkesan seolah-olah penulisnya kurang memiliki pendirian dan
kurang mampu memahami pustaka yang dirujuknya. Dengan demikian,
muncullah suatu tulisan yang berkesan sebagai parade pendapat orang tanpa
menyertakan pendapat penulisnya sendiri. Kutipan langsung dalam tulisan
sebaiknya hanya memiliki intensitas 30% dari semua kutipan yang kita
ambil.
Untuk mempertahankan keotentikan data atau bahan tulisan, kutipan
langsung sangat tepat dilakukan. Hal tersebut sangat membantu kita untuk
menjaga keaslian tulisan orang lain yang jika kita ubah bentuk
pernyataannya akan mengubah keotentikan datanya. Misalnya dalam
mengutip rumus-rumus, ayat-ayat dari kitab suci, karya sastra, pernyataan
ilmiah, peraturan-peraturan hukum, dan sebagainya.
MKDU4110/MODUL 9 9.23
Contoh 11
Siswoyo (1982:30) menegaskan, "Segala keputusan ilmiah hanya
merupakan kemungkinan besar (probability) dan tidak mengakui
adanya kebenaran mutlak (absolute truth)”.
b. Kutipan langsung yang terdiri atas empat baris atau lebih ditempatkan
terpisah dari uraian teksnya, segera setelah baris terakhir dari teks yang
mendahuluinya. Pengutipannya dilakukan dengan tidak menyertakan
tanda petik, berspasi satu, penempatan kutipannya menjorok sebanyak 5
ketukan ke bagian dalam dari margin kiri. Perhatikan contoh 12 berikut
ini!
Contoh 12
Selanjutnya, mari kita cocokkan dengan pendapat Parera (1983:168)
seperti tampak dalam pernyataannya berikut ini.
Rumus Gunning ini mudah dipergunakan. la menamakannya
FOG INDEX.
Rumus ini mengukur kesulitan pembacaan suatu tulisan.
Dengan rumus ini kita dapat menaksir tingkat keterbacaan dan
keterpahaman sebuah tulisan.
9.24 Bahasa Indonesia
Atau
Ahli lain berpendapat sama tentang penggunaan rumus keterbacaan
ini. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut.
Rumus Gunning ini mudah dipergunakan. la menamakannya
FOG INDEX.
Rumus ini mengukur kesulitan pembacaan suatu tulisan.
Dengan rumus ini kita dapat menaksir tingkat keterbacaan dan
keterpahaman sebuah tulisan (Parera, 1928: 168).
Contoh 13
Nattinger dalam Carter dan McCharty (1988:63) mengemukakan
pula tentang petunjuk konteks yang berfungsi sebagai cara untuk
mencari makna kata. Seperti dikatakannya, "Guessing vocabulary
from context is the most frequent way we discover the meaning
word”.
e. Jika pernyataan yang hendak dikutip itu merupakan bagian dari suatu
pernyataan panjang yang sebenarnya tidak relevan untuk kita kutip,
maka bagian yang tidak relevan tersebut tidak perlu dimunculkan dalam
kutipan kita. Sebagai penggantinya, gunakan tanda titik-titik sebanyak
MKDU4110/MODUL 9 9.25
tiga buah atau empat buah, jika bagian yang dihilangkannya itu berupa
kalimat atau bagian akhir yang berada di ujung kalimat.
Perhatikan contoh 15 berikut ini!
Contoh 15
Ahli lain memberikan komentar yang hampir senada dengan
pernyataan ahli tadi, seperti tampak dalam pernyataan berikut.
... pendekatan secara ideal merupakan dasar-dasar teoretis yang
menentukan cara-cara memperlakukan atau menjabarkan silabus,
teknik adalah kegiatan instruksional pribadi seperti yang terjadi di
dalam kelas, metode merupakan gabungan ketiga faktor di atas, ....
(Tarigan, 1991:19).
f. Jika bagian yang kita kutip itu mengandung bagian yang aneh atau
bagian yang salah, baik dalam hal ejaan maupun dalam gramatika
kalimat, dan penulis bermaksud untuk memperbaikinya, perbaikan dari
penulis dimaksud harus diletakkan dalam tanda kurung kurawal {...} atau
tanda kurung siku [...].
g. Jika menjumpai hal yang sama seperti halnya pada contoh 16 di atas,
tetapi penulis tidak bermaksud memperbaiki kesalahan/kekeliruan itu,
maka di belakang kata atau kalimat yang dianggap ganjil atau salah itu
diletakkan tanda [sic!], yang berarti penulis tidak bertanggung jawab atas
kesalahan tersebut dan dia hanya mengutip apa yang tercantum dalam
naskah asli sesuai dengan teks aslinya. Mari kita kutip kembali
contoh 16 di atas.
9.26 Bahasa Indonesia
Contoh 16
Selanjutnya, mari kita cocokkan dengan pendapat Parera (1983:168)
berikut ini.
Rumus Gunning ini mudah dipergunakan. la menamakannya
FOG INDEX.
Rumus ini mengukur kesulitan pembacaan sesuatu tulisan.
Dengan rumus ini kita dapat menaksir tingkat keterbatasan
[sic!] dan keterpahaman sebuah tulisan.
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
(Chairil Anwar)
MKDU4110/MODUL 9 9.27
tersebut yang harus kita ikuti, tidaklah terlalu penting. Yang terpenting bagi
kita adalah bukan mana yang terbaik, melainkan mana pilihan kita dan
penggunaannya secara konsisten. Untuk contoh kedua versi penulisan daftar
pustaka dimaksud, mari kita perhatikan contoh berikut.
Contoh 18
Tarigan, H.G. 1983. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
atau
Tarigan, M.G. (1983). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Untuk daftar pustaka yang tidak ada nama pengarangnya, maka urutan
pertama diduduki oleh nama lembaga/instansi/badan yang menerbitkan
pustaka tersebut. Mari kita perhatikan contoh berikut.
Contoh 19
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1979a. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai
Pustaka.
atau
Biro Pusat Statistik. 1963. Statistical Pocketbook of Indonesia. Jakarta.
b. Jika sumber yang diacu ditulis oleh beberapa orang dan dieditori oleh
seseorang, maka yang dicantumkan adalah nama editornya dengan
menambahkan keterangan Ed. di belakang nama pengarang tersebut
yang diletakkan di dalam tanda kurung . Huruf pertama pada singkatan
editor ditulis dengan huruf besar, sehingga penulisannya menjadi tampak
seperti berikut.
Jabbar, Hamid. 1981. "Di Taman Bunga, Luka Tercinta". Dalam Linus
Suryadi A.G. Ed.). 1987. Tonggak 4. Hlm. 22 Jakarta: Gramedia.
LAT IH A N
4) Berikut ini disajikan beberapa pernyataan yang harus Anda kutip dalam
karya ilmiah Anda. Tugas Anda adalah mengutip pernyataan-pernyataan
dimaksud dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kutipan 1 berupa kutipan langsung dengan menempatkan nama
pengarang di muka pernyataannya.
b) Kutipan 2 berupa kutipan langsung dengan menempatkan nama
pengarang di belakang pernyataannya.
c) Kutipan 3 berupa kutipan tak langsung dengan menempatkan nama
pengarang di bagian awal.
d) Kutipan 4 berupa kutipan tak langsung dengan menempatkan
sumber di bagian belakang pernyataan.
Pernyataannya:
Pusat nosi (pengertian) dari koherensi adalah konsep tentang
ketergantungan. Satuan-satuan yang menyusun teks tidak hanya
berdiri dalam hubungan yang satu dengan yang lain, yang
distrukturkan ke dalam suatu sistem yang erat yang menunjukkan
keharusannya.
c) Ahmad Slamet Harjasujana dalam buku Materi Pokok Membaca,
tahun 1988.
Pernyataannya:
Membaca merupakan jantungnya pendidikan
d) Arthur W. Heilman, Principles and Practices of Teaching Reading,
tahun 1972.
Pernyataannya: Reading is guessing games.
R A NG KU M AN
TE S F OR M AT IF 2
4) Langkah pertama dalam proses penulisan yang harus kita lakukan adalah
menentukan ....
A. tujuan
B. topik
C. kerangka
D. bahan tulisan
10) Pernyataan yang kita tulis dalam susunan kalimat aslinya tanpa
mengalami perubahan sedikit pun ialah ….
A. kutipan tak langsung
B. kutipan langsung
C. catatan
D. daftar pustaka
Tes Formatif 1
1) D. Publikasi tidak termasuk kegiatan penulisan.
2) A. Kerangka karangan disusun sebelum kegiatan penulisan
berlangsung.
3) A. Fungsi kerangka karangan adalah untuk memperoleh organisasi
tulisan/pengembangan ide.
4) C. Dalam sebuah tulisan hanya ada satu gagasan pokok/tema.
5) B. Mengungkapkan gagasan masuk dalam kegiatan penulisan, bukan
penyusunan kerangka karangan.
6) A. Menyusun kerangka kasar merupakan awal dari kegiatan menyusun
kerangka karangan final.
7) A. Berkaitan dengan kegiatan penulisan, kerangka karangan digunakan
untuk mengontrol proses penulisan.
8) D. Memaksimalkan bahan tulisan berada di luar kegiatan pemetaan
gagasan.
9) D. Bahan tulisan diperoleh di luar kerangka karangan.
10) A. Kerangka karangan digunakan untuk menyusun rincian setiap
bagian.
Tes Formatif 2
1) A. Tulisan ilmiah harus digarap secara objektif dan mendalam.
2) D. Penulisan makalah tidak menuntut adanya metodologi.
3) A. Keberadaan fakta menjadi bukti keobjektifan.
4) B. Topik adalah satu aspek yang lebih dulu harus ada dalam sebuah
kegiatan penulisan.
5) C. Jelas.
6) A. Kerangka tambahan dalam sebuah tulisan diletakkan pada catatan
kaki.
7) C. Radio atau informasi lisan tidak dapat dijadikan sumber pada
pustaka.
8) A. Dalam kutipan hal yang paling penting adalah pengarangan dan
tahun terbit.
9) A. Jelas.
10) B. Jelas.
9.40 Bahasa Indonesia
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Kana, Niko L, dkk. (1985). Metode dan Teknik Penulisan Ilmiah. Surakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.
1. Berikan pendapat Anda dengan cara memberi tanda cek (√ ) pada skala
yang tersedia berikut.
No. Pernyataan Ya Tidak
Substansi BMP Mata Kuliah Bahasa Indonesia
1. Substansi/materi yang terdapat dalam buku materi
pokok (BMP) Bahasa menyadarkan saya akan
pentingnya peranan bahasa Indonesia bagi bangsa
dan negara Indonesia.
2. Substansi/materi yang dituangkan dalam buku materi
pokok (BMP) mata kuliah Bahasa Indonesia/
MKDU4110 sudah cukup membekali mahasiswa
untuk terampil berbahasa Indonesia.
3. Substansi/materi bahasa Indonesia yang disajikan
dalam BMP mudah dipahami/dicerna dengan baik.
4. Setelah menempuh/mempelajari modul-modul BMP
Bahasa Indonesia saya mengerti tujuan belajar bahasa
Indonesia.
5. Materi-materi yang disajikan dalam BMP mata
kuliah Bahasa Indonesia sangat membantu saya
meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia.
6. Materi-materi tersebut memacu saya untuk selalu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
No. Pernyataan Ya Tidak
Sajian BMP Mata Kuliah Bahasa Indonesia
7. Sajian materi mata kuliah Bahasa Indonesia sangat
sistematis, sehingga memudahkan pola pikir
mahasiswa dalam mengikuti alur sajian.
8. Materi tentang bahasa dan keterampilan berbahasa
Indonesia sudah cukup memadai bagi seorang
mahasiswa untuk keperluan sehari-hari, baik yang
bersifat ilmiah maupun nonilmiah.
9. Bahasa yang digunakan dalam penyajian sangat
efektif dan komunikatif, sehingga memudahkan
mahasiswa/pembaca dalam memahami materi sajian.
10. Contoh-contoh yang diberikan sangat membantu
mahasiswa dalam memahami aspek-aspek bahasa dan
berbahasa.
11. Latihan-latihan yang diberikan sangat membantu
mahasiswa dalam memperoleh keterampilan
berbahasa Indonesia.
12. Soal-soal tes formatif dapat memacu mahasiswa
dalam menguasai kebahasaan dan keterampilan
berbahasa Indonesia.
Keterbacaan BMP Mata Kuliah Bahasa Indonesia
13. Bahasa yang digunakan dalam sajian BMP tidak
terlalu tinggi (mudah dipahami).
14. Bahasa yang digunakan dalam BMP disusun dengan
kalimat-kalimat yang efektif, sehingga sangat
komunikatif.
15. Dari segi pengetikan, tidak banyak kesalahan ketik
sehingga tidak mengganggu keterbacaan.
Perwajahan BMP Mata Kuliah Bahasa Indonesia
16. Wajah muka BMP mata kuliah Bahasa Indonesia
sangat menarik dan sesuai dengan isi BMP.
17. Wajah muka BMP mata kuliah Bahasa Indonesia
sangat menarik namun tidak sesuai dengan isi BMP.
No. Pernyataan Ya Tidak
18. Wajah muka BMP mata kuliah Bahasa Indonesia
tidak/kurang menarik namun sesuai dengan isi BMP.
19. Wajah muka BMP mata kuliah Bahasa Indonesia
tidak/kurang menarik dan tidak sesuai dengan isi
BMP.
20. Deskripsi yang terdapat di belakang sampul BMP
sangat membantu mahasiswa dalam memahami
tujuan mata kuliah Bahasa Indonesia.
Terima kasih atas bantuan Anda. Jika masih ada masukan yang akan Anda
sampaikan silakan tulis pada bagian bawah halaman ini. Mohon kuesioner
yang telah diisi dikirim ke Program Studi Pendidikan bahasa Indonesia,
FKIP-UT Jl. Cabe Raya Pondok Cabe Pamulang - Banten atau di fak, ke
nomor 021-7434590.