Dokumen - Tips - Tugas k3 Faktor Kimia
Dokumen - Tips - Tugas k3 Faktor Kimia
DASAR TEORI
1
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja (Simanjuntak, 1994).
6. Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001).
2
mengatasinya (melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan)
(Anonim, 2011).
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan
kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan
bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar
data keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan
informasi penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan
bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri, supplier,
penggolongan, bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap
darurat (Arief, 2015).
Berikut merupakan potensi bahaya bahan kimia ditempat kerja menurut
Abu dan David (2005):
1. Bahan kimia mudah meledak adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan,
atau campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia,
gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang
berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai dengan tenaga
perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta suara yang
keras.
2. Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi
oksidasi pada suatu kondisi tertentu akan menghasilkan nyala api. Tingkat
bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah titik
bakar bahan tersebut semakin berbahaya.
3. Bahan kimia beracun merupakan bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit,
dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan
kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat racun dari
bahan dapat berupa kronik atau akut dan sering tergantung pada jumlah
bahan tersebut yang masuk ke dalam tubuh.
4. Bahan kimia korosif adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali
dan bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-
logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan
luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan system
pernafasan.
5. Bahan kimia radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan
untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar
gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan tubuh
3
manusia. Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu
atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia
tersebut, yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia
beracun dan meracuni kehidupan.
6. Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,
mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga
dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan.
7. Bahan kimia reaktif adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan
bahan-bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas
yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi.
8. Bahan reaktif terhadap air, beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat
dengan air, dapat meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut
bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau
mengeluarkan gas yang mudah terbakar.
9. Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium.
Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan
juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah
terbakar.
4
BAB II
STUDI KASUS
5
Apabila terjadi kecelakaan terpapar asam sulfat pada kulit (seperti pada
studi kasus diatas) harus dilakukan penanganan yang cepat dan benar.
Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat ke
kulit adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air sebanyak-banyaknya (air
harus mengalir). Pembilasan dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit untuk
mendinginkan jaringan disekitar luka bakar asam dan untuk menghindari
kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam sulfat harulah
dilepaskan dengan segera dan segera bilas kulit yang berkontak dengan pakaian
tersebut. Sebagai contoh pada studi kasus diatas tersebut, oleh karena itu perlu
adanya pencegahan dan penanganan terhadap penggunaan bahan zat kimia
berbahaya ini yaitu H2SO4 sebagai salah satu contohnya. Bahaya akan semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam sulfat. Namun,
bahkan asam sulfat encer (sekitar 1 M, 10%) akan dapat mendehidrasi kertas
apabila tetesan asam sulfat tersebut dibiarkan dalam waktu yang lama. Oleh
karenanya, larutan asam sulfat yang sama atau lebih dari 1,5 M diberi label
"CORROSIVE" (korosif), manakala larutan lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil
dari 1,5 M diberi label "IRRITANT" (iritan). Pencegahan dalam keselamatan kerja
yang lain dapat juga dilakukan seperti hindari kontak langsung dengan asam,
cegah penghisapan uap atau kabut, selain itu bekerja dengan asam sulfat harus
dalam almari asam atau dengan ventilasi yang baik. H 2SO4 termasuk sifat
eksotermik, oleh karena itu simpan asam dalam wadah yang kuat di tempat
berventilasi dan dingin, sehingga jauhkan dari air karena zat organik mudah
terbakar dan logam. Kebocoran wadah juga harus selalu diperhatikan, karena
kebocoran dapat merusak properti lain yang terdapat di dalam laboratorium salah
satu contohnya yaitu lantai atau porselen.
Dengan adanya studi kasus yang telah dipaparkan diatas, keselamatan
kerja di laboratorium perlu diinformasikan secara cukup dan relevan untuk
mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta
cara penanggulangannya.
6
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini sebagai berikut:
1. Kecelakaan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu sikap dan tingkah laku
pekerja, keadaan yang tidak aman dan kelalaian pengawas serta bahan kimia
dan peralatan.
2. Asam Sulfat (H2SO4) merupakan cairan kimia berbahaya bersifat eksotermis,
yaitu akan bereaksi dengan air/kelembaban yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya suhu panas lebih dari 90°C dan asam sulfat juga
bersifat korosif dan iritan yang menyebabkan kulit seperti terkena luka bakar.
3. Penanganan tumpahnya asam sulfat ke kulit adalah dengan membilas kulit
tersebut dengan air sebanyak-banyaknya (air harus mengalir) selama 10-15
menit. Pakaian yang terkontaminasi asam sulfat segera dilepaskan dan bilas
kulit yang terkena kontak dengan pakaian tersebut.
4. Pencegahan dalam keselamatan kerja dapat juga dilakukan seperti
menghindari kontak langsung dengan asam, cegah penghisapan uap atau
kabut, selain itu bekerja dengan asam sulfat harus dalam almari asam atau
dengan ventilasi yang baik.
7
DAFTAR PUSTAKA