Anda di halaman 1dari 8

l

d) Jika makna 'abdun pada poin (c) terah mencapai pendekatan (taqarrub)
ydng setinggitingginya kepada Allah, nraka pada maqam (halte) ini,
manusia telah menjadi hamba sahaya (budak-budak) Allah. Maka
keinginannya mengikuti keinginan Allah, kehendaknya sesuai dengan
kehendak Aliah. Sesungguhnya manusia seperti ini tidak lagi memiliki
keinginan dan kehendak. Dia telah tenggelam dalam keinginan dan
kehendak Allah. Makna inilah yang merupakan makna penghambaan
yang hakiki kepada Allah. sebaliknya jika makna 'abdun 'hamba sahaya
atau budak'disandarkan kepada selarn Allah, misalnya kepada manusia
(menjadi brldak manusia) atau kepada uang ( menjadi budak uang
'abdu dirham wa 'abdu dinar) maka manusia sungguh telah
menempatkan dirinya pacja tempat yang paling rendah dan hina.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu
wujud keutamaan dan kemulian manusia adalah fungsi ubudiyahnya
(penghambaannya) kepada Allah. Artinya kebe-acjaan manusia di atas bumi ini,
semata-mata hanya beribadah kepada Allah. Gerak dan diamnya adalah fungsi
ibadah kepada Allah. Fungsi ini telah menjadi kodrat manusia. Oleh karena itu,
manusia yang tidak melakukan ibadah kepada Allah atau gerakan taqarrub
kepada Allah, maka manusia yang demikian itu terah keluar menjauh dari
kodratnya sebagai manusia. Mereka telah tenggelam dan menenggelamkan diri
pada hawa nafsunya dan telah menjadi syetan-syetan yang nyata.

C. Kedudukan Manusia sebagai Khalifah


Salah satu kedudukan tinggi yang dimiliki manusia dibanding makhluk
lainnya adalah dijadikannya rnanusia sebagai khalifah di atas bumi ini.' i
Di antara ayat yang relevan dengan kedudukan ihi adarah e.s. al-Fathir
(35): 39:

i'X u"+ni !j'li-,,';? $J 'js u*'rr'r\, ,3-^+ -;i+ c ii 'r^ Q

(g r

r;: I ;^I*'u,rg')i Lj'tS ui" YJ


ii -+
Kandungan ayat ini menginformasikan setidaknya dua informasi pokok,
yaitu: Pertama, bahwa Allah-lah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di
atas bumi. Dan kedua, (selanjutnya) Allah menegaskan bahwa jika (di antara)
manusia ada berlaku kafir (setelah pengangkatan mereka sebagai khatifah),
maka (akibat) kekufurannya akan (ditimpakan) kepadanya. Kekafiran pasti
hanya akan menambah kemurkaan Allah kepada mereka dan mereka pasti
akan merugi. Jika kandungan pertama diperpautkan dengan kandungan kedua,
maka dapat dikatakan bahwa salah satu wujud kekafiran adalah, ketika
manusia mengabaikan kedudukan dan tanggungjawabnya .;ebagai khalifah
beserta tugas-tugas dan fungsi-fungsi kekhalifahannya.
Hal lain yang patut dikemukakan dalam kaitannya dengan kekhalifahan
manusia adalah: pertama, Allah merupakan pemberi kekhalifahan kepada
manusia; kedua, manusia adalah penerima kedudukan kekhalifahan; ketiga,
bumi adalah tempat pelaksanaan kekhalifahan dan keempat adalah tugas,
tanggungjawab dan fungsi kekhalifahan. sekarang masalahnya adalah apa
yang dimakud dengan khalifah? Bagimana hakekatnya dan bagaimana tugas
dan fungsi kekhalifahan tersebut? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan
dibahas lebih lanjut pada pembahasan bagian ini.
Kata khalifah secara etimologis menunjuk makna mengganti,
belakangan dan perubahan. Dari makna-makna etimologis ini, dapat dipahami
bahwa pada term khalifah terkandung makna adanya pergantian (generasi), di
mana generasi pengganti datang belakangan dan akan menciptakan suatu
perubahan kearah yang positif dan atau ke yang lebih positif. Dari sudut
leksikologis istilah khatifah mengandung makna penguasa yang agung (a/-
sultan al-a'dham). Al-Ashfahaniy mengatakan, kata khalifah bermakna
rnenggantikan yang lain, baik karena yang digantikan itu tidak ada di tempat,
kematian, dan atau sudah tidak memiliki kemampuan atau sudah leman, suatu
penghormatan yang diberikan kepada si pengganti.
Secara istilah, para ulama berbeda-beda pendapat. Ada yang
mengatakan khalifah adalah kepala pemerintahan dalam islam, pendapat ini
dikemukakan antara lain oleh asy-syuyuthi. Pendapat yang lebih sempit, antara
iain dikemukakan oleh asy-Syaukani. la mengatakan bahwa khalifah adalah
34 | A,Ianusia matturut lsl(rtn

kepemimpinan para nabi secara bergantian dalam menegakkan hukurn-hukum


Tuhan. sedang al-Nawawi mengartikannya dengan makna raja-raja dan nabri_
nabi sebagai pemerintah. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan
bahwa term khalifah, menunjuk konotasi makna kepala pemerintahan politik
atau pemegang kekuasaan politik (pemimpin politik). sekarang, apa yang
menjadi tugas dan tanggungjawab seorang khalifah?
Jawaban atas pertanyaan ini dapat dipahanri pada e.s. shad (3g): 26.
Dari kandungan ayat ini, ditemukan bahwa Allah telah menjaciikan Daud
sebagai khalifah di bumi. Maka Daud pun, di satu sisi diperintahkan untuk
menegakkan hukum dengan adil dan di sisi iain, Daucl dilarang untuk mengikuti
hawa nafsunya. Larangan irri disebabkan karena hawa nafsu dapat
menyesatkan dari .ialan Allah. Berdasarkan kandungan ayat di atas, dapat
ditegaskan bahwa cii antara tugas seorang khalifah adalah menegakkan
hukum-hukum Allah di atas bumi dengan cara yang adil. penegakan hukum
Allah, ini hanya dapat tenruujud jika r,-:nusia sebagai khalifah tidak mengikuti
kehendak hawa nafsunya. oleh karena, hawa nafsu akan mengantarkan
kepada kesesatan. Sehingga tugas kekhalifahan akan terabaikan. Demikianiah
amanah Allah yang mesti dipertanggungjawabkan oleh manusra sebagai
khalifah di bumi. Lebih tegas amanah tersebut dikemukakan dalam e.s. al-
Ahzab (33). 72. "sesungguhnya kami relah mengemukakan ai-nanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat
itu oleh manusia. sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.,,
Yang dimaksud dengan amanah dalam ayat di atas acJalah tugas dan
tanggungjawab menegakkan hukum-hukum Allah daiam tananan,kehidurpan
manusia di muka bumi.
Jika kita mencermati kandungan ayal 7z surah al-Ahzab, dapat
ditegaskan bahwa amanah yang manusia ingin memikulnya br-rkanlah sesuatu
yang mudah untuk dijalankan dan diaktualisasikan. Sanking sriiiinya
amanah
ini, maka ketika manusia rngin memikul (pada hai makhlLrk lainnya
mengabaikannya) ia digelari amai bodoh lagi zaiim. Dari srni dapat cripalrami,
bahwa mesti ada syarat-syarat len-rtu ;,ang mesti dimiliki manLrsia sehingoa ia
Manusia menurut Islam | 35

mampu memikul dan melaksanakan amanah yang sulit tersebut. Syarat utama
yang dimaksud adalah keimanan dan kemampuan amal shalehnya. Hal ini
ditegaskan dalam Q.S. al-Nur Q\:55.
Dalam ayat ini, Allah mengemukakan tiga janji pokok, yaitu: 1) Allah
menjanjikan kekuasaan dimuka bumi; 2) menjanjikan teguhnya agama yang
dianutnya dan diridhai Allah, dan 3) akan diberi mereka kedamaian dan
kesejahteraan sebagai pengganti ketakutan. Ketiga janji Allah ini hanya
diberikan kepada manusia yang memenuhi syarat yang telah ditentukan Allah,
yaitu pertama, syarat iman (sungguh menyembah Allah dengan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun' Kedua syarat'kemampuan
jelas, bahwa
mengerjakan arnal-amal yang saleh. Darijanji-janji Allah tersebut,
kekhalifahan dan kemampuan menjalan tugas dan tanggung
jawab (amanah)
yang benar
kekhalifahan, hanya dapat dipikul oleh manusia yang memiliki iman
dan melakukan amal saleh. Sebaliknya jika manusia itu kufur kepada Allah dan
tenggelam dalam mengikuti hawa nafsunya, maka pasti ia tidak akan mampu
menjalankan dan menegakkan tugas dan tanggungjawab (amanah)
kekhalifahan Yang diPikulnYa.
Kemampuan lain, yang menjadi syarat sehingga manusia mampu
adalah
menegakkan tugas, fungsi dan tanggungjawab (amanah) kekhalifahan
kemampuan intelektual dan keilmuan' Kemampuan intelektual dan
keilmuan

dapat memudahkan manusia sebagai khalifah dalam beramal saleh


pada

Hal dipahami
khususnya dan mejalankan tugas kekhalifahan pada umumnya.
dalam Q.S. al-Baqarah (2): 30- :

"lngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat'


,,sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'"

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi


itu

orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,


padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
yang tidak
Engkau?" Tuhan berfirman: "sesungguhnya Aku mengetahui apa
(benda-benda)
kamu ketahui. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
jika kamu memang
berfirman: "sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
36 | lvlanusia nte nur.trt I.tlunr

benar orang-orang yang benarl. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau,


tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
Kami;
sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepacia mereka nama-nama benda
ini.,,
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?
Dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, sangat jelas bahwa malaikat yang
awalnya menolak atau setidaknya mempertanyakan rencana Allah menjadikan
manusia khalifah di muka bumi, akhirnya mengakui dan menerima, setelah
malaikat melihat kemampuan intelektual manusia, yang ia sendiri tidak
memilikinya. Pengakuan malaikat tersebut mengisyaratkan bahwa kemampuan
intelektual yang dimiliki manusia merupakan modal dan syarat utama yang
mesti dimiliki oleh seorang khalifah.
Kita kembali kepada tugas dan fungsi khalifah. Tugas dan fungsi
khalifah lainnya dapat juga dipahami dari e.S. Hud (11): 61:
.c t.t,,.
fL*' 'r^ |'k A w f,i Sii i):Gi -.-*--Ju"ta;
fr.-.(.'orr-: i,.- .L;,.-t1', tr.:
& prrr ,r; ;;5 o

)
'i. : t .l t t '-
9) tri 2. oltjts-ls
'.

Kandungan ayat menginformasikan pernyataan Nabi shaleh yang


diutus kepada k" ,* tsamud, yaitu ia menyerukan agar kaum menyembah Allah
yang tidak ada Tuhan selain Dia. Dialah yang telah menciptakan manusia
dari
tanah dan menjadikan manusia sebagai pemakmurnya. oleh karena itu mdhon
ampunlah kepada-Nya dan bertaubailah. sesungguhnya Dia amat dekat
rahmatNya dan Maha Penerima doa.
Pernyataan Nabi shaleh yang relevan dengan tugas manusia sebagai
khalifah adalah bahwa manusia dijadikan oleh Allah sebagai pemakrnur bumi.
Maksudnya manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan
mengelolahnya. Pertanyaannya sekarang adalah apa hakekat kemakmuran
bumi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka ada baiknya, kembali
Ma,nus ia ntenttrut klam | 31

ditegaskan bahwa sebelum Adam as. menjadi khalifah di bumi, ia ditransitkan


oleh Allalr di surga. Bagaimana wujud kehidupan surga Adam dan istrinya?
wujud kehidupan Adam dan istri di surga dapat dipahami dari Q.s. al-
Baqarah (2): 35. Kandungan ayat ini menegaskan bahwa Adam dan istiinya
telah mendiami surga. Di dalamnya, keduanya dapat menikmati makanan yang
baik dan menyenangkan. Namun Allah melarang Adam dan istrinya mendekati
1"

pohon larangan. Jika sekiranya keduanya melanggar larangan tersebut, maka


mereka telah berlaku zalim. Ayat yang senada ditemukan dalam Q.S. Thaha
(20): 117-119. Dalam ayat ini Allah memperingatkan Adam, bahwa
sesungguhnya iblis adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali
janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu
tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di
dalamnya".
Namun pada kenyataannya, keindahan hidup mereka berdua di surga
menjadi rusak berantakan, setelah Adam dan istrinya melanggar larangan Allah
yakni mendekati pohon larangan tersebut. Adam dan istrinya pun, akhirnya
diperintahkan keluar dari surga dan dikirim ke dunia sebagai khalifah'
Menurut Murthada Muthahhari, pohon larangan yang dimaksud (seperti
dikemukakan dalam hadis-hadis nabi saw) adalah pohon keserakahan,
kekikiran, dan berbagai hal yang berhubungan dengan sisi hewania Adam. Dari
pandangan Murthada tersebut, dapat ditegaskan ketentraman, kesejahtraan
dan kebahagian hidup manusia, hanya dapat tercapai, jika sisi hewania
manusia dikendalikan dan dikekan. Selain itu, perlu ditegaskan bahwa iblis,
(musuh Adam dan anak keturunannya) senantiasa berusaha agar Adam dan
anak cucunya terjatuh pada sisi kehewanannya, dengan demikian manusia
akan terhina di sisiAllah sebagaimana dirinya terhina'
Jika pengalaman hidup Adam dan istrinya di surga yang sangat indah,
sejahtera, dan makmur (suatu kehidupan yang thayyibah) dihubungan dengan
tugas kekhalifahan manusia sebagai pemakmur bumi, maka dapat dikatakan
bahwa salah satu makna dari kemakmuran bumi adalah terciptanya bayangan-
38 | Manusia menurut hlam

banyangan kehidupan surgawi seperti yang telah dirasakan Adar-:r ejen ietriniia
sebelum mereka diperintahkan Allah ke bumi sebagei kh*ljfah. TeEasnya
seorang khalifah bertugas dan bertanggungjawab meuvujr.rdkan k*malrrjruran
hidup di bumi, yakni dengan terpenuhinya kebutuhan panir:;n, :ai:i1s;rq *an
papan; terciptanya kedamaian dan ketentraman hidup, dengan cara rnengikuti
petunjuk-petunjuk Allah dan sebaliknya tidak melanggar larangan-larenqan-
Nya.
Dalam konteks ini, al-Quran menyatakan dalam surah al-l-talj izz). 41:
"(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan merek: cli muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang,; dan kepacla Allah-lah kembrali
segala urusan." Kandungan ayat ini menggambarkan clengan tegas bahwa
manusia yang telah diberi dan diteguhkan kedudukannya di bumi sebagai
khalifah akan melaksanakan tiga hal utama, yaitu:
1) memelihara hubungannya dengan yang memberikan kedudukan
sebagai khalifah, yaitu Allah. Hal ini dipahami dari klausa ayat 41 yang
menyatakan: "niscaya mereka mendirikan shalat." Pernyataan ini adalah
gambaran hubungan yang terpelihara antara manusia dengan Allah
(sebagai pemberi kedudukan kekhalifahan.
2) menciptakan suatu kehidupan tatanan sosial-mas'larakat yang
harmonis, seimbang dan berkeadilan, baik dari sudut sosial-ekon6rnl,
sosial-politik, sosial-budaya. Makna ini digambarkan oleh klausa
"menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat ma,ruf."
3) Adaf ah memelihara lingkungan hidup dan keseimbanqan serta
keserasian alam semesta (bumi) sebagai wilayah kekhalifah;,:n rianusia.
Artinya seorang khalifah akan mencegah perbuatan ,r'ungkari yang
dapat menciptakan kerusakan di muka bumi. Hal rni digarnbarkan dari
alasan keberatan malaikat akan kekharifahan manusia, seperti
dinyatakan dalam Q.s. al-Baqarah (2). 30. "rngailah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: "sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "fulengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah "
rlslilsrll gn6roe? rlslsbs ,ini neasdsdmeq nsigsd nsluqmiaer isgsde?
nslbu[uwem nsgneb imud nolrumrlemem dswsBnuggnshsd nsb asguhad
nstsasrib dslel snsmisgsdea imud ib iwsgruz nsgubirlsil gnslsd-negnslsd
synsbsq BnBY nsqubidsl rlslsbs uli iwsgrua nsqubidsX .smeheq rlsillerll rlslo
rlsllA nsBnsb dslilsillisgsdsa siaunem srslns ilisd gnsl nsgnudurl sreililaqret
>lisd gnsy nsgnudud stqicrsl sluq nsiilimeb :nedslitidrsr hedmeq isgsdea
nsgnsb siaunem srslns shea siaunsm 6yn6m6ee? ncgnsb siaunsm sistns
rlslnsilims0 .eieunsm nsrlslilerlleil rlslsliw iqgsdea (imud) stasmea msls
.msl's udsllsw.mslal mslab sieunsm ieqsanor gnstnet nsaedsdmeq

Anda mungkin juga menyukai