Anda di halaman 1dari 2

TUGAS SEJARAH PERKEMBANGAN KRITIK SASTRA DIEROPA.

NAMA : DAMAYANTI

NIM : 1988201002

Catatan sejarah berikut merupakan persepsi dan pemetaan dokumen tertulis mengenai
pengantar pemahaman sastra dan teori budaya (literary and culture theory) yang telah
terpublikasi sebagai awal teori. Hal tersebut juga merupakan sebuah penyepakatan bahwa
teori sastra harus berlanjut untuk sebuah perubahan dan perkembangan (Barry, 2002).
Cakupan yang tercatat adalah mengenai humanisme liberal, strukturalisme, post
strukturalisme dan dekonstruksi, postmodernisme, kTercatat bahwa kegiatan kritik sastra
pertama kali dilakukan oleh Xenophanes dan Heraclitus, sekitar tahun 500SM. Seseorang
yang berasal dari Yunani tersebut tercatat ketika muncul dari mereka sebuah kecaman atas
kisah dari seorang pujangga besar bernama Homerus, yang kerap dan gemar bercerita
mengenai hal-hal tidak sopan serta menghadirkan pernyataan bohong tentang dewa-dewi.
Peristiwa ini direspon oleh filosof besar yang terkenal hingga saat ini. Ia bernama Plato.
Peristiwa tersebut pula merupakan awal peristiwa yang oleh Plato disebut sebagai
“pertentangan purba antara puisi dan filsafat”

Dan kemudian pada 405 SM, seorang penyair bernama Aristophanes, melalui karya drama
musikalnya yang berjudul Katak-Katak (The Frogs) mengadakan kritik terhadap penyair
tragedi Euripides yang terlampau menjunjung tinggi nilai kesenian dan kurang
memperhatikan nilai-nilai sosial yang justru dijunjung tinggi oleh penyair tragedi
pendahulunya, Aeschylus, (naskah pada lampiran 1). Xenophanes hanya mau tahu tentang
nilai moral, dan Aristophanes mempertentangkan karya-karya yang bernilai sosial (moral)
dengan yang bernilai seni, maka Plato berharap mendapatkan tiga unsur dalam setiap karya
yang dipandangnya baik: (1) memberikan ajaran moral; (2) memberikan kenikmatan; (3)
memberikan “ketepatan dalam wujud pengungkapannya”.

Tercatat pula bahwa pada sekitar tahun 335 SM muncul sanggahan atas perkembangan dari
kritik sastra dalam bahasa Yunani klasik. Pada momen tersebut adanya temuan bentuk kritik
sastra dengan munculnya Poetica melalui ekspresi Aristoteles, seseorang yang menjadi
salah satu sumber pemikiran sastra terutama sesudah jaman Renaissance Eropa. Dari
peristiwa-peristiwa tersebut melahirkan pemaknaan kaitannya dengan istilah kritik sastra.
Kritik berasal dari kata krites, yang oleh orang-orang Yunani Kuno digunakan untuk
menyebut hakim, dengan asal muasal dari istilah kata kerja krinein, yang berarti
menghakimi, dan juga merupakan pangkal dari kata benda criterion yang berarti dasar dari
penghakiman. Kemudian muncul pula kata kritos yang diartikan sebagai hakim karya sastra.
Pengertian tersebut tercatat muncul sejak abad IV sebelum Masehi, dan kemudian pula
seseorang bernama Philitus dari pulau Kos tahun 305 SM diundang ke Alexandria untuk
menjadi guru raja Ptolemaeus II yang kemudian terkenal dengan sebutan “penyair dan
kritikus”. Dalam abad pertengahan di Eropa, istilah kritikus hilang dari peredaran. Yang
masih dipakai pada abad tersebut hanyalah kata kritik, itupun tidak ada hubungannya sama
sekali dengan karya sastra, karena pemakaiannya hanya terbatas pada bidang kedokteran
yang berarti krisis (critical illness/ penyakit yang kritik). Pada masa Renaissance, di Eropa
kritik dikembalikan pada makna semula. Seorang bernama Polizianus tahun 1949
menggunakan istilah criticus dan Grammaticus tanpa memberikan perbedaan karena
dipandang sebagai antithesis dari istilah ahli pikir.

Di Inggris istilah kritik mempunyai sejarah sendiri. Sampai dengan jaman pemerintahan Ratu
Elizabeth (ElizabethanAge). Istilah ini sama sekali belum dikenal. Orang pertama yang
menggunakan istilah kritik dalam sastra Inggris adalah Francis Bacon dalam bukunya
Advancement of Learning (1605). Di dalam buku tersebut terdapat pembedaan tradisi ilmu
pengetahuan yang menjadi dua, yakni: “the one critical, the other pedantical” (Bacon, 1605
hal 123-125). Adapun kategori pertama memiliki ciri-ciri: (1) berpautan dengan perbaikan
penerbitan karya para pujangga, (2) berpautan dengan eksposisi, pembeberan dan
penguraian (exposition and explication) karya-karya pujangga, (3) berpautan dengan jaman
yang sering dapat memberikan petunjuk yang tepat untuk dapat mengadakan penafsiran
secara benar, (4) berkaitan dengan penghakiman dan penentuan nilai karya para pujangga
secara singkat, dan (5) berpautan dengan sintaksis dan disposisi studi atau penjelasan-
penjelasannya

Dengan demikian, sejak abad XVIII istilah criticism telah dipakai secara luas dan terutama
bahwa kritik sastra sebagai suatu pengertian mendapat kedudukan yang sangat kuat. Kritik
sastra tumbuh dan berkembang menjadi tradisi dan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
dan pengajaran sastra.

Anda mungkin juga menyukai