Anda di halaman 1dari 30

Pemikiran dan Perkembangan Filsafat Barat

Pendahuluan
Seiring dengan perubahan zaman, manusia mengalami pola pikir yang lebih
maju dan berkembang. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya filsafat. Filsafat
berperan dalam mengubah pola pikir bangsa Yunani yang awalnya mitos menjadi
rasional, sehingga melahirkan sebuah ilmu pengetahuan, seperti penemuan
matematika, fisika, biologi, kimia, dan lain-lain. Hal tersebut menjadi awal
berkembangnya ilmu pengetahuan di Dunia Barat atau lebih dikenal dengan Filsafat
Barat.
Filsafat Barat telah melahirkan para filsuf dan pemikiran filsafat yang
pengaruhnya tidak hanya di Barat, tetapi juga dunia luar. Hal ini menimbulkan suatu
pemikiran baru mengenai pengaruh agama dalam Filsafat Barat, dan mengakibatkan
adanya aliran-aliran dalam Filsafat Barat. Didalam sejarah pemikiran biasanya
dilakukan suatu periodisasi untuk memudahkan dalam memahami proses
perubahan berpikir. Periodisasi tersebut kedalam lima periode, yaitu periode
Yunani Arkaik (abad 800 SM – 600 SM), periode Yunani Kuno (abad 600 SM – 270
M), periode Abad Pertengahan (abad 100 – 1400), periode Modern (1400 – abad
20), periode kontemporer (abad 20 – saat ini).
Modul 3. Pemikiran dan Perkembangan Filsafat Barat ini merupakan modul yang
akan membahas tentang pendapat filsuf Barat dan asal mula munculnya Filsafat
Barat. Modul ini terdiri dari 4 (empat) kegiatan belajar sebagai berikut:
 Kegiatan Belajar 1. Sejarah Perkembangan Filsafat Barat
 Kegiatan Belajar 2. Aliran Penting dalam Filsafat Barat
 Kegiatan Belajar 3. Pemikiran Para Filsuf Mengenai Filsafat Barat
 Kegiatan Belajar 4. Pengaruh Agama dalam Filsafat Barat

Setelah mempelajari modul 3. Pemikiran dan Perkembangan Filsafat Barat ini


diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan sejarah perkembangan, aliran, pemikiran
tokoh, dan pengaruh agama dalam Filsafat Barat. Secara khusus, setelah membaca
modul ini mahasiswa diharapkan mampu:

1
1. Menjelaskan sejarah perkembangan Filsafat Barat mulai dari zaman Yunani
Arkaik (abad 800 SM – 600 SM) hingga zaman Kontemporer (abad 20 – saat
ini).
2. Mengetahui tokoh yang berperan penting dalam Filsafat Barat.
3. Menjelaskan aliran penting dalam Filsafat Barat.
4. Menjelaskan pemikiran rasional para filsuf (Aristoteles, Socrates, Kant, dan
Plato) mengenai Filsafat Barat.
5. Menjelaskan pengaruh agama Islam dalam Filsafat Barat.

2
KEGIATAN BELAJAR 1

Sejarah Perkembangan Filsafat Barat

Perkembangan peradaban dan kebudayaan di dunia Barat sangat memengaruhi


lahirnya sejarah filsafat Barat. Filsafat tersebut muncul saat manusia mulai berdiskusi dan
berpikir tentang kondisi alam sekitar serta tidak lagi berpegangan pada agama untuk
mencari jawaban atas apa yang dipikirkan. Phytagoras dianggap orang pertama yang
memperkenalkan filsafat ke dunia ini pada tahun 560-480 SM. Walaupun begitu, pemikiran
filsafat sebenarnya telah dikenal sejak zaman Homer pada tahun 725 SM. Inti dari
pemikirannya masih menggabungkan mitologi dengan filsafat, sehingga pemikiran filsafat
masih berbentuk dewa-dewa. Melalui mitologi tersebut, manusia mencari kebenaran
tentang asal usul alam semesta dan kejadian yang berlangsung di dalamnya. Kemudian
pada abad ke 6 SM, mulai berkembang suatu pendekatan yang berlawanan. Sejak saat itu,
manusia mulai mencari jawaban yang rasional tentang berbagai persoalan yang diperoleh
dari alam semesta, sehingga pada abad ini, logos (akal budi, rasio) menggantikan mitos
yang berkembang saat itu.
Secara umum sejarah filsafat Barat dibagi ke dalam lima periode, yaitu: Zaman Yunani
Arkaik (800-600 SM), Zaman Yunani Kuno (600 SM-270 M), Zaman Patristik dan Skolastika
atau Abad Pertengahan (100-1400), Zaman Modern (1400-Abad 20), dan Zaman
Kontemporer (Abad 20-saat ini). Sejarah filsafat Barat zaman Yunani Arkaik ditandai
dengan runtuhnya peradaban Mykenai. Sedangkan, pada zaman Yunani Kuno diwarnai
dengan munculnya corak filsafat pro-Socrates yang dimulai dari Thales hingga Demokritos.
Filsafat Barat abad pertengahan ditandai besarnya pengaruh pemikiran para Bapa Gereja.
Sementara filsafat Barat modern ditandai dengan munculnya masa keemasan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Filsafat Barat era kontemporer
ditandai dengan munculnya aliran dalam filsafat yang memiliki pengaruh hingga saat ini.
Dalam Kegiatan Belajar 1 ini, akan dijelaskan secara terperinci sejarah filsafat Barat dari
masa ke masa.

A. Filsafat Barat Zaman Yunani Arkaik (800-600 SM)

3
Zaman Yunani Arkaik dimulai pada abad ke-8 SM. Zaman ini ditandai dengan
bangkitnya zaman kegelapan dan runtuhnya peradaban Mykenai. Sekitar abad ke-9 SM
mulai muncul catatan tertulis. Yunani ketika itu dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil yang berdaulat, terbentuk sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap lembah,
ppulau, dan dataran terpisah oleh laut atau pegunungan.
Pada tahun 710-650 SM terjadilah konflik yang menyebabkan pertikaian antara
Eretria dan Polis Khalkis, dilatarbelakangi oleh adanya perebutan tanah Lelantina yang
subur di Euboia. Kedua kota itu mengalami kemunduran akibat dari perang yang terjadi
begitu lama, meskipun Khalkis adalah pemenangnya. Kemudian, pada abad ke-7 SM
mulai diperkenalkannya mata uang koin. Hal ini menimbbulkan ketegangan banyak
negara. Rezim yang memerintah polis juga terancam oleh para saudagar kaya yang
pada akirnya menginginkan kekuasaan politik.
Pada akhir abad ke-7 SM untuk kesekian kalinya Athena mengalami perang,
sehingga mengakibatkan krisis tanah dan pertanian. Kemudian, reformasi pun terjadi
berkat Solon (594 SM) dengan semakin banyaknya lahan tanah untuk orang miskin,
tetapi memposisikan kaum aristokrat sebagai pemegang kekuasaan. Hal ini membuat
Athena cukup stabil.
Selanjutnya, pada abad ke-6 SM beberapa negara kota telah tumbuh menjadi
kekuatan yang dominan di Yunani, diantaranya Athena, Korinthos, Thebes, dan Sparta.
Beberapa wilayah tersebut berhasil menaklukkan pedesaan dan kota kecil sekitarnya.
Sedangkan, Korinthos dan Athena juga menjadi kekuatan perdagangan dan maritim
terkemuka.
Kemudian, setengah abad ke-6 SM, Athena jatuh di tangan Peisistratos dan
putranya. Untuk mencegah Athena menjadi negara boneka dari negara maju, maka
Kleisthenes meminta warga Athena untuk melakukan revolusi politik, yaitu semua
warga Athena memiliki hak dan kewajiban yangsama dalam berpolitik tanpa
memandang status. Dengan demikian, Athena menjadi negara yang demokrasi.
Bangkitnya demokrasi menjadikan kekuatan Athena pulih dan memicu dimulainya
masa kejayaan Athena.
B. Filsafat Barat Zaman Yunani Kuno (600 SM-270 M)

4
Filsafat Yunani Kuno atau Klasik merupakan filsafat Yunani yang muncul pasca
mitologi Yunani hingga saat Kaisar Justinianus I membubarkan sekolah filsafat Yunani
pada 529 M. corak dalam filsafat Yunani dibagi menjadi tiga. Pertama, pembahasan
tentang filsafat alam, terjadi sekitar tahun 750-500 SM, dimana filsafat Yunani masih
mendalami alam semesta dan rahasia dibaliknya. Kedua, pembahasan tentang filsafat
manusia, terjadi sekitar tahun 500-323 SM. Ketiga, pembahasan tentang aliran Hellenik
yang dimulai ketika munculnya peninggalan Aristoteles (kaum Peripatetik) hingga
masa Plotinus (filsuf kaum Neo-Platonis) sekitar tahun 323 SM-529 M.
Masa awal adanya filsafat Yunani Kuno ditandai dengan munculnya tiga filsuf, yakni
Thales, Anaximandros, Anaximenes. Selain itu, muncul pula beberapa filsuf dari daerah
lain, seperti Pytagoras, Parmenides, Herakleitos, dan Demokritos. Menurut sejarah,
para filsuf tersebut mencari unsur induk yang diasumsikan asal dari segala sesuatu,
diantaranya Thales, Ia merupakan filsuf pertama yang mempertanyakan alam semesta
ini. Oleh karena itu, Thales disebut sebagai pendiri aliran filsafat alam semesta
(kosmos/kosmologi). Menurut kosmologi Yunani Kuno, penelaahan terhadap alam
semesta guna mengetahui awal mulanya, kaidahnya, dan unsurnya disebut filsafat.
Pertanyaan tentang kosmologi itupun dijawab oleh beberapa filsuf Yunani Kuno, salah
satunya Thales. Ia mengatakan bahwa air merupakan asal dari segala sesuatu. Pendapat
tersebut didukung oleh fakta bahwa air meresapi benda di seluruh alam semesta, tetapi
pemikiran tersebut masih dipengaruhi mitologi Yunani. Sedangkan, Anaximander
berpendapat bahwa asal dari segala sesuatu adalah apeiron (tak terbatas). Pemikiran
Anaximander telah menduduki posisi sebagai pelopor kuno teori evolusi. Namun,
terdapat kekeliruan dalam pemikirannya tersebut, seperti pernyataannya bahwa bumi
berbentuk silinder.
Filsuf lain yang menyatakan pendapatnya tentang alam adalah Anaximenes. Ia
mengatakan bahwa asal dari segala sesuatu adalah udara. Sementara, Herakleitos
mengatakan bahwa unsur kosmos adalah api, karena api tidak pernah padam. Pendapat
lain pun datang dari Pythagoras, Ia mengatakan bahwa asal mula sarwa yang ada
adalah angka. Ahli filsafat matematika-metafisika tersebut juga telah mengajarkan
penalaran deduktif, mulai dari aksioma tak tersangkal menuju langkah logis hingga
tercapai suatu kesimpulan.

5
Kemudian, corak filsafat alam Yunani Kuno berubah pada tahun 470-399 SM di
tangan Sokrates. Pada masanya, filsafat mencapai masa keemasan. Salah satu jasa
terbesar Socrates adalah mempertahankan tradisi filsafat Yunani yang saat itu sedang
goyah oleh kaum sofis. Namun, sayangnya perjuangannya harus berakhir karena ia
dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Athena atas tuduhan melakukan beberapa
kesalahan. Selanjutnya, era keemasan filsafat pun semakin terang pada masa Plato dan
Aristoteles. Masa kejayaan filsafat terlihat melalui karya-karyanya. Plato merupakan
sahabat sekaligus murid dari Socrates. Hasil pemikiran Socrates pun telah dituangkan
padanya. Saat itu, Plato mengatakan bahwa realitas seluruhnya terbagi otas dua dunia
yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yong hanya terbuka bagi rasio klta,
dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Seperti yang diketahui, Plato merupakan penulis yang sangat produktif. Ia telah
menulis banyak buku dengan gaya narasi dialog-dialog yang sangat indah dan dialognya
pun berkaitan dengan kebenaran. Ia juga berbicara tentang teori hipotesis dan deduksi.
Menurutnya, hipotesis harus berupa fakta.
Selain karena karya Plato, kejayaan filsafat juga terjadi berkat karya Aristoteles. Ia
adalah murid Plato. Ia dikenal sebagai pencetus teori kognisi intelektual yang terdiri
atas intelek aktif dan intelek pasif. Intelek aktif memungkinkan manusia melakukan
kegiatan secara rasional, sedangkan intelek pasif memungkinkan manusia menangkap
suatu ide. Jika dibandingkan Plato, Aristoteles terkesan sangat sistematis. Sehingga
kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan terlihat jelas. Karya penting
Aristoteles diantaranya mencakup bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi,
dan ilmu alam.
Selain pemikiran besar Plato dan Aristoteles, filsafat Yunani Kuno juga
memposisikan Iskandar Agung sebagai salah satu tokoh penting. Ia adalah murid
Aristoteles, sekaligus pembangun kerajaan besar mulai dari India Barat, Yunani, hingga
Mesir. Kebudayaan Yunani yang memenuhi wilayah kerajaan tersebut disebut
Hellenisme. Pengaruhnya juga masih berlangsung di Kerajaan Romawi yang memiliki
pusat intelektual di tiga kota, diantaranya Athena, Aleksandria (Mesir), dan Antiokhia
(Syria). Aliran filsafat yang menonjol ketika masa kejayaan Hellenisme ada tiga
diantaranya Stoisisme, Epikurisme, dan Neo-Platonisme. Ajaran Stoisisme terkenal

6
karena ajarannya di bidang etika. Aliran tersebut menyatakan bahwa manusia akan
berbahagia jika ia bertindak sesuai dengan akal budinya. Sementara, Aliran Epikurisme
mengajarkan bahwa manusia harus mencari kesenangan, tetapi tidak boleh menguasai
manusia. Kemudian, Aliran Neo-Platonisme mengajarkan bahwa seluruh kenyataan
merupakan suatu proses emanasi (pancaran, percikan) yang berasal dari Yang Esa.
Ajaran Neo-Platonisme sangat berpengaruh pada pemikiran filsuf Muslim, terutama
Al-Farabi. Ia menjelaskan teori emanasi “menurun” sesuai dengan prinsip penyurutan
dan penyusutan. Kemudian, teori penciptaan menurut Al Farabi jelas menegaskan
bahwa alam semesta ini merupakan akibat emanasi Tuhan.
C. Filsafat Barat Abad Pertengahan (100-1400)
Masa abad pertengahan ini juga dinamakan masa Patristik dan Skolastik. Patristik
berarti Bapa-Bapa Gereja dan Skolastik berarti sekolah atau guru. Masa tersebut
diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Pemikiran pada masa ini didominasi oleh agama.
Semua pemecahan masalah didasarkan pada agama, sehingga pemikirannya bersifat
teosentris. Kemudian, pada abad ke-6 Masehi berkat dukungan Karel Agung, maka
didirikanlah sekolah yang bergerak pada bidang gramatika, aritmatika, dialektika,
astronomi, geometri, dan musik. Hal ini memotivasi perkembangan pemikiran filsafat
pada abad ke-13 Masehi dengan berdirinya universitas dan ordo. Dalam ordo tersebut,
para filsuf mengabdikan dirinya guna memajukan ilmu dan agama, seperti Santo
Anselmu (1093-1109), Peter Abelardus (1079-1142), dan Thomas Aquinas (1225-
1274). Filsuf terkenal pada masa ini adalah Thomas Aquinas. Ia merupakan murid dari
Albertus Magnus (penganut ajaran Aristoteles). Dua karya terpenting Aquinas adalah
Summa contra Gentiles dan Summa Theologia. Karya Summa contra Gentiles
membangun kebenaran agama Kristen dengan argumen yang ditujukan kepada mereka
yang dianggap belum Kristiani. Sedangkan, Summa Theologia menjelaskan bukti
eksistensi Tuhan.
Pada masa ini juga terdapat beberapa filsuf Islam, diantaranya Ibnu Sina, al-Kindi,
al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Para filsuf Islam sebagian menganggap bahwa filsafat
Aristoteles dan Plato benar, dan Al-Qur’an juga benar. Oleh karena itu, mereka
mengadakan perpaduan serta sinkretisme antara agama dan filsafat. Kemudian,

7
pemikiran tersebut tersebar ke Eropa dan membawa pengaruh pada bidang teologi dan
ilmu pengetahuan alam.
D. Filsafat Barat Era Modern (1400-Abad 20)
Sejarah modern ditandai dengan runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas
sains. Ilmu pengetahuan inilah yang menandai era baru filsafat, terutama dalam
penalaran ilmiah. Melalui penalaran tersebut, dunia modern dan filsafatnya semakin
bersinar. Perkembangan pada era ini dibagi menjadi tiga, diantaranya Zaman Barok
(1600-1700), Zaman Pencerahan (1700-1750), dan Zaman Romatik (1750-1900).
Pada zaman Barok, filsuf memusatkan pada rasio manusia. Filsuf pada zaman ini
didominasi oleh ahli matematika, disantaranya Rene Descartes (1596-1650). Ia
mengajarkan kepastian dan memulainya dengan keraguan. Namun, itu dilakukan demi
mendapatkan kepastian dalam hidup. Doktrinnya tentang Tuhan, gereja, dan ajaran
dari filsuf terdahulu semuanya disisihkan dahulu, kemudian dikajisecara cermat
berdasarkan atas prinsip rasionalitas.
Filsuf lain pada zaman Barok adalah Baruch Spinoza (1632-1677). Ia merupakan
ahli matematika yang sangat yakin bahwa dengan mengikuti metode geometri, maka
akan diperoleh pengetahuan tentang dunia nyata. Filsafatnya menjelaskan bahwa
kenyataan dalam dunia secara ketat dapat ditentukan karena “tata dan hubunan ide
sama dengan tata dan hubungan benda”. Karya terbesarnya adalah Tractacus
Theologico Politicus dan Tractatus Politicus yang memiliki pengaruh dengan filsuf
sesudahnya. Secara umum, filsafat zaman Barok menitikberatkan pada kegiatan
berpikir manusia yang kemudian melahirkan aliran Rasionalisme. Doktrin aliran
tersebut menjelaskan bahwa akal budi merupakan alat utama manusia untuk
memahami dunia dan mengatur hidupnya.
Selanjutnya, Zaman Pencerahan yang menunjukkan perkembangan baru, terutama
di Eropa. Pada abad ini muncul ide-ide rasional, progresif, liberal, dan ilmiah. Periode
ini merupakan zaman yang penuh harapan, mulia, dan inspiratif. Tokoh utama filsuf
dari daratan Inggris pada zaman ini adalah John Locke. Ia adalah filsuf, teoretikus
politik, dan penjelmaan semangat revolusi demokratis borjuis pada 1688.
Sementara filsuf Jerman yang menjadi pelopor pada masa ini adalah Immanuel Kant
(1724-1804). Karya utamanya adalah Critique of Pure Reason. Melalui karya tersebut, Ia

8
dengan tegas mengkritik doktrin metafisika-dogmatik spekulatif. Ia juga memberikan
pendapat mengenai pengetahuan. Menurutnya, penngetahuan datang dari sintesis
antara pengalaman dan konsep. Tanpa indera kita tidak dapat menyadari objek apapun.
Namun, tanpa pemahaman kita tidak dapat membentuk pengertian tentangnya. Proses
memperoleh pengetahuan adalah satu kesatuan yang melibatkan persepsi, imajinasi,
dan pemahaman. Dengan demikian, Ia selalu berusaha untuk melakukan sintesis
terhadap rasionalisme dan empirisme.
Zaman yang terakhir adalah Zaman Romatik. Filsuf terbbesar pada zaman ini
sebagian besar muncul di Jerman seperti Johan Gottlieb Fichte (1762-1814), Friederich
von Schelling (1775-1854), G. W. F. Hegel (1770-1831), dan Arthur Schopenheur (1788-
1860). Aliran filsafat yang dikembangkan zaman ini adalah Idealisme. Dengan
mengembangkan aliran tersebut, maka filsuf lebih memprioritaskan ide dibandingkan
material. Filsuf utama pada zaman ini adalah Hegel. Pokok filsafatnya terangkum dalam
teori tentang dialektika. Pemikiran dialektika tersebut merujuk pada system pemikiran
atau logika. Menurutnya, seluruh sejarah manusia dibangun dari pola yang bersifat
dialektis, sintesis, tesis, dan antitesis.
E. Filsafat Barat Era Kontemporer (Abad20-Saat ini)
Filsafat era kontemporer ditandai dengan kemunculan berbagai aliran. Jika pada
abad ke-17 dan 18, aliran yang lair adalah Rasionalisme, Empirisme, dan Idealisme,
maka pada abad ke-19 dan 20 bermunculan lebih banyak aliran yang berkaitan dengan
negara atau bahasa tertentu. Selain itu, bermunculan pula aliran yang melanjutkan
aliran dari era sebelumnya, diantaranya Neo-Hegelianisme, Neo-Kantisme, Neo-
Marxisme, dan Neo-Tomisme. Disamping itu juga muncul aliran baru diantaranya
positivism, fenomenologi, eksistensialisme, pragmatism, strukturalisme, dan
postmodernisme.

9
KEGIATAN BELAJAR 2

Aliran Penting dalam Filsafat Barat

Bertemunya subjek ilmu dan objek ilmu menyebabkan terjadinya proses keilmuan pada
manusia. Sehingga, ilmu pada dasarnya dibagi kedalam tiga unsur, yaitu subjek, objek, dan
pertemuan antara keduanya. Hakikat dan peran proses keilmuan tersebut, dalam sejarah
filsafat, merupakan permasalahan kefilsafatan yang berhubungan dengan asumsi dasar
dari proses keilmuan itu sendiri. Oleh karena itu, banyak aliran penting dalam filsafat yang
memberikan kontribusi lewat pemikirannya, diantaranya rasionalisme, empirisme,
kritisme, positivisme, materialisme, eksistensialisme, pragmatisme, fenomenologisme. Dua
aliran pertama tersebut memiliki pengertian yang berlawanan, aliran ketiga berupaya
untuk mendamaikan kedua aliran sebelumnya. Sementara aliran keempat mengingkari
keberadaan jiwa manusia, lalu aliran kelima beranggapan bahwa manusia tak ubahnya
seperti mesin, begitu pula dengan binatang, sehingga manusia dan binatang tak ada
bedanya. Sedang aliran keenam berbicara tentang hakikat manusia. Kemudian, pada aliran
ketujuh menganggap bahwa realitas ditentukan oleh adanya penyelidikan secara empiris.
Dan aliran yang terakhir memiliki tujuan untuk menggali kesadaran terdalam mengenai
pengalaman dan maknanya. Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, akan dijelaskan secara terperinci,
delapan aliran kefilsafatan tersebut.

A. Rasionalisme (Rationalism)
Secara bahasa, Rationalisme berasal dari bahasa latin yaitu “ratio”, berarti alasan
yang logis. Aliran ini menerapkkan cara berfikir “a priori”, sehingga tidak memerlukan
penyelidikan dengan alam empiris untuk membuktikan kebenaran. Definisi sederhana
dari filsafat ini adalah hakikat kebenaran sesungguhnya hanya dapat diketahui melalui
akal pikiran tanpa memerlukan jalur eksperimen.
Aliran ini lahir pada zaman modern di dunia Barat yang dipelopori oleh Rene
Descartes. Pokok pemikirannya pada aliran ini diantaranya metode, ide, dan manusia.
Metode yang dikemukakan Descartes adalah saya berpikir maka saya ada. Metode
tersebut merupakan jawaban terhadap kondisi filsafat pada waktu itu dimana filsafat

10
skolastik tidak mampu memberikan jawaban mengenai permasalahan ilmu dan filsafat.
Inti dari metode tersebut adalah keyakinan bahwa kebenaran harus diawali dengan
keraguan. Artinya tidak ada kebenaran tanpa melalui analisa, pengujian, dan kritik.
Kemudian, dalam aspek “ide”, Descartes meyakini adanya kebenaran mutlak yang
terdapat dalam diri manusia yang dikenal dengan “ide bawaan”, terdiri dari fikiran,
Allah, dan keluasan. Selanjutnya aspek manusia, menurutnya manusia adalah makhluk
berpikir, maka pasti pemikiran itu adalah hakikat manusia. Akan tetapi, pemikiran saja
tidak cukup karena diperlukan juga badan jasmani yang dapat menunjukkan sosol
kemanusiaan yang bersifat empiris dan terukur, disebut dengan keluasan.
Tokoh lain pada aliran ini adalah Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) dengan
teori “monad” atau substansi alam. Teori tersebut tidak bersifat jasmani dan tidak
dapat dibagi. Allah telah menciptakan keserasian di dalam setiap monad sehingga
perbuatan satu monad akan direspon oleh monad yang lain. Pada kesempatan lain,
Leibniz membandingkan “preestablished harmony” ini dengan dua buah jam tangan
yang menunjukkan waktu yang sama dengan cara yang sama. Hal ini karena si pencipta
jam sudah merancang dan memprogram kedua jam tersebut. Apa yang terjadi di dunia
dapat serasi bukan karena saling memengaruhi. Namun, Tuhan yang telah mengaturnya
sebab Dia adalah Maha Pengatur dan Pencipta keserasian.
B. Empirisme (Empiricism)
Aliran Empirisme adalah filsafat yang memiliki keyakinan bahwa kebenaran itu
harus dibuktikan secara empiris atau ilmiah. Aliran ini bertolak belakang dengan aliran
sebelumnya yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Bagi
aliran ini, manusia lahir dalam keadaan kosong, putih bersih.
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Hobes pada tahun 1588-1679 M. Ia berpendapat
bahwa semua yang ada adalah materi. Pemikiran, emosi, perasaan sebenarnya adalah
pergerakan materi dalam otak manusia yang disebabkan oleh perpindahan sesuatu
yang berada di luar otak. Ilmu pengetahuan menurut Hobes dibagi menjadi dua, yaitu
ilmu pengetahuan berdasarkan fakta dan berdasarkan konsekuensi. Ilmu berdasarkan
fakta didapat melalui panca indera dan memori. Sedangkan, ilmu berdasarkan
konsekuensi artinya ilmu yang mencari hakikat sesuatu.

11
Tokoh lain dalam aliran ini adalah John Locke (1632-1704). Ia merupakan pengagum
Descartes, tetapi menolak konsep ide yang dibawa Descartes. Ia berpendapat bahwa
manusia lahir seperti kertas yang kosong, lalu diisi dengan berbagai corak yang datang
dari pengalaman. Puncak aliran empirisme ada pada sosok David Hume (1711-1776). Ia
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan harus berdasarkan fakta, pengalaman inderawi,
impresi, dan ide. Namun, empiris Hume akhirnya mengarah pada skeptisme karena dia
menolak semua bentuk kebenaran, termasuk aliran empirisme dari filsuf Lock dan
Berkeley yang masih menerima hal yang berkaitan dengan substansi. Baginya semua
jenis substansi, baik itu batiniah maupun material tetap berada pada dataran yang tidak
bisa ditelaah secara empiris.
C. Kritisme (Criticism)
Tokoh penting dari aliran Kritisme adalah Immanuel Kant (1724-1804) yang hidup
di Jerman. Pada tahun 1770, Kant menjadi Profesor di Universitas Jerman. Proyek
pemikiran Kant sebenarnya ingin menuntaskan tiga pertanyaan, diantaranya: Pertama,
apa yang dapat saya ketahui?, Kedua, apa yang seharusnya saya lakukan?, Ketiga, apa
yang bisa saya harapkan? Inti dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah ingin
menguji kebenaran ilmu pengetahuan secara kritis dan memadukan dua filsafat yang
bertentangan, yaitu rasionalisme dan empirisme.
Ia memadukan dua aliran tersebut dengan cara mendudukkan keduanya pada posisi
yang sebenarnya. Akal tetap berada pada posisi utama. Akan tetapi, akal harus
mengakui ada aspek tertentu dimana rasio tidak dapat mencapai itu. Maka, disinilah
batas dimana ketentuan akal tidak berlaku lagi dan digantikan oleh pengalaman sebagai
alat mendapatkan ilmu pengetahuan.
D. Positivisme (Positivism)
Positivisme adalah filsafat yang meyakini bahwa pengetahuan manusia hanya
sebatas fakta-fakta yang ada. Ada tiga tingkatan budi mansia, diantaranya: Zaman
teologis yang membecicarakan tentang keyakinan adanya kekuatan adikudrati di dalam
kehidupan manusia. Setelah itu, manusia mengalami zaman metafisis, yaitu kekuatan
adikudrati digantikan dengan konsep abstrak yang filosofis.
Zaman akhir adalah zaman positivisme yang mencari hakikat kebenaran
berdasarkan fakta yang ada. Pada tingkat ini kebenaran harus terukur dan melalui

12
observasi serta pendekatan ilmiah. Pada akhirnya aliran ini mencoba memaksakan teori
positivis dalam ilmu sosial. Tokoh terpenting dari aliran ini dan juga dianggap sebagai
bapak positivisme adalah Aguste Comte (1789-1857 M). Karya terbesarnya adalah
“Cours de philosophie positive” dalam 6 jilid.
Isu menarik dari aliran ini adalah pembahasan mengenai agama. Bagi Comte, agama
yang layak berkembang adalah agama kemanusiaan, dimana agama tersebut memberi
manfaat untuk manusia.
E. Materialisme (Materialism)
Aliran materialism pertama kali muncul di Perancis dipelopori oleh Lamettrie (1709-
1751). Menurutnya, manusia seperti mesin, begitu pula binatang, sehingga tidak ada
beda diantara manusia dan binatang. Badan tanpa jiwa masih dapat hidup, sedangkan
jiwa tanpa badan tidak akan mungkin hidup.
Tokoh lain yang sangat berperan dalam aliran ini adalah Karl Marx (1818-1883)
yang hidup dalam keluarga Yahudi. Ketika muda, ia menghabiskan waktunya mendalami
filsafat di Berlin. Materialismenya lebih mendalam dari materialisme sebelumnya.
Manusia itu ditentukan oleh alam dalam kodratnya, tetapi alam kodrat ini dipandang
dari sudut kemasyarakatannya. Sehingga yang penting itu masyarakat, bukan individu.
Marx memandang negatif terhadap agama yang menganggapnya sebagai candu dan
benteng terakhir kaum kapitalis serta hiburan kaum Proletariat untuk sabar dalam
kemiskinannya. Untuk itu agama harus disingkirkan dan kaum kapitalis dihilangkan.
Kaum Proletariat tidak perlu agama, mereka cukup berfilsafat, yaitu filsafat dialetik;
berpolitik, yaitu partai komunis.
F. Eksistensialisme (Existentialism)
Aliran eksistensialisme adalah suatu aliran yang berbicara tentang hakikat manusia.
Terdapat empat ciri-ciri umum dari aliran ini, diantaranya manusia dinilai dan
ditempatkan pada kenyataan yang sesungguhnya sebagaimana yang ada, manusia harus
berhubungan dengan dunia yang ada, manusia merupakan satu kesatuan sebelum ada
perpisahan antara jiwa dan badannya, dan manusia hanya berhubungan dengan sesuatu
yang ada.
Fokus aliran ini adalah manusia, tetapi aliran ini bukan bagian dari antropologi,
karena objek penelitiannya bukan manusia secara fisik, melainkan realitas

13
keseluruhannya untuk mengetahui eksistensi kebenaran yang ada pada manusia. Tokoh
penting dalam aliran ini adalah Soren Kierkegaard (1813-1855). Ia merupakan pendiri
aliran eksistensialisme, Ia menjelaskan bahwa ada tiga etape kehidupan eksistensial,
diantaranya estetik dimana manusia cenderung pada kenikmatan pragmatis yang
bersifat duniawi, selanjutnya adalah etape etis dimana satu posisi ketika manusia telah
berhasil menentukan pilihan sehingga dia telah berhasil mengontrol dirinya untuk
berada di dalam lingkaran moral universal, kemudian etape terakhir yaitu religius yang
merupakan pengakuan manusia terhadap adanya Tuhan sebagai tempat meminta dan
bertaubat. Selain itu, Kierkegaard adalah penolak keras filsafat Hegel yang menganggap
iman lebih rendah dari filsafat. Ia juga membela iman Kristen yang selalu dikritik Hegel,
khususnya masalah trinitas yang tidak dapat dipahami secara logis, namun harus
diimani dan dirujuk pada kitab suci. Ini yang disebutnya dengan subjektivitas.
Tokoh lain dari aliran ini adalah Jean Paul Sartre (1905-1980). Filsafatnya yang
paling terkenal adalah penolakan terhadap keberadaan tuhan. Baginya manusia modern
harus dapat menghadapi fakta bahwa tuhan itu tidak ada. Dampak dari aspek tersebut,
maka Ia juga banyak berbicara tentang kebebasan. Baginya manusia bukanlah sesuatu
yang lain terkecuali menciptakan dirinya sendiri. Tuhan tidakada, hakikat juga tidak ada,
maka manusia bebas menciptakan esensinya. Pada akhirnya, aliran ini melahirkan dua
kelompok besar, yaitu teistik seperti Kierkegaard dan ateistik seperti Sartre.
G. Pragmatisme (Pragmatism)
Aliran pragmatisme adalah aliran yang digunakan sebagai bimbingan untuk
melakukan aksi. Aliran ini menganggap bahwa realitas tidak banyak ditentukan melalui
penalaran filosofis, tetapi melalui penyelidikan hal-hal yang berjalan di dunia empiris.
Dalam perkembangannya, aliran ini lebih dikenal dengan aliran azas manfaat. Artinya
sesuatu dianggap benar jika memiliki manfaat dan sesuatu yang bermanfaat
sesungguhnya benar.
Aliran ini dipelopori oleh filosof Amerika Charles S. Peirce (1839-1914 M) dan
kemudian dikembangkan lebih jauh oleh William James (1842-1910 M). ada beberapa
pemikiran penting James, salah satunya yaitu kebenaran. Ia berpendapat bahwa untuk
mengukur pikiran dan membedakan kebenaran dan kepalsuan ditentukan oleh
kemampuan ide manusia untuk mencapai tujuan dalam kehidupan praktisnya. Dalam

14
masalah ilmu pengetahuan, Ia menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan terbagi menjadi
dua, yaitu ilmu yang didapatkan langsung melalui pengamatan dan ilmu yang diperoleh
melalui pengertian.
H. Fenomenologisme (Fenomenologism)
Secara bahasa, fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu pahainomenon yang
berarti gejala. Aliran ini menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai
pengalaman beserta maknanya. Selain itu, aliran ini sesungguhnya muncul sebagai kritik
terhadap idealisme dan realisme, sehingga dalam melihat sesuatu, tidak hanya
memandang aspek realita, tetapi juga idealnya. Seorang fenomenologis akan melihat
sesuatu berdasarkan gejala yang ada pada sesuatu itu secara utuh.
Tokoh penting dalam aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938 M), namun Ia
bukanlah orang pertama yang memperkasai lahirnya fenomenologi. Sebelumnya filosof
Jerman, J.H. Lambert (1728-1777) sudah membahas hal ini sebagai upaya memisahkan
subjek dari gambaran objeknya. Tokoh lain dalam aliran ini adalah Max Scheler (1874-
1928) yang berbicara mengenai etika.
Fenomenologi dapat dipahami dengan dua perspektif, yaitu sevagai metode dan
filsafat. Sebagai metode, fenomenologi merupakan persiapan bagi setiap penyelidikan di
bidang filsafat dan ilmu pengetahuan positif. Dari penyelidikan itu terkuaklah struktur
yang menggambarkan suatu ilmu pengetahuan. Sebagai metode, fenomenologi juga
membentangkan langkah yang harus diambil sehingga kita sampai pada fenomena yang
murni. Untuk mencapai itu, kita harus melepaskan diri dari pengalaman serta gambaran
kehidupan sehari-hari. Sedangkan sebagai filsafat, fenomenologi memberi pengetahuan
yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Untuk kepentingan itu seseorang harus
memusatkan perhatian pada fenomena tanpa disertai prasangka. Dengan demikian,
fenomenologi dapat dipahami sebagai metode untuk kembali pada benda itu sendiri
atau tertuju pada barangnya sendiri.

15
KEGIATAN BELAJAR 3
Pemikiran Para Filsuf Mengenai Filsafat Barat
A. Pemikiran Filosof Pra – Sokrates
1. Thales
Thales memiliki beberapa pemikiran-pemikiran, yang pertama bahwa air
sebagai dasar segala sesuatu. Thales menyatakan bahwa air menjadi pangkal,
pokok, dan dasar dari alam semesta. Thales juga mengatakan bumi berada di
atas air 1. Kemudian yang kedua, Thales berpendapat bahwa setiap makhluk
baik benda mati maupun hidup memiliki jiwa, beliau pernah mengatakan
bahwa magnet bisa menggerakkan besi karena besi memiliki jiwa. Yang
ketiga, mengenai beberapa teorema Thales diantaranya teori diameter, besar
sudut pada alas segitiga sama kaki, sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari
garis sejajar, kesebangunan, mengukur jarak kapal dengan segitiga.
Kemudian yang keempat mengenai pandangan politik, Thales menyarankan
untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi.
Keterkaitan Pemikiran Thales dengan Agama
Thales mengatakan bahwa segala sesuatu adalah air, berdasarkan jurnal
(Ahmad, 2020) mengaitkan dengan QS. Al Anbiya : 30. Yaitu pada ayat
tersebut artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa
langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari
air; maka mengapa mereka tidak beriman ?” Pada ayat tersebut
menunjukkan bahwa alam semesta bisa ada karena ada unsur air. Air
berperan bagi tumbuhan, hewan dan manusia. Dari jurnal tersebut, penulis
mengatakan bahwa jika akal digunakan dengan maksimal untuk menemukan
kebenaran maka akan terungkap berbagai macam ilmu di dalamnya.
2. Anaximandros

1
Ahmad, N., 2020. PEMIKIRAN FILSAFAT MENURUT THALES (Analisis Kritis Dalam Perspektif Filsafat dan Agama
dalam Pembentukan Alam). Jurnal Pemikiran Islam, VI(2), hal. 233

16
Anaximandros merupakan murid Thales yang berbakat pada ilmu bidang
astronomi dan kartografi. Beliau berpendapat bahwa dunia ini tidak terbatas,
dan tidak sependapat dengan Thales bahwa segala sesuatu bersumber dari
air. Dan bumi tidak jatuh bukan disebabkan di atas air melainkan bumi
berada di pusat bumi yang jarak nya dari mana-mana sama. Kemudian
manusia pertama lahir bukan dari air, dan juga manusia pada waktu masih
bayi dilindungi di tubuh ikan, seperti hiu melindungi anak-anak nya di dalam
perutnya.
Keterkaitan Pemikiran Anaximandros dengan Agama
Pemikiran Anaximandros yang menyatakan bahwa dunia ini tak terbatas
atau tak terhingga ini menjadi dasar pemikiran untuk keberadaan alam
semesta ini. Bahwa yang memiliki alam semesta ini bukan bentuk wujud
melainkan adalah suatu bentuk kebaikan yang abadi. Yaitu sebuah eksistensi
atau keberadaan yang bersifat mutlak dan itu menjadi sumber, tujuan dan
sebab dari segala yang ada dan disebut dengan Tuhan.
3. Anaximenes
Anaximenes berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari udara, udara
adalah dasar dari pembentuk segala sesuatu. Dalam pembentukan alam
semesta ini terdiri dari tahap pemadatan dan pengenceran, udara yang
membentuk air, api, manusia dan lain-lain. Beliau juga menyebutkan bahwa
bumi benbentuk datar seperti meja dan melayang di atas udara begitu juga
dengan benda-benda lainnya. Kemudian jiwa manusia hanya terdiri dari
udara saja, beliau membuktikannya dengan manusia yang selalu butuh untuk
bernafas dengan udara agar dapat melanjutkan hidup.
4. Phytagoras
Filsafat Phytagoras bertumpu pada bilangan yang beranggapan bahwa sebab
terbentuknya benda. Beliau mengatakan terdapat bilangan bersahabat dan
bilangan sempurna.
Bilangan bersahabat
Menurut pandangan Phytagoras terdapat dua bilangan bisa dikatakan
bersahabat jika jumlah bagi dua bilangan misal I dan G jumlah bagi bilangan I
sama dengan bilangan G dan sebaliknya. Sebagai contoh 220 dan 284

17
merupakan bilangan bersahabat sebab faktor dari 220 adalah 1, 2, 4, 5, 10,
11, 20, 22, 44, 55, 110 dan jika dijumlahkan sama dengan 284. Begitu juga
dengan 284 memiliki faktor 1, 2, 4, 71, 142 jika dijumlahkan berjumlah 220.
Pada masa itu dipercayai sesuatu yang bersifat mistik di kalangan orang-
orang Yunani. Ketika pasangan bilangan bersahabat tersebut dipakai oleh
dua orang sahabat sebagai azimat. Maka persahabatan tersebut akan
langgeng 2.
Bilangan sempurna
Bilangan dikatakan sempurna jika bilangan itu sama dengan jumlah
pembaginya. Menurut sejarahnya sampai tahun 1952 diketahui ada 12
bilangan sempurna diantaranya 2, 28, 496. Dan ternyata semua bilangan
sempurna itu adalah bilangan genap. Menurut Galileo menjelaskan bahwa
alam ditulis dalam bahasa matematika. Sehingga, matematika merupakan
sarana ilmiah yang terpenting dan akurat karena dengan pendekatan
matematikalah ilmu dapat diukur dengan benar dan akurat. Disamping itu,
matematika dapat menyederhanakan uraian yang panjang dalam bentuk
symbol, sehingga lebih cepat dipahami.
5. Xenophanes
Penolakan Antropomorfisme dalam mitos-mitos
Disini beliau merintis sesuatu yang baru dari filsul-filsuf sebelumnya. Yang
dipersoalkan bukan lagi tentang alam semesta yang terjadi oleh dewa-dewa,
melainkan kritik penggambaran dari wujud Tuhan itu sendiri. Beliau
menolak adanya antrropomorfisme dalam mitos-mitos, yaitu wujud Tuhan
yang menyerupai manusia. Pertama, beliau mengkritik dua filsuf pada saat
itu yaitu Homeros dan Hesiodos. Beliau mengkritik mereka yang
menceritakan Tuhan dengan perilaku yang negatif sebagaimana seperti yang
dilakukan manusia (mencuri, berbohong dan berzinah).

2
Romadhon, R. S., 2018. NILAI ISLAM DALAM TEOREMA PHYTAGORAS. Jurnal Pendidikan Matematika, I(2), hal.
111

18
Penolakan pernyataan bahwa “Tuhan dilahirkan dan berpakaian dan
memiliki suara dan tubuh sebagaimana manusia”
Beliau mengatakan bahwa manusia yang berfikir seperti itu adalah manusia
sesat. Dan beliau juga mengkritik bahwa jika hewan memiliki kemampuan
seperti manusia yang mempunyai akal pikiran dan bisa berkarya, para
hewan itu akan melukiskan Tuhan seperti dirinya yaitu wujud hewan. Dan
beliau juga menolak bahwa wujud Tuhan itu berdasarkan daerah masing-
masing manusia yang sempit, seperti orang Ethiopia yang memliki Tuhan
berkulit hitam dan berhidung pesek.

Pemikiran Xenophanes mengenai Tuhan


Beliau mengatakan bahwa Tuhan itu dikaitkan dengan pandangan etis yang
luhur . Tuhan adalah sumber nilai kebaikan/etika. Dan juga Tuhan itu kekal
dan abadi dan tidak memiliki permulaan yaitu tidak dilahirkan dan tidak
melahirkan. Dan menyakini bahwa Tuhan itu universal dan satu adanya.
Selain itu Tuhan tidak dapat diselami oleh akal fikir manusia.

Makna pemikiran Xenophanes atas agama


Beliau membongkar penggambaran yang sangat sempit mengenai Tuhan.
Sebab pemikiran yang seperti itu tidak bisa mereduksi eksistensi Tuhan.
Pemikiran yang seperti ini juga berbahaya, yaitu merasa paling tahu tentang
Tuhan dan mengklaim dirinya paling benar sehingga timbul perasaan
sombong. Membersihkan berhala-berhala dalam kaum agamis. Para kaum
agama dituntut berfikir kritis dan tidak beriman secara buta. Agama harus
bercampur dengan nalar bila ingin eksis di dunia modern ini. Menyingkap
perbuatan menyimpang dari manusia, yang menggunakan agama untuk
berpolitik dan ideologis. Akhirnya para manusia hanya bisa saling
membunuh akibat pemujaan yang terlalu berlebihan terhadap
penggambaran Tuhan.

19
6. Herakleitos
Menurut beliau keadaan alam semesta ini selalu berubah. Dan
menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah
bahan atau materinya melainkan prosesnya. Dan juga ada pernyatan “semua
mengalir” yang berartikan semua berubah, pernyataan ini bermakna bahwa
kebenaran itu selalu berubah atau tidak tetap. Perbuhan yang tiada hentinya
itu oleh beliau dimaknai dengan dua cara berikut ini.
a. Kenyataan itu seperti air sungai yang mengalir. Air sungai selalu mengalir
jadi tidak pernah seseorang turun ke sungai dengan keadaan yang sama
seperti yang sebelumnya.
b. Kenyataan itu seperti api. Menurut beliau api melambangkan gerak
perubahan itu sendiri. Api selalu merubah apa saja yang dibakarnya
menjadi abu dan asap namun api tetaplah api yang sama. Api cocok
sebagai lambang kesatuan dalam perubahan
7. Parmenindes
Pemikiran Parmenides menyatakan keberadaan Tuhan dengan kata “Yang
Ada”. Dan juga ada konsekuensi dari pernyataannya tersebut, diantaranranya
sebgai berikut. Pertama, yang dikatakan “Yang Ada” itu adalah satu dan tak
terbagi, hal ini disebabkan tidak ada sesuatu apa pun yang dapat
memisahkan “Yang Ada”. Kedua, tidak dapat dijadikan dan tidak bisa
dihilangkan atau dibasmi. Dengan kata lain bersifat kekal atau abadi. Ketiga,
menurut beliau pernyataan nya itu sempurna yaitu mampu mengisi semua
tempat. Keempat, karena menyimpulkan mampu mengisi semua tempat
berarti hal tersebut bukan ruang kosong.
8. Zeno
Beliau membuktikan bahwa gerak, ruang kosong itu tidak ada dan dengan
pembuktiannya itu beliau mengajukan beberapa pendapatnya. Anak panah
yang dilepaskan dari busurnya tidak bergerak, karena setiap saat panah itu
ada di tempat tertentu, jadi dalam keadaan diam. Memang anak panah itu
makin jauh tetapi selalu diam pada tempat tertentu. Sebagai bukti bahwa
ruang kosong tidak ada. Seandainya ruang kosong itu ada, maka ruang

20
kosong itu tentu menem-pati ruang kosong yang lain. Dan ruang lain ini akan
menempati ruang lain lagi dan seterusnya tidak ada henti-hentinya. Hal ini
tidak mungkin. Sebagai bukti pluralitas tidak ada. Seandainya pluralitas ada,
tentunya sepotong garis dapat dibagi-bagi yang masing-masing bagian
mempunyai titik pangkal dan ujung. Kalau pembagian diteruskan terus-
menerus tentu tidak mungkin.
9. Empedokles
Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur dunia semesta
tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat zat. Empat anasir tersebut
adalah air, tanah, api, dan udara. Api dikaitkan dengan yang panas dan udara
dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air
dikaitkan dengan yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai melewati
pemikiran Empedokles adalah ketika beliau menemukan bahwa udara
adalah anasir tersendiri. Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes,
masih mencampuradukkan udara dengan kabut.
Penyucian
Karya "Penyucian" mengatakan bahwa perpindahan jiwa dan metode agar
orang bisa luput dari perpindahan tersebut dengan menyucikan dirinya.
Dalam karangan tersebut, Empedokles memperkenalkan diri sebagai daimon
(semacam dewa) yang jatuh sebab berdosa dan dihukum untuk menjalani
sejumlah perpindahan jiwa selama tiga kali sepuluh ribu musim. Jiwa-jiwa
itu beralih dari tumbuh-tumbuhan, kepada ikan-ikan, lalu kepada burung-
burung, dan juga manusia. Seandainya jiwa sudah disucikan, selang lain
dengan berpantang makan daging hewan, maka beliau bisa memperoleh
status daimon kembali.
10.Anaxagoras
Pemikiran Tentang Benih-Benih sebagai Prinsip Lingkungan kehidupan
Semesta
Anaxagoras sama seperti Empedokles yang menyatakan bahwa prinsip
landasan yang menyusun lingkungan kehidupan semesta tidaklah tunggal,
namun mereka berlainan di dalam jumlahnya. Menurut Anaxagoras, setiap

21
benda, bahkan seluruh realitas di lingkungan kehidupan semesta, tersusun
dari suatu campuran yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu.
Indera manusia tidak mampu mencerap semua benih yang telah tersedia di
dalam satu benda, melainkan hanya benih yang dominan. Contohnya jikalau
manusia melihat emas, maka beliau mampu langsung mengenalinya sebagai
emas, karena benih yang dominan pada benda tersebut adalah benih emas.
Tentang Nous
Anaxagoras menyatakan hanya telah tersedia satu prinsip yang mendorong
perubahan-perubahan dari benih-benih, yakni nous. Nous berfaedah "roh"
atau "rasio". Beliau tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari
semua benda, namun menjadi prinsip yang mengatur segala sesuatu.
Tentang Lingkungan kehidupan Semesta
Ajaran Anaxagoras tentang lingkungan kehidupan semesta mirip dengan
filsuf-filsuf pertama dari Ionia, khususnya Anaximenes. Anaxagoras
berpendapat bahwa badan-badan jagat raya terdiri dari batu-batu yang
berpijar dampak kecepatan tinggi dari pusaran angin yang
menggerakkannya.
Tentang Makhluk Hidup
Anaxagoras adalah filsuf pertama yang membedakan secara jelas selang
makhluk hidup dengan yang tidak hidup.[2] Dituturkan bahwa nous memang
menguasai segala-galanya, namun tidak telah tersedia di dalam makhluk
yang tidak hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan.
Tentang Pengenalan
Berlainan dari Empedokles yang menyatakan bahwa yang sama mengenal
yang sama, menurut Anaxagoras prinsip pengenalan justru yang berlawanan
mengenal yang berlawanan. Argumentasi yang diberikan olehnya adalah
pengenalan inderawi manusia yang didampingi rasa nyeri, misalnya bila
tangan meraba air panas, atau mata melihat benda yang terlalu terang.
11.Leukippos
Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah teorinya: “yang
penuh dan kosong”. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapapun

22
kecilnya dan bertubuh. Dan setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang
kosong. Jadi sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini.
Keduanya yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang
kosong atom itu tak dapat bergerak. Faham Leukippos bahwa atom itulah
yang ada, tetap tak berubah-ubah, dipengaruhi oleh teori gurunya
Parmenides (aliran Elea), sedang fahamnya bahwa atom itu banyak dan
bergerak dipengaruhi oleh Heraklitos. Rupanya Leukippos akan melakukan
kompromi dari dua teori yang bertentangan itu.
12.Demokritos
Menurut Demokritos, segala sesuatu mengandung penuh dan kosong.
Demokritos adalah seorang materialis yang paripurna, bagi dia, jiwa
tersusun dari atom-atom, dan pemikirannya adalah suatu proses jasmani.
Alam semesta ini tak mengandung tujuan, yang ada hayalah atom-atom yang
dikendalikan yang dikendalikan oleh hukum-hukum mekanis. Ia tak percaya
pada agama umumnya, ia menolak pandangan Anaxogoras tentang naus
(ruh). Perihal etika ia memandang bahwa tujuan hidup adalah kegembiraan,
dan berpendapat bahwa kesederhanaan dan keberadaan sebagai sarana
terbaik untuk mencapainya. Demikianlah Demokritos menjadikan atom
sebagai asas hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran, sebua timbul
dari gerak atom. Menurut Demokritos, atom itu selalu bergerak, berarti
harus ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki
satu tempat. Menurutnya bahwa realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri
(yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).

B. Filsafat Sofisme
Pokok-pokok ajaran sofis sebagai berikut:
a. Manusia menjadi ukuran segala-galanya
b. Kebenaran umum (mutlak) tidak ada
c. Kebenaran hanya berlaku sementara
d. Kebenaran tidak berlaku pada diri sendiri

23
Berdasarkan dengan ajarannya di atas, maka sofisme tergolong aliran
relatifisme. Dengan pelajaran seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti
dan terletak semata-mata di tangan orang-orang yang ahli dalam berpidato, hal
itu bisa mempengaruhi masyarakat. Demokrasi Athena menghajatkan
kepandaian berdebat dan mendetail di muka umum untuk menarik banyak
suara yang menguntungkan seseorang. Tokoh dari filosof Sufisme salah satunya
adalah Georgias. Ia mengemukakan tiga dalil:
1. Nothing exists, (tak ada sesuatu yang ada), ini tentu erat hubungannya
dengan teori perkembangan abadi dari Keraklitos.
2. If aniting existed it could not be known, (kalau ada sesuatu maka tentu ia tak
dapat diketahui).
3. If it could be know it could not be communicated to others, (kalau bisa
diketahui ia tentu tak dapat disampaikan kepada orang lain). Mengenai hukum,
ia berpendapat bahwa hukum alam adalah hukum yang kuat; yang kuat berjalan
di muka dan lemah mengikuti dari belakang.
C. Filsafat Klasik
1. Sokrates
Beliau mengajarkan perenungan dalam menjalani kehidupan. Karena tanpa
perenungan menyebabkan kehilangan tujusn hidup serta motivasi. Beliau
mengatakan bahwa dalam menjalani hidup kita sering menjalani hidup
sesuai kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang sekitar kita. Oleh karena
itu perenungan sangat penting agar tidak terjebak oleh kebiasaan yang bisa
jadi bukan kebiasaan baik. Tindakan atau berperilaku baik dalam menjalani
hidup akan menyebabkan kebahagiaan tersendiri bagi manusia tersebut.
Metode Berfilsafat
Dalam berfilsafat beliau menggunakan metode pengujian, yaitu jika ada
manusia yang merasa paling bijaksana, beliau akan memberi pertanyaan
kepada manusia tersebut. Misalnya terkait topik moralitas mengenai dasar
kesalehan, persahabatan, keadilan. Dan disebutkan bahwa pada dialog-
dialognya tidak bertemu kesimpulan akhir. Metode ini meliki sisi negatif dan
positif, negatifnya beliau akan memojokkan lawan bicara dalam berargumen

24
sehingga tidak bisa mempertahankan argumennya. Positifnya beliau
mencoba memurnikan konsep moralitassehingga kita dapat menggunakan
ilmu moralitas yang pasti.
2. Plato
Plato berfikir bahwa ada yang kekal dan abadi di alam ini, dan masih
berkaitan dengan moral masyarakat. Dan beliau juga percaya bahwa di alam
ini pasti benda-benda yang ada di dalamnya mengalami perubahan
mengalami kehancuran. Dan beliau mengatakan bahwa semuanya itu
terbentuk oleh cetakan atau bentuk yang tak kenal waktu yang kekal dan
abadi.
Analogi Plato Tentang Matahari, Pembagian Garis Waktu dan Goa
Pertama, beliau mengaitkan matahari dengan kebaikan. Matahari dapat
memancarkan cahaya dan membuat kita bisa melihat dunia. Dan kebaikan
menjadi sumber bagi cahaya intelektual yang memungkinkan kita untuk
mengetahui forma.
Kedua, mengenai pembagian garis waktu. Beliau mengajukan tentang
penggambaran yang dimasud. Yaitu membagi garis kemudian terbentuk
empat bidang lewat garis vertikal dan garis horizontal. Sesuai dengan
pemahaman Platon tentang dunia, perihal di bawah garis horizontal
merupakan bagian dari realitas inderawi, dan perihal di atasnya merupakan
realitas intelligible. Platon juga menambahkan garis vertikal, yang mana pada
sisi kiri menghadirkan tiap – tiap dimensi realitas, sedangkan pada sisi kanan
menggambarkan fakultas – fakultas pemahaman kita berkaitan dengan
realitas itu sendiri.
Ketiga, tentang Goa. Platon mengilustrasikan massa rakyat yang hidup dalam
goa vertikal sebagai kelompok tahanan yang dirantai, dan hanya dapat
melihat apa yang tampak di hadapan mereka. Di belakang para tahanan
terdapat api yang dapat mencitrakan bayangan pada dinding di hadapan
para tahanan. Karena para tahanan sudah semenjak dahulu hidup di dalam
goa, mereka berpikiran bahwa bayangan yang muncul di hadapannya adalah
realitas yang sebenarnya.

25
3. Aristoteles
Beliau mengatakan bahwa dunia ide itu tidak ada. Ide tidak sama sekali
membantu untuk mengenali benda maupun memahami tentang “yang ada”.
Beliau mengaggap bahwa yang dinyatakan Plato tentang dunia ide itu tidak
jelas. Bila dunia idea itu digambarkan “tetap tak berubah”, lalu bagaimana ia
menjadi cetakan bagi dunia yang terus berubah ini? Kira-kira seperti itu
pertanyaan beliau.
Tuhan Itu Penggerak
Beliau menyatakan dua teori tentang menyatakan Tuhan.
1) Segala yang ada di dunia tampak bergerak dan berkembang tanpa awal
dan akhir dalam waktu.
2) Namun, setiap yang bergerak tidaklah mungkin digerakkan sendiri, ia
pasti digerakkan oleh yang lain. Gerak selalu berarti digerakkan.

26
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4

Pengaruh Agama dalam Filsafat Barat

Tiga Persepektif

Dalam hal ini ada tiga persepektif atau pandangan. Pandangan pertama dipegang oleh
mayoritas orientalis. Filsafat Islam adalah kelanjutan dari filsafat Yunani kuno: It is Greek
philosophy in Arabic garb, demikian kata Renan, Gutas, dan Adamson yang lebih suka
menyebutnya sebagai "filsafat [berbahasa] Arab (Arabic Philosophy). Di balik pandangan
ini terselip rasisme intelektual bahwa filsafat itu murni produk Yunani dan karenanya
kaum Muslim sekadar mengambil dan memelihara untuk diwariskan kepada generasi
sesudah mereka. Pandangan kedua menganggap Filsafat Islam itu reaksi terhadap doktrin-
doktrin agama lain yang telah berkembang pada masa lalu. Yang ketiga adalah perspektif
revisionis yang memandang Filsafat Islam itu lahir dari kegiatan intelektual selama
berabad-abad semenjak kurun pertama Islam.

Corak Filsafat

Menurut Oliver Leaman, Filsafat Islam itu sangat filosofis dalam arti logis-analitis, terus
hidup dan penuh gejolak, tidak sekadar melanjutkan tradisi sebelumnya, akan tetapi juga
memperlihatkan terobosan-terobosan kreatif dalam menjawab persoalan-persoalan klasik
maupun modern. pertama, dari sisi masalah-masalah yang dibahas; kedua, dari aspek
konteks sosio-kulturalnya; ketiga, dari sudut faktor-faktor pemicu serta tujuan-tujuannya;
dan keempat, dari kenyataan bahwa para pelakunya hidup di bawah naungan kekuasaan
Islam.

Kontroversi Filsafat Islam

Pada saat komunitas Islam terbentuk, tantangan serius pertama yang dihadapi umat Islam
adalah, tantangan moral dari kemerosotan yang dibawa oleh budaya jahiliah. Kedua,
tantangan kesusasteraan yang dimiliki oleh budaya jahiliah terutama yang terpenting
adalah ketika terjadi ekspansi Islam terhadap peradaban lainnya. Tantangan ketiga adalah,
adanya aktivitas keilmuan dan filosofis yang dibawa terutama dari budaya helenistik.

27
Semua tantangan intelektual tersebut tentunya tidak dapat dihadapi tanpa adanya para
ulama atau cendikiawan yang terlatih dan mumpuni. Pakar Filsafat Islam Alparlan
Acikgenc sampai pada kesimpulan ini untuk membuktikan bahwa intelektualitas pada abad
pertama kemunculan Islam telah memiliki fondasi yang memadai yang disebut contextual
causes untuk kebangkitan aktivitas keilmuan dan kemunculan tradisi keilmuan dalam
Islam.

28
References
Harahap, A. M., n.d. METODE FILOSOF YUNANIMENEMUKAN TUHAN.

Menoh, G. A. B., n.d. Kritik Xenophanes atas Antropomorfisme Dewa-Dewi Yunani dan Implikasinya bagi
Diskursus Ketuhanan. Jurnal Studi Agama dan Masyarkat, pp. 33-46.

Qomaruzzaman, B., 2020. Filsafat Umum: Berfilsafat Itu Mudah. 1st ed. Bandung: Pustaka Aura
Semesta.

Rachmawati, A., 2018. NANOPDF.com. [Online]


Available at: https://nanopdf.com/download/heraclitus-afid-burhanuddin_pdf
[Accessed 22 Mei 2021].

Romadhon, R. S., 2018. NILAI ISLAM DALAM TEOREMA PHYTAGORAS. Jurnal Pendidikan Matematika,
I(2), pp. 99-122.

Sesady, M., 2019. Pengantar Filsafat. 1st ed. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.

Ahmad, N., 2020. PEMIKIRAN FILSAFAT MENURUT THALES (Analisis Kritis Dalam Perspektif Filsafat dan
Agama dalam Pembentukan Alam). Jurnal Pemikiran Islam, VI(2), pp. 228-249.

Anon., n.d. Anaximenes. [Online]


Available at: http://p2k.unugha.ac.id/en3/2-3050-2947/Anaximenes_49195_p2k-unugha.html
[Accessed 30 April 2021].

Anon., n.d. eduNitas. [Online]


Available at: http://p2k.unugha.ac.id/id4/2-3050-2947/Anaxagoras_49193_stmikmj_p2k-unugha.html
[Accessed 25 Mei 2021].

Anon., n.d. Ensiklopedia Bebas. [Online]


Available at: http://kk.sttbandung.ac.id/id3/1-3059-2940/Parmenides_51208_ikipwidyadarma_kk-
sttbandung.html
[Accessed 22 Mei 2021].

Anon., n.d. Ensiklopedia Filsafat Online. [Online]


Available at: http://p2k.itbu.ac.id/en3/1-3064-2950/Empedocles_22829_itbu_p2k-itbu.html
[Accessed 25 Mei 2021].

Herho, S. H. S., 2016. Pijar Filsafat Yunani Klasik. 1st ed. Bandung: Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan ITB (PSIK ITB).

Nawawi , N., 2017. Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Fisafat. 1st ed. Makasar: Pusaka Almaida Makassar.

Waris, 2014. Pengantar Filsafat. 1st ed. Ponorogo: STAIN Po PRESS.

29
30

Anda mungkin juga menyukai