Askep Trauma Thorax
Askep Trauma Thorax
OLEH :
SGD 4
1. DEFINISI
- Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).
- Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
- Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
- Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).
- Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Jadi, trauma thorax secara umum adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
2. ETIOLOGI
Etiologi penyakit terdiri dari :
a. Trauma tembus
• Luka Tembak
• Luka Tikam / tusuk
b. Trauma tumpul
• Kecelakaan kendaraan bermotor
• Jatuh
• Pukulan pada dada
3. PATOFISIOLOGI
1
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga
thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau
kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan
dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia
jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh
karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusion mismatch
( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan perubahan dalam tekanan intratthorax
( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering
disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau
penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan
( syok ).
Fraktur iga. Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami
trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga
terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang
tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan
pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru – paru.
Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan
parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan
pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat
trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara
kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru
yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika
pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi
hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi
terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau
ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan
dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk
mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan
tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau
2
pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak
terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube
Hemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari
pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma
tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan
terjadinya hemotoraks
4. KLASIFIKASI
a) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
b) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
c) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-
paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif)
(FKUI, 1995).
5. GEJALA KLINIS
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
a) Ada jejas pada thorak
b) Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
c) Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
d) Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
e) Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
f) Penurunan tekanan darah
g) Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
h) Bunyi muffle pada jantung
i) Perfusi jaringan tidak adekuat
j) Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
3
- Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka
masuk dan keluar.
- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
- Gerakkan dan posisi pada akhir dari ekspirasi.
b. Palpasi
- Diraba ada/tidak krepitasi
- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
- Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
c. Perkusi
- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.
- Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus atau
garis miring.
d. Auskultasi
- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.
- Bising napas melemah atau tidak.
- Bising napas yang hilang atau tidak.
- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang normal.
- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada:
Pemeriksaan tekanan darah.
Kalau perlu segera pasang infus, kalau perlu s yang besar
Pemeriksan kesadaran.
Pemeriksaan Sirkulasi perifer.
Kalau keadaan gawat pungsi.
Kalau perlu intubasi napas bantuan.
Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung.
Kalau perlu torakotomi massage jantung internal
Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologik (Foto thorax
AP, kalau keadaan memungkinkan).
4
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.Pemeriksaan Laboratorium
- Gas darah arteri (GDA), untuk melihat adanya hipoksia akibat kegagalan
pernafasan
b. Radio Diagnostik
- Radiologi : foto thorax (AP) untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali
paru-paru dan untuk melihat daerah terjadinya trauma
- EKG memperlihatkan perubahan gelombang T – ST yang non spesifik atau
disritmia
- Pemerikksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non invasif yang
dapat membantu penilaian pericardium dan dapat mendeteksi cairan di kantung
perikard
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax, yaitu:
5
f. Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti Foto
thorak
9. KOMPLIKASI
a. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
b. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
c. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
d. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
e. Esofagus : mediastinitis.
f. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson)
10. PENCEGAHAN
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebab nya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami
pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta
menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag
biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Kegawatdaruratan
a) Pengkajian Primer
1. Data Subjektif
Riwayat Penyakit Pasien
- Pasien mengeluh sesak
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur rusuk dan
sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan tertusuk di
bagian dada
Riwayat Kesehatan Pasien
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Adanya alergi
2. Data Objektif
Airway (A)
Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan muntah
darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten.
Breathing (B)
Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien tension
pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas kusmaul, napas
pendek, napas dangkal.
Circulation (C)
Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis, takikardi
Disability (D)
Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat)
b) Pengkajian Sekunder
Eksposure (E)
7
Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab
trauma pada dinding dada
Five Intervention / Full set of vital sign (F)
Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi
hipotensi
Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia
Aritmia jantung
Pemeriksaan Lab :
o Gambaran pada hasil X ray yang biasa dijumpai :
Kontusio paru : bintik-bintik infiltrate
Pneumotoraks : batas pleura yang radiolusen dan tipis, hilangnya
batas paru (sulit mendiagnosa pada foto dengan posisi supinasi).
Injury trakeobronkial : penumomediastinum, udara di servikal.
Rupture diafragma : herniasi organ abdomen ke dada, kenaikan
hemidiafragma.
Terdapat fraktur tulang rusuk, sternum, klavikula, scapula dan
dislokasi sternoklavikular.
o CT scan dapat ditemukan gambaran hemotoraks, pneumotoraks,
kontusi paru atau laserasi, pneumomediastinum, dan injuri diafragma.
o Esofagogram dan atau esofagografi dilakukan jika dicurigai injury
esophagus.
o Broncoskopy untuk terjadi trakeobronkial injury.
o Echokardiogram akan memperlihatkan gambaran tamponade jantung
(pada umumnya echokariogram digunakan utuk melihat cedera pada
katup jantung)
o EKG akan memperlihatkan adanya iskemik, aritmia berhubungan
dengan miokardia kontusion atau iskemia yang berhubungan dengan
cedera pada arteri koronaria.
o Pemeriksaan cardiac enzym kemungkinan meningkat berhubungan
dengan adanya iskemik atau infak yang disebabkan dari hipotensi
miokardia kontusion.
8
Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)
Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi
pada saat bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen
9
Jalan Nafas : √ Paten Tidak Paten
Keluhan Lain: -
RR : .> 30 x/mnt
Keluhan Lain: … …
10
Nadi : √ Teraba Tidak teraba N: < 60 x/mnt
Pucat : √ Ya Tidak
Sianosis : √ Ya Tidak
S: 360C
CULATION
Masalah Keperawatan: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer tidak Efektif, PK Perdarahan, Syok
Hipovolemik, PK Syok Kardiogenik, Penurunan Curah Jantung, Risiko Infeksi
555 555
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawatan: -
11
EXPOSURE
Grade : .- %
12
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka :-
Kedalaman :-
Lain-lain :-
Pemeriksaan Laboratorium : AGD (hipoksemia) : PH menurun (< 7, 35), PaO2 menurun ( < 80 mmHg),
PaCO2 meningkat > 45 mmHg)
Lain-lain:
Skala :8
Timing : Saat inspirasi, badan digerakkan, tangan kanan diangkat, dan batuk
Lain-lain :-
Sign/ Tanda Gejala : nyeri dada kanan bawah, sesak nafas, nyeri perut atas, batuk-
batuk (+), darah (-), dahak (-), mual (-), muntah (-)
13
Allergi :-
Medication/ Pengobatan : klien dipasang Water Seal Drainage (WSD) untuk mengeluarkan
udara yang ada di cavum pleura, klien diberikan O2 10-12 lt/mnt, serta dapat diberikan analgetik untuk
mengurangi rasa sakit.
Past Medical History : klien mengatakan tidak memiliki riwayat sesak nafas, klien tidak
merokok.
Event leading injury : Pasien laki-laki 45 tahun datang post KLL + 2 jam SMRS, dada
samping kanan bawah dan perut kanan atas terbentur stang motor, pasien mengeluh nyeri dada kanan
bawah disertai sesak nafas dan nyeri perut kanan atas. Nyeri dada bertambah jika pasien bernafas, badan
digerakkan, dan batuk. Pasien ingat kejadian, riwayat pingsan disangkal.
Leher :-
Palpasi : emfisema subkutan, penurunan hingga tidak adanya taktil fremitus pada sisi yang sakit.
(H2) HEAD TO TOE
Perkusi : Resonansi atau hipersonansi di atas daerah yang terkena, pengembangan diagfragmatik pada sisi
yang sakit.
Auskultasi : pernafasan : penurunan atau tidak adanya nafas di atas daerah yang sakit, penurunan atau
tidak adanya bunyi yang berbisik, penurunan atau tidak adanya vokal fremitus.
Kardiovaskular : takikardi
Ekstremitas :-
Masalah Keperawatan: -
14
Tenderness : Ada √ Tidak
BACK/ POSTERIOR SURFACE
Crepitasi : Ada √ Tidak
Lain-lain :
Masalah Keperawatan: -
15
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:
Berdasarkan prioritas kegawatdaruratan, diagnosa yang diangkat adalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan gangguan pertukaran O2 dan CO2
4. PK Perdarahan
5. PK Syok Kardiogenik
6. PK Syok Hipovolemik
7. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gagal jantung
8. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan gangguan transport O2
9. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, luka pada dada
10. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan laserasi paru
11. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kebutuhan O2 tubuh tidak adekuat
12. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh)
1. Bersihan jalan Setelah diberikan askep selama Mandiri a) bunyi ronchi menandakan
nafas tidak 3 x 24 jam, klien diharapkan terdapat penumpukan
efektif bersihan jalan nafas kembali a) Airway Management sekret atau sekret berlebih
berhubungan efektif dengan kriteria hasil: (manajemen jalan nafas): di jalan nafas.
dengan obstruksi a) Au b) posisi memaksimalkan
jalan nafas akibat Respiratory status: airway skultasi bunyi nafas tambahan; ekspansi paru dan
sekret darah patency (status pernapasan: ronchi, wheezing. menurunkan upaya
kepatenan jalan napas) pernapasan. Ventilasi
Frekuensi pernapasan b) Be maksimal membuka area
dalam batas normal (16- rikan posisi yang nyaman untuk atelektasis dan
20x/mnt) (skala 5 = no mengurangi dispnea. meningkatkan gerakan
deviation from normal sekret ke jalan nafas besar
range) untuk dikeluarkan.
Irama pernapasn normal c) mencegah obstruksi atau
aspirasi. Penghisapan
(skala 5 = no deviation c) Be
from normal range) dapat diperlukan bia klien
rsihkan sekret dari mulut dan
tak mampu mengeluarkan
Kedalaman pernapasan trakea; lakukan penghisapan sesuai
sekret sendiri.
normal (skala 5 = no keperluan.
d) memaksimalkan
deviation from normal d) Ba
pengeluaran sputum.
range) ntu klien untuk batuk dan nafas
e) membantu mempermudah
Klien mampu dalam.
pengeluaran sekret.
mengeluarkan sputum e) Aj
f) mengoptimalkan
secara efektif (skala 5 = no arkan batuk efektif.
keseimbangan cairan dan
deviation from normal
membantu mengencerkan
range)
f) An sekret sehingga mudah
17
Tidak ada akumulasi sputum jurkan asupan cairan adekuat. dikeluarkan.
(skala 5 = none)
g) Ko
h) broncodilator
laborasi pemberian oksigen meningkatkan ukuran
h) K lumen percabangan
olaborasi pemberian broncodilator trakeobronkial sehingga
sesuai indikasi. menurunkan tahanan
terhadap aliran udara.
18
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
2. Pola Nafas tidak Setelah diberikan askep Monitoring respirasi a. Monitoring respirasi
efektif selama …x24 jam diharapkan Pantau RR, 1. Ketidakefektifan pola
berhubungan pola napas klien efektif irama dan kedalaman pernapasan napas dapat dilihat dari
dengan dengan kriteria hasil: klien peningkatan atau
penurunan Pantau adanya penurunan RR, serta
Status pernapasan: ventilasi
ekspansi paru penggunaan otot bantu perubahan dalam irama
- Kedalaman pernapasan pernapasan dan retraksi dinding dan kedalaman
normal (skala 5 = no dada pada klien pernapasan
deviation from normal Memfasilitasi ventilasi 2. Penggunaan otot bantu
range) 1. Berikan posisi semifowler pada pernapasan dan retraksi
- Tidak tampak penggunaan klien dinding dada
otot bantu pernapasan 2. Pantau status pernapasan dan menunjukkan terjadi
(skala 5 = no deviation oksigen klien gangguan ekspansi paru
from normal range) 3. Berikan dan pertahankan b. Memfasilitasi ventilasi
- Tidak tampak retraksi masukan oksigen pada klien 1. Posisi semifowler dapat
dinding dada (skala 5 = sesuai indikasi membantu meningkatkan
no deviation from normal toleransi tubuh untuk
range) inspirasi dan ekspirasi
2. Kelainan status
19
Tanda-tanda vital pernapasan dan perubahan
saturasi O2 dapat
- Frekuensi pernapasan
menentukan indikasi
dalam batas normal (16-
terapi untuk klien
20x/mnt) (skala 5 = no
3. Pemberian oksigen
deviation from normal
sesuai indikasi
range)
diperlukan untuk
mempertahankan
masukan O2 saat klien
mengalami perubahan
status respirasi
20
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
21
4. PK Perdarahan Setelah diberikan Askep Bleeding Reduction Bleeding Reduction
selama … x 24 jam diharapkan
a. Identifikasi penyebab perdarahan a. Untuk mencegah adanya
perdarahan dapat berkurang
b. Berikan penekanan pada area trauma sekunder akibat
bahkan berhenti.
perdarahan penyebab perdarahan
c. Identifikasi jumlah perdarahan dan b. Meminimalisir terjadinya
warna darah perdarahan hebat dan
d. Perhatikan kondisi TTV dan status membatasi perdarahan
kesadaran klien c. Perdarahan dengan volume
e. Perhatikan asupan oksigen ke jaringan besar dapat meningkatkan
: cek CRT klien risiko terjadinya syok
f. Anjurkan klien untuk mengurangi hipovolemik
aktivitas atau pergerakan d. Penurunan status kesadaran
dan kondisi TTV klien
Kolaborasi :
dapat mengindikasikan
a. Lakukan pemerikasaan komponen klien mengalami
darah perburukkan kondisi
b. Pemasangan infus e. Penurunan asupan oksigen
c. Pemberian tranfusi (sesuai indikasi) ke jaringan dapat
meningkatkan risiko
terjadinya shock pada
pasien
f. Meningkatnya pergerakan
22
berisiko terhadap
perdarahan yang lebih
hebat dan meningkatkan
terjadinya ruptur
Kolaborasi :
23
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
5. PK Syok Setelah diberikan Askep Shock Management: Cardiac Shock Management: Cardiac
Kardiogenik selama … x 24 jam
a. Monitor tanda dan gejala dari a. Penurunan cardiac output
diharapkan syok kardiogenik
penurunan cardiac output dapat menyebabkan
dapat diatasi
penurunan kondisi pasien
b. Auskultasi suara paru-paru
b. Adanya suara paru-paru
c. Kaji kondisi TTV dan status mental
tambahan dapat
pasien
mengindikasikan adanya
24
Kolaborasi: obstruksi atau gangguan
pada jalan nafas
a. Monitor adanya ketidakadekuatan
perfusi arteri koronaria (dengan c. Kondisi TTV klien dapat
pemasangan EKG) mengindikasikan klien
mengalami perburukkan
b. Monitor dan evaluasi adanya
kondisi
hipoksia jaringan : cek CRT
Kolaborasi:
c. Berikan resusitasi cairan dan obat
vasopressor sesuai indikasi a. Penurunan perfusi arteri
koronaria dapat
d. Persiapkan pasien untuk Cardiac
mengindikasikan gangguan
Revascularization (percutaneous
pada curah jantung
coronary intervention)(jika
diinstruksikan) b. Mengindikasikan adanya
gangguan pada jaringan
e. Berikan oksigen sesuai indikasi
perifer
c. Pemberian resusitasi
bertujuan ntuk
menormalkan MAP >90
mmHg
d. Untuk memperbaiki
25
vaskularisasi pasien
terutama dari jantung
e. Membantu meningkatkan
asupan oksigen ke jaringan
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Evaluasi dinyatakan berhasil apabila kriteria hasil dari masing – masing diagnose telah tercapai.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah
Klien mampu batuk dan mengeluarkan sputum dengan efektif.
26
Bunyi napas klien normal tidak ada ronchi.
Frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan normal dengan RR : 12-20 x/menit
4. PK Perdarahan
Setelah diberikan Askep selama … x 24 jam diharapkan perdarahan dapat berkurang bahkan berhenti.
5. PK Syok Kardiogenik
Setelah diberikan Askep selama … x 24 jam diharapkan syok kardiogenik dapat diatasi
27