Anda di halaman 1dari 14

Tugas echa

Pengujian substantif merupakan prosedur-prosedur pengauditan yang dibuat oleh auditor untuk
menguji atau mendeteksi kesalahan salah saji material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi
langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan.

Maka auditor harus menghimpun semua bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya.
Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan
yang signifikan.

Terdapat 3 jenis pengujian substantif, yaitu :

1. Pengujian substantif atas transaksi

Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan
audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk
setiap kelastransaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi
untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah
dicatat.

Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja telah dicatat
dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah
diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan diposting
dengan benar ke buku besar. Jika auditor merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat
dan diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga benar.

2. Prosedur analitis

Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang dicatat dengan


jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur analitis mencakup
perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain
yang berhubungan. Dua tujuan utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
audit atas saldo akun adalah sebagai berikut :

 Mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan


 Mengurangi pengujian terinci atas saldo.
 Memahami bidang usaha klien.
 Menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.

3. Pengujian terinci atas saldo

Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo harus dilakukan
dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun
yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat penting karena bukti-bukti biasanya
diperoleh dari sumber independen dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi. Metodologi
perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:

 Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.


 Menetapkan risiko pengendalian.
 Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.
 Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
memuaskan.

Selain membedakan jenis pengujian substantif auditor juga harus dapat melakukan pengujian
substantif secara runtut dan tepat. Berikut prosedur pelaksanaan pengujian substantif yang
dilakukan auditor, yaitu :

Auditor melakukan mengajukan pertanyaan kepada para karyawan atau staf ahli yang
bersangkutan sesuai dengan pekerjaan yang diembannya untuk mengetahui beberapa hal
kesalahan yang ada.

Auditor melakukan pengamatan atau observasi secara langsung terhadap kinerja karyawan dalam
melasanakan tugas mereka.
Menginspeksi seluruh dokumen dan catatan perusahaan selama beberapa periode yang perlu
diaudit.

Melakukan pengecekan kembali semua perhitungan transaksi dan saldo-saldo perusahaan yang
bersangkutan untuk mengetahui benar tidaknya pembukuan akun saldo perusahaan'

Melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan seperti pimpinan perusahaan, dewan
direksi, dan lainnya.

Melakukan analisis terhadap semua dokumen, catatan perusahaan, dan pembukuan saldo akun
perusahaan atau laporan keuangan perusahaan.

Melakukan tracing atau pengusutan semua dokumen dan catatan perusahaan.

Melakukan vouching atau penelusuran apabila ada kesalahan atau kecurangan untuk menemukan
titik permasalahan atau bukti kecurangan.

Auditor juga perlu menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pengujian substantif
tersebut karena dapat mengetahui tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi
penentuan waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian
substantif lebih baik dilaksanakan saat atau dekat dengan tanggal neraca.

Selain itu auditor juga dapat menentukan luas pengujian substantif yaitu semakin rendah tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat
mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif
yang dilakukan. Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan
dalam kertas kerja dalam bentuk program audit.

Tujuan dengan mengetahui jenis-jenis dan prosedur pelakasanaan pengujian substantif secara
umum, yaitu dapat mempermudahkan seorang auditor dalam melaksanakan tugas pengujian
substantif dan memberikan informasi kepada beberapa orang yang bersangkutan untuk
mengetahui beberapa jenis pengujian substantif dan dasar-dasar pelaksanaan prosedur pengujian
substantif auditor.

2. Menghitung berbagai rasio yang diperlukan


Setiap perusahaan harus bisa memenuhi kewajiban keuangan mereka yang harus
dipenuhi. Menurut S. Munawir dalam buku yang ia tulis menjelaskan jika rasio likuiditas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih.

Oleh kerana itu, setiap perusahaan harus memahami rasio likuiditas yang terdiri dari beberapa
jenis yaitu rasio lancar atau current ratio, rasio cepat atau quick ratio, dan rasio kas atau cash
ratio. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menghitung rasio likuiditas
dengan beberapa langkah.

Rasio Lancar (Current Ratio)

Current ratio merupakan cara penghitungan rasio likuiditas yang paling sederhana dibanding cara
lainnya. Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau
aktiva lancar (current asset).

Jenis aktiva ini adalah aktiva yang dapat ditukarkan dengan kas dalam jangka waktu satu tahun.
Rumus perhitungan current ratio adalah sebagai berikut:

Aktiva lancar (current assets) : hutang Lancar (current liabilities)

Contohnya suatu perusahaan memiliki aktiva lancar sebesar Rp10.000.000 dan kewajiban lancar
sebesar Rp5.000.000, Jadi current ratio perusahaan adalah

10.000.000 : 5.000.000 = 2,0


Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya
kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih
besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan
nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan.

Selain itu, jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan
aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak
mengelola modalnya dengan baik.

Rasio Cepat (Quick Ratio)

Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio. Penghitungan quick ratio hanya
menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk dibandingkan dengan kewajiban lancar.
Inventaris tidak termasuk ke dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan
kas, sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio. Cara penghitungan quick ratio yaitu:

Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : utang lancar

Misalnya perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva lancar senilai Rp20.000.000, inventaris
Rp2.000.000, dan kewajiban lancar Rp6.000.000. Maka rasio cepatnya adalah

(Rp.20.000.000 – Rp.2.000.000) : Rp.6.000.000.000 = 3,0

Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0 maka menunjukkan kemampuan perusahaan
yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun, jika nilainya di atas 3,0 kali maka bukan
berarti keadaan likuiditas perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar
karena tidak dialokasikan kemana pun sehingga tidak produktif.

Sebab lain adalah karena tingginya piutang perusahaan tersebut. Quick ratio dapat dijadikan
acuan yang lebih baik karena berfokus pada aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas.

Baca Juga: Menghitung Rasio Solvabilitas

Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio adalah cara penghitungan likuiditas yang melibatkan kas perusahaan. Manfaatnya
mirip dengan current ratio dan quick ratio yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan. Berikut adalah
cara penghitungannya:

Cash ratio = (kas + surat berharga) : utang lancar

Misalnya suatu perusahaan memiliki kas senilai Rp5.000.000, surat berharga senilai
Rp3.000.000 dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000. Maka kas rasionya adalah

(5.000.000 + 3.000.000) : 5.000.000.000 = 1,6

Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan tidak mudah
dipertahankan nilainya. Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan yang mampu menutupi
kewajiban lancar sering dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan
baik.
5 jenis item yang sering digunakan dalam menghitung sebuah nilai likuiditas perusahaan adalah,
aktiva lancar, utang lancar, kas, surat berharga, persediaan. Untuk mengetahui nilai akhir dari
perhitungan 5 item tersebut, pastinya perusahaan membutuhkan proses pencatatan akuntansi
yang cermat dan tepat.

Standar rasio industri

Standar industri untuk cash ratio adalah 50% (Kasmir, 2008:143) dimana semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik kinerja keuangan yang dilakukan oleh perusahaan. ... Debt to ratio atau debt
to asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang
dengan total aktiva.

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini
menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio
merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang
yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau
rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga
akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga
semakin kecil.

Debt Ratio dihitung dengan rumus:


2. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Modal)

Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana
perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini juga mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang
jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar


hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari
perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik
(modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).

Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang
(hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

Debt To Equity Ratio (Rasio hutang modal) dihitung dengan rumus:

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri

Long Term Debt to Equity Ratio dihitung dengan rumus:


Contoh:

Aktiva Pasiva

Aktiva Lancar Utang Lancar


Kas 250 Utang Bank (10%) 500
Giro 350 Utang Dagang 250
Surat-surat Berharga 140 Utang Lainnya 50
Piutang 550 Total Utang Lancar 800
Persediaan 250
Aktiva Lancar Lainnya 100
Total Aktiva Lancar 1.640 Utang Jangka Panjang
Aktiva Tetap Utang Bank (10%) 900
Tanah 900 Utang Obligasi (8%) 300
Mesin 1.050 Total Utang Jangka Panjang 1.200
Kendaraan 650
Akumulasi Penyusutan (200) Ekuitas
Total Aktiva Tetap 2.400 Modal Setor 1.600
Aktiva Lainnya Cadangan Laba 600
Total Aktiva Lainnya 160 Total Ekuitas 2.200
Total Aktiva 4.200 Total Pasiva 4.200
Jawab:

1. Debt Ratio

Debt Ratio = (2.000 / 4.200) x 100%

= 47,6 = 48 %

Rasio ini menunjukan bahwa 48% pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya,
bahwa setiap Rp 100 pendanaan perusahaan Rp 48 dibiayai dengan hutang, Rp 52 disediakan
oleh pemegang saham. Kondisi tersebut juga menunjukan perusahaan dibiayai hampir
sepenuhnya dari hutang.

Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit
bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak
mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah
rasio ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai dari utang.

Jika perusahaan ingin menambah hutang, maka perusahaan perlu menambah dahulu ekuitasnya,
jadi ketika perusahaan dilikuidasi masih mampu menutupi hutangnya.

2. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Modal)

DtER = (2.000 / Rp. 2.200) x 100%

= 90,9 = 91 %

Rasio ini menunjukan bahwa kreditor menyediakan Rp 91 untuk setiap Rp 100 yang disediakan
oleh pemegang saham, atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 91%

Bagi kreditor semakin besar rasio ini maka akan semakin tidak menguntungkan karena akan
semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Sebaliknya, semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan
pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi kreditor jika terjadi kerugian atau penyusutan
terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga menunjukan kelayakan dan resiko keuangan perusahaan.
3. Long Term Debt to Equity Ratio

LTDtER = ( 1.200 / 2.200) x 100%

= 0,54 = 54 %

RASIO ANTARA REALISASI DENGAN BUDGET/RASIO KEMANDIRIAN

a) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan Pemerintah daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan
masyarakat. Rasio kemandirian juga menggambarkan ketergantungan daerah terhadap
sumber dana ekstern, terutama pemerintah pusat dan provinsi. Semakin tinggi rasio
kemandirian daerah, tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern
(terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan sebaliknya.
Rasio Kemandirian Pemerintah Kabupaten Xxxxxx dapat dihitung sebagai
berikut:

Rasio Kemandirian=    Pendapatan Asli Daerah


                                      Bantuan Pusat dan Pinjaman
  
  CONTOH   Hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah dapat dilihat pada
tabel 4.1  berikut (berdasarkan lampiran):
Tahu Pendapatan Pendapatan Lain-Lain
Rasio
n Asli Transfer Pendapatan
Daerah (PAD) Dana Perimbangan yang Sah Kemandirian
2008 50.899.149.186 664.171.070.286 90.540.403.458 6,74%
2009 58.021.746.576 688.615.574.665  76.451.811.857 7,58%
2010 64.200.116.205 801.068.806.148 89.712.258.693 7,20%
232.044.855.05
2011
93.065.058.829 859.990.344.602 1 8,52%
127.294.755.92 224.914.705.34
2012
4 939.662.523.205 9 1,09%
       Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)
Pada tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan daerah
Pemerintah Kabupaten Xxxxxx dalam lima tahun terakhir (2010-2012)
mengalami dua kali kenaikan, yaitu pada tahun 2008-2009 sebesar 0,084% (6,74%-
7,58%),  2010-2011 sebesar 1,32% (7,20%-8,52%), dan  mengalamai dua kali
penurunan juga secara drastis yaitu (2009-2010) sebesar 0,38%(7,58-7,20),2011-2012
sebesar 7,43%(8,52%-1,09%) jadi dalam lima tahun ini rasio kemandirian bisa di
katakan baik karena pada tahun 2012 mengalami penurunan tingkat ketergantungan
kepada pihak ekstern.
     b) Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang ditetapkan
berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100
persen. Semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang
semakin baik.
Rasio efektivitas Pemerintah Kabupaten Xxxxxx dapat dihitung sebagai
berikut:

Rasio Efektifitas =   Realisasi Penerimaan PAD


                                      Target Penerimaan PAD
      CONTOH  Hasil perhitungan rasio efektifitas PAD dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut (berdasarkan lampiran):
Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Rasio
Tahun  PAD PAD Efektifitas
2008 76.942.599.000 50.899.149.186  66,15%
2009 74.268.196.396 58.021.746.576  78,12%
2010 68.180.133.214 64.200.116.205  94,16%
2011 89.906.414.000 93.065.058.829 103,51%
2012 125.402.416.500 127.294.755.924 101,50%
Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)
Pada tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa rasio efektifitas Pemerintah
Kabupaten Xxxxxx dalam lima  tahun (2010-2012) mengalami kenaikan sebanyak
tiga kali, yaitu pada tahun 2008-2009 sebesar 11,97% (66,15%-78,12%), 2009-
2010 sebesar 16,04% (78,12%-94,16%), dan 2010-2011 sebesar 9,35% (94,16%-
103,51%). Sedangkan pada tahun 2011-2012 itu mengalami penurunan sebesar
2,01%(103,51%-101,50%), jadi bisa di katakan selama lima tahun ini rasio efektifitas
terus mengalami peningkatan yang artinya ini menggambarkan semakin baik
kemampuan pemerintah daerah
      c)  Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
             Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan
Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui pertumbuhan 
PAD, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu
mendapat perhatian. Semakin tinggi persentase pertumbuhan pendapatan asli daerah,
maka semakin besar kamampuan Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode.
Rasio pertumbuhan  Pemerintah Kabupaten Xxxxxx dapat dihitung sebagai
berikut:

Rasio Pertumbuhan =    PAD t1- PAD t0


                                                  PAD t0                                      
           CONTOH Hasil perhitungan rasio pertumbuhan dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut (berdasarkan lampiran):
Rasio
 PADt0 PADt1
Tahun Pertumbuhan
2008-2009 50.899.149.186 58.021.746.576 13,99%
2009-2010 58.021.746.576 64.200.116.205 10,64%
2010-2011 64.200.116.205 93.065.058.829 44,96%
2011-2012 93.065.058.829 127.294.755.924 36.78%
     Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)
Pada tabel 4.3 di atas, hanya ada satu periode dalam lima tahun terakhir (2008-
2012)  di mana rasio petumbuhan Pemerintah Kabupaten Xxxxxx Naik,
yaitu dari tahun 2009-2010 sebesar 10,64% naik sebesar 44,96% pada rahun 2010-
2011.sedangkan yang lainnya terus saja mengalami penurunan 2008-
2009 sebesar 13,99% menjadi Turun pada tahun 2009-2010 menjadi 10,64%  lalu
terajadi penurunan lagi pada tahun 2011-2012 sebesar 36,78%,jadi bisa di katakan
selama lima tahun ini terus terjadi peningkatan dan penurunan di rasio pertumbuhan
tapi jika di bandingkan dengan tahun pertama rasio pertumbuhan jauh lebih baik
      d ) Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
  Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektifitas perlu
diperbandingkan dengan rasio efisiensi yang dicapai pemerintah. Rasio efisiensi
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja
Pemerintah Daerah dikatakan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu)
atau dibawah 100 persen. Semakin kecil rasio efesiensi menggambarkan kemampuan
daerah yang semakin baik.
Rasio efesiensi Pemerintah Kabupaten Xxxxxx dapat dihitung sebagai berikut:

Rasio Efesiensi=    Biaya yang di keluarkan untuk memungut PAD


                                                  Realisasi Penerimaan PAD

               CONTOH Hasil perhitungan rasio efisiensi PAD dapat dilihat pada


tabel 4.4 berikut  (berdasarkan lampiran):

Realisasi Penerimaan Biaya Pemungutan Rasio


Tahun  PAD PAD Efisiensi
2008 50.899.149.186 11.718.045.312 23,02%
2009 58.021.746.576 13.278.750.779 22,88%
2010 64.200.116.205 13.002.134.206 20,25%
2011 93.065.058.829 12.661.107.777 13.60%
2012 127.294.755.924 16.300.255.221 12.80%
Sumber : Data Sekunder yang Diolah (Lampiran)
Pada tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa rasio efisiensi PAD Pemerintah
Kabupaten Xxxxxx dalam lima tahun terakhir (2010-2012) terus mengalami
penurunan setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2008-2009 sebesar 0,15% (23,02%-
22,88%), 2009-2010 sebesar 2,63% (22,88%-20,25%), 2010-2011 sebesar 6,65%
(20,25%-13,60%)dan 2011-2012 sebesar 0,8 (13,60-12-80). Yang artinya itu
menggambarkan tingkat efesiensi semakin baik

Anda mungkin juga menyukai