Anda di halaman 1dari 166

KONSEP PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )

1. DEFINISI
Nasogastric Tube ( NGT ) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair
dengan selang pastik yang dimasukkan melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT
diantarannya di bagi menjadi 3 kategori yaitu : Dewasa ( 16 – 18 Fr ), anak – anak( 12 –
14 Fr ), dan bayi ( 6 Fr )
Pemasangan Nasogastric Tube ( NGT ) merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien
dengan tujuan memasukkan makanan cair atau obat – obatan, mengeluarkan cairan dalam
lambung, melakukan irigasi karena adanya pendarahan lambung atau keracunan,
mengurangi mual atau muntah setelah pembedahan dan pengambilan specimen dalam
lambung untuk bahan pemeriksaan.

2. INDIKASI
a. Pasien tidak sadar
b. Pasien dengan kesulitan menelan
a. Pasien keracunan
b. Pasien muntah darah
c. Pasien pra atau post operasi esophagus atau mulut

3. KONTRAINDIKASI
a. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus
b. Pasien yang mengalami cidera cerebrospinal
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Pemasangan Nasogastric Tube
( NGT ), agar mahasiswa kompeten melakukan tindakan Pemasangan Nasogastric Tube
( NGT ).

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemasangan nasogastric tube (NGT)
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Selang Nasogastric ( NG ) ( Selang penampung 14 sampai 18 French ) atau selang
nasointestinal ( 8 sampai 12 French, selang makan berdiameter kecil )
2. Spuit dengan ukuran tepat :
- NG : Spuit 30 atau 30 ml dengan ujung kateter
- Diameter kecil : Spuit Luer-Lok 20 sampai 30 ml
3. Sarung tangan bersih
4. Stetoskop
5. Spatel Lidah
6. Handuk
7. Strip Indikator PH
8. Kawat pemandu atau stilet
9. Peniti pengaman dan pita karet
10. Pen light
11. Bengkok
Bahan :
1. Pelumas larut dalam air atau jelly petroleum
2. Plester hipoalergik dan benzoin tinktur
3. Kasa, bola kapas, swab berujung kapas
4. Tisu wajah

6. Instruksi Kerja
Langkah - Langkah
1. Cuci tangan dan atur peralatan
Mengurangi perpindahan mikrorganisme
Meningkatkan efisiensi
2. Jelaskan prosedur pada klien
Mengurangi ansietas
Meningkatkan kerjasama dan partisipasi
3. Bantu klien pada posisi semi fowler
Memudahkan pasase slang ke dalam esophagus agar tidak masuk ke trakea
4. Letakkan handuk mandi diatas dada klien. Simpan tisu wajah dalam jangkauan klien.
Mencegah membasahai pakaian klien. Insersi selang menuju jalan nasal dapat
menyebabkan berairmata
5. Letakkan bengkok di dekat pasien
Memudahkan perawat meletakkan bahan yang sudah tidak digunakan lagi
6. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal :
- Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat. ( Kaji hidung pada klien tidak sadar dengan pen light ).
Menetukan kepatenan pasase nasal
- Ulangi pada hidung yang lain
Menentukan kepatenan nasal
- Minta klien meniupkan hidung dengan kedua lubang hidung terbuka
Membersihkan pasase nasal tanpa mendorong mikroorganisme masuk ke telinga
dalam
- Bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan tisu lembab atau lidi kapas.
Membersihkan pasase nasal
7. Ukur panjang slang yang diperlukan dengan menggunakan slang itu sendiri sebagai alat
pengukur
- Ukur jarak dari ujung hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar
slang pada daun telinga
Menunjukkan jarak dari jalan masuk nasal ke area faring
- Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke prosesu xifoideus sampai sternum
Menunjukkan jarak dari area faring ke lambung
- Tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
Menunjukkan kedalaman slang yang harus dimasukkan
8. Gunakan sarung tangan dan masukkan slang pemberian makan dalam air atau jeli larut
air untuk melumasi ujung slang.
Mengurangi kontaminasi
Meningkatkan insersi slang secara halus
9. Minta klien untuk menengadahkan kepala : masukkan slang ke dalam lubang hidung
paling bersih.
Memudahlan jalan masuk slang ke dalam lubang hidung secara halus
10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke lubang hidung minta klien menahan
kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
Menurunkan kemungkinan insersi ke dalam trakea
Memungkinkan perawat melihat kapan slang berada di faring
11. Ketika slang terlihat dan klien dapat merasakan slang dalam faring, instruksikan klien
untuk menekuk kepala ke depan dan menelan ( berikan batu es atau minta klien
menyesap air )
Memudahkan pasase slang ke dalam esophagus
12. Tekankan pentingnya untuk bernafas lewat mulut dan menelan selama prosedur.
Membantu memudahkan lewatnya slang , menghilangkan rasa takut klien selama
prosedur
13. Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat klien menelan ( jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokkan
tarik slang ke faring dan ulangi langkah – langkahnya ) ; diantara upaya tersebut, dorong
klien untuk bernafas dalam.
Mempertahankan oksigenasi dengan baik
14. Ketika tanda plester pada slang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan dan
periksa penempatannya.
Memnunjukkan slang berada di lambung dan tidak melengkung di mulut atau pada
percabangan trakeobronkial
- Minta klien membuka mulut untuk melihat slang
- Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung (atau aspirasi slang pemberian
makan yang lama jika dipasang ).
- Tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10 sampai 20 ml ( 10 ml untuk klien pedriatik ),
masukkan ke slang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan
stetoskop ; jika terdengar gemuruh, fiksasi slang. (Jika slang tersebut adalah slang
pemberian makanan, lepaskan stilet dari selang pemberian makan berdiameter kecil
dan simpan ).
Menghemat kawat pembimbing untuk pemasangan slang berikutnya, jika
diperlukan.
15. Untuk mengamankan slang :
Mempertahankan penempatan slang sesuai aktivitas klien
- Gunting bagian tengah plester sepanjang 2inci, sisakan 1 inci tetap utuh
- Tempelkan 1 inci plester pada batang hidung
- Lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitkan mengitari
slang
16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien (jika slang pemberian
makan) atau penitikan pada pakaian klien (jika slang penampung). Pita karet digunakan
untuk memfiksasi slang.
Mencegah tertariknya slang dari hidung klien dan kemungkinan perubahan posisi
17. Simpan stilet dari slang pemberian makan berdiameter kecil kedalam kantong plastic di
samping tempat tidur.
Memudahkan perawat apabila stilet dibutuhkan kembali untuk kebutuhan klien
18. Lakukan hygiene oral secara teratur. Bersihkan selang di lubang hidung.
Meningkatkan kenyamanan klien dan intregitas membrane mukosa mulut
19. Tetap tinggal dan bicara pada klien
Menurunkan ansietas setelah insersi slang
20. Lepaskan sarung tangan, buang peralatan dan cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
21. Catat jenis slang yang di pasang dan toleransi klien pada prosedur
Mendokumentasikan prosedur yang tepat

Dokumentasi :
- Tanggal dan waktu insersi selang
- Warna dan jumlah drainase
- Ukuran dan tipe slang
- Toleransi klien terhadap prosedur
- Pemastian penempatan slang dengan radiografi
- Kecepatan dan pemulaan pemakaian pengisap atau slang pemberian makan

7. Indikator
- Klien menambah berat badanya setengah sampai satu kilogram per minggu
- Klien tidak mempunyai keluhan mual dan muntah

8. Referensi
Johson, Joyce Young dkk ( 2005 ), Prosedur Perawatan di Rumah (Terj), Jakarta : EGC
Potter, Peterson, & Perry ( 2003 ), Buku Saku : keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5 ,
Jakarta : EGC

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemasangan Nasogastric Tube ( NGT )

Dilakukan
Ya Tidak
No Kegiatan Ket
1 0
.
I. ALAT DAN BAHAN
Selang Nasogastric ( NG ) ( Selang penampung 14 sampai 18 French )
1.
atau selang nasointestinal ( 8 sampai 12 French, selang makan
berdiameter kecil
Spuit dengan ukuran tepat :
2.
- NG : Spuit 30 atau 30 ml dengan ujung kateter
- Diameter kecil : Spuit Luer-Lok 20 sampai 30 ml
3. Sarung tangan bersih

4. Stetoskop

5. Spatel Lidah

6. Handuk

7. Strip Indikator PH

8. Kawat pemandu atau stilet

9. Peniti pengaman dan pita karet

10. Pen light

11. Bengkok

12. Pelumas larut dalam air atau jelly petroleum

13. Plester hipoalergik dan benzoin tinktur

14. Kasa, bola kapas, swab berujung kapas

15. Tisu wajah

II. INSTRUKSI KERJA


1. Cuci tangan dan atur peralatan

2. Jelaskan prosedur pada klien

3. Bantu klien pada posisi semi fowler


Letakkan handuk mandi diatas dada klien. Simpan tisu wajah dalam
4.
jangkauan klien.

5. Letakkan bengkok di dekat pasien


Periksa dan perbaiki kepatenan nasal
6.
- Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang
yang lain tersumbat. ( Kaji hidung pada klien tidak sadar dengan
pen light ).
- Ulangi pada hidung yang lain
- Minta klien meniupkan hidung dengan kedua lubang hidung
terbuka
- Bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan tisu lembab atau
lidi kapas.
Ukur panjang slang yang dperlukan dengan menggunakan slang itu
7.
sendiri sebagai alat pengukur
- Ukur jarak dari ujung hidung ke daun telinga, dengan
menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga
- Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke prosesus xifoideus
sampai sternum
- Tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester
kecil
Gunakan sarung tangan dan masukkan slang pemberian makan dalam air
8.
atau jeli larut air untuk melumasi ujung slang.
Minta klien untuk menengadahkan kepala : masukkan slang ke dalam
9.
lubang hidung paling bersih.
Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke lubang hidung minta
10.
klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
Ketika slang terlihat dan klien dapat merasakan slang dalam faring,
11. isntruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
( berikan batu es atau minta klien menyesap air )
Tekankan pentingnya untuk bernafas lewat mulut dan menelan selama
12.
prosedur.
Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan
13.
lembut tanpa memaksa saat klien menelan ( jika klien batuk atau slang
menggulung di tenggorokkan tarik slang ke faring dan ulangi langkah –
langkahnya ) ; diantara upaya tersebut, dorong klien untuk bernafas
dalam
Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan
14.
lembut tanpa memaksa saat klien menelan ( jika klien batuk atau slang
menggulung di tenggorokkan tarik slang ke faring dan ulangi langkah –
langkahnya ) ; diantara upaya tersebut, dorong klien untuk bernafas
dalam
Untuk mengamankan slang :
15
- Gunting bagian tengah plester sepanjang 2inci, sisakan 1 inci tetap
utuh
- Tempelkan 1 inci plester pada batang hidung
- Lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester
lilitkan mengitari slang
Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien (jika slang
16
pemberian makan) atau penitikan pada pakaian klien (jika slang
penampung). Pita karet digunakan untuk memfiksasi slang
Simpan stilet dari slang pemberian makan berdiameter kecil kedalam
17
kantong plastic di samping tempat tidur.
18 Lakukan hygiene oral secara teratur. Bersihkan selang di lubang hidung.

19 Tetap tinggal dan bicara pada klien

20 Lepaskan sarung tangan, buang peralatan dan cuci tangan

21 Catat jenis slang yang di pasang dan toleransi klien pada prosedur

22 Melakukan dokumentasi tindakan

JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PELEPASAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )

1. DEFINISI
Nasogastric Tube ( NGT ) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair
dengan selang pastik yang dimasukkan melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT
diantarannya di bagi menjadi 3 kategori yaitu : Dewasa ( 16 – 18 Fr ), anak – anak( 12 –
14 Fr ), dan bayi ( 6 Fr ).
Pelepasan Nasogastric Tube ( NGT ) merupakan suatu proses pengambilan atau
melepaskan selang NGT dari saluran pencernaan agar pasien merasa lebih nyaman
karena tidak perlu lagi menggunakan NGT.

2. INDIKASI
a. Pasa pasien terpasang selang NGT selama 3 x 24 jam
b. Pada pasien dengan sinusitis
c. Pada pasien mengalami infeksi
d. Pada pasien mengalami sumbatan
e. Pda pasien mengalami polip

3. KONTRAINDIKASI
a. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus
b. Pasien yang mengalami cidera cerebrospinal
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELEPASAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Pelepasan Nasogastric Tube
(NGT), agar mahasiswa kompeten melakukan tindakan Pelepasan Nasogastric Tube (NGT).

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pelepasan Nasogastric Tube (NGT) meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Pelepasan Nasogastric Tube (NGT) sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pelepasan nasogastric tube ( NGT )
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Sarung tangan bersih
2. Handuk
3. Bengkok
4. Sikat gigi atau aplikator dengan spon untuk perawatan mulut
5. Pinset cirugi
Bahan :
1. Tisu wajah
2. Yod bensin
3. Kapas lidi

6. Instruksi Kerja
Langkah - Langkah
1. Cuci tangan
Mengurangi transfer mikroorganisme
2. Jelaskan prosedur pada klien
Menurunkan ansietas
3. Gunakan sarung tangan
Mengurangi transfer mikroorganisme
4. Letakkan handuk di bawah dagu klien
Mencegah kontaminasi tempat tidur atau pakaian dari secret gastrik
5. Matikan penghisap dan lepaskan selang NG dari kantung drainase. Lepaskan plester
menggunakan yod bensin dari batang hidung dan lepaskan peniti dari pakaian klien.
Selang harus bebas dari sambungan bila dilepaskan
6. Minta klien memegang tisu wajah. Instruksikan klien untuk mengambil napas dalam dan
menahannya
Jalan napas mungkin sementara tertutup selama melepaskan selang
7. Tarik slang dengan mantap dan perlahan saat klien menahan napas. ( Jangan tarik terlalu
pelan atau terlalu cepat )
Mengurangi trauma pada mukosa dan meminimalkan ketidaknyamanan klien
8. Buang slang dan peralatan penghisap dan cuci tangan.
Mengurangi transfer miroorganisme
9. Bersihkan hidung klien dan berikan perawatan mulut
Meningkatkan kenyamanan
10. Catat prosedur pada catatan perawat. Penekanan terutama tentang melepaskan selang,
volume akhir secret yang tertampung dalam system drainase, dan respon klien.
Pecatatan tepat waktu secara akurat mendokumentasikan prosedur

Dokumentasi :
- Tipe slang NGT dan terapi ( penghisap atau slang pemberian makan )
- Status kepatenan dan keamanan slang
- Tipe dan jumlah drainase (atau sisa jika dilakukan pemberian makan per slang)
- Waktu pengangkatan slang NGT
- Toleransi klien terhadap terapi kontinu atau pengangkatan slang
7. Indikator
- Klien dapat makan tanpa memerlukan slang NGT
- Klien tidak mengeluh mual dan muntah setelah pelepasan slang NGT

8. Referensi
Johson, Joyce Young dkk ( 2005 ), Prosedur Perawatan di Rumah (Terj), Jakarta : EGC
Potter, Peterson, & Perry ( 2003 ), Buku Saku : Keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5 ,
Jakarta : EGC

Surabaya, 11 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Nasogastric Tube ( NGT )

Dilakukan
Kegiatan Ya Tidak Ket
No. 1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Sarung tangan bersih

2. Handuk

3. Bengkok

4. Sikat gigi atau aplikator dengan spon untuk perawatan mulut

5. Pinset cirugi

6. Tisu wajah

7. Yod bensin

8. Kapas Lidi
II. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur pada klien

3. Gunakan sarung tangan

4. Letakkan handuk di bawah dagu klien

Matikan penghisap dan lepaskan selang NG dari kantung drainase.


5. Lepaskan plester menggunakan yod bensin dari batang hidung dan
lepaskan peniti dari pakaian klien
Minta klien memegang tisu wajah. Instruksikan klien untuk
6.
mengambil napas dalam dan menahannya
Tarik slang dengan mantap dan perlahan saat klien menahan napas.
7.
(Jangan tarik terlalu pelan atau terlalu cepat )
8. Buang slang dan peralatan penghisap dan cuci tangan

9. Bersihkan hidung klien dan berikan perawatan mulut


Catat prosedur pada catatan perawat. Penekanan terutama tentang
10. melepaskan selang, volume akhir secret yang tertampung dalam
system drainase, dan respon klien
11. Melakukan dokumentasi tindakan

JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP INJEKSI INTRAVENA (IV)

1. Definisi
Injeksi intravena merupakan Pemberian obat dengan cara memasukkan kedalam
pembuluh darah vena menggunakan spuit.

2. Indikasi
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi daripada injeksi parental lain.
2. Untuk menghindari adanya kerusakan jaringan.
3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
3. Kontra indikasi
1. Pasien dengan liver desease
2. Non-intact duktus biliaris
3. Pasien dengan peningkatan bilirubin ( lebih dari 2 mg/dl)
4. Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post cholecystectomy, maka USG
dapat digunakan.

4. Tempat injeksi
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2. Pada tungkai (vena saphenous)
3. Pada leher (vena jugularis)
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
INJEKSI INTRAVENA (IV)

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Injeksi Intravena, agar mahasiswa
kompeten melakukan Injeksi Intravena.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Injeksi Intravena, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan Injeksi Intravena sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur Injeksi Intravena
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Bak injeksi
2. Baki obat
3. Pembendung vena atau torniquet
4. Perlak dan pengalas
5. Bengkok
6. Gunting plester
7. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Bahan :
1. Kapas alcohol
2. Sarung tangan sekali pakai ( bersih)
3. Obat yang sesuai
4. Spuit disposable 2-5 ml dengan ukuran 21-25, dan jarum dengan ukuran 1-2 inch
5. Plester
6. Kasa steril
7. Betadine
6. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”
Memastikan klien menerima obat yang tepat
3. Identifikasi klien dengan menggunakan 2 alat pengenal. Bandingkan antara data yang
ada pada MAR klien dengan gelang identitas klien.
Sesuai syarat TJC (2008) dan untuk meningkatkan keamanan pengobatan.
4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yng akan dilakukan.
Membantu mengurangi kegelisahan klien.
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai kebutuhan.
Memberi rasa nyaman pada klien dan memudahkan tindakan.
6. Pasang perlak dan pengalas.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
Menghormati privasi klien
8. Letakkan pembendung atau tourniquet 15 cm diatas area penusukan
Membantu menentukan area injeksi
9. Pilih area penusukan yang bebas dari lesi,kekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorpsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
10. Memakai sarung tangan bersih
Mengurangi transmisi mikroorganisme
11. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter 5 cm.tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
12. Pegang kapas alcohol dengan menggunakan jari-jari tengah pada tangan non dominan
Kapas tetap dapat diakses saat spuit ditarik
13. Buka tutup jarum dengan menarik secara lurus.
Mencegah spuit menyentuh bagian samping penutup dan mencegah kontaminasi.
14. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
nondominan
Kulit akan menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser sehingga memudahkan
penusukan.
15. Pegang jarum pada posisi 30° sejajar vena yang ditusuk, lalu tusuk dengan perlahan
dan pasti.
Injeksi perlahan akan meminimalkan rasa tidak nyaman.
16. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena.
Memudahkan penusukan kedalam vena.
17. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominal menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
Aspirasi darah kedalam tabung vena, untuk mengetahui bahwa spuit berada didalam
vena.
18. Observasi adanya darah dalam spuit.
Memastikan ujung spuit berada didalam vena, jika ada darah masuk kedalam tabung
suntik, menandakan spuit berada didalam vena.
19. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Mencegah keluarnya darah secara berlebihan.
20. Keluarkan jarum dari pembuluh darah vena dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada
lokasi penusukan.
Dukungan jaringan sekitar lokasi meminimalkan rasa tidak nyaman selama
penarikan spuit.
21. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadine.
Kassa steril dan betadine akan meminimalkan ketidaknyamanan akibat alcohol pada
kulit yang tidak intak
22. Kembalikan posisi klien.
Memberikan kenyamanan klien
23. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing
Mencegah cidera pada klien dan tim kesehatan
24. Buka sarung tangan dan hygiene tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
25. Dokumentasi tindakan, meliputi :
1. Pemberian obat yang telah diberikan ( nama obat,dosis, waktu, dan rute
pemberian obat) pada MAR segera setelah pemberian obat sesuai kebijakan
agensi.
2. Respons klien terhadap obat didalam catatan perawat dan laporkan kepada
penulis resep jika diwajibkan.
3. Dokumentasikan jika ada jadwal obat yang ditunda dan catatan alasannya sesuai
kebijakan agensi.
7. Indikator
1. Tidak ditemukan adanya phlebitis pada tempat penusukan
2. Klien dapat menyebutkan secara verbal tempat penyuntikan
3. Klien menyatakan nyeri pada skala minimum saat injeksi
8. Referensi
Kusyanti Eni dkk (2004). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
Jakarta: EGC
Potter & perry (2009). Fundamental of nursing. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Intravena (IV)

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Bak injeksi

2. Baki obat

3. Pembendung vena atau tourniquet

4. Perlak dan pengalas

5. Bengkok

6. Gunting plester

7. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat

8. Kapas alcohol

9. Sarung tangan sekali pakai ( bersih)

10. Obat yang sesuai


Spuit disposable 2-5 ml dengan ukuran 21-25, dan jarum dengan
11.
ukuran 1-2 inch
12. Plester

13. Kasa steril

14. Betadine
II. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan

2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”


Identifikasi klien dengan menggunakan 2 alat pengenal. Bandingkan
3.
antara data yang ada pada MAR klien dengan gelang identitas klien.

4. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai kebutuhan.

6. Pasang perlak dan pengalas.

7. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja

8. Letakkan pembendung atau tourniquet 15 cm diatas area penusukan


Pilih area penusukan yang bebas dari lesi,kekakuan, peradangan atau
9.
rasa gatal.

10. Memakai sarung tangan bersih


Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol,
11. dengan gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter 5
cm.tunggu sampai kering.
Pegang kapas alcohol dengan menggunakan jari-jari tengah pada
12.
tangan non dominan
13. Buka tutup jarum dengan menarik secara lurus.
Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
14.
dengan tangan nondominan
Pegang jarum pada posisi 30° sejajar vena yang ditusuk, lalu tusuk
15.
dengan perlahan dan pasti.
Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam
16.
vena.
Lakukan aspirasi dengan tangan nondominal menahan barel dari spuit
17.
dan tangan dominan menarik plunger
18. Observasi adanya darah dalam spuit.

19. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Keluarkan jarum dari pembuluh darah vena dengan sudut yang sama
20. ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada lokasi penusukan.
Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
21.
betadine.
22. Kembalikan posisi klien.
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
23.
masing-masing
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP INJEKSI SUBKUTAN

1. Definisi Injeksi Subkutan


Injeksi intramuskular adalah cara yang dilakukan untuk memasukkan sejumlah toxic atau
obat dalam bentuk cairan kedlam jaringan otot agar dapat diabsorbsi melalui jarum
suntik.
2. Indikasi
1. Pada klien yang tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral
2. Klien tidak sadar
3. Tidak ada alergi terhadap obat
4. Klien membutuhkan jumlah obat yang besar sehingga tidak memungkinkan melalui
injeksi sc
3. Kontraindikasi
1. Alergi
2. Infeksi
3. Lesi pada kulit
4. Jaringan parut
5. Benjolan tulang
6. Terdapat syaraf besar di bawahnya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

INJEKSI SUBKUTAN

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan bimbingan praktek laboratorium kebutuhan dasar
manusia (KDM) agar proses bimbingan berjalan secara terstruktur sesuai standart khususnya
injeksi subkutan

2 . Ruang Lingkup
Semua tindakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan
subkutan sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di lapangan, wajib
melaksanakan keterampilan ini secara individu di laboratorium kebutuhan dasar manusia
dengan bimbingan dari pembimbing laboratorium KDM

3. Uraian Umum
3.1. Injeksub subkutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan subkutan dengan menggunakan spuit
3.2 Dilakukan dengan tujuan untuk memasukkan obat ke jaringan subkutan untuk diabsorbsi
3.3 Tempat injeksi yang bisa digunakan lengan atas bagian luar, paha anterior, daerah
abdomen, area scapula dan punggung atas, daerah ventrogluteal, dan dorsogluteal
bagian atas.
3.4 Prosedur ini menggunakan prinsip steril.

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar

5. Alat dan Bahan


Alat :
Baki berisi
1. Bak injeksi berisi spuit 2-3 ml disposibel ukuran 25, panjang jarum 5/8-1/2 inci
2. Perlak dan pengalas
3. Nierbeken / bengkok
4. Buku catatan pemberian obat / kartu obat
Bahan :
1. Sarung tangan bersih
2. Kapas dan alkohol 70% (cara lama)
3. Alkohol sweb (saat ini banyak digunakan)
4. Obat yang sesuai
6. Persiapan Pasien

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan

3. Menjelaskan langkah-langkah perasat

4. Menyiapkan klien sesuai kebutuhan

7. Intruksi Kerja

1) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan bersih.

-Mengurangi transmisi mikroorganisme

2) Kumpulkan peralatan dan perjksa urutan medikasi terhadap rute, dosis dan waktu
pemberian.

-Memastikan keakuratan urutan pemberian.

3) Siapman medikasi dari ampul atau vial dari obat yang disediakan.

-Memastikan bahwa medikasi yang diberikan steril.

4) Periksa Identitas klien dan tanyaman nama klien. Kaji terhadap alergi.

-Pastikan bahwa klien yang tepat mendapat obat yang tepat

5) Jelaskan prosedur pada klien dan lanjutkan dengan cara yang tenang.

-Membantu klien mengantisipasi tindakan perawat


6) Pilih tempat penyuntikan yang tepat. Palpasi tempat tersebut terhadap oedema, massa, atau
nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet, atau infeksi.

-Tempat suntikan harus bebas dari lesi yang mungkin mengganggu absorbsi obat.

Diperlukan massa otot yang cukup untuk memastikan sumtiman subkutan akurat kedalam
jaringan yang tepat.

☆ Saat memberikan heparin subkutan gunakan gempat suntikan abdomen

-Catatan : antikoagulan dapag menyebabkan pendarahan lokal dan memar jika disuntikkan
ke dalam area lengan dan tungkai.

7) Dalam kasus penyuntikan insulin yang berulang setiap hari. jangan gunakan tempat
penyuntikan yang sama. Rotasi didalam satu region anatomi kemudian pindah ke lokasi
anatomi lainnya . Jangan gunakan kembali tempat penyuntikan yang sama dalam periode 3
minggu.- Rotasi tempat penyuntikan mencegah pembentukan jaringan parut subkutan dan
lipodistrofi yang dapat mempengaruhi absorbsi obat.

8) Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman tergantung pada tempat suntikan yang di
pilih.

- Agar memudahkan perawat dalam penanganan pemberian obat melalui injeksi subkutan
dan membuat klien merasa nyaman atas tindakan klien

☆ Tempat penyuntikan subkutan : lengan, abdomen, tungkai.

9) Minta klien untuk melemaskan lengan atau tungkainya, tempat dimana suntikan akan
diberikan. Bicara kepada klien dengan subjek yang menarik.

- meminimalkan rasa tak nyaman selama suntikan diberikan, pengalihan perhatian


membantu mengurangi ansietas.

10) Cari tempat yang akan dipilih menurut anatomi.

- penyuntikan yang akurat membutuhkan penusukan di tempat anatomi yang tepat untuk
menghindari pencederaan jaringan di bawah saraf, tulang dan pembuluh darah

11) Bersihkan tempat suntikan yang akan dipilih dengan alkohol swab, dengan cara taruh
alkohol swab ditengah suntikan dan putar dengan arah melingkar sekitar 5cm.

-gerakan alkohol swab membuang seresi yang mengandung mikroorganisme.

12) Pegang swab diantara jari ketiga dan emoat dari tangan anda yang tidak dominan.

- swab akan tetap mudah terakses waktunya mencabut jarum

13) Lepaskan cup jarum dari spuit dengan menarik cup lurus.

- mencegah jarum menyentuh cup dan terkontaminasu

14) Pegang spuit diantara ibu jari tangan anda yang dominan, bayangkan seperti memegang anak
panah dengan telapak tangan diatas

- penyuntikan cepat waspada membutuhkan manipulasi bagian spuit yang tepat

15) Suntikan spuit :

☆ untuk klien ukuran sedang,dengan tangan yang non dominan anda regangkan kedua
belah susu kulit tempat suntikan dengan kuat.
- Penusukan jarum pada kulit yang tegang lebih mudah dibandingkan dengan kulit yang
kendur.

☆ Untuk klien obesutas, cubit kulit pada tempat suntikan dan suntikkan jarum di bawah
lipatan kulit

-klien obes mempunyai lapisan lemak di atas jaringan subkutan.

☆ Suntikan jarum dengan cepat dan kuat pada sudut 45 derajar kemudian lepaskan cubitan
kulit bila dilakukan.

-Penusukan yang cepat dan kuat meminimalkan ansietas dan ketidaknyamanan klien

16) Manakala jarum memasuki tempat suntikan dengan tangan yang nondominan anda raih

- Penyuntikan dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian spuit , pergerakan spuit
dapat mengubah letak jarum yang menyebabkan rasa tidak nyaman.

17) Dengan pelakan tarik kebelakang plunger untuk mengaspirasi obat jika terlihat darah maka
spuit langsung ditarik dan buang spuit dan ulangi penyuntikan.

- Darah yang teraspirasi menandakan bahwa jarum masuk ke dalam pembuluh darah
intravena.

18) Cabut jarum dengan cepat sambil meletakkan swab antiseptik tepat dibawah suntikan.

- menyokong jaringan di sekitar tempat penyuntikan sehingga meminimalkan rasa tidak


nyaman ketika jarum dicabut.

19) Masase tempat suntikkan dengan perlahan kecualin merupakan kontraindikasi seperti pada
penyuntikan heparin.

- masase menstimulasi sirkulasi kemudian meningkatkan penyerapan dan penyebaran obat.

20) Bantu klien mendapatkan posisi nyaman.

- Memberikan Klien kesejahteraan

21) Buang jarum tidak berpenutup dan letakkan spuit kedalam tempat sampah yang sudah diberi
label.

- Mencegah cidera pada klien dan tenaga personal.

22) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

- mengontrol penyebaran injeksi.

23) Catat pemberian obat pada lembar obat. dokumentasikan hasil catatan perawat.

-mencatat pemberian obat dan mencegah kesalahan obat berikutnya.

24) Kembali untuk mengevaluasi respins klien terhadap obat dalam 15 menit sampai 30 menit.

- Obat parenteral diserap dan bekerja lebih cepat daripada obat oral. Pengamatan
menentukan kemanjuran kerja obat.

8.Indikasi

Bila tidak ada darah saat aspirasi menandakan bahwa jarum tepaf dalam jaringan lemak dan
langsung dapat diberikan obatnya.

9. Referensi
Potter.Peterson,danperrt(1995) .Buku Saku : keterampilan dan Prosedue Dasar, Edisi 3, jakarta.
EGC.

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes


NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Subcutan

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0

III. ALAT DAN BAHAN

1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat

2. Sarung tangan bersih


Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci (atau
3. bergantung pada kebutuhan dan ketebalan otot, jenis obat, dan jenis usia
klien)

4. Bak spuit

5. Baki obat

6. Bengkok

7. Kapas alcohol

8. Obat yang sesuai

9. Plester

10. Kassa steril (jika perlu)


IV. INSTRUKSI KERJA

1. Melakukan cuci tangan

2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”

3. Dekatkan alat ke klien

4. Menjelaskan prosedur ke klien

5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan

Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan
6. atau rasa gatal

7. Pakai sarung tangan

Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan


8. gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering

9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non-dominan

10. Buka tutup jarum

Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan


11. dengan tangan nondominan

Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan


12. dominan, masukkan sampai pada jaringan otot. Gunakan metde Z-Track.

Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit


13. dan tangan dominan menarik plunger

14. Observasi adanya darah pada spuit

15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan

Jika terdapat darah


16.
1. Tarik kembali jarum dari kulit
2. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
3. Observasi adanya hematoma atau memar
4. Jika perlu berikan plester
5. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah dari awal, pilih
area penusukan yang baru

Cabut jarum dengan sudut yang sama pada saat dimasukkan 90 0, sambil
17. melakukan penekanan pada area penusukan dengan menggunakan kapas
alcohol

18. Jangan memassae daerah injeksi.

Jika terdapat perdarahan setelah pencabutan jarum tekan menggunakan


19. kapas steril sampai perdarahan berhenti.

20. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman

Buang peralatan sekali pakai yang sudah tidak di perlukan, pisahkan


21. spuit dan jarumnya lalu buang ke dalam tempat sampah medis khusus

22. Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.

23. Melepaskan sarung tangan

24. Mencuci tangan.

Mendokumentasikan tindakan
1. Identitas klien
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Rute yang benar
5. Waktu yang benar
25. 6. Reaksi klien
7. Reaksi alergi
8. Apabila klien menolak pemberianobat atau tidak mau di injeksi
harus di catat
9. Waktu pelaksanaan (hari, tanggal, dan waktu pemberian )
10. Nama terang perawat dan tanda tangan yang melaksanakan
tindakan

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
25 25
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP INJEKSI INTRACUTAN
1. Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya
penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat
dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.
2. Indikasi
1. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.
2. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. kontraindikasi
- Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini
berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun
kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
- Tuntutan sterilitas sangat ketat.
- Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
- Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


INJEKSI INTRACUTAN
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan injeksi intracutan,
agar mahasiswa kompeten melakukan keperawatan Injeksi intracutan.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan keperawatan injeksi intracutan, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan keperawatan injeksi intracutan sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
1. Persiapan alat dan bahan praktikum
2. Palaksanaan prosedur injeksi intracutan
3. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
4. Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar
5. Alat Dan Bahan
Alat :
• Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
• Sarung tangan sekali pakai (bersih)
• Spuit 1ml dengan jarum berukuran 25 G, 26 G, atau 27 G dan panjang sekitar 0,6-1,6 cm
• Pulpen atau spidol
• Bak spuit
• Baki obat
• Bengkok
Bahan :
• Kapas alkohol
• Obat yang sesuai

6. Persiapan Pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah-langkah perasat
4. Menyiapkan klien sesuai kebutuhan
5. Memasang sketsel

7. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan.
2. Siapkan obat yang sesuai dengan prinsip "lima benar".
3. Identifikasi klien.
4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan pastikan lokasi penyuntikan mudah diakses.
6. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan aborsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
7. Pakai sarung tangan.
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkular
dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
9. Buka tutup jarum spuit.
10. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
nondominan.
Membuat kulit lebih kencang dan memudahkan penusukan.
11. Dengan ujung jarum yang menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15°.
12. Masukan obat secara perlahan. Perhatikan benjolan yang terbentuk.
13. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
14. Usap perlahan area penyuntikan dengan kapas alkohol. Hindari melakukan masase pada
lokasi penyuntikan.
Supaya cairan atau obat yang dimasukkan tidak keluar dari lokasi penyuntikan.
15. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm dari batas benjolan menggunakan pulpen. Minta
klien untuk tidak menggosok area tersebut.
Untuk mengetahui reaksi alergi obat.
16. Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk tes alergi,
observasi adanya reaksi sistemik, misalnya kesulitan bernafas, keringat dingin, pingsan,
mual, dan muntah.
17. Bantu klien ke posisi yang nyaman.
18. Buang peralatan sekali pakai ke wadah medis khusus.
19. Lepaskan sarung tangan dan masukan kedalam bengkok.
20. Cuci tangan.
21. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
22. .Evaluasi kondisi klien dan lokasi penyuntikan setelah 5 menit, 15 menit, dan selanjutnya
secara periodik.
8. Indikator
Obat sudah dimasukkan dengan tepat rute. Setelah dilakukan injeksi bagian penusukkan
tidak mengeluarkan darah dan terjadi indurasi (grlembung)
9. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatn Dasar,
Jakarta: EGC
Kusyati, Eni dkk (2012). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatn Dasar, Edisi
2, Jakarta: EGC

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp.,


M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Intracutan

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat

2. Sarung tangan sekali pakai (bersih)

Spuit 1ml dengan jarum berukuran 25 G, 26 G, atau 27 G dan panjang


3.
sekitar 0,6-1,6 cm
4. Pulpen atau slidol

5. Bak spuit

6. Baki obat

7. Bengkok

8. Kapas alcohol
9. Obat sesuai
2. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan

2. Siapkan obat yang sesuai dengan prinsip "lima benar".

3. Identifasi klien

4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


Atur klien pada posisi yang nyaman dan pastikan lokasi penyuntikan
5.
mudah diakses.
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan,
6.
atau rasa gatal.
7. Pakai sarung tangan
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
8. gerakan sirkular dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5cm.
Tunggu sampai kering.
9. Buka tutup jarum spuit.
Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
10.
dengan tangan nondominan.
Dengan ujung jarum yang menghadap ke atas dan menggunakan tangan
11.
dominan, masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15°.

12. Masukan obat secara perlahan. Perhatikan benjolan yang terbentuk.

13. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.

Usap perlahan area penyuntikan dengan kapas alkohol. Hindari


14.
melakukan masase pada lokasi penyuntikan.
Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm dari batas benjolan
15.
menggunakan pulpen. Minta klien untuk tidak menggosok area tersebut.
Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak.
16. Untuk tes alergi, observasi adanya reaksi sistemik, misalnya kesulitan
bernafas, keringat dingin, pingsan, mual, dan muntah.
17. Bantu klien ke posisi yang nyaman

18. Buang peralatan sekali pakai ke wadah medis khusus.

19. Lepaskan sarung tangan dan masukan kedalam bengkok.

20. Cuci tangan

21. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Evaluasi kondisi klien dan lokasi penyuntikan setelah 5 menit, 15 menit,


22.
dan selanjutnya secara periodik.
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
37 37
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP INJEKSI INTRAMUSKULAR

4. Definisi Injeksi Intramuskular


Injeksi intramuskular adalah cara yang dilakukan untuk memasukkan sejumlah toxic atau
obat dalam bentuk cairan kedlam jaringan otot agar dapat diabsorbsi melalui jarum
suntik.
5. Indikasi
5. Pada klien yang tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral
6. Klien tidak sadar
7. Tidak ada alergi terhadap obat
8. Klien membutuhkan jumlah obat yang besar sehingga tidak memungkinkan melalui
injeksi sc
6. Kontraindikasi
7. Alergi
8. Infeksi
9. Lesi pada kulit
10. Jaringan parut
11. Benjolan tulang
12. Terdapat syaraf besar di bawahnya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
INJEKSI INTRAMUSKULAR
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium kebutuhan dasar manusia injeksi
intramuskular, agar mahasiswa kompeten melakukan injeksi intramuskular.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan injeksi intramuskular, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan injeksi intramuskular sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3.1 Injeksi Intamuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan Intamuskuler dengan menggunakan spuit.
3.2. Dilakukan dengan tujuan untuk memasukkan obat ke jaringan Intamuskuler untuk
diabsorbsi.
3.3. Tempat injeksi yang bisa digunakan area ventrogluteal, dorsogluteal, vastus lateralis,
deltoid, rektus femoralis, gluteus medius (1/3 superolateral antara SIAS dan coxygeus).
3.4. Prosedur ini menggunakan prinsip steril.

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Sarung tangan bersih
3. Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci (atau bergantung pada
kebutuhan dan ketebalan otot, jenis obat, dan jenis usia klien)
4. Bak spuit
5. Baki obat
6. Bengkok
Bahan :
1. Kapas alkohol
2. Obat yang sesuai
3. Plester
4. Kassa steril (jika perlu)

6. Persiapan Pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah-langkah perasat
4. Menyiapkan klien sesuai kebutuhan

7. Instruksi Kerja
1. Melakukan cuci tangan
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”
Rasional : menghindari resiko kesalahan dalam pemberian obat kepada klien
3. Dekatkan alat ke klien
Rasional : memudahkan kerja perawat
4. Menjelaskan prosedur ke klien
Rasional : agar klien tau tindakan apa yang akan dilakukan perawat kepada klien.
Sehingga klien bekerja sama kepada tindakan yang akan dilakukan perawat
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
Rasional : untuk memudahkan tindakan
6. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan atau rasa gatal
Rasional : untuk menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang
berlebihan
7. Pakai sarung tangan
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkular
dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering
Rasional : untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme atau
biasa disebut mendensifeksi area penusukan
9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non-dominan
Rasional : lebih efektif bagi perawat karena tanagn yang bekerja dominan di gunakan
untuk memegang spuit
10. Buka tutup jarum
11. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan dengan tangan
nondominan
Rasional : membuat kulit menjadi lebih kencang dan memudahkan penusukan
12. Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan dominan, masukkan
sampai pada jaringan otot. Gunakan metde Z-Track.
Rasional : gerakan jarum yang cepat dapat membantu mengurangi rasa nyeri pada saat
jarum di masukkan
13. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger
Rasional : untuk mengecek ketepatan area penusukan di jaringan otot
14. Observasi adanya darah pada spuit
Rasional : untuk mengecek ketepatan area penusukan di jaringan otot, apabila tidak ada
darah pada spuit maka lokasi penusukan tepat di jaringan otot
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
Rasional : agar obat bisa di absorbsi secara baik
16. Jika terdapat darah
1. Tarik kembali jarum dari kulit
2. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
3. Observasi adanya hematoma atau memar
4. Jika perlu berikan plester
5. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah dari awal, pilih area penusukan yang
baru
17. Cabut jarum dengan sudut yang sama pada saat dimasukkan 900, sambil melakukan
penekanan pada area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol
Rasional : mengurangi resiko cedera jaringan
18. Jangan memassae daerah injeksi.
Rasional : massase area injeksi dapat menyebabkan iritasi pada jaringan
19. Jika terdapat perdarahan setelah pencabutan jarum tekan menggunakan kapas steril
sampai perdarahan berhenti.
Rasional : menghentikan perdarahan
20. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman
Rasional : untuk memberi rasa nyaman pada klien
21. Buang peralatan sekali pakai yang sudah tidak di perlukan, pisahkan spuit dan jarumnya
lalu buang ke dalam tempat sampah medis khusus
Rasional : untuk memudahkan dalam pengolahan sampah medis dan nonmedis
22. Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.
Rasional : menjaga kerapihan dan kebersihan
23. Melepaskan sarung tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
24. Mencuci tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
25. Mendokumentasikan tindakan
1. Identitas klien
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Rute yang benar
5. Waktu yang benar
6. Reaksi klien
7. Reaksi alergi
8. Apabila klien menolak pemberianobat atau tidak mau di injeksi harus di catat
9. Waktu pelaksanaan (hari, tanggal, dan waktu pemberian )
10. Nama terang perawat dan tanda tangan yang melaksanakan tindakan
Rasional : sebagai tanggung jawwab perawat atas tindakan yang dilakukan
8. Indikator
1. Cairan berhasil di masukkan tanpa terjadinya trauma pada mukosa rektal akibat
penusukan selang serta tidak sengaja pada dinding atau bahan perforasi usus
2. Klien berhasil mengeluarkan fesesnya
9. Referensi
Kusyanti, Eni. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatn Dasar. Jakarta :
EGC

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp.,


M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Intramuskular

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
V. ALAT DAN BAHAN
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat

2. Sarung tangan bersih


Spuit 2-5 ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1-2 inci (atau
3. bergantung pada kebutuhan dan ketebalan otot, jenis obat, dan jenis usia
klien)
4. Bak spuit

5. Baki obat

6. Bengkok

7. Kapas alcohol

8. Obat yang sesuai

9. Plester

10. Kassa steril (jika perlu)


VI. INSTRUKSI KERJA
1. Melakukan cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”

3. Dekatkan alat ke klien

4. Menjelaskan prosedur ke klien

5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan
6.
atau rasa gatal
7. Pakai sarung tangan
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
8. gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering
9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non-dominan

10. Buka tutup jarum

Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan


11.
dengan tangan nondominan
Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan
12. dominan, masukkan sampai pada jaringan otot. Gunakan metde Z-
Track.

Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit


13.
dan tangan dominan menarik plunger

14. Observasi adanya darah pada spuit

15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan


Jika terdapat darah
6. Tarik kembali jarum dari kulit
7. Tekan tempat penusukan selama 2 menit

16. 8. Observasi adanya hematoma atau memar


9. Jika perlu berikan plester
10. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah dari awal, pilih
area penusukan yang baru
Cabut jarum dengan sudut yang sama pada saat dimasukkan 900, sambil
17. melakukan penekanan pada area penusukan dengan menggunakan kapas
alcohol
18. Jangan memassae daerah injeksi.
Jika terdapat perdarahan setelah pencabutan jarum tekan menggunakan
19.
kapas steril sampai perdarahan berhenti.
20. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman
Buang peralatan sekali pakai yang sudah tidak di perlukan, pisahkan
21.
spuit dan jarumnya lalu buang ke dalam tempat sampah medis khusus
22. Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.

23. Melepaskan sarung tangan

24. Mencuci tangan.


Mendokumentasikan tindakan
25.
1. Identitas klien
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Rute yang benar
5. Waktu yang benar
6. Reaksi klien
7. Reaksi alergi
8. Apabila klien menolak pemberianobat atau tidak mau di injeksi
harus di catat
9. Waktu pelaksanaan (hari, tanggal, dan waktu pemberian )
10. Nama terang perawat dan tanda tangan yang melaksanakan
tindakan
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
25 25
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PEMASANGAN INFUS

1. Pengertian Pemasangan Infus


Pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

2. Indikasi
a. Pemberian obat intravena
b. Hidrasi intravena
c. Transfuse darah atau komponen darah
d. Situasi lain dimana akses langsung ke aliran darah diperlukan.

3. Kontra Indikasi
a. Infeksi kulit sekitar
b. Flebitis vena
c. Sklerosis vena
d. Infiltrasi intravena sebelumnya
e. Luka bakar di sekitar lokasi venipuncture
f. Cedera traumatis proksimal dari lokasi pemasangan
g. Fistula asteriovenosa di ekstremitas
h. Prosedur bedah yang mempengaruhi ekstremitas
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN INFUS

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktik laboratorium pemasangan infus, agar mahasiswa
kompeten melakukan pemasangan infus.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pemasangan infus, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pemasangan infus sebagai sarana praktik.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemasangan infus
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
5. Alat Dan Bahan
Alat :
Troli berisi
1. Tourniquet
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok
4. Standart infuse
5. Pinset chirugis
6. Bak instrument sedang (berisi cucing untuk bethadine, kasa, kapas, dan pinset chirurgic)
7. Spalk (jika diperlukan)
8. Gunting plester
Bahan :
1. Cairan intravena (cairan infuse) sesuai kebutuhan
2. Infuse set (makro/mikro) sesuai kebutuhan
3. Jarum infuse (surflo, abbocath, wing needle, sesuai kebutuhan)
4. Betadine
5. Alkohol 70%
6. Kapas (ditempatkan pada kom steril)
7. Kasa Steril (ditempatkan pada kom)
8. Alkohol 70% atau alkohol swab
9. Plester
10. Sarung tangan steril
11. Sarung tangan bersih (dalam kemasan atau ditaruh dalam kom tertutup)
12. Lembar dokumentasi (lembar observasi intake dan output)
6. Instruksi Kerja
1. Mencuci tangan. Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
2. Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien. Rasional : Memastikan tepat klien dan
membina hubungan kerjasama.
3. Membawa peralatan ke dekat klien. Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
4. Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya. Rasional : Menurunkan ansietas
dan meningkatkan kerjasama.
5. Gunakan sarung tangan bersih. Rasional : Mencegah kontak dengan mikroorganisme.
6. Menyiapkan cairan intravena dan infuse set denga teknik aseptic :
a. Menyambungkan/menghubungkan infuse set dengan botol cairan, dengan didahului
memberikan desinfektan (alkohol swab pada tempat penusukkan).
Rasional : mempertahankan kesterilan larutan infuse.
b. Isi drip chamber dengan cairan infuse sampai terisi setengah.
Rasional : untuk mengurangi resiko terjadinya emboli udara.
c. Gantungkan cairan infuse dengan drip chamber kurang lebih 80 cm dari tempat
insersi infuse.
Rasional : memberikan cairan yang cukup untuk mengisi selang.
d. Alirkan cairan kedalam selang infuse dengan cara membuka klem sehingga semua
udara selang keluar.
Rasional : mengeluarkan udara dari selang dan memungkinkan selang terisi
oleh larutan.
e. Beri label pada botol infuse yang berisi tanggal, waktu, jenis cairan, zat tambahan
(obat)/cairan tambahan dan tetesannya. Beri label pada daerah pemasangan infuse
berisi tanggan dan waktu pemasangan.
Rasional : mengidentifikasi waktu dimulainya terapi dan kebutuhan untuk
penggantian cairan dan membantu memantau infuse cairan.
7. Memposisikan klien sesuai lokasi vena yang akan ditusuk.
Rasional : meningkatkan kenyamanan selama prosedur.
8. Memasang tourniquet pada wkstremitas. Pastikan bahwa aliran arteri tidak terhambat
dengan cara meraba nadi di daerah distal.
Rasional : untuk efisiensi kerja.
9. Memilih tepat untuk penusukkan (dari distal ke proksimal, pilih area penusukkan yang
bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan atau rasa gatal, lurus dan tidak bercabang).
Rasional : Bila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, tempat proksimal dari
vena yang sama masih dapat digunakan.
10. Melonggarkan tourniquet.
Rasional : Klien tidak merasa kesakitan.
11. Memasang perlak dan pengalas.
Rasional : mencegah linen basah dan kotor.
12. Menggunakan sarung tangan steril.
Rasional : Menurunkan pemajanan terhadap mikroorganisme yang ditularkan melalui
darah
13. Mengoleskan povidone iodine dengan pinset pada area penusukkan dengan arah
memutardari dalam keluar dengan diameter 5 cm, tunggu sampai kering.
Rasional : povidone iodine adalah antiefektif topical yang mengurangi bakteri
permukaan kulit, povidone iodine harus kering untuk mendapatkan
manfaat yang efektif.
14. Mengoleskan alkohol pada lokasi penusukkan dengan arah memutar dari dalam keluar
dengan diameter 5 cm, tunggu sampai kering.
Rasional : untuk membersihkan povidone iodine yang kering.
15. Memasang tourniquet ± 10 – 15 cm atau 3 jari diatas lokasi penusukkan.
Rasional : Mendistensi vena lengan dan tangan dibagian distal untuk pengkajian.
16. Tarik kulit kebawah ± 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan tangan nondominan.
Rasional : mencegah pergerakan kulit selama penusukkan.
17. Mengambil jarum infuse, dengan lubang jarum menghadap ke atas, tusukkan jarum pada
pembuluh darah dengan sudut 45o sejajar dengan vena yang akan ditusuk. Jika sudah
masuk vena, kurangi sudut kemiringan dan dorong jarum infuse 0,5 cm ke dalam vena
(tusukkan benar diindikasikan masuknya darah ke pangkal jarum infuse.
Rasional : Mencegah penetrasi ke dinding vena yang berlawanan.
18. Melonggarkan tourniquet, tahan jarum dengan tangan nondominan, sedangkan tangan
dominan memasukkan kateter (jarum plastic) ke dalam vena.
Rasional : Mencegah rupture vena akibat infuse cairan pada pembuluh darah yang
tertutup.
19. Menekan ujung jarum dengan satu jari dan keluarkan jarum logam, hubungkan dengan
cairan infuse.
Rasional : mencegah kateter tertarik dan memfasilitasi pemasukkan kateter saat
vena terisi cairan.
20. Membuka klem dan biarkan cairan mengalir dan amati drip chamber apakah cairan bisa
menetes dengan lancer, alihkan pandangan tempat penusukkan, amati terjadi ekstravasasi
atau hematum pada lokasi tersebut.
Rasional : menentukan aliran cairan, pembengkakkan atau ekstravasasi
mengindikasikan infiltrasi
21. Jika keadaan diatas telah dicapai, fiksasi infuse dengan plester.
Rasional : mencegah jarum kateter tertarik dan mempertahankan agar jarum kateter tidak
bergerak.
22. Menutup lokasi penusukkan dengan kasa steril/offset.
Rasional : balutan melindungi tempat tusukkan dari kontaminasi bakteri.
23. Mengatur tetesan infuse sesuai dengan kebutuhan klien.
Rasional : memastikan kecepatan aliran sesuai dengan yang diprogramkan.
24. Mengatur posisi klien.
Rasional : mempertahankan kenyamanan klien.
25. Jarum yang telah dipakai buang pada tempat yang telah ditentukan.
Rasional : mncegah penyebaran infeksi.
26. Mengobservasi keadaan klien setelah prosedur.
Rasional : memastikan keadaan klien setelah infuse terpasang.
27. Memberikan pendidikan kesehatan setelah infuse terpasang.
Rasional : mencegah terjadinya kegagalan saat pemasangan infuse.
28. Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi.
29. Melepas sarung tangan.
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.
30. Mencuci tangan.
Rasional : mengurangi tansmisi mikroorganisme.
31. Mendokumentasikan tindakan.
Rasional : mencatat pemberian terapi sesuai pesanan dokter.
Lokasi :
Jenis Cairan :
Jumlah tetesan/menit :
Zat/obat tambahan :
Kelainan yang timbul :
7. Indikator
Infus terpasang pada pembuluh darah vena dengan tepat yang ditandai dengan lancarnya
aliran cairan infuse serta tidak adanya ekstravasasi sea hematum pada area pemasangan.
8. Referensi
Kusyati Eni dkk (2004), Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta:EGC.
Potter & Perry (2005), Fundamental of Nursing, 6th edition, St. Lois Missouri: Mosby Inc.
Potter, Peterson, & Perry (2003), Buku saku : Ketrampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5,
Jakarta:EGC.

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Pemasangan Infus

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Tourniquet
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok
4. Standart infuse
5. Pinset chirugis
Bak instrument sedang (berisi cucing untuk bethadine, kasa, kapas,
6.
dan pinset chirurgic)
7. Spalk (jika diperlukan)
8. Gunting plester
9. Cairan intravena (cairan infuse) sesuai kebutuhan
10. Infuse set (makro/mikro) sesuai kebutuhan
11. Jarum infuse (surflo, abbocath, wing needle, sesuai kebutuhan)
12. Betadine
13. Alkohol 70%
14. Kapas (ditempatkan pada kom steril)
15. Kasa Steril (ditempatkan pada kom)
16. Alkohol 70% atau alkohol swab
17. Plester
18. Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih (dalam kemasan atau ditaruh dalam kom
19.
tertutup)
20. Lembar dokumentasi (lembar observasi intake dan output)
II. INSTRUKSI KERJA
Mencuci tangan.
1.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien.
2. Rasional : Memastikan tepat klien dan membina hubungan
kerjasama.
Membawa peralatan ke dekat klien.
3.
Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya.
4.
Rasional : Menurunkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
Gunakan sarung tangan bersih.
5.
Rasional : Mencegah kontak dengan mikroorganisme.
6. Menyiapkan cairan intravena dan infuse set denga teknik aseptic :
f. Menyambungkan/menghubungkan infuse set dengan botol cairan,
dengan didahului memberikan desinfektan (alkohol swab pada
tempat penusukkan).
Rasional : mempertahankan kesterilan larutan infuse.
g. Isi drip chamber dengan cairan infuse sampai terisi setengah.
Rasional : untuk mengurangi resiko terjadinya emboli udara.
h. Gantungkan cairan infuse dengan drip chamber kurang lebih 80
cm dari tempat insersi infuse.
Rasional : memberikan cairan yang cukup untuk mengisi selang.
i. Alirkan cairan kedalam selang infuse dengan cara membuka klem
sehingga semua udara selang keluar.
Rasional : mengeluarkan udara dari selang dan memungkinkan
selang terisi oleh larutan.
j. Beri label pada botol infuse yang berisi tanggal, waktu, jenis
cairan, zat tambahan (obat)/cairan tambahan dan tetesannya. Beri
label pada daerah pemasangan infuse berisi tanggan dan waktu
pemasangan.
Rasional : mengidentifikasi waktu dimulainya terapi dan
kebutuhan untuk penggantian cairan dan membantu memantau
infuse cairan.
Memposisikan klien sesuai lokasi vena yang akan ditusuk.
7.
Rasional : meningkatkan kenyamanan selama prosedur.
Memasang tourniquet pada wkstremitas. Pastikan bahwa aliran arteri
8. tidak terhambat dengan cara meraba nadi di daerah distal.
Rasional : untuk efisiensi kerja.
Memilih tepat untuk penusukkan (dari distal ke proksimal, pilih area
penusukkan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan atau
9. rasa gatal, lurus dan tidak bercabang).
Rasional : Bila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, tempat
proksimal dari vena yang sama masih dapat digunakan.
Melonggarkan tourniquet.
10.
Rasional : Klien tidak merasa kesakitan.
Memasang perlak dan pengalas.
11.
Rasional : mencegah linen basah dan kotor.
Menggunakan sarung tangan steril.
12. Rasional : Menurunkan pemajanan terhadap mikroorganisme yang
ditularkan melalui darah
Mengoleskan povidone iodine dengan pinset pada area penusukkan
dengan arah memutardari dalam keluar dengan diameter 5 cm,
tunggu sampai kering.
13.
Rasional : povidone iodine adalah antiefektif topical yang
mengurangi bakteri permukaan kulit, povidone iodine harus kering
untuk mendapatkan manfaat yang efektif.
Mengoleskan alkohol pada lokasi penusukkan dengan arah memutar
14. dari dalam keluar dengan diameter 5 cm, tunggu sampai kering.
Rasional : untuk membersihkan povidone iodine yang kering.
Memasang tourniquet ± 10 – 15 cm atau 3 jari diatas lokasi
penusukkan.
15.
Rasional : Mendistensi vena lengan dan tangan dibagian distal untuk
pengkajian.
Tarik kulit kebawah ± 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan
16. tangan nondominan.
Rasional : mencegah pergerakan kulit selama penusukkan.
Mengambil jarum infuse, dengan lubang jarum menghadap ke atas,
tusukkan jarum pada pembuluh darah dengan sudut 45o sejajar
dengan vena yang akan ditusuk. Jika sudah masuk vena, kurangi
17. sudut kemiringan dan dorong jarum infuse 0,5 cm ke dalam vena
(tusukkan benar diindikasikan masuknya darah ke pangkal jarum
infuse.
Rasional : Mencegah penetrasi ke dinding vena yang berlawanan.
18. Melonggarkan tourniquet, tahan jarum dengan tangan nondominan,
sedangkan tangan dominan memasukkan kateter (jarum plastic) ke
dalam vena.
Rasional : Mencegah rupture vena akibat infuse cairan pada
pembuluh darah yang tertutup.
Menekan ujung jarum dengan satu jari dan keluarkan jarum logam,
hubungkan dengan cairan infuse.
19.
Rasional : mencegah kateter tertarik dan memfasilitasi pemasukkan
kateter saat vena terisi cairan.
Membuka klem dan biarkan cairan mengalir dan amati drip chamber
apakah cairan bisa menetes dengan lancer, alihkan pandangan tempat
penusukkan, amati terjadi ekstravasasi atau hematum pada lokasi
20.
tersebut.
Rasional : menentukan aliran cairan, pembengkakkan atau
ekstravasas mengindikasikan infiltrasi
Jika keadaan diatas telah dicapai, fiksasi infuse dengan plester.
21. Rasional : mencegah jarum kateter tertarik dan mempertahankan agar
jarum kateter tidak bergerak.
Menutup lokasi penusukkan dengan kasa steril/offset.
22. Rasional : balutan melindungi tempat tusukkan dari kontaminasi
bakteri.
Mengatur tetesan infuse sesuai dengan kebutuhan klien.
23. Rasional : memastikan kecepatan aliran sesuai dengan yang
diprogramkan.
Mengatur posisi klien.
24.
Rasional : mempertahankan kenyamanan klien.
Jarum yang telah dipakai buang pada tempat yang telah ditentukan.
25.
Rasional : mncegah penyebaran infeksi.
Mengobservasi keadaan klien setelah prosedur.
26.
Rasional : memastikan keadaan klien setelah infuse terpasang.
Memberikan pendidikan kesehatan setelah infuse terpasang.
27.
Rasional : mencegah terjadinya kegagalan saat pemasangan infuse.
Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.
28.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi.
Melepas sarung tangan.
29.
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.
Mencuci tangan.
30.
Rasional : mengurangi tansmisi mikroorganisme.
Mendokumentasikan tindakan.
Rasional : mencatat pemberian terapi sesuai pesanan dokter.
Lokasi :
31. Jenis Cairan :
Jumlah tetesan/menit :
Zat/obat tambahan :
Kelainan yang timbul :
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PELEPASAN INFUS

1. Pengertian Melepas Infus


Melepas infuse adalah proses melepaskan IV catether yang telah masuk ke dalam tubuh
pasien melalui pembuluh darah karena keadaan pasien yang sudah membaik.

2. Indikasi
Bagi pasien yang sudah mendapat izin dari dokter untuk pulang, sembuh dan bagi pasien
yang sudah terpenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.

3. Kontra Indikasi
Bagi pasien yang belum sembuh dan belum mendapatkan izin dari dokter untuk pulang,
serta belum terpenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELEPASAN INFUS

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktik laboratorium pelepasan pemasangan infus, agar
mahasiswa kompeten melakukan pelepasan pemasangan infus.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pelepasan pemasangan infus, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pelepasan pemasangan infus sebagai sarana praktik.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pelepasan pemasangan infus
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Perlak dan Alas
2. Bengkok
3. Gunting plester
4. Kom tertutup berisi : kapas
Bahan :
1. Plester atau Hepavix
2. Alkohol 70% atau alkohol swab
3. Kapas
4. Sarung tangan bersih

6. Instruksi Kerja
1. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
2. Membawa peralatan ke dekat klien.
Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
3. Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien.
Rasional : Memastikan tepat klien dan membina hubungan kerjasama.
4. Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya.
Rasional : Menurunkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
5. Memakai sarung tangan bersih.
Rasional : Mencegah pemajanan mikroorganisme.
6. Memasang perlak dan alasnya.
7. Mendekatkan bengkok ke tempat pemasangan perlak dan alas.
Rasional : Mempermudah pembuangan sampah.
8. Menghentikan infus.
Rasional : Agar cairan infus tidak terus mengalir.
9. Melepas plester dengan didahului membasahi plester dengan alkohol 70%.
Rasional : Mencegah rasa sakit ketika melepas plester.
10. Mengambil kapas alkohol atau alkohol swab.
Rasional : Untuk menekan tempat pemasangan infus.
11. Dengan menggunakan tangan kiri : tekan tempat penusukan.
Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan melepas infus.
12. Memberitahu klien bahwa infus di lepas.
Rasional : Klien tidak merasa kaget saat dilakukan pelepasan infus.
13. Tangan kanan menarik abocath atau venlon yang terpasang.
Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan sehingga lebih mudah untuk menarik
kateter infus.
14. Setelah infus terlepas tekan tempat penusukkan selama 5 menit.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
15. Plester tempat penusukan.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
16. Membereskan alat-alat.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi.
17. Melepas sarung tangan.
Rasional : Mencegah transmisi mikroorganisme.
18. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi mikroorganisme.
19. Mendokumentasikan tindakan.
Waktu :
Kelainan yang timbul :
Tanda tangan :

7. Indikator
Infus terlepas dari pembuluh darah vena dengan tepat yang ditandai dengan tidak adanya
hematum serta ekstavasasi pada area pemasangan.

8. Referensi
Kusyati Eni dkk (2004), Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta:EGC.
Potter & Perry (2005), Fundamental of Nursing, 6th edition, St. Lois Missouri: Mosby Inc.
Potter, Peterson, & Perry (2003), Buku saku : Ketrampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5,
Jakarta:EGC.

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Infus

No Dilakukan
Kegiatan Ya Tidak Ket
. 1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Perlak dan alas
2. Bengkok
3. Gunting plester
4. Kom tertutup berisi : kapas
5. Plester atau hepavix
6. Alkohol 70% atau alkohon swab
7. Kapas
8. Sarung tangan bersih
II. INSTRUKSI KERJA
Mencuci tangan.
1.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
Membawa peralatan ke dekat klien.
2.
Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien.
3.
Rasional : Memastikan tepat klien dan membina hubungan kerjasama.
Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya.
4.
Rasional : Menurunkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
Memakai sarung tangan bersih.
5.
Rasional : Mencegah pemajanan mikroorganisme.
6. Memasang perlak dan alasnya.
Mendekatkan bengkok ke tempat pemasangan perlak dan alas.
7.
Rasional : Mempermudah pembuangan sampah.
Menghentikan infus.
8.
Rasional : Agar cairan infus tidak terus mengalir.
Melepas plester dengan didahului membasahi plester dengan alkohol
9. 70%.
Rasional : Mencegah rasa sakit ketika melepas plester.
Mengambil kapas alkohol atau alkohol swab.
10.
Rasional : Untuk menekan tempat pemasangan infus.
Dengan menggunakan tangan kiri : tekan tempat penusukan.
11.
Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan melepas infus.
Memberitahu klien bahwa infus di lepas.
12.
Rasional : Klien tidak merasa kaget saat dilakukan pelepasan infus.
Tangan kanan menarik abocath atau venlon yang terpasang.
13. Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan sehingga lebih mudah
untuk menarik kateter infus.
Setelah infus terlepas tekan tempat penusukkan selama 5 menit.
14.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
Plester tempat penusukan.
15.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
Membereskan alat-alat.
16.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi.
Melepas sarung tangan.
17.
Rasional : Mencegah transmisi mikroorganisme.
18. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi mikroorganisme.
Mendokumentasikan tindakan
Waktu :
19.
Kelainan yang timbul :
Tanda tangan :
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP MERAWAT LUKA & DEBRIDEMENT
(MENGGANTI BALUTAN BASAH)

1. Pengertian Mengganti Balutan


Mengganti balutan / perban adalah suatu tindakan keperawatan untuk mengganti balutan
dalam perawatan luka untuk mencegah infeksi agar luka tetap dalam keadaan bersih
dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih. Hal ini sangat
penting dilakukan, karena tanpa mengganti balutanbanyak komplikasi yang akan terjadi
seperti luka menjadi infeksi dan tidak sembuh.

2. Tujuan Mengganti Balutan


1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengasorbsi cairan dan dapat menjaga
kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostatis (bila menggunakan elastis verban)
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan

3. Indikasi Mengganti Balutan


Pada balutan yang sudah kotor.

4. Kontra Indikasi Mengganti Balutan


1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup.
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan-gesekan pembalut.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MERAWAT LUKA & DEBRIDEMENT
(MENGGANTI BALUTAN BASAH)

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium mengganti balutan basah agar
mahasiswa kompeten melakukan perawatan mengganti balutan basah.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengganti balutan basah, meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan mengganti balutan basah sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur mengganti balutan basah
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar

5. Alat Dan Bahan


Alat :
a. Sarung tangan steril
b. Gunting dan forsep steril
c. Duk steril
d. Selimut mandi
e. Balutan kassa dan bantalan kassa beranyam jarang 4x4
f. Sarung tangan sekali pakai
Bahan :
a. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
b. Normal saline atau air
c. Plester, pengikat, atau perban sesuai kebutuhan
d. Kantung tahan air untuk sampah
e. Balutan kassa ekstra dan surgipad atau bantalan ABD
f. Aseton (tidak menjadi keharusan)
g. Bantalan tahan air
h. Salep antiseptik (tidak menjadi keharusan)
i. Basin untuk larutan antiseptik atau pembersih
6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan luka.
Menghilangkan ansietas klien dan meningkatkan pemahaman proses penyembuhan.
2. Susun semua peralatan yang diperlukan di meja tempat tidur (jangan dibuka dahulu)
Mencegah kesempatan rusaknya teknik steril oleh sentuhan tidak sengajapada peralatan
yang diperlukan.
3. Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung dalam
jangkauan area kerja anda.
Manset mencegah kontaminasi tak disengaja pada bagian atas luar permukaan kantung.
Anda tidak harus menyeberangi area steril untuk membuang balutan kotor.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau susun sekat di sekitar tempat tidur. Tutup
jendela yang terbuka.
Memberikan privasi klien dan mengurangi udara masuk yang dapat memindahkan
mikroorganisme.
5. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tutup dengan selimut mandi hanya untuk
memajankan tempat luka. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
Gerakan tiba-tiba oleh klien selama mengganti balutan dapat menyebabkan kontaminasi
luka atau peralatan. Penutupan memberikan jalan masuk luka dn meminimalkan
pemajananan yang tidak perlu.
6. Cuci tangan secara menyeluruh.
Menghilangkan mikoorganisme pada permukaan kulit dan mengurngi transmisi patogen
pada jaringan yang terpajan.
7. Letakkan bantalan tahan air dibawah klien.
Mencegah mengotori linen tempat tidur.
8. Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan, atau perban.
Mencegah transmisi organisme infeksius dari balutan kotor pada tangan anda.
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar
dengan kulit dan arah balutan. (bila masih terdapat sisa perekat di kulit, dapat dihilangkan
aseton).
Mengurangi tekanan pada jahitan atau tepi luka.
10. Dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan atau forsep, angkat balutan,
permukaan bawah balutan yang kotor jauhkan dari penglihatan klien.
Penampilan balutan dapat mengganggu klien secara emosional. Pengambilan dengan
hati-hati mencegah penarikan drain secara tidak disengaja.
11. Bila balutan pelekat pada jaringan dibawahnya, jangan dibasahi. Perlahan bebaskan
balutan dari eksudat yang mengering. Ingatkan klien tentang penarikan dan
ketidaknyamanan.
Pembalutan basah ke kering dibuat untuk luka bersih terkontaminasi atau luka terinfeksi
dengan debridemen jaringan nekrotik dan eksudat.
12. Observsi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
Memberikan perkiraan kehilangan drainase dan pengkajian kondisi luka.
13. Buang balutan kotor pada wadah yang telh disediakan, hindari kontaminasi permukaan
luar wadah. Lepaskan sarung tangan sekali pakai dengan menarik bagian dalam ke luar.
Buang pada tempat yang telah disediakan.
Mengurangi transmisi mikroorgansime ke orang lain.
14. Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan larutan yang diresepkan ke dalam baskom
steril dan tambahkan kassa berlubang kecil.
Lapisan kassa yang bersentuhan dengan luka harus terbasahi secara menyeluruh untuk
meningkatkan kemampuan absorbsi balutan.
15. Kenakan sarung tangan.
Memungkinkan anda memegang balutan steril, instrumen dan larutan tanpa
mengkontaminasi dengan mikroorganisme.
16. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau pentupan kulit,
dan karakteristik drainase. (palpasi luka bila perlu, dengan bagian tangan non-dominan
anda yang tidak akan menyentuh peralatan steril).
Menentukan status penyembuhan luka.
17. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan NS. Pegang kassa yang telah
dibasahi dengan larutan menggunakan forsep. Gunakan satu kassa untuk setiap tekanan
pembersihan. Bersihkan diarea yang kurang terkontaminasi ke area yng paling
terkontaminasi. Bergerak dalam tekanan progesif menjauh dari garis insisi atau tepi luka.
Penggunaan fprsep mencegah kontaminasi jari anda yang menggunakan sarung tangan.
Arah pembersihan mencegah introduksi organisme ke dalam luka.
18. Pasang kassa beranyam halus yang basah tepat pada permukaan luka. Bila luka
dalamdengan perlahan buat kassa seperti kemasan dengan mernekuk tepi kassa dengan
forsep. Secara perlahan masukkan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka
kontak dengan kassa basah.
Kassa basah mengabsorbsi drainase dan melekat pada debris. Pengemasan kassa
sehingga secara merata didistribusikan pada permukaan luka.
19. Pasang kassa steril kering (4x4) di atas kassa basah.
Lapisan kering bekerja sebagai lapisan absorben untuk menarik kelembapan dari
permukaan luka.
20. Tutup dengan kassa, surgipad atau bantalan ABD.
Kassa atau bantalan melindungi luka dari masuknya mikroorganisme.
21. Pasang plester di atas balutan atau amankan dengan ikatan montgomery, perban, atau
pengikat.
Memberikan penyangga pada luka dan menjamin penutupan luka dengan sempurna
untuk meminimalkan pemajanan terhadap mikroorgnisme.
22. Bantu klien pada posisi ternyaman.
Meningkatkan perasaan sejahtera klien.
23. Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
24. Catat pada catatan perawat observasi luka, balutan, drainase, dan respon klien.
Dokumentasi akurat dan tepat waktu memberitahuakan poersonil adanya perubahan
kondisi luka dan status klien.
25. Dokumentasi.
Mencatat tindakan apa yang dilakukan dan digunakan sebagai evaluasi tindakan.

7. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan dan memberikan gambaran
yang akurat dari semua tindakan yang diberikan apabila dirawat dan digunakan secara benar.

8. Referensi
Potter, peterson, & perry (2000), Buku saku: Keterampilan & prosedur Dasar, Edisi 3,
Jakarta: EGC
Rasmita, Sarah. 2016. TINDAKAN GANTI BALUT.
https://www.academia.edu/32717074/TINDAKAN_GANTI_BALUT. Diakses pada 10 juli
2019 pukul 22.46 WIB.

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Keterampilan Merawat Luka & Debridement (Mengganti Balutan
Basah)

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Sarung tangan steril

2. Gunting dan forsep steril

3. Duk steril

4. Balutan kassa dan bantalan kassa beranyam jarang 4x4

5. Sarung tangan sekali pakai

6. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter

7. Normal saline atau air

8. Plester, pengikat atau perban sesuai kebutuhan

9. Kantung tahan air untuk sampah

10. Balutan kassa ekstra dan surgipad atau bantalan ABD

11. Aseton (tidak menjadi keharusan)

12. Bantalan tahan air

13. Salep antiseptik (tidak menjadi keharusan)

14. Basin untuk larutan antieptik atau pembersih


2. INSTRUKSI KERJA
Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah-langkah
1.
perawatan luka.
Susun semua peralatan yang diperlukan di meja tempat tidur (jangan
2.
dibuka dahulu)
Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan
3.
kantung dalam jangkauan area kerja anda.
Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau susun sekat di sekitar tempat
4.
tidur. Tutup jendela yang terbuka.
Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tutup dengan selimut mandi
5. hanya untuk memajankan tempat luka. Instruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
6. Cuci tangan secara menyeluruh.

7. Letakkan bantalan tahan air dibawah klien.


Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester,
8.
ikatan, atau perban.
Lepaskan plester dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara
9. perlahan, sejajar dengan kulit dan arah balutan. (bila masih terdapat
sisa perekat di kulit, dapat dihilangkan aseton).
Dengan tangan yang telah menggunakan sarung tangan atau forsep,
10. angkat balutan, permukaan bawah balutan yang kotor jauhkan dari
penglihatan klien.
Bila balutan pelekat pada jaringan dibawahnya, jangan dibasahi.
11. Perlahan bebaskan balutan dari eksudat yang mengering. Ingatkan
klien tentang penarikan dan ketidaknyamanan.
12. Observsi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
Buang balutan kotor pada wadah yang telh disediakan, hindari
kontaminasi permukaan luar wadah. Lepaskan sarung tangan sekali
13.
pakai dengan menarik bagian dalam ke luar. Buang pada tempat yang
telah disediakan.
Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan larutan yang diresepkan ke
14.
dalam baskom steril dan tambahkan kassa berlubang kecil.
15. Kenakan sarung tangan.
Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan
atau pentupan kulit, dan karakteristik drainase. (palpasi luka bila perlu,
16.
dengan bagian tangan non-dominan anda yang tidak akan menyentuh
peralatan steril).
Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan NS. Pegang
kassa yang telah dibasahi dengan larutan menggunakan forsep.
Gunakan satu kassa untuk setiap tekanan pembersihan. Bersihkan
17.
diarea yang kurang terkontaminasi ke area yng paling terkontaminasi.
Bergerak dalam tekanan progesif menjauh dari garis insisi atau tepi
luka.
Pasang kassa beranyam halus yang basah tepat pada permukaan luka.
Bila luka dalamdengan perlahan buat kassa seperti kemasan dengan
18. mernekuk tepi kassa dengan forsep. Secara perlahan masukkan kassa
ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa
basah.
19. Pasang kassa steril kering (4x4) di atas kassa basah.

20. Tutup dengan kassa, surgipad atau bantalan ABD.


Pasang plester di atas balutan atau amankan dengan ikatan
21.
montgomery, perban, atau pengikat.
22. Bantu klien pada posisi ternyaman.

23. Cuci tangan.


Catat pada catatan perawat observasi luka, balutan, drainase, dan
24.
respon klien.
25. Dokumentasi.
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP MERAWAT LUKA & DEBRIDEMENT


(MENGGANTI BALUTAN KERING)

1. Definisi
Mengganti balutan atau perban adalah suatu tindakan keperawatan untuk
mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan cara mengganti
balutan yang bersih.

2. Tujuan
a. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorpsi cairan dan dapat menjaga
kebersihan luka.
b. Agar balutan kering melindungi luka dengan draenase minimal terhadap konstaminasi
mikroorganisme.
c. Melindungi luka dari kontaminasi.
d. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verban ).
e. Membantu menutup tepi luka secara sempurna.
f. Menurunkan pergerakan dan trauma.
g. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan.

3. Indikasi
6. Pada balutan yang sudah kotor.
7. Pada penderita yang lukanya akan diperiksa oleh dokteratau akan diberi obat konpres
yang baru.
8. Untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.

4. Kontra Indikasi
a. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup.
b. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )


MERAWAT LUKA & DEBRIDEMENT
(MENGGANTI BALUTAN KERING)

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar khususnya
tindakan penggantian balutan kering. Dan balutan kering dapat melindungi luka dengan
draenase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan penggantian balutan kering, meliputi : persiapan, pelaksanaan, dan
dokumentasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/rumah
sakit, wajib memperagakan tindakan penggantian balutan kering sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
a. Persiapan alat dan bahan praktikum
b. Pelaksanaan prosedur penggantian balutan kering
c. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
d. Penilaian terhadap perfoma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
5. Alat Dan Bahan
Alat :
Set steril :
1. Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
2. Kom untuk larutan luka antiseptik atau larutan pembersih
3. 2 pinset anatomis
4. 1 pinset chirugi
Set biasa :
1. Sarung tangan sekali pakai
2. Selimut mandi
3. Pengangkat perekat ( tidak menjadi keharusan )
4. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan )
Bahan :
Set steril :
1. Sarung tangan steril
2. Balutan kasa dan bantalan kasa
3. Basin untuk larutan antiseptik atau larutan pembersih
4. Salep antiseptik ( bila diperlukan )
5. Depres
6. Lidi kapas
Set biasa :
1. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
2. Larutan garam faal atau air
3. Kantung tahan air untuk sampah
4. Balutan kasa ekstra dan surgipad atau bantalan ABD
5. Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
6. Intruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah – langkah perawatan
luka.
2. Susun semua peralatan yang perlukan di meja tempat tidur (jangan membuka peralatan).
3. Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung dalam
jangkauan area kerja anda.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau atur partisi di sekitar tempat tidur. Tutup
semua jendela yang terbuka.
5. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan selimut mandi hanya untuk memajankan
tempat luka. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
6. Cuci tangan secara menyeluruh.
7. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan , atau balutan.
8. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar
pada kulit dan mengarah pada balutan. ( bila masih terdapat plaster dikulit, ini dapat di
bersihkan dengan aseton ).
9. Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor jauh
dari penglihatan klien.
CATATAN : bila terdapat drain, angkat balutan setiap kali.
10. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan memberikan larutan steril atau air.
11. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
12. Buang balutan kotor pada kantung sampah, hindari kontaminasi permukaan luar
kantung. Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar,buang ditempat
yang tepat.
13. Buka nampan balutan steril atau secara individual tertutup bahan steril. Tempatkan pada
meja tempat tidur atau disamping pasien. Balutan, gunting, dan pinset harus tetap pada
nampan steril yang terbuka digunakan sebagai area steril. Buka botol atau bungkusan
larutan antiseptik dan tuangkan ke dalam basin steril atau di atas kasa steril.
14. Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basa akibat larutan antiseptik, ulangi
persiapan bahan.
15. Kenakan sarung tangan steril.
16. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutupan kulit,
dan karakter drainase. ( palpasi luka, bila perlu dengan bagian tangan non dominan yang
tidak akan menyentuh bahan steril ).
17. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik yang di resepkan atau larutan garam faal,
pegang kasa yang dibasahi dalam larutan pinset. Gunakan kasa terpisah untuk setiap
usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi. Gerakkan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.
18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.
19. Berikan salep antiseptik bila di pesankan, gunakan teknik seperti pada pembersihan.
Jangan di oleskan di atas tempat drainase.
20. Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka.
 Pasang satu balutan setiap kali.
 Pasang kasa jarang (4 x 4) atau Telfa sebagai lapisan kontak.
 Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa 4 x 4 untuk di paskan di
sekitarnya.
 Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben.
 Pasang surgipad yang lebih tebal atau bantalan ABD, ( Garis biru di tengah
bantalan menandai permukaan luar).
21. Gunakan plaster di atas balutan atau amankan dengan ikatan Montgomery, balutan, atau
pengikat.
22. Lepaskan sarung tangan dan buanga pada tempat yang telah disediakan.
23. Buang semua bahan dan bantu klien kembali ke posisi nyaman.
24. Cuci tangan.
25. Catat pada catatan perawat observasi luka, balutan , dan drainase. Dokumentasikan
penggantiuan balutan, termasuk pernyataan respons klien.
7. Indikator
Klien dapat merasa lebih nyaman dengan kondisi lukanya setelah di lakukan penggantian
balutan.
8. Referensi
- Perry, Anne Grifin (1999), Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta: EGC
- abdullah, (2014), Kebutuhan dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta:
TIM.
- http://medicalonline2.blogspot.com/2017/04/sop-mengganti-balutan-luka.html?m=1.
- http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/mengganti-balutan-kering.html?m=1

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003

PENILAIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : .........................................................................
NIM : ..........................................................................
Penguji : ..........................................................................
Hari / Tanggal : ..........................................................................
Keterampilan : Keterampilan Merawat Luka & Debridement (Mengganti Balutan
Kering)
Dilakukan
Ya Tidak
No. Kegiatan 1 0 Ket
I. ALAT DAN BAHAN
Alat
Set Steril :
1. Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
2. Kom untuk larutan luka antiseptik atau larutan pembersih.
3. 2 pinset anatomis
4. 1 pinset chirugi
Set Biasa :
1. Sarung tangan sekali pakai
2. Selimut mandi
3. Pengangkat perekat ( tidak menjadi keharusan )
4. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan )
Bahan
Set Steril :
1. Sarung tangan steril
2. Balutan kasa dan bantalan kasa
3. Basin untuk larutan antiseptik atau larutan pembersih
4. Salep antiseptik ( bila diperlukan )
5. Depres
6. Lidi kapas
Set Biasa :
1. Larutan pembersih yang di resepkan dokter
2. Larutan garam faal atau air
3. Kantung tahan air untuk sampah
4. Balutan kasa ekstra dan surgipad atau bantalan ABD
5. Plaster, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
II. INSTRUKSI KERJA

Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah


1.
– langkah perawatan luka.

Susun semua peralatan yang perlukan di meja tempat tidur (


2.
jangan membuka peralatan ) .

Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya.


3.
Letakkan kantung dalam jangkauan area kerja anda.

Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau atur partisi disekitar
4.
tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka.

Bantu klien pada posisi yang nyaman dan selimut mandi


5. hanya untuk memajankan tempat luka. Instruksikan klien
untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.

6. Cuci tangan secara menyeluruh.

Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan


7.
plester, ikatan , atau balutan.
Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya
dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada
8.
balutan. ( bila masih terdapat plaster dikulit, ini dapat di
bersihkan dengan aseton ).

Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan,


9. pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien.
CATATAN : bila terdapat drain, angkat balutan setiap kali.
Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan memberikan
10.
larutan steril atau air.
11. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.

Buang balutan kotor pada kantung sampah, hindari


konstaminasi permukaan luar kantung. Lepaskan sarung
12.
tangan dengan menarik bagian dalam keluar,buang di tempat
yang tepat.

Buka nampan balutan steril atau secara individual tertutup


bahan steril. Tempatkan pada meja tempat tidur atau di
samping pasien. Balutan, gunting, dan pinset harus tetap pada
13.
nampan steril yang terbuka digunakan sebagai area steril.
Buka botol atau bungkusan larutan antiseptik dan tuangkan ke
dalam basin steril atau di atas kasa steril.

Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basa akibat


14.
larutan antiseptik, ulangi persiapan bahan.

15. Kenakan sarung tangan steril.

Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas


jahitan atau penutupan kulit, dan karakter drainase. ( palpasi
16.
luka, bila perlu dengan bagian tangan non dominan yang tidak
akan menyentuh bahan steril ).

Bersihkan luka dengan larutan antiseptik yang di resepkan


atau larutan garam faal, pegang kasa yang dibasahi dalam
larutan pinset. Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan
17.
membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi. Gerakkan dalam
tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.

18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.

Berikan salep antiseptik bila di pesankan, gunakan teknik


19. seperti pada pembersihan. Jangan di oleskan di atas tempat
drainase.

20. Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka.
1. Pasang satu balutan setiap kali.
2. Pasang kasa jarang (4 x 4) atau Telfa sebagai lapisan
kontak.
3. Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa 4
x 4 untuk di paskan di sekitarnya.
4. Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben.
5. Pasang surgipad yang lebih tebal atau bantalan ABD,
( Garis biru di tengah bantalan menandai permukaan
luar).

Gunakan plaster di atas balutan atau amankan dengan ikatan


21.
Montgomery, balutan, atau pengikat.

Lepaskan sarung tangan dan buanga pada tempat yang telah


22.
disediakan.

Buang semua bahan dan bantu klien kembali ke posisi


23.
nyaman.
24. Cuci tangan.
Catat pada catatan perawat observasi luka, balutan, dan
25. drainase. Dokumentasikan penggantiuan balutan, termasuk
pernyataan respons klien.
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER PADA WANITA
1. DEFINISI

Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.


Istilah kateterisasi sudah dikenal sejak zaman hipokrates yang pada waktu itu menyebutkan
tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard
memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet pada tahun 1779, sedangkan Foley
membuat kateter menetap pada tahun 1930. Kateter Foley ini sampai saat ini masih dipakai
secara luas di dunia sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari buli-buli.  
Kateter uretra merupakan suatu alat kesehatan berbentuk pipa, terbuat dari bahan
lunak (lateks, silikon), maupun bahan keras (logam) yang digunakan untuk mengeluarkan air
kencing dari kandung kencing dalam bermacam-macam tujuan. Kateter dibedakan menurut
ukuran, bentuk, bahan, sifat pemakaian, sistem pengunci dan jumlah percabangannya.

2. INDIKASI
Kateterisasi sementara digunakan pada penatalaksanaan jangka panjang klien yang
mengalami:
a. cidera medulla spinalis,
b. degenerasi neuromuscular, atau
c. kandung kemih yang tidak kompeten,
d. pengambilan spesimen urin steril,
e. pengkajian residu urin setelah pengosongan kandung kemih dan
f. meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih.
(Perry dan Potter, 2005)
Menurut Hidayat (2006) kateterisasi sementara diindikasikan pada:
a. klien yang tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi,
b. retensi akut setelah trauma uretra,
c. tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik,
d. cidera pada tulang belakang,
e. degerasi neuromuscular secara progresif dan
f. pengeluaran urin residual.
Kateterisasi menetap (foley kateter) digunakan pada:
a. klien pasca operasi uretra dan struktur di sekitarnya.
b. obstruksi aliaran urin,
c. obstruksi uretra,
d. pada pasien inkontinensia dan
e. disorientasi berat
(Hidayat, 2006)

3. KONTRA INDIKASI
1) Pasien dengan prostatitis akut
2) Pasien dengan suspek trauma urethral
3) Pasien dengan riwayat striktur uretra
4) Pasien pasca menjalani TURP (Trans-Urethral Reserction Of The Prostate) dalam jangka
waktu 24 jam.
5) Pasien yang mengalami phymosis.
6) Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter
7) Pasien yang dicurigai mengalami hematuria.
8) Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN KATETER PADA WANITA
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar pemasangan
kateter wanita. Agar mahasiswa kompeten melakukan pemasangan kateter wanita.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pemasangan kateter wanita meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pemasangan kateter wanita sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemasangan kateter wanita
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat:
1. Sarung tangan steril
2. Sarung tangan bersih
3. Satu duk lubang
4. Satu duk fenestrated (duk dengan lubang ditengahnya)
5. Kom
6. Kateter straight atau indwelling
7. Spuit yang sudah berisi dengan larutan aquades atau air matang untuk mengembangkan
balon pada kateter indwelling.
8. Wadah spesimen (botol obat bersih)
9. Lampu senter
10. Slang drainase steri dan kantong pengumpul urine (Urine bag)
11. Handuk mandi
12. Plester, gelang karet dan peniti
13. Selimut mandi
14. Kantong sampah atau bengkok
15. Baki dengan air hangat dan sabun
16. Waslap
17. Bantalan tahan air
18. Perlak pengalas
Bahan:
1. Larutan pembersih antiseptik
2. Bola kassa atau pons kasa
3. Forsep
4. Pelumas (Jeli)

6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur kepada klien.
Meminimalkan ansietas klien dan meningkatkan kerjasama
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang tepat.
Meningkatkan penggunaan mekanika tubuh yang tepat.
3. Tutup ruangan atau tirai ruangan
Mengurangi rasa malu klien dan membantu relaksasi selama prosedur.
4. Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
5. Berdiri di sebelah kiri tempat tidur bila anda mempunyai tangan dominan kanan (di
sebelah kanan tempat tidur bila anda kidal). Bersihkan meja samping tempat tidur dan
atur peralatan.
Kebersihan pemasangan kateter memerlukan posisi anda yang nyaman dengan semua
peralatan mudah terjangkau.
6. Tinggikan pagar samping pada sisi tempat tidur yang berlawanan. Letakkan bantalan
tahan air di bawah klien.
Meningkatkan keamanan klien. Bantalan mencegah basah pada linen tempat tidur.
7. Bantu klien pada posisi dorsal recumbent (terlentang dengan lutut fleksi). Minta klien
untuk merilekskan pahanya sehingga memudahkan rotasi eksternal. Bila klien tidak
dapat mengabduksikan tungkainya pada sendi panggul (misal, artritis sendi), baringkan
klien dalam posisi miring (Sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan panggul.
Memberikan kemudahan akses pada struktur perineal.
8. Selimut klien dengan selimut mandi. Letakkan selimut dalam bentuk intan di atas tubuh
klien, satu ujung pada setiap kaki, dan ujung terakhir di atas perineum.
Pemanjanan yang tak perlu pada bagian tubuh dihindari, dan kenyamanan klien
diperhatikan.
9. Kenakna sarung tangan sekali pakai dan cuci are perineal dengan air dan sabun sesuai
kebutuhan, dan keringkan.
Jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus uretral dikurangi.
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
11. Bila akan memasang katetr indwelling, buka sistem drainase. Letakkan kantung drainase
di tepi dasar kerangka tempat tidur, naikkan selang drainase ke atas diantara pagar
tempat tidur dan kasur.
Manakala kateter dipasang, anda harus segera menghubungkan ke sistem drainase.
Kemudian akses mencegah kemungkinan kontaminasi. Sistem diposisikan untuk
meningkatkan pengaruh gravitasi drainase.
12. Posisikan lampu menyinari area pariental. (jika menggunakan lampu senter, minta
perawat lain untuk memegangnya).
Memungkinkan identifikasi akurat dan visualisasi baik pada meatus uretra.
13. Buka kantung kateterisasi sesuai petunjuk, juga agar bagian dasar wadah tetap steril.
Mencegah transmisi mikroorganisme dari meja atau area kerja pada alat steril.
14. Gunakan sarung tangan steril.
Memungkinkan anda memegang peralatan steril.
15. Ambil duk padat steril dengan satu sudut dan biarkan untuk tidak melipat. Pastikan
bahwa duk ini tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Kateterisasi duk yang akan digunakan sebagai permukaan kerja dapat dipertahankan.
16. Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan anda. Letakkan duk di
atas tempat diantara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat dibawah bokong klien.
Perhatikan untuk tidak menyentuh permukaan terkontaminasi dengan tangan anda yang
telah mengenakan sarung tangan.
Permukaan luar duk menutup tangan masih steril. Duk steril yang bersentuhan dengan
sarung tangan steril adalah steril.
17. Ambil duk steril fenestrated (duk dengan lubang ditengahnya) dan biarkan melipat.
Tutuplah duk di atas perineum klien, memajankan labia dan berhati-hati untuk tidak
menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Duk fenestrated memberikan area kerja bersih dekat sisi insersi kateter.
18. Letakkan nampan steril dan isinya di atas duk steril diantara paha klien.
Memungkinkan kemudahan akses pada peralatan selama pemasangan kateter.
19. Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antiseptik dan tuangkan isinya ke bola
kapas atau kasa (Pastikan untuk tidak menuangkan larutan ke wadah yang akan
menampung urine)
Semua peralatan disiapkan sebelum memegang kateter untuk mempertahankan teknik
aseptik selama prosedur.
20. Buka wadah spesimen urine. Pertahankan bagian atasnya agar tetap steril.
Disiapkan untuk menampung spesimen.
21. Berikan pelumas pada dasar ujung kateter 2,5 sampai 5cm (1 sampai 2 inci)
Pelumas memungkinkan kemudahan insersi ujung kateter melalui meatus uretral
22. Dengan tangan non-dominan anda, dengan hati-hati regangkan labia untuk pemajanan
sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan non-dominan anda pada posisi ini
sepanjang prosedur.
Memberikan visualisasi sempurna meatus. Retraksi penuh mencegah kontaminasimeatus
selama membersihkan. Penutupan labi selama pembersihan memerlukan pengulangan
prosedur.
23. Dengan tangan dominan anda ambil bola kapas dengan forsep dan bersihkan area
perineal, usap dari depan belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola kapas berish
baru untuk tiap usapan sepanjang area yang jauh dari lipatan labia, dan pada meatus.
pembersihkan mengurangi jumlah mikroorganisme pada meatus uretral. Menggunakna
satu bola kapas untuk tiap usapan mencegah pemindahan mikroorganisme.
Pembersihan beralih dari area yang sedikit terkontaminasi ke area yang paling
terkontaminasi. Tangan dominan anda tetap steril.
24. Dengan tangan dominan anda, ambil kateter kurang lebih 7,5 sampai 10cm (3 sampai 4
inci) dari ujung. Letakkan ujung kateter pada wadah penampung urine.
Penampungan mencegah membasahi linen tempat tidur klien dan memungkinkan
pengukuran akurat keluaran urine. Memegang kateter dekat ujung memudahkan
manipulasi ujung kateter selama insersi ke dalam meatus.
25. Minta klien untuk menghindari mengejan dan dengan perlahan memasukkan kateter
melalui meatus.
Relaksasi sfingter external membantu insersi kateter.
26. Dorong kateter sekitar 5 sampai 7,5cm (2 sampai 3 inci) pada orang dewasa 2,5cm (1
inci) pada ujung kateter 5 cm lagi (1 inci).
Uretra wanita pendek. Urine yang tampak keluar menandakan bahwa ujung kateter
sudah berada di dalam kandung kemih atau uretra bawah. Pendorongan terlebih jauh
memastikan letak kateter dalam kandung kemih.
27. Lepaskan labia dan pegang kateter dengan kuat menggunakan tangan non dominan anda.
Kontraksi kandung kemih atau sfingter dapat menyebabkan keluarnya kateter tanpa
disengaja.
28. Kumpulan spesimen urine sesuai kebutuhan.
Isi cangkir/toples spesimen sampai ke tinggian yang diinginkan (20 sampai 30ml)
dengan memegang ujung kateter pada tangan non dominan anda diatas wadah. Dengan
tangan non dominan, lipat kateter untuk menghentikan aliran sementara urine.
Lepaskan lipatan kateter untuk mengeluarkan urine yang masih tersisa dalam kandung
kemih ke spesimen dan siapkan untuk pemberian label.
29. Biarkan kandung kemih kosong besar (biasanya 750 sampai 1000 ml), kecuali kebijakan
institusi yang membantu volume maksimal urine untuk dialirkan pada tiap kateterisasi.
Urine yang bertahan dapat bekerja sebagai wadah pertumbuhan mikroorganisme.
(pada klien obstetrik, kewaspadaan harus dilakukan untuk menghindari hipotensi yang
diakibatkan oleh hilangnya tekanan tiba-tiba terhadap pembuluh darah dasar pelvik).
30. Tarik kateter straight, sekali pakai dengan perlahan tetapi lembut sampai terlepas.
Meminimalkan ketidaknyamanan pada klien.
31. Pada kateter indwelling:
a. Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dari tangan non-dominan anda, ambil
ujung kateter dan letakkan antara jari pertama dan kedua dari tangan tersebut.
Kateter harus tersnagkut saat memanipulasi spuit.
b. Dengan tangan dominan anda yang bebas, hubungkan spuit ke port injeksi pada
ujung kateter.
Port menghubungkan lumen yang mengarah pada pengembangan balon.
c. Perlahan injeksikan sejumlah total larutan. Bila klien mengeluh nyeri tiba-tiba
aspirasi kembali dan dorong lagi kateter lebih jauh.
Balon di dalam kandung kemih dikembangkan. Bila injeksi kesalahan posisi pada
uterus ini akan menyebabkan nyeri selama pengembangan.
d. Setelah pengembangan balon dengan baik, lepaskan kateter dengan tangan non-
dominan anda dan tarik perlahan untuk merasakan tahanan.
Pengembangan balon menahan ujung kateter pada tempat diatas oulet kandung
kemih.
32. Hubungkan ujung kateter ke selang penampung dari sistem drainase.
Menciptakan sistem tertutup untuk drainase urine.
33. Plester kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester non alergi (tersedia plester
kateter velcro) . biarkan mengendur sehingga gerakan paha tidak menimbulkan tegangan
pada kateter.
Selang paten mmeungkinkan drainase urine dengan bebas dengan pengaruh gravitasi
dan mencegah aliran baik urine ke dalam kandung kemih.
34. Lepaskan sarung tangan dan buang peralatan duk, dan urine ke dalam wadah yang
disediakan.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
35. Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai kebutuhan.
Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.
36. Anjurkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter, miring menghadap
sistem drainase-kateter selang pada tempat tidur tidak terlipat; terlentang-kateter dan
selang diplester diatas paha; miring menjauh dari sistem-kateter dan selang berada
diantara kaki.
Urine harus megalir dengan bebas tanpa obstruksi. Dengan meletakkan keteter di
bawah ekstremitas dapat mengakibatkan obstruksi yang disebabkan oleh penekanan
selang oleh berat klien. Karena jangan diletakkan diatas paha atas bila klien pada sisi
menjauhi dari sistem; ini memaksa urine mengalir ke atas.
37. Laporkan klien agar tidak menarik kateter.
38. Cuci tangan anda.
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
39. Catat hasil prosedur di catatan perawat termasuk ukuran kateter, jumlah dan kateter urine
dan toleransi klien.
Mendokumentasikan respon klien dan hasil terapi.

7. Indikator
1. Kateter terpasang dengan sistematis, tanpa bantuan dan tepat serta klien terjaga
privasinya.
2. Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis tanpa bantuan dan tepat

8. Referensi
Potter, Peterson, & Perry (1995), Buku Saku: Keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 3,
Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELEPASAN KATETER PADA WANITA
1. Alat dan Bahan
Alat:
1. Satu pasang sarung tangan
2. Pinset
3. Spuit
4. Bengkok 2 buah
5. Plester
6. Lidi kapas
Bahan:
1. Betadine
2. Bensin

2. Instruksi Kerja
1. Beritahu pasien
Agar pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasang sampiran atau penutup jendela.
Menjaga privasi pasien.
3. Bawa alat ke dekat pasien.
Mempermudah kerja saat melakukan tindakan.
4. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
5. Buka plester pasien dengan bensin.
Agar saat melepas tidak merasa sakit.
6. Pasnag sarung tangan.
Jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus uretral dikurangi.
7. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit.
Mempermudah penarikan selang kateter.
8. Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik napas panjang kemudian buang kateter
pada bengkok.
Agar pada saat membuang napas, kita mudah untuk melepas kateter.
9. Olesi area prepusium (meatus uretra) dengan betadine
Sebagai antibiotik agar tidak terjadi infeksi.
10. Lepaskan sarung tangan dan bereskan alat.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
11. Cuci tangan.
Mengurangi pemindahan mikroorganisme
12. Dokumentasikan tindakan

3. Indikator
Agar tidak terjadi infeksi karena pemasangan kateter.

4. Referensi
Potter, Peterson, dan Perry (1995), Buku Saku: Keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 3,
Jakarta: EGC.

Surabaya, 3 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp.,


M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP.
196807011992031003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemasangan Kateter Pada Wanita

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
VII. ALAT DAN BAHAN
1
Sarung tangan steril
.

2. Sarung tangan bersih

3. Satu duk lubang

4. Satu duk fenestrated (duk dengan lubang di tengahnya)

5. Kom

6. Kateter straight atau indwelling

7. Spuit yang sudah berisi dengan larutan aquades atau air matang

8. Wadah spesimen (botol obat bersih)

9. Lampu senter

10. Slang drainase steril dan kantong pengumpul urine (Urine Bag)

11. Handuk mandi

12. Plester, gelang karet, dan peniti

13. Selimut mandi

14. Katong sampah atau bengkok

15. Baki dengan air hangat dan sabun

16. Waslap

17. Bantalan tahan air

18. Perlak pengalas

19. Larutan pembersih antiseptik

20. Bola kapas atau pons kasa

21. Forsep

22. Pelumas (Jeli)


VIII. INSTRUKSI KERJA
1. Jelaskan prosedur kepada klien.

2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang tepat.

3. Tutup ruangan atau tirai ruangan

4. Cuci tangan.

Berdiri di sebelah kiri tempat tidur bila anda mempunyai tangan


5. dominan kanan (di sebelah kanan tempat tidur bila anda kidal).
Bersihkan meja samping tempat tidur dan atur peralatan.
Tinggikan pagar samping pada sisi tempat tidur yang berlawanan.
6.
Letakkan bantalan tahan air di bawah klien.
Bantu klien pada posisi dorsal recumbent (terlentang dengan lutut
fleksi). Minta klien untuk merilekskan pahanya sehingga memudahkan
7. rotasi eksternal. Bila klien tidak dapat mengabduksikan tungkainya pada
sendi panggul (misal, artritis sendi), baringkan klien dalam posisi miring
(Sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan panggul.
Selimut klien dengan selimut mandi. Letakkan selimut dalam bentuk
8. intan di atas tubuh klien, satu ujung pada setiap kaki, dan ujung terakhir
di atas perineum.
Kenakna sarung tangan sekali pakai dan cuci are perineal dengan air dan
9.
sabun sesuai kebutuhan, dan keringkan.
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Bila akan memasang katetr indwelling, buka sistem drainase. Letakkan
11. kantung drainase di tepi dasar kerangka tempat tidur, naikkan selang
drainase ke atas diantara pagar tempat tidur dan kasur.
Posisikan lampu menyinari area pariental. (jika menggunakan lampu
12.
senter, minta perawat lain untuk memegangnya).
Buka kantung kateterisasi sesuai petunjuk, juga agar bagian dasar wadah
13.
tetap steril.
14. Gunakan sarung tangan steril.
Ambil duk padat steril dengan satu sudut dan biarkan untuk tidak
15. melipat. Pastikan bahwa duk ini tidak menyentuh permukaan yang
terkontaminasi.
Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan anda.
Letakkan duk di atas tempat diantara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat
16. dibawah bokong klien. Perhatikan untuk tidak menyentuh permukaan
terkontaminasi dengan tangan anda yang telah mengenakan sarung
tangan.
Ambil duk steril fenestrated (duk dengan lubang ditengahnya) dan
biarkan melipat. Tutuplah duk di atas perineum klien, memajankan labia
17.
dan berhati-hati untuk tidak menyentuh permukaan yang
terkontaminasi.
18. Letakkan nampan steril dan isinya di atas duk steril diantara paha klien.
Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antiseptik dan tuangkan
19. isinya ke bola kapas atau kasa (Pastikan untuk tidak menuangkan
larutan ke wadah yang akan menampung urine)
Buka wadah spesimen urine. Pertahankan bagian atasnya agar tetap
20.
steril.
Berikan pelumas pada dasar ujung kateter 2,5 sampai 5cm (1 sampai 2
21.
inci)
Dengan tangan non-dominan anda, dengan hati-hati regangkan labia
22. untuk pemajanan sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan non-
dominan anda pada posisi ini sepanjang prosedur.
Dengan tangan dominan anda ambil bola kapas dengan forsep dan
bersihkan area perineal, usap dari depan belakang dari klitoris ke arah
23.
anus. Gunakan bola kapas berish baru untuk tiap usapan sepanjang area
yang jauh dari lipatan labia, dan pada meatus.
Dengan tangan dominan anda, ambil kateter kurang lebih 7,5 sampai
24. 10cm (3 sampai 4 inci) dari ujung. Letakkan ujung kateter pada wadah
penampung urine.
Minta klien untuk menghindari mengejan dan dengan perlahan
25.
memasukkan kateter melalui meatus.
Dorong kateter sekitar 5 sampai 7,5cm (2 sampai 3 inci) pada orang
26.
dewasa 2,5cm (1 inci) pada ujung kateter 5 cm lagi (1 inci).
Lepaskan labia dan pegang kateter dengan kuat menggunakan tangan
27.
non dominan anda.
28. Kumpulan spesimen urine sesuai kebutuhan
Biarkan kandung kemih kosong besar (biasanya 750 sampai 1000 ml),
29. kecuali kebijakan institusi yang membantu volume maksimal urine
untuk dialirkan pada tiap kateterisasi
Tarik kateter straight, sekali pakai dengan perlahan tetapi lembut sampai
30.
terlepas
Pada kateter indwelling:
a. Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dari tangan non-
dominan anda, ambil ujung kateter dan letakkan antara jari pertama dan
kedua dari tangan tersebut.
b. Dengan tangan dominan anda yang bebas, hubungkan spuit ke
31. port injeksi pada ujung kateter.
c. Perlahan injeksikan sejumlah total larutan. Bila klien mengeluh
nyeri tiba-tiba aspirasi kembali dan dorong lagi kateter lebih jauh.
d. Setelah pengembangan balon dengan baik, lepaskan kateter
dengan tangan non-dominan anda dan tarik perlahan untuk merasakan
tahanan.
32. Hubungkan ujung kateter ke selang penampung dari sistem drainase.
Plester kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester non alergi
33. (tersedia plester kateter velcro) . biarkan mengendur sehingga gerakan
paha tidak menimbulkan tegangan pada kateter.
Lepaskan sarung tangan dan buang peralatan duk, dan urine ke dalam
34.
wadah yang disediakan.
Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai
35.
kebutuhan
Anjurkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter,
miring menghadap sistem drainase-kateter selang pada tempat tidur
36.
tidak terlipat; terlentang-kateter dan selang diplester diatas paha; miring
menjauh dari sistem-kateter dan selang berada diantara kaki.
37. Laporkan klien agar tidak menarik kateter.

38. Cuci tangan anda.

3
Catat hasil prosedur di catatan perawat termasuk ukuran kateter, jumlah
9
dan kateter urine dan toleransi klien.
.

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Kateter Pada Wanita

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Satu pasang sarung tangan

2. Pinset

3. Spuit

4. Bengkok 2 buah

5. Plester

6. Lidi kapas

7. Betadine

8. Bensin
II. INSTRUKSI KERJA
1. Beritahu pasien

2. Pasang sampiran atau penutup jendela.

3. Bawa alat ke dekat pasien


4. Cuci tangan

5. Buka plester pasien dengan bensin

6. Pasnag sarung tangan

7. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit


Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik napas panjang
8.
kemudian buang kateter pada bengkok
9. Olesi area prepusium (meatus uretra) dengan betadine

10. Lepaskan sarung tangan dan bereskan alat

11. Cuci tangan

12. Dokumentasikan tindakan

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PEMASANGAN KATETER LAKI – LAKI

4. Definisi Pemasangan Kateter


Suatu proses tindakan memasukkan selang kateter ke dalam kandung kemih melewati
uretra dan masuk ke dalam kandung kemih pasien laki – laki.

5. Indikasi
a. Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
b. Retensi akut selama trauma uretra
c. Mengalami penyakit terminal
d. Koma
e. Inkontinensia urine

6. Kontra Indikasi
a. Prostatitis akut
b. Kecurigaan trauma uretra
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

10. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar Memasang
Kateter Laki – Laki.

11. Ruang Lingkup


Semua tindakan Pemasangan Kateter Laki – Laki meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Memasang Kateter Laki - Laki sebagai sarana praktek.

12. Uraian Umum


3. 5 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 6 Palaksanaan prosedur pemasangan kateter laki - laki
3. 7 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 8 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

13. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

14. Alat Dan Bahan


Alat :
7. Baki instrumen steril berisi :
- Sarung tangan steril
- Satu duk steril
- Satu duk fenestrated
- Pinset
- Kateter sementara atau menetap
- Spuit yang telah diisi dengan larutan aquades atau air matang untuk mengembangkan
balon kateter menetap
8. Sarung tangan bersih
9. Baskom
10. Wadah specimen (botol obat bersih)
11. Lampu senter
12. Slang drainase steril dan kantong pengumpul urine
13. Plester
14. Selimut mandi
15. Perlak pengalas
16. Kantong sampah / bengkok
17. Handuk mandi
Bahan :
5. Kassa
6. Kapas
7. Pelumas (jelly)
8. Larutan pembersih antiseptik

15. Instruksi Kerja


26. Jelaskan prosedur pada klien
Meminimalkan ansietas klien dan meningkatkan kerja sama.
27. Atur posisi klien senyaman mungkin
Meningkatkan kemudahan dalam melaksanakan perawatan.
28. Tutup ruangan atau tirai ruangan
Mengurangi rasa malu klien dan membantu reaksi selama prosedur.
29. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
30. Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan Anda kiri (di sebelah kanan
tempat tidur jika dominan Anda tangan kanan)
Bersihkan meja samping tempat tidur dan atur peralatan
Pemasangan kateter akan berhasil jika posisi Anda nyaman dengan semua peralatan
mudah dijangkau.
31. Tinggikan pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan. Bantu klien untuk posisi
terlentang dengan paha agak abduksi
Meningkatkan keamanan klien. Mencegah tegangan abdominal dan otot pelvik.
32. Selimuti tubuh atas klien dengan selimut mandi dan tutup ekstermitas bawah dengan
selimut tidur, hanya memanjangkan bagian genetalia
Mencegah pemajanan tubuh yang tidak perlu dan mempertahankan kenyamanan klien
dan efektivitas kerja.
33. Tempatkan perlak pengalas dan pispot
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
34. Tempatkan handuk mandi di bawah genetalia
Agar linen tempat tidur tidak basah.
35. Kenakan sarung tangan dan cuci perineum dengan sabun dan air sesuai dengan
kebutuhan. Pada pria yang tidak sirkumsisi, yakinkan untuk meretraksi (menarik)
prepusium untuk membersihkan meatus uretral (jangan sabun masuk kedalam meatus)
Menurunkan jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus uretral.
36. Angkat pispot dan perlak pengalas
37. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
Mengurangi transmisi bakteri dari tangan Anda ke meatus.
38. Ketika akan memasang kateter menetap, buka sistem drainase. Tempatkan kantong
drainase di atas di antara sisi pagar tempat tidur dan kasur
Jika kateter terpasang, sistem drainase segera dihubungkan kemudian mencegah
kemungkinan akses kontaminasi. Sistem diposisikan untuk meningkatkan pengaruh
gravitasi drainase.
39. Buka kantong kateter sesuai petunjuk, pertahankan dasar wadah tetap steril
Mencegah transmisi mikroorganisme dari meja atau area kerja pada alat steril.
40. Gunakan sarung tangan steril
Mempertahankan asepsis selama prosedur.
41. Pasang duk steril. Ambil duk steril pada ujungnya dan biarkan tidak terlipat. Pastikan duk
tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi. Pasang duk di atas paha klien tepat
dibawah penis dengan posisi lubang duk di atas penis
Mempertahankan sterilisasi duk pada permukaan kerja
42. Letakkan baki steril dan isinya di atas duk disisi paha klien atau pada atas paha
Memberikan kemudahan akses pada peralatan selama insersi kateter.
43. Ambil bola kapas atau kassa dengan larutan antiseptik. Buka wadah spesimen steril
dengan mempertahankan bagian atasnya tetap steril
Menyiapkan wadah untuk specimen.
44. Oleskan pelumas (jelly) pada dasar ujung kateter 12,5 – 17,5 cm
Pelumas mempermudah insersi ujung kateter melalui meatus uretral.
45. Dengan tangan nondominan Anda, regangkan prepusium pria yang tidak disirkumsisi.
Pegang penis pada batang tepat di bawah glans. Regangkan meatus uretra diantara ibu
jari dan jari telunjuk. Pertahankan tangan dominan pada posisi ini selama prosedur
Genggaman yang kuat meminimalkan kesempatan terjadinya ereksi (jika ereksi terjadi
hentikan prosedur). Pelepasan prepusium secara tidak disengaja atau turunnya selama
pembersihan menutut pengulangan proses.
46. Dengan tangan dominan Anda, ambil bola kapas dan bersihkan penis dengan gerakan
melingkar dari meatus bawah ke dasar glans. Ulangi sebanyak dua kali dengan
menggunakan bola kapas yang bersih setiap kali
Mengurangi jumlah mikroorganisme pada meatus dan berpindah dari area kurang
terkontaminasi sampai area paling terkontaminasi. Tangan dominan tetap steril.
47. Ambil dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan ± 7,5 – 10 cm
kateter dari ujungnya. Pegang ujung kateter, gulung di telapak tangan dominan Anda
(jika menjadi keharusan), lalu pegang kateter dengan pinset
Dengan memegang kateter dekat ujungnya, manipulasi selama memasukkan kateter ke
dalam meatus akan lebih mudah dan mencegah ujung distal menyentuh permukaan
terkontaminasi.
48. Angkat penis pada posisi tegak terhadap tubuh klien dan terapkan traksi ringan
Meluruskan kanalis uretral untuk memudahkan insersi kateter.
49. Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara menarik nafas dalam dan dengan
perlahan, masukkan kateter melalui meatus
Relaksasi sfingter eksternal membantu insersi kateter.
50. Masukkan kateter 17,5 – 23 cm pada orang dewasa dan 5 – 7,5 cm pada anak – anak, atau
sampai urine mengalir keluar dari ujung kateter, lalu tamping pada bengkok. Jika terasa
tertahan, tarik kateter, jangan paksakan mendorongnya ke dalam uretra. Jika urine tampak
keluar, dorong kateter
Uretra pria dewasa panjang. Keluarnya urine mengidentifikasikan ujung kateter berada
dalam kandung kemih atau uretra. Tahanan pada jalan kateter mungkin di sebabkan
oleh struktur uretral atau pembesaran prostat.
51. Turunkan penis dan pegang kateter dengan kuat pada tangan nondominan. Letakkan
ujung kateter kedalam wadah urine
Kateter mungkin secara tidak sengaja keluar akibat kontraksi kandung kemih atau
uretra. Penampungan urine mencegah linen agar tidak basah dan memberikan
pengukuran haluaran.
52. Tampung spesimen urine. Tarik kateter straight, sekali pakai dengan perlahan tetapi
lembut sampai terlepas
Meminimalkan ketidaknyamanan pada klien.
53. Biarkan kandung kemih sampai benar – benar kosong kecuali kebijakan institusi
membatasi volume maksimal urine yang dikeluarkan setiap kateterisasi
Urine yang tersisa bekerja sebagai wadah pertumbuhan mikroorganisme. (kewaspadaan
dapat mencegah hipotensi akibat hilangnya tekanan tiba – tiba terhadap pembuluh
darah dasar pelvik di bawah kandung kemih).
54. Lepaskan prepusium di atas glans. Dengan kateter sementara sekali pakai, Tarik dengan
perlahan tetapi harus sampai lepas
Meminimalkan ketidaknyamanan selama pelepasan. Ketegangan prepusium disekitar
penis dapat menyebabkan udema lokal dan ketidaknyamanan.
55. Jika diinstitusikan pemasangan kateter menetap, kembangkan balon dan periksa
kekuatan tahanan. Setelah mengembangkan balon dengan baik, lepaskan kateter dengan
tangan nondominan Anda dan Tarik perlahan untuk merasakan tahanan.
Penggembungan balon menahan ujung kateter pada tempat di atas oulet kandung kemih.
56. Hubungkan ujung kateter ke slang penampung sistem drainase (kantong penampung
urine)
Menciptakan sistem tertutup untuk drainase urine.
57. Fiksasi kateter pada bagian atas paha klien atau abdomen bawah (dengan penis mengarah
kearah dada klien) menggunakan plester. Gunakan strip plester nonalergik. Biarkan
sedikit mengendur sehingga setiap gerakan yang terjadi tidak menimbulkan tegangan
pada kateter
Tahanan yang kuat meminimalkan trauma pada uretra dan meatus. Pemasangan plester
pada abdomen meminimalkan iritasi pada sudut penis dan skrotum. Plester nonalergik
mencegah kerusakan kulit.
58. Pastikan tidak terdapat obstruksi atau lipatan pada slang. Tempatkan kelebihan gulungan
slang pada tempat tidur dan kencangkan pada dasar linen tempat tidur dengan klip pada
set drainase atau dengan gelang karet dan peniti
Kepatenan slang memungkinkan drainase bebas urine dengan gravitasi dan mencegah
aliran balik urine ke dalam kandung kemih.
59. Lepaskan sarung tangan, lalu rapikan semua peralatan
Mencegah transmisi mikroorganisme.
60. Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area parenteral sesuai kebutuhan
Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.
61. Ajarkan klien tentang posisi yang nyaman dan tekankan pada klien untuk tidak menarik
kateter
Memastikan adanya sumbatan drainase sepanjang sistem tertutup.
62. Cuci tangan
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
63. Catat pada catatan perawat hasil prosedur termasuk ukuran kateter, jumlah dan karakter
urine serta toleransi klien
Mendokumentasikan respon klien dan hasil terapi.

16. Indikator
1. Kateter sementara
a. Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria
b. Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria
2. Kateter tetap jangka pendek
a. Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
b. Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria, uretra
dan sekitarnya
c. Preventif pada obstruksi uretra dari pendarahan
d. Untuk memantau output urine
e. Irigasi vesika urinaria
3. Kateter tetap jangka panjang
a. Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
b. Skin rash, ulcer, dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine
c. Klien dengan penyakit terminal
17. Referensi
Kusyanti Eni, 2006, keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar, Jakarta :
EGC.

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes


NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemasangan Kateter Laki - Laki

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
IX. ALAT DAN BAHAN
1. Baki instrument

2. Sarung tangan steril

3. Satu duk fenestrated

4. Pinset

5. Kateter sementara atau menetap

6. Spuit

7. Sarung tangan bersih

8. Baskom

9. Wadah spesimen (botol obat bersih)

10. Lampu senter

11. Slang drainase steril dan kantong pengumpul urine

12. Plester

13. Selimut mandi


14. Perlak pengalas

15. Kantong sampah atau bengkok

16. Handuk mandi

17. Kassa

18. Kapas

19. Pelumas (jelly)

20. Larutan pembersih antiseptic

21. Larutan aquades


X. INSTRUKSI KERJA
1. Jelaskan prosedur pada klien

2. Atur posisi klien senyaman mungkin

3. Tutup ruangan atau tirai ruangan

4. Cuci tangan
Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan Anda kiri (di
5. sebelah kanan tempat tidur jika dominan Anda tangan kanan). Bersihkan
meja samping tempat tidur dan atur peralatan
Tinggikan pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan. Bantu klien
6.
untuk posisi terlentang dengan paha agak abduksi
Selimuti tubuh atas klien dengan selimut mandi dan tutup ekstermitas
7.
bawah dengan selimut tidur, hanya memanjangkan bagian genetalia
8. Tempatkan perlak pengalas dan pispot

9. Tempatkan handuk mandi di bawah genetalia


Kenakan sarung tangan dan cuci perineum dengan sabun dan air sesuai
dengan kebutuhan. Pada pria yang tidak sirkumsisi, yakinkan untuk
10. meretraksi (menarik) prepusium untuk membersihkan meatus uretral
(jangan sabun masuk kedalam meatus)

11. Angkat pispot dan perlak pengalas

12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan


Ketika akan memasang kateter menetap, buka sistem drainase.
13. Tempatkan kantong drainase di atas di antara sisi pagar tempat tidur dan
kasur
Buka kantong kateter sesuai petunjuk, pertahankan dasar wadah tetap
14.
steril
15. Gunakan sarung tangan steril
Pasang duk steril. Ambil duk steril pada ujungnya dan biarkan tidak
terlipat. Pastikan duk tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
16.
Pasang duk di atas paha klien tepat dibawah penis dengan posisi lubang
duk di atas penis
Letakkan baki steril dan isinya di atas duk disisi paha klien atau pada
17.
atas paha
Ambil bola kapas atau kassa dengan larutan antiseptik. Buka wadah
18.
spesimen steril dengan mempertahankan bagian atasnya tetap steril
19. Oleskan pelumas (jelly) pada dasar ujung kateter 12,5 – 17,5 cm
Dengan tangan nondominan Anda, regangkan prepusium pria yang tidak
disirkumsisi. Pegang penis pada batang tepat di bawah glans. Regangkan
20.
meatus uretra diantara ibu jari dan jari telunjuk. Pertahankan tangan
dominan pada posisi ini selama prosedur
Dengan tangan dominan Anda, ambil bola kapas dan bersihkan penis
dengan gerakan melingkar dari meatus bawah ke dasar glans. Ulangi
21.
sebanyak dua kali dengan menggunakan bola kapas yang bersih setiap
kali
Ambil dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan
± 7,5 – 10 cm kateter dari ujungnya. Pegang ujung kateter, gulung di
22.
telapak tangan dominan Anda (jika menjadi keharusan), lalu pegang
kateter dengan pinset
Angkat penis pada posisi tegak terhadap tubuh klien dan terapkan traksi
23.
ringan
Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara menarik nafas
24.
dalam dan dengan perlahan, masukkan kateter melalui meatus
Masukkan kateter 17,5 – 23 cm pada orang dewasa dan 5 – 7,5 cm pada
anak – anak, atau sampai urine mengalir keluar dari ujung kateter, lalu
25. tamping pada bengkok. Jika terasa tertahan, tarik kateter, jangan
paksakan mendorongnya ke dalam uretra. Jika urine tampak keluar,
dorong kateter
Turunkan penis dan pegang kateter dengan kuat pada tangan
26.
nondominan. Letakkan ujung kateter kedalam wadah urine
Tampung spesimen urine. Tarik kateter straight, sekali pakai dengan
27.
perlahan tetapi lembut sampai terlepas
Biarkan kandung kemih sampai benar – benar kosong kecuali kebijakan
28. institusi membatasi volume maksimal urine yang dikeluarkan setiap
kateterisasi
Lepaskan prepusium di atas glans. Dengan kateter sementara sekali
29.
pakai, Tarik dengan perlahan tetapi harus sampai lepas
Jika diinstitusikan pemasangan kateter menetap, kembangkan balon dan
periksa kekuatan tahanan. Setelah mengembangkan balon dengan baik,
30.
lepaskan kateter dengan tangan nondominan Anda dan Tarik perlahan
untuk merasakan tahanan.
Hubungkan ujung kateter ke slang penampung sistem drainase (kantong
31.
penampung urine)
Fiksasi kateter pada bagian atas paha klien atau abdomen bawah (dengan
penis mengarah kearah dada klien) menggunakan plester. Gunakan strip
32.
plester nonalergik. Biarkan sedikit mengendur sehingga setiap gerakan
yang terjadi tidak menimbulkan tegangan pada kateter
Pastikan tidak terdapat obstruksi atau lipatan pada slang. Tempatkan
kelebihan gulungan slang pada tempat tidur dan kencangkan pada dasar
33.
linen tempat tidur dengan klip pada set drainase atau dengan gelang
karet dan peniti
34. Lepaskan sarung tangan, lalu rapikan semua peralatan
Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area parenteral sesuai
35.
kebutuhan
Ajarkan klien tentang posisi yang nyaman dan tekankan pada klien
36.
untuk tidak menarik kateter
37. Cuci tangan
Catat pada catatan perawat hasil prosedur termasuk ukuran kateter,
38.
jumlah dan karakter urine serta toleransi klien
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP PELEPASAN KATETER LAKI - LAKI

7. Definisi Pelepasan Kateter


Suatu proses tindakan melepas drainase urine pada pasien yang dipasang kateter.

8. Indikasi
a. Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
b. Retensi akut selama trauma uretra
c. Mengalami penyakit terminal
d. Koma
e. Inkontinensia urine

9. Kontra Indikasi
a. Prostatitis akut
b. Kecurigaan trauma uretra

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


18. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar Pelepasan
Kateter Laki – Laki.

19. Ruang Lingkup


Semua tindakan Pelepasan Kateter Laki – Laki meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Melepas Kateter Laki - Laki sebagai sarana praktek.

20. Uraian Umum


3. 9 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 10 Palaksanaan prosedur pelepasan kateter laki - laki
3. 11 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 12 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

21. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

22. Alat Dan Bahan


Alat :
18. Satu pasang sarung tangan
19. Pinset
20. Spuit
21. Bengkok 2 buah
Bahan :
9. Betadine
10. Plester
11. Bensin
12. Lidi Kapas
23. Instruksi Kerja
64. Beri tahu pasien
Meminimalkan ansietas klien dan meningkatkan kerja sama.
65. Pasang sampiran atau menutup jendela
Mengurangi rasa malu klien dan membantu reaksi selama prosedur.
66. Bawa alat ke dekat pasien
Agar memudahkan untuk bekerja.
67. Cuci tangan
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
68. Buka plester dengan bensin
Agar tidak terjadi luka dan rasa sakit saat plester dibuka.
69. Pakai sarung tangan
Mempertahankan asepsis selama prosedur.
70. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit
71. Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik nafas panjang kemudian buang kateter
pada bengkok
72. Olesi area prepusium (meatus uretra) dengan betadine
73. Lepas sarung tangan dan bereskan alat
74. Cuci tangan
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
75. Dokumentasikan tindakan
Mendokumentasikan respon klien dan hasil terapi.
24. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan dan memberikan gambaran
yang akurat dari semua tindakan yang diberikan apabila dirawat dan digunakan secara benar.
25. Referensi
Kusyanti Eni, 2006, keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar, Jakarta :
EGC.

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp.,


M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Kateter Laki-Laki

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
XI. ALAT DAN BAHAN
1. Satu pasang sarung tangan
2. Pinset

3. Spuit

4. Bengkok 2 buah

5. Betadine

6. Plester

7. Bensin

8. Lidi Kapas
XII. INSTRUKSI KERJA
1. Beri tahu pasien

2. Pasang sampiran atau menutup jendela

3. Bawa alat ke dekat pasien

4. Cuci tangan

5. Buka plester dengan bensin

6. Pakai sarung tangan

7. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit


Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik nafas panjang
8.
kemudian buang kateter pada bengkok
9. Olesi area prepusium (meatus uretra) dengan betadine

10. Lepas sarung tangan dan bereskan alat

11. Cuci tangan

12. Dokumentasikan tindakan

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP MENCUCI TANGAN BERSIH DAN MENCUCI TANGAN STERIL

1. Pengertian Mencuci Tangan


Yaitu membersihkan tangan dari segala kotoran dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai kebutuhan
a. Mencuci Tangan Bersih
Proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan
dengan memakai sabun dan air mengalir.
b. Mencuci Tangan Steril
Mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril khususnya jika akan
melakukan tindakan steril

2. Indikasi Mencuci Tangan


Dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran penyakit yang melalui tangan, oleh
karena itu berikut indikasi mencuci tangan :
1. Sebelum dan setelah kontak dengan kulit bayi atau cairan tubuh
2. Sebelum melakukan teknik aseptic
3. Sebelum memegang makanan
4. Bila terlihat kotor
5. Setelah dari toilet
6. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi
7. Setelah melepaskan sarung tangan

3. Kontraindikasi Mencuci Tangan


Bila perawat mempunyai luka terbuka atau luka di tangan, beberapa institusi mempunyai
kebijakan melarang perawat kontak dengan klien

4. Prinsip Mencuci Tangan


Dalam mencuci tangan terdapat beberapa prinsip, antara lain :
1. Anggap bahwa semua alat terkontaminasi : jangan terlalu sering memegang keran,
tempat sabun, wastafel, alat pengering, terutama setelah mencuci tangan : dianjurkan
untuk menggunakan tempat sampah yang dapat dibuka tutup menggunakan injakan
kaki, keran yang diputar dengan siku.
2. Jangan memakai perhiasan : cincin meningkatkan jumlah mikroorganisme yang ada
ditangan; perhiasan juga menimbulkan kesulitan dalam mencuci tangan secara
seksama.
3. Gunakan air hangat yang mengalir, alirannya diatur sedemikian rupa demi
kenyamanan; air yang terlalu panas akan membuka pori-pori dan menyebabkan
iritasi kulit; cegah terjadinya percikan air, terutama kebaju, karena mikroorganisme
akan berpindah dan berkembang biak di tempat yang lembab.
4. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa: sabun akan
mengemulsikan lemak dan minyak serta mengurangi tegangan permukaan, sehingga
memudahkan pembersihan.
5. Gunakan gerakan memutar, menggosok dan bergeser: gerakan ini mengangkat dan
menghilangkan kotoran dan mikroorganisme.
6. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan : handuk ini lebih
sedikit menyebarkan mikroorganisme dibandingkan pengering udara panas atau
handuk.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENCUCI TANGAN BERSIH DAN MENCUCI TANGAN STERIL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Mencuci tangan bersih dan steril
agar mahasiswa kompeten melakukan Mencuci tangan bersih dan steril.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Mencuci tangan bersih dan steril, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Mencuci tangan bersih dan steril sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur mencuci tangan bersih dan steril
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan Mencuci Tangan Bersih.


Alat :
1. Bak cuci tangan dengan keran air hangat mengalir (sesuai dengan kondisi yang ada)
2. Handuk kerja
3. Sikat kuku (tidak menjadi suatu keharusan)
4. Tempat untuk handuk kotor
Bahan :
1. Sabun atau desinfektan

6. Instruksi Kerja Mencuci Tangan Bersih.


1. Singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan tangan anda.
Lepaskan perhiasan dan jam tangan.
Memberikan akses kejari, tangan, dan pergelangan. Cincin meningkat jumlah
mikroorganisme pada tangan.
2. Perhatikan kuku jari tangan anda pendek dan terkikir.
Kebanyakan mikroba pada tangan berasal dari bawah kuku.
3. Perhatikan permukaan tangan anda dan jari jari terhadap adanya luka goresan atau
terpotong pada kulit dan kutikula. Laporkan adanya lesi bila merawat klien dengan
kerentanan tinggi.
Luka terbuka akan menjadi sarang mikroorganisme. Lesi demikian menjadi tempat
keluar masuk, meningkatkan pemajanan klien terhadap infeksi, atau sebagai jalan
masuk, meninhkatkan risiko anda terkena infeksi.
4. Berdiri didepan bak cuci, jaga agar tangan dan seragam anda tidak terkena permukaan
bak cuci. Jika tangan anda menyentuh bak cuci saat mencuci tangan, ulangi proses
mencuci tangan dari awal. Gunakan bak cuci dengan keran yang mudah dijangkau.
Bagian dalam bak cuci merupakan area yang terkontaminasi, organisme menyebar
dengan mudah dari tangan ke keran.
5. Buka keran yang dioperasikan dengan tangan
Jika tangan menyentu keran, tangan dianggap terkontaminasi organisme menyebar
dengan mudah dari tangan ke keran.
6. Hindari memercikkan air ke seragam anda.
Mikroorganisme menyebar dan tumbuh dalam situasi lembab
7. Atur aliran air sehingga suhunya hangat
Air hangat lebih nyaman, air hangat membuka pori pori kulit, menyebabkan iritasi
8. Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dibawah air mengalir. Jaga tangan
dan lengan bawah berada lebih rendah dan siku selama mencuci
Tangan mefrupakan bagian paling terkontaminasi yang harus dicuc. Air mengalir dari
area paling bersih ke area paling terkontaminasi.
9. Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik pada tangan dan gosok
sampai berbusa. Jika menggunakan sabun batangan, pegang dan gosok sampai berbusa
Jumlah bakteri berkurang secara signifikan pada tangan jika digunakan 3-5 ml sabun
antimikrobial (larsen, 1987)
10. Cuci tangan menggunakan banyak busa dan gosok selama 10-15 detik. Jalin jari jari dan
gosok telapak dan punggung tangan dengan gerakan memutar
Sabun membersihkan denga mengemulasi lemak dan minyak serta menurunkantegangan
permukaan. Gesekan dan gosokan mekanik melepaskan dan mengangkat kotoran dan
bakteri transien. Menjalin jari jari dan ibu jari memastikan bahwa semua permukaan
bersih sabun antimikrobial harus kontak dengan kulit selama sedikitnya 10 detik
(germer, 1985)
11. Jika area bawah jari jari kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang laindan
tambahkan sabun atau sikat. Jaga kulit dibawah (disekitar) kuku anda tidak mengalami
luka dan terpotong
Penyikatan kotoran dan sedimen dibawah kuku dengan cara mekanik ,mengurangi
mikroorganisme pada tangan.
12. Bilas tangan dan pergelangan tangan secara menyeluruh, jaga tangan diatas dan siku
dibawah.
Pembersihan secara mekanin membersihkan kotoran dan mikroorganisme.
13. Ulangi langkah 6 sampai 11, tetapi lama mencuci tangan diperpanjang 1,2,3 menit
Tangan akan terkontaminasi sehingga semakin besar kebutuhan untuk mencuci
keseluruhan tangan.
14. Keringkan tangan secara menyeluruh, usap dari jari turun kepergelangan tangan dan
lengan bawah
Tujuan pengeringan area paling bersih (ujung jari) ke area yang bersih (pergelangan
tangan) untuk menghindari kontaminasi. Pengeringan dari area paling bersih (ujung
jari) ke arah area kurang bersih (pergelangan tangan) untuk menghindari kontaminasi.
Dengan mengeringkan tangan, mencegah kulit terkupas dan kasar.
15. Letakkan handuk dalam wadah yang telah disediakan
Pembuangan benda yang terkontaminasi ditempat yang telah disediakan mencegah
terjadinya perpindahan mikroorganisme
16. Hentikan aliran air dengan siku. Untuk menghentikan aliran keran tangan, tisu kertas
bersih dan kering
Handuk basah dan tangan basah memungkinkan perpindahan patogen melalui kerja
kapiler.
17. Pertahankan tetap bersih
Kulit yang kering dan tangan yang merekah mudah pecah sehingga memungkinkan jalan
masuk untuk infeksi

7. Alat Dan Bahan Mencuci Tangan Steril.


Alat :
1. Bak cuci tangan dengan kerang tangkai

Bahan :
1. Sabun antimikrobial (misal; savlon atau iodofor)
2. Sabun tangan steril sekali pakai dan pengkikir kuku

8. Instruksi Kerja Mencuci Tangan Steril.


1. Periksa tangan dan jari terhadap luka atau abrasi
Area inflamasi atau lecet pada kulit menjadi mikroorganisme
2. Lepaskan semua perhiasan
Menjadi tempat mikroorganisme
3. Kenakan masker wajah, pastikan masker tersebut menutupi hidung dan mulut dengan
baik
Mencegah keluarnya mikroorganisme ke udara, yang dapat mengkontaminasi tangan
4. Atur aliran air pada suhu hangat
Air panas menghilangkan minyak pelindung dari kulit dan meningkatkan sensitivitas
kulit terhadap sabun
5. Basahi tangan anda dan lengan bawah tangan dengan bebas, pertahankan posisi tangan
berada setinggi siku selama prosedur
Air mengalir karenapengaruh gravitasi dari ujung jari ke siku, tangan menjadi bagian
paling bersih dari ekstermitas atas, dengan mempertahankan tangan tetepa tinggi, air
akan mengalir dari area paling kurang terkontaminasi ke area paling terkontaminasi.
(catatan: pakaian atau seragam anda harus tetap kering selama menyikat)
6. Alirkan sejumlah sabun 2-5 ml ke tangan dan gosokkan tangan serta sampai 5cm (2 inci)
diatas lengan
Mencuci area secara luas mengurangi risiko kontaminasi pada gaun yang anda gunakan
7. Bersihkan kuku dibawah air mengalir dengan sikat steril atau pengkikir
Menghilangkan kotoran dan materi organik yang merupakan tempat tinggal
mikroorganisme dalam jumlah besar
8. Basahi sikat dan oleskan sabun antimikrobial, sikat ujung jari, tangan, lengan dengan
cara berikut:
 Sikat kuku tangan dengan 25 kali gosokan
 Lakukan gerakan sirkular, sikat telapak tangan dan permukaan anterior 10 kali
gosokan
 Sikat bagian samping ibu jari 10 kali gosokan dan bagian posterior ibu jari 10 kali
gosokan
 Sikat bagian samping dan belakang setiap jari 10 kali gosokan
 Sikat punggung tangan 10 kali gosokan
Menghilangkan bakteri residen yang melekat pada permukaan kulit
 Metode scrub mencakup seluruh permukaan kulit
9. Cuci sikat. Oleskan kembali sabun
Pembilasan sikat menghilangkan mikroorganisme
10. Bedakan lengan pada 3 bagian, sikat setiap permukaan bagian bawah lengan dengan
gerakan sirkulasi selama 10 kali gosokan; sikat bagian tengah dan atas lengan bawah
dengan cara yang sama. Buang sikat pada tempat yang disediakan.
Penyikatan menghilangkan bakteri residen yang melekat pada permukaan kulit
11. Dengan tangan fleksi, bilas menyeluruh dari ujung jari sampai siku dalam satu kali
gerakan, biarkan air mengalir pada siku
12. Ulangi langkah 8 sampai 11 untuk lengan yang lain
Mencegah kontaminasi tangan
13. Pertahankan lengan fleksi, buang sikat kedua. Matikan air dengan siku
14. Gunaka handuk steril untuk mengeringkan satu tangan secara menyeluruh, gerakkan dari
jari ke siku. Keringkan dengan gerakan melingkar. Keringkan dari area paling bersih ke
area kurang bersih.
Pengeringan mencegah kulitkering dan memudahkan memakai sarung tangan,
Catatan: jika anda akan menggunakan sarung tangan steril di area klinis biasa, anda
tidak harus menyikat atau mengeringkan tangan anda dengan handuk steril. Penyabunan
dan penggosokan yang dilakukan 2 kali sesuai prosedur akan menjamin tangan bersih.
Pada saat ini anda dapat menggunakan handuk kertas untuk mengeringkan.
15. Ulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain, gunakan area handuk yang lain atau
handuk steril baru
Mencegah kontaminasi tangan
16. Pertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda
Mencegah kontaminasi tidak sengaja
17. Ketika masuk keruangan operasi atau bersalin lindungi tangan dari kontak dengan obyek
apapun
Apabila tangan anda menyentuh obyek, penyikatan harus diulang

9. Dokumentasi
1. Catat tanggal saat melakukan tindakan mencuci tangan bersih atau steril
2. Catat lokasi pelaksanaan mencuci tangan bersih dan steril
3. Catat durasi pelaksanaan mencuci tangan bersih dan steril
4. Catat sabun atau desinfektan yang digunakan saat mencuci tangan bersih dan steril

10. Indikator
Keberhasilan mencuci tangan terjadi jika:
1. Tangan sudah terasa bersih dari mikroorganisme dan nyaman, terbukti mudah ketika
memakai sarung tangan (handscoon).
2. Setelah mengeringkan tangan, posisi tangan lebih tinggi dari siku dan menjauhi tubuh
sebelum memasuki ruang operasi atau bersalin.

11. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
Jakarta:EGC.
Potter, Peterson. Perry, (1999) Buku Saku: Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Edisi 3.
Jakarta:EGC

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mencuci Tangan Bersih

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
MENCUCI TANGAN BERSIH

ALAT DAN BAHAN


Bak cuci tangan dengan keran air hangat mengalir (sesuai dengan
1.
kondisi yang ada)
2. Handuk kerja

3. Sikat kuku (tidak menjadi suatu keharusan)

4. Tempat untuk handuk kotor

5. Sabun atau desinfektan

INSTRUKSI KERJA
singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan
1.
tangan anda. Lepaskan perhiasan dan jam tangan.
2. Perhatikan kuku jari tangan anda pendek dan terkikir.
Perhatikan permukaan tangan anda dan jari jari terhadap adanya luka
3. goresan atau terpotong pada kulit dan kutikula. Laporkan adanya lesi
bila merawat klien dengan kerentanan tinggi.
Berdiri didepan bak cuci, jaga agar tangan dan seragam anda tidak
terkena permukaan bak cuci. Jika tangan anda menyentuh bak cuci saat
4.
mencuci tangan, ulangi proses mencuci tangan dari awal. Gunakan bak
cuci dengan keran yang mudah dijangkau.
5. Buka keran yang dioperasikan dengan tangan

6. Hindari memercikkan air ke seragam anda

7. Atur aliran air sehingga suhunya hangat


Basahi tangan dan lengan bawah secara menyeluruh dibawah air
8. mengalir. Jaga tangan dan lengan bawah berada lebih rendah dan siku
selama mencuci
Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik pada
9. tangan dan gosok sampai berbusa. Jika menggunakan sabun batangan,
pegang dan gosok sampai berbusa
Cuci tangan menggunakan banyak busa dan gosok selama 10-15 detik.
10. Jalin jari jari dan gosok telapak dan punggung tangan dengan gerakan
memutar
Jika area bawah jari jari kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang
11. laindan tambahkan sabun atau sikat. Jaga kulit dibawah (disekitar)
kuku anda tidak mengalami luka dan terpotong
Bilas tangan dan pergelangan tangansecara menyeluruh, jaga tangan
12.
diatas dan siku dibawah.
Ulangi langkah 6 sampai 11, tetapi lama mencuci tangan diperpanjang
13.
1,2,3 menit
Keringkan tangan secara menyeluruh, usap dari jari turun
14.
kepergelangan tangan dan lengan bawah
15. Letakkan handuk dalam wadah yang telah disediakan
Aliran air dengan siku. Untuk menghentikan aliran keran tangan, tisu
16.
kertas bersih dan kering
17. Pertahankan tetap bersih

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mencuci Tangan Steril

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0

MENCUCI TANGAN STERIL

ALAT DAN BAHAN

1. Bak cuci tangan dengan kerang tangkai

2. Sabun antimikrobial (misal; savlon atau iodofor)

3. Sabun tangan steril sekali pakai dan pengkikir kuku

INSTRUKSI KERJA

1. Periksa tangan dan jari terhadap luka atau abrasi

2. Lepaskan semua perhiasan


Kenakan masker wajah, pastikan masker tersebut menutupi hidung dan
3.
mulut dengan baik
4. Atur aliran air pada suhu hangat
Basahi tangan anda dan lengan bawah tangan dengan bebas,
5.
pertahankan posisi tangan berada setinggi siku selama prosedur
Alirkan sejumlah sabun 2-5 ml ke tangan dan gosokkan tangan serta
6.
sampai 5cm (2 inci) diatas lengan
Bersihkan kuku dibawah air mengalir dengan sikat steril atau
7.
pengkikir
Basahi sikat dan oleskan sabuin antimikrobial, sikat ujung jari, tangan,
lengan dengan cara berikut:
 Sikat kuku tangan dengan 25 kali gosokan
 Lakukan gerakan sirkular, sikat telapak tangan dan permukaan
.8.
anterior 10 kali gosokan
 Sikat bagian samping dan belakang setiap jari 10 kali gosokan
 Sikat punggung tangan 10 kali gosokan
9. Cuci sikat. Oleskan kembali sabun
Bedakan lengan pada 3 bagian, sikat setiap permukaan bagian bawah
lengan dengan gerakan sirkulasi selama 10 kali gosokan; sikat bagian
10.
tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang sama. Buang sikat
pada tempat yang disediakan.
Dengan tangan fleksi, bilas menyeluruh dari ujung jari sampai siku
11.
dalam satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku

12. Ulangi langkah 8 sampai 11 untuk lengan yang lain

13. Pertahankan lengan fleksi, buang sikat kedua. Matikan air dengan siku
Gunaka handuk steril untuk mengeringkan satu tangan secara
14. menyeluruh, gerakkan dari jari ke siku. Keringkan dengan gerakan
melingkar. Keringkan dari area paling bersih ke area kurang bersih.
Ulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain, gunakan area
15.
handuk yang lain atau handuk steril baru
16. Pertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda
Ketika masuk keruangan operasi atau bersalin lindungi tangan dari
17.
kontak dengan obyek apapun
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP MEMAKAI HANDSCOON STERIL

1. Definisi
Memakai handscoon steril adalah suatu kegiatan untuk melindungi diri saat kontak
langsung dengan pasien

2. Tujuan
a. Melindungi diri saat kontak langsung dengan pasien yang memiliki luka atau
peralatan medis yang steril
b. Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat
berpindah dari klien satu ke klien lainnya

3. Indikasi
a. Perawatan pada pasien yang terdapat luka atau peralatan keperawatan yang harus
terjaga kesterilannya
b. Setiap prosedur bedah
c. Persalinan pervaginam
d. Prosedur radiologi invansif
e. Melakukan akses dan prosedur (central lines) pembuluh darah
f. Mempersiapkan nutrisi parental dan agen kemoterapi

4. Kontraindikasi
a. Seluruh tindakan yang kemungkinan tidak terpajan darah atau cairan tubuh
seperti memandikan pasien dengan kulit normal, memberi makan pasien,
membantu untuk jalan
b. Seluruh tindakan yang tidak harus terjaga kesterilannya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMAKAI HANDSCOON STERIL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar khusunya
tindakan Keterampilan Memakai Handscoon Steril

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan keterampilan memakai handscoon steril, meliputi persiapan; pelaksanaan;
dan evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan tindakan keterampilan memakai handscoon steril sebagai sarana
praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur Keterampilan Memakai Handscoon Steril
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Korentang steril beserta tempatya

Bahan :
1. Handscoon steril

6. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan. Pakai gown, jika perlu; jika tidak, buka kemasan handscoon, letakkan di
meja samping tempat tidur, dan keluarkan bungkus handscoon bagian dalam; buka
kemasan bagian dalam dengan menggunakan teknik steril ( menggunakan korentang )
dan pajankan handscoon
3. 1 Mempertahankan area steril
2. Ambil sebuah handscoon di bagian lengannya dan selipkan jari tangan yang lain ke
dalam handscoon ( apabila memakai gown, pertahankan lengan gown berada di bagian
dalam sarung tangan jika relevan ), tarik handscoon ke atas tangan dangan lengan gown
3. 2 Memakai handscoon sementara mempertahankan sterilitas
3. Letakkan tangan yang telah memakai handscoon ke bagian dalam lengan handscoon yang
lain dan angkat secara perlahan; selipkan tangan yang lain ke handscoon ke tangan;
pergelangan tangan, dan lengan gown, jika relevan ( jangan menyentuh kulit dengan
tangan yang telah memakai handscoon )
3. 3 Memfasilitasi penempatan handscoon pada tangan tanpa mengkontaminasi
handscoon atautangan yang telah memakai handscoon; menstabilkan lengan gown
dan menciptakan hubungan kontinu antara tangan ke lengan yang steril
4. Tarik handscoon dengan aman untuk memasukkan jari dan menyesuaikan menggunakan
satu tangan untuk menyesuaikan jari tangan yang lain
3. 4 Menempatkan jari tangan ke bagian dalam handscoon sambil mempertahankan
sterilitas
5. Lanjutkan ke area steril, pertahankan tetap berada di atas pinggang; jangan menyentuh
benda-benda non-steril. JIKA HANDSCOON TERKONTAMINASI, BUANG DAN
GANTI DENGAN BAHAN YANG STERIL
3. 5 Mencegah kontaminasi handscoon
6. Dokumentasi

7. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan, dan tepat

8. Referensi
Temple-Jean Smith dan Joyce Young Johnson (2010), Buku Saku Prosedur Klinis
Keperawatan, Jakarta:EGC.
Sriyanti, Cut, SST., M.Keb.2006.Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia I.Jakarta:EGC
Hana, Sia (2016, 05 Desember). Sarung Tangan Steril Indikasi Dipakai.  Dikutip 10 Juli
2019 dari Scribd: https://id.scribd.com/doc/306466795/Cara-Penggunaan-Sarung-Tangan-
Steril

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Memakai Handscoon Steril

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Korentang steril beserta tempatnya

2. Handscoon steril

2. INSTRUKSI KERJA
Cuci tangan. Pakai gown, jika perlu; jika tidak, buka kemasan
handscoon, letakkan di meja samping tempat tidur, dan keluarkan
1. bungkus handscoon bagian dalam; buka kemasan bagian dalam dengan
menggunakan teknik steril ( menggunakan korentang ) dan pajankan
handscoon
Ambil sebuah handscoon di bagian lengannya dan selipkan jari tangan
yang lain ke dalam handscoon ( apabila memakai gown, pertahankan
2.
lengan gown berada di bagian dalam sarung tangan jika relevan ), tarik
handscoon ke atas tangan dangan lengan gown
Letakkan tangan yang telah memakai handscoon ke bagian dalam
lengan handscoon yang lain dan angkat secara perlahan; selipkan
3. tangan yang lain ke handscoon ke tangan; pergelangan tangan, dan
lengan gown, jika relevan ( jangan menyentuh kulit dengan tangan
yang telah memakai handscoon )
Tarik handscoon dengan aman untuk memasukkan jari dan
4. menyesuaikan menggunakan satu tangan untuk menyesuaikan jari
tangan yang lain
Lanjutkan ke area steril, pertahankan tetap berada di atas pinggang;
5. jangan menyentuh benda-benda non-steril. jika handscoon
terkontaminasi, buang dan ganti dengan bahan yang steril

6. Dokumentasi

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP KETERAMPILAN GOWN STERIL

a. Definisi
Gowning adalah suatu tindakan pencegahan kontaminasi mikroorganisme dengan
menggunakan set baju kamar operasi. Pemeliharaan lingkungan steril dengan
menggunakan jubbah atau pakaian khusus sebagaicara menutupi daerah tidak steril
tanpa mengkontaminasi bagian luar dari jubbah
b. Tujuan
3. 1 Mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat kepada klien
3. 2 Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat (teknik pertahanan)
3. 3 Mencegah terjandinya transmisi mikroorganisme/kuman dari klien ke
perawat. (ex: mencegah penularan AIDS, Hepatitis)

c. Indikasi
Gaun operasi dipakai ketika akan dilakukan prosedur pembedahan. Untuk operasi
bedah minor biasanya tidak memakai gaun operasi, namun cukup memakai baju
operasi dan sarung tangan steril saja

d. Kontraindikasi
Seluruh tindakan yang tidak harus terjaga kesterilannya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMAKAI GOWN STERIL

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar khususnya
tindakan Keterampilan Memakai Gown Steril

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan keterampilan memakai gown steril, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan keterampilan memakai masker sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
1. Persiapan alat dan bahan praktikum
2. Palaksanaan prosedur Keterampilan Memakai Gown Steril
3. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
4. Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
a. Korentang steril beserta tempatnya
Bahan :
a. Gown Steril

6. Instruksi Kerja
3. 1 Cuci tangan dan atur peralatan
1. Mengurangi transfer organisme, meningkatkan efisiensi
3. 2 Keluarkan kemasan gown steril dari bungkusan terluarnya dan buka bungkus
bagian dalam untuk memajankan gown steril; letakkan di meja samping tempat tidur,
sentuh hanya bagian luarbungkusan. Lebarkan bungkus diatas meja
2. Mempertahankan kesterilan gown; menyiapkan area steril
3. 3 Keluarkan gown dari area, pegang bagian dalam gown dan secara perlahan
goncangkan untuk melonggarkan lipatan; pertahankan bagian dalam gown tetap
mengarah ke depan anda
3. Mempersiapkan gown untuk dipakai
3. 4 Letakkan kedua lengan di dalam gown di saat bersamaan, dan regangkan ke arah
luar sampai tangan mencapai ujung lengan (yaitu pertahankan tangan tetap berada di
bagian dalam lengan gown)
4. Mempertahankan sterilitas gown
3. 5 Minta asisten mengikat tali yang berada dibagian leher gown, kemudian Tarik tali
yang berada di belakang gown dan kecangkan tali bagian dalam yang berada di pinggang.
Minta asisten menarik tali bagian luar kea rah melingkar dengan menggunakan korentang
atau handscoon steril
5. Memfiksasi gown tanpa mengkontaminasi bagian luar
3. 6 Dokumentasi

7. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan, dan tepat
8. Referensi
Temple-Jean Smith dan Joyce Young Johnson (2010), Buku Saku Prosedur Klinis
Keperawatan, Jakarta:EGC.
Icha, Rizka (2018, 09 September). Penggunaan Gown.  Dikutip 10 Juli 2019 dari Slide
Player: https://slideplayer.com/slide/14215626/

Surabaya, 15 Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan Kampus Soetomo Surabaya

Dr. Supriyanto., S.Kp.,M.Kes Dr. Padoli.,S.Kp.,M.Kes


NIP. 19690921 199203 1 001 NIP. 19680701 199203 1 003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Memakai Gown Steril

Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Korentang steril beserta tempatnya

2. Gown Steril
2. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan dan atur peralatan
Keluarkan kemasan gown steril dari bungkusan terluarnya dan buka
bungkus bagian dalam untuk memajankan gown steril; letakkan di
2.
meja samping tempat tidur, sentuh hanya bagian luarbungkusan.
Lebarkan bungkus diatas meja
Keluarkan gown dari area, pegang bagian dalam gown dan secara
3. perlahan goncangkan untuk melonggarkan lipatan; pertahankan
bagian dalam gown tetap mengarah ke depan anda
Letakkan kedua lengan di dalam gown di saat bersamaan, dan
4. regangkan ke arah luar sampai tangan mencapai ujung lengan (yaitu
pertahankan tangan tetap berada di bagian dalam lengan gown)
Minta asisten mengikat tali yang berada dibagian leher gown,
kemudian Tarik tali yang berada di belakang gown dan kecangkan
5. tali bagian dalam yang berada di pinggang. Minta asisten menarik tali
bagian luar kea rah melingkar dengan menggunakan korentang atau
handscoon steril

6. Dokumentasi

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PERHITUNGAN FREKUENSI PERNAFASAN

1. Definisi
Frekuensi pernapasan adalah cepat lambatnya bernapas atau banyaknya oksigen yang
dihirup dan kemudian dihembuskan dalam bernapas dalam keadaan apapun. Cepat lambatnya
proses pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, laki-
laki memerlukan oksigen lebih banyak dari pada wanita.
2. Aktivitas
Tak jauh dari posisi tubuh, aktivitas yang dilakukan seseorang pun dapat
mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja, sehingga akan sangat mempengaruhi
frekuensi pernapasan seseorang.

Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses pengambilan oksigen, pengeluaran


karbohidrat dan penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup
oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernapasan melibatkan beberapa organ, termasuk hidung, mulut, faring, trakea,
diafragma, otot perut, dan mulut kemudian melewati faring dan laring untuk trakea.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa
sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan
mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Bernafas secara normal
memiliki urutan yang dimulai dari ekspirasi yang disusul oleh inspirasi, kemudian istirahat
sebentar.
Kecepatan normal setiap menit:
1. Bayi baru lahir : 30-40 kali per menit
2. Dua belas bulan : 30 kali per menit
3. Dua sampai lima tahun : 24 kali per menit
4. Orang dewasa : 10-20 kali per menit

2. Indikasi
3. Secara rutin bersamaan dengan pengukuran denyut, suhu, tekanan darah.
4. Sewaktu diperlukan.
5. Atas instruksi dokter.
6. Pasien akan, sedang, setelah di bedah.
3. Kontraindikasi
1. Pasien dengan sakit jantung, pendarahan, kontraksi kuat, pembukaan lengkap.
2. Jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekwensi pernafasannya sedang
dihitung.
3. Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERHITUNGAN FREKUENSI PERNAFASAN
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar perhitungan
frekuensi pernafasan

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan perhitungan frekuensi pernafasan, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan perhitungan frekuensi pernafasan sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur perhitungan frekuensi pernafasan
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Jam tangan dengan jarum petunjuk detik atau tayangan digital
2. Pena
3. Pinsil
4. Lembar kerja
6. Instruksi Kerja
1. Pastikan bahwa klien berada alam posisi nyaman, lebih baik duduk.
Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafaas lebih cepat.
2. Letakkan tangan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian
bawahnya, atau tempatkan tangan anda langsung pada abdomen atas klien.
Posisi ini digunakan selama pengkajian nadi. Kedua tangan anda dan tangan
naik dan turun bersamaan selama siklus pernafasansegera setelah melakukan
pengkajian nadi membuat pengukuran tidak mencolok.
3. Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi).
Menjamin hitungan akan mulai dengan siklus pernafasan normal.
4. Sekali siklus terobservasi, perhatikan jarum jam petunjuk detik dan mulai hitung
frekuensi: bila detik jam tangan mencapai angka pada putaran, hitung “satu” untuk
mulai siklus pertama yang lengkap.
Waktu dimulai dengan mengitung satu. Pernafasan terjadi lebih lambat dari
nadi: jadi hitungan mulai dengan satu.
5. Untuk orang dewasa, hitung jumlah pernafasan dalam 30 detik dan kalikan 2. Untuk
bayi atau hitung pernafasan selama satu menit penuh.
Frekuensi pernafasan sama dengan jumlah pernafasan per menit. Bayi dan anak
kecil bernafas dala irama yang tidak teratur.
6. Bila pernafasan orang dewasa mengalami irama tak teratur atau secara abnormal lebih
lambat atau cepat, hitung selama satu menit penuh.
Interpretasi akurat memerlukan pengkajian setidaknya selama 1 menit.
7. Sementara ,menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan dangkal, normal,
atau dalam dan apakah irama normal atau terjadi perubahan pola.
Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus atau status
penyakit.
8. Catat hasil pada bagan atau lembar kerja. Laporkan adanya tanda-tanda perubahan
pernafasan.
Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi klien. Abnormlitas
dapat mengindikasikan kebutuhan terapi.

7. Indikator
7. Memperhatikan keadaan umum pasien
8. Pasien tidak merasakan sakit
9. Pasien merasa nyaman
8. Referensi
Griffin Anne dan Perry, 1999, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar,
Jakarta : EGC

Larasamantika. 2016. Laporan Praktikum Menghitung Frekuensi Pernapasan di


http://larasimantikaergogo.blogspot.com/2016/02/laporan-praktikum-menghitung-
frekuensi.html?m=1. (Diakses pada tanggal 8 Juli 2019)
Hanny.2011.Tanda-tanda Vital di http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-
tanda-vital-ttv.html?m=1. (Diakses pada tanggal 9 Juli 2019)

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp.,


M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Perhitungan Frekuensi Pernapasan

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
e. ALAT DAN BAHAN
1. Jam tangan dengan jarum petunjuk detik atau tayangan digital

2. Pena

3. Pinsil

4. Lembar Kerja
f. INSTRUKSI KERJA
1. Pastikan bahwa klien berada alam posisi nyaman, lebih baik duduk.
Letakkan tangan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada
2. bagian bawahnya, atau tempatkan tangan anda langsung pada abdomen
atas klien.
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali
3.
ekspirasi).
Sekali siklus terobservasi, perhatikan jarum jam petunjuk detik dan
4. mulai hitung frekuensi: bila detik jam tangan mencapai angka pada
putaran, hitung “satu” untuk mulai siklus pertama yang lengkap.
Untuk orang dewasa, hitung jumlah pernafasan dalam 30 detik dan
5.
kalikan 2. Untuk bayi atau hitung pernafasan selama satu menit penuh.
Bila pernafasan orang dewasa mengalami irama tak teratur atau secara
6.
abnormal lebih lambat atau cepat, hitung selama satu menit penuh.
Sementara ,menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan
7. dangkal, normal, atau dalam dan apakah irama normal atau terjadi
perubahan pola.
Catat hasil pada bagan atau lembar kerja. Laporkan adanya tanda-tanda
8.
perubahan pernafasan.
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.

KONSEP MENGUKUR TEKANAN DARAH

7. Pengertian Tekanan Darah


Menurut Djoko santoso (2010) tekanan darah adalah tekanan dimana darah
beredar dalam pembuluh darah. Tekanan ini terus menerus berada dalam pembuluh darah
danmemungkinkan darah mengalir konstan. Tekanan darah dalam tubuh pada
dasarnyamerupakan ukuran tekanan atau gaya didalam arteri yang harus seimbang
dengan denyut jantung, melalui denyut jantung darah akan dipompa melalui pembuluh
darah kemudiandibawa keseluruh bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume
darah dan elastisitas pembuluh darah (Rusdi, 2009).
Menurut tim peneliti dari Universitas Cambridge dan Nottingham Inggris, tekanan
darah dikontrol oleh hormon yang disebut angiotensis (Anna, 2010).Tekanan tertinggi
karena jantung bilik kiri memompa darah ke arteri disebut tekanan sistolik. Tekanan
diastolik adalahtekanan terendah saat jantung beristirahat atau rileks. Tekanan darah
digambarkan sebagairasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. pada orang dewasa
tekanan normal berkisar 120/80 mmHg (Santoso, 2010)

8. Indikasi
Terdapat beberapa orang yang diminta untuk rutin melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Mereka adalah yang sudah berusia 35 tahun atau lebih, memiliki riwayat
hipertensi, memiliki riwayat keluarga dengan masalah hipertensi, memiliki riwayat
penyakit jantung dan penyakit ginjal, dan mereka yang sedang menjalani kehamilan.
Bahkan, bagi mereka yang sudah mengidap hipertensi, pemeriksaan tekanan darah harus
lebih sering dilakukan demi mengendalikan tekanan darah dalam tubuh.

9. Kontra Indikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak untuk mendapatkan tekanan darah,
berbagai kontraindikasi relatif ada. Hindari pengukuran tekanan darah di lengan yang
sama di mana terdapat fistula arteriovenosa (seperti yang digunakan dalam hemodialisis),
atau di lengan dengan lymphadema. Pengukuran harus dilakukan dengan hati-hati jika
pasien berisiko tinggi untuk terjadinya lymphedema (setelah diseksi kelenjar getah
bening dalam penanganan kanker payudara). Dalam hal ini, penggunaan lengan lainnya
dianjurkan, jika fistula arteriovenosa bilateral atau ada lymphedema, maka pengukuran
tekanan darah dianjurkan dilakukan di ekstremitas bawah.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MENGUKUR TEKANAN DARAH
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar mengukur
tekanan darah
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengukur tekanan darah meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pengukuran tekanan darah sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Pelaksanaan prosedur mengukur tekanan darah
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer air raksa atau aneroid dengan balon udara
3. Bengkok
4. Buku catatan dan alat tulis
Bahan :
1. Kapas alkohol dalam tempatnya

6. Instruksi Kerja
1. Bawa alat ke dekat pasien.

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya


Rasional : Meyakinkan pasien

3. Cuci tangan.
Rasional : Menghilangkan mikroorganisme untuk menghindari penyebarannya
terhadap klien.

4. Atur posisi klien : duduk atau berbaring dengan nyaman, lengan disokong setinggi
jantung dan telapak tangan menghadap keatas
Rasional : Pengaturan posisi dapat mempermudah penempatan manset. Posisi
lengan di atas jantung akan menyebabkan hasil pengukuran rendah yang salah

5. Buka pakaian yang menutupi lengan pasien.


Rasional : Memastikan ketepatan letak manset.
6. Palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset 2,5 cm di aata sisi denyut arteri
brakialis
Rasional : Stetoskop akan diletakkan di atas arteri tanpa menyentuh manset.

7. Pusatkan anak panah yang tertera pada manset ke arteri brakialis dan lingkaran
manset pada lengan atas secara rapi dan tidak ketat
Rasional : Penempatan manset yang longgar menyebabkan hasil pengukuran
tinggi yang salah.

8. Pastikan manometer terketak setinggi titik pandang mata dan perawat berdiri tidak
lebih dari satu meter jauhnya.
Rasional : Mencegah ketidaktepatan pembacaan air raksa.

9. Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas
titik hilangnya denyut arteri. Perlahan kempiskan manset perhatikan sampai denyut
kembali teraba (sistolik palpasi).
Rasional : Mengidentifikasi perkiraan tekanan sistolik dan menentukan titik
pengembangan maksimal untuk pembacaan akurat. Mencegah kesenjangan
auskultasi.

10. Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik


Rasional : Mencegah kongesti vena dan hasil pengukuran tinggi yang tidak akurat.

11. Tempatkan bagian telinga stetoskop pada telinga pemeriksa


Rasional : Bagian telinga stetoskop seharusnya mengikuti sudut liang telinga
pemeriksa untuk mempermudah pendengaran

12. Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan diafragma stetoskop di atasnya
Rasional : Penempatan stetoskop memastikan penerimaan bunyi optimum. Bunyi
yang samar dapat mengakibatkan pengukuran yang salah.

13. Tutup kantong tekanan darah searah putaran jarum jam sampai kencang
Rasional : Mencegah kebocoran udara saat pengembangan

14. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas hasil palpasi sistolik klien
Rasional : Memastikan ketepatan pengukuran sistolik

15. Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksa turun rata-rata 2-3
mmHg per detik.
Rasional : Penurunan air raksa yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat
menyebabkan pembacaan hasil pengukuran yang salah
16. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
Rasional : Bunyi Korotkoff pertama menandakan tekanan sistolik.

17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik hilangnya bunyi
Rasional : Bunyi Korotkoff keempat sebagai tekanan diastolic pada orang dewasa.

18. Kempiskan manset dengan cepat dan total.


Rasional : Pengembangan terus menerus menybabkan oklusi arteri dan matirasa
serta kesemutan pada lengan klien.

19. Jika prosedur diulang, tungu sampai 30 detik.


Rasional : Mencegah kongesti vena dan pembacaan tinggi yang salah.

20. Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.


Rasional : Pemeliharaan yang tepat terhadap alat yang mempengaruhi
kekakuratan instrument.

21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi yang diinginkan
Rasional : Mempertahankan kenyamanan pasien.

22. Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop dan bagian diafragma stetoskop
dengan kapas alkohol.
Rasional : Mengontrol penyebaran mikroorganisme bila perawat saling bergantian
menggunakan stetoskop.

23. Informasikan hasil kepada klien.


Rasional : Meningkatkan partisipasi dalam keperawatan.

24. Mencuci tangan.


Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.

25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.


Rasional : Pencatatan tanda vital dengan segera.

7. Indikator
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Pasien tidak merasa kesakitan
3. Pasien merasa nyaman

8. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium keperawatan
Dasar.Jakarta:EGC
Michelle Lyandina,
https://www.academia.edu/31395808/Konsep_Tekanan_Darah_2.1.1_Pengertian_Tekanan_
Darah
https://doktersehat.com/siapa-rutin-periksa-tekanan-darah/
Dokudok’s,2015, https://dokudok.com/ketrampilan-klinis/prosedur-pemeriksaan-tekanan-
darah/

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes


NIP. 196909211992031001 NIP. 19680701199203100

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mengukur Tekanan Darah
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
III. ALAT DAN BAHAN
1. Stetoskop

2. Sphygmomanometer air raksa atau aneroid dengan balon udara

3. Buku catatan dan alat tulis

4. Bengkok
IV. INSTRUKSI KERJA
1. Bawa alat ke dekat pasien

2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya

3. Melakukan cuci tangan

Atur posisi klien : duduk atau berbaring dengan nyaman, lengan


4.
disokong setinggi jantung dan telapak tangan menghadap keatas

5. Buka pakaian yang menutupi lengan pasien


Palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset 2,5 cm di aata sisi denyut
6.
arteri brakialis
Pusatkan anak panah yang tertera pada manset ke arteri brakialis dan
7.
lingkaran manset pada lengan atas secara rapi dan tidak ketat.
Pastikan manometer terketak setinggi titik pandang mata dan perawat
8.
berdiri tidak lebih dari satu meter jauhnya.
Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset sampai tekanan 30
9. mmHg di atas titik hilangnya denyut arteri. Perlahan kempiskan manset
perhatikan sampai denyut kembali teraba (sistolik palpasi)
10. Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik

11. Tempatkan bagian telinga stetoskop pada telinga pemeriksa


Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan diafragma stetoskop di
12.
atasnya.
13. Tutup kantong tekanan darah searah putaran jarum jam sampai kencang.
Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas hasil palpasi sistolik
14.
klien.
Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksa turun
15.
rata-rata 2-3 mmHg per detik.
16. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik
17.
hilangnya bunyi.
18. Kempiskan manset dengan cepat dan total

19. Jika prosedur diulang, tungu sampai 30 detik

20 Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik

21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi yang diinginkan
Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop dan bagian diafragma
22.
stetoskop dengan kapas alkohol.
23. Informasikan hasil kepada klien.

24. Mencuci tangan


25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan.

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP MENGUKUR TEKANAN NADI RADIAL

1. Pengertian Pengukuran Tekanan Nadi Radial


Denyut nadi adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel kiri jantung. Nadi Radial adalah nadi yang berada pada pergelangan
tangan. Pengukuran tekanan nadi radial adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara
meraba nadi pada pergelangan tangan. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi
adalah saat kita bangun pagi dan sebelum  melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita
masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu.
2. Faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ukuran Tubuh
d. Kehamilan
e. Kesehatan
f. Riwayat kesehatan
g. Rokok dan kafein
h. Intensitas dan lama kerja
i. Faktor fisik
j. Sikap kerja
k. Kondisi psikis
3. Frekuensi Nadi

Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):


Pada bayi baru lahir 140
Selama tahun 120
pertama
Selama tahun kedua 110
Pada umur 5 tahun 96-100
Pada umur 10 tahun 80-90
Pada orang dewasa 60-80

Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):
Bayi baru lahir 100 – 180
Usia 1 minggu – 3 100 – 220
bulan
Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150
Usia 10 –21 tahun 60 – 90
Usia lebih dari 21 69 – 100
tahun

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan :


·         Tidak teraba denyut : 0
·         Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
·         Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2
·         Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta
tidak mudah hilang : + 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGUKUR TEKANAN NADI RADIAL
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium mengukur tekanan nadi radial,
agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran tekanan nadi radial.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengukur tekanan nadi radial, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan pengukuran tekanan nadi radial sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 5 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 6 Palaksanaan prosedur mengukur tekanan nadi radial
3. 7 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 8 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
5. Alat Dan Bahan
Alat :
1. Jam tangan dengan detik/layar digital
2. Pena/pensil
3. Lembar alur tamda vital/buku catatan.
Bahan :
1. Sarung tangan bersih.

6. Instruksi Kerja
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilaksanakan dan tujuannya.
3. Cuci tangan.
4. Memakai sarung tangan bersih.
5. Bantu klien ke posisi terlentang atau duduk, buka kancing depan pakaian klien.
a. Jika terlentang, letakkan klien menyilangkan dada dengan telapak tangan
menelungkup.
b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan bawah dengan
krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan dan telapak tangan
menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi mudah
dilakukan.
5. Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu jari, di sisi
dalam pergelangan tangan klien.
Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan palpasi dengan ibu
jari karena anda akan merasakan denyut anda sendiri.
6. Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian kurangi
tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan yang berlebihan
akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
7. Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah denyutan teratur.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat yakin bahwa
denyut dapat diraba.
8. Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
9. Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
Memastikan ketepatan perhitungan.
10. Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
11. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
12. Cuci tangan.
13. Dokumentasikan pada catatan perawatan.
7. Indikator
1. Telah dilakukan pengukuran nadi dengan benar.
8. Referensi
Eni Kusyanti, dkk (2011), keterampilan & prosedur laboratorium keperawatan dasar,
Jakarta: EGC.

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes


NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mengukur Tekanan Nadi Radial

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
V. ALAT DAN BAHAN
1. Jam tangan dengan detik/layar digital.

2. Pena/pensil.

3. Lembar alur tanda vital/buku catatan.

4. Sarung tangan bersih


VI. INSTRUKSI KERJA
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.

2. Jelaskan tindakan yang akan dilaksanakan dan tujuannya.

3. Cuci tangan.

4. Memakai sarung tangan bersih.


Bantu klien ke posisi terlentang atau duduk, buka kancing depan
pakaian klien.
a. Jika terlentang, letakkan klien menyilangkan dada dengan
telapak tangan menelungkup.

5. b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan
bawah dengan krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan
dan telapak tangan menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi
mudah dilakukan.
Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu
jari, di sisi dalam pergelangan tangan klien.
6. Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan
palpasi dengan ibu jari karena anda akan merasakan denyut anda
sendiri.
Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian
kurangi tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
7.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan
yang berlebihan akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah
denyutan teratur.
8.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat
yakin bahwa denyut dapat diraba.
Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
9.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
10.
Memastikan ketepatan perhitungan.
Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
11.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
12. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.

13. Cuci tangan.

14. Dokumentasikan pada catatan perawatan.

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP SUHU ORAL

1. Definisi

Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa.
Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan
dibidang apapun.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui Oral (mulut). Suhu dapat diambil
melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik atau yang lebih modern
termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk mengukur suhu tubuh.
2. Indikasi
        Pada pasien baru
        Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
        Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
        Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.

Kontra Indikasi

 Klien tidak kooperatif


 Bayi atau toodler
 Tidak sadar
 Dalam keadaan menggigil
 Oang yang biasa bernafas dengan mulut
 Pembedahan pada mulut
 Pasien tidak bisa menutup mulut
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
SUHU ORAL
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar, agar
mahasiswa kompeten melakukan Suhu Oral.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Suhu Oral, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga sebelum
mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib memperagakan
Suhu Oral sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur suhu oral
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat dan bahan

1) Termometer
2) Tiga buah botol :
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih

3) Bengkok
4) Kertas/tisu
5) Sarung tangan
6) Pena
7) Buku catatan
Bahan :
1) Sarung tangan
2) Kertas/tisu

6. Instruksi kerja :

1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai


Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme
2) Jelaskan prosedur pada klien
Rasional : klien tertentu mungkin tidak mengenal atau tidak terbiasa dengan alat pengukur,
penjelasan akan menghilangkan ansietas klien
3) Dapatkan suhu oral
Thermometer kaca :
1) Pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung jari anda
Rasional : mencegah kontaminasi pentolan masuk kedalam mulut klien
2) Baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer setinggi mata
Rasional : merkuri menjadi dibawah 35,5°c (96°c) pembacaan termometer harus dibawa
suhu aktual klien sebelum digunakan cocokan cepat agar penurunan tingkat merkuri dalam
tabung kaca
3) Bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung termometer dengan kuat dengan
cepat gerakan pergelangan tangan ke bawah lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang
tepat
4) Minta klien untuk membuka mulutnya dan dengan perlahan letakkan termometer dalam
kantung sublingual atau (bawah lidah) dari arah ketengah rahang bawah
Rasional : panas dari pembuluh darah superfisial di bawah lidah menghasilkan pembacaan
suhu
5) Minta klien untuk menahan termometer dengan mengaktupkan bibirnya
Rasional : mempertahankan posisi termometer yang tepat, pecahnya termometer dapat
mencederai mukosa mulut dan menyebabkan keracunan merkuri
6) Biarkan termometer dalam mulut klien selama 2 menit atau sesuai kebijakan institusi
Rasional : baker et al (1984) menemukan bahwa waktu pengukuran selama 2 menit tidak
menyebabkan secara klinik
7) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata. informasikan klien tentang hasil
pembacaan suhu
Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin
pembacaan akurat
8) Bersihkan termometer dengan tisu halus bersihkan dengan cara memutar dari ujung ke
pentolan termometer, kemudian buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area paling sedikit terkontaminasi, area pentolan termometer merupakan arah yang
paling banyak terkontaminasi
9) Cuci termometer dengan air sabun suam-suam kuku bilas dalam air dingin dan keringkan
Rasional : cara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan
Termometer organik :
1) Hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang ujung batang hati-
hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol pelepas
Rasional : penekanan tombol melepaskan penutup plastik dari probe
2) Dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sama yg terkunci di
tempatnya
Rasional : penutupan plastik halus tidak akan patah di dalam mulut klien dan mencegah
transmisi mikroorganisme diantara klien
3) Minta keluhan untuk membuka mulut dan perlahan lepaskan probe di bawah lidah dari arah
lateral ke tengah rahang bawah
Rasional : memastikan pembacaan yang akurat teknik yang benar mencegah cedera pada
klien
4) Minta klien untuk mempertahankan probe di dalamnya sampai alarm unit elektronik
berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital
Rasional : unit baterai dapat diestrum kembali
5) Angkat probe dari bahwa lidah klien informasikan pembacaan suhu pada klien
6) Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk mengeluarkan penutup plastik ke dalam
tempat yang tepat
Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme
7) Ganti probe pada unit elektronik
Rasional : unit baterai dapat di estrum kembali
8) Cuci tangan anda dan buang sarung tangan
Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme
9) Catat suhu klien pas grafik atau lembar kerja yang tepat
rasional : harus dilakukan dengan segera sebelum hasilnya terlupakan
Dokumentasi :
1) Catat hasil suhu
2) Catat hari,waktu dan perawat yang melakukannya
3. Referensi :
Potter, patricia A , Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta : EGC
Hidayat Alimul Aziz A. (2002), Kebutuhan Dasar Manusia,Jakarta :EGC
http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-vital-ttv.html

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya
Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Suhu Oral

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
VII. ALAT DAN BAHAN
1. Termometer

2. Botol

3. Bengkok

4. Kertas/Tisu

5. Sarung Tangan

6. Pena

7. Buku Catatan
VIII. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai

2. Jelaskan prosedur pada klien

3. Dapatkan suhu oral

Thermometer kaca :
1) pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung
jari anda
2) baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer
setinggi mata
3) bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung termometer
dengan kuat dengan cepat gerakan pergelangan tangan ke bawah
lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang tepat
4) minta klien untuk membuka mulutnya dan dengan perlahan letakkan
termometer dalam kantung sublingual atau (bawah lidah) dari arah
ketengah rahang bawah
5) minta klien untuk menahan termometer dengan mengaktupkan
bibirnya
6) biarkan termometer dalam mulut klien selama 2 menit atau sesuai
kebijakan institusi
7) dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata.
informasikan klien tentang hasil pembacaan suhu
8) bersihkan termometer dengan tisu halus bersihkan dengan cara
memutar dari ujung ke pentolan termometer, kemudian buang tisu
9) cuci termometer dengan air sabun suam-suam kuku bilas dalam air
dingin dan keringkan

Termometer organik :
1) hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang
ujung batang hati-hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol
pelepas
2) dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu
sama yg terkunci di tempatnya
3) minta keluhan untuk membuka mulut dan perlahan lepaskan probe di
bawah lidah dari arah lateral ke tengah rahang bawah
4) minta klien untuk mempertahankan probe di dalamnya sampai alarm
unit elektronik berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital
5) angkat probe dari bahwa lidah klien informasikan pembacaan suhu
pada klien
6) tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk mengeluarkan
penutup plastik ke dalam tempat yang tepat
7) ganti probe pada unit elektronik
8) cuci tangan anda dan buang sarung tangan
9) catat suhu klien pas grafik atau lembar kerja yang tepat
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.

KONSEP SUHU REKTAL

4. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga,
kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang
apapun.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui Rektal (Dubur). Suhu yang diambil
melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau termometer digital) cenderung 0,5-0,7˚
lebih tinggi daripada ketika diambil oleh mulut.

5. Indikasi
 Pada pasien baru
 Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
 Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
 Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.

6. Kontra Indikasi
 Diare
 Pembedahan rectal
 Clotting disorders
 Hemorrhoids

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


SUHU REKTAL
7. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar, agar
mahasiswa kompeten melakukan Suhu Rektal.

8. Ruang Lingkup
Semua tindakan suhu rektal meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan suhu rektal sebagai sarana praktek.

9. Uraian Umum
3. 5 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 6 Pelaksanaan prosedur suhu rektal
3. 7 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 8 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

10. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

11. Alat Dan Bahan

Alat
1) Termometer
2) Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih

3) Bengkok
4) Pena
5) Buku catatan
Bahan :
1) Sarung tangan
2) Kertas/tisu

12. Instruksi Kerja

1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai


Rasional : mengurangi tranmisi mikroorganisme
2) Jelaskan prosedur pada klien
Rasional : klien tertentu mungkin tidak mengenal atau tidak terbiasa dengan alat pengukur,
penjelasan akan menghilangkan ansietas klien
3) Dapatkan suhu rektal
Thermometer kaca :
1) Pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung jari anda
Rasional : mencegah kontaminasi pentolan masuk kedalam mulut klien
2) Baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer setinggi mata
Rasional : merkuri menjadi dibawah 35,5°c (96°c) pembacaan termometer harus dibawa suhu
aktual klien sebelum digunakan cocokan cepat agar penurunan tingkat merkuri dalam tabung
kaca
3) Bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung termometer dengan kuat dengan
cepat gerakan pergelangan tangan ke bawah lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang tepat
4) Atur posisi klien dengan posisi miring
rasional : untuk memudahkan masuknya termometer ke dalam rektum
5) Pakaian diturunkan sampai glutea
Rasional : dapat memudahkan pelaksanaannya
6) Oleskan vaselin
Rasional : biar licin saat dimasukkan ke rectum
7) Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer kedalam rektal
jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu
8) Tunggu 3-5 menit

9) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata. Informasikan klien tentang hasil
pembacaan suhu
Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin
pembacaan yang akurat

10) Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan cara memutar dan ujung
ke pentolan termometer. Buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area yang sedikit terkontaminasi, sedangkan area yang paling banyak terkontaminasi
adalah bagian pentolan

11) Cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan air dingin dan
keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan

Termometer elektronik
1) Hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang ujung batang hati-
hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol pelepas
Rasional : penekanan tombol melepaskan penutup plastik dari probe
2) Dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sama yg terkunci di
tempatnya
Rasional : penutupan plastik halus tidak akan patah di dalam mulut klien dan mencegah
transmisi mikroorganisme diantara klien
3) Atur posisi kain dengan posisi miring
Rasional : untuk memudahkan masuknya termometer ke dalam rektum
4) Pakaian diturunkan sampai glutea
Rasional : dapat memudahkan pelaksanaannya
5) Oleskan vaselin
Rasional : biar licin saat dimasukan ke rektum
6) Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer ke dalam rektal
jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu
7) Tunggu 3-5 menit
8) Minta kelainan untuk mempertahankan probe ditempatnya sampai alarm unit elektronik
berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital
9) Angkat probe dan informasikan pembacaan suruh kepada klien
10) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca pada setinggi mata. informasikan klien
tentang hasil pembacaan suhu
Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin
pembacaan akurat
11) Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan cara memutar dan ujung
ke pentolan termometer. Buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area yang sedikit terkontaminasi, sedangkan area yang paling banyak terkontaminasi
adalah bagian pentolan

12) Cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan air dingin dan
keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan

Dokumentasi :
1) Catat hasil suhu
2) Catat hari, waktu dan perawat yang melakukan

Referensi :
Potter, Patricia A, Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta :EGC
Hidayat Alimul Aziz A, (2002), Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta :EGC
http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-vital-ttv.html

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Kampus Keperawatan Soetomo
Dr. Supriyanto, SKp, M.kes Dr. Padoli ,SKp, M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 19680701199203100

PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Suhu Rektal

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
IX. ALAT DAN BAHAN
1. Termometer

2. Botol

3. Bengkok

4. Pena

5. Buku Catatan

6. Sarung tangan
X. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai

2. Jelaskan prosedur pada klien

3. Dapatkan suhu rektal


Thermometer kaca :
1) pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung
jari anda
2) baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer
setinggi mata
3) bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung
termometer dengan kuat dengan cepat gerakan pergelangan tangan ke
bawah lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang tepat
4) atur posisi klien dengan posisi miring
5) pakaian diturunkan sampai glutea
6) oleskan vaselin
7) letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan
termometer kedalam rektal jangan sampai berubah tempatnya dan ukur
suhu
8) tunggu 3-5 menit
9) dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata.
Informasikan klien tentang hasil pembacaan suhu
10) bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan
cara memutar dan ujung ke pentolan termometer. Buang tisu
11) cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan
air dingin dan keringkan.

Termometer elektronik
1) hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang
ujung batang hati-hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada
tombol pelepas
2) dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu
sama yg terkunci di tempatnya
3) atur posisi kain dengan posisi miring
4) pakaian diturunkan sampai glutea
5) oleskan vaselin
6) letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan
termometer ke dalam rektal jangan sampai berubah tempatnya dan ukur
suhu
7) tunggu 3-5 menit
8) minta kelainan untuk mempertahankan probe ditempatnya sampai
alarm unit elektronik berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar
digital
9) angkat probe dan informasikan pembacaan suruh kepada klien
10) dengan hati-hati ambil termometer dan baca pada setinggi mata.
Informasikan klien tentang hasil pembacaan suhu
11) bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan
cara memutar dan ujung ke pentolan termometer. Buang tisu
12) cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan
air dingin dan keringkan.

4. Cuci Tangan

5. Dokumentasi

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PENGUKURAN SUHU AKSILA

10. Pengertian Suhu


Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh,
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah.
Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam
tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang bervariasi,
tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang dikonsumsi,
gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut American Medical Association,
dapat berkisar antara 97,8˚F atau setara dengan 36,5˚C sampai 99˚F atau 37,2˚C.
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36˚C
- 37,5˚C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu
tubuhnya < 36˚C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 ˚C - 38˚C
- Febris : Jika bersuhu 38˚C - 39˚C
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40˚C
Jika suhu diambil melalui aksila temperatur diletakkan di bawah lengan dengan
menggunakan termometer gelas atau termometer digital. Suhu yang diambil oleh rute ini
cenderung 0,3-0,4˚ lebih rendah daripada suhu yang diambil oleh mulut.

11. Indikasi pada pengukuran suhu aksila


· Pada pasien baru
· Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
· Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
· Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.
12. Kontraindikasi pada pengukuran suhu aksila
• Pasien kurus
• Inflamasi Lokal daerah aksila
• Tidak sadar, shock
• Konstriksi pembuluh darah perifer 30

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENGUKURAN SUHU AKSILA
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar pengukuran
suhu aksila, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran suhu aksila.

2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pengukuran suhu aksila, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan Pengukuran suhu aksila sebagai sarana praktek.

3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pengukuran suhu aksila
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

5. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Termometer kaca merkuri pendek atau oral atau termometer elektronik dengan probe
rektal (Ujung merah), penutup probe plastik.
2. Bengkok
3. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih
4. Buku catatan suhu
Bahan :
1. Kertas/ tisu
2. Sarung tangan

6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
Rasional : menurunkan ansietas dan meningkatkan kerja sama.
2. Melakukan cuci tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme.
3. Tutup gorden sekitar tempat tidur dan/atau tutup pintu ruangan.
Rasional : memberikan privasi dan meminimalkan rasa malu pasien.
4. Gunakan sarung tangan.
Rasional : untuk melindungi diri.
5. Bantu klien untuk duduk atau posisi terlentang. Lepaskan pakaian atau baju dari bahu dan
tangan klien.
Respon : memberikan pemajanan optimal dari aksila.
6. Ukur suhu.
Termometer Kaca
a. Pegang ujung atas termometer dengan ujung-ujung jari anda.
Rasional : mencegah kontaminasi pentolan.
b. Baca ketinggian merkuri. Bila merkuri diatas tingkat yang diinginkan, kocok
termometer. Pegang ujung atas termometer dengan kuat dan jauhkan dari benda
keras. Dengan cepat goyangkan ke atas dan bawah. Lanjutkan sampain pembacaan
mencapai tingkat yang tepat.
Rasional : merkuri harus di bawah 35,5˚C (96˚F) dan di bawah suhu klien sebelum
digunakan. Pengocokan dengan cepat menurunkan ketinggian merkuri dalam tabung
kaca. Menjauh dari benda keras saat mengocok mencegah pecahnya termometer.
c. Masukkan termometer ke tengah aksila klien, turunkan tangan di atas termometer,
dan letakkan lengan bawah menyilang di atas dada.
Respon : mempertahankan posisi yang tepat dari thermometer di atas pembuluh darah
aksila.
d. Tahan termometer pada tempatnya selama 5 sampai 10 menit atau sesuai kebijakan
institusi .
Rasional : Eoff dan Joyee (1981) menganjurkan 5 menit untuk anak-anak. Anjuran
waktu bervariasi di antar institusi.
e. Lepaskan termometer dan bersihkan adanya secret dengan tisu. Bersihkan dengan
cara memutar dari jari kearah pentolan. Buang tisunya,
Respon : menghindari kontak dengan mikoorganisme. Pembersihan dari area yang
terkontaminasi paling sedikit ke yang paling terkontaminasi.
Termometer Elektronik
a. Hubungkan probe rektal (ujung merah) pada unit layar elektronik pegang ujung
batang, hati-hati jangan melakukan tekanan pada tombol pelepas.
Rasional : tombol pelepas melepaskan penutup plastic dari probe.
b. Dorong penutup plastic sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sampai terkunci di
tempatnya.
Rasional : mencegah trasmisi mikroorganisme.
c. Masukkan probe ke tengah aksila, turunkan lengan pasien di atas termometer, dan
tempatkan lengan bawah menyilang di dada klien.
Rasional : mempertahankan posisi termometer yang di atas pembuluh darah aksila
d. Tahan probe elektronik di tempatnya sampai unit alarm elektronik berbunyi dan
pembacaan suhu tampak pada layar digital.
Rasional : unit elektronik dapat menentukan suhu tubuh klien dalam beberapa detik.
e. Dengan hati-hati lepaskan probe dari aksila.
f. Baca termometer dan informasikan klien tentang suhu.
Rasional : meningkatkan pemahaman status kesehatan.
g. Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk melepaskan penutup probe
plastik pada wadah yang tepat.
Rasional : menurunkan penyebaran infeksi
h. Gantikan penguji unit elektronik.
Rasional : unit batere dapat dipasang kembali.
7. Bantu klien menggunakan pakaian atau gaunnya.
Rasional : mengembalikan perasaan sejahtera klien.
8. Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan memutar dari ujung ke
pentolan termometer. Buang tisu.
Respon : mencegah kontak mikrooganisme dengan tangan anda. Bagian ujung
termometer adalah area palinh sedikit terkontaminasi, area pentolan termometer
merupakan area yang paling banyak terkontaminasi.
9. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan materi organic yang dapat mengganggu kerja
desinfektan.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
11. Dokumentasi.
 Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai pembacaan
aksila dengan huruf capital A.
 Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
Rasional : tanda-tanda vital harus dicatat dengan segera setelah pengukuran sebelum
hasilnya terlupakan. Huruf A mencegah kekeliruan pengukuran oral dan rektal.

7. Indikator
1. Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya mengukur 1
derajat lebih rendah dari suhu oral dika diukur secara bersamaan.
2. Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain.
3. Atas instruksi dokter.
4. Saat mengukur suhu bayi melalui aksila, anda mungkin perlu memegang lengan bayi agar
tetap berada di depan dada.
5. Rute aksila mmungkin tidak seakurat rute lain untuk mendeteksi demam pada anak
(binger & Bali, 1999).
8. Referensi
Potter, Patricia A , Keterampilan Dan Prosedur dasar Edisi 3,. Jakarta: EGC
Hidayat, A. aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp., M.Kes


NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pengukuran Suhu Aksila

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
Termometer kaca merkuri pendek atau oral atau termometer elektronik
1.
dengan probe rektal (Ujung merah), penutup probe plastik
2. Bengkok
Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun

3.  Botol kedua berisi larutan desinfektan


 Botol ketiga berisi air bersih

4. Buku catatan suhu

5. Kertas/ tisu

6. Sarung tangan
II. INSTRUKSI KERJA
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Melakukan cuci tangan.

3. Tutup gorden sekitar tempat tidur dan/atau tutup pintu ruangan.

4. Gunakan sarung tangan.

Bantu klien untuk duduk atau posisi terlentang. Lepaskan pakaian atau
5.
baju dari bahu dan tangan klien.
Ukur suhu.
Termometer Kaca
a. Pegang ujung atas termometer dengan ujung-ujung jari anda.
b. Baca ketinggian merkuri. Bila merkuri diatas tingkat yang
diinginkan, kocok termometer. Pegang ujung atas termometer dengan
kuat dan jauhkan dari benda keras. Dengan cepat goyangkan ke atas dan
bawah. Lanjutkan sampain pembacaan mencapai tingkat yang tepat.
c. Masukkan termometer ke tengah aksila klien, turunkan tangan di
atas termometer, dan letakkan lengan bawah menyilang di atas dada.
d. Tahan termometer pada tempatnya selama 5 sampai 10 menit
atau sesuai kebijakan institusi .
e. Lepaskan termometer dan bersihkan adanya secret dengan tisu.
Bersihkan dengan cara memutar dari jari kearah pentolan. Buang
tisunya,
Termometer Elektronik
6.
a. Hubungkan probe rektal (ujung merah) pada unit layar elektronik
pegang ujung batang, hati-hati jangan melakukan tekanan pada tombol
pelepas.
b. Dorong penutup plastic sekali pakai yang bersih di atas probe
suhu sampai terkunci di tempatnya.
c. Masukkan probe ke tengah aksila, turunkan lengan pasien di atas
termometer, dan tempatkan lengan bawah menyilang di dada klien.
d. Tahan probe elektronik di tempatnya sampai unit alarm
elektronik berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital.
e. Dengan hati-hati lepaskan probe dari aksila.
f. Baca termometer dan informasikan klien tentang suhu.
g. Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk melepaskan
penutup probe plastik pada wadah yang tepat.
Gantikan penguji unit elektronik.
7. Bantu klien menggunakan pakaian atau gaunnya.
Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan memutar dari
8.
ujung ke pentolan termometer. Buang tisu.
Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan
9.
keringkan.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Dokumentasi.
11.
 Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai
pembacaan aksila dengan huruf capital A.
 Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……

Surabaya,
Penguji

NIP.
KONSEP PENGUKURAN SUHU TIMPANIK

7. Pengertian Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa.
Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan
dibidang apapun.

8. Indikator Pengukuran Suhu Timpanik

 Mudah di akses
 Mencerminkan suhu inti
 Sangat cepat
 Dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan beresiko melukai membrane apabila
ujung thermometer di masukan terlalu jauh kedalam lubang telinga
 Pengukuran yang berulang dapat menunjukan hasil yang berbeda
 Hasil pengukuran pada membrane timpani sebelah kanan dan sebelah kiri dapat
berbeda.
  ada serumen dapat mempengaruhi bacaan hasil.

9. Kontraindikasi Pengukuran Suhu Timpanik


 Pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan).
 ada anak dengan infeksi telinga yang aktif atau terpasang selang drainase membrane
timpani
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGUKURAN SUHU TIMPANIK

13. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar pengukuran
suhu timpanik, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran suhu timpanik.

14. Ruang Lingkup


Semua tindakan pengukuran suhu timpanik, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan pengukuran suhu timpanik sebagai sarana praktek.

15. Uraian Umum


3. 9 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 10 Palaksanaan prosedur perawatan jenazah
3. 11 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 12 Penilaian terhadap peforma mahasiswa

16. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan

17. Alat Dan Bahan


Alat :
5. Termometertimpanik dengan penutup probe telinga.
6. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi air bersih
7. Buku catatan suhu
8. Bengkok
Bahan :
3. Kertas/ tisu
4. Sarung tangan

18. Instruksi Kerja


1. Cuci tangan. Gunakan sarung tangan bila tepat.
Rasional : menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Jelaskan prosedur pada klien.
Rasional : menurunkan ansietas dan meningkatkan kerja sama.
3. Pejankan lubang telinga luar klien. Klien mungkin akan merasa lebih nyaman dengan
duduk, berbaring miring, atau posisi terlentang.
Rasional : memberikan pejanan optimal pada membrane timpanik.
4. Hubungkan penutup probe timpanik pada unit termometer.
Rasional : penutup probe mencegah transmisi mikroorganisme antara klien.
5. Masukkan penguji ke dalam lubang teling luar, berikan tekanan lembut tapi kuat.
Respon :tekanan lembut menutup lubang telinga klien dari masuknya udara dan
menigkatkan keakuratan.
6. Pertahankan probe pada lubang telinga sampai hasilnya pengukuran terlihat di unit
digital, sekitar 2 detik kemudian. Lepaskan thermometer dan informasikan klien
tentang pembacaan.
Rasional : pembacaan suhu inti timpanik cepat (kurang dari 2 detik) dan sangat akurat
(Shizonaki, 1988; Erickson et al, 1991).
7. Buang penutup penguji di wadah yang tepat.
Rasional : menurunkan transmisi mikroorganisme.
8. Kembalikan termometer di unit penyimpanan.
Respon : kebanyakan unit dengan kekuatan batere dan dipasang kembali saat
dipasang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Rasional : menurunkan transmisi mikroorganisme.
10. Dokumentasi.
 Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai pembacaan
timpanik dengan huruf capital T.
 Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
Rasional : tanda-tanda vital harus dicatat dengan segera setelah pengukuran sebelum
hasilnya terlupakan. Huruf T mencegah kekeliruan pengukuran suhu lainnya.

19. Indikator
1. Pengukuran suhu gendang telinga tidak akurat pada anak-anak kecil dan tidak boleh
digunakan pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan). Hal ini terutama berlaku pada bayi
dibawah 3 bulan dimana pengukuran suhu yang akurat adalah sangat penting.
2. Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain.
3. Hindari rute timpanik pada anak dengan infeksi telinga yang aktif atau terpasang
selang drainase membrane timpani.
20. Referensi
Potter, Patricia A , Keterampilan Dan Prosedur dasar Edisi 3,. Jakarta: EGC
Hidayat, A. aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Surabaya, Juli 2019


Mengetahui Ketua Program Studi
Ketua Jurusan, Kampus Soetomo
Surabaya

Dr. H. Supriyanto, S.Kp., M.Kes Dr. Padoli, S.Kp.,


M.Kes
NIP. 196909211992031001 NIP. 196807011992031003
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pengukuran Suhu Timpanik

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
XI. ALAT DAN BAHAN
1. Termometertimpanik dengan penutup probe telinga
Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
2.
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi bersih
3. Buku catatan suhu

4. Bengkok

5. Kertas/ tisu

6. Sarung tangan
XII. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan. Gunakan sarung tangan bila tepat.

2. Jelaskan prosedur pada klien.


Pejankan lubang telinga luar klien. Klien mungkin akan merasa lebih
3.
nyaman dengan duduk, berbaring miring, atau posisi terlentang.

4. Hubungkan penutup probe timpanik pada unit termometer.

Masukkan penguji ke dalam lubang teling luar, berikan tekanan lembut


5.
tapi kuat.
Pertahankan probe pada lubang telinga sampai hasilnya pengukuran
6. terlihat di unit digital, sekitar 2 detik kemudian. Lepaskan thermometer
dan informasikan klien tentang pembacaan
7. Buang penutup penguji di wadah yang tepat.

8. Kembalikan termometer di unit penyimpanan.

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

Dokumentasi.
 Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai
10. pembacaan timpanik dengan huruf capital T.
 Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM

Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mengukur Tekanan Nadi Radial

Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
XIII. ALAT DAN BAHAN
1. Jam tangan dengan detik/layar digital.

2. Pena/pensil.

3. Lembar alur tanda vital/buku catatan.

4. Sarung tangan bersih


XIV. INSTRUKSI KERJA
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.

2. Jelaskan tindakan yang akan dilaksanakan dan tujuannya.

3. Cuci tangan.

4. Memakai sarung tangan bersih.


Bantu klien ke posisi terlentang atau duduk, buka kancing depan
pakaian klien.
a. Jika terlentang, letakkan klien menyilangkan dada dengan
telapak tangan menelungkup.

5. b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan
bawah dengan krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan
dan telapak tangan menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi
mudah dilakukan.
Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu
jari, di sisi dalam pergelangan tangan klien.
6. Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan
palpasi dengan ibu jari karena anda akan merasakan denyut anda
sendiri.
Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian
kurangi tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
7.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan
yang berlebihan akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah
denyutan teratur.
8.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat
yakin bahwa denyut dapat diraba.
Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
9.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
10.
Memastikan ketepatan perhitungan.
Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
11.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
12. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.

13. Cuci tangan.

14. Dokumentasikan pada catatan perawatan.

JUMLAH

Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji

NIP.

Anda mungkin juga menyukai