1. DEFINISI
Nasogastric Tube ( NGT ) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair
dengan selang pastik yang dimasukkan melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT
diantarannya di bagi menjadi 3 kategori yaitu : Dewasa ( 16 – 18 Fr ), anak – anak( 12 –
14 Fr ), dan bayi ( 6 Fr )
Pemasangan Nasogastric Tube ( NGT ) merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien
dengan tujuan memasukkan makanan cair atau obat – obatan, mengeluarkan cairan dalam
lambung, melakukan irigasi karena adanya pendarahan lambung atau keracunan,
mengurangi mual atau muntah setelah pembedahan dan pengambilan specimen dalam
lambung untuk bahan pemeriksaan.
2. INDIKASI
a. Pasien tidak sadar
b. Pasien dengan kesulitan menelan
a. Pasien keracunan
b. Pasien muntah darah
c. Pasien pra atau post operasi esophagus atau mulut
3. KONTRAINDIKASI
a. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus
b. Pasien yang mengalami cidera cerebrospinal
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Pemasangan Nasogastric Tube
( NGT ), agar mahasiswa kompeten melakukan tindakan Pemasangan Nasogastric Tube
( NGT ).
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemasangan nasogastric tube (NGT)
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
Langkah - Langkah
1. Cuci tangan dan atur peralatan
Mengurangi perpindahan mikrorganisme
Meningkatkan efisiensi
2. Jelaskan prosedur pada klien
Mengurangi ansietas
Meningkatkan kerjasama dan partisipasi
3. Bantu klien pada posisi semi fowler
Memudahkan pasase slang ke dalam esophagus agar tidak masuk ke trakea
4. Letakkan handuk mandi diatas dada klien. Simpan tisu wajah dalam jangkauan klien.
Mencegah membasahai pakaian klien. Insersi selang menuju jalan nasal dapat
menyebabkan berairmata
5. Letakkan bengkok di dekat pasien
Memudahkan perawat meletakkan bahan yang sudah tidak digunakan lagi
6. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal :
- Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain
tersumbat. ( Kaji hidung pada klien tidak sadar dengan pen light ).
Menetukan kepatenan pasase nasal
- Ulangi pada hidung yang lain
Menentukan kepatenan nasal
- Minta klien meniupkan hidung dengan kedua lubang hidung terbuka
Membersihkan pasase nasal tanpa mendorong mikroorganisme masuk ke telinga
dalam
- Bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan tisu lembab atau lidi kapas.
Membersihkan pasase nasal
7. Ukur panjang slang yang diperlukan dengan menggunakan slang itu sendiri sebagai alat
pengukur
- Ukur jarak dari ujung hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar
slang pada daun telinga
Menunjukkan jarak dari jalan masuk nasal ke area faring
- Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke prosesu xifoideus sampai sternum
Menunjukkan jarak dari area faring ke lambung
- Tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
Menunjukkan kedalaman slang yang harus dimasukkan
8. Gunakan sarung tangan dan masukkan slang pemberian makan dalam air atau jeli larut
air untuk melumasi ujung slang.
Mengurangi kontaminasi
Meningkatkan insersi slang secara halus
9. Minta klien untuk menengadahkan kepala : masukkan slang ke dalam lubang hidung
paling bersih.
Memudahlan jalan masuk slang ke dalam lubang hidung secara halus
10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke lubang hidung minta klien menahan
kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
Menurunkan kemungkinan insersi ke dalam trakea
Memungkinkan perawat melihat kapan slang berada di faring
11. Ketika slang terlihat dan klien dapat merasakan slang dalam faring, instruksikan klien
untuk menekuk kepala ke depan dan menelan ( berikan batu es atau minta klien
menyesap air )
Memudahkan pasase slang ke dalam esophagus
12. Tekankan pentingnya untuk bernafas lewat mulut dan menelan selama prosedur.
Membantu memudahkan lewatnya slang , menghilangkan rasa takut klien selama
prosedur
13. Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa
memaksa saat klien menelan ( jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokkan
tarik slang ke faring dan ulangi langkah – langkahnya ) ; diantara upaya tersebut, dorong
klien untuk bernafas dalam.
Mempertahankan oksigenasi dengan baik
14. Ketika tanda plester pada slang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan dan
periksa penempatannya.
Memnunjukkan slang berada di lambung dan tidak melengkung di mulut atau pada
percabangan trakeobronkial
- Minta klien membuka mulut untuk melihat slang
- Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung (atau aspirasi slang pemberian
makan yang lama jika dipasang ).
- Tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10 sampai 20 ml ( 10 ml untuk klien pedriatik ),
masukkan ke slang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan
stetoskop ; jika terdengar gemuruh, fiksasi slang. (Jika slang tersebut adalah slang
pemberian makanan, lepaskan stilet dari selang pemberian makan berdiameter kecil
dan simpan ).
Menghemat kawat pembimbing untuk pemasangan slang berikutnya, jika
diperlukan.
15. Untuk mengamankan slang :
Mempertahankan penempatan slang sesuai aktivitas klien
- Gunting bagian tengah plester sepanjang 2inci, sisakan 1 inci tetap utuh
- Tempelkan 1 inci plester pada batang hidung
- Lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitkan mengitari
slang
16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien (jika slang pemberian
makan) atau penitikan pada pakaian klien (jika slang penampung). Pita karet digunakan
untuk memfiksasi slang.
Mencegah tertariknya slang dari hidung klien dan kemungkinan perubahan posisi
17. Simpan stilet dari slang pemberian makan berdiameter kecil kedalam kantong plastic di
samping tempat tidur.
Memudahkan perawat apabila stilet dibutuhkan kembali untuk kebutuhan klien
18. Lakukan hygiene oral secara teratur. Bersihkan selang di lubang hidung.
Meningkatkan kenyamanan klien dan intregitas membrane mukosa mulut
19. Tetap tinggal dan bicara pada klien
Menurunkan ansietas setelah insersi slang
20. Lepaskan sarung tangan, buang peralatan dan cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme
21. Catat jenis slang yang di pasang dan toleransi klien pada prosedur
Mendokumentasikan prosedur yang tepat
Dokumentasi :
- Tanggal dan waktu insersi selang
- Warna dan jumlah drainase
- Ukuran dan tipe slang
- Toleransi klien terhadap prosedur
- Pemastian penempatan slang dengan radiografi
- Kecepatan dan pemulaan pemakaian pengisap atau slang pemberian makan
7. Indikator
- Klien menambah berat badanya setengah sampai satu kilogram per minggu
- Klien tidak mempunyai keluhan mual dan muntah
8. Referensi
Johson, Joyce Young dkk ( 2005 ), Prosedur Perawatan di Rumah (Terj), Jakarta : EGC
Potter, Peterson, & Perry ( 2003 ), Buku Saku : keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5 ,
Jakarta : EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemasangan Nasogastric Tube ( NGT )
Dilakukan
Ya Tidak
No Kegiatan Ket
1 0
.
I. ALAT DAN BAHAN
Selang Nasogastric ( NG ) ( Selang penampung 14 sampai 18 French )
1.
atau selang nasointestinal ( 8 sampai 12 French, selang makan
berdiameter kecil
Spuit dengan ukuran tepat :
2.
- NG : Spuit 30 atau 30 ml dengan ujung kateter
- Diameter kecil : Spuit Luer-Lok 20 sampai 30 ml
3. Sarung tangan bersih
4. Stetoskop
5. Spatel Lidah
6. Handuk
7. Strip Indikator PH
11. Bengkok
21 Catat jenis slang yang di pasang dan toleransi klien pada prosedur
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PELEPASAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )
1. DEFINISI
Nasogastric Tube ( NGT ) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair
dengan selang pastik yang dimasukkan melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT
diantarannya di bagi menjadi 3 kategori yaitu : Dewasa ( 16 – 18 Fr ), anak – anak( 12 –
14 Fr ), dan bayi ( 6 Fr ).
Pelepasan Nasogastric Tube ( NGT ) merupakan suatu proses pengambilan atau
melepaskan selang NGT dari saluran pencernaan agar pasien merasa lebih nyaman
karena tidak perlu lagi menggunakan NGT.
2. INDIKASI
a. Pasa pasien terpasang selang NGT selama 3 x 24 jam
b. Pada pasien dengan sinusitis
c. Pada pasien mengalami infeksi
d. Pada pasien mengalami sumbatan
e. Pda pasien mengalami polip
3. KONTRAINDIKASI
a. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus
b. Pasien yang mengalami cidera cerebrospinal
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELEPASAN NASOGASTRIC TUBE ( NGT )
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Pelepasan Nasogastric Tube
(NGT), agar mahasiswa kompeten melakukan tindakan Pelepasan Nasogastric Tube (NGT).
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pelepasan Nasogastric Tube (NGT) meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Pelepasan Nasogastric Tube (NGT) sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pelepasan nasogastric tube ( NGT )
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
Langkah - Langkah
1. Cuci tangan
Mengurangi transfer mikroorganisme
2. Jelaskan prosedur pada klien
Menurunkan ansietas
3. Gunakan sarung tangan
Mengurangi transfer mikroorganisme
4. Letakkan handuk di bawah dagu klien
Mencegah kontaminasi tempat tidur atau pakaian dari secret gastrik
5. Matikan penghisap dan lepaskan selang NG dari kantung drainase. Lepaskan plester
menggunakan yod bensin dari batang hidung dan lepaskan peniti dari pakaian klien.
Selang harus bebas dari sambungan bila dilepaskan
6. Minta klien memegang tisu wajah. Instruksikan klien untuk mengambil napas dalam dan
menahannya
Jalan napas mungkin sementara tertutup selama melepaskan selang
7. Tarik slang dengan mantap dan perlahan saat klien menahan napas. ( Jangan tarik terlalu
pelan atau terlalu cepat )
Mengurangi trauma pada mukosa dan meminimalkan ketidaknyamanan klien
8. Buang slang dan peralatan penghisap dan cuci tangan.
Mengurangi transfer miroorganisme
9. Bersihkan hidung klien dan berikan perawatan mulut
Meningkatkan kenyamanan
10. Catat prosedur pada catatan perawat. Penekanan terutama tentang melepaskan selang,
volume akhir secret yang tertampung dalam system drainase, dan respon klien.
Pecatatan tepat waktu secara akurat mendokumentasikan prosedur
Dokumentasi :
- Tipe slang NGT dan terapi ( penghisap atau slang pemberian makan )
- Status kepatenan dan keamanan slang
- Tipe dan jumlah drainase (atau sisa jika dilakukan pemberian makan per slang)
- Waktu pengangkatan slang NGT
- Toleransi klien terhadap terapi kontinu atau pengangkatan slang
7. Indikator
- Klien dapat makan tanpa memerlukan slang NGT
- Klien tidak mengeluh mual dan muntah setelah pelepasan slang NGT
8. Referensi
Johson, Joyce Young dkk ( 2005 ), Prosedur Perawatan di Rumah (Terj), Jakarta : EGC
Potter, Peterson, & Perry ( 2003 ), Buku Saku : Keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5 ,
Jakarta : EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Nasogastric Tube ( NGT )
Dilakukan
Kegiatan Ya Tidak Ket
No. 1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Sarung tangan bersih
2. Handuk
3. Bengkok
5. Pinset cirugi
6. Tisu wajah
7. Yod bensin
8. Kapas Lidi
II. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
1. Definisi
Injeksi intravena merupakan Pemberian obat dengan cara memasukkan kedalam
pembuluh darah vena menggunakan spuit.
2. Indikasi
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi daripada injeksi parental lain.
2. Untuk menghindari adanya kerusakan jaringan.
3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
3. Kontra indikasi
1. Pasien dengan liver desease
2. Non-intact duktus biliaris
3. Pasien dengan peningkatan bilirubin ( lebih dari 2 mg/dl)
4. Untuk pasien dengan obstructive jaundice dan post cholecystectomy, maka USG
dapat digunakan.
4. Tempat injeksi
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2. Pada tungkai (vena saphenous)
3. Pada leher (vena jugularis)
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
INJEKSI INTRAVENA (IV)
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Injeksi Intravena, agar mahasiswa
kompeten melakukan Injeksi Intravena.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Injeksi Intravena, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan Injeksi Intravena sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur Injeksi Intravena
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Intravena (IV)
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Bak injeksi
2. Baki obat
5. Bengkok
6. Gunting plester
8. Kapas alcohol
14. Betadine
II. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan
19. Jika ada darah, lepaskan tourniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
Keluarkan jarum dari pembuluh darah vena dengan sudut yang sama
20. ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada lokasi penusukan.
Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi
21.
betadine.
22. Kembalikan posisi klien.
Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
23.
masing-masing
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP INJEKSI SUBKUTAN
INJEKSI SUBKUTAN
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan bimbingan praktek laboratorium kebutuhan dasar
manusia (KDM) agar proses bimbingan berjalan secara terstruktur sesuai standart khususnya
injeksi subkutan
2 . Ruang Lingkup
Semua tindakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan
subkutan sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di lapangan, wajib
melaksanakan keterampilan ini secara individu di laboratorium kebutuhan dasar manusia
dengan bimbingan dari pembimbing laboratorium KDM
3. Uraian Umum
3.1. Injeksub subkutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan subkutan dengan menggunakan spuit
3.2 Dilakukan dengan tujuan untuk memasukkan obat ke jaringan subkutan untuk diabsorbsi
3.3 Tempat injeksi yang bisa digunakan lengan atas bagian luar, paha anterior, daerah
abdomen, area scapula dan punggung atas, daerah ventrogluteal, dan dorsogluteal
bagian atas.
3.4 Prosedur ini menggunakan prinsip steril.
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
7. Intruksi Kerja
2) Kumpulkan peralatan dan perjksa urutan medikasi terhadap rute, dosis dan waktu
pemberian.
3) Siapman medikasi dari ampul atau vial dari obat yang disediakan.
4) Periksa Identitas klien dan tanyaman nama klien. Kaji terhadap alergi.
5) Jelaskan prosedur pada klien dan lanjutkan dengan cara yang tenang.
-Tempat suntikan harus bebas dari lesi yang mungkin mengganggu absorbsi obat.
Diperlukan massa otot yang cukup untuk memastikan sumtiman subkutan akurat kedalam
jaringan yang tepat.
-Catatan : antikoagulan dapag menyebabkan pendarahan lokal dan memar jika disuntikkan
ke dalam area lengan dan tungkai.
7) Dalam kasus penyuntikan insulin yang berulang setiap hari. jangan gunakan tempat
penyuntikan yang sama. Rotasi didalam satu region anatomi kemudian pindah ke lokasi
anatomi lainnya . Jangan gunakan kembali tempat penyuntikan yang sama dalam periode 3
minggu.- Rotasi tempat penyuntikan mencegah pembentukan jaringan parut subkutan dan
lipodistrofi yang dapat mempengaruhi absorbsi obat.
8) Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman tergantung pada tempat suntikan yang di
pilih.
- Agar memudahkan perawat dalam penanganan pemberian obat melalui injeksi subkutan
dan membuat klien merasa nyaman atas tindakan klien
9) Minta klien untuk melemaskan lengan atau tungkainya, tempat dimana suntikan akan
diberikan. Bicara kepada klien dengan subjek yang menarik.
- penyuntikan yang akurat membutuhkan penusukan di tempat anatomi yang tepat untuk
menghindari pencederaan jaringan di bawah saraf, tulang dan pembuluh darah
11) Bersihkan tempat suntikan yang akan dipilih dengan alkohol swab, dengan cara taruh
alkohol swab ditengah suntikan dan putar dengan arah melingkar sekitar 5cm.
12) Pegang swab diantara jari ketiga dan emoat dari tangan anda yang tidak dominan.
13) Lepaskan cup jarum dari spuit dengan menarik cup lurus.
14) Pegang spuit diantara ibu jari tangan anda yang dominan, bayangkan seperti memegang anak
panah dengan telapak tangan diatas
☆ untuk klien ukuran sedang,dengan tangan yang non dominan anda regangkan kedua
belah susu kulit tempat suntikan dengan kuat.
- Penusukan jarum pada kulit yang tegang lebih mudah dibandingkan dengan kulit yang
kendur.
☆ Untuk klien obesutas, cubit kulit pada tempat suntikan dan suntikkan jarum di bawah
lipatan kulit
☆ Suntikan jarum dengan cepat dan kuat pada sudut 45 derajar kemudian lepaskan cubitan
kulit bila dilakukan.
-Penusukan yang cepat dan kuat meminimalkan ansietas dan ketidaknyamanan klien
16) Manakala jarum memasuki tempat suntikan dengan tangan yang nondominan anda raih
- Penyuntikan dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian spuit , pergerakan spuit
dapat mengubah letak jarum yang menyebabkan rasa tidak nyaman.
17) Dengan pelakan tarik kebelakang plunger untuk mengaspirasi obat jika terlihat darah maka
spuit langsung ditarik dan buang spuit dan ulangi penyuntikan.
- Darah yang teraspirasi menandakan bahwa jarum masuk ke dalam pembuluh darah
intravena.
18) Cabut jarum dengan cepat sambil meletakkan swab antiseptik tepat dibawah suntikan.
19) Masase tempat suntikkan dengan perlahan kecualin merupakan kontraindikasi seperti pada
penyuntikan heparin.
21) Buang jarum tidak berpenutup dan letakkan spuit kedalam tempat sampah yang sudah diberi
label.
23) Catat pemberian obat pada lembar obat. dokumentasikan hasil catatan perawat.
24) Kembali untuk mengevaluasi respins klien terhadap obat dalam 15 menit sampai 30 menit.
- Obat parenteral diserap dan bekerja lebih cepat daripada obat oral. Pengamatan
menentukan kemanjuran kerja obat.
8.Indikasi
Bila tidak ada darah saat aspirasi menandakan bahwa jarum tepaf dalam jaringan lemak dan
langsung dapat diberikan obatnya.
9. Referensi
Potter.Peterson,danperrt(1995) .Buku Saku : keterampilan dan Prosedue Dasar, Edisi 3, jakarta.
EGC.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Subcutan
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
4. Bak spuit
5. Baki obat
6. Bengkok
7. Kapas alcohol
9. Plester
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan
6. atau rasa gatal
Cabut jarum dengan sudut yang sama pada saat dimasukkan 90 0, sambil
17. melakukan penekanan pada area penusukan dengan menggunakan kapas
alcohol
Mendokumentasikan tindakan
1. Identitas klien
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Rute yang benar
5. Waktu yang benar
25. 6. Reaksi klien
7. Reaksi alergi
8. Apabila klien menolak pemberianobat atau tidak mau di injeksi
harus di catat
9. Waktu pelaksanaan (hari, tanggal, dan waktu pemberian )
10. Nama terang perawat dan tanda tangan yang melaksanakan
tindakan
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
25 25
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP INJEKSI INTRACUTAN
1. Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil, makanya
penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat
dibandingkan. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap
mikroorganisme.
2. Indikasi
1. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.
2. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. kontraindikasi
- Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini
berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik maupun
kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
- Tuntutan sterilitas sangat ketat.
- Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
- Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan keperawatan injeksi intracutan, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan keperawatan injeksi intracutan sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
1. Persiapan alat dan bahan praktikum
2. Palaksanaan prosedur injeksi intracutan
3. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
4. Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar
5. Alat Dan Bahan
Alat :
• Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
• Sarung tangan sekali pakai (bersih)
• Spuit 1ml dengan jarum berukuran 25 G, 26 G, atau 27 G dan panjang sekitar 0,6-1,6 cm
• Pulpen atau spidol
• Bak spuit
• Baki obat
• Bengkok
Bahan :
• Kapas alkohol
• Obat yang sesuai
6. Persiapan Pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah-langkah perasat
4. Menyiapkan klien sesuai kebutuhan
5. Memasang sketsel
7. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan.
2. Siapkan obat yang sesuai dengan prinsip "lima benar".
3. Identifikasi klien.
4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan pastikan lokasi penyuntikan mudah diakses.
6. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan aborsi obat atau cedera dan nyeri yang berlebihan.
7. Pakai sarung tangan.
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkular
dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
9. Buka tutup jarum spuit.
10. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
nondominan.
Membuat kulit lebih kencang dan memudahkan penusukan.
11. Dengan ujung jarum yang menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15°.
12. Masukan obat secara perlahan. Perhatikan benjolan yang terbentuk.
13. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
14. Usap perlahan area penyuntikan dengan kapas alkohol. Hindari melakukan masase pada
lokasi penyuntikan.
Supaya cairan atau obat yang dimasukkan tidak keluar dari lokasi penyuntikan.
15. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm dari batas benjolan menggunakan pulpen. Minta
klien untuk tidak menggosok area tersebut.
Untuk mengetahui reaksi alergi obat.
16. Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk tes alergi,
observasi adanya reaksi sistemik, misalnya kesulitan bernafas, keringat dingin, pingsan,
mual, dan muntah.
17. Bantu klien ke posisi yang nyaman.
18. Buang peralatan sekali pakai ke wadah medis khusus.
19. Lepaskan sarung tangan dan masukan kedalam bengkok.
20. Cuci tangan.
21. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
22. .Evaluasi kondisi klien dan lokasi penyuntikan setelah 5 menit, 15 menit, dan selanjutnya
secara periodik.
8. Indikator
Obat sudah dimasukkan dengan tepat rute. Setelah dilakukan injeksi bagian penusukkan
tidak mengeluarkan darah dan terjadi indurasi (grlembung)
9. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatn Dasar,
Jakarta: EGC
Kusyati, Eni dkk (2012). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatn Dasar, Edisi
2, Jakarta: EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Intracutan
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
5. Bak spuit
6. Baki obat
7. Bengkok
8. Kapas alcohol
9. Obat sesuai
2. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan
3. Identifasi klien
13. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
37 37
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan injeksi intramuskular, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan injeksi intramuskular sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3.1 Injeksi Intamuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan Intamuskuler dengan menggunakan spuit.
3.2. Dilakukan dengan tujuan untuk memasukkan obat ke jaringan Intamuskuler untuk
diabsorbsi.
3.3. Tempat injeksi yang bisa digunakan area ventrogluteal, dorsogluteal, vastus lateralis,
deltoid, rektus femoralis, gluteus medius (1/3 superolateral antara SIAS dan coxygeus).
3.4. Prosedur ini menggunakan prinsip steril.
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar
6. Persiapan Pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah-langkah perasat
4. Menyiapkan klien sesuai kebutuhan
7. Instruksi Kerja
1. Melakukan cuci tangan
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”
Rasional : menghindari resiko kesalahan dalam pemberian obat kepada klien
3. Dekatkan alat ke klien
Rasional : memudahkan kerja perawat
4. Menjelaskan prosedur ke klien
Rasional : agar klien tau tindakan apa yang akan dilakukan perawat kepada klien.
Sehingga klien bekerja sama kepada tindakan yang akan dilakukan perawat
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
Rasional : untuk memudahkan tindakan
6. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan atau rasa gatal
Rasional : untuk menghindari gangguan absorbsi obat atau cedera dan nyeri yang
berlebihan
7. Pakai sarung tangan
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
8. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkular
dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering
Rasional : untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme atau
biasa disebut mendensifeksi area penusukan
9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non-dominan
Rasional : lebih efektif bagi perawat karena tanagn yang bekerja dominan di gunakan
untuk memegang spuit
10. Buka tutup jarum
11. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm di bawah area penusukan dengan tangan
nondominan
Rasional : membuat kulit menjadi lebih kencang dan memudahkan penusukan
12. Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan dominan, masukkan
sampai pada jaringan otot. Gunakan metde Z-Track.
Rasional : gerakan jarum yang cepat dapat membantu mengurangi rasa nyeri pada saat
jarum di masukkan
13. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger
Rasional : untuk mengecek ketepatan area penusukan di jaringan otot
14. Observasi adanya darah pada spuit
Rasional : untuk mengecek ketepatan area penusukan di jaringan otot, apabila tidak ada
darah pada spuit maka lokasi penusukan tepat di jaringan otot
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
Rasional : agar obat bisa di absorbsi secara baik
16. Jika terdapat darah
1. Tarik kembali jarum dari kulit
2. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
3. Observasi adanya hematoma atau memar
4. Jika perlu berikan plester
5. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah dari awal, pilih area penusukan yang
baru
17. Cabut jarum dengan sudut yang sama pada saat dimasukkan 900, sambil melakukan
penekanan pada area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol
Rasional : mengurangi resiko cedera jaringan
18. Jangan memassae daerah injeksi.
Rasional : massase area injeksi dapat menyebabkan iritasi pada jaringan
19. Jika terdapat perdarahan setelah pencabutan jarum tekan menggunakan kapas steril
sampai perdarahan berhenti.
Rasional : menghentikan perdarahan
20. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman
Rasional : untuk memberi rasa nyaman pada klien
21. Buang peralatan sekali pakai yang sudah tidak di perlukan, pisahkan spuit dan jarumnya
lalu buang ke dalam tempat sampah medis khusus
Rasional : untuk memudahkan dalam pengolahan sampah medis dan nonmedis
22. Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.
Rasional : menjaga kerapihan dan kebersihan
23. Melepaskan sarung tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
24. Mencuci tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
25. Mendokumentasikan tindakan
1. Identitas klien
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Rute yang benar
5. Waktu yang benar
6. Reaksi klien
7. Reaksi alergi
8. Apabila klien menolak pemberianobat atau tidak mau di injeksi harus di catat
9. Waktu pelaksanaan (hari, tanggal, dan waktu pemberian )
10. Nama terang perawat dan tanda tangan yang melaksanakan tindakan
Rasional : sebagai tanggung jawwab perawat atas tindakan yang dilakukan
8. Indikator
1. Cairan berhasil di masukkan tanpa terjadinya trauma pada mukosa rektal akibat
penusukan selang serta tidak sengaja pada dinding atau bahan perforasi usus
2. Klien berhasil mengeluarkan fesesnya
9. Referensi
Kusyanti, Eni. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatn Dasar. Jakarta :
EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Injeksi Intramuskular
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
V. ALAT DAN BAHAN
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
5. Baki obat
6. Bengkok
7. Kapas alcohol
9. Plester
5. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan
6.
atau rasa gatal
7. Pakai sarung tangan
Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
8. gerakan sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering
9. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non-dominan
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
25 25
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PEMASANGAN INFUS
2. Indikasi
a. Pemberian obat intravena
b. Hidrasi intravena
c. Transfuse darah atau komponen darah
d. Situasi lain dimana akses langsung ke aliran darah diperlukan.
3. Kontra Indikasi
a. Infeksi kulit sekitar
b. Flebitis vena
c. Sklerosis vena
d. Infiltrasi intravena sebelumnya
e. Luka bakar di sekitar lokasi venipuncture
f. Cedera traumatis proksimal dari lokasi pemasangan
g. Fistula asteriovenosa di ekstremitas
h. Prosedur bedah yang mempengaruhi ekstremitas
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN INFUS
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktik laboratorium pemasangan infus, agar mahasiswa
kompeten melakukan pemasangan infus.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pemasangan infus, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pemasangan infus sebagai sarana praktik.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemasangan infus
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
5. Alat Dan Bahan
Alat :
Troli berisi
1. Tourniquet
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok
4. Standart infuse
5. Pinset chirugis
6. Bak instrument sedang (berisi cucing untuk bethadine, kasa, kapas, dan pinset chirurgic)
7. Spalk (jika diperlukan)
8. Gunting plester
Bahan :
1. Cairan intravena (cairan infuse) sesuai kebutuhan
2. Infuse set (makro/mikro) sesuai kebutuhan
3. Jarum infuse (surflo, abbocath, wing needle, sesuai kebutuhan)
4. Betadine
5. Alkohol 70%
6. Kapas (ditempatkan pada kom steril)
7. Kasa Steril (ditempatkan pada kom)
8. Alkohol 70% atau alkohol swab
9. Plester
10. Sarung tangan steril
11. Sarung tangan bersih (dalam kemasan atau ditaruh dalam kom tertutup)
12. Lembar dokumentasi (lembar observasi intake dan output)
6. Instruksi Kerja
1. Mencuci tangan. Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
2. Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien. Rasional : Memastikan tepat klien dan
membina hubungan kerjasama.
3. Membawa peralatan ke dekat klien. Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
4. Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya. Rasional : Menurunkan ansietas
dan meningkatkan kerjasama.
5. Gunakan sarung tangan bersih. Rasional : Mencegah kontak dengan mikroorganisme.
6. Menyiapkan cairan intravena dan infuse set denga teknik aseptic :
a. Menyambungkan/menghubungkan infuse set dengan botol cairan, dengan didahului
memberikan desinfektan (alkohol swab pada tempat penusukkan).
Rasional : mempertahankan kesterilan larutan infuse.
b. Isi drip chamber dengan cairan infuse sampai terisi setengah.
Rasional : untuk mengurangi resiko terjadinya emboli udara.
c. Gantungkan cairan infuse dengan drip chamber kurang lebih 80 cm dari tempat
insersi infuse.
Rasional : memberikan cairan yang cukup untuk mengisi selang.
d. Alirkan cairan kedalam selang infuse dengan cara membuka klem sehingga semua
udara selang keluar.
Rasional : mengeluarkan udara dari selang dan memungkinkan selang terisi
oleh larutan.
e. Beri label pada botol infuse yang berisi tanggal, waktu, jenis cairan, zat tambahan
(obat)/cairan tambahan dan tetesannya. Beri label pada daerah pemasangan infuse
berisi tanggan dan waktu pemasangan.
Rasional : mengidentifikasi waktu dimulainya terapi dan kebutuhan untuk
penggantian cairan dan membantu memantau infuse cairan.
7. Memposisikan klien sesuai lokasi vena yang akan ditusuk.
Rasional : meningkatkan kenyamanan selama prosedur.
8. Memasang tourniquet pada wkstremitas. Pastikan bahwa aliran arteri tidak terhambat
dengan cara meraba nadi di daerah distal.
Rasional : untuk efisiensi kerja.
9. Memilih tepat untuk penusukkan (dari distal ke proksimal, pilih area penusukkan yang
bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan atau rasa gatal, lurus dan tidak bercabang).
Rasional : Bila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, tempat proksimal dari
vena yang sama masih dapat digunakan.
10. Melonggarkan tourniquet.
Rasional : Klien tidak merasa kesakitan.
11. Memasang perlak dan pengalas.
Rasional : mencegah linen basah dan kotor.
12. Menggunakan sarung tangan steril.
Rasional : Menurunkan pemajanan terhadap mikroorganisme yang ditularkan melalui
darah
13. Mengoleskan povidone iodine dengan pinset pada area penusukkan dengan arah
memutardari dalam keluar dengan diameter 5 cm, tunggu sampai kering.
Rasional : povidone iodine adalah antiefektif topical yang mengurangi bakteri
permukaan kulit, povidone iodine harus kering untuk mendapatkan
manfaat yang efektif.
14. Mengoleskan alkohol pada lokasi penusukkan dengan arah memutar dari dalam keluar
dengan diameter 5 cm, tunggu sampai kering.
Rasional : untuk membersihkan povidone iodine yang kering.
15. Memasang tourniquet ± 10 – 15 cm atau 3 jari diatas lokasi penusukkan.
Rasional : Mendistensi vena lengan dan tangan dibagian distal untuk pengkajian.
16. Tarik kulit kebawah ± 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan tangan nondominan.
Rasional : mencegah pergerakan kulit selama penusukkan.
17. Mengambil jarum infuse, dengan lubang jarum menghadap ke atas, tusukkan jarum pada
pembuluh darah dengan sudut 45o sejajar dengan vena yang akan ditusuk. Jika sudah
masuk vena, kurangi sudut kemiringan dan dorong jarum infuse 0,5 cm ke dalam vena
(tusukkan benar diindikasikan masuknya darah ke pangkal jarum infuse.
Rasional : Mencegah penetrasi ke dinding vena yang berlawanan.
18. Melonggarkan tourniquet, tahan jarum dengan tangan nondominan, sedangkan tangan
dominan memasukkan kateter (jarum plastic) ke dalam vena.
Rasional : Mencegah rupture vena akibat infuse cairan pada pembuluh darah yang
tertutup.
19. Menekan ujung jarum dengan satu jari dan keluarkan jarum logam, hubungkan dengan
cairan infuse.
Rasional : mencegah kateter tertarik dan memfasilitasi pemasukkan kateter saat
vena terisi cairan.
20. Membuka klem dan biarkan cairan mengalir dan amati drip chamber apakah cairan bisa
menetes dengan lancer, alihkan pandangan tempat penusukkan, amati terjadi ekstravasasi
atau hematum pada lokasi tersebut.
Rasional : menentukan aliran cairan, pembengkakkan atau ekstravasasi
mengindikasikan infiltrasi
21. Jika keadaan diatas telah dicapai, fiksasi infuse dengan plester.
Rasional : mencegah jarum kateter tertarik dan mempertahankan agar jarum kateter tidak
bergerak.
22. Menutup lokasi penusukkan dengan kasa steril/offset.
Rasional : balutan melindungi tempat tusukkan dari kontaminasi bakteri.
23. Mengatur tetesan infuse sesuai dengan kebutuhan klien.
Rasional : memastikan kecepatan aliran sesuai dengan yang diprogramkan.
24. Mengatur posisi klien.
Rasional : mempertahankan kenyamanan klien.
25. Jarum yang telah dipakai buang pada tempat yang telah ditentukan.
Rasional : mncegah penyebaran infeksi.
26. Mengobservasi keadaan klien setelah prosedur.
Rasional : memastikan keadaan klien setelah infuse terpasang.
27. Memberikan pendidikan kesehatan setelah infuse terpasang.
Rasional : mencegah terjadinya kegagalan saat pemasangan infuse.
28. Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi.
29. Melepas sarung tangan.
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.
30. Mencuci tangan.
Rasional : mengurangi tansmisi mikroorganisme.
31. Mendokumentasikan tindakan.
Rasional : mencatat pemberian terapi sesuai pesanan dokter.
Lokasi :
Jenis Cairan :
Jumlah tetesan/menit :
Zat/obat tambahan :
Kelainan yang timbul :
7. Indikator
Infus terpasang pada pembuluh darah vena dengan tepat yang ditandai dengan lancarnya
aliran cairan infuse serta tidak adanya ekstravasasi sea hematum pada area pemasangan.
8. Referensi
Kusyati Eni dkk (2004), Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta:EGC.
Potter & Perry (2005), Fundamental of Nursing, 6th edition, St. Lois Missouri: Mosby Inc.
Potter, Peterson, & Perry (2003), Buku saku : Ketrampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5,
Jakarta:EGC.
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Tourniquet
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok
4. Standart infuse
5. Pinset chirugis
Bak instrument sedang (berisi cucing untuk bethadine, kasa, kapas,
6.
dan pinset chirurgic)
7. Spalk (jika diperlukan)
8. Gunting plester
9. Cairan intravena (cairan infuse) sesuai kebutuhan
10. Infuse set (makro/mikro) sesuai kebutuhan
11. Jarum infuse (surflo, abbocath, wing needle, sesuai kebutuhan)
12. Betadine
13. Alkohol 70%
14. Kapas (ditempatkan pada kom steril)
15. Kasa Steril (ditempatkan pada kom)
16. Alkohol 70% atau alkohol swab
17. Plester
18. Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih (dalam kemasan atau ditaruh dalam kom
19.
tertutup)
20. Lembar dokumentasi (lembar observasi intake dan output)
II. INSTRUKSI KERJA
Mencuci tangan.
1.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien.
2. Rasional : Memastikan tepat klien dan membina hubungan
kerjasama.
Membawa peralatan ke dekat klien.
3.
Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya.
4.
Rasional : Menurunkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
Gunakan sarung tangan bersih.
5.
Rasional : Mencegah kontak dengan mikroorganisme.
6. Menyiapkan cairan intravena dan infuse set denga teknik aseptic :
f. Menyambungkan/menghubungkan infuse set dengan botol cairan,
dengan didahului memberikan desinfektan (alkohol swab pada
tempat penusukkan).
Rasional : mempertahankan kesterilan larutan infuse.
g. Isi drip chamber dengan cairan infuse sampai terisi setengah.
Rasional : untuk mengurangi resiko terjadinya emboli udara.
h. Gantungkan cairan infuse dengan drip chamber kurang lebih 80
cm dari tempat insersi infuse.
Rasional : memberikan cairan yang cukup untuk mengisi selang.
i. Alirkan cairan kedalam selang infuse dengan cara membuka klem
sehingga semua udara selang keluar.
Rasional : mengeluarkan udara dari selang dan memungkinkan
selang terisi oleh larutan.
j. Beri label pada botol infuse yang berisi tanggal, waktu, jenis
cairan, zat tambahan (obat)/cairan tambahan dan tetesannya. Beri
label pada daerah pemasangan infuse berisi tanggan dan waktu
pemasangan.
Rasional : mengidentifikasi waktu dimulainya terapi dan
kebutuhan untuk penggantian cairan dan membantu memantau
infuse cairan.
Memposisikan klien sesuai lokasi vena yang akan ditusuk.
7.
Rasional : meningkatkan kenyamanan selama prosedur.
Memasang tourniquet pada wkstremitas. Pastikan bahwa aliran arteri
8. tidak terhambat dengan cara meraba nadi di daerah distal.
Rasional : untuk efisiensi kerja.
Memilih tepat untuk penusukkan (dari distal ke proksimal, pilih area
penusukkan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan atau
9. rasa gatal, lurus dan tidak bercabang).
Rasional : Bila terjadi sklerosis atau kerusakan pada vena, tempat
proksimal dari vena yang sama masih dapat digunakan.
Melonggarkan tourniquet.
10.
Rasional : Klien tidak merasa kesakitan.
Memasang perlak dan pengalas.
11.
Rasional : mencegah linen basah dan kotor.
Menggunakan sarung tangan steril.
12. Rasional : Menurunkan pemajanan terhadap mikroorganisme yang
ditularkan melalui darah
Mengoleskan povidone iodine dengan pinset pada area penusukkan
dengan arah memutardari dalam keluar dengan diameter 5 cm,
tunggu sampai kering.
13.
Rasional : povidone iodine adalah antiefektif topical yang
mengurangi bakteri permukaan kulit, povidone iodine harus kering
untuk mendapatkan manfaat yang efektif.
Mengoleskan alkohol pada lokasi penusukkan dengan arah memutar
14. dari dalam keluar dengan diameter 5 cm, tunggu sampai kering.
Rasional : untuk membersihkan povidone iodine yang kering.
Memasang tourniquet ± 10 – 15 cm atau 3 jari diatas lokasi
penusukkan.
15.
Rasional : Mendistensi vena lengan dan tangan dibagian distal untuk
pengkajian.
Tarik kulit kebawah ± 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan
16. tangan nondominan.
Rasional : mencegah pergerakan kulit selama penusukkan.
Mengambil jarum infuse, dengan lubang jarum menghadap ke atas,
tusukkan jarum pada pembuluh darah dengan sudut 45o sejajar
dengan vena yang akan ditusuk. Jika sudah masuk vena, kurangi
17. sudut kemiringan dan dorong jarum infuse 0,5 cm ke dalam vena
(tusukkan benar diindikasikan masuknya darah ke pangkal jarum
infuse.
Rasional : Mencegah penetrasi ke dinding vena yang berlawanan.
18. Melonggarkan tourniquet, tahan jarum dengan tangan nondominan,
sedangkan tangan dominan memasukkan kateter (jarum plastic) ke
dalam vena.
Rasional : Mencegah rupture vena akibat infuse cairan pada
pembuluh darah yang tertutup.
Menekan ujung jarum dengan satu jari dan keluarkan jarum logam,
hubungkan dengan cairan infuse.
19.
Rasional : mencegah kateter tertarik dan memfasilitasi pemasukkan
kateter saat vena terisi cairan.
Membuka klem dan biarkan cairan mengalir dan amati drip chamber
apakah cairan bisa menetes dengan lancer, alihkan pandangan tempat
penusukkan, amati terjadi ekstravasasi atau hematum pada lokasi
20.
tersebut.
Rasional : menentukan aliran cairan, pembengkakkan atau
ekstravasas mengindikasikan infiltrasi
Jika keadaan diatas telah dicapai, fiksasi infuse dengan plester.
21. Rasional : mencegah jarum kateter tertarik dan mempertahankan agar
jarum kateter tidak bergerak.
Menutup lokasi penusukkan dengan kasa steril/offset.
22. Rasional : balutan melindungi tempat tusukkan dari kontaminasi
bakteri.
Mengatur tetesan infuse sesuai dengan kebutuhan klien.
23. Rasional : memastikan kecepatan aliran sesuai dengan yang
diprogramkan.
Mengatur posisi klien.
24.
Rasional : mempertahankan kenyamanan klien.
Jarum yang telah dipakai buang pada tempat yang telah ditentukan.
25.
Rasional : mncegah penyebaran infeksi.
Mengobservasi keadaan klien setelah prosedur.
26.
Rasional : memastikan keadaan klien setelah infuse terpasang.
Memberikan pendidikan kesehatan setelah infuse terpasang.
27.
Rasional : mencegah terjadinya kegagalan saat pemasangan infuse.
Membereskan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya.
28.
Rasional : mencegah penyebaran infeksi.
Melepas sarung tangan.
29.
Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.
Mencuci tangan.
30.
Rasional : mengurangi tansmisi mikroorganisme.
Mendokumentasikan tindakan.
Rasional : mencatat pemberian terapi sesuai pesanan dokter.
Lokasi :
31. Jenis Cairan :
Jumlah tetesan/menit :
Zat/obat tambahan :
Kelainan yang timbul :
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PELEPASAN INFUS
2. Indikasi
Bagi pasien yang sudah mendapat izin dari dokter untuk pulang, sembuh dan bagi pasien
yang sudah terpenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.
3. Kontra Indikasi
Bagi pasien yang belum sembuh dan belum mendapatkan izin dari dokter untuk pulang,
serta belum terpenuhi kebutuhan cairan tubuhnya.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELEPASAN INFUS
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktik laboratorium pelepasan pemasangan infus, agar
mahasiswa kompeten melakukan pelepasan pemasangan infus.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pelepasan pemasangan infus, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pelepasan pemasangan infus sebagai sarana praktik.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pelepasan pemasangan infus
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
1. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
2. Membawa peralatan ke dekat klien.
Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
3. Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien.
Rasional : Memastikan tepat klien dan membina hubungan kerjasama.
4. Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya.
Rasional : Menurunkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
5. Memakai sarung tangan bersih.
Rasional : Mencegah pemajanan mikroorganisme.
6. Memasang perlak dan alasnya.
7. Mendekatkan bengkok ke tempat pemasangan perlak dan alas.
Rasional : Mempermudah pembuangan sampah.
8. Menghentikan infus.
Rasional : Agar cairan infus tidak terus mengalir.
9. Melepas plester dengan didahului membasahi plester dengan alkohol 70%.
Rasional : Mencegah rasa sakit ketika melepas plester.
10. Mengambil kapas alkohol atau alkohol swab.
Rasional : Untuk menekan tempat pemasangan infus.
11. Dengan menggunakan tangan kiri : tekan tempat penusukan.
Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan melepas infus.
12. Memberitahu klien bahwa infus di lepas.
Rasional : Klien tidak merasa kaget saat dilakukan pelepasan infus.
13. Tangan kanan menarik abocath atau venlon yang terpasang.
Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan sehingga lebih mudah untuk menarik
kateter infus.
14. Setelah infus terlepas tekan tempat penusukkan selama 5 menit.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
15. Plester tempat penusukan.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
16. Membereskan alat-alat.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi.
17. Melepas sarung tangan.
Rasional : Mencegah transmisi mikroorganisme.
18. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi mikroorganisme.
19. Mendokumentasikan tindakan.
Waktu :
Kelainan yang timbul :
Tanda tangan :
7. Indikator
Infus terlepas dari pembuluh darah vena dengan tepat yang ditandai dengan tidak adanya
hematum serta ekstavasasi pada area pemasangan.
8. Referensi
Kusyati Eni dkk (2004), Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar,
Jakarta:EGC.
Potter & Perry (2005), Fundamental of Nursing, 6th edition, St. Lois Missouri: Mosby Inc.
Potter, Peterson, & Perry (2003), Buku saku : Ketrampilan & Prosedur Dasar, Edisi 5,
Jakarta:EGC.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Infus
No Dilakukan
Kegiatan Ya Tidak Ket
. 1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Perlak dan alas
2. Bengkok
3. Gunting plester
4. Kom tertutup berisi : kapas
5. Plester atau hepavix
6. Alkohol 70% atau alkohon swab
7. Kapas
8. Sarung tangan bersih
II. INSTRUKSI KERJA
Mencuci tangan.
1.
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme.
Membawa peralatan ke dekat klien.
2.
Rasional : Memudahkan pelaksanaan kerja.
Memperkenalkan diri dan Mengidentifikasi klien.
3.
Rasional : Memastikan tepat klien dan membina hubungan kerjasama.
Menjelaskan pada klien tentang prosedur dan tujuannya.
4.
Rasional : Menurunkan ansietas dan meningkatkan kerjasama.
Memakai sarung tangan bersih.
5.
Rasional : Mencegah pemajanan mikroorganisme.
6. Memasang perlak dan alasnya.
Mendekatkan bengkok ke tempat pemasangan perlak dan alas.
7.
Rasional : Mempermudah pembuangan sampah.
Menghentikan infus.
8.
Rasional : Agar cairan infus tidak terus mengalir.
Melepas plester dengan didahului membasahi plester dengan alkohol
9. 70%.
Rasional : Mencegah rasa sakit ketika melepas plester.
Mengambil kapas alkohol atau alkohol swab.
10.
Rasional : Untuk menekan tempat pemasangan infus.
Dengan menggunakan tangan kiri : tekan tempat penusukan.
11.
Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan melepas infus.
Memberitahu klien bahwa infus di lepas.
12.
Rasional : Klien tidak merasa kaget saat dilakukan pelepasan infus.
Tangan kanan menarik abocath atau venlon yang terpasang.
13. Rasional : Tangan kanan sebagai tangan dominan sehingga lebih mudah
untuk menarik kateter infus.
Setelah infus terlepas tekan tempat penusukkan selama 5 menit.
14.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
Plester tempat penusukan.
15.
Rasional : Menghentikan perdarahan.
Membereskan alat-alat.
16.
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi.
Melepas sarung tangan.
17.
Rasional : Mencegah transmisi mikroorganisme.
18. Mencuci tangan.
Rasional : Mengurangi mikroorganisme.
Mendokumentasikan tindakan
Waktu :
19.
Kelainan yang timbul :
Tanda tangan :
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP MERAWAT LUKA & DEBRIDEMENT
(MENGGANTI BALUTAN BASAH)
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium mengganti balutan basah agar
mahasiswa kompeten melakukan perawatan mengganti balutan basah.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengganti balutan basah, meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan mengganti balutan basah sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur mengganti balutan basah
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan dasar
7. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan dan memberikan gambaran
yang akurat dari semua tindakan yang diberikan apabila dirawat dan digunakan secara benar.
8. Referensi
Potter, peterson, & perry (2000), Buku saku: Keterampilan & prosedur Dasar, Edisi 3,
Jakarta: EGC
Rasmita, Sarah. 2016. TINDAKAN GANTI BALUT.
https://www.academia.edu/32717074/TINDAKAN_GANTI_BALUT. Diakses pada 10 juli
2019 pukul 22.46 WIB.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Keterampilan Merawat Luka & Debridement (Mengganti Balutan
Basah)
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Sarung tangan steril
3. Duk steril
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
1. Definisi
Mengganti balutan atau perban adalah suatu tindakan keperawatan untuk
mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan cara mengganti
balutan yang bersih.
2. Tujuan
a. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorpsi cairan dan dapat menjaga
kebersihan luka.
b. Agar balutan kering melindungi luka dengan draenase minimal terhadap konstaminasi
mikroorganisme.
c. Melindungi luka dari kontaminasi.
d. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verban ).
e. Membantu menutup tepi luka secara sempurna.
f. Menurunkan pergerakan dan trauma.
g. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan.
3. Indikasi
6. Pada balutan yang sudah kotor.
7. Pada penderita yang lukanya akan diperiksa oleh dokteratau akan diberi obat konpres
yang baru.
8. Untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril.
4. Kontra Indikasi
a. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup.
b. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar khususnya
tindakan penggantian balutan kering. Dan balutan kering dapat melindungi luka dengan
draenase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan penggantian balutan kering, meliputi : persiapan, pelaksanaan, dan
dokumentasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/rumah
sakit, wajib memperagakan tindakan penggantian balutan kering sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
a. Persiapan alat dan bahan praktikum
b. Pelaksanaan prosedur penggantian balutan kering
c. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
d. Penilaian terhadap perfoma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
5. Alat Dan Bahan
Alat :
Set steril :
1. Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
2. Kom untuk larutan luka antiseptik atau larutan pembersih
3. 2 pinset anatomis
4. 1 pinset chirugi
Set biasa :
1. Sarung tangan sekali pakai
2. Selimut mandi
3. Pengangkat perekat ( tidak menjadi keharusan )
4. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan )
Bahan :
Set steril :
1. Sarung tangan steril
2. Balutan kasa dan bantalan kasa
3. Basin untuk larutan antiseptik atau larutan pembersih
4. Salep antiseptik ( bila diperlukan )
5. Depres
6. Lidi kapas
Set biasa :
1. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
2. Larutan garam faal atau air
3. Kantung tahan air untuk sampah
4. Balutan kasa ekstra dan surgipad atau bantalan ABD
5. Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
6. Intruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah – langkah perawatan
luka.
2. Susun semua peralatan yang perlukan di meja tempat tidur (jangan membuka peralatan).
3. Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung dalam
jangkauan area kerja anda.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau atur partisi di sekitar tempat tidur. Tutup
semua jendela yang terbuka.
5. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan selimut mandi hanya untuk memajankan
tempat luka. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
6. Cuci tangan secara menyeluruh.
7. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan , atau balutan.
8. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar
pada kulit dan mengarah pada balutan. ( bila masih terdapat plaster dikulit, ini dapat di
bersihkan dengan aseton ).
9. Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor jauh
dari penglihatan klien.
CATATAN : bila terdapat drain, angkat balutan setiap kali.
10. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan memberikan larutan steril atau air.
11. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
12. Buang balutan kotor pada kantung sampah, hindari kontaminasi permukaan luar
kantung. Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar,buang ditempat
yang tepat.
13. Buka nampan balutan steril atau secara individual tertutup bahan steril. Tempatkan pada
meja tempat tidur atau disamping pasien. Balutan, gunting, dan pinset harus tetap pada
nampan steril yang terbuka digunakan sebagai area steril. Buka botol atau bungkusan
larutan antiseptik dan tuangkan ke dalam basin steril atau di atas kasa steril.
14. Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basa akibat larutan antiseptik, ulangi
persiapan bahan.
15. Kenakan sarung tangan steril.
16. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutupan kulit,
dan karakter drainase. ( palpasi luka, bila perlu dengan bagian tangan non dominan yang
tidak akan menyentuh bahan steril ).
17. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik yang di resepkan atau larutan garam faal,
pegang kasa yang dibasahi dalam larutan pinset. Gunakan kasa terpisah untuk setiap
usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi. Gerakkan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.
18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.
19. Berikan salep antiseptik bila di pesankan, gunakan teknik seperti pada pembersihan.
Jangan di oleskan di atas tempat drainase.
20. Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka.
Pasang satu balutan setiap kali.
Pasang kasa jarang (4 x 4) atau Telfa sebagai lapisan kontak.
Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa 4 x 4 untuk di paskan di
sekitarnya.
Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben.
Pasang surgipad yang lebih tebal atau bantalan ABD, ( Garis biru di tengah
bantalan menandai permukaan luar).
21. Gunakan plaster di atas balutan atau amankan dengan ikatan Montgomery, balutan, atau
pengikat.
22. Lepaskan sarung tangan dan buanga pada tempat yang telah disediakan.
23. Buang semua bahan dan bantu klien kembali ke posisi nyaman.
24. Cuci tangan.
25. Catat pada catatan perawat observasi luka, balutan , dan drainase. Dokumentasikan
penggantiuan balutan, termasuk pernyataan respons klien.
7. Indikator
Klien dapat merasa lebih nyaman dengan kondisi lukanya setelah di lakukan penggantian
balutan.
8. Referensi
- Perry, Anne Grifin (1999), Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta: EGC
- abdullah, (2014), Kebutuhan dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta:
TIM.
- http://medicalonline2.blogspot.com/2017/04/sop-mengganti-balutan-luka.html?m=1.
- http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/mengganti-balutan-kering.html?m=1
Nama : .........................................................................
NIM : ..........................................................................
Penguji : ..........................................................................
Hari / Tanggal : ..........................................................................
Keterampilan : Keterampilan Merawat Luka & Debridement (Mengganti Balutan
Kering)
Dilakukan
Ya Tidak
No. Kegiatan 1 0 Ket
I. ALAT DAN BAHAN
Alat
Set Steril :
1. Gunting ( menyesuaikan kondisi luka )
2. Kom untuk larutan luka antiseptik atau larutan pembersih.
3. 2 pinset anatomis
4. 1 pinset chirugi
Set Biasa :
1. Sarung tangan sekali pakai
2. Selimut mandi
3. Pengangkat perekat ( tidak menjadi keharusan )
4. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan )
Bahan
Set Steril :
1. Sarung tangan steril
2. Balutan kasa dan bantalan kasa
3. Basin untuk larutan antiseptik atau larutan pembersih
4. Salep antiseptik ( bila diperlukan )
5. Depres
6. Lidi kapas
Set Biasa :
1. Larutan pembersih yang di resepkan dokter
2. Larutan garam faal atau air
3. Kantung tahan air untuk sampah
4. Balutan kasa ekstra dan surgipad atau bantalan ABD
5. Plaster, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
II. INSTRUKSI KERJA
Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau atur partisi disekitar
4.
tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka.
20. Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka.
1. Pasang satu balutan setiap kali.
2. Pasang kasa jarang (4 x 4) atau Telfa sebagai lapisan
kontak.
3. Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa 4
x 4 untuk di paskan di sekitarnya.
4. Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben.
5. Pasang surgipad yang lebih tebal atau bantalan ABD,
( Garis biru di tengah bantalan menandai permukaan
luar).
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER PADA WANITA
1. DEFINISI
2. INDIKASI
Kateterisasi sementara digunakan pada penatalaksanaan jangka panjang klien yang
mengalami:
a. cidera medulla spinalis,
b. degenerasi neuromuscular, atau
c. kandung kemih yang tidak kompeten,
d. pengambilan spesimen urin steril,
e. pengkajian residu urin setelah pengosongan kandung kemih dan
f. meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih.
(Perry dan Potter, 2005)
Menurut Hidayat (2006) kateterisasi sementara diindikasikan pada:
a. klien yang tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi,
b. retensi akut setelah trauma uretra,
c. tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik,
d. cidera pada tulang belakang,
e. degerasi neuromuscular secara progresif dan
f. pengeluaran urin residual.
Kateterisasi menetap (foley kateter) digunakan pada:
a. klien pasca operasi uretra dan struktur di sekitarnya.
b. obstruksi aliaran urin,
c. obstruksi uretra,
d. pada pasien inkontinensia dan
e. disorientasi berat
(Hidayat, 2006)
3. KONTRA INDIKASI
1) Pasien dengan prostatitis akut
2) Pasien dengan suspek trauma urethral
3) Pasien dengan riwayat striktur uretra
4) Pasien pasca menjalani TURP (Trans-Urethral Reserction Of The Prostate) dalam jangka
waktu 24 jam.
5) Pasien yang mengalami phymosis.
6) Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter
7) Pasien yang dicurigai mengalami hematuria.
8) Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN KATETER PADA WANITA
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar pemasangan
kateter wanita. Agar mahasiswa kompeten melakukan pemasangan kateter wanita.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan pemasangan kateter wanita meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan pemasangan kateter wanita sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pemasangan kateter wanita
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur kepada klien.
Meminimalkan ansietas klien dan meningkatkan kerjasama
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian yang tepat.
Meningkatkan penggunaan mekanika tubuh yang tepat.
3. Tutup ruangan atau tirai ruangan
Mengurangi rasa malu klien dan membantu relaksasi selama prosedur.
4. Cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
5. Berdiri di sebelah kiri tempat tidur bila anda mempunyai tangan dominan kanan (di
sebelah kanan tempat tidur bila anda kidal). Bersihkan meja samping tempat tidur dan
atur peralatan.
Kebersihan pemasangan kateter memerlukan posisi anda yang nyaman dengan semua
peralatan mudah terjangkau.
6. Tinggikan pagar samping pada sisi tempat tidur yang berlawanan. Letakkan bantalan
tahan air di bawah klien.
Meningkatkan keamanan klien. Bantalan mencegah basah pada linen tempat tidur.
7. Bantu klien pada posisi dorsal recumbent (terlentang dengan lutut fleksi). Minta klien
untuk merilekskan pahanya sehingga memudahkan rotasi eksternal. Bila klien tidak
dapat mengabduksikan tungkainya pada sendi panggul (misal, artritis sendi), baringkan
klien dalam posisi miring (Sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan panggul.
Memberikan kemudahan akses pada struktur perineal.
8. Selimut klien dengan selimut mandi. Letakkan selimut dalam bentuk intan di atas tubuh
klien, satu ujung pada setiap kaki, dan ujung terakhir di atas perineum.
Pemanjanan yang tak perlu pada bagian tubuh dihindari, dan kenyamanan klien
diperhatikan.
9. Kenakna sarung tangan sekali pakai dan cuci are perineal dengan air dan sabun sesuai
kebutuhan, dan keringkan.
Jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus uretral dikurangi.
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
11. Bila akan memasang katetr indwelling, buka sistem drainase. Letakkan kantung drainase
di tepi dasar kerangka tempat tidur, naikkan selang drainase ke atas diantara pagar
tempat tidur dan kasur.
Manakala kateter dipasang, anda harus segera menghubungkan ke sistem drainase.
Kemudian akses mencegah kemungkinan kontaminasi. Sistem diposisikan untuk
meningkatkan pengaruh gravitasi drainase.
12. Posisikan lampu menyinari area pariental. (jika menggunakan lampu senter, minta
perawat lain untuk memegangnya).
Memungkinkan identifikasi akurat dan visualisasi baik pada meatus uretra.
13. Buka kantung kateterisasi sesuai petunjuk, juga agar bagian dasar wadah tetap steril.
Mencegah transmisi mikroorganisme dari meja atau area kerja pada alat steril.
14. Gunakan sarung tangan steril.
Memungkinkan anda memegang peralatan steril.
15. Ambil duk padat steril dengan satu sudut dan biarkan untuk tidak melipat. Pastikan
bahwa duk ini tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Kateterisasi duk yang akan digunakan sebagai permukaan kerja dapat dipertahankan.
16. Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan anda. Letakkan duk di
atas tempat diantara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat dibawah bokong klien.
Perhatikan untuk tidak menyentuh permukaan terkontaminasi dengan tangan anda yang
telah mengenakan sarung tangan.
Permukaan luar duk menutup tangan masih steril. Duk steril yang bersentuhan dengan
sarung tangan steril adalah steril.
17. Ambil duk steril fenestrated (duk dengan lubang ditengahnya) dan biarkan melipat.
Tutuplah duk di atas perineum klien, memajankan labia dan berhati-hati untuk tidak
menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
Duk fenestrated memberikan area kerja bersih dekat sisi insersi kateter.
18. Letakkan nampan steril dan isinya di atas duk steril diantara paha klien.
Memungkinkan kemudahan akses pada peralatan selama pemasangan kateter.
19. Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antiseptik dan tuangkan isinya ke bola
kapas atau kasa (Pastikan untuk tidak menuangkan larutan ke wadah yang akan
menampung urine)
Semua peralatan disiapkan sebelum memegang kateter untuk mempertahankan teknik
aseptik selama prosedur.
20. Buka wadah spesimen urine. Pertahankan bagian atasnya agar tetap steril.
Disiapkan untuk menampung spesimen.
21. Berikan pelumas pada dasar ujung kateter 2,5 sampai 5cm (1 sampai 2 inci)
Pelumas memungkinkan kemudahan insersi ujung kateter melalui meatus uretral
22. Dengan tangan non-dominan anda, dengan hati-hati regangkan labia untuk pemajanan
sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan non-dominan anda pada posisi ini
sepanjang prosedur.
Memberikan visualisasi sempurna meatus. Retraksi penuh mencegah kontaminasimeatus
selama membersihkan. Penutupan labi selama pembersihan memerlukan pengulangan
prosedur.
23. Dengan tangan dominan anda ambil bola kapas dengan forsep dan bersihkan area
perineal, usap dari depan belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola kapas berish
baru untuk tiap usapan sepanjang area yang jauh dari lipatan labia, dan pada meatus.
pembersihkan mengurangi jumlah mikroorganisme pada meatus uretral. Menggunakna
satu bola kapas untuk tiap usapan mencegah pemindahan mikroorganisme.
Pembersihan beralih dari area yang sedikit terkontaminasi ke area yang paling
terkontaminasi. Tangan dominan anda tetap steril.
24. Dengan tangan dominan anda, ambil kateter kurang lebih 7,5 sampai 10cm (3 sampai 4
inci) dari ujung. Letakkan ujung kateter pada wadah penampung urine.
Penampungan mencegah membasahi linen tempat tidur klien dan memungkinkan
pengukuran akurat keluaran urine. Memegang kateter dekat ujung memudahkan
manipulasi ujung kateter selama insersi ke dalam meatus.
25. Minta klien untuk menghindari mengejan dan dengan perlahan memasukkan kateter
melalui meatus.
Relaksasi sfingter external membantu insersi kateter.
26. Dorong kateter sekitar 5 sampai 7,5cm (2 sampai 3 inci) pada orang dewasa 2,5cm (1
inci) pada ujung kateter 5 cm lagi (1 inci).
Uretra wanita pendek. Urine yang tampak keluar menandakan bahwa ujung kateter
sudah berada di dalam kandung kemih atau uretra bawah. Pendorongan terlebih jauh
memastikan letak kateter dalam kandung kemih.
27. Lepaskan labia dan pegang kateter dengan kuat menggunakan tangan non dominan anda.
Kontraksi kandung kemih atau sfingter dapat menyebabkan keluarnya kateter tanpa
disengaja.
28. Kumpulan spesimen urine sesuai kebutuhan.
Isi cangkir/toples spesimen sampai ke tinggian yang diinginkan (20 sampai 30ml)
dengan memegang ujung kateter pada tangan non dominan anda diatas wadah. Dengan
tangan non dominan, lipat kateter untuk menghentikan aliran sementara urine.
Lepaskan lipatan kateter untuk mengeluarkan urine yang masih tersisa dalam kandung
kemih ke spesimen dan siapkan untuk pemberian label.
29. Biarkan kandung kemih kosong besar (biasanya 750 sampai 1000 ml), kecuali kebijakan
institusi yang membantu volume maksimal urine untuk dialirkan pada tiap kateterisasi.
Urine yang bertahan dapat bekerja sebagai wadah pertumbuhan mikroorganisme.
(pada klien obstetrik, kewaspadaan harus dilakukan untuk menghindari hipotensi yang
diakibatkan oleh hilangnya tekanan tiba-tiba terhadap pembuluh darah dasar pelvik).
30. Tarik kateter straight, sekali pakai dengan perlahan tetapi lembut sampai terlepas.
Meminimalkan ketidaknyamanan pada klien.
31. Pada kateter indwelling:
a. Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dari tangan non-dominan anda, ambil
ujung kateter dan letakkan antara jari pertama dan kedua dari tangan tersebut.
Kateter harus tersnagkut saat memanipulasi spuit.
b. Dengan tangan dominan anda yang bebas, hubungkan spuit ke port injeksi pada
ujung kateter.
Port menghubungkan lumen yang mengarah pada pengembangan balon.
c. Perlahan injeksikan sejumlah total larutan. Bila klien mengeluh nyeri tiba-tiba
aspirasi kembali dan dorong lagi kateter lebih jauh.
Balon di dalam kandung kemih dikembangkan. Bila injeksi kesalahan posisi pada
uterus ini akan menyebabkan nyeri selama pengembangan.
d. Setelah pengembangan balon dengan baik, lepaskan kateter dengan tangan non-
dominan anda dan tarik perlahan untuk merasakan tahanan.
Pengembangan balon menahan ujung kateter pada tempat diatas oulet kandung
kemih.
32. Hubungkan ujung kateter ke selang penampung dari sistem drainase.
Menciptakan sistem tertutup untuk drainase urine.
33. Plester kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester non alergi (tersedia plester
kateter velcro) . biarkan mengendur sehingga gerakan paha tidak menimbulkan tegangan
pada kateter.
Selang paten mmeungkinkan drainase urine dengan bebas dengan pengaruh gravitasi
dan mencegah aliran baik urine ke dalam kandung kemih.
34. Lepaskan sarung tangan dan buang peralatan duk, dan urine ke dalam wadah yang
disediakan.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
35. Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai kebutuhan.
Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.
36. Anjurkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter, miring menghadap
sistem drainase-kateter selang pada tempat tidur tidak terlipat; terlentang-kateter dan
selang diplester diatas paha; miring menjauh dari sistem-kateter dan selang berada
diantara kaki.
Urine harus megalir dengan bebas tanpa obstruksi. Dengan meletakkan keteter di
bawah ekstremitas dapat mengakibatkan obstruksi yang disebabkan oleh penekanan
selang oleh berat klien. Karena jangan diletakkan diatas paha atas bila klien pada sisi
menjauhi dari sistem; ini memaksa urine mengalir ke atas.
37. Laporkan klien agar tidak menarik kateter.
38. Cuci tangan anda.
Mengurangi pemindahan mikroorganisme.
39. Catat hasil prosedur di catatan perawat termasuk ukuran kateter, jumlah dan kateter urine
dan toleransi klien.
Mendokumentasikan respon klien dan hasil terapi.
7. Indikator
1. Kateter terpasang dengan sistematis, tanpa bantuan dan tepat serta klien terjaga
privasinya.
2. Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis tanpa bantuan dan tepat
8. Referensi
Potter, Peterson, & Perry (1995), Buku Saku: Keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 3,
Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELEPASAN KATETER PADA WANITA
1. Alat dan Bahan
Alat:
1. Satu pasang sarung tangan
2. Pinset
3. Spuit
4. Bengkok 2 buah
5. Plester
6. Lidi kapas
Bahan:
1. Betadine
2. Bensin
2. Instruksi Kerja
1. Beritahu pasien
Agar pasien mengetahui tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasang sampiran atau penutup jendela.
Menjaga privasi pasien.
3. Bawa alat ke dekat pasien.
Mempermudah kerja saat melakukan tindakan.
4. Cuci tangan
Mengurangi transmisi mikroorganisme.
5. Buka plester pasien dengan bensin.
Agar saat melepas tidak merasa sakit.
6. Pasnag sarung tangan.
Jumlah mikroorganisme yang berada dekat meatus uretral dikurangi.
7. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit.
Mempermudah penarikan selang kateter.
8. Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik napas panjang kemudian buang kateter
pada bengkok.
Agar pada saat membuang napas, kita mudah untuk melepas kateter.
9. Olesi area prepusium (meatus uretra) dengan betadine
Sebagai antibiotik agar tidak terjadi infeksi.
10. Lepaskan sarung tangan dan bereskan alat.
Mencegah transmisi mikroorganisme.
11. Cuci tangan.
Mengurangi pemindahan mikroorganisme
12. Dokumentasikan tindakan
3. Indikator
Agar tidak terjadi infeksi karena pemasangan kateter.
4. Referensi
Potter, Peterson, dan Perry (1995), Buku Saku: Keterampilan & Prosedur Dasar, Edisi 3,
Jakarta: EGC.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemasangan Kateter Pada Wanita
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
VII. ALAT DAN BAHAN
1
Sarung tangan steril
.
5. Kom
7. Spuit yang sudah berisi dengan larutan aquades atau air matang
9. Lampu senter
10. Slang drainase steril dan kantong pengumpul urine (Urine Bag)
16. Waslap
21. Forsep
4. Cuci tangan.
3
Catat hasil prosedur di catatan perawat termasuk ukuran kateter, jumlah
9
dan kateter urine dan toleransi klien.
.
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Kateter Pada Wanita
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
1. Satu pasang sarung tangan
2. Pinset
3. Spuit
4. Bengkok 2 buah
5. Plester
6. Lidi kapas
7. Betadine
8. Bensin
II. INSTRUKSI KERJA
1. Beritahu pasien
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PEMASANGAN KATETER LAKI – LAKI
5. Indikasi
a. Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
b. Retensi akut selama trauma uretra
c. Mengalami penyakit terminal
d. Koma
e. Inkontinensia urine
6. Kontra Indikasi
a. Prostatitis akut
b. Kecurigaan trauma uretra
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
10. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Keperawatan Dasar Memasang
Kateter Laki – Laki.
13. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
16. Indikator
1. Kateter sementara
a. Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria
b. Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria
2. Kateter tetap jangka pendek
a. Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
b. Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria, uretra
dan sekitarnya
c. Preventif pada obstruksi uretra dari pendarahan
d. Untuk memantau output urine
e. Irigasi vesika urinaria
3. Kateter tetap jangka panjang
a. Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
b. Skin rash, ulcer, dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine
c. Klien dengan penyakit terminal
17. Referensi
Kusyanti Eni, 2006, keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar, Jakarta :
EGC.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pemasangan Kateter Laki - Laki
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
IX. ALAT DAN BAHAN
1. Baki instrument
4. Pinset
6. Spuit
8. Baskom
12. Plester
17. Kassa
18. Kapas
4. Cuci tangan
Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan Anda kiri (di
5. sebelah kanan tempat tidur jika dominan Anda tangan kanan). Bersihkan
meja samping tempat tidur dan atur peralatan
Tinggikan pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan. Bantu klien
6.
untuk posisi terlentang dengan paha agak abduksi
Selimuti tubuh atas klien dengan selimut mandi dan tutup ekstermitas
7.
bawah dengan selimut tidur, hanya memanjangkan bagian genetalia
8. Tempatkan perlak pengalas dan pispot
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
8. Indikasi
a. Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
b. Retensi akut selama trauma uretra
c. Mengalami penyakit terminal
d. Koma
e. Inkontinensia urine
9. Kontra Indikasi
a. Prostatitis akut
b. Kecurigaan trauma uretra
21. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pelepasan Kateter Laki-Laki
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
XI. ALAT DAN BAHAN
1. Satu pasang sarung tangan
2. Pinset
3. Spuit
4. Bengkok 2 buah
5. Betadine
6. Plester
7. Bensin
8. Lidi Kapas
XII. INSTRUKSI KERJA
1. Beri tahu pasien
4. Cuci tangan
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP MENCUCI TANGAN BERSIH DAN MENCUCI TANGAN STERIL
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium Mencuci tangan bersih dan steril
agar mahasiswa kompeten melakukan Mencuci tangan bersih dan steril.
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Mencuci tangan bersih dan steril, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan Mencuci tangan bersih dan steril sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur mencuci tangan bersih dan steril
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
Bahan :
1. Sabun antimikrobial (misal; savlon atau iodofor)
2. Sabun tangan steril sekali pakai dan pengkikir kuku
9. Dokumentasi
1. Catat tanggal saat melakukan tindakan mencuci tangan bersih atau steril
2. Catat lokasi pelaksanaan mencuci tangan bersih dan steril
3. Catat durasi pelaksanaan mencuci tangan bersih dan steril
4. Catat sabun atau desinfektan yang digunakan saat mencuci tangan bersih dan steril
10. Indikator
Keberhasilan mencuci tangan terjadi jika:
1. Tangan sudah terasa bersih dari mikroorganisme dan nyaman, terbukti mudah ketika
memakai sarung tangan (handscoon).
2. Setelah mengeringkan tangan, posisi tangan lebih tinggi dari siku dan menjauhi tubuh
sebelum memasuki ruang operasi atau bersalin.
11. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
Jakarta:EGC.
Potter, Peterson. Perry, (1999) Buku Saku: Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Edisi 3.
Jakarta:EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mencuci Tangan Bersih
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
MENCUCI TANGAN BERSIH
INSTRUKSI KERJA
singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan
1.
tangan anda. Lepaskan perhiasan dan jam tangan.
2. Perhatikan kuku jari tangan anda pendek dan terkikir.
Perhatikan permukaan tangan anda dan jari jari terhadap adanya luka
3. goresan atau terpotong pada kulit dan kutikula. Laporkan adanya lesi
bila merawat klien dengan kerentanan tinggi.
Berdiri didepan bak cuci, jaga agar tangan dan seragam anda tidak
terkena permukaan bak cuci. Jika tangan anda menyentuh bak cuci saat
4.
mencuci tangan, ulangi proses mencuci tangan dari awal. Gunakan bak
cuci dengan keran yang mudah dijangkau.
5. Buka keran yang dioperasikan dengan tangan
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mencuci Tangan Steril
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
INSTRUKSI KERJA
13. Pertahankan lengan fleksi, buang sikat kedua. Matikan air dengan siku
Gunaka handuk steril untuk mengeringkan satu tangan secara
14. menyeluruh, gerakkan dari jari ke siku. Keringkan dengan gerakan
melingkar. Keringkan dari area paling bersih ke area kurang bersih.
Ulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain, gunakan area
15.
handuk yang lain atau handuk steril baru
16. Pertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda
Ketika masuk keruangan operasi atau bersalin lindungi tangan dari
17.
kontak dengan obyek apapun
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
1. Definisi
Memakai handscoon steril adalah suatu kegiatan untuk melindungi diri saat kontak
langsung dengan pasien
2. Tujuan
a. Melindungi diri saat kontak langsung dengan pasien yang memiliki luka atau
peralatan medis yang steril
b. Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat
berpindah dari klien satu ke klien lainnya
3. Indikasi
a. Perawatan pada pasien yang terdapat luka atau peralatan keperawatan yang harus
terjaga kesterilannya
b. Setiap prosedur bedah
c. Persalinan pervaginam
d. Prosedur radiologi invansif
e. Melakukan akses dan prosedur (central lines) pembuluh darah
f. Mempersiapkan nutrisi parental dan agen kemoterapi
4. Kontraindikasi
a. Seluruh tindakan yang kemungkinan tidak terpajan darah atau cairan tubuh
seperti memandikan pasien dengan kulit normal, memberi makan pasien,
membantu untuk jalan
b. Seluruh tindakan yang tidak harus terjaga kesterilannya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMAKAI HANDSCOON STERIL
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar khusunya
tindakan Keterampilan Memakai Handscoon Steril
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan keterampilan memakai handscoon steril, meliputi persiapan; pelaksanaan;
dan evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan tindakan keterampilan memakai handscoon steril sebagai sarana
praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur Keterampilan Memakai Handscoon Steril
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
Bahan :
1. Handscoon steril
6. Instruksi Kerja
1. Cuci tangan. Pakai gown, jika perlu; jika tidak, buka kemasan handscoon, letakkan di
meja samping tempat tidur, dan keluarkan bungkus handscoon bagian dalam; buka
kemasan bagian dalam dengan menggunakan teknik steril ( menggunakan korentang )
dan pajankan handscoon
3. 1 Mempertahankan area steril
2. Ambil sebuah handscoon di bagian lengannya dan selipkan jari tangan yang lain ke
dalam handscoon ( apabila memakai gown, pertahankan lengan gown berada di bagian
dalam sarung tangan jika relevan ), tarik handscoon ke atas tangan dangan lengan gown
3. 2 Memakai handscoon sementara mempertahankan sterilitas
3. Letakkan tangan yang telah memakai handscoon ke bagian dalam lengan handscoon yang
lain dan angkat secara perlahan; selipkan tangan yang lain ke handscoon ke tangan;
pergelangan tangan, dan lengan gown, jika relevan ( jangan menyentuh kulit dengan
tangan yang telah memakai handscoon )
3. 3 Memfasilitasi penempatan handscoon pada tangan tanpa mengkontaminasi
handscoon atautangan yang telah memakai handscoon; menstabilkan lengan gown
dan menciptakan hubungan kontinu antara tangan ke lengan yang steril
4. Tarik handscoon dengan aman untuk memasukkan jari dan menyesuaikan menggunakan
satu tangan untuk menyesuaikan jari tangan yang lain
3. 4 Menempatkan jari tangan ke bagian dalam handscoon sambil mempertahankan
sterilitas
5. Lanjutkan ke area steril, pertahankan tetap berada di atas pinggang; jangan menyentuh
benda-benda non-steril. JIKA HANDSCOON TERKONTAMINASI, BUANG DAN
GANTI DENGAN BAHAN YANG STERIL
3. 5 Mencegah kontaminasi handscoon
6. Dokumentasi
7. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan, dan tepat
8. Referensi
Temple-Jean Smith dan Joyce Young Johnson (2010), Buku Saku Prosedur Klinis
Keperawatan, Jakarta:EGC.
Sriyanti, Cut, SST., M.Keb.2006.Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia I.Jakarta:EGC
Hana, Sia (2016, 05 Desember). Sarung Tangan Steril Indikasi Dipakai. Dikutip 10 Juli
2019 dari Scribd: https://id.scribd.com/doc/306466795/Cara-Penggunaan-Sarung-Tangan-
Steril
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Memakai Handscoon Steril
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Korentang steril beserta tempatnya
2. Handscoon steril
2. INSTRUKSI KERJA
Cuci tangan. Pakai gown, jika perlu; jika tidak, buka kemasan
handscoon, letakkan di meja samping tempat tidur, dan keluarkan
1. bungkus handscoon bagian dalam; buka kemasan bagian dalam dengan
menggunakan teknik steril ( menggunakan korentang ) dan pajankan
handscoon
Ambil sebuah handscoon di bagian lengannya dan selipkan jari tangan
yang lain ke dalam handscoon ( apabila memakai gown, pertahankan
2.
lengan gown berada di bagian dalam sarung tangan jika relevan ), tarik
handscoon ke atas tangan dangan lengan gown
Letakkan tangan yang telah memakai handscoon ke bagian dalam
lengan handscoon yang lain dan angkat secara perlahan; selipkan
3. tangan yang lain ke handscoon ke tangan; pergelangan tangan, dan
lengan gown, jika relevan ( jangan menyentuh kulit dengan tangan
yang telah memakai handscoon )
Tarik handscoon dengan aman untuk memasukkan jari dan
4. menyesuaikan menggunakan satu tangan untuk menyesuaikan jari
tangan yang lain
Lanjutkan ke area steril, pertahankan tetap berada di atas pinggang;
5. jangan menyentuh benda-benda non-steril. jika handscoon
terkontaminasi, buang dan ganti dengan bahan yang steril
6. Dokumentasi
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
a. Definisi
Gowning adalah suatu tindakan pencegahan kontaminasi mikroorganisme dengan
menggunakan set baju kamar operasi. Pemeliharaan lingkungan steril dengan
menggunakan jubbah atau pakaian khusus sebagaicara menutupi daerah tidak steril
tanpa mengkontaminasi bagian luar dari jubbah
b. Tujuan
3. 1 Mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat kepada klien
3. 2 Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat (teknik pertahanan)
3. 3 Mencegah terjandinya transmisi mikroorganisme/kuman dari klien ke
perawat. (ex: mencegah penularan AIDS, Hepatitis)
c. Indikasi
Gaun operasi dipakai ketika akan dilakukan prosedur pembedahan. Untuk operasi
bedah minor biasanya tidak memakai gaun operasi, namun cukup memakai baju
operasi dan sarung tangan steril saja
d. Kontraindikasi
Seluruh tindakan yang tidak harus terjaga kesterilannya
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MEMAKAI GOWN STERIL
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar khususnya
tindakan Keterampilan Memakai Gown Steril
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan keterampilan memakai gown steril, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan keterampilan memakai masker sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
1. Persiapan alat dan bahan praktikum
2. Palaksanaan prosedur Keterampilan Memakai Gown Steril
3. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
4. Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
3. 1 Cuci tangan dan atur peralatan
1. Mengurangi transfer organisme, meningkatkan efisiensi
3. 2 Keluarkan kemasan gown steril dari bungkusan terluarnya dan buka bungkus
bagian dalam untuk memajankan gown steril; letakkan di meja samping tempat tidur,
sentuh hanya bagian luarbungkusan. Lebarkan bungkus diatas meja
2. Mempertahankan kesterilan gown; menyiapkan area steril
3. 3 Keluarkan gown dari area, pegang bagian dalam gown dan secara perlahan
goncangkan untuk melonggarkan lipatan; pertahankan bagian dalam gown tetap
mengarah ke depan anda
3. Mempersiapkan gown untuk dipakai
3. 4 Letakkan kedua lengan di dalam gown di saat bersamaan, dan regangkan ke arah
luar sampai tangan mencapai ujung lengan (yaitu pertahankan tangan tetap berada di
bagian dalam lengan gown)
4. Mempertahankan sterilitas gown
3. 5 Minta asisten mengikat tali yang berada dibagian leher gown, kemudian Tarik tali
yang berada di belakang gown dan kecangkan tali bagian dalam yang berada di pinggang.
Minta asisten menarik tali bagian luar kea rah melingkar dengan menggunakan korentang
atau handscoon steril
5. Memfiksasi gown tanpa mengkontaminasi bagian luar
3. 6 Dokumentasi
7. Indikator
Keterampilan dilaksanakan dengan sistematis, tanpa bantuan, dan tepat
8. Referensi
Temple-Jean Smith dan Joyce Young Johnson (2010), Buku Saku Prosedur Klinis
Keperawatan, Jakarta:EGC.
Icha, Rizka (2018, 09 September). Penggunaan Gown. Dikutip 10 Juli 2019 dari Slide
Player: https://slideplayer.com/slide/14215626/
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Memakai Gown Steril
Dilakukan
No. Kegiatan Ya Tidak Ket
1 0
1. ALAT DAN BAHAN
1. Korentang steril beserta tempatnya
2. Gown Steril
2. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan dan atur peralatan
Keluarkan kemasan gown steril dari bungkusan terluarnya dan buka
bungkus bagian dalam untuk memajankan gown steril; letakkan di
2.
meja samping tempat tidur, sentuh hanya bagian luarbungkusan.
Lebarkan bungkus diatas meja
Keluarkan gown dari area, pegang bagian dalam gown dan secara
3. perlahan goncangkan untuk melonggarkan lipatan; pertahankan
bagian dalam gown tetap mengarah ke depan anda
Letakkan kedua lengan di dalam gown di saat bersamaan, dan
4. regangkan ke arah luar sampai tangan mencapai ujung lengan (yaitu
pertahankan tangan tetap berada di bagian dalam lengan gown)
Minta asisten mengikat tali yang berada dibagian leher gown,
kemudian Tarik tali yang berada di belakang gown dan kecangkan
5. tali bagian dalam yang berada di pinggang. Minta asisten menarik tali
bagian luar kea rah melingkar dengan menggunakan korentang atau
handscoon steril
6. Dokumentasi
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PERHITUNGAN FREKUENSI PERNAFASAN
1. Definisi
Frekuensi pernapasan adalah cepat lambatnya bernapas atau banyaknya oksigen yang
dihirup dan kemudian dihembuskan dalam bernapas dalam keadaan apapun. Cepat lambatnya
proses pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi. Oleh karena itu, laki-
laki memerlukan oksigen lebih banyak dari pada wanita.
2. Aktivitas
Tak jauh dari posisi tubuh, aktivitas yang dilakukan seseorang pun dapat
mempengaruhi banyaknya otot yang bekerja, sehingga akan sangat mempengaruhi
frekuensi pernapasan seseorang.
2. Indikasi
3. Secara rutin bersamaan dengan pengukuran denyut, suhu, tekanan darah.
4. Sewaktu diperlukan.
5. Atas instruksi dokter.
6. Pasien akan, sedang, setelah di bedah.
3. Kontraindikasi
1. Pasien dengan sakit jantung, pendarahan, kontraksi kuat, pembukaan lengkap.
2. Jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekwensi pernafasannya sedang
dihitung.
3. Riwayat medis klien yang abnormal sejak lahir
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERHITUNGAN FREKUENSI PERNAFASAN
1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar perhitungan
frekuensi pernafasan
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan perhitungan frekuensi pernafasan, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan perhitungan frekuensi pernafasan sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur perhitungan frekuensi pernafasan
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
7. Indikator
7. Memperhatikan keadaan umum pasien
8. Pasien tidak merasakan sakit
9. Pasien merasa nyaman
8. Referensi
Griffin Anne dan Perry, 1999, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar,
Jakarta : EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Perhitungan Frekuensi Pernapasan
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
e. ALAT DAN BAHAN
1. Jam tangan dengan jarum petunjuk detik atau tayangan digital
2. Pena
3. Pinsil
4. Lembar Kerja
f. INSTRUKSI KERJA
1. Pastikan bahwa klien berada alam posisi nyaman, lebih baik duduk.
Letakkan tangan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada
2. bagian bawahnya, atau tempatkan tangan anda langsung pada abdomen
atas klien.
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali
3.
ekspirasi).
Sekali siklus terobservasi, perhatikan jarum jam petunjuk detik dan
4. mulai hitung frekuensi: bila detik jam tangan mencapai angka pada
putaran, hitung “satu” untuk mulai siklus pertama yang lengkap.
Untuk orang dewasa, hitung jumlah pernafasan dalam 30 detik dan
5.
kalikan 2. Untuk bayi atau hitung pernafasan selama satu menit penuh.
Bila pernafasan orang dewasa mengalami irama tak teratur atau secara
6.
abnormal lebih lambat atau cepat, hitung selama satu menit penuh.
Sementara ,menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan
7. dangkal, normal, atau dalam dan apakah irama normal atau terjadi
perubahan pola.
Catat hasil pada bagan atau lembar kerja. Laporkan adanya tanda-tanda
8.
perubahan pernafasan.
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
8. Indikasi
Terdapat beberapa orang yang diminta untuk rutin melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Mereka adalah yang sudah berusia 35 tahun atau lebih, memiliki riwayat
hipertensi, memiliki riwayat keluarga dengan masalah hipertensi, memiliki riwayat
penyakit jantung dan penyakit ginjal, dan mereka yang sedang menjalani kehamilan.
Bahkan, bagi mereka yang sudah mengidap hipertensi, pemeriksaan tekanan darah harus
lebih sering dilakukan demi mengendalikan tekanan darah dalam tubuh.
9. Kontra Indikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi mutlak untuk mendapatkan tekanan darah,
berbagai kontraindikasi relatif ada. Hindari pengukuran tekanan darah di lengan yang
sama di mana terdapat fistula arteriovenosa (seperti yang digunakan dalam hemodialisis),
atau di lengan dengan lymphadema. Pengukuran harus dilakukan dengan hati-hati jika
pasien berisiko tinggi untuk terjadinya lymphedema (setelah diseksi kelenjar getah
bening dalam penanganan kanker payudara). Dalam hal ini, penggunaan lengan lainnya
dianjurkan, jika fistula arteriovenosa bilateral atau ada lymphedema, maka pengukuran
tekanan darah dianjurkan dilakukan di ekstremitas bawah.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Pelaksanaan prosedur mengukur tekanan darah
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
1. Bawa alat ke dekat pasien.
3. Cuci tangan.
Rasional : Menghilangkan mikroorganisme untuk menghindari penyebarannya
terhadap klien.
4. Atur posisi klien : duduk atau berbaring dengan nyaman, lengan disokong setinggi
jantung dan telapak tangan menghadap keatas
Rasional : Pengaturan posisi dapat mempermudah penempatan manset. Posisi
lengan di atas jantung akan menyebabkan hasil pengukuran rendah yang salah
7. Pusatkan anak panah yang tertera pada manset ke arteri brakialis dan lingkaran
manset pada lengan atas secara rapi dan tidak ketat
Rasional : Penempatan manset yang longgar menyebabkan hasil pengukuran
tinggi yang salah.
8. Pastikan manometer terketak setinggi titik pandang mata dan perawat berdiri tidak
lebih dari satu meter jauhnya.
Rasional : Mencegah ketidaktepatan pembacaan air raksa.
9. Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas
titik hilangnya denyut arteri. Perlahan kempiskan manset perhatikan sampai denyut
kembali teraba (sistolik palpasi).
Rasional : Mengidentifikasi perkiraan tekanan sistolik dan menentukan titik
pengembangan maksimal untuk pembacaan akurat. Mencegah kesenjangan
auskultasi.
12. Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan diafragma stetoskop di atasnya
Rasional : Penempatan stetoskop memastikan penerimaan bunyi optimum. Bunyi
yang samar dapat mengakibatkan pengukuran yang salah.
13. Tutup kantong tekanan darah searah putaran jarum jam sampai kencang
Rasional : Mencegah kebocoran udara saat pengembangan
14. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas hasil palpasi sistolik klien
Rasional : Memastikan ketepatan pengukuran sistolik
15. Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksa turun rata-rata 2-3
mmHg per detik.
Rasional : Penurunan air raksa yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat
menyebabkan pembacaan hasil pengukuran yang salah
16. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
Rasional : Bunyi Korotkoff pertama menandakan tekanan sistolik.
17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik hilangnya bunyi
Rasional : Bunyi Korotkoff keempat sebagai tekanan diastolic pada orang dewasa.
21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi yang diinginkan
Rasional : Mempertahankan kenyamanan pasien.
22. Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop dan bagian diafragma stetoskop
dengan kapas alkohol.
Rasional : Mengontrol penyebaran mikroorganisme bila perawat saling bergantian
menggunakan stetoskop.
7. Indikator
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Pasien tidak merasa kesakitan
3. Pasien merasa nyaman
8. Referensi
Kusyati, Eni dkk (2004). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium keperawatan
Dasar.Jakarta:EGC
Michelle Lyandina,
https://www.academia.edu/31395808/Konsep_Tekanan_Darah_2.1.1_Pengertian_Tekanan_
Darah
https://doktersehat.com/siapa-rutin-periksa-tekanan-darah/
Dokudok’s,2015, https://dokudok.com/ketrampilan-klinis/prosedur-pemeriksaan-tekanan-
darah/
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mengukur Tekanan Darah
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
III. ALAT DAN BAHAN
1. Stetoskop
4. Bengkok
IV. INSTRUKSI KERJA
1. Bawa alat ke dekat pasien
21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi yang diinginkan
Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop dan bagian diafragma
22.
stetoskop dengan kapas alkohol.
23. Informasikan hasil kepada klien.
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ukuran Tubuh
d. Kehamilan
e. Kesehatan
f. Riwayat kesehatan
g. Rokok dan kafein
h. Intensitas dan lama kerja
i. Faktor fisik
j. Sikap kerja
k. Kondisi psikis
3. Frekuensi Nadi
Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):
Bayi baru lahir 100 – 180
Usia 1 minggu – 3 100 – 220
bulan
Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150
Usia 10 –21 tahun 60 – 90
Usia lebih dari 21 69 – 100
tahun
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan mengukur tekanan nadi radial, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan
evaluasi, sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah
sakit, wajib memperagakan pengukuran tekanan nadi radial sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 5 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 6 Palaksanaan prosedur mengukur tekanan nadi radial
3. 7 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 8 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
5. Alat Dan Bahan
Alat :
1. Jam tangan dengan detik/layar digital
2. Pena/pensil
3. Lembar alur tamda vital/buku catatan.
Bahan :
1. Sarung tangan bersih.
6. Instruksi Kerja
1. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilaksanakan dan tujuannya.
3. Cuci tangan.
4. Memakai sarung tangan bersih.
5. Bantu klien ke posisi terlentang atau duduk, buka kancing depan pakaian klien.
a. Jika terlentang, letakkan klien menyilangkan dada dengan telapak tangan
menelungkup.
b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan bawah dengan
krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan dan telapak tangan
menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi mudah
dilakukan.
5. Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu jari, di sisi
dalam pergelangan tangan klien.
Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan palpasi dengan ibu
jari karena anda akan merasakan denyut anda sendiri.
6. Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian kurangi
tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan yang berlebihan
akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
7. Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah denyutan teratur.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat yakin bahwa
denyut dapat diraba.
8. Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
9. Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
Memastikan ketepatan perhitungan.
10. Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
11. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
12. Cuci tangan.
13. Dokumentasikan pada catatan perawatan.
7. Indikator
1. Telah dilakukan pengukuran nadi dengan benar.
8. Referensi
Eni Kusyanti, dkk (2011), keterampilan & prosedur laboratorium keperawatan dasar,
Jakarta: EGC.
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mengukur Tekanan Nadi Radial
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
V. ALAT DAN BAHAN
1. Jam tangan dengan detik/layar digital.
2. Pena/pensil.
3. Cuci tangan.
5. b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan
bawah dengan krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan
dan telapak tangan menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi
mudah dilakukan.
Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu
jari, di sisi dalam pergelangan tangan klien.
6. Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan
palpasi dengan ibu jari karena anda akan merasakan denyut anda
sendiri.
Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian
kurangi tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
7.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan
yang berlebihan akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah
denyutan teratur.
8.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat
yakin bahwa denyut dapat diraba.
Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
9.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
10.
Memastikan ketepatan perhitungan.
Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
11.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
12. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP SUHU ORAL
1. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa.
Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan
dibidang apapun.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui Oral (mulut). Suhu dapat diambil
melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik atau yang lebih modern
termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk mengukur suhu tubuh.
2. Indikasi
Pada pasien baru
Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.
Kontra Indikasi
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Suhu Oral, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga sebelum
mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib memperagakan
Suhu Oral sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur suhu oral
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
1) Termometer
2) Tiga buah botol :
Botol pertama berisi larutan sabun
Botol kedua berisi larutan desinfektan
Botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok
4) Kertas/tisu
5) Sarung tangan
6) Pena
7) Buku catatan
Bahan :
1) Sarung tangan
2) Kertas/tisu
6. Instruksi kerja :
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Suhu Oral
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
VII. ALAT DAN BAHAN
1. Termometer
2. Botol
3. Bengkok
4. Kertas/Tisu
5. Sarung Tangan
6. Pena
7. Buku Catatan
VIII. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai
Thermometer kaca :
1) pegang ujung termometer kaca yang ber kode warna dengan ujung
jari anda
2) baca tingkat merkuri sambil dengan perlahan memutar termometer
setinggi mata
3) bila merkuri di atas tingkat yang diinginkan pegang ujung termometer
dengan kuat dengan cepat gerakan pergelangan tangan ke bawah
lanjutkan sampai pembacaan pada tingkat yang tepat
4) minta klien untuk membuka mulutnya dan dengan perlahan letakkan
termometer dalam kantung sublingual atau (bawah lidah) dari arah
ketengah rahang bawah
5) minta klien untuk menahan termometer dengan mengaktupkan
bibirnya
6) biarkan termometer dalam mulut klien selama 2 menit atau sesuai
kebijakan institusi
7) dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata.
informasikan klien tentang hasil pembacaan suhu
8) bersihkan termometer dengan tisu halus bersihkan dengan cara
memutar dari ujung ke pentolan termometer, kemudian buang tisu
9) cuci termometer dengan air sabun suam-suam kuku bilas dalam air
dingin dan keringkan
Termometer organik :
1) hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang
ujung batang hati-hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol
pelepas
2) dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu
sama yg terkunci di tempatnya
3) minta keluhan untuk membuka mulut dan perlahan lepaskan probe di
bawah lidah dari arah lateral ke tengah rahang bawah
4) minta klien untuk mempertahankan probe di dalamnya sampai alarm
unit elektronik berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital
5) angkat probe dari bahwa lidah klien informasikan pembacaan suhu
pada klien
6) tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk mengeluarkan
penutup plastik ke dalam tempat yang tepat
7) ganti probe pada unit elektronik
8) cuci tangan anda dan buang sarung tangan
9) catat suhu klien pas grafik atau lembar kerja yang tepat
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
4. Definisi
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga,
kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang
apapun.
Suhu tubuh seseorang dapat diambil melalui Rektal (Dubur). Suhu yang diambil
melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau termometer digital) cenderung 0,5-0,7˚
lebih tinggi daripada ketika diambil oleh mulut.
5. Indikasi
Pada pasien baru
Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi.
6. Kontra Indikasi
Diare
Pembedahan rectal
Clotting disorders
Hemorrhoids
8. Ruang Lingkup
Semua tindakan suhu rektal meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi, sehingga
sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan suhu rektal sebagai sarana praktek.
9. Uraian Umum
3. 5 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 6 Pelaksanaan prosedur suhu rektal
3. 7 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 8 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
10. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
Alat
1) Termometer
2) Tiga buah botol
Botol pertama berisi larutan sabun
Botol kedua berisi larutan desinfektan
Botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok
4) Pena
5) Buku catatan
Bahan :
1) Sarung tangan
2) Kertas/tisu
9) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca setinggi mata. Informasikan klien tentang hasil
pembacaan suhu
Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin
pembacaan yang akurat
10) Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan cara memutar dan ujung
ke pentolan termometer. Buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area yang sedikit terkontaminasi, sedangkan area yang paling banyak terkontaminasi
adalah bagian pentolan
11) Cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan air dingin dan
keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan
Termometer elektronik
1) Hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang ujung batang hati-
hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada tombol pelepas
Rasional : penekanan tombol melepaskan penutup plastik dari probe
2) Dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sama yg terkunci di
tempatnya
Rasional : penutupan plastik halus tidak akan patah di dalam mulut klien dan mencegah
transmisi mikroorganisme diantara klien
3) Atur posisi kain dengan posisi miring
Rasional : untuk memudahkan masuknya termometer ke dalam rektum
4) Pakaian diturunkan sampai glutea
Rasional : dapat memudahkan pelaksanaannya
5) Oleskan vaselin
Rasional : biar licin saat dimasukan ke rektum
6) Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer ke dalam rektal
jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu
7) Tunggu 3-5 menit
8) Minta kelainan untuk mempertahankan probe ditempatnya sampai alarm unit elektronik
berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital
9) Angkat probe dan informasikan pembacaan suruh kepada klien
10) Dengan hati-hati ambil termometer dan baca pada setinggi mata. informasikan klien
tentang hasil pembacaan suhu
Rasional : tindakan yang berhati-hati mencegah ketidaknyamanan klien dan menjamin
pembacaan akurat
11) Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan cara memutar dan ujung
ke pentolan termometer. Buang tisu
Rasional : mencegah kontak mikroorganisme dengan tangan anda, bagian ujung termometer
adalah area yang sedikit terkontaminasi, sedangkan area yang paling banyak terkontaminasi
adalah bagian pentolan
12) Cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan air dingin dan
keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan material organik yang dapat mengganggu kerja
desinfektan
Dokumentasi :
1) Catat hasil suhu
2) Catat hari, waktu dan perawat yang melakukan
Referensi :
Potter, Patricia A, Keterampilan Dan Prosedur Dasar, Jakarta :EGC
Hidayat Alimul Aziz A, (2002), Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta :EGC
http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://hannydarliany.blogspot.com/2011/12/tanda-tanda-vital-ttv.html
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Suhu Rektal
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
IX. ALAT DAN BAHAN
1. Termometer
2. Botol
3. Bengkok
4. Pena
5. Buku Catatan
6. Sarung tangan
X. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai
Termometer elektronik
1) hubungan probe oral (ujung biru) pada unit layar elektronik pegang
ujung batang hati-hatilah untuk tidak melakukan penekanan pada
tombol pelepas
2) dorong penutup plastik sekali pakai yang bersih di atas probe suhu
sama yg terkunci di tempatnya
3) atur posisi kain dengan posisi miring
4) pakaian diturunkan sampai glutea
5) oleskan vaselin
6) letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan
termometer ke dalam rektal jangan sampai berubah tempatnya dan ukur
suhu
7) tunggu 3-5 menit
8) minta kelainan untuk mempertahankan probe ditempatnya sampai
alarm unit elektronik berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar
digital
9) angkat probe dan informasikan pembacaan suruh kepada klien
10) dengan hati-hati ambil termometer dan baca pada setinggi mata.
Informasikan klien tentang hasil pembacaan suhu
11) bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan dengan
cara memutar dan ujung ke pentolan termometer. Buang tisu
12) cuci termometer ke dalam air sabun suam-suam kuku bilas dengan
air dingin dan keringkan.
4. Cuci Tangan
5. Dokumentasi
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PENGUKURAN SUHU AKSILA
2. Ruang Lingkup
Semua tindakan Pengukuran suhu aksila, meliputi persiapan; pelaksanaan; dan evaluasi,
sehingga sebelum mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata di klinik/ rumah sakit, wajib
memperagakan Pengukuran suhu aksila sebagai sarana praktek.
3. Uraian Umum
3. 1 Persiapan alat dan bahan praktikum
3. 2 Palaksanaan prosedur pengukuran suhu aksila
3. 3 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan
3. 4 Penilaian terhadap peforma mahasiswa
4. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
6. Instruksi Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
Rasional : menurunkan ansietas dan meningkatkan kerja sama.
2. Melakukan cuci tangan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme.
3. Tutup gorden sekitar tempat tidur dan/atau tutup pintu ruangan.
Rasional : memberikan privasi dan meminimalkan rasa malu pasien.
4. Gunakan sarung tangan.
Rasional : untuk melindungi diri.
5. Bantu klien untuk duduk atau posisi terlentang. Lepaskan pakaian atau baju dari bahu dan
tangan klien.
Respon : memberikan pemajanan optimal dari aksila.
6. Ukur suhu.
Termometer Kaca
a. Pegang ujung atas termometer dengan ujung-ujung jari anda.
Rasional : mencegah kontaminasi pentolan.
b. Baca ketinggian merkuri. Bila merkuri diatas tingkat yang diinginkan, kocok
termometer. Pegang ujung atas termometer dengan kuat dan jauhkan dari benda
keras. Dengan cepat goyangkan ke atas dan bawah. Lanjutkan sampain pembacaan
mencapai tingkat yang tepat.
Rasional : merkuri harus di bawah 35,5˚C (96˚F) dan di bawah suhu klien sebelum
digunakan. Pengocokan dengan cepat menurunkan ketinggian merkuri dalam tabung
kaca. Menjauh dari benda keras saat mengocok mencegah pecahnya termometer.
c. Masukkan termometer ke tengah aksila klien, turunkan tangan di atas termometer,
dan letakkan lengan bawah menyilang di atas dada.
Respon : mempertahankan posisi yang tepat dari thermometer di atas pembuluh darah
aksila.
d. Tahan termometer pada tempatnya selama 5 sampai 10 menit atau sesuai kebijakan
institusi .
Rasional : Eoff dan Joyee (1981) menganjurkan 5 menit untuk anak-anak. Anjuran
waktu bervariasi di antar institusi.
e. Lepaskan termometer dan bersihkan adanya secret dengan tisu. Bersihkan dengan
cara memutar dari jari kearah pentolan. Buang tisunya,
Respon : menghindari kontak dengan mikoorganisme. Pembersihan dari area yang
terkontaminasi paling sedikit ke yang paling terkontaminasi.
Termometer Elektronik
a. Hubungkan probe rektal (ujung merah) pada unit layar elektronik pegang ujung
batang, hati-hati jangan melakukan tekanan pada tombol pelepas.
Rasional : tombol pelepas melepaskan penutup plastic dari probe.
b. Dorong penutup plastic sekali pakai yang bersih di atas probe suhu sampai terkunci di
tempatnya.
Rasional : mencegah trasmisi mikroorganisme.
c. Masukkan probe ke tengah aksila, turunkan lengan pasien di atas termometer, dan
tempatkan lengan bawah menyilang di dada klien.
Rasional : mempertahankan posisi termometer yang di atas pembuluh darah aksila
d. Tahan probe elektronik di tempatnya sampai unit alarm elektronik berbunyi dan
pembacaan suhu tampak pada layar digital.
Rasional : unit elektronik dapat menentukan suhu tubuh klien dalam beberapa detik.
e. Dengan hati-hati lepaskan probe dari aksila.
f. Baca termometer dan informasikan klien tentang suhu.
Rasional : meningkatkan pemahaman status kesehatan.
g. Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk melepaskan penutup probe
plastik pada wadah yang tepat.
Rasional : menurunkan penyebaran infeksi
h. Gantikan penguji unit elektronik.
Rasional : unit batere dapat dipasang kembali.
7. Bantu klien menggunakan pakaian atau gaunnya.
Rasional : mengembalikan perasaan sejahtera klien.
8. Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan memutar dari ujung ke
pentolan termometer. Buang tisu.
Respon : mencegah kontak mikrooganisme dengan tangan anda. Bagian ujung
termometer adalah area palinh sedikit terkontaminasi, area pentolan termometer
merupakan area yang paling banyak terkontaminasi.
9. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
Rasional : secara mekanik menghilangkan materi organic yang dapat mengganggu kerja
desinfektan.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Rasional : mengurangi transmisi mikroorganisme
11. Dokumentasi.
Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai pembacaan
aksila dengan huruf capital A.
Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
Rasional : tanda-tanda vital harus dicatat dengan segera setelah pengukuran sebelum
hasilnya terlupakan. Huruf A mencegah kekeliruan pengukuran oral dan rektal.
7. Indikator
1. Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya mengukur 1
derajat lebih rendah dari suhu oral dika diukur secara bersamaan.
2. Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain.
3. Atas instruksi dokter.
4. Saat mengukur suhu bayi melalui aksila, anda mungkin perlu memegang lengan bayi agar
tetap berada di depan dada.
5. Rute aksila mmungkin tidak seakurat rute lain untuk mendeteksi demam pada anak
(binger & Bali, 1999).
8. Referensi
Potter, Patricia A , Keterampilan Dan Prosedur dasar Edisi 3,. Jakarta: EGC
Hidayat, A. aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pengukuran Suhu Aksila
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
I. ALAT DAN BAHAN
Termometer kaca merkuri pendek atau oral atau termometer elektronik
1.
dengan probe rektal (Ujung merah), penutup probe plastik
2. Bengkok
Tiga buah botol
Botol pertama berisi larutan sabun
5. Kertas/ tisu
6. Sarung tangan
II. INSTRUKSI KERJA
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Melakukan cuci tangan.
Bantu klien untuk duduk atau posisi terlentang. Lepaskan pakaian atau
5.
baju dari bahu dan tangan klien.
Ukur suhu.
Termometer Kaca
a. Pegang ujung atas termometer dengan ujung-ujung jari anda.
b. Baca ketinggian merkuri. Bila merkuri diatas tingkat yang
diinginkan, kocok termometer. Pegang ujung atas termometer dengan
kuat dan jauhkan dari benda keras. Dengan cepat goyangkan ke atas dan
bawah. Lanjutkan sampain pembacaan mencapai tingkat yang tepat.
c. Masukkan termometer ke tengah aksila klien, turunkan tangan di
atas termometer, dan letakkan lengan bawah menyilang di atas dada.
d. Tahan termometer pada tempatnya selama 5 sampai 10 menit
atau sesuai kebijakan institusi .
e. Lepaskan termometer dan bersihkan adanya secret dengan tisu.
Bersihkan dengan cara memutar dari jari kearah pentolan. Buang
tisunya,
Termometer Elektronik
6.
a. Hubungkan probe rektal (ujung merah) pada unit layar elektronik
pegang ujung batang, hati-hati jangan melakukan tekanan pada tombol
pelepas.
b. Dorong penutup plastic sekali pakai yang bersih di atas probe
suhu sampai terkunci di tempatnya.
c. Masukkan probe ke tengah aksila, turunkan lengan pasien di atas
termometer, dan tempatkan lengan bawah menyilang di dada klien.
d. Tahan probe elektronik di tempatnya sampai unit alarm
elektronik berbunyi dan pembacaan suhu tampak pada layar digital.
e. Dengan hati-hati lepaskan probe dari aksila.
f. Baca termometer dan informasikan klien tentang suhu.
g. Tekan tombol pelepas pada probe termometer untuk melepaskan
penutup probe plastik pada wadah yang tepat.
Gantikan penguji unit elektronik.
7. Bantu klien menggunakan pakaian atau gaunnya.
Bersihkan termometer dengan kertas tisu halus. Bersihkan memutar dari
8.
ujung ke pentolan termometer. Buang tisu.
Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan
9.
keringkan.
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Dokumentasi.
11.
Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai
pembacaan aksila dengan huruf capital A.
Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
KONSEP PENGUKURAN SUHU TIMPANIK
7. Pengertian Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat
pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam
bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk
melepaskan tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh
termasuk dalam tolak ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa.
Sehingga, kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan
dibidang apapun.
Mudah di akses
Mencerminkan suhu inti
Sangat cepat
Dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan beresiko melukai membrane apabila
ujung thermometer di masukan terlalu jauh kedalam lubang telinga
Pengukuran yang berulang dapat menunjukan hasil yang berbeda
Hasil pengukuran pada membrane timpani sebelah kanan dan sebelah kiri dapat
berbeda.
ada serumen dapat mempengaruhi bacaan hasil.
13. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan praktek laboratorium keperawatan dasar pengukuran
suhu timpanik, agar mahasiswa kompeten melakukan pengukuran suhu timpanik.
16. Petugas
Pembimbing / penguji praktek laboratorium keperawatan
19. Indikator
1. Pengukuran suhu gendang telinga tidak akurat pada anak-anak kecil dan tidak boleh
digunakan pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan). Hal ini terutama berlaku pada bayi
dibawah 3 bulan dimana pengukuran suhu yang akurat adalah sangat penting.
2. Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain.
3. Hindari rute timpanik pada anak dengan infeksi telinga yang aktif atau terpasang
selang drainase membrane timpani.
20. Referensi
Potter, Patricia A , Keterampilan Dan Prosedur dasar Edisi 3,. Jakarta: EGC
Hidayat, A. aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Pengukuran Suhu Timpanik
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
XI. ALAT DAN BAHAN
1. Termometertimpanik dengan penutup probe telinga
Tiga buah botol
Botol pertama berisi larutan sabun
2.
Botol kedua berisi larutan desinfektan
Botol ketiga berisi bersih
3. Buku catatan suhu
4. Bengkok
5. Kertas/ tisu
6. Sarung tangan
XII. INSTRUKSI KERJA
1. Cuci tangan. Gunakan sarung tangan bila tepat.
Dokumentasi.
Catat hasil suhu pada bagan atau lembar kerja yang tepat. Tandai
10. pembacaan timpanik dengan huruf capital T.
Catat hari, waktu, dan perawat yang melakukannya.
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.
PENILAIAN UJIAN PRAKTEK LABORATORIUM
Nama : ……………………………………………….
NIM : ……………………………………………….
Penguji : ……………………………………………….
Hari / Tanggal : ……………………………………………….
Keterampilan : Mengukur Tekanan Nadi Radial
Dilakukan
No
Kegiatan Ya Tidak Ket
.
1 0
XIII. ALAT DAN BAHAN
1. Jam tangan dengan detik/layar digital.
2. Pena/pensil.
3. Cuci tangan.
5. b. Jika duduk, tekuk siku klien membentuk 90° dan sanggah lengan
bawah dengan krsi atau tangan pemeriksa. Julurkan pergelangan tangan
dan telapak tangan menghadap ke bawah.
Posisi yang tepat akan memanjakan arteri radial sehingga palpasi
mudah dilakukan.
Letakkan dua atau tiga jari tangan di atas lekukan radialis, searah ibu
jari, di sisi dalam pergelangan tangan klien.
6. Ujung jari adalah indra peraba yang sensitive.hindari melakukan
palpasi dengan ibu jari karena anda akan merasakan denyut anda
sendiri.
Berikan tekanan ringan di atas radius. Abaikan denyut awal, kemudian
kurangi tekanan sehingga denyutan mudah diraba.
7.
Nadi lebih akurat dikaji dengan tekanan sedang. Pemberian tekanan
yang berlebihan akan menghambat nadi dan menganggu aliran darah.
Hitung frekuensi denyut dengan menggunakan jam tangan setelah
denyutan teratur.
8.
Frekuensi denyut hanya dapat dihitung secara akurat jika perawat
yakin bahwa denyut dapat diraba.
Lakukan perhitungan selama 30 detik, kemudian kalikan dua.
9.
Frekuensi denyut yang tinggi paling akurat dikaji dalam waktu 30 detik.
Lakukan perhitungan selama 1 menit jika denyut nadi tidak teratur.
10.
Memastikan ketepatan perhitungan.
Kaji kekuatan, irama, dan kesamaan denyut.
11.
Memberi pengkajian lengkap mengenai karakter denyut.
12. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman.
JUMLAH
Jumlah ‘Ya’
N Keterampilan = x 100 = x 100 =
27 27
N Responsi = ………….
N = (N Keterampilan x 60%) + (N Responsi x 40%) = ……
Surabaya,
Penguji
NIP.