Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan bahan aktif


Minyak kayu putih (Oleum Eucalypti) adalah miyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap daun dan ranting segar Melaleuca leucadendra L dan Melaleucaminor
Sm, mengandung sinerol, C10H18O tidak kurang dari 50,0% dan tidak lebih dari 65,0%.
Minyak kayu putih sedikitnya tersuling 2/3 bagiannya antara 170º dan 190º.

Pemerian
Bentuk sediaan : Cairan
Warna : tidak berwarna, kuning pucat atau hijau
Bau : khas, aromatik seperti kamfer
Rasa : pahit, seperti kamfer yang diikuti rasa dingin
Kelarutan : larut dalam 2 bagian etanol (80%) p. Jika di simpan lama
maka kelarutan berkurang dan larut dalam etanol (90%)p.
Khasiat dan penggunaan : antiiritan, karminative
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

1.2 Efek farmakologis


Minyak kayu putih pada pemakaian luar digunakan sebagai stimulan dan
rubefecian ringan untuk encok (rheumatism). Minyak kayu putih juga bisa digunakan
bersama beberapa volatile agent dalam suatu sediaan untuk meningkatkan gangguan di
saluran pernafasan dan hidung tersumbat.Minyak kayu putih juga digunakan sebagai
aromaterapi.(Martindale 36th edition, page 2271)
 Kontraindikasi
Untuk penggunaan internal selama kehamilan. Minyak Eucalyptus dapat
mengganggu dengan terapi hipoglikemia yang ada.Minyak kayu putih harus
diencerkan sebelum atau eksternal penggunaan internal.
 Efek samping
Minyak kayu putih eksternal, baik dilusi dinyatakan secara umum non-toxic, non-
kepekaan dan non-ohototoxic. Minyak Eucalyptus menunjukkan aktivitas anti jamur
yang kuat (pada 1,0 microl/ml) terhadap jamur patogen manusia tanpa efek
merugikan pada kulit mamalia sampai konsentrasi 5%. Minyak kayu putih ternyata
dapat bersifat toksik dan tidak harus diterapkan secara eksternal atau diambil secara
internal kecuali sesuai diencerkan. Sebuah dosis 3,5 ml telah terbukti fatal meskipun
ini bukan hasil biasa keracunan minyak kayu putih-kebanyakan orang/anak-anak
sembuh.
 Penggunaan dan Administrasi
Minyak kayu putih dahulu digunakan sebagai penggunaan hidung, tetapi
sekarang digunakan dengan mempertimbangkan, menghalangi ciliari pergerakan
dan yang dapat menyebabkan lipoid radang paru-paru.
Minyak kayu putih digunakan secara oral untuk meredakan radang selaput
lendir dihidung dan batuk.Juga diterapkan sebagai rubefacient dan juga digunakan
sebagai aromatherapy.
BAB II
PRA FORMULASI

2.1 Tinjauan bentuk sediaan


Salep (oinment/unguenta) adalah sediaan yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.Bahan obat harus larut terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok. (FI ed. III, hal.33)
Oinment adalah suatu sediaan yang lembut, semisolid, biasanya mengandung
bahan berkhasiat yang ditujukan untuk pemakaian pada kulit dengan atau tidak dengan
penggosokan. (Husa’s Pharmaceutical Dispelising 5th edition, page 101)

2.2 Persyaratan Bentuk SediaanSalep (FI III)

Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan aktif dalam
salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika adalah 10% (FI ed III, hal 33)
 Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk bahan salep yang mengandung obat
keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
 Dasar salep : kecuali dinyatakan lain,, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album).
A. Oinment bases
Berdasarkan komposisi, dasar salep dapat digunakan sebagai berikut :
a) Dasar salep hidrokarbon (oleaginosus base)
Misalnya : mineral oil, vaselin putih, vaselin kuning cera alba, cera flava atau
campurannya.
a. Merupakan basis salep yang water-free
b. Digunakan untuk tujuan memperlama kontak dengan kulit
c. Sebagai emolient
b) Dasar salep serap
Misalnya : hydrophilic petrolatum, cold cream, adeps lanae ; campuran sebagai 3
kolesterol, 3 bagian steril alkohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih
; campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
a. Untuk bahan obat obat dalam bentuk larutan dalam air
c) Dasar salep yang dapat di cuci dengan air (water-removable bases)
Contohnya : hydrophilic oinment; vanishing cream; emulsifyng wax, emulsifyng
oinment.
a. Merupakan suatu basis dengan sistem emulsi o/w yang dapat dicuci dengan air.
b. Dapat terserap dengan baik pada kulit.
d) Dasar salep yang dapat larut dalam air
Contohnya : polythelyne glycol oinment, tragacant, P.G.A, glycerin.
B. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukan susunan yang homogen
C. Penandaan
Pada etiket harus tertera “obat luar”
D. Penggolongan salep
Penggolongan salepberdasarkan sifat farmakologinya/terapeutik dan penetrasinya :
a. Salep epidermis (epidermic oinment, salep penutup) guan untuk melindungi kulit
dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorbsi, kadang-kadang ditambahkan
amtiseptik, astrigensia untuk meredakan. rangsangan atau anastesi lokal. Dasar
yang baik adalah hidrokarbon.
b. Salep endodermis : salep yang bahan obatnya menembus kulit, terapi tidak melalui
kulit terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir.
Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermis : salep yang bahan obatnya menembus kulit dan mencapai efek
yang diinginkan, misalnya salep yang senyawa merkuri iodida dan beladona.

2.3 Rancangan formula


a. Spesifikasi sediaan yang diinginkan
Sediaan salep (oinment) minyak kayu putih diharapkan memiliki efek terapi
lokal pada keadaan iritasi, serta kontak salep terhadap bagian yang sakit lebih lama.
Oleh karena itu salep yang akan dibuat termasuk dalam golongan salep epidermik

No. Jenis Spesifikasi yang diinginkan


1 Bentuk sediaan Oinment (salep)
2 Kadar bahan aktif 10 %
3 Viskositas > 200 dPa’s
4 Warna Putih kekuningan
5 Bau Aromatik
6 Indikasi Analgesik, anti iritan, aromaterapi

b. Bahan-bahan yang diperlukan


 Bahan aktif, sebagai bahan utama yang digunakan untuk memberikan efek
terapi yang diinginkan.
 Basis salep, sebagai bahan pembawa yang sesuai, media dispersi bahan aktif.
 Enhencer, digunakan untuk meningkatkan penetrasi salep pada kulit.
 Solvent, untuk melarutkan bahan aktif dan bahan tambahan bila diperlukan.
 Pengawet, diperlukan untuk menjaga stabilitas sediaan selama penyimpanan.
 Emolient, untuk membrikan rasa nyaman, halus dan lembab di kulit.
 Anti oksidant, untuk mencegah oksidasi dari komponen salep yang rentan
teroksidasi.

2.4 Tinjauan bahan Tambahan


1. Basis Salep

Bahan Pemerian Fungsi Kelarutan


Vaselin putih Putih/kekuningan Basis salep Tidak larut dalam air, sukar
FI III, p : 822 pucat,/massa larut dalam etanol
berminyak dingin/panas, dalam etanol
transparan/dalam mutlak, mudah larut dalam
lapisan tipis setelah karbondisulfida, dalam
didinginkan/pada suhu kloroform, larut dalam
0. sebagian besar minyak dan
dalam minyak atsiri.
Yellow wax Yellow or light crown Controlled-release Larut.dalam.kloroform,eter,
HPE, p : 819 pieces of plates with a vehicle polishing fixed oil, volatile oil, dan
fine-graned matt, agent, stabilizing carbondifulsida panas,
noncrystallline agent, stiffening praktis tidak larut dalam
fracture and a fain agent. air.
characteristic oclor.
Adeps lanae Zat serupa lemak, liat, Basis salep Praktis tidak larut dalam
FI III, p : 61 lekat, kuning air, agak sukar larut dalam
muda/kuning pucat, etanol (95%)p, mudah larut
agak temus cahaya, dalam klorofom p dan
bau lemah dan khas. dalam eter p
PEG 4000 Putih/off white, range Oinment base, Larut dalam air,
HPE, p : 545 konsistensinya mulai plasticizer, polyethelene cair larut
dari pasta sampai suppository base, dalam aseton, alkohol,
waxy flakes. tablet and capsul benzen, glycerin, solid
lubricant. PEG larut dalam aseton,
diklorometan, etanol
(95%).
PEG 400 Jernih, tidak berwarna, Oinment base, Larut dalam air,
HPEHPE,p : 545 larutan kental plasticizer, polyethelene cair larut
memiliki bau dan rasa suppository base, dalam aseton, alkohol,
agak pahit, serta tablet and capsul benzen, glycerin, solid
mempunyai rasa agak lubricant. PEG larut dalam aseton,
membakar. diklorometan, etanol
(95%).

2. Enhancer

Adalah suatu zat yang meningkatkan jumlah obat yang melintasi kulit setelah
aplikasi dapat dicapai dengan menambahkan bahan pembantu permeasi atau
peretration enhancer.

Kemudian pertama adalah melalui interaksi antara kepala polar lipid. Enhencer
yang bersifat hidrofilik akan menimbulkan gangguan susunan lipid, kemudian
menyebabka fasilitas transport obat hidrofilik gangguan kepala polar tersebut juga
menimbulkan pengaruh terhadpa bagian hidrofilik lipid dan menyebabkan penataan
ulang pada susunan lipid bilayer. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan penetrasi
untuk obat hidrofilik. Contoh enhencer yang banyak digunakan antara lain :
propilenglikol, menthol dan camphora.

Bahan Pemerian kelarutan Fungsi


Propilenglikol Kadar : humectan topical Kelarutan dapat -preservative
15%, preservativ solution, bercampur dengan air -humectan
semisolida 15-35%, dengannetanol (95%)p, -Solvent
solvent, kosolvent oral, dan dengan kloroform p,
selection 10-25%, topical larut dalam berbagai eter,
15-80%. minyak tanah dan
minyak lemak.
Karakter fisik :
cairan kental, jernih, tidak
berbau, rasa agak manis,
higroskopis.

Karakteristik kimia :
Pada suhu dingin dan
wadah tertutup baik pada
suhu tunggi dann tempat
terbuka cenderung
teroksidasi menjadi
propinaldehid, asam laktat,
asam piruvat dan asetat
denagn etanol (95%)
glycerin dan air
inkompaktibilitas dengan
potlasium permanganate.

Billing point :
188C, density 1,038 g/cm
(20C)
Menthol Karakteristik fisika : Sukar larut dalam air,
hablur heksagonal/serbuk sangat mudah larut dalam
hablur, tidak berwarna, etanol, kloroform, dalam
biasanya eter, dan dalam heksana,
membentukjarum/massa mudah larut dalam asam
yang melebar, bau enak asetat, dalam minyak
seperti minyak permen. mineral, dan dalam
minyak lemak, dan dala,
Karakteristik kimia : minyak atsiri.
Bila digerus dengan
camphora,
kloralhidrat/fenol sama
berat, campuran akan
mencair.
Camphora Karakteristik fisika : Larut dalam 700 bagian Antiiritan,
Hablur putih, massa hablur air dalam bagian etanol topical analges
tidak berwarna/putih, bau (95%)p,dalam 0,32
khas, tajam, rasa pedas dan bagian kloroform. Sangat
aromatik. mudah larut dalam eter p,
mudah larut dalam
Karakteristik kimia : minyak lemak.
BJ : ± 0,9

3. Pengawet
Ditambahkannnya pengawet ke dalam sediaan karena sediaan mengandung
media air yang merupakan media pertumbuhan mikroba.
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompakti- Keterangan ADI
bilitas lain
Na- - Kristal granul - Air 1:1,8 -Gelatin - pH = 2-5 5 mg/
benzoat - Putih - Etanol 95% 1:75 -Garam feri - C=0,02-0,5% kg BB
(HPE, - Sangat - Etanol 90% 1:50 -Garam Ca
hal:662) higroskopis - Air 100% 1:1,4
- Amorf
Metil - Kristal putih - Air 1:4000 -Aktivitas - pH = 3-6 -
paraben - Tidak - Air 50° C 1:50 antimikroba dalam larutan
(Nipagin) berwarna - Air 80° C 1:30 -Turun dengan pembawa aqua
HPE, - Tidak berbau - Propilenglikol 1:5 adanya - rentang
hal:466 - Rasa terbakar - Gliserin 1:69 surfaktan pemakaian
- Larut bebas 0,015%-
dalam etanol dan 0,2%
eter
Propil - Kristal putih - Air 1:2500 -Magnesium C = 0,01- 10mg/kg
paraben - Tidak berbau - Propilenglikol -Aluminium 0,02% BB
(Nipasol) - Tidak berasa 1:39 silikat pH = 4-8
HPE, - Gliserin 1:250 -Magnesium rentang
hal:526 - Etanol 1: 1,1 trisilikat+besi pemakaian
- Sangat larut oksida 0,01-0,02%
dalam aseton
- Larut bebas
dalam alcohol
eter
Natrium - Tidak - Etanol 95% 1:24 -Asam pH = 7,8-9,2 -
propiona berwarna - Air 1:1 organik
(HPE, - Kristal tidak - Air panas 1:0,65
hal:699) transparan / - Praktis tidak larut
granul dalam kloroform
- Mudah dan eter
mengalir
- Tidak berbau /
lemah

4. Antioksidant
Bahan Kadar Karakteristik Fisika Karakteristik
Fungsi Kimia
Na-metabisulfit 0,01-1,0% Pemerian tidak berwarna, Dalam air, terurai
(HPE edisi 6, antioksidan Kristal prisma atau bubuk putih menjadi ion Na+
hal:691) berbau seperti sulfur dioksida dan H2SO3- ;
dan asam. pH=3,5-5,0 untuk
Kelarutan : sangat mudah larut 5% larutan pada
dalam gliserin, dalam air 1:9 suhu 20°C memiliki
titik didih <150°C
BHT (HPE edisi 0,0075- Bentuk Kristal padat, putih atau BJ nyata = 1,031
6, hal=75) 0,1% kekuningan praktis tidak larut g/cm³
antioksidan dalam air, gliserin, Titik didih = 265°C
propilenglikol,alkalihidroksial, Titik lebur = 70°C
sangat larut pada aseton,
benzene, etanol 95%, eter,
methanol, toluene, minyak
mineral, dan fixed oil. Pada
lemak lebih larut dari butyl
hidroxyanisol.

Matrix Bahan Terpilih :

BAHAN AKTIF

OLEUM CAJUPUTI

Tidak Stabil Untuk Mencegah Oleum Cajuputi


dalam Air adanya mikroba Dingin dikulit dan
Dibuat Sediaan
Salep

BAB III
FORMULASI
 Formula 1

Nama Bahan Fungsi % rentang % yang Jumlah


pemakaian dipakai (20 g)
Oleum Cajuputi Bahan aktif - 10% 2 gram
Cera Alba Basis 5% - 20% 5% 1 gram
Vaselin Album Basis ad 100% 60 % 12 gram
BHT antioksidan 0,01-1% 1% 0,2 gram
EDTA Cellatin agent 0,005% -0,1% 0,1% 0,02 gram
Nipasol Pengawet 0,01% -0,6% 0,1% 0,02 gram
Propilenglikol Emollient ≤30% 15% 3 gram
Menthol Enhancer 0.05%-10% 2% 0,4 gram

Cara Pembuatan
1) Timbang cera alba 1 g dan vaselin album 12 g, kemudian dimasukkan pada cawan
porselin, dan dilebur di waterbath
2) Siapkan mortir hangat  (no.1) masukkan dalam mortir hangat, aduk ad dingin.
3) Tambahkan Propilenglikol sebanyak 3 g  aduk ad homogen (Campuran 1)
4) Timbang menthol 0,4 g + EDTA 0,02 g  digerus di mortir berbeda, lalu tetesi
etanol 95% ad larut
5) Oleum cajuputi 2 g + BHT 0,2 g + Nipasol 0,02 g (pada mortir yang berbeda),
kemudian masukkan pada mortir (no.4).
6) Campuran 1 (no.3) dimasukkan ke no.5 aduk ad homogen dan terbentuk massa
ointment.

Skema Pembuatan Formula 1

Cera alba + vaselin album

menthol + EDTA lalu ol.eucalyptus + BHT +


tetesi etanol 95% ad larut Nipasol aduk ad hom
Dilebur di waterbath

Masukkan mortir
hangat aduk ad dingin Aduk ad homogen

+ propilenglikol

Aduk ad dingin dan terbentuk


massa ointment
 Formula 2

Nama Bahan Fungsi % rentang % yang Jumlah


pemakaian dipakai (20 g)
Oleum cajuputi Bahan aktif - 10% 2 gram
Metil Salisilat Bahan aktif - 1% 0,2 gram
Cera Alba Basis 5% - 20% 2% 0,4 gram
Vaselin Album Basis ad 100% 72,7 % 14,54 gram
BHT antioksidan 0,01-1% 1% 0,2 gram
EDTA Cellating agent 0,005% - 0,1% 0,2 % 0,04 gram
Nipasol Pengawet 0,01% - 0,6% 0,1% 0,02 gram
Menthol Enhancer 0.05% - 10% 3% 0,6 gram
Olive oil Emollient 10 % 10 % 2 gram

Cara Pembuatan
1) Cera alba 0,4 g dan vaselin album 14,54 g dimasukkan pada cawan porselin dan
dilebur di waterbath.
2) Siapkan mortir hangat  (no.1) masukkan dalam mortir hangat dan diaduk.
3) Menthol 0,6 g dan EDTA 0,04 dilarutkan pada Metil Salisilat 0,2 g (di luar),
kemudian masukkan ke dalam mortir (no.2)
4) Oleum cajuputi 2 g + BHT 0,2 g + Nipasol 0,02 g (pada mortir yang berbeda),
kemudian masukkan pada mortir (no.2) + olive oil 2 g, aduk ad homogen ad
terbentuk massa oinment.

Skema Pembuatan Formula 2

Cera alba + vaselin album EDTA + menthol

Dileburkan di atas waterbath dilarutkan pada Metil Salisilat

Dicampur di mortir hangat

Oleum cajuput + BHT + Nipagin


+ olive oil

Aduk ad homogen dan dingin

 Formula 3

Nama Bahan Fungsi % rentang % yang Jumlah


pemakaian dipakai (20 g)
Oleum cajuputi Bahan aktif - 10% 2 gram
Metil Salisilat Bahan aktif - 3% 0,6 gram
Cera Alba Basis 5% - 20% 7% 1,4 gram
Vaselin Album Basis ad 100% 74,3 % 14,86 gram
BHT antioksidan 0,01-1% 1% 0,2 gram
EDTA Cellatin agent 0,005% -0,1% 0,1% 0,02 gram
Nipagin Pengawet 0,01% -0,6% 0,1% 0,02 gram
Menthol Enhancer 0.05%-10% 4% 0,8 gram
Propilenglikol Emollient ≤30% 0,5% 0,1 gram

Cara Pembuatan
1. Cera alba 1,4 g dan vaselin album 14,86 g, dimasukkan pada cawan porselin dan
dilebur di waterbath.
2. Siapkan mortir hangat  (no.1) masukkan dalam mortir hangat dan diaduk.
3. Tambahkan Propilenglikol 0,1 gram, aduk ad homogen (Campuran 1)
4. Timbang Menthol 0,8 g dan EDTA 0,02 g dilarutkan pada Metil Salisilat 0,6 g (di
luar), kemudian masukkan ke dalam mortir
5. Oleum cajuput 2 g + BHT 0,2 g + Nipagin 0,02 g (pada mortir yang berbeda),
kemudian masukkan pada mortir (no.4), aduk ad homogen.(Campuran 2)
6. Campuran 1 masukkan ke Campuran 2, aduk ad terbentuk massa oinment.

Skema Pembuatan Formula 3

Cera alba + vaselin album

menthol + EDTA dilarutkan ol.eucalyptus + BHT +


pada Metil Salisilat Nipagin aduk ad hom
Dilebur di waterbath

Masukkan mortir
hangat aduk ad dingin Aduk ad homogen
+ propilenglikol

Aduk ad dingin dan terbentuk


massa ointment

 Scale Up (250 g)
Formula 2 ( dengan sedikit perubahan )

NamaBahan Fungsi % rentang % yang Jumlah


pemakaian dipakai (250 g)
Oleum cajuputi Bahan aktif - 10% 25 gram
Metil Salisilat Bahan aktif 3% 7,5 gram
Cera Alba Basis 5% - 20% 2% 5 gram
Vaselin Album Basis ad 100% 70,7 % 176,75 gram
BHT antioksidan 0,01-1% 1% 2,5 gram
EDTA Cellatin agent 0,005% -0,1% 0,2 % 0,5 gram
Nipasol Pengawet 0,01% -0,6% 0,1% 0,25 gram
Ol. Ment. pip Enhancer 0.05%-10% 3% 7,5 gram
Olive oil Emulient 10 % 10 % 25 gram

Cara Pembuatan

1) Cera alba 5 g dan vaselin album 176,75 g dimasukkan pada cawan porselin dan
dilebur di waterbath.
2) Siapkan mortir hangat  (no.1) masukkan dalam mortir hangat dan diaduk.
3) Ol. Ment. pip 7,5 g dan EDTA 0,5 dilarutkan pada Metil Salisilat 7,5 g (di luar),
kemudian masukkan ke dalam mortir (no.2)
4) Oleum cajuputi 25 g + BHT 2,5 g + Nipasol 0,25 g (pada mortir yang berbeda),
kemudian masukkan pada mortir (no.2) + olive oil 2 g aduk ad homogen ad
terbentuk massa oinment.

Skema Pembuatan Scale Up

Cera alba + vaselin album EDTA + ol. ment. pip

Dileburkan di atas waterbath dilarutkan pada Metil Salisilat

Dicampur di mortir hangat

Oleum cajuput + BHT + Nipagin

+ olive oil

Aduk ad homogen ad terbentuk massa oinment


BAB III
EVALUASI SEDIAAN OINMENT
3.1 Organoleptis
 Tekstur
 Warna
 Bau
 Acceptabilitas

3.2 Penetapan pH
 Alat : pH meter
 Cara kerja :
a. Bersihkan elektrode yang digunakan dengan aquadest, bilas menyeluruh
kemudian keringkan dengan tissue
b. pH meter dikalibrasi dengan pH terstandart (pH 7)
c. Masukkan elektrode pH meter ke dalam sediaan yang di ukur ( 1 g dalam 9 ml
aquadest bebas CO2)
d. Tunggu sampai alat menunjukkan angka konstan, lalu catat pH-nya

 Alat : kertas indikator pH


 Cara kerja :
1. Cream dioleskan pada kertas indikator pH
2. Dilihat perubahan warna yang terjadi
3. Dicocokkan warna kertas indikator dengan indikator standar PH

3.3 Penetapan Viskositas


 Alat : Viskometer Cup and Bob
 Cara kerja :
a. Nyalakan alat
b. Memilih notor yang sesuai lalu masukkan sediaan dalam notor tersebut
c. Pasang notor pada alat
d. Nyalakan tombol pemutar alat, basa jarum bertunjuk viskositas jika telah
konstan.

3.4 Peningkatan Daya Sebar


 Alat : Kaca transparan
 Cara kerja :
a) Timbang sediaan sebanyak 1g.
b) Timbang kaca bagian atas (kaca yg akan digunakan untuk menutup)
c) Oleskan sediaan pada kaca transparan (kaca alas)
d) Tutup kaca, tunggu ± sampai 2 menit ukur diameter lingkaran yang terbentuk.
kemudian diberi beban seberat 1g dan tunggu sampai ± sampai 2 menit (ukur
kembali diameter lingkaran). Setelah itu beri beban seberat 2g dan seterusnya
sampai diperoleh hasil yang konstan
e) Catat hasil pengamatan.
3.5 Uji Aseptabilitas
Uji aseptabilitas dilakuakn kuesioner dengan minimal 10 orang, pertanyaan atau
kuesioner tersebut meliputi:
1. Sediaan oinment mudah untuk dioleskan
2. Tekstur oinment
3. Daya lengket
4. Sensasi dingin
5. Bau sedaiaan
6. Sediaan oinment tidak mudah untuk dicuci
.

BAB IV
HASIL EVALUASI
4.1 Organoleptis
 Warna : Putih
 Tekstur : Halus
 Bau : Sesuai ( menthol + cajuputi )
 Sensasi : Dingin
 Daya lengket : Lengket
4.2 pH

pH sediaan diukur menggunakan kertas pH = 7,00

4.3 Viskositas
Viskositas 1 : 300 dPa’s

Viskositas 2 : 300 dPa’s

Viskositas 3 : 300 dPa’s

300+300+300
Viskositas rata-rata : =300 dPa’s
3

4.4 Uji Akseptabilitas (didapat dari 10 orang responden)


a. Sensasi
Dingin Biasa Agak hangat Hangat
(1) (2) (3) (4)
Jumlah
korespondens 2 - 8 -
i
Total
2 0 24 0
perhitungan

Sensasi
30
25
20
Total perhitungan
15
10
5
0
Dingin Biasa Agak hangat Hangat

Dari hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ointment yang kami buat
memberikan sensasi agak hangat pada kulit.

b. Mudah dioleskan/digunakan
Sangat sukar Sukar Mudah dioles Sangat mudah
dioles dioles dioles
(1) (2) (3) (4)
Jumlah
0 0 10 0
korespondensi
Total
- - 30 -
perhitungan
Pengolesan
30
20
10 Total perhitungan
0
es es es es
i ol iol iol iol
rd r
d
ah
d
ah
d
ka ka
su Su ud ud
at M tm
ang n ga
S Sa

Dari hasil grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ointment yang kami buat
mudah dioleskan.

c. Pencucian
Sangat Mudah Agak Sukar Sukar
mudah dicuci dicuci dicuci dicuci
(1) (2) (3) (4)
Jumlah
korespondens 0 0 6 4
i
Total
- - 18 16
perhitungan

Pencucian
20
15
ointment
10
5
0
Sangat Mudah Agak Sukar
mudah Sukar

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ointment yang kami buat adalah
agak sukar dicuci.

d. Tekstur
Kasar Agak kasar Lembut Sangat lembut
(1) (2) (3) (4)
Jumlah
0 0 10 0
korespondensi
Total
- - 30 -
perhitungan

Tekstur
35
30
25
Total perhitungan
20
15
10
5
0
Kasar Agak kasar Lembut Sangat lembut

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ointment yang kami buat
memiliki tekstur lembut saat dioleskan pada kulit.

e. Daya lengket
Tidak Agak Lengket Sangat
lengket Lengket lengket
(1) (2) (3) (4)
Jumlah
korespondens 0 0 10 0
i
Total
- - 30 -
perhitungan
Daya Lengket
35
30
25
Total perhitungan
20
15
10
5
0
Tidak lengket Agak Lengket Lengket Sangat lengket

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sediaan ointment yang kami buat
lengket di kulit.

f. Bau
Tidak Agak Berbau Sangat
berbau berbau berbau
(1) (2) (3) (4)
Jumlah
0 0 7 3
korespondensi
Total
- - 21 12
perhitungan

Bau
25
20
15 ointment
10
5
0
Tidak Agak Berbau Sangat
berbau berbau berbau

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sediaan ointment yang kami buat
memiliki bau yang aseptabel (menthol).
4.5 Uji Viskositas

Spindel 1 : 300 dPa’s

4.6 Uji Daya Sebar

Berat kaca : 180,91 gram

Beban Yang Diberikan (gram) Diameter Sebar Sediaan (cm)


Tanpa beban 7,1
5 gram 7,1
10 gram 7,2
20 gram 7,3
30 gram 7,4
40 gram 7,5
50 gram 7,5
100 gram 7,5
200 gram 7,5
500 gram 7,5

 Pada beban 40 g lingkaran pecah

Y= a+bx

= 7,3058 + 0,00058 x

Slope = 0,0006 cm/g

 Gambar grafik :

9
8
f(x) = 0.31 x − 96.66
7 R² = 0.75
6
5
4
Linear ()
3
2
1
0
328 329 330 331 332 333 334

Dari grafik tersebut di atas dihasilkan bahwa nilai dari slope adalah sebesar
0,0006 cm/g. Harga slope menunjukkan besarnya kemampuan menyebar suatu
sediaan akibat penambahan suatu satuan beban atau dapat dikatakan sebagai daya
sebar dari suatu sediaan.

BAB V
PEMBAHASAN

Cajuputi ointment merupakan sediaan semisolid yang ditujukan untuk pemakain


luar, digunakan dengan cara mengoleskannya pada bagian yang dinginkan. Oleum
cajuputi merupakan minyak mineral yang stabil dalam sediaan krim ataupun lotion.
Spesifikasi sediaan yang diinginkan adalah sediaan yang memiliki bau khas, rentang pH
4,5 - 6,5 dan memiliki warna putih atau kuning. Dalam pembuatan ointment ini
dibutuhkan beberapa bahan tambahan seperti antioksidan, enhancer, dan pengawet.
Enhancer disini berfungsi untuk meningkatkan permeabilitas sediaan dan meningkatkan
penetrasi obat pada kulit. Ointment merupakan sediaan dengan basis sebagian besar
berupa lemak, lemak mempunyai ikatan rangkap yang mudah teroksidasi yang
menyebabkan tengik, oleh karena itu dipakai antioksidan karena minyak mudah
teroksidasi dengan udara. Sedangkan menggunakan pengawet, diharapkan sediaan ini
dapat dipakai dalam penggunaan yang lebih lama.

Pada praktikum pembuatan ointment ini kami mencoba membuat tiga formula
yang berbeda baik dari segi exipient yang digunakan dan cara pembuatan. Hal ini
bertujuan untuk melihat perbedaan antara formula yang satu dengan formula yang lain,
terutama dari aspek aseptabilitas. Pada formula 1 dan 2 basis yang kami pakai adalah
basis hidrokarbon yaitu vaselin album dan cera alba, untuk pengawet yang digunakan
adalah nipasol. Sedangkan pada formula 3 basis yang kami gunakan juga adalah vaselin
album dan cera alba, namun untuk pengawet yang digunakan adalah nipagin. Untuk
enhancer dalam ketiga formula kami sama-sama menggunakan menthol karena selain
bermanfaat sebagai enhancer menthol juga dapat berfungsi sebagai corigen odoris
sehingga dapat memberikan bau yang lebih aseptabel pada sediaan. Dari ketiga formula
didapatkan pH yang sama yaitu 7, yang membedakan adalah aseptabilitas dari ketiga
sediaan. Sediaan formula 2 memiliki bau yang lebih aseptabel dibandingkan formula 1
dan 3 karena itu dipilih formula 2 untuk tahap scale up dengan sedikit perubahan. Pada
tahap up scale kami mengganti enhancer menthol dengan oleum ment. pip agar di dapat
bau yang tidak terlalu menyengat, sebab pada tahap percobaan hasil yang di dapat adalah
bau menthol pada formula 2 sangat menyengat.

Setelah dilakukan scale up kami melakukan uji evaluasi pada sediaan ointment
meliputi organoleptis, daya sebar, viskositas dan aseptabilitas. Pada uji organoleptis
sediaan ointment memiliki warna putih dan bau sesuai dengan spesifikasi yang kami
inginkan yaitu berbau menthol dan sedikit berbau oleum cajuputi. Pada uji aseptabilitas
sediaan juga memiliki hal sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Dari segi
kelembutan kami menginginkan sediaan yang lembut jika dioleskan ke kulit, dan setelah
dilakukan uji aseptabilitas pada 10 responden sebagian besar mengatakan kalau sediaan
ointment kami memiliki tekstur yang halus. Untuk uji sensasi juga sesuai dengan
spesifikasi yang kami inginkan, spesifikasi yang kami inginkan adalah sediaan yang
menimbulkan sensasi hangat, dan setelah dilakukan uji pada 10 responden sebagian besar
responden mengatakan bahwa sediaan ointment kami menimbulkan rasa agak hangat.
Untuk uji aseptabilitas kelengketan juga sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan,
banyak responden yang berpendapat sediaan kami agak lengket. Hal ini disebabkan
karena viskositas sediaan kami cukup bagus yaitu 300 dPa’s.
Uji daya sebar pada sediaan kami didapat harga slope sebesar 0,0006 dimana
harga slope disini menunjukkan besarnya kemampuan menyebar sediaan. Sedangkan
pada uji viskositas hasil yang didapat adalah 300 dPa’s
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan :

1) Setelah dilakukan evaluasi sediaan oinment yang kami buat memiliki hasil yang
cukup sesuai dengan kriteria sediaan dan beberapa hal juga memenuhi spesifikasi
yang telah direncanakan, yaitu kehalusan dan kelengketan pada kulit.

2) Untuk sediaan oinment diperoleh hasil yang cukup sesuai tetapi masih diperlukan
formula yang lebih sesuai agar diperoleh hasil yang lebih baik.

6.2 Saran :

1) Pada proses produksi suatu sediaan benar-benar diperhatikan setiap langkah


proses produksinya untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi
selama proses pembuatan.
RANCANGAN KEMASAN SEKUNDER
RANCANGAN ETIKET DAN BROSUR

Duptus

D o s is , In d i k a s i, K o n t r a in d ik a s i
E f e k s a m p in g : L ih a t b r o s u r
DAFTAR PUSTAKA

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia edisiketiga.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. Jakarta

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia edisikeempat.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia. Jakarta

Rowe Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Fifth edition

Pharmaceutical Press and American Pharmacitis Association

The Pharmaceutical Codex, eleventh edition.1979. London : The Pharmaceutical Press

Martindale “ The Extra Pharmacopoeia” 27 ediition.1977. London : The Phamaceutical


Society af Great Britian.

Anda mungkin juga menyukai